Anda di halaman 1dari 5

Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal

Vol. 01, No. 01, Juni 2022, hlm.

e-ISSN : 2685-0702, p-ISSN : 2654-3958


Tersedia Online di http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/prophetic
Email: prophetic@syekhnurjati.ac.id

Peran Guru PAI Dalam Penanaman Beragama untuk Mencegah Paham


Radikalisme pada Siswa SMPN 3 Gegesik
, Nur Imania Rahayu S , Ahmad Jaelani , Ferawati , Dwi Agata, Meusy Malasari
1
(Bimbingan dan Konseling Islam, Ushuluddin Adab Dakwah, IAIN Syekh Nur Jati Cirebon)
nurimaniarahayus@gmail.com , wfera2607@gmail.com ,
2
(Bimbingan dan Konseling Islam, Ushuluddin Adab Dakwah, IAIN Syekh Nur Jati Cirebon)

Abstrak

Agama apapun di dunia ini membawa misi kedamaian, keselarasan hidup untuk seluruh makhluk, baik antar vbsolu
manusia, alam, maupun dengan Tuhan. Terminologi itu dalam Islam adalah rahmatan li al ‘alamin (rahmat bagi
seluruh alam). Akan tetapi faktanya, dalam tataran sejarah, tidak semua misi agama itu artikulatif. Masih banyak
praktik keberagamaan yang jauh dari misi agama itu sendiri. Ekstrimisme, fundamentalisme, eksklusivisme yang
saat ini sudah banyak menghinggapi para remaja sekolah tingkat atas menjadi salah satu penyebabnya. Pendidikan
Moderasi Bergama dalam hal ini mengambil peran penting dalam pengaruh keutamaan moderasi beragama di
sekolah.

Observasi ini bertujuan untuk: pertama : Memberikan moderasi beragama di SMA Negeri 9 Cirebon ; kedua :
Bagaimana perilaku dan pemahaman siswa terhadap moderasi beragama untuk menangkal radikalisme di SMA
Negeri 9 Cirebon ?; ke tiga ; Bagaimana implementasi dan implikasi moderasi beragama di SMA Negeri 9
Cirebon ? Realitas keberagamaan di SMA Negeri 9 Cirebon memperlihatkan keberagmaaan yang moderat dan
menerima keberagaman.

Kata Kunci : Beragama, Toleransi, Radikalisme

PENDAHULUAN

Penulis dalam observasi ini lebih memacu pada masalah radikalisme dalam Islam yang masuk
melalui lingkungan pendidikn fomal sepeti di sekolah mupun peguuan tinggi merupakan masalah
yang sangat menarik jika dikaji karena masuknya paham tersebut sangat jarang diketahui oleh
komponen-komponen pendidikan yang ada di sekolah. Munculnya kasus-kasus kekerasan dan
terorisme mengatasnamakan agama tersebut dilatarbelakangi oleh fenomena fanatisme
keagamaan yang sempit sebagai dampak dari meluasnya gerakan radikalisme Islam. Zunly Nadia
mengungkapkan bahwa radikalisme Islam dinisbatkan sebagai gerakan yang berpandangan kolot
dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan serta mempertahankan keyakinan
mereka.
Salah satu pintu masuk paham atau pemikiran radikal ke Indonesia yaitu melalui aktifitas
pendidikan dimana mayoritas pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri, terutama dikawasan
Timur Tengah. Yang amat disayangkan adalah pemahaman-pemahaman yang mereka dapatkan
lantas ditelan bulat-bulat, dan memaksakan untuk diaplikasikan ke dalam sebuah sistem
kehidupan masyarakat Indonesia yang amat berbeda dengan kehidupan di timur tengah tempet
mereka belajar. Hal inilah yang menjadikan paham radikal menjadi sangat masif dan berkembang
luas di Indonesia, khususnya pasca gerakan reformasi 1998 saat semua akses media telah bebas
dari otoritas rezim pada waktu itu.
Berbicara mengenai radikal, pada intinya seseorang dikatakan radikal ketika memahami atau
memaknai suatu hal atau dalam konteks ini agama Islam secara fanatik dan buta, artinya orang
tersebut menganggap apa yang ia percaya dirasa paling benar dan orang yang berbeda dengannya
dianggap sesuatu yang salah dan tidak bisa di toleransi. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya
kebencian terhadap suatu perbedaan yang ada didalam masyarakat. Pengertian paham radikalisme
itu sendiri ialah paham yang menginginkan adanya suatu perubahan, penghapusan, bahkan
pergantian terhadap suatu sistem yang sudah ada di masyarakat sampai ke akar-akarnya. Jadi
pada dasarnya paham radikalisme menghendaki terjadinya perubahan secara menyeluruh
terhadap suatu kondisi dan semua komponen kehidupan yang ada di masyarakat. Orang yang
menganut paham radikalisme akan beranggapan bahwasanya semua rencana-rencana yang
digunakan untuk merubah sistem sosial tersebut merupakan rencana yang paling tepat dan ideal.
Paham radikalisme tumbuh dan berkembang di tengah-tengah lapisan
masyarakat, baik itu dari kalangan menengah bawah maupun menengah atas ditinjau dari segi
ekonomi dan pendidikannya. Hal ini menunjukkan bahwasanya penyebaran paham radikalisme
sangat rentan terjadi dimana saja terutama daerah-daerah yang mayoritas beragama Islam.
Umumnya oknum- oknum yang menyebarkan paham radikalisme tersebut melalui jalur-jalur
dakwah dan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut dalam mencegah penyebaran paham
radikalisme diperlukan kepedulian semua elemen yang ada di masyarakat, baik itu dari
pemerintah, lembaga pendidikan, keluarga, bahkan masyarakat sekitar. Dalam hal ini salah satu
yang berpeluang besar menjadi sarang bertumbuhnya paham radikalisme yaitu melalui lembaga
pendidikan, hal ini tidak terlepas dari fakta banyaknya pelajar yang ikut serta dalam kegiatan
kelompok keagamaan yang dinilai radikal serta intoleransi terhadap suatu perbedaan.
Pada saat ini fenomena paham radikalisme menjadi pusat perhatian
dalam dunia pendidikan, pasalnya banyak orang tua yang khawatir anaknya terjerumus kedalam
kelompok-kelompok radikal tersebut. Dalam mengatasi hal ini semua pihak yang ada di sekolah
khususnya para guru harus saling bersinergi untuk menanamkan pemahaman aqidah yang benar
bagi peserta didik, serta memberikan wawasan terkait toleransi beragama dan kebangsaan guna
mengantisipasi masuknya paham radikalisme serta mencegah terjadinya aksi-aksi tindak lanjut
yang berujung kekerasan seperti terorisme. Dari penjelasan tersebut, dapat kita lihat betapa
pentingnya peran seorang guru dalam mencegah paham radikalisme yang masuk melalui sekolah,
madrasah, ataupun lembaga pendidikan lainnya.
Berbicara mengenai peran guru, pada intinya semua guru yang ada di
sekolah harus peduli terhadap bahaya penyebaran paham radikalisme, baik itu guru mata
pelajaran umum dan juga guru mata pelajaran keagamaan. Karena pengertian dari guru itu sendiri
ialah seseoang yang secara sadar bertanggung jawab dalam hal mendidik, membimbing, bahkan
mengarahkan terhadap sesuatu hal yang benar termasuk bagaimana caranya mengajarkan siswa
agar terhindar dari paham radikalisme. Dalam hal ini khususnya guru di bidang keagamaan
dituntut lebih ekstra dalam memberikan pemahaman tentang agama Islam yang benar pada
peserta didik. Seperti yang kita ketahui paham radikalisme masuk dengan mengusung tema-tema
keagamaan dan menggunakan klaim Islam sebagai dasar ajarannya. Oleh karena itu, guru
dibidang keagamaan hendaknya selalu memberikan pemahaman aqidah yang luas dan sesuai
dengan ajaran Islam, serta memberikan wawasan terkait nilai- nilai toleransi beragama dan nilai-
nilai nasionalisme kepada siswa, sehingga dengan hal tersebut dapat membentengi siswa dari
pengaruh paham radikalisme.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriftif kualitatif. Penelitian ini
digunakan agar dapat mengetahui dan menggambarkan apa saja yang terjadi dilapangan
dengan jelas. Menurut Bog dan dan Taylor dalam bukunya Metodologi Penelitian
Kualitatif dijelaskan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriftif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati
(Moleong, 2017).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan metode deskriptif. (Sugiono, 2016)
berpendapat bahwa, metode penelitian deskriptif kualitatif ialah metode yang di pakai peneliti
untuk mendapatkan teori penelitian atau wawasan pada waktu tertentu. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian di mana peneliti harus menggambarkan suatu
objek, fenomena dan ekspresi, penelitian ini akan ditulis dalam bentuk naratif dan tidak akan
menggunakan perhitungan statistik. Saat menulis penelitian kualitatif deskriptif, memuat
referensi data (fakta) berdasarkan kondisi atau kondisi yang ada di lapangan untuk mendukung
apa yang peneliti tulis. Proses penelitian yang menggunakan metode kualitatif harus memiliki
kemampuan menganalisis kondisi sosial dan sangat esensial untuk menemukan permasalahan di
lapangan.
Dari pengertian tersebut sehingga penulis dapat mengumpulkan data mengenai Peran Guru
PAI dalam Penanaman Nilai Toleransi Beragama untuk Mencegah Paham Radikalisme pada
Siswa SMPN 3 Gegesik. Adapun subyek penelitian ini adalah guru PAI dan siswa SMPN 3
Gegesik .

HASIL DAN PEMBAHASAN


Siswa di SMPN 3 Gegesik yang Mayoritasnya beragama dengan menganut Nahdatul Ulama (NU) tidak
ada perbedaan yang signifikan karena mayoritasdari siswa adalah penganut dari kyai/ustadz setempat
sehingga tida ada paham perbedaan yang sangat mencolok. peran guru PAI disekolah juga memberikan
edukasi tentang toleransi beragama di lingkungan sekitar. Peran guru PAI di sekolah sangat besar untuk
mencegah adanya radikalisme di lingkungan sekitar. Contonya adalah diadakan nya tadarus al quran
menjelang kbm berlangsung agar siswa ingat dengan sang pencipta nya. Sholat dzuhur berjamaah agar
selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Dalam penyampaian kelompok kami siswa belajar untuk memhami radikalisme yang ada di lingkungan
sekolah dengan baik. Apa pengertian radikalisme dan apa sajakah ciri-ciri radikalisme yang ada di sekolah
dengan demikian para siswa dapat memahami apa artinya radikalisme yang ada di lingkungan sekolah dan
apa saja ciri-ciri dari radikalisme itu sendiri.

Kegiatan keagamaan untuk mencegah perilaku radikalisme di sekolah sudah berjalan dengan baik dan
tentunya di ikuti oleh seluruh warga sekolah di SMPN 3 Gegesik.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Artikel Jurnal Ilmiah

Moleong, L. J. (2017). Metodologi penelitian kualitatif (Revisi). Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai