Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1

ASUHAN KEPERAWATAN CIDERA ABDOMINAL

Disusun Oleh:
KELOMPOK IV

Shalsabilla (2002036)
Raissya Syahda Putri (2002034)

Chintya Gusty Wahyuni (2002017)

Intan Mayang Sari (2002025)

Dina Mulia Pertiwi (2002002)

Ega Siska Mayeni P (2002003)

Sunniyah Anggaraini (2102106)

Dosen Pengampu:

Ns. Sujarwo, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-NYA
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Cidera Abdominal ini
dengan baik. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah
ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di
harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan
para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca. kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah dimasa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.

Hormat saya,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................I

DAFTAR ISI...................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS.....................................................................................5


2.1 Definisi Cidera Abdomen............................................................................................5
2.2 Etiologi Cidera Abdomen............................................................................................5
2.3 Patofisiologi Cidera Abdomen....................................................................................6
2.4 Manifestasi klinis Cidera Abdomen............................................................................6
2.5 Komplikasi Cidera Abdomen......................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Cidera Abdomen..................................................................7
2.7 Pemeriksaan Khusus Cidera Abdomen.......................................................................9
2.8 Penatalaksanaan Cidera Abdomen..............................................................................9
2.9 Asuhan Keperawatan Cidera Abdomen....................................................................11

BAB III PENUTUP........................................................................................................26

3.1 Kesimpulan................................................................................................................26
3.2 Saran..........................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada
bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas
abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan
dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan
cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang
dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang
ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian
besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat
ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus
besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna
seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal,
ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat
kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhan utama.
Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering beru tindakan beda,
misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi
jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut
oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit karena adanya jejas yang
tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma
tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat
tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas
tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury
yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal
luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma
yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
3
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih
tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik
baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul
abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk
pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda
yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan
yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat Trauma Abdomen ?
1.3 Tujuan

Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat Trauma Abdomen

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Trauma Abdomen


Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995)

2.2 Etiologi Trauma Abdomen


Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ
internal diabdomen.
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).


Disebabkan oleh :

a. Luka akibat terkena tembakan


b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

5
2.3 Patofisiologi Trauma Abdomen
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu
lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya
trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari kekuatan tersebut
dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek
statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal
ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas
adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas
adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan.
Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya
trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan.
Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi
tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan
dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae
atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek
pada organ dan pedikel vaskuler. 6

2.4 Manifestasi Klinis Trauma Abdomen

Manifestasi klinis dari Trauma Abdomen adalah :

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :

a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

b. Respon stres simpatis

c. Perdarahan dan pembekuan darah

d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).

a. Kehilangan darah.

b. Memar/jejas pada dinding perut.

c. Kerusakan organ-organ.

d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.

e. Iritasi cairan usus.

2.5 Komplikasi Terauma Abdomen

Komplikasi dari hipoglikemia

1) Segera : hemoragi, syok, dan cedera.

2) Lambat : infeksi

3) Trombosis Vena

4) Emboli Pulmonar

5) Stress Ulserasi dan perdarahan

6) Pneumonia

7) Tekanan ulserasi

8) Atelektasis
7
9) Sepsis

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Terauma Abdomen

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien yg mengalami terauma


abdomen antara lain :

1. Foto thoraks

Untuk melihat adanya trauma pada thorak.

2. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus.


Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan
adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.

3. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal dekat
duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.

4. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang
jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.

5. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal.

6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada keraguan,
kerjakan laparatomi (gold standard).

a) Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :

 Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

 Trauma pada bagian bawah dari dada


8
 Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

 Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak)

 Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)

 Patah tulang pelvis

b) Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :

 Hamil

 Pernah operasi abdominal


 Operator tidak berpengalaman

 Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

7. Ultrasonografi dan CT Scan

Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan
adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

2.7 Pemeriksaan Khusus Terauma Abdomen

Pemeriksaan khusus untuk terauma abdomen dapat dilakukan dengan cara:

1) Abdomonal Paracentesis

Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya


perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan
NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl
0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

2) Pemeriksaan Laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya.

3) Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

2.8 Penatalaksanaan Keperawatan


1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus
9
mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus
melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban
tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
 Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunakan teknik “head
tilt chin lift” atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda
asing yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah
atau benda asing lainnya.
 Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara
“lihat – dengar – rasakan” tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada
napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan,
ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
 Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam
RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :

a) Stop makanan dan minuman


b) Imobilisasi
c) Kirim kerumah sakit.

Penetrasi (trauma tajam)


a) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh
dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa
pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah
luka.
c) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam
tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
d) Imobilisasi pasien.
e) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g) Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
 Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya
luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang
berdekatan.
 Skrinning pemeriksaan rontgen
10
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau
pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retro peritoneum.
 IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
 Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
 Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada :
- Fraktur pelvis
- Traumanon – penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :
a) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin,
dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah
pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin
berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara bebas
di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c) Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau
decendens dan dubur.

11
2.9 Asuhan Keperawatan Terauma Abdomen
Khasus :
Pasien Anak laki-laki ( Tn.A ) usia 19 tahun datang dengan keluhan utama luka
tusuk pisau pada bagian perut. Pasien mengalami perkelahian, menurut keterangan dari perawat
yang mengantar, pasien ditemukan warga disekitar kejadian tempat perkelahian dan langsung
dibawa kerumah sakit. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit berat, kesadaran compos
mentis,suhu 36℃, TTD 90/40 mmhg, dennyut nadi 130x/menit pernafasan 24x/menit.
Konjungtiva tampak aneis, akral dingin terdapat luka terbuka dengan kedalaman 4cm,dan
terdapat pendarahan dibagian tusukan.
A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Umur : 19 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jalan Simpang Tiga
Tanggal pengakajian : 11 Januari 2023

2. Keluhan utama

Klien mengeluh Nyeri pada abdomen


P: saat di gerakkan
Q: tertusuk-tusuk
R: Abdomen
S: 6
T: setiap saat
12
3. Alasan masuk ICU

Karna mengalami luka tusukan pada bagian abdomen.

4. Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Sekarang sebelum masuk rumah sakit klien sedang menebang pohon dan
kemudian pasien didatangi seseorang yang tidak ia kenal,kemudian terjadi perkelahian sehingga
menyebabkan Pasien ditusuk dengan pisau pada bagian perut, setelah kejadian kemudian pasien di
bawa ke RS.

c. Riwayat penyakit dahulu

Klien tidak mempunyai riwayat anemia, jatung, asma dan alergi.


d. Riwayat penyakit keluarga

Didalam keluarga tidak ada riwayat anemia atau penyakit manular dan berbahaya lainnya.

Pengkajian Primer

a. Airway
Tidak Terdapat penumpukan sekret di jalan nafas, bunyi nafas ronchi, lidah tidak jatuh ke belakang,
jalan nafas bersih.
b. Breathing
Irama nafas teratur, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, suara nafas vesikuler (lapang paru
kanan dan kiri), SpO2: 95%, klien terpasang NRM (Non Rebreathing Mask) O2 3 lpm.
c. Circulation
Nadi karotis dan nadi perifer teraba kuat,capillary refill kembali dalam 3 detik, akral dingin, tidak
sianosis, kesadaran compos mentis.
Tanda-tanda vital:
TD (Tekanan Darah) : 90/40 mmHg N (Nadi): 130 x/menit
RR (Respiratory Rate) : 24 x/menit S (Suhu) : 36℃
d. Disability
Kesadaran compos mentis dengan GCS= E4V5M5 = 14. E4 = dapat membuka mata secara spontan
V5 = dapat berbicara secara teratur M5 = Mengidentifikasi nyeri yang terlokalisasi
e. Exposure
Integritas kulit baik, ada luka tusukan, capillary refill kembali dalam 3 detik.

Pengkajian Sekunder

a. AMPLE

1) Alergi
Klien tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan,minuman dan lingkungan.
2) Medikasi
Sebelum dibawa ke RS (Rumah Sakit), klien tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun dari dokter
maupun apotik.
3) Past ilness
Sebelum dibawa ke RS, klien mengalami kesakitan
4) Last meal 13
Klien terakhir mengkonsumsi nasi dan sayur ± 40 jam yang lalu.
5) Environment
Klien tinggal di rumah sendiri bersama orang tuanya di lingkungan padat penduduk, tempat tinggal
cukup dengan ventilasi, lantai sudah di keramik, pencahayaan cukup, terdapat saluran untuk limbah
rumah tangga (selokan).

b. Pemeriksaan Head to Toe

1) Kepala
Bentuk mesocepal, rambut hitam, lurus, tidak ada hematoma maupun jejas
2) Mata
Pupil isokor,simetris kanan-kiri, sklera tidak ikterik,konjungtiva anemis, reaksi terhadap cahaya
baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
3) Hidung
Bentuk simetris, tidak ada polip maupun sekret.
4) Telinga
Simetris kanan-kiri, tidak ada penumpukan serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
5) Mulut
tidak ada perdarahan pada gusi, mukosa bibir kering, tidak ada sariawan, tidak menggunakan gigi
palsu, dan tidak terdapat lesi.
6) Leher
Tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada peningkatan JVP(Jugularis Vena Presure).
7) Pernafasan (paru)
I : Pengembangan dada simetris
antara kanan- kiri, tidak menggunakan otot bantu pernapasan,RR : 24x/menit,P : sonor seluruh
lapang paru,P : fermitus vokal sama antara kanan kiri,A : vesikuler.
8) Sirkulasi ( jantung )
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis teraba kuat
P : Pekak
A : Bunyi jantung (S1-S2)reguler,tidak ada suara jantung tambahan
9) Abdomen
I : Perut datar,terdapat luka tusukan kedalaman 4 cm.
A : Peristaltik usus 4x/menit
P : mengalami nyeri pada luka tusukan
P : tympani
10 ) Genitoririnaria
Bersih dan tidak terpasang kateter
11 ) Kulit
Turgor kulit elastis,kembali kurang dari 3 detik,tidak ada lesi,tidak ada kelainan pada kulit.
12 ) Ekstremitas
Ekstremitas atas : kekuatan otot ( 4 ), tidak ada edema, kapilari refil time 3 detik
Ekstremitas bawah : kekuatan otot (4), tidak ada edema,kapileri refil time 3 detik.

B. Analisa Data

C. Diagnosa Keperawatan

1.
14
2.

3.

D. Intervensi keperawatan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas
dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya
trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan.

3.2 Saran

Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan meningkatkan kinerja perawat dan tenaga medis
sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan terhadap pasien khususnya pasien dengan trauma
abdomen.

15
DAFTAR PUSTAKA

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara


Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. FKUI: Media
Aesculapius Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Edisi 3. Jakarta: EGC
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi
2005 -2006, Editor: Budi Sentosa. Jakarta: Prima Medika
Scheets, Lynda J. 2002. Panduan Belajar Keperawatan Emergency. Jakarta:
EGC
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 Vol.3. Jakarta: EGC.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC

16

Anda mungkin juga menyukai