Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMIKIRAN KALAM PARA ULAMA' MODERN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampuh:
Drs. H. Ach. Hasan, M.Pd.I

Disusun Oleh:
1. Hadi Saptiono(1901011795)
2. Muhammad Yahya S (18010117141)
3. Emi(1901011701)
4. Yassirly Amriya (1901011770)

Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam


Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Jombang
2022
KATA PENGANTAR

Kata Pengantar Assalamu'alaikum Wr.Wb Bismillahirrahmanirrahim Tidak


ada ungkapan kata yang paling baik dan berkah bagi kehidupan ini, kecuali
memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan karunia,
taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat yang menyelesaikan
makalah berjudul Pemikiran Kalam Ulama Modern (Abduh, Ahmad Khan, Dan
Iqbal ) dengan baik. Hal ini semata mata ikhlas lillahi ta'ala dalam rangka menuntut
ilmu dan memenuhi tugas Mata kuliah ilmu tauhid.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan keharibaan junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW. Yang mana dengan perjuangan beliau kita dapat berada
dalam cahaya Islam dan Iman . Selanjutnya kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan , sehingga sangat
mengharap saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan. Akhirnya kami
berdo'a ini akan membawa manfaat kepada penulis dan pembaca pada umumnya,
aamiin. Wassalamu'alaikum Wr.Wb

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ........................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................4
C.Tujuan Masalah ...................................................................................................4
BAB II
Pembahasan
A.Syeh Muhammad Abduh (1894-1905) ...............................................................5
B.Sayyid Muhammad Khan (1817-1898)...............................................................10
C.Muhammad Iqbal (1876-1938)............................................................................13
BAB III
Penutupan
A.Kesimpulan ..........................................................................................................18
Daftar Pustaka .........................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu kalam termasuk kajian yang pokok dan sentral. Ilmu ini termasuk
rumpun ilmu ushuluddin (dasar- dasar atau sumber - sumber pokok agama). Begitu
sentralnya kedudukan ilmu kalam dalam dirasat islamiyah sehingga ia menawari,
mengarahkan sampai batas-batas tertentu"mendominasi" arah, corak, muatan materi
dan metodologi kajian-kajian keislaman yang lain, seperti fiqh, usul fiqh, filsafah
(islam), ulum al tafsir, ulum al-hadits, teori dan praktik dakwah dan pendidikan
islam.
Sering kali dijumpai bahwa umat islam, baik sebagai individu dan lebih -
lebih sebagai kelompok, mengalami kesulitan keagamaan untuk tidak mengatakan
tidak siap ketika harus berhadapan dengan arus dan gelombang budaya baru ini.
Bangunan keilmuan kalam klasik rupanya tidak cukup kokoh menyediakan
seperangkat teori dan metodelogi yang banyak menjelaskan bagaimana seorang
agamawan yang baik harus berhadapan, bergaul, bersentuhan, berhubungan dengan
penganut agama-agama yang lain dalam alam praksis sosial, budaya, ekonomi, dan
politik.

B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja totkoh pemikir kalam ulama modern ?
2. Bagaimanakah pemikiran para tokoh ilmu kalam modern ?

C. Tujuan Rumusan Masalah


4
1. Agar mengetahui siapa saja tokoh pemikir kalam ualam modern
2. Agar mengetahui pemikiran pemikiran para tokoh ilmu kalam modern

BAB II
PEMBAHASAN

A. Syekh Muhammad Abduh ( 1894-1905 )


1. Riwayat Hidup Singkat Muhammad Abduh
Syekh Muhammad Abduh nama lengkapnya Muhammad bin ' Abduh bin
Hasan Khairullah, dilahirkan di desa Mahallat Nashr di Kabupaten Al Buhairah,
mesir, pada tahun 1849 M. Ia berasal dari keturunan yang tidak tergolong kaya,
bukan pula keturunan bangsawan. Walaupun demikian ayahnya dikenal sebagai
orang terhormat yang suka memberi pertolongan. Kekerasan yang diterapkan
penguasa-penguasa Muhammad 'Ali dalam memungut pajak menyebabkan penduduk
pindah-pindah tempat untuk menghindarinya. Abduh dilahirkan dalam kondisi yang
penuh kecemasan ini.1
Mula - mula Abduh dikirim ayahnya ke Masjid Al Ahmadi Tanta tempat ini
menjadi pusat kebudayaan selain Al - Azhar. Akan tetapi, sistem pengajaran di sana
sangat menjengkelkannya sehingga setelah dua tahun di sana, ia memutuskan untuk
kembali ke desanya dan bertani, seperti saudara saudara dan kerabatnya. Waktu
kembali ke desa, ia dinikahkan. Saat itu, ia berumur 16 tahun. Semula ia bersikeras
1
.Abdul Rozaq dan Rosihon anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Cv. Pusaka Setia, 2012). Hlm.252)
5
untuk tidak melanjutkan studinya, tetapi akhirnya kembali belajar atas dorongan
pamannya, Syekh Darwish, yang banyak mengaruhi kehidupan Abduh sebelum
bertemu dengan Jamaluddin Al Afghani. Atas jasanya, Abduh berkata, " ... Ia telah
membebaskanku dari penjara kebodohan (the prison of ignorance ) dan
membimbingku menuju ilmu. Setelah merampungkan studinya di bawah bimbingan
pamanya, Abduh melanjutkan study di Al Azhar pada bulan februari 1866. Pada
tahun 1871. Jamaluddin Al-Afghani (1839 1897 ) tiba di mesir. Saat itu, Abduh
masih menjadi mahasiswa Al-Azhar.
Kehadirannya di sambut Abduh dengan menghadiri pertemuan-pertemuan
ilmiahnya. Untuk selanjutnya, ia menjadi murid kesayangan Al Afghani. Lalu Al -
Afghani yang mendorong Abduh aktif menulis dalam bidang sosial dan politik .
Artikel -artikel pembaruannya banyak di muat di surat kabar Al Ahram di kairo. 2
Setelah menyelesaikan studynya di Al-Azhar pada tahun 1877 dengan gelar "Alim",
Abduh mulai mengajar di Al-Azhar, kemudian di Dar Al-Ulum dan di rumahnya.
Pada saat Al -Afghani di usir dari mesir pada tahun 1879 karena dituduh mengadakan
gerakan penentangan terhadap Khedewi Taufiq, Abduh juga dipandang ikut campur
di dalamnya. Oleh karena itu ia dibuang ke luar kota Kairo. Pada tahun 1880, ia
diperbolehkan kembali ke ibu kota kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar
resmi pemerintahan Mesir, Al-Waqa'i Al Mishriyyah.
Pada waktu bersamaan ,kesadaran nasional Mesir mulai tampak di bawah
pimpinan Abduh, surat kabar resmi itu memuat artikel-artikel tentang urgenitas
nasional Mesir, di samping berita, Setelah revolusi Urabi 1882 (yang berakhir dengan
kegagalan), Abduh ketika itu masih memimpin surat kabar Al-Waqa'i, dituduh
terlibat dalam revolusi besar tersebut, sehingga pemerintah Mesir memutuskan untuk
mengasingkannya selama tiga tahun dengan memberi hak kepadanya untuk memilih
tempat untuk pegasingannya. Ia pun memilih Suriah. Di suriah, ia menetap selama
satu tahun, Kemudian ia menyusul gurunya, Al-Afghani, yang ketika ia berada di
paris. Di sana, mereka menerbitkan surat kabar Al - ' Urwah Al Wutsqa , yang
bertujuan mendirikan Pan - Islam serta menentang penjajah pada tahun 1885, Abduh
2
Ibid.
6
diutus oleh surat kabar tersebut ke Inggris untuk menemui tokoh - tokoh negara itu
yang bersimpati kepada rakyat Mesir. Tahun 1899, Abduh diangkat menjadi mufti
Mesir. Kedudukan tinggi itu dipegangnya sampai ia meninggal dunia tahun 1905
2. Pemikiran - Pemikiran Kalam Muhammad Abduh
a.Kedudukan akal dan fungsi wahyu
Ada dua persoalan pokok yang menjadi fokus pemikiran Abduh, sebagaiman
diakuinya, yaitu:3 1) Membebaskan akal pikiran dari belenggu belenggu taqlid yang
menghambat perkembangan pengetahuan agama sebagaimana hak salaf al ummah
(ulama sebelum abad ke - 3 Hijriah) sebelum timbulnya perpecahan, yaitu
memahami langsung dari sumber pokoknya Al Qur'an. 2 ) Memeperbaiki gaya bahasa
Arab, baik yang digunakan dalam percakapan resmi di kantor-kantor pemerintah
ataupun dalam tulisan-tulisan di media massa. Dua persoalan pokok yang menjadi
fokus pemikiran Abduh tampaknya muncul ketika ia meratapi perkembangan umat
islam. Sebagaimana dijelaskan Sayyid Quthb (I.1906), kondisi umat islam saat itu
dapat digambarkan sebagai "suatu masyarakat yang beku, kaku ;menutup rapat-rapat
pintu ijtihad; mengabaikan peranan akal dalam memahami syariat Allah atau meng-
istinbat-kan hokum-hukum karena mereka telah merasa cukup dengan hasil karya
para pendahulunya yang hidup dalam masa kebekuan akal ( jumud ) serta yang
berdasarkan khurafat-khurafat. Atas dasar kedua fokus pikirannnya itu, Muhammad
Abduh memberikan peranan yang sangat besar pada akal. Begitu besarnya peranan
yang diberikan olehnya, sehingga Harun Nasution menyimpulkan bahwa Muhammad
Abduh lebih tinggi pada akal daripada mu'tazilah. Menurut Abduh, akal dapat
mengetahui hal - hal berikut ini : 1) Tuhan dan sifat - sifat Nya, 2) Keberadaan hidup
di akhirat, 3) Kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal Tuhan dan
berbuat baik, sedangkan kesengsaraannnya bergantung pada tidak mengenal Tuhan
dan perbuatan jahat, 4) Kewajiban manusia mengenal Tuhan, 5) Kewajiban manusia
untuk berbuat baik dan menjahui perbuatan jahat untuk kebahagiaannya di akhirat, 6)
Hukum-hukum mengenai kewajiban kewajiban itu.

3
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Penadamedia Group, 2014),
hlm.196
7
Dengan memerhatikan perbandinagan Muhamhhad Abduh tentang peranan
akal, dapat diketahui pula bagaimana fungsi wahyu baginya. Baginya, wahyu adalah
penolong (al mu'in). Kata ini ia pergunakan untuk menjelaskan fungsi wahyu bagi
akal manusia . Menurutnya, wahyu menolong akal untuk mengetahui sifat dan
keadaaan kehidupan alam akhirat, mengatur kehidupan masyarakat atas dasar prinsip-
prinsip umum yang dibawanya, menyempurnakan pengetahuan akal tentang Tuhan
dan sifat-sifat-Nya, dan mengetahui cara beribadah serta berterima kasih kepada
Tuhan. Dengan demikian, wahyu bagi Abduh berfungsi sebagai konfirmasi, yaitu
untuk menguatkan dan menyempurnakan pengetahuan akal dan informasi. Abduh
memandang bahwa menggunakan akal merupakan salah satu dasar islam. Iman
seseorang tidak sempurna apabila tidak didasarkan pada akal. Islam menurut agama
yang pertama kali mengikat persaudaraan antara akal dan agama. Menurutnya,
kepercayaan pada eksistensi Tuhan juga berdasarkan akal. Wahyu yang dibawa Nabi
tidak mungkin bertentangan dengan akal.
Apabila ternyata antara keduanya terdapat pertentangan, menurutnya terdapat
penyimpangan dalam tataran interpretasi sehingga diperlukan interpretasi lain yang
konfirmasi, yaitu untuk menguatkan dan menyempurnakan pengetahuan akal dan
informasi. Abduh memandang bahwa menggunakan akal merupakan salah satu dasar
islam. Iman seseorang tidak sempurna apabila tidak didasarkan pada akal. Islam
menurut agama yang pertama kali mengikat persaudaraan antara akal dan agama,
Menurutnya, kepercayaan pada eksistensi Tuhan juga berdasarkan akal dan Wahyu
yang dibawa Nabi yang tidak mungkin bertentangan dengan akal. Apabila ternyata
antara keduanya terdapat pertentangan, menurutnya terdapat penyimpangan dalam
tataran interpretasi sehingga diperlukan interpretasi lain yang mendorong pada
penyesuaian.
b.Kebebasan manusia dan fatalisme
Bagi Abduh, di samping mempunyai daya pikir, manusia juga mempunyai
kebebasan memilih yang merupakan sifat dasar alami yang harus ada dalam diri
manusia. Jika sifat dasar ini dihilangkan dari diriya, ia bukan manusia lagi, melainkan
makhluk lain. Manusia dengan akalnya mempertimbangkan akibat perbuatan yang
8
dilakukannya, kemudian mengambil keputusan dengan kemauannya dan mewujudkan
perbuatannya dengan daya yang ada dalam dirinya. Karena manusia menurut hukum
alam dan sunnatullah mempunyai kebebasan dalam kemauan dan daya untuk
mewujudkan kemauan, atau tidak sejalan dengan pandangan hidup Muhammad
Abduh. Menurutnya, manusia yang mempunyai kemampuan berpikir dan kebebasan
dalam memilih, tpi manusia tidak memiliki kebebasan absolut yaitu menyebutkan
bahwa manusia mempunyai kebebasan mutlak sebagai orang yang angkuh .

c.Sifat-sifat Tuhan Dalam risalah

Beliu menyebut sifat-sifat Tuhan. Mengenai masalah apakah sifat itu


termasuk esensi Tuhan atau yang lain, namun ia menjelaskan bahwa hal itu terletak di
luar kemampuan manusia untuk mengetahuinya. Walaupun demikian, Harun
Nasution melihat Abduh cenderung pada pendapat bahwa sifat termasuk esensi
Tuhan walaupun tidak tegas mengatakannya.

d. Kehendak mutlak Tuhan


Karena yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia Abduh melihat bahwa
Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah membatasi kehendak mutlak- Nya dengan
memberi kebebasan dan kesanggupan kepada manusia yang secara bebas dapat
dipergunakannya dalam mewujudkan perbuatan perbuatannya. Kehendak mutlak
Tuhan pun dibatasi oleh sunnatullah yang telah ditetapkannya
e. Keadilan Tuhan
Karena memberikan daya besar pada akal dan kebebasan manusia, Abduh
mempunyai kecenderungan untuk memahami dan meninjau alam bukan hanya dari
segi kehendak mutlak Tuhan, melainkan juga dari segi pandangan dan kepentingan
manusia. beliau berpendapat bahwa alam ini diciptakan untuk kepentingan manusia
dan tidak satu pun ciptaan Tuhan yang tidak membawa manfaat bagi manusia.
Mengenai keadilan Tuhan, ia memandang tidak hanya dari segi kemahasempurna-
Nya, tetapi dari juga pemikiran rasional manusia.

f. Antropomorfisme
9
Karena Tuhan termasuk dalam alam rohani, rasio tidak dapat menerima
paham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani, namun yang memberi kekuatan
besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin esensi dan sifat-sifat Tuhan
mengambil bentuk tubuh atau roh makhluk di alam ini. Kata-kata wajah, tangan,
duduk, dan sebagainya harus dipahami sesuai dengan pengertian yang diberikan
orang Arab kepadanya. Dengan demikian, kata al-arsy dalam Al - Qur'an berarti
kerajaan atau kekuasaan; kata al - kursy berarti pengatahuan.

g. Melihat Tuhan

Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya, apakah Tuhan yang bersifat


rohani itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepalanya pada hari perhitungan
kelak? namun beliau hanya menyebutkan bahwa orang yang percaya pada tanzih
(keyakinan bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang menyerupai Tuhan) sepakat
mengatakan bahwa Tuhan tidak dapat digambarkan ataupun dijelaskan dengan kata
kata. Kesanggupan melihat Tuhan dianugerahkan hanya kepada orang-orang tertentu
di akhirat.

h. Pebuatan Tuhan
Karena berpendapat bahwa ada perbuatan Tuhan yang menurut Abduh
sepaham dengan Mu'tazilah dalam mengatakan bahwa wajib bagi Tuhan untuk
berbuat yang terbaik bagi manusia.

B. Sayyid Ahmad Khan ( 1817 1898 )

1. Riwayat Hidup Singkat Sayyid Ahmad Khan

Sayyid Ahmad Khan lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan
berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad SAW, melalui Fatimah dan
Ali. Neneknys Sayyid Hadi adalah pembesar istana pada zaman Alamghir II (1754 -
1759). Ia mendapat didikan tradisional dalam pengetahuan agama. Di samping belajar
bahasa Arab, ia juga belajar bahasa persia. Ia orang yang rajin membaca buku dalam
10
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Pada waktu berusia delapan belas tahun, ia
bekerja di Serikat India Timur Kemudian, ia bekerja pula sebagai hakim. Pada tahun
1846, ia pulang kembali ke Delhi dan mempergunakan kesempatan itu untuk belajar. 4
Di Delhi ia dapat melihat langsung peninggalan peninggalan kejayaan islam dan
bergaul dengan tokoh tokoh dan pemuka muslim, seperti Nawab Ahmad Baksh,
Nawab Mustafa Khan, Hakim Muhammad khan, dan Nawab Aminuddin. Semasa di
Delhi, ia mula mengarang, karangan yang pertama adalah Asar As-Sanadid.

Pada tahun 1855, ia pindah ke Bijnore. Di tempat ini ia juga tetap mengarang
buku-buku penting islam di India. Pada tahun 1857 terjadi pemberontakan dan
kekacauan politik di Delhi yang menyebabkan timbulnya kekerasan terhadap orang
India. Pada saat melihat keadaan rakyat Delhi, Sayyid Ahmad Khan sempat berpikir
untuk meninggalkan India menuju mesir, tetapi ia sadar untuk memperjuangkan umat
islam India menjadi maju, Ia berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan. Dengan
demikian, ia banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan hingga diberi gelar
“Sir”, tetapi ia menolaknya. Usahanya dalam bidang pendidikan untuk bangsa India
sangat besar karena pada tahun 1861, ia mendirikan sekolah di Muradabad. Hingga
akhir hayatnya, ia mementingkan pendidikan umat islam India. Pada tahun 1878, ia
juga mendirikan sekolah Mohammedan Anglo Oriental College ( MAOC ) di Aligarh
yang merupakan karyanya yang paling bersejarah dan berpengaruh untuk memajukan
umat islam India .

2.Pemikiran Kalam Sayyid Ahmad Khan


Beliau mempunyai kesamaan pemikiran dengan Muhammad Abduh di Mesir
setelah berpisah dengan Jamaluddin Al-Afghani dan sekembalinya dari pengasingan.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa ide yang dikemukakannya, terutama tentang akal
yang mendapat penghargaan tinggi dalam pandangannya. Meskipun demikian,
sebagai penganut ajaran islam yang taat dan percaya akan kebenaran wahyu, ia
berpendapat bahwa akal bukan segalanya dan kekuatan akal terbatas. 5 Keyakinan
4
Abdul Rozaq dan Rosihon anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Cv. Pusaka Setia, 2012). Hlm.257

5
Mukhti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan, 1993), hal 65-66
11
kekuatan dan kebebasan akal menjadikan Khan percaya bahwa manusia bebas untuk
menentukan kehendak dan melakukan perbuata. Ini berarti bahwa ia mempunyai
paham yang sama dengan paham Qadariah. Menurutnya, manusia telah dianugerahi
Tuhan berbagai macam daya, di antaranya daya berpikir berupa akal dan daya fisik
untuk merealisasikan kehendaknya. Karena kepercayaannya kuatterhadap hukum
alam dan kerasnya mempertahankan konsep hukum alam, ia dianggap kafir oleh
sebagian umat islam. Bahkan, ketika datang ke India pada tahun 1869, Jamaluddin Al
- Afghani (1838/9-1897) menerima keluhan itu sebagai tantangan atas tuduhan
tersebut. Jamaluddin mengarang sebuah buku yang berjudul Ar-Radd'ala Ad-
Dahriyyin (Bantahan terhadap Materialis) Sejalan dengan paham Qadariah yang
dianutnya, sehingga menentang keras paham taqlid.
Khan berpendapat bahwa umat islam India mundur karena mereka tidak
mengikuti perkembangan zaman. Gaung peradaban islam klasik masih melenakan
mereka, sehingga tidak menyadari bahwa peradaban baru telah timbul di Barat.
Peradaban baru timbul dengan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah
penyebab utama bagi kemajuan dan kekuatan orang barat. Selanjutnya, Khan
mengemukakan bahwa Tuhan telah menentukan tabiat atau nature (sunnatulah) bagi
setiap makhluk-Nya yang tetap dan tidak pernah berubah.
Menurutnya, islam adalah agama yang paling sesuai dengan hukum alam
yaitu ciptaan Tuhan dan Al-Qur'an adlah firman-Nya, yang sudah tentu keduanya
sejalan dan tidak ada pertentangan, Sejalan dengan keyakinan tentang kekuatan akal
dan hukum alam, Khan tidak ingin pemikirannya terganggu otoritas hadits dan
fiqih. Segala sesuatu diukurnya dengan kritik rasional. Ia pun menolak semua yang
bertentangan dengan logika dan hukum alam. Ia hanya ingin mengambil Al - Qur'an
sebagai pedoman bagi islam, sedangkan yang lain hanya bersifat membantu dan
kurang begitu penting. Alasan penolakannya terhadap hadits karena hadits berisi
moralitas sosial dari masyarakat islam pada abad pertama atau kedua sewaktu
hadits dikumpulkan. Menurutnya, hukum fiqih berisi moralitas masyarakat sampai
saat timbulnya mazhab-mazhab. Ia menolak taklid dan membawa Al-Qur'an untuk
menguraikan relevansinya dengan masyarakat baru pada zaman itu. Sebagai
12
konsekuensi dari penolakannya terhadap taklid, Khan memandang perlu
diadakannya ijtihad-ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran
islam dengan situasi dan kondisi masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan.
C. Muhammad Iqbal ( 1876 1938 )
1. Riwayat Hidup Singkat Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot pada tahun 1876. Ia berasal dari keluarga
kasta Brahmana Khasmir. Ayahnya bernma Nur Muhammad yang terkenal saleh
dalam bergama. Guru pertama Iqbal adalah ayahnya kemudian ia dimasukkan ke
sebuah maktab untuk mempelajari Al - Qur'an. Setelah itu , ia dimasukkan ke
Scottish Mission School. Di bawah bimbingan Mir Hasan, ia diberi pelajaran agama,
bahasa Arab, dan bahasa Persia. Setelah menyelesaikan sekolahnya di Salkot, ia
pergi ke Lahore, sebuah kota besar di India untuk melanjutkan belajarnya di
Govemment College. Di sini, ia bertemu dengan Thomas Arnold, seorang orientalis
yang menjadi guru besar dalam bidang filsafat di universitas tersebut. 6 Pada tahun
1905 setelah mendapat gelar M.A. di Govemment College, Iqbal pergi ke Inggris
untuk belajar filsafat di universitas Cambridge. Dua tahun kemudian, ia pindah ke
Munich Jerman. Di universitas ini, ia memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf dengan
disertasinya yang berjudul The Deveploment of Metaphysics in Persia
(Perkembangan Metafisika di Persia). Iqbal tinggal di Eropa kurang lebih selama
tiga tahun. Sekembalinya dari Munich, ia menjadi adyokat di samping sebagai
dosen. Buku yang berjudul “The Recontruction of Religius Thought in Islam” adalah
kumpulan dari ceramah ceramahnya sejak tahun 1982 dan merupakan karya
terbesarnya dalam bidang filsafat.
Pada tahun 1930, Iqbal memasuki bidang politik dan menjadi ketua
konferensi tahunan Liga Muslim di Allahabad, kemudian pada tahun 1931 dan tahun
1932, ia ikut dalam konferensi Meja Bundar di London yang membahas konstitusi
baru bagi India. Pada bulan Oktober tahun 1933, ia diundang ke Afganistan untuk
mrembicarakan pembentukan Universitas Kabul. Pada tahun 1935, ia jatuh sakit dan

6
Ibid. Hal 259
13
bertambah parah setelah istrinya meninggal dunia pada tahun itu pula, dan ia
meninggal pada tanggal 20 April tahun 1935.

2. Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal

Dibandingkan sebagai teolog, Muhammad Iqbal sesungguhnya lebih terkenal


sebagai seorang filsuf eksistensialis. Oleh karena itu, kesulitan untuk menemukan
pandangan pandangannya mengenai wacana-wacana kalam klasik, seperti fungsi akal
dan wahyu, perbuatan manusia, kewajiban - kewajiban Tuhan. Itu bukan berarti ia
tidak sama sekali menyinggung ilmu kalam. Sebagaimana akan terlihat nanti, ia
sering menyinggung beberapa aliran kalam yang pernah muncul dalam sejarah islam.
Sebagai seorang pembaharu, Iqbal menyadari perlunya umat islam untuk melakukan
pembaharuan dalam islam agar dapat keluar dari kemundurannya. Kemunduran umat
islam, menurutnya disebabkan kebekuan uamt islam dalam pemikiran dan ditutupnya
pintu ijtihad. Mereka, seperti kaum konservatif, menolak kebiasaan berpikir rasional
kaum mu'tazilah karena hal tersebut dianggap akan membawa pada disintegrasi umat
islam dan membahayakan kestabilan politik mereka. Hal inilah yang dianggapnya
sebagai penyimpangan dari semangat islam, semangat dinamis dan kreatif.

Islam tidak statis, tetapi dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman.


Pintu ijtihad tidak pernah tertutup karena ijtihad merupakan ciri dari dinamika yang
harus dilambangkan dalam islam. Lebih jauh ia menegaskan bahwa syariat pada
prinsipnya tidak statis , tetapi merupakan alat untuk merespon kebutuhan individu
dan masyarakat karena islam selalu mendorong terwujudnya perkembangan Islam
dalam pandangan. Iqbal menolak kosep lama yang mengatakan bahwa alam bersifat
statis. Islam menurutnya mempertahankan kosep dinamis dan mengakui adanya gerak
perubahan dalam kahidupan sosial manusia.

Oleh karena itu , manusia dengan kemampuan khudi-Nya harus menciptakan


perubahan. Besarnya penghargaan Iqbal terhadap gerak dan perubahan ini, membawa
pemahaman yang dinamis tentang Al - Qur'an dan hukum islam. Tujuan
diturunkannya Al - Qur'an, menurutnya untuk membangkitkan kesadaran manusia
14
sehingga mampu menerjemahkan dan menjabarkan nash-nash Al-Qur'an yang masih
global dalam realitas kehidupan dengan kemampuan nalar manusia dan dinamika
masyarakat yang selalu berubah. Inilah yang dalam rumusan fiqh disebut ijtihad yang
oleh Iqbal disebut sebagai prinsip gerak dalam struktur islam. Oleh karena itu, untuk
mengembalikan semangat dinamika islam, dalam rangka membuang kekakuan dan
kejumudan hukum islam, ijtihad harus dialihkan mejadi ijtihad kolektif.Menurut
Iqbal, peralihan kekuasaan ijtihad individu yang mewakili mazhab tertentu kepada
lembaga legislatif islam adalah satu satunya bentuk yang paling tepat untuk
menggerakkan spirit dalam sistem hukum islam yang selama ini hilang dari umat
islam dan menyerukan kepada kaum muslim agar menerima dan mengembangkan
lebih lanjut hasil - hasil rasionalisme tersebut.

a . Hakikat teologi

Secara umum, ia melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi keimanan,


mendasarkan pada esensi tauhid (universal dan inklusivistik). Di dalamnya memuat
jiwa yang bergerak berupa "persamaan, kesetia kawanan dan kebebasmerdekaan ".
Pandangannya tentang ontologi teologi membuatnya berhasil melihat adanya anomali
(penyimpangan) yang melekat dalam literatur ilmu kalam klasik. Teologi Asy'ariah
menggunakan cara dan pola berpikir yunani untuk mempertahankan dan
mendefinisikan pemahaman ortodoksi islam. Mu'tazilah sebaliknya, terlalu jauh
bersandar pada akal sehingga mereka tidak menyadari bahwa dalam wilayah
pengetahuan agama, pemisahan antara pemikiran keagamaan dari pengalaman
konkret merupakan kesalahan besar.

b. Pembuktian Tuhan

Dalam membuktikan eksistensi Tuhan , Iqbal menolak argumen kosmologis


ataupun ontologis. Ia juga menolak argumen teleologis yang berusaha membuktikan
eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar. Meskipun demikian,
ia menerima landasan teleologis yang imanen (tetap ada ). Untuk menopang hal ini,

15
Iqbal menolak pandangan yang statis matter serta menerima pandangan whitehead
sebagai " struktur kejadian " dalam aliran dinamis yang tidak berhenti.

Karakter nyata konsep tersebut ditemukan iqbal dalam"jangka waktu murni"-


nya Bergson, yng tidak terjangkau oleh sereal waktu. Dalam "jangka waktu murni"
ada perubahan, melainkan tidak ada suksesi (penggantian). Kesatuannya serperti
kuman yang didalamnya terdapat Pengalaman nenek moyang para individu, bukan
sebagai suatau kumpulan, tetapi sebagai suatu kesatuan yang didalamnya setiap
pengalaman menyerap keselurahannya. Dari diri individu, " jangka waktu murni" ini
kemudian di transfer ke alam semesta dan membenarkan ego mutlak. Gagasan inilah
yang "dibicarakan" Iqbal kedalam Al Qur'an. Jadi, Iqbal telah menafsirkan Tuhan
yang imanen bagi alam

c. Jati diri manusia

Paham dinamisme Iqbal berpengaruh benar terhadap jati diri manusia.


Penelusuran terhadap pendapatnya tentang persoalan ini dapat di lihat dari
konsepnya tentang ego, ide sentral dalam pemikiran filosofisnya. Kata itu di artikan
dengan kepribadian. Manusia hidup untuk mengetahui kepribadiannya serta
menguatkan dan mengembangkan bakat bakatnya, bukan sebaliknya, yaitu
melemahkan pribadinya, seperti yang di lakukan oleh para sufi yang menundukkan
jiwa sehingga fana dengan Allah. Pada hakikatnya, menafikan diri bukan ajaran
islam karena hakikat hidup adalah bergerak, dan gerak adalah perubahan Filsafat
khudi-Nya tampak dan merupakan reaksi terhadap kondisi umat islam ketika itu
telah membawa meraka jauh dari tujuan dan maksud islam yang sebenarnya dengan
ajaran khudi–Nya.

d . Dosa

Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa Al-Qur'an


menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif. Dalam
hubungan ini, ia mengembangkan cerita tentang kejatuhan Adam (karena memakan

16
buah terlarang) sebagai kisah yang penuh berisi pelajaran tentang "kebangkitan
manusia dari kondisi primitif yang dikuasai hawa nafsu naluriah pada pemilikan
kepribadian bebas yang diperolehnya secara sadar, sehingga mampu mengatasi
kebimbangan dan kecenderungan untuk membangkang "dan" timbulnya ego
terbatas yang memiliki kemampuan untuk memilih Allah”. telah menyerahkan
tanggung jawab yang penuh risiko ini, menunjukkan kepercayaan Nya yang besar
kepada manusia. Sekarang, kewajiban manusia adalah membenarkan adanya
kepercayaan ini. Pengakuan terhadap kemandirian (manusia) melibatkan pengakuan
terhadap semua ketidaksempurnaan yang timbul dari keterbatasan kemandirian.

e . Surga dan neraka Surga dan neraka

menurut Iqbal merupakan keadaan-keadaan, bukan tempat. Gambaran-


gambaran tentang keduanya di dalam Al - Qur'an adalah penampilan-penampilan
kenyataan batin secara visual, yaitu sifatnya. Neraka menurut rumusan Al-Qur'an
adalah "api Allah yang menyala-nyala dan yang membumbung ke atas hati",
pernyataan yang menyakitkan mengenai kegagalan manusia. Surga adalah
kegembiraan karena mendapatkan kemenangan dalam mengatasi berbagai
dorongan yang menuju pada perpecahan. Tidak ada kutukan abadi dalam islam.
Neraka sebagaimana dijelaskan dalam Al - Qur'an bukanlah kawah tempat
penyiksaan abadi yang disediakan Tuhan. Ia merupakan pengalaman korektif yang
dapat memperkeras ego agar lebih sensitif terhadap tiupan angin sejuk dari
kemahamurahan Allah. Surga juga bukan merupakan tempat berlibur. Kehidupan
itu berkesinambungan.

17
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dalam peradaban islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW terjadi
berbagai macam paham dalam ajaran islam dimana umat islam terpecah - pecah dan
pemikir kalam yang bermacam - macam dalam berpaham ajaran agama islam.
Diantaranya pemikiran kalam Ulama’ Modern yang terkenal pada masa sekarang
adalah :1. Syekh Muhammad Abduh 2. Sayyid Ahmad Khan 3.Muhammad Iqbal.
Dari ketiga tokoh ulama ini kita dapat mengambil pelajran dimana para
ulama tersebut rela berkorban rela menyebarluaskan pemikiran - pemikirannya di
dunia islam yang mana umat islam pada masa hidup. Para ulama ini sampai sekarang
sudah lalai dengan kenikmatan dunia. Oleh sebab itu ketiga tokoh ulama ini mengajak
umat islam untuk kembali pada ajaran islam yang sebenarnya.
B. Saran
Penulis berharap agar makalah ini bermanfaat guna menunjang pemahaman
terhadap mata kuliah ilmu kalam . Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca

18
serta penulis sendiri . Penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna
perkembangan ke depan dalam menyusun makalah kembali .

DAFTAR PUSTAKA

Razak , Abdul dan Rosihon Anwar . Ilmu Kalam . Bandung : Pustaka


Setia , 2012
Yusuf , Yunan Muhammaad . Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam .
Jakarta : Prenadamedia Group , 2014 Ali ,
Mukhti. Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan . Bandung :
Mizan , 1993

19

Anda mungkin juga menyukai