Anda di halaman 1dari 7

BAB 3

STATISTIKA MATEMATIKA
PENDAHULUAN
Kita sering mendengar sebuah anggapan bahwa sekolah A lebih baik dari sekolah B.
Apakah anggapan ini benar?

Tentu untuk menjawab dengan PASTI kita tidak boleh menggunakan asumsi kita sendiri.
Harus ada penelitian untuk memastikannya.

Didalam sebuah penelitian tentu tidak mungkin kita teliti seluruh siswa dari sekolah
tersebut. Pastinya hanya sebagian dari siswanya

A. PENGUJIAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal yang
sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. (dalam penelitian hipotesis dapat diartikan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian).
Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis
itu diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak
hipotesis dinamakan pengujian hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis, ada dua macam kekeliruan yang dapat terjadi, dikenal
dengan nama-nama:
a) Kekeliruan tipe I : menolak hipotesis yang seharusnya diterima,
b) Kekeliruan tipe II : menerima hipotesis yang seharusnya ditolak.
Untuk meningkatkan hubungan antara hipotesis, kesimpulan dan tipe kekeliruan, dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.
KEADAAN SEBENARNYA
KESIMPULAN
HIPOTESIS BENAR HIPOTESIS SALAH
Terima KELIRU
BENAR
Hipotesis (Kekeliruan Tipe II)
KELIRU
Tolak Hipotesis BENAR
(Kekeliruan Tipe I)

Peluang membuat kekeliruan tipe I biasa dinyatakan dengan  dan peluang membuat kekeliruan tipe
II dinyatakan dengan . Berdasarkan ini, kekeliruan tipe I dinamakan pula kekeliruan  dan
kekeliruan tipe II dikenal dengan kekeliruan .
Dalam penggunaanya,  disebut pula taraf signifikan atau taraf arti atau sering disebut pula taraf
nyata. Besar kecilnya  dan  yang dapat diterima dalam pengambilan kesimpulan bergantung pada

STATISTIKA MATEMATIKA Page 1


SMA KARANGTURI
akibat-akibat atas diperbuatnya kekeliruan-kekeliruan itu. Selain daripada itu perlu pula dikemukakan
bahwa kedua kekeliruan itu saling berkaitan
Untuk keperluan praktis, kecuali dinyatakan lain,  akan diambil lebih dahulu dengan harga yang
biasa digunakan, yaitu  = 0,01 atau  = 0,05. Dengan  = 0,05 misalnya, atau sering pula disebut
taraf nyata 5%, berarti kira-kira 5 dari tiap 100 kesimpulan bahwa kita akan menolak hipotesis yang
seharusnya diterima. Dengan kata lain kira-kira 95% yakin bahwa kita telah membuat kesimpulan
yang benar. Dalam hal demikian dikatakan bahwa hipotesis telah ditolak pada taraf nyata 0,05 yang
berarti kita mungkin salah dengan peluang 0,05.

LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN HIPOTESIS

Pengujian hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menerima hipotesis atau menolak
hipotesis. Hipotesis di sini akan dinyatakan dengan H, Supaya nampak adanya dua pilihan, hipotesis
H ini perlu didampingi oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini yang merupakan
hipotesis tandingan untuk H, akan disebut alternatif, dinyatakan dengan A. Pasangan H dan A ini,
tepatnya H melawan A, juga menetukan kriteria pengujian yang terdiri dari daerah penerimaan dan
daerah penolakan hipotesis. Daerah penolakan hipotesis sering pula dikenal dengan nama daerah
kritis.

Dalam hand out ini pasangan Ho dan H1 yang dibahas adalah yang dirumuskan dalam bentuk :

H 0 : θ = θ0 H 0 : θ = θ0
 atau 
 H1 : θ  θ0  H1 : θ  θ0

H 0 : θ = θ0
atau 
 H1 : θ  θ0

Adapun langkah pengujian hipotetsis dapat diringkas sebagai berikut:


1. Menentukan formulasi hipotesis
• Nyatakan hipotetsis nolnya H0 bahwa  = o ,
• Pilih hipotetsis alternative H1 yang sesuai   o,  > 0 , < o
2. Tentukan taraf signifikan 
3. Menentukan kriteria pengujian
• Pilih statistic uji yang digunakan apakah z, t, 2 , F atau lainnya, kemudian tentukan daerah
ktitisnya (dari table statistic yang digunakan).
4. Menentukan nilai uji statistik
• Hitung nilai statistic uji berdasarkan sample (melakukan perhitungan data).
5. Membuat kesimpulan
• Keputusan: tolak H0 jika nilai statistic uii tersebut jatuh dalam daerah kritis, sedangkan jika
nilai itu jatuh diluar daerah kritis H0 diterima.

STATISTIKA MATEMATIKA Page 2


SMA KARANGTURI
Penentuan daerah kritis.
• Jika H1 mempunyai perumusan tidak sama, maka dalam distribusi yang digunakan, normal untuk
angka z, Student untuk t, dan seterusnya, didapat dua daerah kritis masing-masing pada ujung-
ujung distribusi. Luas daerah kritis atau daerah penolakan pada tiap ujung adalah ½.
Karena adanya dua daerah penolakan ini, maka pengujian hipotesis dinamakan uji dua pihak.
Daerah Penolakan Ho Daerah penolakan Ho

(daerah kritis) (daerah kritis)

Daerah
luas = ½ luas = ½
Penerimaan Ho

d1 d2
Gambar tersebut memperlihatkan sketsa distribusi yang digunakan disertai daerah-daerah penerimaan dan penolakan
hipotesis. Kriteria yang didapat adalah: terima hipotesis Ho jika harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian
jatuh antara d1 dan d2, dalam hal lainnya Ho ditolak.

• Untuk H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam distribusi yang digunakan
didapat sebuah daerah kritis yang letaknya di ujung sebelah kanan. Luas daerah kritis atau daerah
penolakan ini sama dengan 

Daerah Penolakan Ho

(daerah kritis)

Daerah
luas = 
Penerimaan Ho

d
Harga d, didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan peluang yang ditentukan oleh , menjadi batas antara
daerah kritis dan daerah penerimaan Ho. Kriteria yang dipakai adalah: tolak Ho jika statistik yang dihitung berdasarkan
sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima H o. Pengujian ini dinamakan uji satu pihak, tepatnya pihak
kanan.
• Jika tandingan H1 mengndung pernyataan lebih kecil, maka daerah kritis ada di ujung kiri dari
distribusi yang digunakan.
Luas daerah ini =  yang menjadi batas daerah penerimaan Ho oleh bilangan d yang didapat dari
daftar distribusi yang bersangkutan. Peluang untuk mendapatkan d ditentukan oleh taraf nyata .
Daerah Penolakan Ho

(daerah kritis)

Daerah
luas = 
Penerimaan Ho

d
Kriteria yang digunakan adalah: terima Ho jika statistik yang dihitung berdasarkan penelitian lebih besar dari d
sedangkan dalam hal lainnya Ho kita tolak. Dengan demikian, dalam hal ini kita mempunyai uji satu pihak, ialah
pihak kiri.

STATISTIKA MATEMATIKA Page 3


SMA KARANGTURI
Uji Dua Pihak
Misalkan ada suatu populasi normal dengan rata-rata µ dan simpangan baku σ. Dalam hal ini, akan
dilakukan pengujian terhadap parameter rata-rata µ.
Untuk itu, diambil sebuah sampel acak berukuran n, kemudian diperoleh harga rata-rata 𝑋̅ dan
simpangan baku s.
Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi dua hal :

1. Jika σ telah diketahui:


Hipotesisnya dirumuskan : H0 : µ = µ0
Ha : µ ≠ µ0
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistic Z dengan rumus:

𝑋−µ0
𝑍= σ ………………………….(1)
⁄ 𝑛

σ
= σX = Perkiraan standar error dari mean sample.
√𝑛

Statistik Z ini berdistribusi normal, sehingga untuk menentukan kriteria pengujian digunakan daftar
distribusi normal baku.

Kriteria :
H0 kita terima, jika : −𝑍1⁄ < 𝑍ℎ𝑖𝑡 < 𝑍1⁄ dan dalam hal lainnya H0 ditolak.
2(1−𝛼) 2(1−𝛼)

1
Harga 𝑍1⁄ ini diperoleh dari daftar distribusi normal baku dengan peluang (1 − 𝛼).
2(1−𝛼) 2

Contoh:
Pengusaha lampu pijar merk A mengatakan bahwa lampu hasil produksinya bisa tahan pakai sekitar 800 jam.
Akhir-akhir ini muncul dugaan bahwa masa pakai lampu merk A tersebut telah berubah. Untuk menguji
terhadap dugaan tersebut dilakukan penyelidikan dengan jalan menguji sebanyak 50 buah lampu. Dari hasil
penyelidikan ternyata ditemukan bahwa masa pakai lampu tersebut rata-rata hanya 792 jam. Dari pengamatan,
diketahui bahwa nilai simpangan baku masa hidup lampu merk A adalah 60 jam. Dengan ralat α = 0,05, ujilah
apakah kualitas lampu tersebut memang sudah berubah ataukah belum.

Penyelesaian:
Kita asumsikan bahwa rata-rata masa hidup lampu merk A berdistribusi normal, maka akan diuji :

H0 : µ = 800 jam, berarti lampu tersebut masa pakainya masih sekitar 800 jam (kualitas belum
berubah).

Ha : µ ≠ 800 jam, berarti kualitas lampu telah berubah.

Dari pengalaman, diketahui bahwa simpangan baku masa hidup lampu sekitar σ = 60 jam.

Dari penyelidikan terhadap n=50, diperoleh 𝑥̅ = 792 jam. Statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis diatas adalah statistic Z. Dan dengan mensubtitusikan harga µ0 = 800 jam, akan diperoleh:
𝑋−µ0 792−800
𝑍= σ =𝑍= 60⁄ = −𝟎, 𝟗𝟒
⁄ 𝑛
√ √50

Kriteria pengujian atau harga Z table yang dipakai diperoleh dari daftar distribusi normal baku untuk
uji dua pihak (dua ekor) dengan α=0,05. Dalam hal ini, dapat dilihat pada daftar

. 𝑍1⁄ = 𝑍1⁄ = 𝑍0,475 = 𝟏, 𝟗𝟔


2(1−𝛼) 2(1−0,05)

STATISTIKA MATEMATIKA Page 4


SMA KARANGTURI
Daerah Daerah
Penolakan H0 Penolakan H0 Daerah Kritis

0,025 Daerah 0,025


Penerimaan H0

-1,96 0 1,96

Kriteria: Terima H0, jika harga z hitung terletak antara -1,96 dan 1,96. Sedangkan dalam hal lainya
H0 ditolak.

Dan penyelidikan terhadap sebanyak 50 buah lampu merk A, menghasilkan z hitung =-0,94 dan ini
terletak pada daerah penerimaan Ho.

Kesimpulan:
Bahwa Ho = µ = 800 jam diterima. Atau dengan kata lain, memang masa pakai lampu merk A tersebut
masih sekitar 800 jam. Jadi, kualitas lampu belum berubah.

Permasalahan 1
Kepala Sekolah mengatakan bahwa rata-rata nilai raport siswa-siswanya sekitar 7,6. Akhir-akhir
ini timbul dugaan bahwa rata-rata nilai raport siswa di sekolah tersebut telah berubah. Untuk
mentukan hal ini dilakukan penelitian dengan menguji 50 siswa. Ternyata rata-ratanya 7,2. Dari
pengalaman diketahui bahwa simpangan baku nilai raport 0,9. Selidiki dengan taraf nyata 0,05
apakah rata-rata nilai raport di sekolah tersebut sudah berubah atau belum!

Hasil diskusi:

STATISTIKA MATEMATIKA Page 5


SMA KARANGTURI
2. Jika σ tak diketahui:
Dalam kenyataanya simpangan baku populasi σ sering tidak diketahui, untuk itu, maka diambil harga
penafsirannya yaitu nilai simpangan baku yang dihitung dari sampel.

Untuk menguji hipotesis H0=µ=µo melawan Ha= µ≠ µo maka digunakan statistik t dengan rumus
sebagai berikut:

𝑋̅− 𝜇0
𝑡= ……………………(2)
𝑠/√𝑛

Statistik t ini ternyata berdistribusi student dengan dk= (n-1). Sedangkan kriteria pengujian diperoleh
dari distribusi student t pada taraf α tertentu untuk uji dua pihak (dua ekor).

Kriteria: terima H0, Jika – 𝑡1−𝛼/2 < 𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡1−𝛼/2

Dalam hal ini, 𝑡1−𝛼/2 didapat dari daftar distribusi student t (lihat daftar) dengan peluang (1-α/2) dan
dk = (n-1) dan dk= (n-1). Dan dalam hal lainya, H0 ditolak.

Contoh :
Sebagaimana contoh diatas mengurai pengujian masa pakai lampu merk A, misalkan simpangan baku
populasi σ tidak diketahui. Sedangkan dari sampel pengujian sebanyak n=50 diperoleh harga rata-rata
𝑥̅ =792 jam, dan simpangan baku s = 55 jam dengan harga µ = 800 jam, maka akan dapat dihitung
harga t sebagai berikut:

𝑋̅ − 𝜇0 792− 800
𝑡= = = −1,03
𝑠/√𝑛 55/√50

Dari daftar distribusi student dengan dk=n-1 =50-1=49 dan α=0,05 (uji dua pihak →lihat α=0,025),
diperoleh harga t table= 𝑡1− α/2 = 2,01

Daerah Daerah
Penolakan H0 Penolakan H0 (Daerah Kritis)

0,025 Daerah 0,025


Penerimaan H0

-2,01 0 2,01

Kriteria:
Terima H0, jika harga t hitung terletak antara -2,01 dan 2,01. Sedangkan dlam hal lainya H0 ditolak.
Dan penyelidikan terhadap sebanyak 50 buah lampu merk A, menghasilkan t hitung=-1,03 dan ini
terletak pada daerah penerimaan H0.

Kesimpulan:
Bahwa H0 = µ = 800 jam diterima. Atau dengan kata lain, memang masa pakai lampu merk A tersebut
masih sekitar 800 jam. Jadi, kwalitas lampu belum berubah

STATISTIKA MATEMATIKA Page 6


SMA KARANGTURI
Permasalahan 2
Untuk contoh pada Permasalahan 1 tentang nilai rata-rata raport, misalkan simpangan baku
populasi tak diketahui, dan dari sampel didapat s = 1,5.

Hasil diskusi:

STATISTIKA MATEMATIKA Page 7


SMA KARANGTURI

Anda mungkin juga menyukai