Anda di halaman 1dari 4

www.muslim.or.

id

Tata Cara Mengqadha Shalat Yang Terlewat


muslim.or.id/25855-tata-cara-mengqadha-shalat-yang-terlewat.html

Yulian Purnama June 25, 2015

Shalat lima waktu adalah kewajiban setiap Muslim, bahkan merupakan rukun Islam. Oleh karena itu tidak
boleh seorang Muslim yang mukallaf (sudah terkena beban syariat) meninggalkan shalat lima waktu dan
tidak boleh melalaikan shalat hingga keluar dari waktunya. Namun apa yang dilakukan seorang Muslim jika
ia meninggalkan shalat hingga keluar dari waktunya? Kita simak pembahasan ringan berikut ini.

Hukum mengqadha shalat yang terlewat


Mengqadha shalat artinya mengerjakan shalat di luar waktu sebenarnya untuk menggantikan shalat yang
terlewat. Apakah wajib mengqadha shalat? Para ulama merinci menjadi dua keadaan:
1/4
1. Tidak sengaja meninggalkan shalat
Dalam keadaan tidak sengaja meninggalkan shalat, seperti karena ketiduran, lupa, pingsan, dan lainnya,
maka para ulama bersepakat bahwa wajib hukumnya mengqadha shalat yang terlewat. Berdasarkan sabda
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

‫ﻣ ﻦ ﻧ ﺎ م ﻋ ﻦ ﺻ ﻼ ة أ و ﻧ ﺴ ﻴ ﻬ ﺎ ؛ ﻓ ﻠ ﻴ ﺼ ﻠ ﻬ ﺎ إ ذا ذ ﻛ ﺮ ﻫ ﺎ‬

“barangsiapa yang terlewat shalat karena tidur atau karena lupa, maka ia wajib shalat ketika ingat” HR. Al Bazzar
13/21, shahih).

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan menjelaskan: “orang yang hilang akalnya karena tidur, atau pingsan atau
semisalnya, ia wajib mengqadha shalatnya ketika sadar” (Al Mulakhash Al Fiqhi, 1/95, Asy Syamilah).

Dan tidak ada dosa baginya jika hal tersebut bukan karena lalai, karena shalat yang dilakukan dalam rangka
qadha tersebut merupakan kafarah dari perbuatan meninggalkan shalat tersebut. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
َ َ
‫ﺼﻠﻴ َﻬَﺎ إ ِذ َا ذ َﻛ ََﺮﻫَﺎ‬ َ ‫ أوْ ﻧ َﺎ‬،ً ‫ﺻَﻼة‬
ْ ‫ ﻓَﻜ َﻔﺎَرﺗ ُﻬَﺎ أ‬،‫م ﻋ َﻨ ْﻬَﺎ‬
َ ُ‫ن ﻳ‬ َ ‫ﻲ‬
َ ‫ﺴ‬
ِ َ‫ﻦ ﻧ‬
ْ ‫ﻣ‬
َ

“barangsiapa yang lupa shalat, atau terlewat karena tertidur, maka kafarahnya adalah ia kerjakan ketika ia ingat”
(HR. Muslim no. 684).

Dari sini juga kita ketahui tidak benar anggapan sebagian masyarakat awam, bahwa jika bangun kesiangan
di pagi hari maka tidak perlu shalat shubuh karena sudah lewat waktunya. Ini adalah sebuah kekeliruan!

2. Sengaja meninggalkan shalat


Para ulama berselisih panjang mengenai orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja apakah keluar
dari Islam ataukah tidak? Silakan simak artikel “Meninggalkan Shalat Bisa Membuat Kafir” untuk
memperluas hal ini.

Dan para ulama juga berselisih pendapat apakah shalatnya wajib diqadha ataukah tidak. Pendapat yang
rajih dalam hal ini adalah pendapat yang menyatakan shalatnya tidak wajib di-qadha. Imam Ibnu Hazm Al
Andalusi mengatakan:

َ ‫ﺻَﻼةِ اﻟﺘﻄ َﻮِع؛ ﻟ ِﻴ ُﺜ ِْﻘ‬ َ ْ ‫ﻞ اﻟ‬ َ َ


‫م‬
َ ْ‫ﻪ ﻳ َﻮ‬
ُ َ ‫ﻣﻴَﺰاﻧ‬ِ ‫ﻞ‬ َ َ‫ﺨﻴ ْﺮِ و‬ ِ ْ‫ﻦ ﻓِﻌ‬ ِ ‫ ﻓَﻠ ْﻴ ُﻜ ْﺜ ِْﺮ‬،‫ﻀﺎﺋ ِﻬَﺎ أﺑ َﺪ ًا‬
ْ ‫ﻣ‬ َ َ‫ج وَﻗْﺘ ُﻬَﺎ ﻓَﻬَﺬ َا َﻻ ﻳ َْﻘﺪ ُِر ﻋ َﻠ َﻰ ﻗ‬
َ ‫ﺧَﺮ‬ َ ِ‫ك اﻟﺼَﻼة‬
َ ‫ﺣﺘ ﻰ‬ َ ‫ﻦ ﺗ َﻌَﻤﺪ َ ﺗ َْﺮ‬
ْ ‫ﻣ‬
َ ‫وَأﻣﺎ‬
‫ﺟﻞ‬ َ َ‫ﻪ ﻋ َﺰ و‬ َ ‫ﺴﺘ َﻐِْﻔْﺮ اﻟﻠ‬ ْ َ ‫ﺐ وَﻟ ْﻴ‬
ْ ُ ‫ﻣﺔِ؛ وَﻟ ْﻴ َﺘ‬
َ ‫اﻟ ِْﻘﻴ َﺎ‬

“adapun orang yang sengaja meninggalkan shalat hingga keluar waktunya, maka ia tidak akan bisa
mengqadhanya sama sekali. Maka yang ia lakukan adalah memperbanyak perbuatan amalan kebaikan dan
shalat sunnah. Untuk meringankan timbangannya di hari kiamat. Dan hendaknya ia bertaubat dan
memohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla” (Al Muhalla, 2/10, Asy Syamilah).

Beliau juga mengatakan:

:‫[ وﻗَﻮْﻟﻪ ﺗ َﻌَﺎﻟ َﻰ‬5 :‫ن{ ]اﻟﻤﺎﻋﻮن‬ َ ‫ﺳﺎﻫُﻮ‬ َ ‫ﻢ‬ ْ ِ‫ﺻﻼﺗ ِﻬ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ َ‫ﻢ ﻋ‬ ْ ُ‫ﻦ ﻫ‬ َ ‫[ }اﻟﺬ ِﻳ‬4 :‫ﻦ{ ]اﻟﻤﺎﻋﻮن‬ َ ‫ﺼﻠﻴ‬ َ ‫ﻤ‬ُ ْ ‫ﻞ ﻟ ِﻠ‬
ٌ ْ ‫ }ﻓَﻮَﻳ‬:‫ل اﻟﻠﻪِ ﺗ َﻌَﺎﻟ َﻰ‬ ُ ْ‫ﺻﺤﺔِ ﻗَﻮْﻟ ِﻨ َﺎ ﻗَﻮ‬ ِ ‫ن‬ ُ ‫ﺑ ُْﺮﻫَﺎ‬
َ ً َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ‫ﺨﻠ‬
‫ﻣﺪ ْرِﻛﺎ ﻟﻬَﺎ‬ ُ ِ ‫ك اﻟ ﺼ ﻼ ة‬ ِ ‫ﻣﺪ ُ ﻟ ِﺘ َْﺮ‬
ِ ‫ن اﻟﻌَﺎ‬ َ ‫[ ﻓﻠﻮْ ﻛﺎ‬59 :‫ن ﻏﻴﺎ{ ]ﻣﺮﻳﻢ‬
َ َ َ ْ‫ف ﻳ َﻠَﻘﻮ‬َ ْ ‫ﺴﻮ‬ َ
َ ‫تﻓ‬ ِ ‫ﺿﺎﻋ ُﻮا اﻟﺼﻼة َ وَاﺗﺒ َﻌُﻮا اﻟﺸﻬَﻮَا‬ َ ‫ﻒأ‬ ٌ ‫ﺧﻠ‬ َ ‫ﻢ‬ْ ِ ‫ﻦ ﺑ َﻌْﺪ ِﻫ‬ ْ ‫ﻣ‬ِ ‫ﻒ‬ َ َ ‫}ﻓ‬
َ َ
‫ﻀﺎ ﻓَﺈ ِن‬ً ْ ‫ وَأﻳ‬.‫ﻣﺪ ْرِﻛ ًﺎ ﻟ َﻬَﺎ‬ُ ‫ن‬ ُ ‫ﺧﺮِ وَﻗْﺘ ِﻬَﺎ اﻟﺬ ِي ﻳ َﻜ ُﻮ‬ َ ‫ﻦ أﺧَﺮﻫَﺎ إﻟ َﻰ آ‬ ْ ‫ﻤ‬ َ ِ ‫ وََﻻ ﻏ َﻲ؛ ﻟ‬،‫ﻞ‬ َ ْ ‫ﻤﺎ َﻻ وَﻳ‬ َ َ ‫ﻲ اﻟ ْﻐَﻲ؛ ﻛ‬ َ ‫ وََﻻ ﻟ َِﻘ‬،‫ﻞ‬ُ ْ ‫ﻪ اﻟ ْﻮَﻳ‬ ُ َ‫ن ﻟ‬ َ ‫ﻤﺎ ﻛ َﺎ‬ َ َ ‫ﺧُﺮوِج وَﻗْﺘ ِﻬَﺎ ﻟ‬ ُ َ ‫ﺑ َﻌْﺪ‬
‫ﺻﻼﻫَﺎ‬ َ ‫ﻦ‬ ْ ‫ﻣ‬ َ ‫ﻦ‬َ ْ ‫ ﻓََﻼ ﻓَْﺮقَ ﺑ َﻴ‬،ٍ ‫ﺤﺪ ُود‬ ْ ‫ﻣ‬َ ‫ﺖ‬ٍ ْ‫ﻞ ﻓِﻲ وَﻗ‬ ُ ُ ‫ﺤﺪ ُود ٍ؛ وَﻳ َﺒ ْﻄ‬ ْ ‫ﻣ‬َ ‫ﻦ‬ ٍ ‫ﺣﻴ‬ ِ ‫ﻞ ﻓ ِﻲ‬ُ ‫ﺧ‬ ِ ْ ‫ﺤﺪ ُود َ اﻟﻄَﺮﻓَﻴ‬
ُ ْ ‫ ﻳ َﺪ‬،‫ﻦ‬ َ ‫ض وَﻗْﺘ ًﺎ‬
ْ ‫ﻣ‬ ٍ ‫ﺻﻼةِ ﻓَْﺮ‬
َ َ ‫ﻞ ﻟ ِﻜ ُﻞ‬ َ َ ‫ﺟﻌ‬ َ ‫ﻪ ﺗ َﻌَﺎﻟ َﻰ‬
َ ‫اﻟﻠ‬

2/4
‫ﺳﻮَاٌء ﻓِﻲ‬ َ ‫ﻤﺎ‬ ْ َ ‫ ﺑ‬،ِ‫ﺧﺮ‬
َ ُ‫ﻞ ﻫ‬ َ ‫ﻤﺎ ﻋ َﻠ َﻰ اْﻵ‬ َ َ ‫ﺳﺎ ِﻷ‬
َ ِ ‫ﺣﺪ ِﻫ‬ ً ‫ﺲ ﻫَﺬ َا ﻗِﻴ َﺎ‬َ ْ ‫ﺖ؛ وَﻟ َﻴ‬ ِ ْ‫ﺻﻠﻰ ﻓِﻲ ﻏ َﻴ ْﺮِ اﻟ ْﻮَﻗ‬َ ‫ﻤﺎ‬
َ
َ ِ‫ﺻﻼﻫَﺎ ﺑ َﻌْﺪ َ وَﻗْﺘ ِﻬَﺎ؛ ِﻷن ﻛ ِﻠ َﻴ ْﻬ‬َ ‫ﻦ‬ْ ‫ﻣ‬ َ ْ ‫ﻞ وَﻗْﺘ ِﻬَﺎ وَﺑ َﻴ‬
َ ‫ﻦ‬ َ ْ ‫ﻗَﺒ‬
ْ َ َ َ َ َ
،‫ﺷْﺮٍع‬َ ‫ب‬ ُ ‫ﺠﺎ‬ َ ‫ﻀﺎَء إﻳ‬َ ‫ﻀﺎ ﻓَﺈ ِن اﻟَﻘ‬ ً ْ ‫ وَأﻳ‬. [1 :‫ﻪ{ ]اﻟﻄﻼق‬ ُ ‫ﺴ‬
َ ‫ﻢ ﻧ َْﻔ‬َ ‫ﺣﺪ ُود َ اﻟﻠﻪِ ﻓََﻘﺪ ْ ﻇﻠ‬ ُ ‫ﻦ ﻳ َﺘ َﻌَﺪ‬
ْ ‫ﻣ‬ َ َ‫ }و‬:‫ﻪ ﺗ َﻌَﺎﻟﻰ‬ ُ ‫ل اﻟﻠ‬ َ ‫ وَﻗَﺪ ْ ﻗَﺎ‬،‫ﺣﺪ ُود ِ اﻟﻠﻪِ ﺗ َﻌَﺎﻟﻰ‬ ُ ‫ﺗ َﻌَﺪي‬
ِ‫ﺳﻮﻟ ِﻪ‬
ُ ‫ن َر‬ ِ ‫ﺴﺎ‬ َ َ
َ ِ ‫ﺠﻮُز ﻟ ِﻐَﻴ ْﺮِ اﻟﻠﻪِ ﺗ َﻌَﺎﻟﻰ ﻋ َﻠﻰ ﻟ‬ َ
ُ َ ‫وَاﻟﺸْﺮع ُ ﻻ ﻳ‬

“bukti benarnya pendapat kami adalah firman Allah Ta’ala: ‘ celakalah orang yang shalat. Yaitu orang yang lalai
dalam shalatnya‘ (QS. Al Maun: 4-5). Dan juga firman Allah Ta’ala: ‘dan kemudian datanglah setelah mereka
orang-orang yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti syahwat dan mereka akan menemui kesesatan‘ (QS.
Maryam: 59). Andaikan orang yang sengaja melalaikan shalat hingga keluar dari waktunya bisa mengqadha
shalatnya, maka ia tidak akan mendapatkan kecelakaan dan kesesatan. Sebagaimana orang yang
melalaikan shalat namun tidak keluar dari waktunya tidak mendapatkan kecelakaan dan kesesatan.

Selain itu, Allah Ta’ala telah menjadikan batas awal dan akhir waktu bagi setiap shalat. Yang menjadikannya
sah pada batas waktu tertentu dan tidak sah pada batas waktu tertentu. Maka tidak ada bedanya antara
shalat sebelum waktunya dengan shalat sesudah habis waktunya. Karena keduanya sama-sama shalat di
luar waktunya. Dan ini bukanlah mengqiyaskan satu sama lain, melainkan merupakan hal yang sama, yaitu
sama-sama melewati batas yang ditentukan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: ‘barangsiapa yang melewati
batasan Allah sungguh ia telah menzalimi dirinya sendiri‘ (QS. Ath Thalaq: 1).

Selain itu juga, qadha shalat adalah pewajiban dalam syariat. Dan setiap yang diwajibkan dalam syariat tidak
boleh disandarkan kepada selain Allah melalui perantara lisan Rasulnya” (Al Muhalla, 2/10, Asy Syamilah).

Baca juga fatwa Syaikh Shalih Al Fauzan dalam artikel “ Fatwa Ulama: Dahulu Tidak Pernah Shalat, Apa Yang
Harus Dilakukan?“.

Cara mengqadha shalat


Dari sisi waktu, mengqadha shalat harus dilakukan segera ketika teringat dari lupa atau tersadar dari hilang
akalnya. Tidak boleh ditunda-tunda, harus segera dikerjakan sesegera mungkin. Karena Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫م ﻋﻦ ﺻﻼةٍ ﻓﻠﻴﺼﻠﻬﺎ إذا ذ َﻛَﺮﻫﺎ‬


َ ‫ﻣ ﻦ ﻧﺎ‬

“barangsiapa yang terlewat shalat karena tidur atau karena lupa, maka ia wajib shalat ketika ingat” (HR. Al
Bazzar 13/21, shahih).

Bagaimana jika shalat yang terlewat lebih dari satu? Apakah diqadha sekaligus atau setiap shalat di qadha
pada waktunya, semisal shalat zhuhur diqadha pada waktu zhuhur, shalat ashar pada waktu ashar, dst.?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjawab pertanyaan ini:

‫ﻢ ﻟ ﻤ ﺎ ﻓ ﺎ ﺗ ﺘ ﻪ ﺻ ﻼ ة ا ﻟ ﻌ ﺼ ﺮ ﻓ ﻲ ﻏ ﺰ و ة ﺧ ﻨ ﺪ ق ﻗ ﻀ ﯩ ﻬ ﺎ ﻗ ﺒ ﻞ ا ﻟ ﻤ ﻐ ﺮ ب و ﻫ ﻜ ﺬا ﻳ ﺠ ﺐ ﻋ ﻠ ﻰ ﻛ ﻞ‬ َ َ‫ﻪ ﻋ َﻠ َﻴ ْﻪِ و‬
َ ‫ﺳﻠ‬ ُ ‫ﺻﻠ ﻰ اﻟﻠ‬
َ ‫ﻳ ﺼﻠﻴ ﻬﺎ ﺟ ﻤﻴ ﻌﺎ ﻻ ن اﻟﻨﺒ ﻲ‬
‫ا ﻧ ﺴ ﺎ ن ﻓ ﺎ ﺗ ﺘ ﻪ ا ﻟ ﺼ ﻠ ﻮا ت ا ن ﻳ ﺼ ﻠ ﻴ ﻬ ﺎ ﺟ ﻤ ﻴ ﻌ ﺎ و ﻻ ﻳ ﺄ ﺧ ﺮ ﻫ ﺎ‬

“dikerjakan semuanya sekaligus. karena Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika terlewat beberapa shalat
pada saat perang Khandaq beliau mengerjakan semuanya sebelum Maghrib. Dan demikianlah yang
semestinya dilakukan setiap orang yang terlewat shalatnya, yaitu mengerjakan semuanya sekaligus tanpa
menundanya” (Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=tMEnMeqXFbw).

Dalam hadits di atas juga Nabi mengatakan ‫ ﻓﻠﻴﺼﻠﻬﺎ‬dhamir ‫ ﻫﺎ‬mengacu pada kata ‫ ﺻﻼة‬sebelumnya. Ini
menunjukkan shalat yang dikerjakan dalam rangka qadha sama persis seperti shalat yang ditinggalkan
dalam hal sifat dan tata caranya. Misalnya, jika seseorang terluput shalat shubuh karena tertidur, maka ia
3/4
wajib mengqadha dengan mengerjakan shalat yang sama dengan shalat shubuh.

Dan tidak ada lafal niat khusus yang perlu diucapkan dalam mengqadha shalat. Niat adalah perbuatan hati,
tidak perlu dilafalkan. Andaikan niat mengqadha shalat perlu dilafalkan, maka Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam telah mengajarkannya kepada kita. Lebih luas mengenai pelafalan niat, silakan simak artikel
“Polemik Pelafalan Niat Dalam Ibadah“.

Dengan demikian, ketika seseorang baru teringat bahwa ia telah melewatkan shalat, atau baru terbangun
dari tidur sedangkan waktu shalat sudah terlewat, yang ia lakukan adalah segera berwudhu, lalu mencari
tempat shalat yang bersih dan suci, menghadap kiblat kemudian mengerjakan shalat dengan tata cara dan
sifat yang persis sebagaimana shalat yang ia tinggalkan. Jika shalat yang ditinggalkan lebih dari satu, maka
setelah salam, ia kembali berdiri untuk meng-qadha shalat selanjutnya.

Semoga yang sedikit ini bermanfaat, wabillahi at taufiq was sadaad.

***

Penulis: Yulian Purnama

Artikel Muslim.or.id

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu
khaira

4/4

Anda mungkin juga menyukai