DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BATU KAJANG
Jalan Negara Kuaro-Batu Aji KM .144 Kec. Batu Sopang KP. 76252
Email : puskesmasbatusopang@gmail.com https://puskesmasbatukajang.wordpress.com
I. PENDAHULUAN
Pelayanan Kesehatan HIV-AIDS dan IMS merupakan upaya pelayanan kesehatan seperti
promotif dan preventif yang tetap menjadi perhatian bagi petugas pelayanan kesehatan
terutama di Puskesmas. Sampai dengan tahun 2019, terdapat 10.134 Puskesmas sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia.
Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini, Puskesmas perlu melakukan berbagai upaya
dalam penanganan pencegahan dan pembatasan penularan infeksi. Meskipun saat ini hal
tersebut menjadi prioritas, bukan berarti Puskesmas dapat meninggalkan pelayanan lain
yang menjadi fungsi Puskesmas yaitu melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama seperti yang ditetapkan
dalam Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO, 2020). Secara
nasional melalui Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
9A Tahun 2020 yang diperbarui melalui Keputusan Nomor 13 A Tahun 2020 telah
ditetapkan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus
Corona di Indonesia. Selanjutnya, dengan memperhatikan eskalasi kasus dan perluasan
wilayah terdampak, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah.
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam
Rangka Percepatan Penanganan COVID-19, serta Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun
2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19, kemudian
diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non Alam Penyebaran COVID-19 Sebagai Bencana Nasional. Peran
Puskesmas dalam melakukan prevensi, deteksi dan respon dilaksanakan secara
terintegrasi dalam memberikan pelayanan kesehatan lainnya pada masa pandemi
COVID-19. Termasuk Pelayanan Kesehatan HIV-AIDS dan IMS.
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Infeksi Menular Seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan
bergonta ganti pasangan, baik melalui vagina, oral maupun anal. Sampai saat ini belum
ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya. Jangka waktu antara
terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa memakan waktu rata-
rata 5-10 tahun. Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak sehat, secara sadar
maupun tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain.
Namun sangat penting untuk dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
pada ODHA karena kematian akibat COVID-19 lebih tinggi pada orang yang berusia
lanjut dan orang yang memiliki komorbid atau penyakit lain, seperti kanker, diabetes
melitus (DM), dan penyakit kardiovaskuler. Sedangkan komorbiditas lazim
ditemukan pada ODHA.
Hal ini memerlukan peran aktif multipihak baik pemerintah maupun masyarakat
termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya
penanggulangan HIV dan AIDS dapat dilakukan dengan baik. Dalam upaya
pencegahan, pengobatan, mitigasi dampak dan pengembangan lingkungan yang
kondusif. Untuk keberhasilan program pencegahan dan pengobatan diperlukan peran
aktif dari kelompok populasi kunci yaitu :
a. Orang-orang berisiko tertular atau rawan tertular karena perilaku seksual berisiko
yang tidak terlindung, karena bertukar alat suntik yang tidak steril.
b. Orang-orang yang rentan adalah orang yang karena pekerjaan, lingkungannya
rentan terhadap penularan HIV, seperti buruh migran, pengungsi dan kalangan
muda berisiko.
c. ODHA adalah orang yang sudah terinfeksi HIV.
Seperti diketahui situasi epidemi HIV dan AIDS di indonesia telah memasuki epidemi
terkonsentrasi. Berdasarkan hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP,
Populasi Kunci, 2007) menunjukkan prevalensi HIV pada populasi kunci : Wanita
Pekerja Seks (WPS) langsung 10,4%; WPS tidak langsung 4,6%; waria 24,4%;
pelanggan WPS 0,8%; lelaki seks dengan lelaki (LSL) 5,2%; pengguna napza suntik
52,4%. Di wilayah kecamatan Batu Sopang tahun 2020 dalam masa pandemi
ditemukan kasus HIV sebanyak 9 orang. Dalam menghadapi epidemi HIV-AIDS
tersebut perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang
lebih intensif, komprehensif, terpadu dan terkoordinasi, untuk menghasilkan program
yang cakupannya tinggi, efektif dan berkelanjutan.
III. TUJUAN
A. Tujuan umum program HIV AIDS dan IMS di Puskesmas Batu Kajang adalah
pencegahan dan penanggulangan HIV- AIDS dimasyarakat.
B. Tujuan khusus program HIV- AIDS dan IMS di Puskesmas Batu Kajang adalah :
1. Menemukan kasus baru penderita HIV.
2. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
3. Meningkatkan pengetahuan kelompok resiko tinggi dan kelompok rentan
tertular HIV tentang HIV – AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
(IMS).
No Kegiatan Pokok Pelaksana Program UKM Lintas Program Lintas Sektor Ket
Terkait Terkait
Pelayanan pada pemeriksaan kesehatan HIV-AIDS dilakukan tiap bulan sesuai pada
jadwal kegiatan dan bekerja sama dengan lintas program/lintas sektoral. Dari
pelaporan hasil pelayanan pemeriksaan kesehatan HIV-AIDS sasaran yang dicapai
akan dievaluasi pada saat pelaksanaan kegiatan dilakukan.
1. Pencatatan
a. Kegiatan program pada penyelenggaraan UKP akan dicatat pada format
pencatatn harian kemudian akan direkap pada akhir bulan
b. Kegiatan program pada penyelenggaraan UKM akan didokumentasikan pada
notulen kegiatan
2. Pelaporan
Laporan bulanan program, laporan penyuluhan dan kegiatan mobile VCT akan
dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan kemudian akan diserahkan ke Dinas
Kesehatan Paser serta pelaporan online melalui aplikasi SIHA.
3. Evaluasi Kegiatan
a. Program akan dievaluasi oleh Tim Mutu Puskesmas 3 bulan sekali.
b. Program akan dievaluasi oleh Dinas Kesehatan 1 tahun sekali.
Mengetahui
Kepala Puskesmas Pemegang Program HIV/AIDS