Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSELING KELOMPOK
b. Persiapan keterampilan
Persiapan keterampilan, untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling
kelompok. guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu melaksanakan
teknik-teknik berikut:
1) Teknik umum
a) “Tiga M”, yakni memdengarkan dengan baik, memahami secara penuh,
dan merespon secara tepat dan positif
b) Dorongan minimal
c) Penguatan
d) keruntutan
2) Keterampilan memberikan tanggapan:
a) Mengenal dan memahami perasaan peserta atau anggota kelompok
b) Mengungkapkan perasaan sendiri
c) merefleksikan
3) Keterampilan memberikan pengarahan:
a) Memberikan informasi
b) Memberikan nasihat
c) Bertanya secara langsung dan terbuka
d) Mempengaruhi dan mengajak
e) Menggunakan contoh pribadi
f) Memberikan penafsiran
g) Mengkonfrontasikan
h) Mengupas masalah/membahas masalah sampai tuntas
i) Menyimpulkan
Teknik-teknik tersebut di atas sama dengan teknik-teknik yang
dipergunakan dalam layanan konseling perorangan, karena pada dasarnya tujuan
dan proses pengembangan pribadi dan pemecahan masalah konseli melalui
layanan bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan konseling perorangan
pada prinsipnya sama. Perbedaannya hanya terletak pada proses “ interaksi antar
pribadi yang amat terbatas antara konselor dan konseli, pada konseling
perorangan, dan “interaksi antar pribadi yang lebih luas dan dinamika kelompok “
pada bimbingan kelompok dan konseling kelompok. Dalam kaitan itu maka
aplikasi teknik-teknik tersebut dalam bimbingan kelompok dan konseling
kelompok perlu mendapatkan nuansa “kelompok” dalam semangat dinamika
kelompok.
c. Asas Kerahasiaan
Selain keterampilan, saatu hal yang perlu dipersiapkan oleh guru
bimbingan dan konseling adalah keterampilan memantapkan asas kerahasiaan
kepada seluruh peserta/anggota kelompok. Asas ini akan lebih penting lagi dalam
konseling kelompok yang akan memunculkan atau membahas masalah-masalah
pribadi. Untuk itu guru bimbingan dan konseling harus dipercaya oleh seluruh
peserta/anggota bahwa guru BK adalah tokoh yang benar-benar mampu
melaksanakan asas kerahasiaan tersebut. Dihadapan para peserta/anggota guru
BK perlu menampilkan diri bagaimana ia mampu menjaga kerahasiaan seluruh
konseli atau anggota kelompok konseling, misalnya dengan mengemukakan
kalimat berikut:
“ Saya, sebagai guru BK menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia
menerima, menyimpan, menjaga, dan merahasiakan segala data atau
keterangan yang saya terima, baik dari konseli saya atau dari siapapun juga,
yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh
orang lain”.
Kalimat “asas kerahasiaan” itu diucapkan dengan lembut tetapi tegas
sehingga mencerminkan keteguhan dan keikhlasan hati dari orang yang
mengucapkannya. Jika perlu, seluruh peserta diminta untuk mengucapkan kalimat
tersebut bersama-sama, mengingat bahwa seluruh peserta atau konselipun harus
mentaati dan melaksanakan asas kerahasiaan sebagaimana guru bimbingan dan
konseling.
2. Pelaksanaan Tahap-Tahap Kegiatan
Pada waktu di tempat dan dengan para peserta sebagaimana telah direncanakan,
maka kegiatan bimbingan kelompok dan atau konseling kelompok akan dimulai.
Tahap-tahap kegiatan, dari tahap I sampai dengan tahap IV dilaksanakan sesuai
pokok-pokoknya yang telah dibicarakan terlebih dahulu.
Pada pertemuan kelompok yang pertama kali, biasanya Tahap I memerlukan
waktu yang cukup lama. Pada tahap ini peserta yang baru pertama bertemu benar-
benar dibentuk menjadi kelompok yang benar-benar solid sehingga. dinamika
kelompok yang berkembang di antara mereka selanjutnya akan dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling yang diharapkan. Untuk itu
diperlukan waktu yang cukup lama dengan kegiatan yang bervariasi. Walau
berapapun lamanya waktu yang digunakan dan apapun kegiatan yang dilaksanakan,
jangan sampai semuanya itu menimbulkan kesan seakan-akan kegiatan tersebut hanya
sekedar berramai-ramai atau bersantai-santai saja, membuang-buang waktu,
membosankan, dan kesan-kesan lain yang tidak diharapkan. Untuk itu guru
bimbingan dan konseling sebagai pemimpin kelompok perlu mempertimbangkan
antara efisiensi waktu, efektifitas pengembangan dinamika kelompok, dan kondisi
positif mental fisik seluruh peserta.
Tahap II merupakan jembatan antara tahap I dan tahap III. Berapa lama tahap II
berlangsung banyak bergantung pada keberhasilan tahap I. Apabila tahap I berhasil
dengan baik, tahap II seringkali hanya sekedar mengulangi dan memantapkan
penjelasan tahap I. tentang beberapa aspek penting yang ada pada tahap I terutama
sifat topik atau masalah yang akan dibahas dan peran serta seluruh anggota dalam
membahas topik-topik yang diangkat atau yang dikemukakan. Sebaliknya apabila
tahap I kurang berhasil, dapat terjadi pada tahap II akan timbul ketidakseimbangan
antar para anggota. Apabila ketidakseimbangan ini terjadi, maka pemimpin kelompok
perlu kembali pada aspek-aspek penting tertentu pada kelompok. Tahap ini seringkali
disebut juga tahap kerja. tahap I.
Tahap III merupakan inti dari keseluruhan kegiatan layanan bimbingan kelompok
dan konseling kelompok. Tahap ini seringkali disebut juga tahap kerja. Dari tahap ini
yang akan diperoleh hasil-hasil yang diharapkan yaitu mengembangkan pribadi dan
perolehan kerja yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, konatif dan berbagai
pengalaman serta alternative-alternatif pemecahan masalah. Dalam tahap inilah
seluruh peserta benar-benar diharapkan untuk “bekerja” mengembangkan pikiran,
memberikan sokongan dan dorongan, bertanya dan akan memberikan penjelasan,
koreksi, dan usul, bahkan memberikan nasihat dan alternatif jalan keluar untuk
pemecahan suatu masalah yang dibahas. Waktu yang dipergunakan untuk tahap ini
tergantung pada keluasan dan kedalaman pembahasan satu topik atau masalah, dan
pada sejumlah topik atau masalah yang dibahas. Apabila para peserta sangat antusias
pada kegiatan tahap III ini, biasanya para peserta meminta lebih banyak topik atau
masalah dapat dibahas dalam pertemuan ini.
Tahap IV, merupakan antiklimaks dari seluruh kegiatan, pada tahap ini kegiatan
menyusut. Semangat yang tadinya pada tahap III menggebuh-gebu, sekarang
mengendor. Segala sesuatu menuju pada pengakhiran kegiatan. Pada tahap ini
pemimpin kelompok meminta kesan-kesan dari para peserta dan akhirnya kesan-
kesan ini dikaitkan dengan kemungkinan pertemuan berikutnya. Usul-usul peserta
yang menghendaki segera diadakan pertemuan lagi, apalagi pertemuan kembali ini
dikehendaki untuk segera dilaksanakan, hal ini mengidikasikan bahwa kegiatan
bimbingan kelompok atau konseling kelompok berhasil dan menghasil bagi
peserta/anggota kelompok sesuatu yang berharga dan bermanfaat
D. Evaluasi Kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok atau konseling kelompok tidak ditujukan
pada “hasil belajar”, yang berupa penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan yang
diperoleh para peserta, melainkan berorientasi kepada perkembangan pribadi siswa dan
hal-hal yang dirasakan berguna bagi mereka. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para
peserta merupakan isi penilaian yang sesungguhnya. Khusus dalam konseling kelompok,
penilaian hasil kegiatan dapat diarahkan secara khusus kepada peserta yang masalahnya
dibahas. Peserta tersebut diminta untuk mengungkapkan sampai seberapa jauh kegiatan
kelompok ini telah membantunya memecah masalah yang dialaminya.
Penilaian terhadap kegiatan bimbingan kelompok atau konseling kelompok dapat
dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana.
Secara tertulis peserta diminta mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya,
minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan
kelompok (yang menyangkut isi maupun proses), ataupun kemungkinan keterlibatan
mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta juga dapat diminta untuk
mengemukakan (secara lisan maupoun tertulis) tentang hal-hal yang paling berharga dan
atau kurang mereka senangi selama kegiatan berlangsung..
Perlu dicatat bahwa, penilaian terhadap kegiatan layanan bimbingan kelompok
dan konseling kelompok serta hasil-hasilnya tidak bertitik tolak dari criteria “benar-
salah”, namun berorientasi pada perkembangan, yaitu mengenali kemajuan atau
perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta/anggota kelompok. Lebih jauh
penilaian terhadap layanan tersebut lebih bersifat penilaian “ dalam proses” yang dapat
dilakukan melalui:
1. Mengamati partisipasi dan aktifitas peserta selama kegiatan berlangsung
2. Mengungkapkan pemahaman peserta atas masalah yang dibahas
3. Mengungkapkan keggunaan layanan bagi peserta dan perubahan yang mereka peroleh
sebagai hasil dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan bimbingan kelompok atau
konseling kelompok.
4. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan
5. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan layanan.
Hasil akhir penilaian tersebut di atas berupa deskripsi yang menyangkut aspek-
aspek proses dan isi penyelenggaraan layanan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok, baik yang menyangkut proses penyelenggraannya maupun pribadi-pribadi
pesertanya.
E. Analisis dan Tindak Lanjut
Hasil penilaian kegiatan layanan perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut
seluk-beluk perkembangan yang dialami peserta dan seluk-beluk penyelenggraan layanan
itu sendiri (hasil dan prosesnya). Hasil penilaian tersebut perlu dikaji untuk mengetahui
hasil pembahasan dan/atau pemecahan masalah sudah dilakukan secara mendalam dan
tuntas atau mungkin masih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau dalam
pembahasan tersebut. Dalam pembahasan itu guru bimbingan dan konseling sebagai
pemimpin dan pembimbing kelompok perlu meninjau kembali secara cermat hal-hal
tertentu yang penting diperhatikan misalnya pertumbuhan dan jalannya dinamika
kelompok, peranan dan aktifitas peserta kelompok homogenitas/heterogenitas anggota
kelompok, kedalaman dan keluasan pembahasan masalah, kemunkinan keterlaksanaan
alternatif pemecahan masalah yang dimunculkan dalam kelompok, dampak pemakaian
teknik tertentu oleh pemimpin kelompok dan keyakinan penerapan teknik-teknik baru,
masalah waktu, tempat dan bahan acuan, perlu nara sumber lain selain guru BK. Dengan
demikian, analisis tersebut merupakan upaya untuk meninjau kembali apa saja yang
sudah dilaksanakan dalam layanan tersebut (diaqnosis), dapat juga berupa tinjauan ke
depan apa yang perlu dilakukan untuk kegiatan=kegiatan yang akan datang (analisis
proqnosis).
Suatu hal yang menarik dalam kegiatan analisis ini adalah analisis tentang
kemungkinan dilanjutkannya pembahasan topik atau masalah yang telah dibahas
sebelumnya. Sampai seberapa jauh dan bergunanya topik itu, bagaimana dampaknya bagi
peserta, hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan oleh guru BK sebagai pemimpin
kelompok, apakah topik yang sama akan dibahas lagi (sebagai topik tugas). Hal-hal itu
semua secara langsung terkait dengan pemikiran tentang topik atau permasalahan baru
yang mungkin dibahas pada pertemuan selanjutnya. Khusus untuk konseling kelompok
bagaimana kemungkinannya membahas aplikasi alternatif pemecahan masalah yang
dikemukakan dalam pembahasan. Hal ini sangat menarik mengingat para peserta perlu
mengetahui bagaimana efek dari alternative yang telah dimunculkan itu di satu sisi dan di
sisi lain peserta yang mengalami masalah itu sendiri juga perlu mendengarkan pendapat
dari peserta lain tentang apa yang telah ia lakukan berkenaan dengan pemecahan
masalahnya tersebut. Dengan membahas lebih lanjut pengalaman hasil-hasil aplikasi
alternative pemecahan masalah itu para peserta akan mendapatkan pengalaman lebih jauh
tentang pemecahan masalah dan makin terbuka kemungkinan untuk mendapatkan
alternative-alternatif lain yang mungkin lebih efektif untuk menuntaskan pemecahan
masalah yang sedang dibahas.
Upaya tindaklanjut mengikuti arah dan hasil analisis tersebut di atas. Tindaklanjut
dapat dilaksanakan melalui pertemuan bimbingan kelompok atau konseling kelompok
selanutnya atau melalui bentuk-bentuk layanan lainnya atau bentuk-bentuk kegiatan
nonlayanan, atau kegiatan dianggap sudah memadai sehingga kegiatan tindaklanjut
dipandang tidak diperlukan.
Tindaklanjut yang berupa kegiatan layanan dan/atau kegiatan lainnya memerlukan
perencanaan dan persiapan tersendiri dengan mengikutsertakan secara aktif peserta yang
bersangkutan dan sumber-sumber lain yang diperlukan peserta yang tadinya mengikuti
bimbingan kelompok mungkin perlu mengikuti konseling kelompok, atau sebaliknya atau
sebaliknya. Siswa tertentu perlu mengikuti konseling kelompok lanjutan untuk
pendalaman dan penuntasan pemecahan masalahnya, siswa yang semula mengikuti
bimbingan kelompok atau konseling kelompok perlu mendapat layanan konseling
perorangan, layanan pembelajaran, layanan penempatan dan penyaluran, perlu dites,
perlu home visit, perlu diadakan konferensi kasus setelah itu mungkin perlu alih tangan
kasus.
Arah, bentuk dan isi kegiatan tindaklanjut tidak lain adalah untuk sepenuhnya
memberikan layanan secara tuntas kepada siswa. Dengan adanya upaya tindak lanjut,
maka pelayanan terhadap siswa tidak setengah-setengah, tetapi pelayanan yang
dilaksanakan dengan perencanaan dan persiapan yang matang, pelayanan yang maksimal,
menyeluruh dan integratif demi perkembangan yang optimal dari siswa.