Kromatografi Partisi
(partition chromatography)
Sumber: Ghosh dan Bhattacharya, 2009; Sopyan, 2009; De Lux Putra, 2004; Grob dan Barry, 2004; Gritter, et al., 1991
Seleksi Tipe Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)
Keunggulan HPLC
Kolom HPLC dpt dipakai berulangkali
tanpa perlu diregenerasi (diperbaharui)
Tercapainya pemisahan yg memuaskan
pd kolom
Dpt dioperasikan secara otomatis
Waktu analisis relatif singkat
HPLC The most frequently used technique
High Performance
HP High Pressure
L Liquid
Cairan sebagai Fase gerak
Chromatography
C Teknik Pemisahan
Berdasarkan sifat kimia Pemisahan
SEC
NP Size
Normal Exclusion
Phase (GPC, GFC)
RP
HILIC Ion
IE
Suppression
Ion
Reversed Ion pairing
Exchange
Phase HPLC
Prinsip
• Terdiri dari fasa diam, dg permukaan aktifnya berupa
padatan, larutan, resin penukar ion atau polimer berpori
• Fasa diam ditempatkan pd kolom serta dialiri fasa gerak
cair dg aliran yg diatur oleh pompa
• Terjadi Kompetisi 2 fasa
• Dilakukan pada T rendah
• Elusinya pada tekanan tinggi (hingga 5000 psi atau 300
atm)
HPLC PRINCIPLE
3 .Skema Alat HPLC
HPLC MACHINE
HPLC MACHINE
Peralatan HPLC
Tempat Tempat
pelarut
pompa injeksi Kolom Detektor Rekorder
sampel
Fasa gerak (pelarut)
• Membutuhkan cukup banyak pelarut
• Sebelum pelarut digunakan dilakukan
degassing utk mengeluarkan gas terlarut yg
tdk diinginkan
• Adanya gas dlm pelarut dpt bereaksi dg fasa
gerak/fasa diam, dpt mengganggu krj detektor
• Fasa gerak harus bebas dari partikel debu krn
partikel2 kecil yg terbawa ke dalam pompa
atau masuk dlm kolom akan mempercepat
rusak pompa atau menyumbat kolom
• Fasa gerak disaring dg penyaring khusus yg
diameter porinya ± 0,45µm
Kriteria pemilihan fase gerak
1. Viskositas
pelarut dengan viskosias rendah menghasilkan
tekanan yang lebih rendah dibandingkan pelarut
dengan viskositas tinggi pada suatu kecepatan
alir tertentu. Viskositas rendah juga
memungkinkan kromatografi yang lebih cepat
karena perpindahan masa berlangsung lebih
cepat.
2. Transparansi terhadap uv
jika detektor uv yang digunakan maka fase gerak
harus transparan secara sempurna pada panjang
gelombang yang digunakan. Transparansi garam-
garam buffer, reagen-reagen pasangan iondan
bahan tambahan lain juga harus diperhatikan.
3. Indeks bias
penting jika detektor indeks bias yang
digunakan. Perbedaan indeks bias
antara pelarut dengan sampel harus
besar jika bekerja dengan batas-batas
deteksi tertentu.
4. Titik didih
titik didih fase gerak yang rendah
diperlukan jika eluat akan dilakukan
pemprosesan lebih lanjut supaya
memudahkan dalam penguapannya. Di
satu sisi pelarut dengan tekanan uap
tinggi (TD tinggi) pada suhu kamar
5. Kemurnian
tidak adanya senyawa yang mengganggu pada
bentuk deteksi yang digunakan, tidak adanya
senyawa yang mengganggu elusi gradien (berguna
untuk meningkatkan resolusi campuran yang
kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran
polaritas yang luas), tidak adanya residu non-volatile
dalam kasus pemisahan preparatif.
6.Lembam (inert) terkait dengan senyawa-senyawa
sampel
fase gerak harus tidak bereaksi sama sekali dengan
campuran sampel. Jika sampel yang sianalisis sangat
peka terhadap oksidasi maka fase gerak dapat
ditambah senyawa antioksidan.
7. Toksisitas
seorang analis harus menghindari penggunaan
produk yang toksik semaksimal mungkin. Pelarut
terklorinasi dapat melepaskan gas fosfen yang sangat
toksik. Toluen harus menggantikan benzena yang
bersifat karsinogenik, kapanpun dimungkinkan.
8. Harga
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk
pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran
larutan buffer dengan metanol atau campuran air
dengan asetonitril.
Untuk fase normal, fase gerak yang sering digunakan
adalah campuran pelarut hidrokarbon dengan pelarut
yang terklorisasi atau menggunakan pelarut jenis
alkohol.
Fase Gerak
Toluen 2,4
Aseton 5,1
Metanol 5,1
Asetonitril 5,8
Air 10,2
Sistem Pompa
Tekanan sampai 6000 psi
Kontrol aliran 0,1-10 mL/menit
HPLC: Berdasarkan komposisi fase gerak
Elusi gradien
% Solven B
Elusi Isokratik
Waktu (menit)
Elusi gradien
Apabila suatu campuran senyawa yang kompleks
ingin dianalisa yang terdiri dari komponen-komponen
yang mempunyai afinitas yang sangat berbeda, sering
didapatkan pemisahan yang tidak sempurna apabila
digunakan sistim isokratik
Untuk memecahkan persoalan ini komposisi fasa
gerak dapat diubah selama proses pemisahan sesuai
dengan tingkat affinitas masing-masing komponen
elusi gradien
Gradien elusi, dpt menggunakan lebih
dari dua pelarut yg secara otomatis dpt
diubah komposisinya sesuai
kebutuhan, sehingga diperoleh
pemisahan yg baik walau
menggunakan dua pompa
Gradient Analysis
Keuntungan:
Lebih baik untuk sampel campuran
Memiliki resolusi yang lebih baik
Kapasitas puncak lebih baik
Kerugian
HPLC yang lebih kompleks
Pengembangan Metode analisis dan implementasi
yang lebih rumit
Penyesuaian kolom dengan fase gerak membutuhkan
waktu sehingga analisis menjadi
Pengendali aliran(flow controller)
Si O
n
R2
Normal phase HPLC :
nonpolar solvent/polar colums.
Contoh R=hidrokarbon
Reversed phase HPLC :
polar solvent/nonpolar column.
Contoh R = cyano(C2H4CN)
diol (C3H6OCH2CHOHCH2OH)
amino (C3H6NH2)
Detektor
Karakteristik detektor :
Tingginya sensitivitas yaitu lebih dari
0,1 µg sampel dlm 1 cm3
Tidak merusak sampel
Tidak sensitif thd perubahan
temperatur dan perubahan kecepatan
aliran fasa gerak
Detektor Yang Paling Sering Digunakan pada KCKT
Sumber: Dong, 2006; Angelika, et al., 2001; Snyder dan Kirkland, 1979.
Detektor Fotometer (UV, IR,
Fluoresence)
• Detektor UV dikhususkan pada senyawa yg
memiliki serapan maksimum di daerah UV
yaitu senyawa yg memiliki elektron ikatan ᴨ
dan elektron non ikatan seperti olefin,
aromatik, dan senyawa yang mengandung
gugus –C=O, -C=S, -N=O dan –N=N-
• Detektor IR dapat dipakai untuk mendeteksi
beberapa panjang gelombang yg dapat diatur
menurut gugus fungsinya. Panjang
gelombang tersebut pada daerah 4000-690
cm-1
Detektor fluoresence dipakai untuk
senyawa yg memiliki tingkat selektifitas
tinggi pada senyawa yg berfluoresence.
Senyawa ini umumnya memiliki
struktur siklik konyugasi spt
polinuklear aromatik, asam amino
aromatik, phenol, quinolin
Detektor Refraktometer
Perbedaan detektor ini dari yg lain
adalah mampu memonitor perbedaan
indeks refraksi yg tdp dlm gasa gerak
dan fasa gerak-sampel ketika keluar
dari dalam kolom
Deteksi mampu dilakukan hingga
konsentrasi 1 ppm dlm larutan
Detektor Konduktometer
Didasarkan pd adanya perbedaan daya
hantar listrik dari larutan yg
melewatinya
Khusus digunakan utk mengukur
larutan elektrolit yaitu pd kromatografi
penukar ion
Fasa geraknya biasanya air atau
larutan buffer
Rekorder
Menggambarkan kromatogram
berdasarkan hasil yg diberikan oleh
detektor
Kolom HPLC
Kolom HPLC Berbagai ukuran
Teknik KCKT
- Pelarut
- Elusi dalam bentuk isokratik/gradien
- Kolom :
Silika Si–OH
Amino Si– (CH2)3 – NH2
Siano Si– (CH2)3 – CN
Diol Si– (CH2)2 – O – CH2 – CH – CH2
OH OH
RP-2 Si– (CH3)2
RP-8 Si– (CH2)7 – CH3
RP-18 Si– (CH2)7 – CH3
R R R R
HO Si OH Si O Si O Si
O O O OH O O
Si O Si O Si O Si O Si
PERMUKAAN SILIKA
MACAM FASA GUGUS R
SILIKA – OH
RP – 2 – CH2 – CH3
RP – 8 – (CH2)7 – CH3
RP – 18 – (CH2)17 – CH3
SIANO – (CH2)3 – C ≡ N
DIOL – (CH2)3 – O – CH2 – CH – CH2
I I
OH OH
HPLC Fase Normal
NP-HPLC: fase gerak non polar,
fase diam polar
Disebut juga kromatografi
adsorpsi (adsorption
chromatography)
Pemisahan didasarkan atas
adsorpsi/desorpsi analit pada
fase diam polar (silika atau
alumina)
Analit polar lebih tertahan
daripada analit non polar karena
gugus silanol pada silika.
HPLC Fase terbalik
RP-HPLC: fase gerak polar,
fase diam non polar
Pemisahan didasarkan atas
koefisien partisi analit dalam
fase diam dan fase gerak
Urutan elusi: analit polar
terelusi lebih dahulu, analit
non polar terelusi terakhir
Untuk pemisahan analit non
polar (non ionik)
Untuk analit yang dapat
terionisasi (ionik) dapat
dianalisis dengan RP-HPLC
menggunakan pengaturan pH
fase gerak atau teknik
pasangan ion (ion-pair).
Ion Exchange HPLC
Unidha ke Unand
MALL
Restaurant FINISH
START
Chromatogram
tR-B
Respon Detektor
tR-A
Peak A Peak B
height
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (menit) width
Area =
width x height
2
a b
Tailing Factor (USP)
Tailing Factor (Tf) = Symmetry Factor (As)
A = 2 l dp
• disebut difusi Eddy
• l tergantung pada distribusi
ukuran partikel
• Jika ukuran partikel packing seragam
l kecil
• dp = diameter partikel packing
Longitudinal Diffusion (B)
B/u = 2gDM/u
CM = fM(k’)dp2 / DM
Inter-
aksi
Fase Fase
Diam Gerak