Anda di halaman 1dari 10

RESUME

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


Tentang
“PEMERIKSAAN FISIK ”

DISUSUN OLEH :

GAYATRI PUTRI
(203310696)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns.Hendri Budi,M.Kep,Sp KMB

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKES KEMENKES PADANG
2022/2023
PEMERIKSAAN RANGSANGAN MENINGEAL
 Persiapan Pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan pasien diperiksa di ruangan yang privat dan
nyaman. Penjelasan lengkap mengenai indikasi, cara pemeriksaan, dan komplikasi harus
dijelaskan kepada pasien. Lepaskan aksesoris yang ada di leher seperti kalung atau syal.
Pada pasien dengan kecurigaan infeksi susunan saraf pusat, pasien mungkin dalam keadaan
penurunan kesadaran atau tidak kooperatif. Pastikan Anda telah mendapatkan persetujuan
untuk melakukan pemeriksaan dari keluarga yang berwenang.
 Persiapan Alat Dan Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
c. Cuci tangan dahulu.
d. Pemeriksaan kaku kuduk.
1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa menggunakan bantal kepala.
2. Pemeriksa berdiri di sebelah kiri pasien.
3. Tangan kiri pemeriksa ditempatkan dibelakang kepala pasien.
4. Tempatkan tangan kanan pemeriksa pada sternum pasien, untuk memfiksasi tubuh
pasien.
5. Dengan hati-hati, putar kepala pasien ke kanan dan kiri. Selanjutnya, dengan hati-hati,
fleksikan kepala pasien sehingga dagu pasien menyentuh dada.
6. Nilai adakah nyeri atau tahanan pada leher saat pemeriksaan ini dilakukan.
e. Pemeriksaan lasegue
1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa menggunakan bantal kepala dengan kedua
tungkai diekstensikan (lurus).
2. Pemeriksa mengangkat salah satu kaki dengan fleksi pada sendi panggul.
3. Nilai adanya tahanan atau rasa nyeri
4. Lakukan pemeriksaan pada tungkai lainnya dan bandingkan hasilnya.
f. Pemeriksaan kernig
1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa menggunakan bantal kepala dengan kedua
tungkai diekstensikan (lurus).
2. Pemeriksa memfleksikan sendi panggul dan lutut sehingga membentuk sudut 90
derajat.
3. Kemudian tungkai bawah diekstensikan.
4. Nilai adanya tahanan maupun rasa nyeri.
5. Lakukan pemeriksaan pada tungkai lainnya dan bandingkan hasilnya.
g. Tanda Brudzinski I
1. Saat dilakukan prosedur pemeriksaan kaku kuduk, nilai posisi kaki pasien.
2. Adakah fleksi pada kedua tungkai.
h. Tanda Brudzinski II
1. Pasien dalam posisi berbaring tanpa menggunakan bantal kepala dengan kedua
tungkai diekstensikan (lurus).
2. Tungkai difleksikan pada sendi panggul dan lutut.
3. Nilai tungkai lainnya, adakah fleksi yang terjadi.
4. Lakukan pemeriksaan pada tungkai lainnya dan bandingkan hasilnya.

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS


 Tujuan
Untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah ada
indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis.
 Persiapan
1. Persiapan Petugas
 Pastikan dan identifikasi kebutuhan pasien yang akan dilakukan tindakan
 Cuci tangan sesuai Prosedur (6 Langkah menurut WHO)
 Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai kebutuhan
2. Persiapan Pasien
 Identifikasi Pasien (Lihat SPO Identifikasi Pasien)
 Jaga Privacy dan siapkan lingkungan aman dan nyaman
 Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Persiapan Alat Handscoon
 Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, teh, tembakau dan jeruk
 Snellen Chart
 Penlight
 Garputala
 Kapas dan lidi
 Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau
 cuka Spatel tongue
4. Prosedur kerja
1. Pemeriksaan N. I : Olfaktorius
Fungsi : Sensorik khusus (menghidu, membau)
Cara Pemeriksaan :
 Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya
ingus atau polip, karena dapat mengurangi ketajaman penciuman.
 Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari-hari seperti kopi, teh, tembakau dan
jeruk.
 Jangan gunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (N.V) seperti
mentol, amoniak, alkohol dan cuka.
 Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh pasien menciumnya
 Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lobang
hidung yang lainnya dg tangan.
2. Pemeriksaan N. II : Optikus
Fungsi : Sensorik khusus melihat
Tujuan pemeriksaan :
a. Mengukur ketajaman penglihatan / visus dan menentukan apakah kelaianan
pada visus disebabkan oleh kelaianan okuler lokal atau kelaianan syaraf.
b. Mempelajari lapangan pandangan
c. Memeriksa keadaan papil optik
Cara Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan
1. Dilakukan dengan cara memandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan
pemeriksa yang normal.
2. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding dan
ditanyakan pukul berapa.
3. Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku.
4. Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksa, maka dianggap
normal.
5. Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan visus
dengan menggunakan gambar snellen.
6. Pemeriksaan snellen chart
a) Pasien disuruh membaca gambar snellen dari jarak 6 m
b) Tentukan sampai barisan mana ia dapat membacanya.
c) Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman
penglihatannya norma (6/6)
d) Bila tidak normal :
i. Misal 6/20, berarti huruf yang seharusnya dibaca pada jarak 20 m, pasien hanya
dapat memaca pada jaral 6 m, namun bila pasien dapat melihat melalui lubang
kecil (kertas yang berluang, lubang peniti), huruf bertambah jelas, maka pasien
mengalami kelainan refraksi.
ii. 1/300 = Pasien dapat melihat gerakan tangan / membedakan adanya gerakan
atau tidak iii. 1/~ = pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang
Cara Pemeriksaan Lapangan Pandangan : Dilakukan dengan jalan
membandingkan dengan penglihatan pemeriksa yang dianggap normal,dengan
menggunakan metode konfrontasi dari donder.
a. Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak
kira-kira 1 m.
b. Jika kita hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus ditutup,
misalnya dengan tangan atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup
mata kanannya.
c. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan
pemeriksa harus selalu melihat mata kanan pasien.
d. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan
antara pemeriksa dan pasien.
e. Lakukan gerakan dari arah luar ke dalam
f. Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus memberi tahu
dan dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa juga melihatnya
g. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan lebih
dahulu melihat gerakan tersebut.
h. Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien.
3. Pemeriksaan N. III : Okulomotorius
Fungsi : Sematomotorik, visero motorik
Cara Pemeriksaan :
a. Dengan menggunakan penlight (Rangsangan cahaya)
1) Pasien disuruh untuk menutup mata dengan tangan pada mata sebelah kiri atau
kanan (salah satunya)
2) Kemudian Lihat reflek cahaya dengan menggunakan penlight
3) Periksa mata secara bergantian sebelah kiri dan kanan. Normalnya Reflek
cahaya (+), antara mata sebelah kiri dan kanan harus sama / isokor
b. Uji kelopak mata
 Pasien disuruh menutup mata
 Kemudian mata diberi tahanan dengan tangan pemeriksa
 Dan suruh pasien membuka mata Normal : Bila pasien dapat membuka
matanya dengan tahanan si pemeriksa
4. Pemeriksaan N. IV : Trokhlearis
Fungsi : Somatomotorik Menginervasi m. Obliqus superior. Kerja otot ini
menyebabkan mata dapat dilirikkan ke bawah dan nasal.
Cara Pemeriksaan :
 Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan benda : misal ballpoint
 Kemudian benda/ballbpoint digerakkan keatas dan kebawah,
 Pasien disuruh untuk melihat dan mengikuti gerakan ballpoint tersebut Normal
: Bola mata pasien dapat mengikuti gerakan benda ke atas dan kebawah
5. Pemeriksaan N. VI : Abdusen
Fungsi : Somatomotorik Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata
ini menyebabkan lirik mata ke arah temporal
Cara Pemeriksaan :
 Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan benda : misal ballpoint
 Kemudian benda/ballbpoint digerakkan kesamping kiri dan kanan,
 Pasien disuruh untuk melihat dan mengikuti gerakan ballpoint tersebut Normal
: Bola mata pasien dapat mengikuti gerakan benda ke samping kiri dan kanan
6. Pemeriksaan N. V : Trigeminus
Fungsi : Somatomotorik, somatosensorik Bagian motorik mengurus otot-otot
untuk mengunyah, yaitu menutup mulut, menggerakkan rahang ke bahwa dan
samping dan membuka mulut.
Cara pemeriksaan fungsi motorik :
1. Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m.
Masseter dan m. Temporalis, perhatikan besarnya, tonus serta bentuknya.
2. Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah ada
deviasi rahang bawah.
3. Bila ada parise, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh
Cara pemeriksaan fungsi sensorik :
a. Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah yang
dipersyarafi.
b. Periksa reflek kornea Untuk N. III, IV dan VI fungsinya saling berkaitan.
Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstra okuler dan mengangkat kelopak
mata. Searbut otonom N III, mengatur otot pupil. Cara pemeriksaannya
bersamaan, yaitu :
a) Selama wawancara, pemeriksa memperhatikan celah matanya, apakah ada
ptosis, eksoftalmus dan strabismus/ juling dan apakah ia cendrung memejamka
matanya karena diplopia.
b) Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis, besar pupil,
reaksi cahaya pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola
mata dan nistagmus.
c) Untuk menilai m. Levator palpebra, pasien disuruh memejamkan matanya,
kemudia disuruh ia membuka matanya.
d) Waktu pasien membuka matanya, kita tahan gerakan ini dengan jalan
memegang / menekan ringan pada kelopak mata.
e) Dengan demikian dapat dinilai kekuatan kelopak mata.
f) Untuk menilai pupil, perhatikan besarnya pupil pada kiri dan kanan, apakah
sama ukurannya, apakah bentuknya bundar atau tidak rata tepinya. Miosis =
pupil mengecil, midriasis = pupil membesar
g) Reflek cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung atau tidak langsung.,
caranya :
i. Pasien disuruh melihat jauh.
ii. Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter/ diberi cahaya dan lihat apakah
ada reaksi pada pupil. Normal akan mengecil
iii. Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena
penyinaran pupil mata tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsung
iv. Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh.
7. Pemeriksaan N. VII : Fasialis
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan,
somatosensorik
Cara Pemeriksaan :
1) Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidak, perhatikan kerutan dahi,
pejaman mata, plika nasolabialis dan sudut mulut.
2) Bila asimetris muka jelas disebabkan kelumpuhan jenis perifer.
3) Pada kelumpuhan jenis sentral, kelumpuhan nyata bila pasien disuruh
melakukan gerakan seperti menyeringai dan pada waktu istirahat, muka
simetris. d. Suruh pasien mengangkat alis dan mengkerutkan dahi
4) Suruh pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi), dan bisa juga suruh
pasien bersiul
5) Gejala chvostek, dengan mengetuk N. VII di bagian depan telinga. (+) bila
ketokan menyebabkan kontraksi otot mata yang di persyarafi.
8. Pemeriksaan N. XII : Hipoglosus
Fungsi : Somatomotorik
Cara Pemeriksaan :
a. Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan
bergerak
b. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan :
1) besarnya lidah,
2) kesamaan bagian kiri dan kanan
3) adanya atrofi
4) apakah lidah berkerut
c. Apakah lidahnya mencong bila digerakkan atau di julurkan
9. Pemeriksaan N. IX : Glossofaringeus
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan,
somatosensorik
Cara Pemeriksaan : Fungsi pengecapan
a. Pasien disuruh menjulurkan lidah
b. Taruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam secara bergiliran
c. Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut.
d. Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat.
Normal : Pasien dapat menyebutkan dengan benar
e. Dengan menggunakan toung spatel + penlight, suruh pasien menyebutkan aaaa
f. Perhatikan kualitas suara pasien, apakah suaranya normal, berkurang, serak atau
tidak sama sekali.
g. Perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum mole, arkus
faring dan uvula dalam keadaan istirahat dan bagaimana pula waktu bergerak,
misalnya waktu bernafas atau bersuara. Abnormal bila letaknya lebih rendah
terhadap yang sehat
10. Pemeriksaan N. X : Vagus
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, somatosensorik
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat Reflek menelan
Cara pemeriksaan
a. Pasien disuruh memakan makanan padat, lunak dan menelan air
b. Perhatikan apakah ada kesalahan telan / tidak bisa menelan/ disfagia
c. Dengan cara leher diraba, dan suruh pasien menelan. Normal : Jika
pergerakannya sama kiri dan kanan
11. Pemeriksaan N. VIII : Akustikus & Vestibulo Koklearis
Fungsi : Sensorik khusus pendengaran dan keseimbangan Cara Pemeriksaan
syaraf kokhlerais :
a. Ketajaman pendengaran
1) Pemeriksa berbicara pelan/ berbisik dengan pasien
2) Normal : Pasien dapat mendengar dan menjawab pertanyaan dengan benar
Untuk ketajaman pendengaran, dapat juga dilakukan Tes swabach, Tes Rinne dan
Tes weber
b. Koordinasi :
1) Pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk
pemeriksa
2) Kemudian suruh pasien melakukan hal yang sama dengan mata tertutup untuk
mengujinya Bila pasien salah tunjuk, berarti terdapat gangguan Cara untuk
menilai keseimbangan
12. Pemeriksaan N. XI: Aksesorius
Fungsi : Somatomotorik
Cara Pemeriksaan :
a. Pasien disuruh menoleh kesatu sisi kiri/kanan,
b. Kemudian tangan pemeriksa memberikan tahanan pada pipi, dan suruh pasien
berbalik
c. Jika pasien tidak bisa melawan tahanan dari tangan pemeriksa, berarti ada
gangguan
d. Bisa juga dengan tes angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke
bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat
melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami
parase.
a. Untuk mengukur kekuatan otot sternocleidomastoideus dilakukan dengan cara :
 pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang digerakkan oleh otot
ini dan kita tahan gerakannya.
 Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya.
 Dapat dinilai kekuatan ototnya.
b. Lihat otot trapezius
 apakah ada atropi atau fasikulasi,
 apakah bahu lebih rendah,
 apakah skapula menonjol
 Letakkan tangan pemeriksa diatas bahu pasien
 Suruh pasien mengangkat bahunya dan kita tahan.
 Dapat dinilai kekuatan ototnya.

Anda mungkin juga menyukai