PERANCANGAN STRUKTUR
GEDUNG HOTEL 8 LANTAI
Sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata
kuliah SI-4111 Rekayasa dan Perancangan Struktur
Dosen :
Prof. Dr. Ir. I Gde Widiadnyana Merati
Asisten :
Alexander Wibowo, S.T.
Kennardi Swady, S.T.
Disusun oleh:
Ilma Fadilah (15011063)
Junisa Arini (15011064)
Sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah SI-4111 Rekayasa
dan Perancangan Struktur
Disusun oleh:
Ilma Fadilah (15011063)
Junisa Arini (15011064)
Asisten 1, Asisten 2,
Dalam mata kuliah SI-4111 Rekayasa dan Perancangan Struktur ini dirasakan perlu adanya
sarana yang dapat membantu mahasiswa untuk memahami kuliah ini dengan baik terutama
dalam bidang perencanaan konstruksi struktur bangunan tahan gempa. Oleh karena itu,
diadakanlah suatu tugas besar bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Tugas
Besar “Perencanaan Gedung Hotel 8 Lantai” ini adalah suatu latihan perancangan dan
perencanaan bangunan tahan gempa dengan menggunakan material beton bertulang. Kami
pada kesempatan ini mencoba merancang elemen struktur gedung Hotel ini sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang sudah dibakukan sehingga diharapkan tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik. Dengan tugas besar ini, penulis juga merasa sangat terbantu
dalam memahami mata kuliah SI-4111 Rekayasa dan Perancangan Struktur.
1. Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya tugas ini bisa diselesaikan.
2. Prof. Dr. I. I Gde Widiadnyana Merati, atas ilmu rekayasa struktur yang telah
diajarkan selama proses perkuliahan berlangsung.
3. Alexander Wibowo, S.T. dan Kennardi Swady, S.T. atas segala bimbingannya pada
tugas besar ini.
4. Semua anggota Kelas 2 Rekayasa Struktur yang selalu saling memberi semangat
dan saling membantu setiap waktu baik di saat belajar, asistensi, maupun saat
mengerjakan tugas besar bersama.
Dalam segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila terdapat kekeliruan ataupun
kekurangan dalam pengerjaan tugas ini.
Penulis
Bangunan hotel ini memiliki dimensi 48 m x 36 m dengan bentuk yang simetris. Luas
bangunan per lantai sekitar 1.728 m2, sedangkan luas bangunan total mencapai 10.368 m2.
Setiap lantai memiliki dua buah void yang direncanakan untuk tangga dan elevator dengan
masing-masing berukuran 3 m x 3 m. Berikut ini gambaran struktur tampak atas dan depan.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah besarnya gaya gempa yang diterima
struktur bangunan pada dasarnya dipengaruhi oleh karakteristik gempa yang
terjadi, karakteristik tanahtempat bangunan berada, dan karakteristik struktur
bangunan. Karakteristik struktur bangunan yang berpengaruh diantaranya adalah
bentuk bangunan, massa bangunan, beban gravitasi yang bekerja, dan kekakuan.
Selain beban SIDL yang diaplikasikan pada pelat, pada gedung hotel 5 lantai ini
juga diaplikasikan beban SIDL dinding batako tebal 20 cm yang memiliki berat
jenis 250 kg/m³ setinggi 4meter diaplikasikan berupa beban garis sepanjang
balok perimeter dengan nilai sebagai berikut :
Beban dinding untuk Lantai : 1000 kg/m2
3. Beban Gempa
Analisis Statik Ekivalen
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, struktur gedung
beraturan dapat direncanakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat
E=Eh± Ev
Dimana :
E : Pengaruh beban seismik
Eh : Pengaruh beban seismik horizontal yang akan di definsikan
selanjutnya Ev : Pengaruh beban seismik vertikal yang akan didefinisikan
selajutnya
Respon spektra adalah respon maksimum suatu struktur degree of freedom (SDOF),
akibat pengaruh suatu sumber getaran gempa yang sama. Perencanaan struktur bangunan
tahan gempa bertujuan untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang dapat
berakibat fatal pada saat terjadi gempa. Berdasarkan SNI 1726-2019, kinerja struktur pada
waktu menerima beban gempa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Akibat gempa ringan, struktur bangunan tidak boleh mengalami kerusakan baik
pada elemen strukturalnya maupun pada elemen nonstruktural.
Akibat gempa sedang, elemen struktural bangunan tidak boleh rusak tetapi elemen
nonstrukturalnya boleh mengalami kerusakan ringan, namun struktur bangunan
masih dapat dipergunakan.
Akibat gempa besar, baik elemen struktural maupun elemen nonstruktural
bangunan akan mengalami kerusakan, tetapi struktur bangunan tidak boleh runtuh.
2 2
S DS= Sms = x 1,125=0,750 g
3 3
2 2
S DS= Sm 1= x 1,033=0,688 g
3 3
(
Sa =S ds 0,4+ 0,6
T
T0 )
2. Untuk periode yang lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan Ts spektrum respons percepatan desain, Sa sama dengan Sds
3. Untuk periode yang lebih besar dari T s ,spectrum respons percepatan desain Sa diambil
berdasarkan persamaan;
Sd1
Sa =
T
Keterangan:
Sds = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek
Sd1 = parameter respons spectral desain pada perioda 1 detik
T = perioda getar fundamental struktur
Sd1 0,75
T 0=0,2 x =0,2 x =0,1826 Sec
Sds 0,688
S 0,75
T S= d 1 = =0,918 Sec
S ds 0,688
Respons Spectrum
0.800
0.750
0.750
0.700
0.676
0.600 0.616
0.565
0.522
0.500 0.485
0.453
0.425
0.400 0.401
0.379
0.359
Sa
0.341
0.325
0.3000.300 0.310
0.297
0.285
0.273
0.263
0.253
0.244
0.236
0.228
0.221
0.200 0.214
0.207
0.201
0.196
0.190
0.185
0.180
0.172
0.100
0.000
0 4 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 0
00 18 91 01 11 21 31 41 51 61 71 81 91 01 11 21 31 41 51 61 71 81 91 01 11 21 31 41 51 61 71 81 00
0. 0. 0. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 2. 2. 2. 2. 2. 2. 2. 2. 2. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 3. 4.
T
SPESIFIKASI MATERIAL
Concrete Unit
Concrete Beam and Slab fc' 30 MPa
Concrete Column fc' 30 MPa
Concrete Density ɣc 2400 kg/m3
Modulus Elasticity of Concrete Ec 25742.9602 MPa
Steel Reinforcement
Yielding Stress fy 280 MPa
Ultimate Stress fu 400 MPa
Modulus Elasticity of Steel Reinforcement Es 200000 MPa
Steel Reinforcement Density ɣs 7850 kg/m3
Percepatan Gravitasi g 9.81 m/s2
Berdasarkan gambar denah gedung, diketahui bahwa sisi panjang pelat 7 meter dan
sisi pendek pelat adalah 3,5 meter. Sehingga, pelat yang digunakan yaitu pelat satu arah.
Sementara itu, untuk perhitungan balok anak dan balok induk ditentukan dengan
ketentuan berikut ini:
1. Balok Anak
L h
h= dan b=
16 2
2. Balok Induk
L h
h= dan b=
12 2
Berikut ini adalah hasil perhitungan untuk menentukan dimensi balok induk, balok
anak, dan pelat:
Tabel 1.9 Hasil Perhitungan Dimensi Balok Induk, Balok Anak, dan Pelat
2. Balok Anak
L h
h=dan b=
16 2
6000 375
h= =375 mm dan b= =187,5 mm ≈ 188 mm
16 2
3. Pelat
L 3500
h= = =145,83 mm≈ 150 mm
24 24
Tabel 1.10 Hasil Perhitungan Self Load untuk 1 unit Tributary Area
Contoh Perhitungan:
a. Self Load Akibat Balok Induk (Sli)
Sli=volume total balok induk∗densitas beton∗gravitasi
Sli=59.330,88 N
b. Self Load Akibat Balok Anak
Sli=volume total balok anak∗densitas beton∗gravitasi
Sli= ( 1∗7000
1000 1000 1000 )
m∗450 m∗350 kg
m ∗2400 ∗9,81
m
m
s 3 2
Sli=18.540,9 N
c. Self Load Akibat Pelat
Sli=volume total pelat lantai∗densitas beton∗gravitasi
Sli=43.262,1 N
d. Load Struktur per Lantai Tributary Area
SL Struktur=Sli+ Sla+ Slp
SL Struktur=59.330,88 N +18.540,9 N +43.262,1 N
SL Struktur=121.133,88 N
2) SIDL ( Super Imposed Dead Load), DL (Dead Load), dan LL (Live Load)
Langkah selanjutnya yaitu menghitung beban-beban yang bekerja setiap lantai
sesuai dengan fungsinya sebagai hotel. Beban –beban tersebut adalah DL Total
DL dan LL
DL Struktur 121133.88 N
SIDL Atap 43262.1 N
DL Total Atap 164395.98 N
SIDL Lantai 50953.14 N
DL Total Hotel 172087.02 N
LL Atap 48069 N
LL Hotel 92292.48 N
Pada tahapan ini, akan menentukan dimensi kolom berdasarkan beban total yang
diterima kolom. Semakin ke bawah dimensi kolom akan semakin besar karena pada kolom
bawah menerima akumulasi beban dari lantai di atasnya. Perhitungan ini mulai dikerjakan
dari lantai teratas bangunan lalu bangunan di bawahnya. Hasil dari perhitungan kolom ini
akan dibulatkan 100 mm ke atas agar mempermudah dalam pengerjaan di lapangan.
Mula-mula kita menghitung beban aksial (Pu) maksimum yang bekerja pada kolom
akibat beban-beban yang bekerja pada tributary area. Beban aksial pada kolom dapat
dihitung menggunakan rumus berikut:
Pu=1,2 ( DL ) +1,6 ( ¿ ) + 0,5(RL)
Berikut ini adalah hasil perhitungan beban aksial (Pu) maksimum yang diterima
kolom:
Tabel 1.12 Hasil Perhitungan Beban Aksial (Pu) pada Kolom Setiap Lantai
Kemudian, menghitung dimensi kolom dengan terlebih dahulu menghitung nilai Ag.
Setelah mendapatkan nilai Ag dilanjutkan dengan menghitung dimensi kolom (panjang sisi
kolom=a). Nilai Ag dan a dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:
Pu
Ag=
0,375∗fc '
a=√ Ag
Tabel 1.13 Hasil Perhitungan Nilai Ag dan a pada kolom setiap lantai
Pembulatan
Ag (mm2) a(mm) Dimensi Kolom
a(mm)
Lantai 8/Atap 0 0 0 0
Lantai 7 24372.0512 156.115506 200 400
Lantai 6 63092.3392 251.181885 300 400
Lantai 5 95478.4192 308.995824 400 400
Lantai 4 128567.68 358.563356 400 400
Lantai 3 161656.9408 402.065841 500 600
Lantai 2 195650.2912 442.32374 500 600
Lantai 1 229643.6416 479.211479 500 600
Lantai Dasar 266148.352 515.895679 600 600
Catatan: pada lantai 8 tidak terdapat kolom karena tidak terdapat lantai diatasnya,
sementara itu kolom pada lantai 7 memikul beban akibat lantai 8.
Pada perencanaan kolom diambil dimensi yang terbesar dari setiap 4 lantai untuk
memperoleh dimensi kolom yang tipikal per 4 lantai.
Tabel 1.14 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dimensi Struktur Gedung Hotel 8 Lantai
Lantai 7 400 Mm
Lantai 6 400 Mm
Lantai 5 400 Mm
Lantai 4 400 Mm
Lantai 3 600 Mm
Lantai 2 600 Mm
Lantai 1 600 Mm
600 Mm
Dimana:
SD1
C s=
T ( RI )
3. Cs minimum
berikut:
Dari hasil tabel diatas, dapat dilihat periode struktur yang dihasilkan pada mode 1
adalah T1 = 1.290detik. Periode yang dihasilkan ini akan di cek ke validannya dengan
periode fundamental pendekatan yang diatur dalam SNI-03-1726-2012. Periode
Fundamental (T) yang digunakan memiliki nilai batas maksimum dan batas minimum, yaitu :
x
1. Ta minimum=Ct hn
Dimana hn = ketinggian struktur (m)
Koefisien Ct dan x ditentukan dari tabel berikut:
Tabel 16 Nilai Koefisien Ct dan x
2. Ta maksimum=Cu∗Ta minimum
Dimana Tamaksimum adalah nilai batas atas perioda bangunan dan Cu ditentukan Tabel
berikut:
Tabel 17Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung berdasarkan SNI
03- 1726-2012
Diketahui bahwa nilai SD1 struktur yang didesain adalah >0.4 , maka Cu ditentukan
sebesar 1.4. Sehingga nilai batas atas periode struktur bangunan adalah :
Ta maksimum=1,4∗1,17=1,64 detik
Dapat dilihat periode yang didapatkan pada hasil analisis struktur di SAP masih
berada dalam rentang periode fundamental pendekatan sehingga periode yang didapatkan
bernilai valid.
Kemudian dicek arah mode 1 dan mode 2 yang paling dominan. Didapatkan bahwa
mode 1 struktur adalah translasi arah x dan mode 2 struktur adalah translasi arah y,
sehingga syarat bahwa dua mode pertama harus dalam arah translasi terpenuhi.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 di atas dimana pada mode 1 nilai yang dominan
adalah UX dan pada mode 2 nilai yang dominan adalah UY, sedangkan pada mode 3 nilai
yang dominan adalah RZ yaitu rotasi. Nilai mode shape juga sudah mencukupi karena nilai
SumUX, SumUY, SumRX, SumRY, dan SumRZ semuanya diatas 90%.
Sds 1
Sd1 0,6
R 7
I 1
SD1 0,6
CS hit ( arah Y )= = =0,06 81
( ) ()
R
I
T
7
1
1,25 9
Rekapitulasi
Cs 0,1429
Cs min 0,044
Cs (X) 0,0659
Cs (Y) 0,0681
Karena nilai Cshitungan terletak di interval antara nilai Cs minimum dan Cs maksimum,
maka digunakan nilai Cshitungan. Nilai berat bangunan dapat dilihat dari hasil perhitungan
pada pemodelan ETABS. Berat bangunan untuk struktur yang digunakan adlaah sebagai
berikut :
Tabel 18 Berat Bangunan
Dimana :
Vt = adalah gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisis ragam respon
spectrum yang dilakukan (gaya geser dinamik)
V1 = adalah gaya geser dasar nominal respon ragam pertama (gaya geser static)
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, maka gaya geser tingkat nominal akibat
pengaruh Gempa Rencana sepanjang tinggi struktur gedung hasil analisis ragam spectrum
respons dalam suatu arah tertentu, harus dikalikan nilainya dengan suatu Faktor Skala :
Berikut adalah hasil dari analisis repons dinamik dengan menggunakan persyaratan
diatas.
Tabel 19 Analisis respons dinamik
Arah X Arah Y
Faktor Skala 1,4014 1,4014
Vb stat 7127,081 7358,273
Vb din 6589,86 6782,55
Dimana:
CD = faktor pembesaran defleksi
Ie =defleksi pada lokasi yang diisyaratkan dan ditentukan sesuai dengan
analisis elastic
Δxe = faktor keutamaan yang ditentukan
Dengan demikian, deformasi struktur yang didapat dari story drift pada ETABS tidak
boleh melebihi deformasi izin struktur.
( )
Dengan demikian, deformasi struktur yang didapat dari story drift pada ETABS tidak
boleh melebihi deformasi izin struktur. Berikut adalah hasil perhitungan untuk mengecek
deformasi struktur.
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C, D, E, atau F, di mana tipe
1a atau 1b ketidakberaturan torsi terjadi seperti didefinisikan dalam Tabel 10 harus
tingkat dengan faktor pembesaran torsi ( A x) seperti digambarkan dalam gambar di atas
dan ditentukan dari persamaan berikut:
[ ]
Keterangan :
Tabel 23 Torsi pada Lantai 8 dan Lantai 1 Untuk Setiap Kombinasi Beban
Story Point Load UX ΔMAX ΔAVG RATIO Ax Ket
STORY8 1 COMB3 MAX 0,0148 0,0148 0,01475 1,00339 0,6991605 OK
STORY8 6 COMB3 MAX 0,0147
STORY8 43 COMB3 MAX 0,0145 0,0145 0,0145 1 0,6944444 OK
STORY8 48 COMB3 MAX 0,0145
STORY1 1 COMB3 MAX 0,0022 0,0023 0,00225 1,022222 0,7256516 OK
STORY1 6 COMB3 MAX 0,0023
STORY1 43 COMB3 MAX 0,0023 0,0023 0,0023 1 0,6944444 OK
STORY1 48 COMB3 MAX 0,0023
STORY8 1 COMB4 MAX 0,0152 0,0152 0,01515 1,0033 0,6990358 OK
STORY8 6 COMB4 MAX 0,0151
STORY8 43 COMB4 MAX 0,015 0,015 0,015 1 0,6944444 OK
STORY8 48 COMB4 MAX 0,015
STORY1 1 COMB4 MAX 0,0023 0,0023 0,0023 1 0,6944444 OK
STORY1 6 COMB4 MAX 0,0023
STORY1 43 COMB4 MAX 0,0023 0,0023 0,0023 1 0,6944444 OK
STORY1 48 COMB4 MAX 0,0023
STORY8 1 COMB5 MAX 0,0151 0,0151 0,01505 1,003322 0,6990664 OK
STORY8 6 COMB5 MAX 0,015
STORY8 43 COMB5 MAX 0,0149 0,0149 0,0149 1 0,6944444 OK
STORY8 48 COMB5 MAX 0,0149
STORY1 1 COMB5 MAX 0,0023 0,0023 0,0023 1 0,6944444 OK
STORY1 6 COMB5 MAX 0,0023
STORY1 43 COMB5 MAX 0,0023 0,0023 0,0023 1 0,6944444 OK
STORY1 48 COMB5 MAX 0,0023
STORY8 1 COMB6 MAX 0,0149 0,0149 0,01485 1,003367 0,6991287 OK
STORY8 6 COMB6 MAX 0,0148
STORY8 43 COMB6 MAX 0,0146 0,0146 0,0146 1 0,6944444 OK
STORY8 48 COMB6 MAX 0,0146
STORY1 1 COMB6 MAX 0,0023 0,0023 0,0023 1 0,6944444 OK
STORY1 6 COMB6 MAX 0,0023
STORY1 43 COMB6 MAX 0,0023 0,0023 0,0023 1 0,6944444 OK
STORY1 48 COMB6 MAX 0,0023
STORY8 1 COMB7 MAX 0,0492 0,0492 0,04915 1,001017 0,6958581 OK
STORY8 6 COMB7 MAX 0,0491
STORY8 43 COMB7 MAX 0,0494 0,0494 0,04935 1,001013 0,6958523 OK
STORY8 48 COMB7 MAX 0,0493
STORY1 1 COMB7 MAX 0,0075 0,0075 0,0075 1 0,6944444 OK
STORY1 6 COMB7 MAX 0,0075
STORY1 43 COMB7 MAX 0,0075 0,0076 0,00755 1,006623 0,7036728 OK
STORY1 48 COMB7 MAX 0,0076
STORY8 1 COMB8 MAX 0,0496 0,0496 0,04955 1,001009 0,6958467 OK
STORY8 6 COMB8 MAX 0,0495
STORY8 43 COMB8 MAX 0,0499 0,0499 0,04985 1,001003 0,6958382 OK
STORY8 48 COMB8 MAX 0,0498
STORY1 1 COMB8 MAX 0,0075 0,0075 0,0075 1 0,6944444 OK
STORY1 6 COMB8 MAX 0,0075
STORY1 43 COMB8 MAX 0,0076 0,0076 0,0076 1 0,6944444 OK
adalah simpangan antar lantai tingkat desain 6, terjadi secara serentak dengan ,
dinyatakan dalam milimeter (mm)
=gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan x-1 (kN)
Koefisien stabilitas ( ) harus tidak melebihi max yang ditentukan sebagai berikut:
dimana adalah rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser untuk tingkat antara
tingkat x dan x -1. Rasio ini diijinkan secara konservatif diambil sebesar 1,0.
Jika koefisien stabilitas ( ) lebih besar dari 0,10 tetapi kurang dari atau sama dengan max,
faktor peningkatan terkait dengan pengaruh P-delta pada perpindahan dan gaya
komponen struktur harus ditentukan dengan analisis rasional. Sebagai alternatif, diijinkan
untuk mengalikan perpindahan dan gaya komponen struktur dengan 1,0/(1 – ). Jika
lebih besar dari max, struktur berpotensi tidak stabil dan harus didesain ulang.
Tabel 24 P delta pada lantai 8 dan lantai 1 untuk setiap kombinasi beban
STORY LOC PX VX Vxmax Vx abs Px max UX θ Ket
STORY1 Top 189965,8 2570,59 2570,59 2570,59 189966 0,00032 0,00054 OK
STORY1 Top 189965,8 -2570,6
STORY1 Top 130612,1 2570,59 2570,59 2570,59 130612 0,00032 0,00036 OK
STORY1 Top 130612,1 -2570,6
STORY1 Top 144309,1 2570,59 2570,59 2570,59 144309 0,00032 0,0004 OK
STORY1 Top 144309,1 -2570,6
STORY1 Top 176268,8 2570,59 2570,59 2570,59 176269 0,00032 0,0005 OK
STORY1 Top 176268,8 -2570,6
STORY1 Top 189965,8 8561,55 8561,55 8561,55 189966 0,00098 0,0005 OK
STORY1 Top 189965,8 -8561,6
BAB III
DETAILING STRUKTUR
Perbandingan lebar komponen bw terhadap tinggi balok tidak boleh kurang dari 0.3 dan
250 mm
b=300 ; h=600
b 300
= =0,5>0,3 (OK ‼ !)
h 600
Setelah persyaratan geometri komponen lentur balok terpenuhi, maka langkah selanjutnya
adalah perhitungan keperluan baja tulangan untuk menahan lentur. Dalam perhitungan
dengan memperhitungkan gempa, di SNI mengharuskan untuk melihat 5 kondisi goyangan
pada elemen balok sebagai berikut ini :
Kondisi 1, kolom interior, momen negatif tumpuan, goyangan ke kanan.
Kondisi 2, kolom eksterior, momen negatif tumpuan, goyangan ke kiri
Kondisi 3, kolom eksterior, momen postiitf tumpuan, goyangan ke kanan
Kondisi 4, kolom interior, momen positif tumpuan, goyangan ke kiri
Kondisi 5, tengah bentang, momen positif, goyangan ke kanan dan kiri.
Asumsikan yang terjadi pada penampang adalah perilaku balok persegi (pendekatan). Pada
analisis dan perencanaan detailing ini akan ditampilkan untuk 5 kondisi pada balok. Kelima
kondisi mempunyai nilai Mu yang berbeda sesuai dengan lokasi pada balok.
Dari diagram momen diatas, maka dapat diambil kelima kondisi sebagai berikut:
Pada perhitungan kali ini akan ditampilkan satu contoh perhitungan pada moment envelope
balok induk pojok eksterior. Dengan meninjau pada Kondisi 1 kolom interior kanan, momen
negatif tumpuan pada balok lantai arah X, goyangan ke kanan
Asumsi awal:
j= 0.85 (koefisien lengan momen)
φ= 0.9 (faktor reduksi lentur)
6
Mu 207,549∗10 2
As= = =1258,376 mm
∅ fy . j . d 0,9∗400∗0,85∗539
Misal digunakan diameter tulangan longitudinal adalah D22 maka diperlukan 4 tulangan D22
Bila spasi bersih antarlapis tulangan diambil 40 mm maka nilai tinggi efektif d yang baru :
AS pasang=4∗( π
4 )
∗222 =1520,531mm 2
a
∅ Mn=∅ As . fy( d− )
2
79,505
∅ Mn=0,9∗1520,531∗400∗(539− )
2
b) ∅ Mn=273,284 Knm> Mu=207,549 mm(OK ‼ !)Pengecekan As minimum:
ASmin =
√ fc ' bwd= √ 30 ∗300∗508=521,706 mm 2
4 fy 4∗400
Tapi tidak boleh kurang dari :
1,4 1,4 2
bw∗d= ∗300∗508=533,4 mm
fy 400
c) Pengecekan rasio tulangan terhadap kondisi balance dan maksimum:
As 2087,588
ρ= = =0,014
bw∗d 300∗508
( ) ( )
'
1∗0,85∗f c 600 0,85∗0,85∗30 600
ρbalance=β ∗ = ∗ =0,051
fy 600+ fy 400 600+ 400
Batas tulangan maksimum berdasarkan SNI Beton Pasal 23.3.2 adalah 0.025
OK , ρ< 0,75 ρbalance dan ρ<0,025
Syarat tulangan maksimum terpenuhi
d) Pengecekan terhadap sifat tension-controlled dari penampang:
As∗fy 981,748∗400
a= = =51,533 mm
0,85∗f c ∗b 0,85∗30∗300
'
ASmin = √ bwd= √
fc ' 30
∗300∗539=553,642 mm2
4 fy 4∗400
Tapi tidak boleh kurang dari :
1,4 1,4
bwd = ∗300∗539=565,95 mm2
fy 400
As terpasang > As min (OK!!!)
Pengecekan rasio tulangan terhadap kondisi balance dan maksimum:
Batas tulangan maksimum berdasarkan SNI Beton Pasal 23.3.2 adalah 0.025
( )
( )
( )
Kondisi 3
( )
( )
( )
( )
Kondisi 4
( )
( )
Tabel berikut ini memperlihatkan kebutuhan tulangan, momen ultimate, konfigurasi baja
tulangan perlu untuk menahan momen yang bekerja, momen nominal penampang, dan juga
probable moment capacities (kuat lentur maksimum mungkin) untuk setiap penampang kritis pada
balok lantai arah X.
Berikut merupakan ilustrasi untuk penempatan tulangan pada setiap muka kolom dan
tengah bentang :
Reaksi geser di ujung kanan dan kiri balok akibat gaya gravitasi yang bekerja pada struktur :
Dengan menggunakan Gaya Dalam Combo 35 (1.46DL+1LL) pada balok eksterior pojok
diperoleh:
a) Gaya geser yang ditimbulkan gempa yang dihitung Vsway akibat sendi plastis di ujung-
ujung balok melebihi 0.5 (atau lebih) kuat geser perlu maksimum, Vu, di sepanjang
bentang, dan
b) Gaya tekan aksial terfaktor, Pu termasuk akibat pembebanan gempa kurang dari Ag
fc’/20
Jika salah satu dari kedua hal di atas tidak dipenuhi, maka perhitungan Vc mengikuti
aturan desain nongempa. Reaksi di ujung-ujung balok akibat pembebanan gravitasi
adalah 60,51 kN arah contragravity, untuk arah manapun goyangan gempa.
Karena dua syarat di atas terpenuhi, maka perencanaan tulangan geser dilakukan
dengan memperhitungkan kontribusi beton Vc=0 di sepanjang zona sendi plastis di
masing-masing muka kolom.
√ √
( )
Coba digunakan tulangan geser dengan diameter 10 mm dengan 2 kaki (Av=157.08 mm2)
( )
√ √
( )
Coba digunakan tulangan geser dengan diameter 10 mm dengan 2 kaki (Av=157.08 mm2)
( )
Gaya geser maksimum, Vu di ujung zona sendi plastis, yaitu 2h=1200 mm dari muka kolom,
adalah
( )
√ √
maka,
( )
SNI Pasal 21.5.3.1 : Diperlukan hoops (sengkang tertutup) di sepanjang jarak 2h dari sisi (muka)
kolom terdekat.
SNI Pasal 21.5.3.2: sengkang pertama harus ditempatkan tidak lebih dari 50mm dari muka
komponen struktur penumpu. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi yang terkecil dari
nilai di bawah ini:
KELOMPOK 12 | ILMA FADILAH 15011063|JUNISA ARINI 15011064 73
TUGAS BESAR SI-4111 REKAYASA DAN PERANCANGAN STRUKTUR 2014
Dari hasil perhitungan di atas, untuk bentang di luar zona sendi plastis, gunakan sengkang 2 kaki
berdiameter D10 dengan spasi 200 mm.
Momen di tengah bentang dapat berupa momen positif (tekan) atau momen negative
(tarik) yang relative terkecil. Karena baja tulangan yang disediakan di tengah bentang pada
dasarnya ditentukan oleh syarat detailing, maka SNI Beton 2013 Pasal 7.10.4.5 mengizinkan
sambungan lewatan kelas A untuk penyambungannya, dengan panjang penyaluran ld
dimana ld=48db. (lihat Tabel pada Pasal 12.2.2 SNI Beton untuk kasus tulangan atas).
Berdasarkan SNI Beton Pasal 21.7.5.2, nilai panjang penyaluran ini tidak boleh kurang dari
3.25 kali panjang tulangan berkait yang dihitung berdasarkan Persamaan 21-6 (Pasal
21.7.5.1) yaitu 43,8 db.
Dalam perencanaan ini, baja tulangan terbesar yang harus disalurkan adalah baja tulangan
D22. Jadi panjang penyalurannya dapat dihitung sebagai berikut:
SNI Pasal 21.5.2.3: Baja tulangan yang disalurkan harus diikat dengan hoops yang dipasang
dengan spasi maksimum, yaitu yang terkecil di antara,
( )
Jadi, spasi hoops di daerah penyambungan lewatan tulangan = 100 mm.
Balok Eksterior
Balok Interior
( ) ( )
Lokasi penampang dengan momen negatif rencana 143,665 kN-m pada balok ternyata
terletak pada jarak 1,82 m dari muka kolom interior. Data ini dipakai sebagai dasar
untuk menentukan lokasi cutoff point bagi tulangan 2D22+2D19.
√ √
SNI Beton Pasal 12.12.3 mengharuskan setidaknya 1/3 tulangan tarik momen negatif
pada tumpuan harus ditanam melewati titik belok tidak kurang dari d, 12db, ln/16. Jadi,
tulangan 2D22+2D19 harus ditanam sepanjang yang terbesar diantara:
1) X+d= 1821,5 + 539= 2360,503 mm
2) X + (12 x D) = 1821,5 +(12 x 22)= 2085,503 mm
3) Ld = 1300 mm dari muka kolom interior, atau
4) X + ln/16 = 1821,5 + (6400/16) = 2221,503 mm
Sehingga, tulangan harus ditanam sepanjang 2400 mm dari muka kolom interior.
Tulangan Negatif di Muka Kolom Interior Kiri
Jumlah tulangan terpasang 4 D22 dan 2 D19. Sedangkan akan dipasang tulangan
menerus sebanyak 4 D22. Maka 2 tulangan atas D22 dan 2 D19 akan di-cutoff, sehingga
( ) . Kuat lentur negatif rencana dengan
( ) ( )
Lokasi penampang dengan momen negatif rencana 143,665 kN-m pada balok ternyata
terletak pada jarak 1,82 m dari muka kolom interior. Data ini dipakai sebagai dasar
untuk menentukan lokasi cutoff point bagi tulangan 2D22+2D19.
- Tulangan diteruskan melampaui titik di mana tulangan tersebut sudah tidak diperlukan
lagi untuk menahan lentur, sejauh tinggi efektif komponen struktur, d, dan tidak kurang
dari 12 db, kecuali pada daerah tumpuan balok sederhana dan pada daerah ujung bebas
kantilever.
- Tulangan menerus harus mempunyai suatu panjang penanaman sejauh tidak kurang
dari panjang penyaluran ld diukur dari lokasi pemotongan tulangan lentur.
Jadi tulangan 2D22+2D19 ditanam sepanjang yang terbesar di antara :
-
( )
√ √
SNI Beton Pasal 12.12.3 mengharuskan setidaknya 1/3 tulangan tarik momen negatif
pada tumpuan harus ditanam melewati titik belok tidak kurang dari d, 12db, ln/16. Jadi,
tulangan 2D22+2D19 harus ditanam sepanjang yang terbesar diantara:
5) X+d= 1821,5 + 539= 2360,503 mm
6) X + (12 x D) = 1821,5 +(12 x 22)= 2085,503 mm
7) Ld = 1300 mm dari muka kolom interior, atau
8) X + ln/16 = 1821,5 + (6400/16) = 2221,503 mm
Sehingga, tulangan harus ditanam sepanjang 2400 mm dari muka kolom interior.
Tulangan Positif
ΦMnsisa :
- Muka Kolom Interior kiri
Tulangan terpasang 2D22, tulangan yang akan diteruskan adalah. Sehingga
, dan . Dengan demikian posisi
cutoff point adalah sejauh 2,4 m dari muka kolom interior
- Muka Kolom Interior kanan
Tulangan terpasang 2D22, tulangan yang akan diteruskan adalah. Sehingga
, dan . Dengan demikian posisi
cutoff point adalah sejauh 2,4 m dari muka kolom interior.
Dua tulangan menerus D22 dipasang pada 2,7 m sampai 4,3 m.
Dalam bagian berikut ini, diuraikan desain dan detailing penulangan struktur kolom pada
seluruh bangunan. Perhitungan desain dan detailing kolom dilakukan untuk setiap masing-
masing kolom. Dalam kasus ini digunakan dua buah jenis kolom, yaitu kolom 600x600 dan
800x800.
Sisi terpendek penampang kolom, tidak kurang dari 300 mm. Sisi terpendek kolom, 800
mm dan 600 mm maka untuk kedua jenis kolom memenuhi syarat tersebut (>300 mm).
Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4. Maka untuk kedua jenis kolom
memenuhi syarat tersebut (>0.4).
Berikut ini adalah hasil pengecekkan konfigurasi tulangan untuk seluruh kolom:
Dimana :
( )
Maka,
( )
Maka,
Total luas penampang hoops tidak boleh kurang dari salah satu yang terbesar antara:
( )( ) dan
Sehingga,
( )( ) ( )(
Diambil nilai yang terbesar. Jadi, nilai yang digunakan adalah 3,78mm2/mm.
Spasi tulangan maksimum yang diambil adalah nilai yang terkecil di antara :
dimana :hx= 2/3 hc = 2/3 x 507 = 338 mm atau spasi horizontal maksimum
kaki-kaki pengikat silang =117,58 mm dipilih nilai paling minimum
Namun, Sx tidak perlu lebih kecil dari 100 mm dan lebih dari 150 mm. Maka, nilai sx
yang diambil adalah 100 mm.
Jadi, digunakan 3 kaki baja D13 dengan luas penampang = 398,2 mm2> 378 mm2
OK!
Tulangan hoops tersebut diperlukan sepanjang Lo, dari ujung-ujung kolom, Lo dipilih
yang terbesar di antara:
Tinggi elemen struktur = 600 mm
450 mm.
Sepanjang sisa tinggi kolom bersih (tinggi kolom total dikurangi Lo di masing-masing
ujung kolom) diberi hoops dengan spasi minimum 150 mm
KELOMPOK 12 | ILMA FADILAH 15011063|JUNISA ARINI 15011064 83
TUGAS BESAR SI-4111 REKAYASA DAN PERANCANGAN STRUKTUR 2014
Transversal (confinement)
Lantai
D (mm) Jumlah Panjang lo (mm) Spasi (mm) Spasi diluar lo (mm)
Lantai 7 13 3 600 100 150
Lantai 6 13 3 600 100 150
Lantai 5 13 3 600 100 150
Lantai 4 13 4 800 100 150
Lantai 3 13 4 800 100 150
Lantai 2 13 4 800 100 150
Lantai 1 13 4 800 100 150
dimana :
DF = faktor distribusi momen di bagian atas dan bawah kolom yang didesain.
Batasan inimerefleksikan filosofi strong column-weak beam, yang membuat
balok lebih lemahdaripada kolom.
Nilai Dftoptidak sama dengan DFbtm, karena kolom di lantai atas dan bawah
mempunyai kekakuan yang berbeda. Maka perlu dicari terlebih dahulu nilai ratio
kekakuannya untuk mendapatkan nilai DF.
Mpr-top dan Mpr-btm adalah penjumlahan Mpr untuk masing-masing balok di joint
lantai atas dan di joint lantai bawah pada kolom yang didesain.
( ) ( )
Namun, Ve tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analitis, yaitu
71,28kN.
OK, persyaratan Ve_min terpenuhi. Jadi, ambil Ve = 299,461 kN.
Vc dapat diambil = 0 jika Ve akibat gempa lebih besar dari ½ Vu dan gaya aksial
terfaktor pada kolom tidak melampaui 0.05 Agf c’.
√ √
( )
Karena
, jadi diperlukan tulangan geser.
Karena
, jadi dibutuhkan tulangan geser minimum
√
( )
Gaya aksial tekan terkecil dalam contoh ini adalah gaya aksial tekan hasil
kombinasi pembebanan SNI Beton.
Nu = 26,04 (ETABS)
√
( )
Karena sebelumya sudah di desain tulangan sengkang sebanyak 3 kaki D13 dengan
jarak 100 mm maka dilakukan pengecekan apakah tulangan tersebut mampu
menahan geser atau tidak.
( )
Karena
maka desain tulangan confinement dapat digunakan
Digunakan class B lap splices jika semua tulangan disalurkan di lokasi yang
sama.Panjang lewatan kelas B = 1.3 ld. Untuk baja tulangan dengan diameter 25 mm,
Id = 45 db.
1,3 ld dapat dikurangi dengan cara dikalikan 0,83 jika confinement sepanjang lewatan
mempunyai area efektif yang tidak kurang dari 0,0015 h x s.
Setelah dilakukan perhitungan, desain detailing kolom yang akan digunakan untuk seluruh
lantai adalah sebagai berikut.
Tabel 40 Detailing kolom
Longitudinal Transversal
Lantai
Ukuran Kolom D (mm) Jumlah D (mm) Jumlah Panjang lo(mm) Spasi (mm) Spasi di luar lo (mm)
Lantai 7 600x600 25 12 13 3 600 100 100
Lantai 6 600x600 25 12 13 3 600 100 100
Lantai 5 600x600 25 12 13 3 600 100 100
Lantai 4 800x800 25 16 13 4 800 100 tidak butuh
Lantai 3 800x800 25 16 13 4 800 100 tidak butuh
Lantai 2 800x800 25 16 13 4 800 100 tidak butuh
Lantai 1 800x800 25 16 13 4 800 100 tidak butuh
Panjang join yang diukur paralel terhadap tulangan lentur balok yang menyebabkan
geser di join sedikitnya 20 kali db longitudinal terbesar. Panjang join = 20 x 22 =
440mm (OK)
Spasi vertikal hoop diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm. Area tulangan hoop
yang dibutuhkan............................................Coba gunakan baja tulangan diameter 13
mm 3 kaki, Ash yang didapat adalah 398,196 mm2.
Jadi gunakan 3 kaki D13
Balok yang memasuki join memiliki probable moment 559,13 kN-m dan 459,04 kN-m.
Pada join, kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom bawah berbeda, sehingga DF
berbeda untuk setiap kolom. Sehingga
( ) ( )
Di bagian ujung balok, baja tulangan yang dipakai adalah 2 D19+ 4D22 dengan As =
2087,59 mm2
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah
( )( )
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah
( )( )
Kuat geser nominal join yang dikekang pada ketiga sisinya adalah
√ ( )
√
Berikut perhitungan untuk hubungan balok dan kolom pada daerah balok eksterior lantai 1
dan 2.
1. Dimensi
Luas efektif hubungan balok kolom dinyatakan dalam Aj adalah
KELOMPOK 12 | ILMA FADILAH 15011063|JUNISA ARINI 15011064 91
TUGAS BESAR SI-4111 REKAYASA DAN PERANCANGAN STRUKTUR 2014
Panjang join yang diukur paralel terhadap tulangan lentur balok yang menyebabkan
geser di join sedikitnya 20 kali db longitudinal terbesar. Panjang join = 20 x 22 =
440mm (OK)
Spasi vertikal hoop diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm. Area tulangan hoop
yang dibutuhkan..................................................Coba gunakan baja tulangan diameter
13 mm 3 kaki, Ash yang didapat adalah 398,196 mm2.
Jadi gunakan 3 kaki D13
( ) ( )
Di bagian ujung balok, baja tulangan yang dipakai adalah 4 D19+ 4D22 dengan As =
2654,65 mm2
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah
( )( )
Gaya tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah
( )( )
Shear Wall atau yang sering disebut sebagai dinding geser merupakan dinding yang
dirancang untuk menahan geser yang terjadi akibat gaya lateral ketika terjadi gempa bumi.
Dinding geser adalah elemen-elemen vertikal yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya
horizontal. Dinding geser harus diletakkan pada tiap tingkat struktur tanpa spasi (menerus).
Untuk membentuk struktur bentuk kotak yang efektif, panjang dinding geser yang sama
harus diletakkan simetris pada empat sisi gedung untuk mencegah terjadinya mekanisme
torsi (puntir) akibat peletakkan dinding geser yang asimetris. Dinding geser harus ditambah
pada interior gedung apabila dinding bagian eksterior tidak memberikan kekuatan dan
kekakuan yang cukup. Dinding geser akan lebih efisien apabila bentuknya lurus vertikal dan
didukung dengan adanya pondasi dinding. Apabila dinding geser yang dipasang tidak lurus,
maka bagian lain gedung akan membutuhkan penambahan kekuatan. Shear Wall pada
umumnya diterapkan pada bangunan tinggi (high rise building) pada daerah yang rawan
gempa. Selain sebagai pengaku, Shear Wall tersebut juga akan menyerap sebagian besar
dari energi gempa yang diterima oleh keseluruhan struktur.
Dalam prakteknya, dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem rangka pemikul
momen pada gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah
dinding geser kantilever dan dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI 1726:2012 dinding
geser beton bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang memiliki
fungsi utama untuk memikul beban geser akibat pengaruh beban gempa rencana. Kerusakan
pada dinding ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur saja (bukan akibat gaya geser),
melalui pembentukkan sendi plastis pada bagian dasar dinding yang memang direncanakan
untuk menerima momen lentur paling besar. Bangunan yang memiliki dinding geser, gaya-
gaya horizontal akibat angin atau gempa semata ditahan oleh dinding geser tersebut. Selain
menahan gaya horizontal, dinding geser ini juga menahan gaya normal (gaya vertikal).
Dinding geser akan berperilaku sebagai balok lentur kantilever. Oleh karena itu, dinding
geser selain menahan gaya geser juga dapat menahan gaya lentur.
Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang dibutuhkan untuk menahan
gaya gempa horizontal. Apabila dinding geser cukup kuat, ia akan memindahkan gaya-gaya
horizontal ini pada elemen berikutnya pada bagian muatan di bawahnya. Komponen-
komponen lain pada muatan ini boleh jadi selain dinding geser, lantai, pondasi dinding, dan
pelat. Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap dan lantai atas
dari goyangan ke samping yang berlebihan (story drift control). Jika dinding geser tersebut
didesain dengan cukup kaku, ia akan mencegah lantai dan rangka atap dari deformasi yang
berlebihan dan berbahaya terhadap keseluruhan struktur.
Perencanaan awal dimensi dinding geser berbeda dengan perencanaan awal dari
komponen struktur lainnya karena tidak ada referensi yang secara khusus mengatur
mengenai ketebalan yang harus digunakan sebagai perencanaan awal dimensi dinding geser.
Namun ada acuan dimensi awal dinding geser yaitu minimum setebal 20 cm. Untuk proses
penentuan panjang Shear Wall dan tebal optimum Shear Wall dilakukan melalui proses
iterasi hingga didapatkan kekakuan yang memadai agar drift struktur yang disyaratkan dapat
terpenuhi.
√ √
Vu= 3110,17 kN > 628,5116 kN, sehingga diperlukan dua lapis tulangan.
Perhitungkan kebutuhan baja tulangan longitudinal dan transversal
Pasal 21.9.2.1 SNI Beton 2847-2013 mengharuskan bahwa untuk dinding struktural, rasio
tulangan longitudinal dan rasio tulangan transversal minimum adalah 0,0025, dan
Luas Penampang longitudinal dan transversal dinding geser per meter panjang:
Luas minimal kebutuhan tulangan per meter panjang arah longitudinal dan transversal:
Jenis Dimensi
diameter Jumlah As (mm2)
D Ab (mm2)
(mm)
22 22 380,1327 2 760,2654
Digunakan baja tulangan D22 dan digunakan dua lapisan tulangan, jumlah pasangan
tulangan yang diperlukan per meter panjang adalah:
Karena tidak memenuhi syarat batas yaitu tidak boleh lebih dari 450 mm. Maka, digunakan
tulangan 2D22-200 mm.
( √ )
Dimana:
Variatif secara linier antara 0,25 dan 0,17 untuk nilai antara 1,5 dan 2,0.
Karena
Maka,
Pada dinding terdapat tulangan transversal dengan konfigurasi 2D22-200. Rasio tulangan
transversal terpasang adalah
( √ )
(( √ ))
Kuat geser perlu:
√ √
Hasil pengecekan tahanan geser dari tulangan geser shearwall pada langkah 1), yaitu 2D22-
200 mm menunjukan bahwa tulangan terpasang tersebut mampu menahan geser. Maka,
digunakan 2D22-200 mm untuk tulangan vertikal.
Pada gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa dinding struktural (dengan konfigurasi
penulangan yang direncanakan) memiliki kekuatan yang memadai untuk menahan
kombinasi gaya aksial dan lentur terfaktor yang bekerja (termasuk kombinasi gaya dalam
yang disebabkan oleh kombinasi-kombinasi beban lainnya yang ditinjau).
Nilai adalah:
⁄ ⁄
Jadi, berdasarkan perhitungan pendekatan tegangan dibutuhkan komponen batas khusus
pada dinding struktural.
b) Berdasarkan pendekatan perpindahan
Special boundary element, berdasarkan teori pendekatan tegangan diperlukan jika c
(sumbu netral) dari serat terluar zona tekan lebih besar dari nilai berikut:
( )
Pada persamaan di atas, adalah perpindahan maksimum dinding geser (di puncak
gedung) dalam arah gempa yang dtinjau. Berdasarkan hasil Response-2000 (Bentz, 2000)
c=0,561 m
KELOMPOK 12 | ILMA FADILAH 15011063|JUNISA ARINI 15011064 103
TUGAS BESAR SI-4111 REKAYASA DAN PERANCANGAN STRUKTUR 2014
( )
Longitudinal Strain
top
-5.56 37.1
1
bot
Berdasarkan SNI Beton, special boundary element setidaknya harus dibuat sepanjang tidak
kurang dari atau ( ⁄ ) dari serat tekan terluar.
Jadi,
( )
dan
⁄ ⁄
Gunakan nilai hasil perhitungan yang terbesar, sehingga panjang special boundary element
ditetapkan sebesar 290 mm dari serat terluar.
Contoh perhitungan:
( )
( )
( ) 707 mm
o ⁄ ⁄
o
( ) ( )
o
Untuk menghasilkan luasan >= 286,335, diperlukan jumlah kaki sebagai berikut
Jenis dimensi
Jumlah Ash (mm2)
D Diameter Ab (mm2)
13 13 132,7322896 2 265,46458
Jadi, untuk tulangan hoops, digunakan 2 hoops tulangan diameter D13 dengan spasi 100 mm.
Tulangan confinement pada badan penampang dinding geser, sebagai trial awal
gunakan D13.
spasi maksimum hoops ditentukan oleh nilai terkecil diantara:
o ⁄ ⁄
o ( )
( )
Untuk menghasilkan luasan >= 105,975, diperlukan jumlah kaki sebagai berikut
Jenis dimensi
Jumlah Ash (mm2)
D Diameter Ab (mm2)
13 13 132,7322896 2 265,4645792
Jadi, untuk tulangan hoops, digunakan 2 hoops tulangan diameter D13 dengan spasi 100
mm.
Confinement pada arah tegak lurus dinding, gunakan tulangan D13 dan spasi 100 mm
( )
Untuk menghasilkan luasan >= 177,525, diperlukan jumlah kaki sebagai berikut
Jenis dimensi
Jumlah Ash (mm2)
D Diameter Ab (mm2)
13 13 132,7322896 2 265,4645792
Jadi, untuk tulangan hoops, digunakan 2 hoops tulangan diameter D13 dengan spasi 100
mm.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1) Sistem struktur yang digunakan dalam bangunan ini adalah sistem ganda, yang merupakan
perpaduan antara SRPMK dan SDSK.
3) Summary hasil detaling komponen-komponen struktur bangunan hotel 8 lantai ini adalah
sebagai berikut:
Hasil perhitungan geser pada kolom di atas dapat dirangkum sebagai berikut.
Balok Eksterior
Balok Interior
Longitudinal Transversal
Lantai
Ukuran Kolom D (mm) Jumlah D (mm) Jumlah Panjang lo(mm) Spasi (mm) Spasi di luar lo (mm)
Lantai 7 600x600 25 12 13 3 600 100 100
Lantai 6 600x600 25 12 13 3 600 100 100
Lantai 5 600x600 25 12 13 3 600 100 100
Lantai 4 800x800 25 16 13 4 800 100 tidak butuh
Lantai 3 800x800 25 16 13 4 800 100 tidak butuh
Lantai 2 800x800 25 16 13 4 800 100 tidak butuh
Lantai 1 800x800 25 16 13 4 800 100 tidak butuh
Jenis Dimensi
Diameter Luas/bar Jumlah As (mm2)
D
(mm) (mm2)
Joint Lantai 1 dan 2 13 132.7322896 3 398.1968688
Joint Lantai 4 dan 5 13 132.7322896 3 398.1968688
4.2 Saran
1. Pendesainan balok dapat dilakukan dengan pembagian lantai yang lebih sedikit sehingga
desain tulangan yang dihasilkan dapat lebih efisien.
2. Perencanaan shearwall dapat ditinjau berdasarkan arah shearwall yaitu pada sumbu x dan y.
Hal ini dikarenakan gaya dalam pada shearwall x dan y berbeda dan dapat menghasilkan
desain tulangan yang berbeda.
3. Perencanaan joint tidak hanya antara balok dan kolom saja tetapi juga antara balok dan
shearwall serta kolom dan shearwall.
4. Pembebanan yang dilakukan masih menggunakan simplifikasi seperti hanya terdapat beban
dinding pada balok perimeter yang pada kenyataannya sangat mungkin terdapat beban
dinding pada balok interior.
DAFTAR PUSTAKA