Bab I Pengantar
Bab I Pengantar
BAB I
PENGANTAR
akan lahan. Kebutuhan akan lahan ini terus meningkat karena sifatnya yang tidak
terbatas, sedangkan di sisi lain ketersediaan lahan terbatas. Fenomena ini terus
untuk kepentingan pembangunan. Hal ini mengakibatkan nilai dan harga lahan
ini mengalami pergeseran nilai dari fungsi sosial ke fungsi ekonomi, sehingga
lahan merupakan komoditi ekonomi yang harus dikuasai baik secara legal maupun
ilegal.
Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan
berbagai bidang ilmu termasuk ilmu ekonomi. Ditinjau dari aspek ekonomi tanah,
Nasucha (1995: 16) memandang tanah dari 2 sisi, pertama, dari sisi aspek fiskal
dan administrasi pertanahan yang membahas tanah sebagai suatu objek pajak dan
kedua aspek ekonomi wilayah yang menjelaskan ekonomi tanah dari investasi
dapat mendorong ekonomi wilayah. Di lain pihak tanah merupakan sumber daya
yang jumlahnya terbatas. Keterbatasan supply tanah yang disertai kebutuhan akan
1
2
tanah untuk berbagai fungsi yang terus menerus menyebabkan nilai tanah terus
meningkat.
immobility, durability, scarcity, dan ketika tidak didukung oleh faktor produksi
lain tanah merupakan sumber daya yang tidak produktif (Whipple, 1995: 6).
Konsekuensi dari tanah yang bersifat immobile adalah bahwa pasar tanah adalah
terbatas (limited geographic area), incomel manfaat yang bisa dihasilkan berasal
dari lokasi yang tetap (sudah fix), sehingga tidak bisa menghindari kekuatan-
kekuatan eksternal yang berasal dari lokasi tersebut, tidak ada satu sitepun yang
Kondisi ini menyebabkan trend pasar dan preferensi menjadi susah dipelajari,
jumlah transaksi sejenis yang sedikit, baik pembeli, penyewa, maupun penilai
Tanah dinilai atas dasar manfaat yang bisa diberikan. Tinggi rendahnya
nilai tanah tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya baik faktor fisik
maupun non fisik. Faktor fisik berkaitan dengan luasan, bentuk tanah, kontur, dan
unsur/zat yang terkandung pada tanah. Kondisi fisik yang bagus dari tanah
menandakan bahwa tanah akan dapat lebih produktif dan termanfaatkan sehingga
dimungkinkan nilainya akan tinggi. Faktor lain yang berkaitan dengan nilai tanah
adalah lokasi dan aksesibilitas. Lokasi dan aksesibilitas sangat berkaitan dengan
3
“di mana” tanah itu berada. Lokasi dan akses yang menguntungkan jika tanah
menjadi lebih menarik dan dipandang mempunyai nilai yang tinggi. Lokasi tanah
ekonomi atau di mana permintaan atas tanah tersebut dimungkinkan akan terus
meningkat. Hal ini dikarenakan harapan akan manfaat yang bisa dihasilkan tanah
sedikit. Secara tidak langsung mampu menyedot pendatang dari luar daerah untuk
dari luar menciptakan berbagai jenis permintaan lain baik secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh terhadap adanya kenaikan permintaan tanah. Hal
perkantoran dan perumahan dinas tersebut diduga lebih tinggi dibanding nilai
merupakan aset yang paling mendominasi penilaian suatu properti. Tanah dan
membangun suatu bangsa, tidak hanya secara ekonomi namun juga secara sosial
dan budaya, karena perubahan nilai aset (tanah dan bangunan) itu sendiri
dipengaruhi oleh faktor fisik, ekonomi, sosial, budaya. Hal ini terbukti ketika
merosotnya industri real estat. Oleh karena itu, wajib memperhatikan konsep
hukum mengenai benda yang berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible)
yang mempunyai nilai disebut properti, yang bisa juga disebut sebagai aset, yang
berlaku di Indonesia sebagai dasar penilaian properti (Sutaryo, 2011: 76). Dalam
saat ini memberikan sorotan yang tidak bisa dipandang dengan sebelah mata,
karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu perlu
diberikan suatu perhatian khusus. Dalam menyikapi hal tersebut perlu untuk
dipahami guna kepentingan di masa datang. Sehubungan dengan hal di atas perlu
dilakukan penilaian (appraisal) atas nilai properti yang akan dijadikan acuan dari
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai tanah dan bangunan pada suatu
Papua, Kantor DPRP Provinsi Papua, Kantor Dinas-dinas Otonom, Rumah Sakit
kos dan berbagai usaha penyedia kebutuhan pegawai. Adanya banyak kantor di
menarik untuk dikaji khususnya terhadap nilai tanahnya. Nilai tanah juga akan
dipengaruhi oleh jarak atau letak tapak tanah (site) tersebut terhadap pusat kota
dari pusat kota atau kawasan pusat keramaian maka harga tanah semakin murah.
Central Business District (CBD) dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah
Taman Imbi Kota Jayapura yang sudah ada sejak tahun 1969. Dengan
memperhatikan latar belakang di atas maka penelitian ini akan menganalisis “ada
tidaknya pengaruh luas tanah, jarak tanah ke jalan utama, jarak tanah ke
Imbi) terhadap nilai tanah”. Penelitian ini hanya dibatasi pada nilai aset tanah
adalah:
1. Apakah ada pengaruh positif dan signifikan dari luas tanah terhadap nilai
2. Apakah ada pengaruh negatif dan signifikan dari jarak tanah ke jalan utama
3. Apakah ada pengaruh negatif dan signifikan dari jarak tanah ke perkantoran
4. Apakah ada pengaruh negatif dan signifikan dari jarak tanah ke Central
1. Haryoto (1997) meneliti tentang faktor fisik tanah dan lokasi serta
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data kerat lintang cross section,
yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan metoda kuadrat terkecil
adalah; (1) Bahwa lebar jalan, tanah kavlingan, dan kondisi jalan yang diaspal
dengan angka elastisitas untuk lebar jalan 0,3488 dan koefisien regresi untuk
kavlingan dan kondisi jalan adalah 0,3501 dan 0,7260. (2) Bahwa jarak
tempuh suatu properti dari/ke pusat kota kurang berpengaruh terhadap harga
jualnya. (3) Model terbaik yang dihasilkan dari analisis regresi ini adalah
penelitian Haryoto (1997) nilai tanah dianalisis berdasarkan faktor fisik tanah
dan lokasi, sedangkan dalam penelitian ini nilai tanah dianalisis berdasarkan
faktor luas tanah, jarak tanah ke jalan utama, jarak tanah ke perkantoran
2. Mc Mallen (1998) meneliti tentang hubungan antara nilai tanah dan luasan
Kesamaan Mc Mallen dengan penelitian ini adalah faktor luas tanah sebagai
penentu nilai tanah. Perbedaan penelitian ini yaitu bahwa penelitian ini tidak
hanya menggunakan faktor luas tanah sebagai faktor tunggal tetapi disertai
oleh faktor penentu yang lain dan alat analisis yang digunakan pada penelitian
sebelum tahun 1993 dan 1 untuk properti yang dijual sesudah tahun 1993.
Tahun 1993 dipilih sebagai awal tahun adanya kebocoran pipa saluran. Selain
dari dampak sebelum dan sesudah kebocoran, berbagai atribut properti seperti
luas tanah, luas bangunan, dan jumlah kamar mandi juga dijadikan sebagai
8
banyak jumlah dari tiap atribut yang dimiliki akan menaikkan harga penjualan
harga jual sebesar 5,5 persen dengan anggapan variabel lain tetap. Perbedaan
penilaian ini dengan penilaian di atas adalah fokus faktor lokasi terhadap nilai
properti sedangkan pada penelitian ini diambil lokasi yang berpengaruh positif
terhadap nilai properti. Pada penelitian Simons tidak spesifik pada nilai tanah
4. Penelitian tentang nilai tanah yang dilakukan oleh Bible dan Hsieh (1999)
Data yang diambil merupakan data transaksi penjualan yang terjadi antara
tahun 1984 dan 1995. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear
berganda dengan metoda OLS (Ordinary Least Squares). Alat ini digunakan
untuk mengestimasi nilai tanah sebagai variabel dependen dan variabel luasan
tanah, jarak dari CBD (Central Business District), populasi dan zoning
sebagai variabel independen. Hasil yang didapatkan adalah bahwa luas tanah
signifikan positif terhadap nilai tanah, semakin dekat dengan CBD akan
meningkatkan nilai tanah, dan zoning untuk klasifikasi bisnis lebih tinggi
nilainya dibanding jenis zoning yang lain. Kesamaan penelitian ini dengan
kosong, kedua, alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda
luasan tanah, dan jarak dengan CDB. Perbedaan penelitian Bible dan Hsieh
dengan penelitian ini adalah nilai tanah bukan berasal dari transaksi penjualan
5. Seiler dan Bond (2001) meneliti tentang dampak lokasi di sekitas danau
Cuyahoga Country, Ohio. Danau Eric dianggap sebagai danau besar yang
berpengaruh positif karena air yang jernih, dan udara yang segar. Variabel
seperti jumlah kamar, tahun dibangun, jumlah kamar mandi, dan luas tanah.
Variabel view bernilai 1 jika berlokasi di sekitar danau dan 0 jika terletak di
persen. Persamaan penelitian Seiler dan Bond dengan penelitian ini adalah
regresi sebagai alat analisis. Perbedaan penelitian Seiler dan Bond dan
penelitian ini adalah bahwa penelitian Seiler dan Bond properti yang
dipergunakan adalah data primer dan sekunder tahun 2009-2010. Data primer
dengan Pejabat di Kantor Kecamatan Wedi, Kepala Desa dan Kepala Dusun
se Kecamatan Wedi, Penjual dan Pembeli Tanah. Data sekunder diambil dari
berpengaruh negatif dan signifikan artinya semakin jauh dari CBD dan dari
jalan umum nilai tanah semakin turun. Pemerintah Kecamatan Wedi perlu
dan aman. Perbedaan penelitian Fitriyanto (2011) dan penelitian ini adalah
luas tanah, jarak ke Central Business District (CBD), jarak ke jalan umum/
faktor luas tanah, jarak tanah ke jalan utama, jarak tanah ke perkantoran
2. menganalisis pengaruh jarak tanah ke jalan utama terhadap nilai tanah milik
1. model yang didapatkan bisa dijadikan acuan bagi penilai dalam menentukan
nilai tanah yang berada pada kondisi serupa dengan objek penelitian kali ini;
2. dipakai untuk pedoman bagi pelaku usaha yang akan mendirikan bangunan
3. sebagai acuan bagi masyarakat umum baik yang ingin berinvestasi tanah
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Adapun sistematika penulisan tesis
meliputi empat bab, yaitu: Bab I merupakan pengantar yang terdiri dari latar
tinjauan pustaka, landasan teoritis, hipotesis dan alat analisis. Bab III
pengumpulan data serta analisis data dan pembahasan. Bab IV merupakan bab