Anda di halaman 1dari 18

FINAL

MAKALAH

RISET OPERASIONAL BISNIS

LEAST COST METHOD, VOGEL’S APPROXIMATION


METHOD

DAN STEEPING STONE

FIRDA ADRIYANTI ISMAIL


S1B119150

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
DAFTAR ISI

Halaman
COVER 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN
A. METODE LEAST COST METHOD 4
B. VOGEL’S APPROXIMATION METHOD(VAM) 7
C. STEEPING STONE 10
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA ….……..…………………………………………….………………..………………….. 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Riset operasi merupakan ilmu yang mempelajari operasi dari suatu


sistem dengan tujuan untuk dapat mengendalikan, meramalkan hasil, dan
menilai hasil dengan tujuan untuk dapat mengendalikan, meramalkan hasil,
dan menilai hasil dari suatu operasi. Pengambilan keputusan yang
melibatkan operasi dari suatudari suatu operasi. Pengambilan keputusan
yang melibatkan operasi dari suatu sistem orgorganianisasi merlerlukan
pendekatan-pendekatan yang menggunakan pendekatan operasional.
(Rangkuti, 2002)

Terdapat beberapa metode dalam model transportasi, seperti metode


biaya terkecil (Least- Cost), metode sudut barat laut (North-West Corner),
metode Russel (Russel’s Approximation Method) dan metode vogel
(Vogel’s Approximation Method). Masalah trasportasi adalah masalah
khusus dari program linier yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan
masalah pengangkutan. Masalah ini dapat diselesaikan dengan salah satu
dari empat metode sebelumnya. Vogel’s Approximation Method (VAM)
yang dikembangkan oleh vogel pada prinsipnya mencari opportunity cost
(biaya peluang). VAM berdasarkan pada konsep biaya penalti (penalty
cost). VAM selalu memberikan solusi awal yang lebih baik dibandingkan
metode North-West Corner dan Metode Russel. Dalam kenyataannya VAM
dapat menghasilkan solusi permulaan yang optimal atau mendekati optimal
(Kakiay, 2008). Tetapi penggunaan metode ini memiliki ketelitian dan
waktu pengerjaan yang cukup lama untuk menyelesaikan suatu
permasalahan transportasi.
Metode transportasi digunakan untuk mengatur distribusi dari
sumber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang
membutuhkan. Ada beberapa metode untuk mencari solusi layak dasar awal

1
yaitu North West Corner, Least Cost, dan Aproksimasi Vogel. Sedangkan
metode untuk mengecek optimal ada dua yaitu Stepping Stone dan MODI
(Modifield Distribution). Alokasi produk ini harus diatur sedemikian rupa,
karena terdapat perbedaan biaya-biaya dari satu sumber ke suatu tempat
tujuan yang berbeda-beda.

Metode Biaya Terkecil (Least Cost Method) adalah sebuah metode


untuk menyusun tabel awal dengan cara pengalokasian distribusi barang
dari sumber ke tujuan mulai dari sel yang memiliki biaya distribusi terkecil
dalam seluruh tabel. Menurut Aminudin (2005), berikut merupakan
langkah–langkah yang dilakukan dalam mencari solusi awal menggunakan
metode biaya terkecil (Least Cost Method). Langkah pertama adalah
mengalokasian sejumlah komoditas setinggi mungkin pada sel yang
mempunyai biaya unit terkecil dalam keseluruhan tabel. Jika ada beberapa
sel yang memiliki biaya unit terkecil yang sama maka di pilih salah satunya
secara sembarang. Pemberian tanda silang (X) untuk baris atau kolom yang
telah terpenuhi. Setelah menyesuaikan penawaran dan permintaan untuk
semua baris dan kolom yang belum disilang, maka diulang proses dengan
memberikan alokasi setinggi mungkin pada sel yang memiliki unit terkecil
berikutnya yang belum disilang.

Salah satu metode transportasi yaitu Metode Batu Loncatan


(Stepping  Stone) yang digunakan kan untuk menghasilkan pemecahan
layak bagi masalah transportasi dengan ortasi dengan biaya-biaya operasi
biaya pabrik dan biaya transportasi sehingga mendapatkan biaya pengiriman
relative.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana cara penyelesaian metode dari Least Cost Method, VAM
dan Steeping Stone?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui metode penyelesaian dari Least Cost Method, VAM,
dan Steeping Stone

3
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Metode Least Cost Method


Metode Biaya Terkecil (Least Cost Method) adalah sebuah metode
untuk menyusun tabel awal dengan cara pengalokasian distribusi barang
dari sumber ke tujuan mulai dari sel yang memiliki biaya distribusi terkecil
dalam seluruh tabel, berikut merupakan langkah–langkah yang dilakukan
dalam mencari solusi awal menggunakan metode biaya terkecil (Least Cost
Method). Langkah pertama adalah mengalokasian sejumlah komoditas
setinggi mungkin pada sel yang mempunyai biaya unit terkecil dalam
keseluruhan tabel. Jika ada beberapa sel yang memiliki biaya unit terkecil
yang sama maka di pilih salah satunya secara sembarang. Pemberian tanda
silang (X) untuk baris atau kolom yang telah terpenuhi. Setelah
menyesuaikan penawaran dan permintaan untuk semua baris dan kolom
yang belum disilang, maka diulang proses dengan memberikan alokasi
setinggi mungkin pada sel yang memiliki unit terkecil berikutnya yang
belum disilang.
Langkah selanjutnya memilih nilai selisih terbesar kemudian nilai
permintaan pada baris/kolom dialokasikan ke dalam sel yang memiliki
terkecil. Berikutnya adalah sama dengan cara–cara sebelumnya bahwa, sel–
sel baris atau kolom bersesuaian dengan sel isi yang tidak memungkinkan
untuk diberi beban karena sudah terpenuhi diberi tanda silang (X).
Pencarian nilai selisih terus dilakukan untuk menentukan sel isi sepanjang
dinilai perlu. Demikian seterusnya dilakukan hingga seluruh beban yang ada
teralokasikan
Metode Intuitif merupakan suatu pendekatan berdasarkan biaya
untuk menemukan satu solusi awal untuk permasalahan transportasi.
Metode intuitif membuat alokasi berdasarkan kepada biaya yang terendah.
Metode ini merupakan sebuah pendekatan yang sederhana yang
menggunakan langkah-langkah berikut:

4
1. Identifikasi sel dengan biaya yang paling rendah. Pilih salah satu jika
terdapat biaya yang sama.
2. Alokasikan unit sebanyak mungkin untuk sel tersebut tanpa melebihi
pasokan atau permintaan. Kemudian coret kolom atau baris itu (atau
keduanya) yang sudah penuh terisi.
3. Dapatkan sel dengan biaya yang paling rendah dari sisa sel (yang
belum tercoret).
4. Ulangi langkah ke 2 dan 3 sampai semua unit habis dialokasikan.

Karena kecenderungan solusi biaya minimal meningkat dengan


menggunakan metode intuitif ini, maka sangat beruntung jika solusi dari
metode intuitif menghasilkan biaya yang minimal. Dalam hal ini, seperti
pada solusi yang didapatkan dengan metode northwest- corner, metode
intuitif tidak menghasilkan biaya minimal. Oleh karena aturan northwest-
corner dan pendekatan biaya terendah intuitif dimaksudkan hanya untuk
menyediakan satu titik awal yang layak, maka sebuah prosedur tambahan
untuk mencapai solusi optimal harus dilakukan. Namun, metode Least Cost
memiliki hasil biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan metode
Northwest-Corner. Oleh karena itu, metode Least Cost lebih efisien jika
dibandingkan dengan metode Northwest-Corner.

 Soal dan Jawaban

1. Alokasikan ke sel yang mempunyai biaya terkecil. Jika terdapat sel yang
memiliki biaya terkecil yang sama besar, maka pilih salah satu.
2. Kurangi dengan baris persediaan dan kolom permintaan, jika sudah nol, maka
eliminasi baris atau kolom tersebut.

5
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENGERJAKAN LC!!!

Bila dalam kasus tidak normal (dengan Dummy), pengalokasian DUMMY selalu
TERAKHIR setelah sel lain terisi. Hal tersebut dikarenakan dalam LC, perusahaan
dianggap lebih memilih untuk mengalokasikan ke tempat yang membutuhkan
daripada disimpan di dalam gudang.
Tujuan
Sumber Malang Semarang Jakarta Kapasitas

Matarmaja X 4 290 2 X 7 290


Majapahit 125 1 X 8 255 6 380
Malabar X 5 125 3 105 9 230
Kebutuhan 125 415 360 900

Penyelesaian:

1. Pada contoh soal, biaya terkecil terletak pada C21, sehingga sel ini adalah
yang diprioritaskan terlebih dahulu, dengan kebutuhan dan kapasitas (125 ;
380) = dengan minimum 125. Kemudian sisa kebutuhannya dialokasikan ke
sel lain.

2. Kemudian biaya terkecil kedua terletak pada C12, sehingga sel ini adalah
yang diprioritaskan yang ke dua, dengan kebutuhan dan kapasitas (415 ;
290) = dengan minimum 290. Kemudian sisa kapasitasnya dialokasikan ke
sel lain

3. Kemudian berlanjut ke biaya terkecil berikutnya, yaitu C32, dst.

4. Alokasi dihentikan jika jumlah persediaan telah dihabiskan dan jumlah


permintaan telah terpenuhi.

6
Total Biaya = Jumlah (biaya dikalikan dengan alokasi)

= (290x2) + (125x1) + (255x6) + (125x3) + (105x9)

= 3.555

Analisis :

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode LC, Matarmaja


didistribusikan ke Semarang sebesar 290. Majapahit didistribusikan ke Malang
dan Jakarta masing-masing sebesar 125 dan 255. Malabar didistribusikan ke
Semarang dan Jakarta masing-masing sebesar 125 dan 105. Total biaya
transportasi yang dikeluarkan PT. KAI adalah sebesar 3.555.

B. Vogel’s Approximation Method (VAM)


Metode Aproksimasi Vogel (VAM) menentukan alokasi beban
dengan aturan pendekatan Vogel, pertama–tama yang perlu dilakukan
adalah mencari selisih antara dua nilai sel terkecil berikutnya dengan
terkecil pada setiap baris dan kolom, atau dapat diformulasikan :

Ns = Nsel (terkecil berikutnya) – Nsel (terkecil)

Dengan

Ns : Nilai selisih yang bersesuaian untuk baris ke-i atau kolom ke-j

Nsel : Nilai sel yang bersesuaian untuk baris ke-i atau kolom ke-j

Langkah selanjutnya memilih nilai selisih terbesar kemudian nilai


permintaan pada baris/kolom dialokasikan ke dalam sel yang memiliki
terkecil. Berikutnya adalah sama dengan cara–cara sebelumnya bahwa, sel–
sel baris atau kolom bersesuaian dengan sel isi yang tidak memungkinkan
untuk diberi beban karena sudah terpenuhi diberi tanda silang (X).
Pencarian nilai selisih terus dilakukan untuk menentukan sel isi sepanjang
dinilai perlu. Demikian seterusnya dilakukan hingga seluruh beban yang ada
teralokasikan.

7
Metode VAM lebih sederhana penggunaannya, karena tidak
memerlukan closed path (jalur tertutup). Metode VAM dilakukan dengan
cara mencari selisih biaya terkecil dengan biaya terkecil berikutnya untuk
setiap kolom maupun baris. Kemudian pilih selisih biaya terbesar dan
alokasikan produk sebanyak mungkin ke sel yang memiliki biaya terkecil.
Cara ini dilakukan secara berulang hingga semua produk sudah
dialokasikan. Metode ini berdasarkan pada konsep biaya pinalti (Penalty
Cost). Jika pengambil keputusan salah memilih tindakan dan beberapa
alternatif tindakan yang ada, maka pengambil keputusan akan menyesali
keputusan yang diambil. Dalam suatu permasalahan transportasi, yang
dianggap sebagai rangkaian tindakan adalah alternatif rute dan suatu
keputusan dianggap salah jika mengalokasikan ke sel yang tidak berisi biaya
rendah. Penggunaan metode VAM tidak menjamin ditemukannya total
biaya minimum, oleh karena itu, setelah semua produk

dialokasikan sebaiknya sel bukan basis diuji apakah memiliki nilai ≥


0. Hal ini dilakukan

untuk menjamin bahwa total biaya benar-benar minimum.

 Soal dan Jawaban


1. Menghitung selisih biaya terkecil dengan biaya terkecil berikutnya
untuk setiap baris dan kolom
2. Setelah memperoleh nilai selisih untuk tiap kolom dan baris, pilih biaya
yang selisih terbesar yang ada pada baris dan kolom tersebut. Kemudian
alokasikan sebanyak mungkin ke sel yang memiliki biaya terkecil pada
baris atau kolom terpilih.
3. Buat tabel pengalokasian untuk barang dari sumber ke tujuan, dengan
memperhatikan jumlah kapasitas yang tersedia pada kolom atau baris
yang bersangkutan dengan jumlah permintaan yang harus dipenuhi atau
belum dipenuhi pada baris atau kolom tersebut. Hapuslah baris dan
kolom apabila persediaan sudah dialokasikan atau permintaan yang

8
sudah terpenuhi.
Ulangi langkah pertama, jika jumlah persediaan belum dialokasikan
sepenuhnya, maka masih terdapat kekurangan persediaan.

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MENGERJAKAN VAM!!!


Bila dalam kasus tidak normal (dengan dummy), pengalokasian DUMMY
diperhitungkan. Karena metode VAM memperhitungkan biaya dummy ketika
mencari selisih biaya terkecil.

Tabel 1

Tujuan
Sumber Kapasitas Selisih
Malang Semarang Jakarta
Matarmaja X 4 2 7 290 4-2=2

Majapahit 125 1 8 6 380 6-1=5

Malabar X 5 3 9 230 5-3=2

Kebutuhan 125 415 360 900


Selisih 4-1=3 3-2=1 7-6=1

Tabel 2

Tujuan Kapasitas Selisih

Sumber Malang Semarang Jakarta


Matarmaja X 4 2 7 290 7-2=5
Majapahit 125 1 8 6 380 8-6=2
Malabar X 5 230 3 X 9 230 9-3=6
Kebutuhan 125 415 360 900

Selisih - 3-2=1 7-6=1

9
Tabel 3

Tujuan

Sumber Malang Semarang Jakarta Kapasitas Selisih

Matarmaja X 4 185 2 105 7 290 7-2=5


Majapahit 125 1 X 8 255 6 380 8-6=2
Malabar X 5 230 3 X 9 230 -
Kebutuhan 125 415 360 900

Selisih - 8-2 = 6 7-6=1

Total Biaya = (185x2) + (105x7) + (125x1) + (255x6) + (230x3) = 3.450

Analisis :

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode VAM,


Matarmaja didistribusikan ke Semarang dan Jakarta masing-masing
185 dan 105. Majapahit didistribusikan ke Malang dan Jakarta
sebesar 125 dan 255. Sedangkan Malabar didistribusikan ke
Semarang sebesar 230. Total biaya transportasi yang dikeluarkan PT.
KAI adalah sebesar 3.450

C. Steeping Stone

Metode stepping merupakan suatu teknik yang berulang untuk


berpindah dari suatu solusi awal yang layak ke solusi yang optimal dalam
metode transportasi. Metode stepping-stone akan membantu untuk
perpindahan suatu solusi awal yang layak ke sebuah solusi optimal. Metode
ini digunakan untuk mengevaluasi efektivitas biaya pengiriman barang-
barang melalui rute transportasi yang saat ini bukasn merupakan rute
yang ada dalam solusi.
Di saat menerapkan rute tersebut, setiap sel atau kotak yang tidak
terpakai dalam tabel transportasi diuji dengan mempertanyakan : “Apa yang

10
akan terjadi pada biaya pengiriman total jika satu unit produk dikirimkan
pada satu rute yang tidak terpakai?” Pengujian dilakukan sebagai berikut:

1. Pilihlah kotak manapun yang tidak terpakai untuk dievaluasi.


2. Dimulai dari kotak ini, telusurilah sebuah jalur tertutup yang
kembali ke kotak awal melalui kotak-kotak yang sekarang ini yang
sedang digunakan (yang diizinkan hanyalah gerakan vertikal dan
horizontal). Walaupun demikian, boleh melangkahi kotak manapun
baik kosong maupun berisi.
3. Mulai dengan tanda plus (+) pada kotak yang tidak terpakai,
tempatkan secara bergantian tanda plus dan tanda minus pada
setiap kotak pada jalur yang tertutup yang baru saja dilalui.
4. Hitunglah indeks perbaikan dengan cara: pertama, menambahkan
biaya unit yang ditemukan pada setiap kotak yang berisi tanda plus,
dan kemudian dilanjutkan dengan mengurangi biaya unit pada
setiap kotak yang berisi tanda minus.
5. Ulangi langkah 1 hingga 4 sampai semua indeks perbaikan untuk
semua kotak yang tidak terpakai sudah dihitung. Jika semua
indeks yang dihitung lebih besar atau sama dengan nol, maka
solusi optimal sudah tercapai. Jika belum, maka solusi sekarang
dapat terus ditingkatkan untuk mengurangi biaya perngiriman total.

Metode Stepping Stone merupakan langkah lanjutan dari metode awal


untuk mendapatkan solusi optimal. Metode Stepping Stone merubah alokasi
produk untuk mendapatkan alokasi produksi yang optimal menggunakan
cara coba-coba. Langkah-langkah metode Stepping Stone sebagai berikut
[ ]: 1. Isi tabel awal dengan metode solusi awal. 2. Pilih sebarang sel kosong
untuk diisi dengan syarat akan membentuk loop yang berakhir dan berawal
pada sel kosong, dimana sel yang masuk hanyalah sel yang akan diisi. 3.
Beri tanda plus (+) pada sel kosong, tempatkan secara bergantian tanda plus
(+) dan tanda minus (-) pada setiap kotak pada jalur tertutup yang baru saja
dilalui. 4. Hitunglah indeks perbaikan dengan menambahkkan biaya unit

11
yang ditemukan setiap kotak berisi tanda plus (+) dilanjutkan dengan
mengurangi biaya unit pada setiap kotak berisi tanda minus (-). 5. Ulangi
langkah 3 hingga 4 sampai semua indeks perbaikan untuk semua kotak yang
tidak terpakai sudah dihitung. Jika semua indeks yang dihitung lebih besar
atau sama dengan nol, maka solusi optimal tercapai. Jika belum dapat terus
ditingkatkan untuk mengurangi biaya pengiriman total.

 Soal dan jawaban

Suatu perusahaan memiliki 3 pabrik yang berada di W, H dan P. Sedangkan


produk tersebut akan didistribusikan atau dialokasikan ke 3 gudang
penjualan di A,B dan C. Kapasitas pabrik, kebutuhan gudang dan biaya
pengangkutan dari tiap pabrik ke tiap gudang adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kapasitas Pabrik


Pabrik Kapasitas Produksi tiap bulan

W 90 ton
H 60 ton
P 50 ton
Jumlah 200 ton

Tabel 2. Kebutuhan Gudang A,B dan C


Gudang Kebutuhan tiap bulan
A 50 ton
B 110 ton
C 40 ton
Jumlah 200 ton

12
Tabel 3. Biaya Pengangkutan setiap ton dari Pabrik ke Gudang

Dari Biaya tiap ton (000)


Ke Gudang Ke Gudang Ke Gudang
A B C
Pabrik W 20 5 8
Pabrik H 15 20 10
Pabrik P 25 10 19

1. Menyusun Tabel Alokasi

Ke Gudang Gudang B Gudang C Kapasitas


Dari A Pabrik
Pabrik W 20 5 8
X
X11 12 X13 90
Pabrik H
15 X22 20 10
X21 X23 60
Pabrik P
X31 25 X32 10 X33 19 50
Kebutuhan
Gudang 50 110 40 200

Xij = banyaknya alokasi dari sumber i ke tujuan j. Misal dari W


ke A (sumber 1 ke tujuan pertama)

Nilai Xij inilah yang akan dicari

13
2. Prosedur Alokasi
Pedoman yang di gunakan adalah :
Pedoman Sudut Barat Laut (Northwest corner rule)
Mulai dari sudut X11 dialokasikan sejumlah maksimum produk dengan
melihat kapasitas pabrik dan kebutuhan gudang.
Setelah itu bila Xij merupakan kotak terakhir yang dipilih dilanjutkan dengan
mengalokasikan pada Xi,j+1 bila I mempunyai kapasitas yang tersisa. Bila
tidak, alokasikan ke Xi+1,j dan seterusnya hingga semua kebutuhan terpenuhi
Segi empat yang terisi alokasi biasanya disebut segi empat batu, sedangkan
yang kosong disebut segi empat air.
Jumlah rute yang dilalui = (jumlah kolom + jumlah baris) – 1 Contoh di atas,
jumlah rute yang dilalui = (3 + 3) – 1 = 5
Jika jumlah rute kurang dari jumlah rute yang dilalui maka solusinya
dinamakan dengan degenerate

Tabel Alokasi Pertama dengan Metode Stepping Stone

Ke Gudang A Gudang B Gudang C Kapasitas


Dari Pabrik
Pabrik W 20 5 8
50 40 90
Pabrik H 15 20 10
60 60
Pabrik P 25 10 19
10 40 50
Kebutuhan
Gudang 50 110 40 200

Biaya pengangkutan untuk Alokasi Tahap Pertama =

50(20) + 40(5) + 10(10) + 40 (19) = 3260

14
BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis perbandingan yang telah dilakukan menunjukkan


bahwa metode VAM efektif dalam meminimalkan biaya transportasi distribusi.
Ukuran efektivitas metode VAM adalah Metode VAM lebih mudah dan lebih
cepat untuk mengatur alokasi (dalam hal ini adalah biaya transportasi) dari
beberapa sumber ke daerah tujuan sedangkan pada metode Least Cost Method dan
Steeping Stone tidak mengalokasikan produk sebanyak mungkin pada kotak sel
yang memiliki biaya transportasi terkecil. Dengan kata lain, setiap alokasi produk
tidak memperhatikan besarnya biaya perunit. Metode ini hanya mengalokasikan
produk berdasarkan kriteria sudut kiri atas dan sudut kanan bawah yang merupakan
sel basis. Oleh karena tidak memperhatikan biaya per unit, metode east Cost
Method dan Steeping Stone ini kurang efisien.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ratna, Resiana S. Putri, Suci Rakhmawati. Riset Operasional Bisnis. Universitas


Gunadharma

Rangkuti, Freddy (2002), Measuring Customer Satisfaction, Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta

Kakiay, Thomas J. 2008.Pemrograman Linier Metode dan Problema. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

16

Anda mungkin juga menyukai