Anda di halaman 1dari 4

PBM sesi : ke 13

Mata kuliah : Pancasila


Kelas : 1MNM1
Hari/tanggal : Rabu, 21 Desember 2022
Waktu : pukul 19.30 s.d. 21.10
Program Studi : Sistem Komputer
Shift : sore/malam
Dosen : Dr. Drs. PJP. Ginting, MM.

Topik : Hubungan negara dan agama.

Sub Topik : 1. Hubungan agama dan negara menurut Pancasila


2. Hubungan agama dan negara menurut faham teokrasi
3. Hubungan agama dan negara menurut sekularisme

Pengantar
Negara pada hakikatnya merupakan persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat
kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Oleh karena itu sifat dasar kodrat
manusia merupakan sifat dasar negara atau negara sebagai manivestasi kodrat manusia secara
horizontal dalam hubungan dengan manusia lain untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu
negara memiliki sebab akibat langsung dengan manusia, karena manusia adalah pendiri negara
untuk mencapai tujuan manusia itu sendiri.
Namun perlu disadari bahwa manusia sebagai warga hidup bersama, berkedudukan kodrat
sebagai mahluk pribadi dan mahluk sosial sekaligus mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai
mahluk pribadi dikaruniai kebebasan atas segala sesuatu kehendak kemanusiaannya yang disebut
dengan kebebasan azasi. Sebagai mahluk sosial dan mahluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak
dan kewajiban untuk memenuhi harkat kemanusiaannya yaitu menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
Manivestasi hubungan manusia dengan Tuhannya terwujud dalam agama.
Negara merupakan produk manusia sehingga merupakan hasil budaya manusia, sedangkan
agama bersumber pada wahyu Tuhan yang sifatnya mutlak. Dalam hidup keagamaan manusia
memiliki hak-hak dan kewajiban yang didasarkan atas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, sedangkan dalam negara manusia memiliki hak-hak dan kewajiban secara
horizontal dalam hubungannya dengan manusia lain.
Berdasarkan pengertian kodrat manusia, maka terdapat berbagai konsep tentang hubungan
agama dan negara. Oleh karena itu berikut ini akan dibahas berbagai konsep hubungan negara
dengan agama yang pada gilirannya menjadi komparasi dalam memahami hubungan negara dengan
agama dalam Pancasila atau negara kebangsaan yang berketuhanan Yang Maha Esa.

Pendidikan Pancasila, sesi 13 halaman 1


Ad 1 : Hubungan agama dan negara menurut Pancasila
Menurut Pancasila negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab. Hal ini termuat dalam penjelasan Pembukaan Undang Undang dasar
1945 yaitu Pokok Pikiran ke 4. Rumusan ini menunjukkan bahwa negara Indonesia yang
berdasarkan Pancasila bukan negara sekuler yang memisahkan negara dengan agama.
Karena hal ini tercantum pasal 29 ayat 1 bahwa negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa. Konsekwensinya segala aspek dalam penyelenggaraan negara harus sesuai
dengan hakekat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan atau hukum Tuhan merupakan sumber
material bagi segala norma terutama bagi hukum positif di Indonesia.
Demikian pula makna yang terkandung dalam pasal 29 ayat 1 tersebut juga mengandung
suatu pengertian bahwa negara Indonesia bukan hanya mendasarkan pada suatu agama
tertentu atau bukan negara agama dan juga bukan negara teokrasi. Negara Pancasila pada
hakekatnya mengatasi segala agama dan menjamin kehidupan agama dan umat beragama
karena beragama adalah hak azasi yang bersifat mutlak. Dalam kaitan dengan negara
kebangsaan maka negara Pancasila adalah negara yang melindungi seluruh agama di seluruh
wilayah tumpah darah Indonesia.
Pasal 29 ayat 2 memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama
dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketakwaan masing-masing. Negara
kebangsaan yang berketuhanan Yang Maha Esa adalah negara yang merupakan penjelmaan
dari hakekat kodrat manusia sebagai mahluk individu, mahluk sosial dan mahluk Tuhan
Yang Maha Esa. Bila dirinci maka hubungan negara dengan agama menurut Pancasila
adalah sebagai berikut :
1. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa. Setiap warga
negara memiliki hak azasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
masing-masing.
3. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakekatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai mahluk Tuhan.
4. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk
agama serta antar pemeluk agama.
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama, karena keimanan dan ketakwaan bukan hasil
paksaan bagi siapapun juga.

Pendidikan Pancasila, sesi 13 halaman 2


6. Antar pemeluk agama harus memberikan toleransi dalam menjalankan agama dalam
negara.
7. Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai dengan nilai-
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa terutama norma-norma hukum positif maupun norma
moral baik moral negara maupun moral para penyelenggara negara.

Ad 2 : Hubungan agama dan negara menurut faham teokrasi


Hubungan negara dengan agama menurut faham teokrasi yaitu antar negara dengan agama
tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan
negara didasarkan atas firman-firman Tuhan. Dengan demikian agama menguasai
masyarakat politik. Dalam praktek kenegaraan terdapat 2 macam pengertian negara teokrasi
yaitu :
a. Negara teokrasi langsung.
Dalam sistem ini kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas Tuhan. Adanya negara
di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan yang memerintah adalah Tuhan.
Dalam sejarah perang dunia kedua rakyat Jepang rela mati demi kaisarnya karena
menurut kepercayaannya kaisar adalah sebagai anak Tuhan. Negara Tibet di mana
pernah terjadi perebutan kekuasaan negara antara Pancen Lama dan Dalai Lama sebagai
penjelmaan otoritas Tuhan dalam negara dunia.
Doktrin doktrin dan ajaran berkembang dalam negara teokrasi langsung sebagai upaya
untuk memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara.
Dalam sistem negara yang demikian maka agama menyatu dengan negara dalam arti
seluruh sistem negara, norma-norma negara merupakan otoritas langsung dari Tuhan
melalui wahyu.
b. Negara Teokrasi Tidak Langsung.
Negara Teokrasi Tidak Langsung bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara
melainkan kepala negara atau raja yang memiliki otoritas atas nama Tuhan, atas
kehendak Tuhan, sehingga kekuasaan dalam negara merupakan karunia dari Tuhan.
Dalam sejarah kenegaraan kerajaan Belanda, raja atau ratu mengemban tugas suci yaitu
kekuasaan yang merupakan amanat dari Tuhan (mission sacre) raja atau ratu
mengemban tugas suci dari Tuhan untuk memakmurkan rakyatnya. Politik yang
demikian inilah yang diterapkan Belanda terhadap wilayah jajahannya seperti Indonesia

Pendidikan Pancasila, sesi 13 halaman 3


yang dikenal dengan ethis politic (politik etis). Kerajaan Belanda mendapat amanat dari
Tuhan untuk bertindak sebagai wali dari wilayah jajahan Indonesia.

Ad 3 : Hubungan agama dan negara menurut sekularisme

Faham sekularisme memisahkan antara agama dan negara, oleh karena itu dalam suatu
negara yang berfaham sekularisme bentuk, sistem, serta aspek kenegaraan tidak ada
hubungannya dengan agama. Sekularisme berpandangan bahwa negara adalah masalah-
masalah keduniawian, hubungan manusia dengan manusia, sedangkan agama adalah urusan
akhrerat yang menyangkut hubungan manusia secara vertikal dengan Tuhan.
Dalam negara yang berfaham sekularisme, sistem norma-norma terutama norma-norma hukum
popsitif dipisahkan dengan nilai-nilai dan norma-norma agama. Hukum positif sangat ditentukan
oleh komitmen warga negara sebagai pendukung pokok negara, walaupun ketentuan hukum positif
itu bertentangan dengan agama. Negara adalah urusan hubungan horizontal antar manusia dalam
mencapai tujuannya, sedangkan agama menjadi urusan umat masing-masing agama. Dalam negara
sekuler walaupun dibedakan antar negara dengan agama namun lazimnya warganegara diberikan
kebebasan dalam memeluk agama masing-masing.

Saudara sekalian, demikianlah materi kuliah kali ini, semoga bermanfaat, bila ada pertanyaan agar
disampaikan. Terima kasih.

Pendidikan Pancasila, sesi 13 halaman 4

Anda mungkin juga menyukai