Oleh :
SISKA
Nim. 226601265
Apa sebenarnya hakikat manusia? Ini merupakan pertanyaan dasar yang berusaha dipecahkan
oleh para filsuf sejak ratusan tahun lalu. Mengutip jurnal Hakikat Manusia dalam Perspektif
Alquran tulisan Afrida (2018), menurut pandangan Plato, hakikat manusia adalah roh, rasio
(akal), dan kesenangan (nafsu).
Dengan demikian, manusia dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, mereka yang
didominasi oleh rasio yang hasrat utamanya adalah memperoleh ilmu pengetahuan. Kedua,
manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat pertamanya adalah meraih prestasi. Ketiga,
manusia yang didominasi oleh nafsu yang hasrat utamanya adalah materi. Tugas rasio adalah
mengontrol roh dan nafsu.
Ketika membicarakan tentang hakikat manusia, pendapat para filsuf Barat seperti Plato-lah yang
banyak dikaji. Padahal Alquran juga memberikan informasi jelas mengenai kemanusiaan.
Dalam Islam, manusia berbeda dengan makhluk Allah yang lain, termasuk dengan malaikat,
iblis, dan binatang. Manusia memiliki akal dan nafsu, menjadi pemikul amanah yang berat, serta
bertanggung jawab atas segala yang diperbuat.
Lantas apa hakikat manusia menurut Islam? Berikut ini adalah penjabarannya mengutip dari
jurnal Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat karya Siti Khasinah (2013):
Allah menciptakan manusia dengan misi agar mereka menyembah dan tunduk pada hukum-
hukum Allah. Hal ini tercantum dalam surat adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya “Tidaklah Aku
ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.”
Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya,
baik yang menyangkut hubungan dengan Allah atau hubungan dengan sesama manusia.
2. Sebagai al-Nas
Al-nas mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya
untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah berikut ini:
“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang
paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS
Al Hujurat ayat 13)
Manusia diberi amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Artinya manusia memiliki
wewenang untuk memanfaatkan alam guna memenuhi kebutuhan hidup, namun juga
bertanggung jawab terhadap kelestariannya. Hakikat manusia sebagai khalifah ini salah satunya
dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
“Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau?”
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”
Alquran menerangkan dengan jelas bahwa semua manusia merupakan keturunan Nabi Adam AS
dan bukan berasal dari hasil evolusi makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles
Darwin.
Sebagai Bani Adam, semua manusia berasal dari keturunan yang sama sehingga saling
bersaudara, terlepas dari latar belakang agama, bangsa, dan bahasa yang berbeda.
5.Sebagai al-Insan
Konsep al-Insan merujuk pada potensi yang dimiliki manusia, antara lain kemampuan berbicara
dan menguasai ilmu pengetahuan. Selain potensi positif, manusia juga memiliki kecenderungan
berperilaku negatif, misalnya cenderung zalim dan kafir (Q.S. Ibrahim (14): 34, tergesa-gesa
(Q.S. al-Isra (17):67), bakhil (Q.S.al-Isra (17):100), bodoh (Q.S. al-Ahzab(33):72), berbuat dosa
(Q.S.al-‘Alaq (96):6) dan lain-lain.
Sebagai makhluk biologis, manusia berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan, memerlukan nutrisi untuk bertahan hidup, dan pada akhirnya akan mengalami
kematian.
Apabila malaikat dicipatakan dari nur atau cahaya dan iblis berasal dari nyala api, dalam surat
Al-Mu’minun ayat 12-14, Allah menerangkan proses penciptaan manusia yang berasal dari
saripati tanah hingga menjadi makhluk yang mulia.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
* Arab: Din berasal dari kata dana yadinu dinan berarti tatanan, sistem atau tatacara hidup. Jadi
Din berarti tatacara hidup
* AGAMA : aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan
sesamanya (Ensiklopedi Nasional Indonesia)
* AGAMA : ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia
dan manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia) .
-UNSUR AGAMA
1. Keyakinan (credial, akidah), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang
diyakini pengatur dan pencipta alam.
2. Peribadatan (ritual, ibadah), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan
supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
3. Sistem nilai (Value, sumber hukum, syari'at) yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan tersebut.
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.
Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan
makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta.
Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika,
hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200
agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa
yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama
juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan, dewa atau dewi,
pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa,
musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari kebudayaan manusia. Agama juga
mungkin mengandung mitologi.
Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau
kadang-kadang mengatur tugas; Namun, dalam kata-kata mile Durkheim, agama berbeda dari
keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial" mile Durkheim juga
mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.
Sebuah jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia adalah
beragama, dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9 persen pada
keyakinan agama dari tahun 2005 Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki.
Beberapa orang mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama pada saat yang
sama, terlepas dari apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti tradisional yang
memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.Islam adalah agama yang diturunkan allah swt
kepada nabi Muhammad saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup
seluruh manusia hingga akhir zaman.
Islam juga adalah salah satu agama dari kelompok agama yang diterima oleh seseorang nabi
yang mengajarkan monoteisme tanpa kompromi, iman terhadap wahyu, iman terhafap akhir
zaman, dan tanggung jawab.
Definisi Islam
A.Islam secara ilmu etimolgi berasal dari bahasa arab aslama-yuslimu yang berarti berserah diri,
patuh, taat dan tunduk. Kata islam juga berasal dari kata aslim artinya perdamaian, kerukunan
dan keamanan. Islam juga di ambil dari kata salimun artinya suci dan bersih.
a. Islam menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah agama yg diajarkan oleh Nabi
Muhammad saw. berpedoman pd kitab suci Alquran yg diturunkan ke dunia melalui wahyu
Allah Swt.
b. Islam secara ilmu terminology islam adalah agama yang diturunkan oleh Alloh kepada
manusia melalui Rosul_Nya yang berisi hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Alloh,
hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam semesta.
c. Islam menurut Syekh Mahmud Syaltut adalah agama Alloh yang di perintahkan untuyk
mengajarkan pokok-pokok dan peratutan-peraturannya kepada Nabi Muhammad SAW dan
menugaskan untuk menyampaikan agama itu kepada seluruh manusia, lalu mengajak mereka
untuk memeluknya.
B. Karakteristik Islam
Menurut Yusuf Qardawi, agama islam mempunyai beberapa ciri khusus antara lain :
·Rabaniyyah
Rabaniyyah adalah agama yang tujuan akhirnya berhubungan baik dengan Alloh. Tujuan dan
mengharapkan ridho_Nya. Seorang muslim yang orientasi hidupnya hanya mnendekatkan diri
kepada Alloh, tunduk dan patuh hyanya kepada Alloh dan hanya mengharapkan ridlo_Nya
semata di sebut manusia Robbani.
·Insaniyyah
Insaniyyah adalah agama yang sesuai dengan jiwa manusia. Semua perintah dan larangan_Nya
bermanfaat untuk dirinya sendiri . Jadi islam sangat menekankan kemanusiaan.
·Syumuliyyah
Syumiliyyah adalah agama yang berlaku secara universal. Artinya agama yang berlaku bagi
semua zaman, semua kehidupan dan semua tempat. Dapat di terima oleh semua manusia di dunia
sampai akhir masa.
·Wasatiyyah
Wasatiyyah adalah agama yang bersifat moderat. Agama yang mengajarkan pada pemeluknya
agar tidak condong pada kehidupan materi saja akan tetapi dapat memperhatikan keseimbangan
kehidupan dunia dan akhirat, spiritual dan material.
·Agama Fitrah
Agama fitrah artinya agama islam ini merupakan agama yang suci sebagaimana hati nurani
manusia yang suci dan bersih. Semuanya manusdia mempunyai hati nuraniu dan hati nurani
selalu suci karena kesuciaannya tidak pernah salah atau keliru apalagi sampai berdusta atau
berbohong. Setiap hati nurani manusia, pada hakikatnya selalu mengatakan agama yang benar
dan suci hanyalah agama islam. Islam sangat melarang bahkan mengharamkan setiap perbuatan
dosa apalagi sampai ingkar kepada Alloh. Maka hati nuranipun juga sama.
1. Iman
Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap
kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh
bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari- hari. Kata Iman di dalam al-Qur'an
digunakan untuk arti yang bermacam- macam.
2. Ihsan berarti berbuat baik, orang yang Ihsan disebut mukhsin berarti orang yang berbuat baik.
Sedangkan Ihsan menurut aqidah islam adalah berbuat kebaikan dengan niat ibadah kepada
Allah atau dilihat Allah SWT. Ihsan ini adalah perbuatan dan amal yang dihiasi dengan budi
pekerti yang rendah dan ahklak yang luhur.
3. Islam
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan Islam adalah agama wahyu berintikan
tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw
sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun,
yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan .
C. KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM
Kerangka dasar ajaran Islam merupakan dasar-dasar pokok ajaran Islam yang membekali setiap
orang untuk bisa mempelajari Islam yang lebih luas dan mendalam. Memahami dan
mengamalkan kerangka dasar ajaran Islam merupakan keniscayaan bagi setiap Muslim yang
menginginkan untuk menjadi seorang Muslim yang kaffah. Tiga kerangka dasar Islam, yaitu
Aqidah, syariah, dan akhlak mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Oleh karena itu, ketiga kerangka dasar tersebut
harus terintegrasi dalam diri seorang Muslim. Integrasi ketiga komponen tersebut dalam ajaran
Islam ibarat sebuah pohon, akarnya adalah aqidah, sementara batang, dahan, dan daunya adalah
syariah, sedangkan buahnya adalah akhlak.
1. Aqidah
Pengertian Aqidah Akidah berakar dari kata yang berarti tali pengikat sesuatu dengan yang lain,
sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika masih dapat dipisahkan berarti
belum ada pengikat dan sekaligus berarti belum ada akidahnya. Dalam pembahasan yang
masyhur akidah diartikan sebagai iman, kepercayaan atau keyakinan. Akidah adalah ikatan dan
perjanjian yang kokoh. Manusia dalam hidup ini terpola kedalam ikatan dan perjanjian baik
dengan Allah, dengan sesama manusia maupun dengan alam lainnya. Ruang Lingkup kajian
akidah berkaitan erat dengan rukun iman. Adapun kata iman, secara etimologis, berarti percaya
atau membenarkan dengan hati. Sedang menurut istilah syara’, iman berarti membenarkan
dengan hati, mengucapkan dengan lidah, dan melakukan dengan anggota badan. Dengan
pengertian ini, berarti iman tidak hanya terkait dengan pembenaran dengan hati atau sekedar
meyakini adanya Allah saja. Misalnya, Iman kepada Allah berarti meyakini bahwa Allah itu ada;
membuktikannya dengan ikrar syahadat atau mengucapkan kalimat-kalimat dzikir kepada Allah;
dan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Inilah makna iman
yang sebenarnya, sehingga orang yang beriman berarti orang yang hatinya mengakui adanya
Allah (dzikir hati), lidahnya selalu melafalkan kalimat- kalimat Allah (dzikir lisan), dan anggota
badannya selalu melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya (dzikir
perbuatan).
a) Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena Allah adalah Pencipta yang
tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya .
b) Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya akidah. Karena
orang yang lemah akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan adakalanya terjerumus pada
berbagai kesesatan dan khurafat.
c) Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan memperkuat hubungan
antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia menjadi orang yang tegar menghadapi segala
persoalan dan sabar dalam menyikapi berbagai cobaan.
2. Syariah
Syariah Secara bahasa, syariah artinya jalan lurus menuju mata air digambarkan sebagi sumber
kehidupan. Syariah berarti jalan lurus menuju sumber kehidupan yang sebenarnya. Sumber hidup
manusia sebenarnya adalah Allah. Untuk menuju Allah Ta’ala, harus menggunakan jalan yang
dibuat oleh Allah tersebut (syariah). Syariah ini menjadi jalan lurus yang harus di tempuh
seorang muslim. Tidak ada jalan lain bagi orang muslim kecuali menggunakan syariah Islam
Allah Swt. Berfirman dalam QS. Al-Jaatsiyah [45]: 18;
Artinya : Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari
agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang
tidak mengetahui.
Secara istilah, syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan Allah untuk mengatur manusia baik
hubungannya dengan Allah Swt., dengan sesama manusia, dengan alam semesta, dan dengan
makhluk ciptaan lainnya. Para fuqaha (ahli fiqih) menjelaskan syariah untuk menunjukkan
hukum yang ditetapkan oleh Allah untuk para hamba-Nya dengan perantara Rasul-Nya, supaya
para hamba-Nya itu melaksanakannya dengan dasar iman, baik hukum itu mengenai hukum
formal maupun hukum etika (akhlak). Allah adalah pembuat hukum yang tertinggi. Syariah
islam adalah penjelmaan konkret kehendak Allah ditengah manusia hidup bermasyarakat.
Syariah merupakan prinsip yang tercantum dalam Al-Qur’an dan prinsip Al-Qur’an itu sendiri.
Agar prinsip tersebut dapat diwujudkan dengan baik, tentu memerlukan contoh. Dalam hal ini,
dibutuhkan contoh-contoh dari Nabi. Melalui perilaku dan ucapan Nabi tersebut, manusia dapat
memahami apa yang menjadi kehendak Allah SWT itu. Oleh karena itu, Nabi dan rasul patut
dicontoh dalam melaksanakan syariah.
Fungsi Syariah hukum-hukum Allah jauh lebih efektif untuk mencegah segala bentuk kejahatan
yang merajalela. Disamping itu, bukan hanya mencegah kejahatan melainkan mengarahkan pada
kebaikan. Berikut ini beberapa fungsi syariah, yaitu :
a) Menghantarkan manusia sebagai hamba Allah yang mukhlis. Syariah adalah aturan-aturan
Allah yang berisi perintah Allah untuk ditaati dan dilaksanakan, serta aturan-aturan tentang
larangan Allah untuk dijauhi dan dihindarkan. Ketaaatan terhadap aturan menunjukkan
ketundukan manusia terhadap Alah dan penghambaan manusia kepada-Nya. Tanpa
melaksanakan Syariah, maka manusia tidak akan sampai pada posisi sebagai hamba Allah yang
baik dan benar.
b) Menghantarkan manusia sebagai khalifah Allah SWT. Manusia sebagai khalifah Allah harus
mengikuti hukum Allah yang diwakilinya. Kalau melampau batas bukan lagi wakil. Maka dari
itu, syariah islam memberikan batasan yang jelas dari kebebasan yang dimiliki manusia. Dengan
demikian, kekhalifahan manusia diatur dalam tatanan pencapaian kesejahteraan lahir-batin
manusia dan terhindar dari kesesatan sejalan dengan kehendak Allah SWT.
3. Akhlak
Akhlak Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak, yang merupakan bentuk
jamak dari kata khuluq atau al-khaliq yang berarti:
Sedangkan secara istilah, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang
melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan
atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut
pandangan akal dan hukum Islam, disebut akhlak yang baik. Jika perbuatan-perbuatan yang
timbul itu tidak baik, dinamakan akhlak yang buruk.
Namun berdasarkan beberapa pendapat dari ulama, akhlak adalah sifat yang sudah tertanam
dalam jiwa yang mendorong perilaku seseorang dengan mudah sehingga menjadi perilaku
kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku yang terpuji menurut akal dan agama
dinamakan akhlak baik (akhlak mahmudah). Sebaliknya, jika ia melahirkan tindakan yang jahat,
maka disebut akhlak buruk (akhlak mazmumah). Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang
melekat di dalam jiwa, maka perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat,
yaitu:
a. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu dilakukan hanya sesekali saja,
maka tidak dapat disebut akhlak. Misalnya, pada suatu saat, orang yang jarang berderma tiba-tiba
memberikan uang kepada orang lain karena alasan tertentu. Tindakan seperti ini tidak bisa
disebut murah hati berakhlak dermawan karena hal itu tidak melekat di dalam jiwanya.
b. Perbuatan itu timbul mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih dahulu sehingga benar-benar
merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan
dipertimbangkan secara matang tidak disebut akhlak. Akhlak menempati posisi yang sangat
penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada
pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlak al-karimah.
Islam adalah agama yang menghargai dan meninggikan derajat orang yang berilmu. Dalam islam
sendiri terkandung ilmu pengetahuan yang tidak terbatas dan terpisah-pisah seperti halnya
masyarakat barat membagi dan memisahkan ilmu menjadi beberapa cabang. Ilmu pengetahuan
dalam islam tersusun dalam kesatuan dan bahkan dalam Alqur’an sendiri terkandung ilmu
pengetahuan di dalamnya. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam Alqur’an tentang orang-
orang yang berilmu, berpikir dan berakal
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu
ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya).” (An-Nahl: 12)
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-
tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang
sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir.” (Ar-Ra’d: 4)
Kata ilmu berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu ‘ilm yang berarti pengetahuan dan
kemudian arti tersebut berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Kata ilm itu sendiri diserap
dalam bahasa Indonesia menjadi kata ilmu atau yang merujuk pada ilmu pengetahuan.
Dalam sudut pandang Islam, ilmu sendiri diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan ijtihad atau hasil pemilkiran mendalam para ulama dan ilmuwan muslim yang
didasarkan pada Alqur’an dan hadits. Alqur’an dan hadits adalah pedoman hidup manusia dan di
dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang universal. Allah bahkan menurunkan ayat pertama
yang berbunyi “Bacalah” sedangkan kita mengetahui bahwa membaca adalah aktifitas utama
dalam kegiatan ilmiah. Kata ilmu itu sendiri disebut sebanyak 105 kali dalam alQur’ān dan kata
asalnya disebut sebanyak 744 kali.
3.Perkembangan Ilmu pengetahuan Dalam Islam
Masa keemasan umat islam terjadi pada masa kelam masyarakat barat dimana ilmu pengetahuan
berkembang dengan pesat dikalangan umat muslim. Pada saat itu islam telah memperluas
wilayah hingga Eropa. Pada masa keemasan tersebut banyak ilmuwan muslim yang melalukan
riset dan penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosofi para ilmuwan Yunani (baca
hakikat pendidikan islam dalam filsafat).
Periode Islam klasik (650-1250 M) dipengaruhi oleh pandangan tentang tingginya kedudukan
akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadist. Kemudian pandangan ini ternyata sejalan
dengan filsafat sains bangsa Yunani kuno (baca sejarah islam dunia dan sejarah yahudi). Adapun
beberapa ilmuwan besar pada masa itu yang tercatat dalam sejarah agama islam diantaranya
adalah :
-Al-razi dengan karyanya Al-Hāwī (850-923) yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai
perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas juga mengarang suatu ensiklopedia
atau kamus kedokteran dengan judul Continens,
-Ibnu Sina (980-1037) yang menulis buku-buku kedokteran yang diberi judul Al qonun atau the
Canon of Medicine yang kini menjadi standar dalam ilmu kedokteran di Eropa.
-Al-Khawarizmi atau Algorismus yang menulis buku Aljabar pada tahun 825 M, dan merupakan
buku standar ilmu matematika selama beberapa abad di Eropa. Ia juga yang menemukan
penggunaan angka desimal yang menggantikan angka romawi di Eropa.
-Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filosofi yang banyak menterjemahkan karya Aristoteles
-Jabir ibn hayyan dan Al biruni yang merupakan ilmuwan di bidang kimia.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas di wilayah Eropa sudah berlangsung sejak abad ke-12 M
dan menimbulkan gerakan kebangkitan atau masa renaisance. Masyarakat barat mulai
mengadopsi ilmu yang telah dikembangkan ilmu pada masa itu dan meskipun akhirnya islam
terusir dari Spanyol. (baca perkembangan islam di Eropa dan islam di Amerika)
Masyarakat barat membagi ilmu pengetahuan dalam tiga cabang utama yakni ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan humaniora. Islam memiliki kaitan dengan
keriga ilmu tersebut diantaranya adalah:
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke
suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan
sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang
yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raaf: 57)
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS.
Fushilat: 53)
Banyak cabang ilmu sosial yang dipelajari saat ini dan ilmu-ilmu tersebut juga tercantum dalam
Alqur’an. Islam mengenal adanya ilmu ekonomi, politik, sosiologi dan cabang ilmu sosial
lainnya. Dalam islam diatur juga hal-hal mengenai perdagangan, demokrasi dan hal lainnya yang
menyangkut ilmu hukum dan sosial. Seperti halnya Allah mengatur ilmu mawaris atau hukum
waris dalam islam serta pembagian harta warisan menurut islam, larangan riba, hukum
pernikahan, perdagangan yang baik dan lain sebagainya. Adapun berdasarkan ilmu pengetahuan
sosial dan alqur’an, Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial dan hakikat penciptaan
manusia adalah untuk beribadah dan bergaul dengan sesamanya. Sebagaiamana yang disebutkan
dalam firman Allah SWT berikut ini :
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main
(saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
Ilmu humaniora adalah ilmu yang menitikberatkan fokusnya pada manusia dan yang
menyangkut kehidupan manusia seperti ilmu filsafat, seni, kesusateraan, kemiliteran, teknologi
dan lain sebagainya. Islam tidak hanya mencakup ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan
alam saja akan tetapi dalam islam terutama Alqur’an mencakup seluruh aspek ilmu yang
berkaitan dengan manusia dan tercantum di dalamnya jawaban atas permasalahan-permasalah
yang dihadapi manusia pada umumnya. (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan
manfaat membaca Alqur’an bagi ibu hamil)
Dengan demikian perkembangan islam tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Masyarakat muslim saat ini pun telah mengembangkan ilmu pengetahuan bahkan
beberapa ilmuwan muslim mendapatkan penghargaan seperti Ahmad Zewail, peraih nobel di
bidang kimia atas temuannya di bidang femtokimia. Penghargaan tersebut selayaknya
memotivasi para pelajar muslim dan masyarakat muslim pada umumnya untuk tetap berpegang
teguh pada ajaran agama dan mepelajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan
apalagi kita tahu bahwa hukum menuntut ilmu adalah wajib.(baca ilmu pendidikan islam dan
hakikat pendidikan islam dan fungsinya)
1. Al-Qur'an
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Tulisannya
berbahasa Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril.
Al Quran juga merupakan hujjah atau argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan risalah kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum yang
wajib dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat serta
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Al Quran sebagai kalam Allah SWT dapat dibuktikan dengan ketidaksanggupan atau kelemahan
yang dimiliki oleh manusia untuk membuatnya sebagai tandingan, walaupun manusia itu adalah
orang pintar.
ْض ظَ ِه ْيرًا ُ ت ااْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ُّن ع َٰلٓى اَ ْن يَّْأتُوْ ا بِ ِم ْث ِل ٰه َذا ْالقُرْ ٰا ِن اَل يَْأتُوْ نَ بِ ِم ْثلِ ٖه َولَوْ َكانَ بَ ْع
ٍ ضهُ ْم لِبَع ِ قُلْ لَّ ِٕى ِن اجْ تَ َم َع
Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
(dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun
mereka saling membantu satu sama lain."
2. Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa sabda, perbuatan dan
persetujuam Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum Islam yang kedua
sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang memerintahkan untuk mentaati
Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran ayat 32:
٣٢ - َقُلْ اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َوال َّرسُوْ َل ۚ فَا ِ ْن ت ََولَّوْ ا فَا ِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ٰكفِ ِر ْين
Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa
Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai pemberi
keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru yang ketentuannya tidak
ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada
kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.
3. Ijma
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al Quran dan sunah Rasul. Dalam
moraref atau portal akademik Kementerian Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang
Ijma sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan perkembangan Hukum
Islam Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu metode dalam menetapkan
hukum atas segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-Quran dan Sunnah. Sumber
hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era globalisasi dan teknologi modern.
Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab Khallaf, merumuskan ijma
dengan kesepakatan atau konsensus para mujtahid dari umat Muhammad pada suatu masa
setelah wafatnya Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syara' mengenai suatu kasus atau
peristiwa.
Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma sukuti. Ijma sharih atau lafzhi
adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui pendapat maupun perbuatan terhadap hukum
masalah tertentu. Ijma sharih ini juga sangat langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan
dalam suatu majelis, pertemuan tidak dalam forum pun sulit dilakukan.
Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama melalui cara seorang
mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukum satu masalah dalam masa
tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas serta diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun
di antara mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan pendapat atau menyanggah pendapat
itu setelah meneliti pendapat itu.
4. Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah bentuk sistematis dan yang
telah berkembang fari ra'yu yang memainkan peran yang amat penting. Sebelumnya dalam
kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki tempat terakhir karena ia memandang
qiyas lebih lemah dari pada ijma.
F. IBADAH DAN PERNIKAHAN
Dalam agama Islam, pernikahan merupakan ibadah yang mulia dan suci. Untuk itu, menikah
tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena ini merupakan bentuk ibadah terpanjang dan
selayaknya dapat dijaga hingga maut memisahkan.
Pernikahan sejatinya bukan hanya menyatukan dua insan untuk membangun biduk rumah tangga
saja. Ada beberapa tujuan pernikahan yang seharusnya dipahami oleh umat Muslim. Berdasarkan
Alquran dan hadis Nabi, inilah tujuan menikah dalam Islam.
Tujuan menikah dalam Islam yang utama ialah untuk menjalankan perintah Allah. Dalam
Alquran surat An Nuur ayat 32, Allah memerintahkan hamba-Nya agar menikah dan tak
mengkhawatirkan soal rezeki sebab Allah akan mencukupkannya.
ِ َوَأن ِكحُوا اَْأليَا َمى ِمن ُك ْم َوالصَّالِ ِحينَ ِم ْن ِعبَا ِد ُك ْم َوِإ َمآِئ ُك ْم ِإن يَ ُكونُوا فُقَ َرآ َء يُ ْغنِ ِه ُم هللاُ ِمن فَضْ لِ ِه َوهللاُ َو
اس ٌع َعلِي ٌم
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32)
Salah satu keutamaan menikah adalah untuk menyempurnakan separuh agama. Mengapa
demikian? Para ulama menjelaskan bahwa yang umumnya merusak agama seseorang adalah
kemaluan dan perutnya. Nikah berarti membentengi diri dari salah satunya, yaitu zina dengan
kemaluan. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
ِ َّ فَ ْليَت، ِإ َذا تَ َز َّو َج ال َع ْب ُد فَقَ ْد َك َّم َل نَصْ فَ ال ِّد ْي ِن
ِ ْق هللاَ فِي النِّص
ف البَاقِي
َ نَّتِي فَلَي±لْ بِ ُس±نَّتِ ْي فَ َم ْن لَ ْم يَ ْع َم± “النِّ َكا ُح ِم ْن ُس:صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
اثِ ٌر±ِإنِّي ُم َك±َوا ف±ُْس ِمنِّي َوتَزَ َّوج َ ِ قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا:ت
ْ َع َْن عَاِئ َشةَ قَال
بِ ُك ْم اُأْل َم َم َو َم ْن َكانَ َذا طَوْ ٍل فَ ْليَ ْن ِكحْ َو َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد فَ َعلَ ْي ِه بِالصِّ يَ ِام فَِإ َّن الصَّوْ َم لَهُ ِو َجا ٌء” رواه ابن ماجه
"Menikah itu termasuk dari sunnahku, siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia tidak
mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas umat-umat yang
lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka
hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya.” (HR. Ibnu Majah)
Rumah tangga adalah 'ladang' yang subur untuk kita beribadah dan beramal saleh. Bahkan,
berhubungan suami istri termasuk ibadah (sedekah) yang bernilai pahala. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
… َان± َأ َك، َر ٍام±ض َعهَا فِي َح َ َأ َرَأ ْيتُ ْم لَوْ َو:ال َ َ َأيَْأتِي َأ َح ُدنَا َش ْه َوتَهُ َويَ ُكوْ نُ لَهُ فِ ْيهَا َأجْ رٌ؟ ق،ِ يَا َرسُوْ َل هللا: قَالُوْ ا،ٌص َدقَة
َ َوفِي بُضْ ِع َأ َح ِد ُك ْم
ض َعهَا فِي ْال َحالَ ِل َكانَ لَهُ َأجْ ٌر
َ ك ِإ َذا َو َ ِ َعلَ ْي ِه فِ ْيهَا ِو ْزرٌ؟ فَ َك َذل.
“… Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan istrinya adalah sedekah!” (Mendengar sabda
Rasulullah, para sahabat keheranan) lalu bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari
kita melampiaskan syahwatnya terhadap istrinya akan mendapat pahala?’ Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Bagaimana menurut kalian jika ia (seorang suami) bersetubuh
dengan selain istrinya, bukankah ia berdosa? Begitu pula jika ia bersetubuh dengan istrinya (di
tempat yang halal), dia akan memperoleh pahala’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pernikahan merupakan ibadah yang bertujuan untuk menjaga kehormatan diri dan terhindar dari
hal-hal yang dilarang agama. Menikah juga dapat membuat kita lebih mudah untuk
menundukkan pandangan sehingga lebih mudah terhindar dari zina.
Menikah akan membuat seseorang lebih merasakan ketenangan hati dan ketenteraman jiwa. Hal
tersebut tertuang dalam firman Allah Ta’ala dalam Alquran surat Ar-Ruum ayat 21.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Ruum: 21)
Selain diperintahkan oleh Allah, menikah juga bertujuan untuk memperoleh keturunan yang
saleh. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat An-Nahl ayat 72 berikut ini:
"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik.
Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (QS. An-Nahl:
72)
a. Ham
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
yang dimaksud dengan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sedangkan menurut Islam adalah Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat pada
manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Allah swt yang harus dihormati, dilindungi dan
tidak layak untuk dirampas oleh siapa- pun.
Bahkan empat negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia
dan Singapura. Diwakili menteri agama masing-masing, sepakat mewujudkan resolusi yang
berisi tujuh poin tentang HAM dalam perspektif Islam.
Pertama, umat Islam diharapkan melengkapi diri dengan ilmu dan keterampilan yang tepat
melalui sumber terpercaya untuk menghadapi berbagai doktrin dan tantangan baru. Hal itu demi
memastikan hak-hak yang diperjuangkan sesuai prinsip dan bebas dari unsur yang bertentangan
dengan Islam.
Kedua, perlunya memberdayakan komitmen kehidupan beragama sebagai satu cara hidup, demi
memastikan setiap individu muslim mampu menyikapi realitas kehidupan saat ini yang berporos
kepada prinsip dan panduan ajaran Islam.
Ketiga, mencari titik persamaan atas nilai-nilai kemanusiaan seperti martabat dan kehormatan,
kemerdekaan dan kebebasan, kesetaraan dan kesamaan, serta persaudaraan sebagai dasar
kesempatan untuk bekerjasama menangani isu-isu hak asasi manusia yang sejalan dengan Islam.
Keempat, menyebarluaskan pemahaman tentang Islam sebagai satu sistem nilai dan etika, yang
berkontribusi kepada kebaikan bersama.
Kelima, Memperkuat perjuangan hak asasi manusia yang sejalan dengan tuntutan Islam,
berdasarkan strategi menekankan prinsip-prinsip Islam sebagai sistem etika tentang HAM,
meningkatkan pemahaman masyarakat terkait prinsip HAM sesuai etika Islam, serta
meningkatkan efektivitas jaringan kerjasama antarotoritas agama di setiap negara, organisasi dan
individu, demi memperkuat perjuangan isu-isu hak asasi dari perspektif Islam.
Keenam, siap menjalin kolaborasi program penjelasan HAM dari sudut pandang Islam melalui
kerja sama strategis di antara negara anggota.
Ketujuh, forum menyepakati penulisan konsep HAM dari sudut pandang Islam yang
dibentangkan dalam konferensi ini dapat diterbitkan atas nama MABIMS (Forum Menteri
Agama Brunai, Indonesia, Malaysia dan Singapura) sebagai sumber informasi bagi para peneliti
yang bisa dijadikan referensi di tingkat negara anggota, serta masyarakat antarbangsa.
b. Toleransi
Istilah toleransi merujuk pada sikap saling menghargai satu sama lain. Sikap toleransi sangat
dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya di Indonesia dengan ragam budaya dan
perbedaan.
Toleransi merupakan konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghargai dan kerja
sama antara kelompok masyarakat dengan beragam perbedaan. Maka dari itu, toleransi menjadi
sikap yang sangat penting karena merupakan tindakan yang menghormati keragaman latar
belakang, pandangan, dan kepercayaan.Toleransi digolongkan sebagai sifat positif untuk
menjaga kerukunan dan sebagai satu upaya pencegahan konflik dalam bermasyarakat. Sikap
toleransi harus diperkenalkan sejak dini.
Toleransi atau as-samahah (arab) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling
menghormati dan saling bekerjasama diantara kelompok masyarakat yang berbeda-beda baik
secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Oleh karena itu toleransi merupakan
konsep yang bagus dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama
termasuk agama islam.
Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada
paksaan dalam agama, bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh
populer dari toleransi dalam islam. Fakta-fakta historis itu menunjukan bahwa masalah toleransi
dalam islam bukanlah konsep asing atau ghorib. Toleransi adalah bagian integral dari islam itu
sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir
mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-
pengayaan baru sehingga pada akhirnya menjadi praktik kesejahteraan dalam masyarakat islam.
Istilah lain, toleransi berasal dari kata “tolerare” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Toleransi dalam bahasa belanda adalah “tolerantie”,
sedangkan dalam bahasa inggris adalah “tolerantion”.
Toleransi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna sifat atau sikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) terhadap pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan kelakuan) yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri.
Konsep toleransi atau tasamuh dalam pandangan islam mengandung konsep rahmatal lil ‘alamin.
Sekalipun Al-Qur’an tidak secara tegas menjelaskan tentang tasamuh, namun banyak ditemui
beberapa tema yang terkait dengan ini, diantaranya rahmat dan kasih sayang (QS Al-Balad), Al-
Afw atau memaafkan (QS An-Nur:22), Al-Safh atau berlapang dada (QS Al-Zukhruf: 89), Al-
Salam atau keselamatan (QS Al-Furqon : 63), Al-‘Adl atau keadilan, Al-Ihsan atau kebaikan (QS
An-Nahl:90) dan Al-Tauhid yang berakna menuhankan Allah Swt (QS Al-Ikhlas : 1-4).
Sikap Toleransi :
Sikap toleransi dan menghargai tidak hanya berlaku terhadap orang lain, tetapi juga kepada diri
sendiri, bahkan sikap toleran harus dimulai dari diri sendiri. Rasulullah saw mengingatkan agar
ia memperhatikan dirinya dan memberi hak yang proporsional: “sesungguhnya tubuhmu punya
hak (untuk kamu istirahtkan) matamu punya hak (untuk dipejamkan) dan istrimu juga punya hak
(untuk dinafkahkan)”. (HR Bukhori).
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh islam. Islam secara definisi adalah agama
yang damai, selamat dan menyerahkan diri. Definisi islam yang seperti demikian seringkali
dirumuskan dengan istilah “islam adalah agama yang rahmatal lil ‘alamin” (agama yang
mengayomi seluruh alam). Artinya islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk
saling menghormati bukan memaksa. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam
beragama adalah kehendak Allah Swt. Dalam islam, toleransi berlaku bagi semua orang, baik itu
sesama muslim maupun non-muslim. Yusuf Qordhowi dalam bukunya “Ghoir Al-Muslim Fil
Mujtama”. Al-Islam menyebutkan ada empat faktor utama yang menyebabkan toleransi yang
unik selalu mendominasi perilaku umat islam terhadap non muslim, yaitu :
1.Keyakinan bahwa manusia itu hakikat penciptaannya merupakan makhluk paling mulia dari
makhluk lain, apapun agamanya, kebangsaannya dan rasnya.
2.Adanya perbedaan bahwa manusia dalam agama dan keyakikan merupakan realitas yang
dikehendaki Allah Swt yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih iman dan kufur.
3.Seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran seorang non muslim atau
menghakimi kafir dan muysriknya orang lain. Hanya Allah swt yang akan menghakiminya nanti
di akhirat.
4.Keyakinan bahwa Allah swt memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi
pekerti yang baik meskipun kepada orang musyrik sekalipun. Allah Swt juga mencela perbuatan
dholim meskipun terhadap kafir.
Terhadap mereka yang berbeda agama dan keyakinan, Al-Qur’an telah menetapkan prinsip tidak
ada paksaan dalam beragama (Qs Al-Baqoroh : 256). Sebab kebebasan beragama merupakan
bagian dari penghormatan terhadap hak-hak manusia yang sangat mendasar.