POLTEKES KEMENKES PADANG 2022/2023 PEMERIKSAAN RANGSANGAN MENINGEAL Persiapan Pasien Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan pasien diperiksa di ruangan yang privat dan nyaman. Penjelasan lengkap mengenai indikasi, cara pemeriksaan, dan komplikasi harus dijelaskan kepada pasien. Lepaskan aksesoris yang ada di leher seperti kalung atau syal. Pada pasien dengan kecurigaan infeksi susunan saraf pusat, pasien mungkin dalam keadaan penurunan kesadaran atau tidak kooperatif. Pastikan Anda telah mendapatkan persetujuan untuk melakukan pemeriksaan dari keluarga yang berwenang. Persiapan Alat Dan Prosedur Kerja a. Siapkan alat dan bahan. b. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan. c. Cuci tangan dahulu. d. Pemeriksaan kaku kuduk. 1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa menggunakan bantal kepala. 2. Pemeriksa berdiri di sebelah kiri pasien. 3. Tangan kiri pemeriksa ditempatkan dibelakang kepala pasien. 4. Tempatkan tangan kanan pemeriksa pada sternum pasien, untuk memfiksasi tubuh pasien. 5. Dengan hati-hati, putar kepala pasien ke kanan dan kiri. Selanjutnya, dengan hati-hati, fleksikan kepala pasien sehingga dagu pasien menyentuh dada. 6. Nilai adakah nyeri atau tahanan pada leher saat pemeriksaan ini dilakukan. e. Pemeriksaan lasegue 1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa menggunakan bantal kepala dengan kedua tungkai diekstensikan (lurus). 2. Pemeriksa mengangkat salah satu kaki dengan fleksi pada sendi panggul. 3. Nilai adanya tahanan atau rasa nyeri 4. Lakukan pemeriksaan pada tungkai lainnya dan bandingkan hasilnya. f. Pemeriksaan kernig 1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa menggunakan bantal kepala dengan kedua tungkai diekstensikan (lurus). 2. Pemeriksa memfleksikan sendi panggul dan lutut sehingga membentuk sudut 90 derajat. 3. Kemudian tungkai bawah diekstensikan. 4. Nilai adanya tahanan maupun rasa nyeri. 5. Lakukan pemeriksaan pada tungkai lainnya dan bandingkan hasilnya. g. Tanda Brudzinski I 1. Saat dilakukan prosedur pemeriksaan kaku kuduk, nilai posisi kaki pasien. 2. Adakah fleksi pada kedua tungkai. h. Tanda Brudzinski II 1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa menggunakan bantal kepala dengan kedua tungkai diekstensikan (lurus). 2. Tungkai difleksikan pada sendi panggul dan lutut. 3. Nilai tungkai lainnya, adakah fleksi yang terjadi. 4. Lakukan pemeriksaan pada tungkai lainnya dan bandingkan hasilnya.
PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS
Tujuan Untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. Persiapan 1. Persiapan Petugas Pastikan dan identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan Cuci tangan sesuai Prosedur (6 Langkah menurut WHO) Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan 2. Persiapan Pasien Identifikasi Pasien (Lihat SPO Identifikasi Pasien) Jaga Privacy dan siapkan lingkungan aman dan nyaman Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan 3. Persiapan Alat Handscoon Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, teh, tembakau dan jeruk Snellen Chart Penlight Garputala Kapas dan lidi Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka Spatel tongue 4. Prosedur kerja 1. Pemeriksaan N. I : Olfaktorius Fungsi : Sensorik khusus (menghidu, membau) Cara Pemeriksaan : Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip, karena dapat mengurangi ketajaman penciuman. Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari-hari seperti kopi, teh, tembakau dan jeruk. Jangan gunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (N.V) seperti mentol, amoniak, alkohol dan cuka. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh pasien menciumnya Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lobang hidung yang lainnya dg tangan. 2. Pemeriksaan N. II : Optikus Fungsi : Sensorik khusus melihat Tujuan pemeriksaan : a. Mengukur ketajaman penglihatan / visus dan menentukan apakah kelaianan pada visus disebabkan oleh kelaianan okuler lokal atau kelaianan syaraf. b. Mempelajari lapangan pandangan c. Memeriksa keadaan papil optik Cara Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan 1. Dilakukan dengan cara memandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan pemeriksa yang normal. 2. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding dan ditanyakan pukul berapa. 3. Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku. 4. Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksa, maka dianggap normal. 5. Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan visus dengan menggunakan gambar snellen. 6. Pemeriksaan snellen chart a) Pasien disuruh membaca gambar snellen dari jarak 6 m b) Tentukan sampai barisan mana ia dapat membacanya. c) Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman penglihatannya norma (6/6) d) Bila tidak normal : i. Misal 6/20, berarti huruf yang seharusnya dibaca pada jarak 20 m, pasien hanya dapat memaca pada jaral 6 m, namun bila pasien dapat melihat melalui lubang kecil (kertas yang berluang, lubang peniti), huruf bertambah jelas, maka pasien mengalami kelainan refraksi. ii. 1/300 = Pasien dapat melihat gerakan tangan / membedakan adanya gerakan atau tidak iii. 1/~ = pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang Cara Pemeriksaan Lapangan Pandangan : Dilakukan dengan jalan membandingkan dengan penglihatan pemeriksa yang dianggap normal,dengan menggunakan metode konfrontasi dari donder. a. Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira-kira 1 m. b. Jika kita hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan tangan atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya. c. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat mata kanan pasien. d. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien. e. Lakukan gerakan dari arah luar ke dalam f. Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus memberi tahu dan dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa juga melihatnya g. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut. h. Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien. 3. Pemeriksaan N. III : Okulomotorius Fungsi : Sematomotorik, visero motorik Cara Pemeriksaan : a. Dengan menggunakan penlight (Rangsangan cahaya) 1) Pasien disuruh untuk menutup mata dengan tangan pada mata sebelah kiri atau kanan (salah satunya) 2) Kemudian Lihat reflek cahaya dengan menggunakan penlight 3) Periksa mata secara bergantian sebelah kiri dan kanan. Normalnya Reflek cahaya (+), antara mata sebelah kiri dan kanan harus sama / isokor b. Uji kelopak mata Pasien disuruh menutup mata Kemudian mata diberi tahanan dengan tangan pemeriksa Dan suruh pasien membuka mata Normal : Bila pasien dapat membuka matanya dengan tahanan si pemeriksa 4. Pemeriksaan N. IV : Trokhlearis Fungsi : Somatomotorik Menginervasi m. Obliqus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat dilirikkan ke bawah dan nasal. Cara Pemeriksaan : Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan benda : misal ballpoint Kemudian benda/ballbpoint digerakkan keatas dan kebawah, Pasien disuruh untuk melihat dan mengikuti gerakan ballpoint tersebut Normal : Bola mata pasien dapat mengikuti gerakan benda ke atas dan kebawah 5. Pemeriksaan N. VI : Abdusen Fungsi : Somatomotorik Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini menyebabkan lirik mata ke arah temporal Cara Pemeriksaan : Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan benda : misal ballpoint Kemudian benda/ballbpoint digerakkan kesamping kiri dan kanan, Pasien disuruh untuk melihat dan mengikuti gerakan ballpoint tersebut Normal : Bola mata pasien dapat mengikuti gerakan benda ke samping kiri dan kanan 6. Pemeriksaan N. V : Trigeminus Fungsi : Somatomotorik, somatosensorik Bagian motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah, yaitu menutup mulut, menggerakkan rahang ke bahwa dan samping dan membuka mulut. Cara pemeriksaan fungsi motorik : 1. Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m. Masseter dan m. Temporalis, perhatikan besarnya, tonus serta bentuknya. 2. Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah. 3. Bila ada parise, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh Cara pemeriksaan fungsi sensorik : a. Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah yang dipersyarafi. b. Periksa reflek kornea Untuk N. III, IV dan VI fungsinya saling berkaitan. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstra okuler dan mengangkat kelopak mata. Searbut otonom N III, mengatur otot pupil. Cara pemeriksaannya bersamaan, yaitu : a) Selama wawancara, pemeriksa memperhatikan celah matanya, apakah ada ptosis, eksoftalmus dan strabismus/ juling dan apakah ia cendrung memejamka matanya karena diplopia. b) Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis, besar pupil, reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola mata dan nistagmus. c) Untuk menilai m. Levator palpebra, pasien disuruh memejamkan matanya, kemudia disuruh ia membuka matanya. d) Waktu pasien membuka matanya, kita tahan gerakan ini dengan jalan memegang / menekan ringan pada kelopak mata. e) Dengan demikian dapat dinilai kekuatan kelopak mata. f) Untuk menilai pupil, perhatikan besarnya pupil pada kiri dan kanan, apakah sama ukurannya, apakah bentuknya bundar atau tidak rata tepinya. Miosis = pupil mengecil, midriasis = pupil membesar g) Reflek cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung atau tidak langsung., caranya : i. Pasien disuruh melihat jauh. ii. Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter/ diberi cahaya dan lihat apakah ada reaksi pada pupil. Normal akan mengecil iii. Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena penyinaran pupil mata tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsung iv. Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh. 7. Pemeriksaan N. VII : Fasialis Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik Cara Pemeriksaan : 1) Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidak, perhatikan kerutan dahi, pejaman mata, plika nasolabialis dan sudut mulut. 2) Bila asimetris muka jelas disebabkan kelumpuhan jenis perifer. 3) Pada kelumpuhan jenis sentral, kelumpuhan nyata bila pasien disuruh melakukan gerakan seperti menyeringai dan pada waktu istirahat, muka simetris. d. Suruh pasien mengangkat alis dan mengkerutkan dahi 4) Suruh pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi), dan bisa juga suruh pasien bersiul 5) Gejala chvostek, dengan mengetuk N. VII di bagian depan telinga. (+) bila ketokan menyebabkan kontraksi otot mata yang di persyarafi. 8. Pemeriksaan N. XII : Hipoglosus Fungsi : Somatomotorik Cara Pemeriksaan : a. Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak b. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan : 1) besarnya lidah, 2) kesamaan bagian kiri dan kanan 3) adanya atrofi 4) apakah lidah berkerut c. Apakah lidahnya mencong bila digerakkan atau di julurkan 9. Pemeriksaan N. IX : Glossofaringeus Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik Cara Pemeriksaan : Fungsi pengecapan a. Pasien disuruh menjulurkan lidah b. Taruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam secara bergiliran c. Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut. d. Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat. Normal : Pasien dapat menyebutkan dengan benar e. Dengan menggunakan toung spatel + penlight, suruh pasien menyebutkan aaaa f. Perhatikan kualitas suara pasien, apakah suaranya normal, berkurang, serak atau tidak sama sekali. g. Perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum mole, arkus faring dan uvula dalam keadaan istirahat dan bagaimana pula waktu bergerak, misalnya waktu bernafas atau bersuara. Abnormal bila letaknya lebih rendah terhadap yang sehat 10. Pemeriksaan N. X : Vagus Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, somatosensorik Pemeriksaan dilakukan untuk melihat Reflek menelan Cara pemeriksaan a. Pasien disuruh memakan makanan padat, lunak dan menelan air b. Perhatikan apakah ada kesalahan telan / tidak bisa menelan/ disfagia c. Dengan cara leher diraba, dan suruh pasien menelan. Normal : Jika pergerakannya sama kiri dan kanan 11. Pemeriksaan N. VIII : Akustikus & Vestibulo Koklearis Fungsi : Sensorik khusus pendengaran dan keseimbangan Cara Pemeriksaan syaraf kokhlerais : a. Ketajaman pendengaran 1) Pemeriksa berbicara pelan/ berbisik dengan pasien 2) Normal : Pasien dapat mendengar dan menjawab pertanyaan dengan benar Untuk ketajaman pendengaran, dapat juga dilakukan Tes swabach, Tes Rinne dan Tes weber b. Koordinasi : 1) Pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa 2) Kemudian suruh pasien melakukan hal yang sama dengan mata tertutup untuk mengujinya Bila pasien salah tunjuk, berarti terdapat gangguan Cara untuk menilai keseimbangan 12. Pemeriksaan N. XI: Aksesorius Fungsi : Somatomotorik Cara Pemeriksaan : a. Pasien disuruh menoleh kesatu sisi kiri/kanan, b. Kemudian tangan pemeriksa memberikan tahanan pada pipi, dan suruh pasien berbalik c. Jika pasien tidak bisa melawan tahanan dari tangan pemeriksa, berarti ada gangguan d. Bisa juga dengan tes angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase. a. Untuk mengukur kekuatan otot sternocleidomastoideus dilakukan dengan cara : pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang digerakkan oleh otot ini dan kita tahan gerakannya. Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya. Dapat dinilai kekuatan ototnya. b. Lihat otot trapezius apakah ada atropi atau fasikulasi, apakah bahu lebih rendah, apakah skapula menonjol Letakkan tangan pemeriksa diatas bahu pasien Suruh pasien mengangkat bahunya dan kita tahan. Dapat dinilai kekuatan ototnya.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis