Dosen Pengampuh:
Drs. H. Ach. Hasan, M.Pd.I
Disusun Oleh:
1. Hadi Saptiono(1901011795)
2. Muhammad Yahya S (18010117141)
3. Emi(1901011701)
4. Yassirly Amriya (1901011770)
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar ........................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................4
C.Tujuan Masalah ...................................................................................................4
BAB II
Pembahasan
A.Syeh Muhammad Abduh (1894-1905) ...............................................................5
B.Sayyid Muhammad Khan (1817-1898)...............................................................10
C.Muhammad Iqbal (1876-1938)............................................................................13
BAB III
Penutupan
A.Kesimpulan ..........................................................................................................18
Daftar Pustaka .........................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja totkoh pemikir kalam ulama modern ?
2. Bagaimanakah pemikiran para tokoh ilmu kalam modern ?
BAB II
PEMBAHASAN
3
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Penadamedia Group, 2014),
hlm.196
7
Dengan memerhatikan perbandinagan Muhamhhad Abduh tentang peranan
akal, dapat diketahui pula bagaimana fungsi wahyu baginya. Baginya, wahyu adalah
penolong (al mu'in). Kata ini ia pergunakan untuk menjelaskan fungsi wahyu bagi
akal manusia . Menurutnya, wahyu menolong akal untuk mengetahui sifat dan
keadaaan kehidupan alam akhirat, mengatur kehidupan masyarakat atas dasar prinsip-
prinsip umum yang dibawanya, menyempurnakan pengetahuan akal tentang Tuhan
dan sifat-sifat-Nya, dan mengetahui cara beribadah serta berterima kasih kepada
Tuhan. Dengan demikian, wahyu bagi Abduh berfungsi sebagai konfirmasi, yaitu
untuk menguatkan dan menyempurnakan pengetahuan akal dan informasi. Abduh
memandang bahwa menggunakan akal merupakan salah satu dasar islam. Iman
seseorang tidak sempurna apabila tidak didasarkan pada akal. Islam menurut agama
yang pertama kali mengikat persaudaraan antara akal dan agama. Menurutnya,
kepercayaan pada eksistensi Tuhan juga berdasarkan akal. Wahyu yang dibawa Nabi
tidak mungkin bertentangan dengan akal.
Apabila ternyata antara keduanya terdapat pertentangan, menurutnya terdapat
penyimpangan dalam tataran interpretasi sehingga diperlukan interpretasi lain yang
konfirmasi, yaitu untuk menguatkan dan menyempurnakan pengetahuan akal dan
informasi. Abduh memandang bahwa menggunakan akal merupakan salah satu dasar
islam. Iman seseorang tidak sempurna apabila tidak didasarkan pada akal. Islam
menurut agama yang pertama kali mengikat persaudaraan antara akal dan agama,
Menurutnya, kepercayaan pada eksistensi Tuhan juga berdasarkan akal dan Wahyu
yang dibawa Nabi yang tidak mungkin bertentangan dengan akal. Apabila ternyata
antara keduanya terdapat pertentangan, menurutnya terdapat penyimpangan dalam
tataran interpretasi sehingga diperlukan interpretasi lain yang mendorong pada
penyesuaian.
b.Kebebasan manusia dan fatalisme
Bagi Abduh, di samping mempunyai daya pikir, manusia juga mempunyai
kebebasan memilih yang merupakan sifat dasar alami yang harus ada dalam diri
manusia. Jika sifat dasar ini dihilangkan dari diriya, ia bukan manusia lagi, melainkan
makhluk lain. Manusia dengan akalnya mempertimbangkan akibat perbuatan yang
8
dilakukannya, kemudian mengambil keputusan dengan kemauannya dan mewujudkan
perbuatannya dengan daya yang ada dalam dirinya. Karena manusia menurut hukum
alam dan sunnatullah mempunyai kebebasan dalam kemauan dan daya untuk
mewujudkan kemauan, atau tidak sejalan dengan pandangan hidup Muhammad
Abduh. Menurutnya, manusia yang mempunyai kemampuan berpikir dan kebebasan
dalam memilih, tpi manusia tidak memiliki kebebasan absolut yaitu menyebutkan
bahwa manusia mempunyai kebebasan mutlak sebagai orang yang angkuh .
f. Antropomorfisme
9
Karena Tuhan termasuk dalam alam rohani, rasio tidak dapat menerima
paham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani, namun yang memberi kekuatan
besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin esensi dan sifat-sifat Tuhan
mengambil bentuk tubuh atau roh makhluk di alam ini. Kata-kata wajah, tangan,
duduk, dan sebagainya harus dipahami sesuai dengan pengertian yang diberikan
orang Arab kepadanya. Dengan demikian, kata al-arsy dalam Al - Qur'an berarti
kerajaan atau kekuasaan; kata al - kursy berarti pengatahuan.
g. Melihat Tuhan
h. Pebuatan Tuhan
Karena berpendapat bahwa ada perbuatan Tuhan yang menurut Abduh
sepaham dengan Mu'tazilah dalam mengatakan bahwa wajib bagi Tuhan untuk
berbuat yang terbaik bagi manusia.
Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan
berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW, melalui Fatimah dan
Ali. Neneknys Sayyid Hadi adalah pembesar istana pada zaman Alamghir II (1754 -
1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama. Di samping belajar
bahasa Arab, ia juga belajar bahasa persia. Ia orang yang rajin membaca buku dalam
10
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada waktu berusia delapan belas tahun, ia
bekerja di Serikat India Timur Kemudian, ia bekerja pula sebagai hakim. Pada tahun
1846, ia pulang kembali ke Delhi dan mempergunakan kesempatan itu untuk belajar. 4
Di Delhi ia dapat melihat langsung peninggalan peninggalan kejayaan islam dan
bergaul dengan tokoh tokoh dan pemuka muslim, seperti Nawab Ahmad Baksh,
Nawab Mustafa Khan, Hakim Muhammad khan, dan Nawab Aminuddin. Semasa di
Delhi, ia mula mengarang, karangan yang pertama adalah Asar As-Sanadid.
Pada tahun 1855, ia pindah ke Bijnore. Di tempat ini ia juga tetap mengarang
buku-buku penting islam di India. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan
kekacauan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan terhadap orang
India. Pada saat melihat keadaan rakyat Delhi, Sayyid Ahmad Khan sempat berpikir
untuk meninggalkan India menuju mesir, tetapi ia sadar untuk memperjuangkan umat
islam India menjadi maju, Ia berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan. Dengan
demikian, ia banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan hingga diberi gelar
“Sir”, tetapi ia menolaknya. Usahanya dalam bidang pendidikan untuk bangsa India
sangat besar karena pada tahun 1861, ia mendirikan sekolah di Muradabad. Hingga
akhir hayatnya, ia mementingkan pendidikan umat islam India. Pada tahun 1878, ia
juga mendirikan sekolah Mohammedan Anglo Oriental College ( MAOC ) di Aligarh
yang merupakan karyanya yang paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan
umat islam India .
5
Mukhti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1993), hal 65-66
11
kekuatan dan kebebasan akal menjadikan Khan percaya bahwa manusia bebas untuk
menentukan kehendak dan melakukan perbuata. Ini berarti bahwa ia mempunyai
paham yang sama dengan paham Qadariah. Menurutnya, manusia telah dianugerahi
Tuhan berbagai macam daya, di antaranya daya berpikir berupa akal dan daya fisik
untuk merealisasikan kehendaknya. Karena kepercayaannya kuatterhadap hukum
alam dan kerasnya mempertahankan konsep hukum alam, ia dianggap kafir oleh
sebagian umat islam. Bahkan, ketika datang ke India pada tahun 1869, Jamaluddin Al
- Afghani (1838/9-1897) menerima keluhan itu sebagai tantangan atas tuduhan
tersebut. Jamaluddin mengarang sebuah buku yang berjudul Ar-Radd'ala Ad-
Dahriyyin (Bantahan terhadap Materialis) Sejalan dengan paham Qadariah yang
dianutnya, sehingga menentang keras paham taqlid.
Khan berpendapat bahwa umat islam India mundur karena mereka tidak
mengikuti perkembangan zaman. Gaung peradaban islam klasik masih melenakan
mereka, sehingga tidak menyadari bahwa peradaban baru telah timbul di Barat.
Peradaban baru timbul dengan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah
penyebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang barat. Selanjutnya, Khan
mengemukakan bahwa Tuhan telah menentukan tabiat atau nature (sunnatulah) bagi
setiap makhluk-Nya yang tetap dan tidak pernah berubah.
Menurutnya, islam adalah agama yang paling sesuai dengan hukum alam
yaitu ciptaan Tuhan dan Al-Qur'an adlah firman-Nya, yang sudah tentu keduanya
sejalan dan tidak ada pertentangan, Sejalan dengan keyakinan tentang kekuatan akal
dan hukum alam, Khan tidak ingin pemikirannya terganggu otoritas hadits dan
fiqih. Segala sesuatu diukurnya dengan kritik rasional. Ia pun menolak semua yang
bertentangan dengan logika dan hukum alam. Ia hanya ingin mengambil Al - Qur'an
sebagai pedoman bagi islam, sedangkan yang lain hanya bersifat membantu dan
kurang begitu penting. Alasan penolakannya terhadap hadits karena hadits berisi
moralitas sosial dari masyarakat islam pada abad pertama atau kedua sewaktu
hadits dikumpulkan. Menurutnya, hukum fiqih berisi moralitas masyarakat sampai
saat timbulnya mazhab-mazhab. Ia menolak taklid dan membawa Al-Qur'an untuk
menguraikan relevansinya dengan masyarakat baru pada zaman itu. Sebagai
12
konsekuensi dari penolakannya terhadap taklid, Khan memandang perlu
diadakannya ijtihad-ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran
islam dengan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.
C. Muhammad Iqbal ( 1876 1938 )
1. Riwayat Hidup Singkat Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1876. Ia berasal dari keluarga
kasta Brahmana Khasmir. Ayahnya bernma Nur Muhammad yang terkenal saleh
dalam bergama. Guru pertama Iqbal adalah ayahnya kemudian ia dimasukkan ke
sebuah maktab untuk mempelajari Al - Qur'an. Setelah itu , ia dimasukkan ke
Scottish Mission School. Di bawah bimbingan Mir Hasan, ia diberi pelajaran agama,
bahasa Arab, dan bahasa Persia. Setelah menyelesaikan sekolahnya di Salkot, ia
pergi ke Lahore, sebuah kota besar di India untuk melanjutkan belajarnya di
Govemment College. Di sini, ia bertemu dengan Thomas Arnold, seorang orientalis
yang menjadi guru besar dalam bidang filsafat di universitas tersebut. 6 Pada tahun
1905 setelah mendapat gelar M.A. di Govemment College, Iqbal pergi ke Inggris
untuk belajar filsafat di universitas Cambridge. Dua tahun kemudian, ia pindah ke
Munich Jerman. Di universitas ini, ia memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf dengan
disertasinya yang berjudul The Deveploment of Metaphysics in Persia
(Perkembangan Metafisika di Persia). Iqbal tinggal di Eropa kurang lebih selama
tiga tahun. Sekembalinya dari Munich, ia menjadi adyokat di samping sebagai
dosen. Buku yang berjudul “The Recontruction of Religius Thought in Islam” adalah
kumpulan dari ceramah ceramahnya sejak tahun 1982 dan merupakan karya
terbesarnya dalam bidang filsafat.
Pada tahun 1930, Iqbal memasuki bidang politik dan menjadi ketua
konferensi tahunan Liga Muslim di Allahabad, kemudian pada tahun 1931 dan tahun
1932, ia ikut dalam konferensi Meja Bundar di London yang membahas konstitusi
baru bagi India. Pada bulan Oktober tahun 1933, ia diundang ke Afganistan untuk
mrembicarakan pembentukan Universitas Kabul. Pada tahun 1935, ia jatuh sakit dan
6
Ibid. Hal 259
13
bertambah parah setelah istrinya meninggal dunia pada tahun itu pula, dan ia
meninggal pada tanggal 20 April tahun 1935.
a . Hakikat teologi
b. Pembuktian Tuhan
15
Iqbal menolak pandangan yang statis matter serta menerima pandangan whitehead
sebagai " struktur kejadian " dalam aliran dinamis yang tidak berhenti.
d . Dosa
16
buah terlarang) sebagai kisah yang penuh berisi pelajaran tentang "kebangkitan
manusia dari kondisi primitif yang dikuasai hawa nafsu naluriah pada pemilikan
kepribadian bebas yang diperolehnya secara sadar, sehingga mampu mengatasi
kebimbangan dan kecenderungan untuk membangkang "dan" timbulnya ego
terbatas yang memiliki kemampuan untuk memilih Allah”. telah menyerahkan
tanggung jawab yang penuh risiko ini, menunjukkan kepercayaan Nya yang besar
kepada manusia. Sekarang, kewajiban manusia adalah membenarkan adanya
kepercayaan ini. Pengakuan terhadap kemandirian (manusia) melibatkan pengakuan
terhadap semua ketidaksempurnaan yang timbul dari keterbatasan kemandirian.
17
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dalam peradaban islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW terjadi
berbagai macam paham dalam ajaran islam dimana umat islam terpecah - pecah dan
pemikir kalam yang bermacam - macam dalam berpaham ajaran agama islam.
Diantaranya pemikiran kalam Ulama’ Modern yang terkenal pada masa sekarang
adalah :1. Syekh Muhammad Abduh 2. Sayyid Ahmad Khan 3.Muhammad Iqbal.
Dari ketiga tokoh ulama ini kita dapat mengambil pelajran dimana para
ulama tersebut rela berkorban rela menyebarluaskan pemikiran - pemikirannya di
dunia islam yang mana umat islam pada masa hidup. Para ulama ini sampai sekarang
sudah lalai dengan kenikmatan dunia. Oleh sebab itu ketiga tokoh ulama ini mengajak
umat islam untuk kembali pada ajaran islam yang sebenarnya.
B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini bermanfaat guna menunjang pemahaman
terhadap mata kuliah ilmu kalam . Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
18
serta penulis sendiri . Penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna
perkembangan ke depan dalam menyusun makalah kembali .
DAFTAR PUSTAKA
19