Anda di halaman 1dari 17

MUSHAF ‘UTHMĀN DAN MUSHAF-MUSHAF LAIN

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah al-Qur’an

Dosen Pengampu:

Ahmad Musonnif Alfi, M.Ag

Oleh:

Masisatul Halwa (2021.01.01.1861)

Nurina Kholidah (2021.01.01.2083)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL- ANWAR

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

SARANG REMBANG

2023
MUSHAF ‘UTHMĀN DAN MUSHAF-MUSHAF LAIN

Oleh: Masisatul Halwa dan Nurina Kholidah

A. Pendahuluan
Al-Qur’an selalu memberikan kenikmatan bagi setiap orang yang
membacanya. Akan tetapi tidak jarang terdapat beberapa perbedaan bacaan
yang menimbulkan pertentangan dan saling menyalahkan. Hal tersebut
terkadang dipicu dengan adanya faktor qirāat dan rasm yang berbeda
disebabkan setiap imam merasa memiliki sanad yang bersambung kepada
nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alayhi Wa Sallam.1
Aspek kajian al-Qur’an yang paling banyak menimbulkan kontroversi
salah satunya adalah sejarah kodifikasi al-Qur’an dan pembakuan mushaf
‘Uthmāni. Pada abad ke-2 H para ulama telah melakukan kajian tentang
perbedaan mushaf yang beredar di wilayah-wilayah Islam.2 Adapun salah satu
ulama yang menulis kitab tentang sejarah al-Qur’an adalah Ahmad Sālim
Muhaysin dengan kitabnya Tārikh al-Qur’an al-Karīm.
Kajian sejarah al-Qur’an sangat sensitif karena berkaitan dengan
keyakinan umat Islam yang paling fundamental. Titik sensitif dalam kajan
sejarah al-Qur’an adalah proses kodifikasi dan adanya perbedaan mushaf
yang digunakan para sahabat. Hal ini membuat khalifah ‘Uthmān bin ‘Affan
mengutus beberapa sahabat untuk melakukan perlawatan ke berbagai daerah
guna meneliti dan menyingkap perbedaan mushaf.3
Makalah ini berusaha menjelaskan tentang permasalahan yang kompleks
terkait kodifikasi al-Qur’an di era khalifah ‘Uthmān ibn ‘Affān.
B. Pembakaran Mushaf-Mushaf Sahabat
Setelah sempurna dan selesainya kodifikasi al-Qur’an yang dilakukan
sahabat atas perintah ‘Uthmān bin ‘Affan, ‘Uthmān mengembalikan mushaf
milik Hafṣah dan mengutus sahabat untuk mengirimkan duplikasi al-Qur’an
dan membacakannya ke berbagai negeri kekuasaan Islam, yaitu Makkah,
Madinah, Basrah, Kuffah, Syam, dan satu mushaf yang disimpan sendiri oleh
1
Mohammad Zuhri Abu Nawas, “Mushaf Utsmani Solusi di tengah Keragaman Mushaf”, Jurnal
Al-Asas, No1, Vol VI, (2021), 1.
2
Muhammad Najib, “Pembakuan Mushaf Utsmani”, Jurnal Al- A’raf, No 1, Vol XIII, (2016), 26.
3
Ibid,. 27.
‘Uthmān bin ‘Affan. ‘Uthmān juga memerintahkan agar mushaf non ‘Uthmān
dimusnahkan (dibakar atau dirobek)4, yang mana jika mushaf non ‘Uthmān
tidak dapat dihapus dikhawatirkan akan menimbulkan perselisihin kembali.
Menurut imam al-Zuhry dari riwayatnya imam Anas bahwa sesungguhnya
setelah Zayd bin Thābit dan sekelompok panitia pengumpulan al-Qur’an
melakukan penyalinan mushaf kemudian mengembalikannya kepada Hafṣah,
setelah itu salinan mushaf disebarluaskan ke berbagai daerah dan seluruh
mushaf non-‘Uthmān dibakar.5
Adapun jumlah mushaf yang disebar luaskan ke seluruh penjuru daerah
kedaulatan Islam itu dengan jumlah yag besar. Abi Dāwud mengutip dari dua
periwayatan, yang pertama dari Ḥamzah al-Ziyāt menurutnya ada empat
mushaf yang salah satunya disebarkan di Kufah. Periwayatan yang kedua dari
Abi Ḥatim al-Sijastāni yang mengatakan bahwa ada tujuh mushaf yang
pertama disebarkan di Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, dan salah
satunya disimpan di Madinah. Menurut riwayat al-Qurthubi khalifah ‘Uthmān
menyebarkan mushaf di wilayah Irak, Syam dan di ibu kota Mesir.6
Ibnu Hajar al-Asqalāni dalam kitabnya Fatḥ al-Bāri berkata bahwa kata
Taḥrīq memiliki beberapa makna sesuai dengan individu yang memiliki
mushaf tersebut. Beberapa sahabat juga mungkin lebih memilih
membandingkan mushaf miliknya dengan mushaf ‘Uthmān dibandingkan
merobek atau membakarnya dan saat terlihat ada perbedaan mereka
mengubahnya.7
Ibnu Shihāb meriwayatkan ketika sepeninggal Ḥafṣah mushaf yang
dibawanya diberikan kepada ‘Abdullah ibn ‘Umar kemudian diambil oleh
Khalifah Marwān ibn Ḥakam untuk dibakar agar tidak terjadi perbedaan
dengan mushaf ‘Uthmāni.8

4
Muhammad Sālim Muhaysin, Tārikh al-Qur’an al-Karīm, (t.tp: t.np, 1402 H), 148.
5
Ghānim Qarrūry al-Ḥamad, Rasmu al-Muṣḥaf dirāsatun Lughawiyyatun Tārīkhiyyatun, (Irak: al-
Lajnah al-Waṭaniyyah, 15 H), 123.
6
Ibid., 124.
7
Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalāni, Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhāri, (Beirut: Dār al-
Ma’rifah, 1397 H), 21.
8
Abi Bakr ‘abdillah Ibni Sulaymān ibn al-‘Asy’ath al-Sijastāni al-Hanbāli, Kitābu al-Mashāhif,
(Beirut: Dār al-Bashāir al-Islāmiyyah, 2002), 203.
Adapun salah satu mushaf yang dimusnahkan pada masa khalifah Marwān
ibn Ḥakam adalah mushaf Abu Bakar. Pada waktu itu Ḥafṣah diminta untuk
menyerahkan mushaf Abu Bakar yang disimpan dirumahnya, tetapi Ḥafṣah
menolak dan tidak memberikannya. Sepeninggal Ḥafṣah mushaf Abu Bakar
jatuh ke tangan ibn ‘Umar. Marwān ibn Ḥakam mempunyai tekad yang kuat
dan mengirimkan kembali permintaan kepada ibn ‘Umar agar menyerahkan
mushaf Abu Bakar kepadanya dan Ibnu Umar pun setuju. Setelah
mendaptakan mushaf Abu Bakar, Marwān ibn Ḥakam memerintahkan agar
mushaf tersebut dimusnahkan.9
Perintah pemusnahan mushaf banyak mendapatkan perlawanan. Ada
beberapa sahabat yang menolak untuk memusnahkan al-Qur’an, mereka
meyakini bahwa al-Qur’an miliknya memiliki sanad yang sampai pada
Rasulullah. Salah satu sahabat yang menolak perintah pemusnahan mushaf
adalah ‘Abdullāh ibn Mas’ūd yang menganjurkan murid-muridnya untuk
menyembunyikan mushaf pribadinya. Perintah pemusnahan al-Qur’an tidak
benar-benar langsung musnah ketika diperintahkan oleh ‘Uthmān. Bahkan
pada masa tābi’īn mushaf non ‘Uthmāni masih terus dibaca dan dipedomani.
Namun perlu diyakini bahwa setelah diedarkannya perintah pemusnahan
mushaf non ‘Uthmān, peredaran atau penyebaran mushaf non ‘Uthmān terus
menyusut hingga menjadi sesuatu yang langka dan akhirnya benar-benar
musnah dari peredaran.
Ibnu Kathīr dalam kitab Faḍāilu al-Qur’an menjelaskan bahwa Uthmān
memerintahkan untuk membakar mushaf selain mushaf hasil kodifikasinya
supaya adanya kesepakatan bacaan antara umat Islam dan kesepakatan
adanya perintah penyeragaman al-Qur’an serta tidak menimbulkan
pertentangan.10
Selain memerintahkan untuk membakar mushaf, Uthmān juga
memerintahkan untuk tidak membaca mushaf yang bertentangan dengan skrip
mushaf Uthmāni. Kesepakatan sahabat untuk mengubah semua naskah telah
melahirkan skrip dan ejaan mushaf Uthmāni sebagai standar baru.11
9
Ramli Harun, Sejarah al-Qur’an, (Jakarta: t.np, t.th), 64.
10
Ahmad Sālim, Jam’u al-Qur’an Madkhal Fi Suāl Wa Jawāb, (t.tp: Markaz Tafakkur, 2016), 170
11
Muhammad Al-‘Azami, Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi, (Jakarta:
Gema Insani, 2005), 109.
Adapun mushaf kodifikasi di era khalifah ‘Uthmān bin ‘Affān sekarang
tidak ditemukan dimanapun. Ibnu Kathīr meriwayatkan bahwa ditemukannya
sebuah mushaf hasil kodifikasi ‘Uthmān bin ‘Affān disalah satu masjid
Damaskus di Syam dan terbakar pada tahun 1310 H. Mushaf tersebut ditulis
diatas kulit unta lalu dibawa ke Inggris setelah berada di perpustakaan
Leningrad.12
Menurut ‘Abd al-‘Aziz ibn ‘Imrān dari Muḥriz ibn Thābit bahwa Muḥriz
hidup di zaman kekuasaan raja Ḥajjaj ibn Yūsuf. Pada masa pemerintahan itu
raja Ḥajjaj menulis beberapa mushaf dan menyebarkannya ke beberapa
daerah kekuasan Islam yang salah satunya disebarkan di Madinah, maka
keluarga ‘Uthmān ibn ‘Affān jengkel karena mushaf yang sudah dibukukan
adalah mushaf ‘Uthmāni. Keluarga ‘Uthmān ibn ‘Affan diperintahkan untuk
mengeluarkan mushaf ‘Uthmān yang sekarang dibaca dan diganti dengan
mushaf milik raja Ḥajjaj ibn Yūsuf. Hal ini merupakan musibah pada hari
setelah meninggalnya ‘Uthmān ibn ‘Affān, namun mushaf ‘Uthmāni masih
disimpan oleh Khālid ibn ‘Amr ibn ‘Uthmān. Ketika al-Mahdi naik tahta
menjadi khalifah, mushaf yang disimpan oleh Khālid ibn ‘Amr diminta oleh
al-Mahdi dan disebarluaskan, sedangkan mushaf milik Ḥajjaj ibn Yūsuf
dibekukan dan disimpan dibawah mimbar.13
Alasan mushaf ‘Uthmāni masih ada sampai sekarang adalah:
1. Seorang sahabat yang bernama Abu Darda’ meneliti mushaf yang
disimpan oleh ‘Uthmān ibn ‘Affān di Madinah dan peneletian dilakukan
sebelum mushaf tersebut hilang. Pada perkembangan selanjutnya
peneletian ini sangat dibutuhankan dan menjadi rujukan para ulama.
2. Para ulama meneliti mushaf ‘Uthmān ibn ‘Affān berpedoman pada
mushaf orang-orang Hijaz dan mushaf tersebut hasil duplikasi dari
mushaf ‘Uthmān ibn ‘Affān yang digunakan untuk pribadi masing-masing
sebelum mushaf ‘Uthmāni hilang.14
C. Keengganan Para Sahabat Untuk Menyerahkan Mushafnya

12
Manna’ Khālil al-Qaṭan, Mabāhith fī Ulūm al-Qur’an, (Kairo: Maktabah Wahbah, t.th), 170.
13
Ibn Shabbah, Tārīkh al-Madīnah, (t.tp: t.np, t.th), 7-8.
14
Abi ‘Ubaid al-Qāsim ibn Salam al-Harawi, Faḍāil al-Qur’ān, (Beirut: Dār ibn Kathīr, t.th), 330.
Terdapat beberapa sahabat yang menolak untuk menyerahkan mushaf
pribadinya kepada khalifah Uthmān, diantaranya adalah ‘Abdullāh ibn
Mas’ūd dan Ḥafṣah binti ‘Umar.
‘Abdullah ibn Mas’ūd menolak untuk menyerhkan mushafnya dan
menghasut orang-orang agar tidak menyerahkan mushafnya. Alasan
‘Abdullah ibn Mas’ūd adalah keyakinan menghafal langsung dari Rasulullah
Ṣallā Allahu ‘Alayhi Wa Sallam dan merasa dirinya lebih utama dan hidup
lebih dulu dari pada Zayd ibn Thābit karena mushaf imam ditulis oleh Zayd
ibn Thābit sendiri, padahal menurut ‘Abdullah ibn Mas’ūd yang lebih pantas
menulis mushaf imam adalah dirinya sendiri.15
‘Abdullah ibn Mas’ūd datang dan berbicara kepada penduduk muslim di
Kufah, “wahai kaum muslimin, hindarilah menyalin mushaf-mushaf yang
dikerjakan oleh seseorang (maksudnya Zayd ibn Thābit) demi Allah aku telah
memeluk Islam dan ketika itu dia masih berada dalam pinggang orang
kafir”.16
Pada perkembangan selanjutnya, ‘Abdullah ibin Mas’ūd menyadari akan
kesalah pahamannya dan mengetahui bahwa mushaf-mushaf yang dikirim ke
berbagai negeri Islam bukan merupakan hasil kerja panitia yang terdiri dari
orang yang ahli di bidang al-Qur’an, bukan hasil kerja Zayd bin Thābit
sendiri. Akhirnya ‘Abdullah bin Mas’ūd menerima segala keputusan dan
kebijaksanaan khalifah Uthmān.17
Adapun jawaban dari ḥujjah/argumen ‘Abdullah ibnu Mas’ūd adalah:
1. Nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alayhi Wa Sallam mempercayakan
penulisan wahyu kepada Zayd ibn Thābit. Hal ini mengindikaskan bahwa
Zayd ibn Thābit lebih dulu daripada ‘Abdullah ibn Mas’ūd. Abu bakar
dan ‘Umar ibn Khaṭāb juga mempercayakan pengumpulan al-Qur’an
kepada Zayd ibn Thābit, hal ini yang membuat ‘Abdullah ibn Mas’ūd
jengkel pada mereka.

15
Ahmad Sālim, Jam’u al-Qur’an Madkhal Fī Suāl Wa Jawāb, 171.
16
Al-Zarqāni, Manāhil al-‘Irfān Jilid I, (Mesir: Dār al-Ihyā’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, t.th), 283.
17
H.A. Athaillah, Sejarah al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 249-250.
2. Para sahabat, baik ‘Uthmān maupun yang lain tidak berniat untuk
merendahakan derajat ‘Abdullah ibn Mas’ūd dalam Islam ketika tidak
ikut andil dalam pengumpulan mushaf.18
Peminjaman mushaf resmi yang berada pada Ḥafṣah binti ‘Umar untuk
disalin ke dalam beberapa mushaf, tanggapaan Ḥafṣah binti ‘Umar adalah
menolaknya dan enggan untuk mengirimkannya kepada Uthmān.
Keengganan Ḥafṣah binti ‘Umar meminjamkan mushaf resmi bukanlah
pencerminan sifat buruknya, melainkan merupakan pencerminan dari sikap
yang hati-hati dan ketat dalam penjagaan mushaf. Namun setelah khalifah
Uthmān berjanji akan segera mengembalikan mushafnya setalah menyalin,
barulah Ḥafṣah binti ‘Umar bersedia meminjamkan mushafnya.19
D. Perbedaan Mushaf ‘Uthmān Dengan Mushaf Yang Lain
Pada masa pemerintahan ‘Uthmān ibn ‘Affān rasa kebanggaan terhadap al-
Qur’an mendorong Uthmān untuk segera meneliti mushaf yang dimiliki oleh
para sahabat dan melawat ke berbagai daerah kekuasaan Islam untuk
menerima naskah dan melakukan pemeriksaan kata demi kata, huruf demi
huruf guna mengetahui dan menyingkap perbedaan antara mushaf satu
dengan yang lainnya.20 Sebelum adanya pengkodifikasian al-Qur’an pada
masa ‘Uthmān, umat Islam memiliki beberapa bacaan, yaitu ahli Syam
membaca dengan bacaan Ubay bin Ka’ab, ahli Kufah membaca dengan
bacaan ‘Abdullāh ibn Mas’ūd, selain dua daerah tersebut umat Islam
menggunakan bacaan Abū Mūsā al-‘Asy’ari.21
Menurut riwayatnya Yazīd ibn Mu’āwiyah bahwasanya barangsiapa yang
membaca qiraatnya Abū Mūsā al-‘Asy’ari maka harus mendatangi Zawiyah
atau tempat halaqah kaum Kindah dan barangsiapa yang membaca qiraatnya
‘Abdullah ibn Mas’ūd maka harus mendatangi Zawiyah yang berada di
rumahnya Abdullah. Kemudian qiraat Abū Mūsā al-‘Asy’ari dan ‘Abdullah
ibn Mas’ūd dalam surah al-Baqarah, bacaanya adalah ‫ت‬ ِ ‫َواَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ لِ ْلبَ ْي‬
Berbeda dengan mushaf ‘Uthmāni yang berbunyi ِ ‫ َواَتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هّٰلِل‬.22

18
Ahmad Sālim, Jam’u al-Qur’an Madkhal Fī Suāl Wa Jawāb, 174-175.
19
H.A. Athaillah, Sejarah al-Quran, 242-243.
20
Ahmad Sālim, Jam’u al-Qur’an Madkhal Fi Suāl Wa Jawāb, 110.
21
Muhammad Sālim Muhaysin, Tārikh al-Qur’an al-Karīm, 142-143.
Ḥudzaifah mengetahui hal tersebut lantas marah dan matanya memerah
kemudian Ḥudzaifah berdiri dan mengangkat jubahnya dengan wajah datar.
Ḥudzaifah berkata: aku akan pergi menemui amīrul mukminīn dan
menceritakan kejadian tersebut, Kemudian Ḥudzaifah berkata bahwa
sesungguhnya Allah mengutus nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alayhi Wa
Sallam untuk memerangi orang-orang yang ingkar dan pada masa ini menjadi
masa kejayaan Islam, setelah nabi Muhammad Ṣallā Allahu ‘Alayhi Wa
Sallam wafat, umat Islam merasa sangat kehilangan dan seperti tertusuk
tombak. Kemudian diangkatlah Abu Bakar menjadi khalifah dan ketika Abu
bakar wafat umat Islam juga merasa demikan. Kemudian diutuslah ‘Umar ibn
Khaṭab ditengah-tengah umat Islam, setelah itu diutuslah ‘Uthmān ibn ‘Affān
namun pada waktu itu Allah hampir menguji umat Islam dengan perselisihan
bacaan al-Qur’an, jikalau perselisihan tersebut tidak segera diselesaikan
maka dikhawatirkan akan mengubah Islam secara keseluruhan.23
Adanya mushaf Uthmāni ternyata berbeda dari mushaf-mushaf sahabat
dan Ahlu al-Bayt. Selanjutnya khalifah Uthmān dituduh telah melakukan
taḥrīf (perubahan) pada al-Quran, di antara yang menuduhnya adalah orang-
orang Syi’ah ekstrem. Tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang Syi’ah
karena dilandasi oleh rasa fanatisme kepada ‘Ali bin Abi Ṭālib, namun hal
tersebut tidak mungkin dilakukan oleh Khulafā’ al-Rashidīn karena mereka
memiliki keimanan yang tinggi dan sangat memelihara keautentikan al-
Qur’an.24
Rasm al-‘Uthmāni mempunyai qiraat yang bermacam-macam dalam satu
kalimat. Seperti pengambilan dalam surat Maryam ayat 90:

ُ َ‫ض َوخَتِ ُّر اجْلِب‬


‫ال َهدًّا‬ ُ ‫األر‬
ِ
ْ ‫ات َيَت َفطَّْر َن مْنهُ َوَتْن َش ُّق‬
ُ ‫الس َم َاو‬
َّ ‫اد‬
ُ ‫۞تَ َك‬
25

22
Abi Bakr ‘abdillah Ibni Sulaymān ibn al-‘Asy’ath al-Sijastāni al-Hanbāli, Kitābu al-Mashāhif,
175-176.
23
Ibid., 176.
24
H.A. Athaillah, Sejarah al-Quran, 302.
25
Al-Qur’an, Maryam, [19]:90.
Qiraatnya imam Nāfi’ dan imam Kisāi membacanya dengan ‫ يكاد السماوات‬dan
ada juga yang membacanya dengan ‫يكاد السماوات ييفطران‬.26
Terdapat perbedaan bacaan antara sahabat dan sahabat yang lain,
diantaranya adalah bacaan al-Tābut, Zayd ibn Thābit membacanya dengan al-
Tābut sedangkan Said membacanya dengan al-Tābuh, maka yang dipilih
adalah bacaan Zayd bin Thābit.
Adapun menurut riwayat Faḍal bin Shāaḍan dari perkataan ibn Sīrīn
bahwa di dalam mushaf ‘Abdullah ibn Mas’ūd tidak dituliskan surah
mu’awwidzatain dan al-Fātiḥah.27
Surah muawwidzatain memicu banyak perdebatan, di antaranya adalah
perdebatan para ulama dengan ‘Abdullah ibn Mas’ūd. Ada juga sahabat yang
menyanggah persepsi ‘Abdullah ibn Mas’ud, yakni Ubay ibn Ka’ab. Adapun
riwayat yang menjelaskan demikian adalah menurut Zar bin Ḥubaish dari
perkataanya Ubay ibn Ka’ab bahwa mushafnya ‘Abdullah ibn Mas’ūd tidak
mencantumkan surah mu’awwidzatain. Ubay ibnu Ka’ab menyaksikan bahwa
surah mu’awwidzatain benar-benar diturunkan kepada Rasulullah melalui
perantara malaikat Jibril, maka Ubay ibn Ka’ab mencantumkan surah
muawwidzatain dalam mushafnya.28
Ubay ibn Ka’ab merupakan salah satu orang yang diperintahkan
Rasulullah untuk meriwayatkan al-Qur’an dan juga sebagai sanad tertinggi
dari ulama qiraah sab’ah. Ulama sab’ah sepakat bahwa mu’awwidzatain
termasuk surah yang ada di dalam al-Qur’an.29
Ubay bin Ka’ab terkadang menulis ayat-ayat al-Qur’an yang di naskh,
namun surah mu’awwidzatain bukan termasuk ayat al-Qur’an yang di naskh,
lantas ‘Abullah ibn Mas’ūd menolak hujjah ini dengan tanpa dalil yang
dibatalkan oleh ulama ahlu al-Qurra’ dan lebih memilih menggunakan
hujjahnya Ubay bin Ka’ab.30

26
‘Abd al-Fatāḥ Ismā’īl Shalbī, Rasm al-Muṣhaf al-‘Uthmāni, (Kairo, Maktabah Wahbah: 1999
M), 104.
27
Abi ‘Abdillah al-Zanjānī, Tārīkh al-Qur’ān, (t.tp: t.tt, 1404 H), 82.
28
Ahmad Sālim, Jam’u al-Qur’an Madkhal Fi Suāl Wa Jawāb, 186-187.
29
Ibid., 187.
30
Ibid., 188.
Menurut Abi Abd al-Rahman al-Silmy sesungguhnya Rasulullah pernah
mengatakan tidak boleh mencampurkan al-Qur’an dengan selainnya, pada
konteks ini ayat mu’awwidzatain termasuk ta’awwudz maka ‘Abdullah ibn
Mas’ūd tidak mencantumkan ayat mu’awwidzatain pada mushafnya.31
‘Abdullah ibn Mas’ūd mengetahui ayat mu’awwidzatain dan mengakui
bahwa nabi Muhammad memerintahkan membaca ta’awwudz pada ayat
mu’awwidzatain, namun ‘Abdullah ibn Mas’ūd mengingkari adanya
mu’awwidzatain di dalam al-Qur’an dan tidak ragu akan adanya kesalahan,
tetapi ‘Abdullah ibn Mas’ūd khawatir bahwa mu’awwidzatain termasuk ayat
al-Qur’an.32
Para ulama sepakat bahwa mu’awwidzataian termasuk ayat al-Qur’an, hal
ini menjadi bukti yang kuat bahwa persepsi Abdullah ibn Mas’ūd itu salah,
karena riwayat yang didapat dari nabi Muhammad itu kurang dan menyendiri
padahal ‘Abdullah ibn Mas’ūd membahas terkait ilmu dan makrifat, namun
periwayatannya tergolong menyendiri.33
Berikut merupakan perbedaan antara mushaf ‘Uthmāni dengan mushaf
‘Abdullah ibn Mas’ūd dan mushaf Ubay ibn Ka’ab:34

Surah:ayat Mushaf ‘Uthmāni Mushaf Ubay dan Ibn


Mas’ūd
Al-Nisā’:79 َ ‫صابَكَ ِم ْن َسيَِّئ ٍة فَ ِم ْن نَ ْف ِس‬
‫ك‬ َ َ‫َو َما ا‬ ‫وما اصابك من سيئة فمن نفسك‬
‫وأنا كتبتهاعليك‬
Al-Māidah:82 ‫ك بَِأ َّن ِم ْنهُ ْم قِ ِّس ْي ِس ْينَ َو ُر ْهبَانًا‬
َ ِ‫َذل‬ ‫ذلك بأن منهم صديقين ورهبانا‬
Al-Kahfi:79 ‫وكان وراءهم ملك يأخذ كل‬ ‫وكان وراءهم ملك يأخذ كل‬
‫سفينة غصبا‬ ‫سفينة صالحة غصبا‬

Mushaf yang banyak berbeda dengan mushaf Uthmāni adalah mushaf


milik ‘Abdullah bin Mas’ūd dan mushaf milik Ubay bin Ka’ab. Sebaliknya,
mushaf-mushaf yang lain tidak banyak berbeda dengan mushaf ‘Uthmān,

31
Ahmad Sālim, Jam’u al-Qur’an Madkhal Fi Suāl Wa Jawāb, 184
32
Ibid., 184.
33
Ibid., 184.
34
Abi ‘Ubaid al-Qāsim ibn Salam al-Harawi, Faḍāil al-Qur’ān, 297-298.
seperti mushafnya Abī Mūsā al-‘Asy’arī yang juga disebut Lubāb al-Nuqūl.
Perbedaan tersebut hanya terdapat pada empat ayat, berikut tabelnya:35

Surah: ayat Mushaf ‘Uthmān Mushaf Abī Mūsā


al-‘Asy’arī
Al-Baqarah:124 ‫اِْبَر ِاهْي َم‬ ‫اِْبَر َاهام‬
Al-Nisā’:103 ‫الَ َي ْع ِقلُ ْو َن‬ ‫الَ َي ْف َق ُه ْو َن‬

ْ ‫ص َوايِف‬
Al-Ḥajj:39 ‫ص َواف‬
َ َ
Al-Ḥāqqah: 9
ُ‫َو َم ْن َقْبلَه‬ ‫َو َم ْن تِْل ٓقَأه‬

Mushaf ‘Aisyah juga memiliki perbedaan dengan mushaf ‘Uthmān dan


ayat tersebut tidak ada dalam mushaf ‘Uthmān, dalam mushaf ‘Aisyah
terdapat lafal ‫ وعلى الذين يصلون الصفوف األول‬yang terletak setelah firman Allah
surah al-Ahzāb ayat 56:36

‫صلُّ ْوا َعلَْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِْي ًما‬ ِ ٓ ‫ٰ ِٓئ‬


َ ُ‫۞ِإ َّن اهللَ َو َمل َكتَهُ ي‬
َ ‫صلُّ ْو َن َعلَى النَّيِب ِّ ۚ ٰيَأيُّ َها الَّذيْ َن اٰ َمُن ْوا‬
37

Mushaf ‘Uthmāni berbeda dengan mushaf Madinah pada dua belas tempat,
pernyataan ini menurut Khālid ibn Iyās. Berikut tabel perbedaanya:

Surah: Mushaf Madinah Mushaf ‘Uthmān, Present day mushaf


ayat Kufah dan Basrah
2:132 ‫و أوصى هبا إبراهيم‬ ‫صى هِب آ ِإبْ ِر ِاهْي ُم‬َّ ‫َو َو‬ ‫ووصى هبا إبراهيم‬
3:133 ‫سارعوا إلى مغفرة‬ ‫َو َسا ِرعُ ْوا ِإىَل َم ْغ ِفَر ٍة‬ ‫و سارعوا إىل مغفرة‬
5:53 ‫يقول الذين آمنوا‬ ‫َو َي ُق ْو ُل الَّ ِذيْ َن َآمنُوا‬ ‫و يقول الذين آمنوا‬

35
H.A. Athaillah, Sejarah al-Quran, 274.
36
Ibid., 292.
37
Al-Qur’an, Al-Aḥzāb, [20]:56.
‫‪5:54‬‬ ‫من يرتدد منكم‬ ‫َم ْن َيْرتَ َّد ِمْن ُك ْم‬ ‫من يرتد منكم‬
‫‪9:107‬‬ ‫الذين اختذوا مسجدا‬ ‫َو الَّ ِذيْ َن اخَّتَ ُذ ْوا‬ ‫و الذين اختذوا مسجدا‬

‫َم ْس ِج ًدا‬
‫‪18:36‬‬ ‫ألجدن خريا منهما‬ ‫ِ‬
‫َأَلج َد َّن َخْيًرا ِّمْن َها‬ ‫ألجدن خريا منها‬

‫منقلبا‬ ‫ُمْن َقلَبًا‬ ‫منقلبا‬


‫‪26:217‬‬ ‫فتوكل على العزيز‬ ‫َو َت َو َّك ْل َعلَى الْ َع ِزيْ ِز‬ ‫و توكل على العزيز‬

‫الرحيم‬ ‫الَّ ِ‬
‫رحْيم‬ ‫الرحيم‬
‫‪40:26‬‬ ‫و أن يظهر يف األرض‬ ‫َْأو َأ ْن يُظْ ِهر يِف‬ ‫أو أن يظهر يف األرض‬
‫َ‬
‫الفساد‬ ‫اَأْلر ِ‬
‫ض الْ َف َساد‬ ‫ْ‬ ‫الفساد‬
‫من مصيبة فبما كسبت ِمن ُّم ِ ٍ‬
‫صْيبَة فَبِ َما َك َسبَ ْ‬
‫‪42:30‬‬ ‫ت من مصيبة مبا كسبت‬ ‫ْ‬
‫‪43:71‬‬ ‫و فيها ما تشتهي‬ ‫َوفِْي َها َماتَ ْشتَ ِهْي ِه‬ ‫وفيها ماتشتهيه األنفس‬

‫األنفس‬ ‫اَألْن ُفس‬

‫فَِإ َّن اهللَ ُه َو الْغَيِن ُّ‬


‫‪57:24‬‬ ‫فإن اهلل الغين احلميد‬ ‫فإن اهلل هو الغين‬

‫احْلَ ِمْيد‬ ‫احلميد‬


‫‪91:15‬‬ ‫فال خياف عقبها‬ ‫اف عُ ْقَب َها‬
‫َواَل خَيَ ُ‬ ‫وال خياف عقبها‬

‫‪Mālik ibn Anas juga memiliki mushaf yang berbeda dengan mushaf‬‬
‫‪‘Uthmān. Mushaf yang dibawa oleh Mālik merupakan mushaf milik‬‬
‫‪kakeknya yaitu Mālik ibn Abī ‘Āmir al-Aṣbaḥī yang merupakan murid dari‬‬
‫‪‘Umar bin Khaṭāb dan penulisannya dikerjakan pada waktu ‘Uthmān‬‬
‫‪mengkodifikasi al-Qur’an.38‬‬
‫‪38‬‬
‫‪Shihābuddin Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalāni, Taqrīb al-Tahdzīb, (Saudi Arabia: Bayt al-‬‬
‫‪Afkār al-Dawliyah, t.th), 576.‬‬
Murid-murid Mālik ibn Anas membandingkan mushafnya dengan mushaf
Madinah, Kufah, Basrah, dan mushaf ‘Uthmān. Mushaf Mālik memiliki
perbedaan dengan mushaf Basrah dan Kufah dalam delapan karakter,
sedangkan dengan mushaf Madinah hanya empat karakter, berikut tabel
perbedaannya:39

Surah:ayat Mushaf Uthmān, Mushaf Mālik Mushaf terkini


Kufah dan Basrah
9:107 ‫و الذين اختذوا‬ ‫الذين اختذوا‬ ‫َوالَّ ِذيْ َن اخَّتَ ُذ ْوا َم ْس ِج ًدا‬

‫مسجدا‬ ‫مسجدا‬
18:36 ‫ألجدن خريا منها‬ ‫ألجدن خريا منهما‬ ِ
‫َأَلج َد َّن َخْيًرا ِّمْن َها‬

‫منقلبا‬ ‫منقلبا‬ ‫ُمْن َقلِبًا‬


26:217 ‫و توكل على العزيز‬ ‫فتوكل على العزيز‬ ‫َوَت َو َّك ْل َعلَى الْ َع ِزيْ ِز‬

‫الرحيم‬ ‫الرحيم‬ ِ َّ‫ال‬


‫رحْيم‬

ْ ‫َْأو َأ ْن يُظْ ِهَر يِف‬


ِ ‫اَأْلر‬
40:26 ‫أو أن يظهر يف‬ ‫و أن يظهر يف‬ ‫ض‬

‫األرض الفساد‬ ‫األرض الفساد‬ ‫الْ َف َساد‬


ٍ ِ ‫ِمن ُّم‬
ْ َ‫صْيبَة فَبِ َما َك َسب‬
42:30 ‫من مصيبة فبما‬ ‫من مصيبة فبما‬ ‫ت‬ ْ
‫كسبت‬ ‫كسبت‬
43:71 ‫و فيها ما تشتهيه‬ ‫و فيها ما تشتهيه‬ ‫َو فِْي َها َما تَ ْشتَ ِهْي ِه‬

‫األنفس‬ ‫األنفس‬ ‫اَأْلْن ُفس‬

39
Muhammad Al-‘Azami, Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai Kompilasi, 112-113.
‫فَِإ َّن اهللَ ُه َو الْغَيِن ُّ‬
‫‪57:24‬‬ ‫فإن اهلل هو الغين‬ ‫فإن اهلل هو الغين‬

‫احلميد‬ ‫احلميد‬ ‫احلَ ِمْيد‬


‫‪91:15‬‬ ‫وال خياف عقبها‬ ‫و ال خياف عقبها‬ ‫اف عُ ْقَب َها‬
‫َواَل خَيَ ُ‬

‫‪Menurut riwayat Abu ‘Ubaid bahwa terdapat banyak perbedaan bacaan‬‬


‫‪antara mushaf ‘Uthmāni dan beberapa sahabat yakni ‘Abdullah ibn ‘Abbas,‬‬
‫‪Umar ibn Khaṭab, Zayd ibn Thābit dan Hāni’ al-Barbary. Adapun tabelnya‬‬
‫‪sebagai berikut:40‬‬

‫‪Surah:ayat‬‬ ‫‪Mushaf ‘Uthmān‬‬ ‫‪Non-‘Uthmān‬‬


‫‪Al-Baqarah: 259‬‬ ‫لَ ْم يَتَ َسنَّه‬ ‫لَ ْم يَتَ َس َّن‬
‫‪Al-Rūm: 3‬‬ ‫ال تبديل لخلق هللا‬ ‫ال تبديل للخلق‬
‫‪Al-Ṭāriq: 17‬‬ ‫فَ َمهِّ ِل ْال َكافِ ِر ْينَ‬ ‫فأمهل الكافرين‬
‫‪Ṭāhā: 63‬‬ ‫ِإ َّن هَ َذا ِن لَ ٰس ِح َرا ِن‬ ‫ِإ ْن هذان لسحران‬
‫‪Al-Fātiḥah: 7‬‬ ‫َغي ِْر ْال َم ْغضُوْ ِ‬
‫ب َعلَ ْي ِه ْم‬ ‫عليهم و غير الضالين‬
‫‪Al-Fātiḥah: 7‬‬ ‫ص َراطَ الَّ ِذ ْينَ اَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم‬
‫ِ‬ ‫صراط من انعمت عليهم‬
‫‪Al-Baqarah: 158‬‬ ‫َأ ْن يَطَّوَّفَ بِ ِه َما‬ ‫أن ال يطوف بهما‬
‫‪Al-Baqarah: 184‬‬ ‫َو َعلَى الَّ ِذ ْينَ ي ُِط ْيقُوْ نَهُ‬ ‫َو َعلَى الَّ ِذ ْينَ يُطَ ِّوقُوْ نَهُ‬
‫‪Al-Baqarah: 198‬‬ ‫َأ ْن تَ ْبتَ ُغوْ ا فَضْ اًل ِم ْن َّربِّ ُك ْم فَا ِ َذا‬ ‫أن تبتغوا فضال من ربكم في‬
‫َأفَضْ تُ ْم‬ ‫َم َوا ِس ِم ْال َح ِّج‬
‫‪Al-Baqarah: 226‬‬ ‫َوالَّ ِذ ْينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذرُوْ نَ‬ ‫للذين يقسمون من نسائهم‬
‫اَ ْز َواجًا يَتَ َربَّصْ نَ بَِأ ْنفُ ِس ِه َّن اَرْ بَ َعةَ‬ ‫تربص اربعة أشهر‬
‫َأ ْشه ٍُر َّو َع ْشرًا‬
‫‪Āli ‘Imran: 97‬‬ ‫ات بَّيِّن ٌ‬
‫َات َّمقَا ُم اِ ْب َرا ِهيْم‬ ‫فِ ْي ِه ٰأ يَ ٌ‬ ‫فيه أية بينات مقام ابراهيم‬
‫‪Al-Nisā’:24‬‬ ‫فَ َما ا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِه ِم ْنه َُّن فَٰأ تُه َُّن‬ ‫فما استمتعتم به منهن الى أجل‬
‫‪Al-Nisā’:117‬‬ ‫اِ ْن يَ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ نِه اِاَّل اِنَاثًا‬ ‫ان يدعون من دونه اال اوثانا‬
‫‪Al-Māidah:64‬‬ ‫بَلْ يَدَاهُ َم ْبسُوْ طَتَا ِن‬ ‫بل يداه بسطان‬
‫‪Al-A’rāf: 127‬‬ ‫ك َوآلِهَتَك‬ ‫ِويَ َذ َر َ‬ ‫ويذرك وإال هتك‬

‫‪40‬‬
‫‪Abi ‘Ubaid al-Qāsim ibn Salam al-Harawi, Faḍāil al-Qur’ān, 286-298.‬‬
E. Kesimpulan
Setelah adanya kodifikasi al-Qur’an yang dilakukan pada masa ‘Uthmān
ibn ‘Affān dan mengutus panitia pengumpulan mushaf untuk memusnahkan
seluruh mushaf atau manuskrip yang masih beredar supaya tidak terjadi
perpecahan dan saling mengkafirkan. Para sahabat enggan untuk
menyerahkan mushaf pribadinya karena merasa dirinya mendengar dari
Rasulullah Ṣallā Allahu ‘Alayhi Wa Sallam secara langsung. Pembakaran
mushaf non-‘Uthmāni telah disepakati oleh para sahabat. Mushaf ‘Uthmān
ditulis dengan satu dialek dari tujuh huruf al-Qur’an agar orang-orang bersatu
dalam satu qiraat sedangkan enam qiraat lainnya ditinggalkan yang kemudian
disetujui oleh umat Islam. Akhirnya para sahabat bersedia dan mau
menyerahkan mushafnya kepada khalifah ‘Uthmān. Upaya khalifah ‘Uthman
menuai hasil yang memuaskan yakni menyeragamkan seluruh bacaan al-
Qur’an dan menjadikan mushaf ‘Uthman sebagai satu-satunya mushaf yang
berlaku di kalangan umat Islam.
Daftar Pustaka

Al-Qur’an

Athaillah, H.A. Sejarah al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

‘Asqalāni (al), Ahmad bin Ali bin Hajar. Fatḥ al-Bārī Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhāri.
Beirut: Dār al-Ma’rifah.1397 H.
‘Asqalāni (al) Shihābuddin Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar. Taqrīb al-Tahdzīb.Saudi
Arabia: Bayt al-Afkār al-Dawliyah t.th.
‘Azami (al), Muhammad. Sejarah Teks Al-Qur’an Dari Wahyu Sampai
Kompilasi. Jakarta: Gema Insani. 2005.
Zarqāni (al). Manāhil al-‘Irfān Jilid I. Mesir: Dār al-Ihyā’ al-Kutub
al-‘Arabiyyah. T.th.
Ḥamad (al), Ghānim Qarrūry. Rasmu al-Muṣḥaf dirāsatun Lughawiyyatun
Tārīkhiyyatun. Irak: Al-Lajnah al-Waṭaniyyah.15 H.
Harawi (al), Abi ‘Ubaid al-Qāsim ibn Salam. Faḍāil al-Qur’ān. Beirut: Dār ibn
Kathīr. t.th.
Harun, Ramli. Sejarah al-Qur’an. Jakarta: T.np, T.th.
Muhaysin, Muhammad Sālim. Tārikh al-Qur’an al-Karīm. T.tp: T.np 1402 H.

Qaṭān (al), Manna’ Khālil. Mabāhith fī Ulūm al-Qur’an. Kairo: Maktabah


Wahbah. t.th.
Sālim, Ahmad. Jam’u al-Qur’an Madkhal Fi Suāl Wa Jawāb. T.tp: Markaz
Tafakkur. 2016.
Shabbah, Ibn. Tārīkh al-Madīnah. t.tp: t.np, t.th.
Shalbī, Abd al-Fatāḥ Ismā’īl. Rasm al-Muṣhaf al-‘Uthmāni. Kairo: Maktabah
Wahbah. 1999 M.
Sijastāni (al), Abi Bakr ‘abdillah Ibni Sulaymān ibn al-‘Asy’ath. Kitābu al-
Mashāhif. Beirut: Dār al-Bashāir al-Islāmiyyah. 2002.
Zanjānī (al) Abi ‘Abdillah. Tārīkh al-Qur’ān. t.tp: t.tt, 1404 H.
Abu Nawas, Mohammad Zuhri. “Mushaf Utsmani Solusi di tengah Keragaman
Mushaf”. Jurnal Al-Asas. No 1. Vol VI. 2021.
Najib, Muhammad. “Pembakuan Mushaf Utsmani”. Jurnal Al- A’raf. No 1. Vol
XIII. 2016.

Anda mungkin juga menyukai