Khutbah Pertama
Khutbah Pertama
َ ير ٖة َويَ ۡو َم ُحن َۡي ٍن ِإ ۡذ َأ ۡع َجبَ ۡت ُكمۡ َك ۡث َرتُ ُكمۡ فَلَمۡ تُ ۡغ ِن عَن ُكمۡ َش ٗۡٔيا َو
ا88ت َعلَ ۡي ُك ُم ٱَأۡل ۡرضُ بِ َم8ۡ َضاق َ ِص َر ُك ُم ٱهَّلل ُ فِي َم َوا ِطنَ َكث َ َلَقَ ۡد ن
ََر ُحبَ ۡت ثُ َّم َولَّ ۡيتُم ُّم ۡدبِ ِرين
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (wahai orang-orang beriman) di medan peperangan
yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan
bercerai-berai.” Kisah itu termaktub dalam QS. Taubah ayat 25.
Jemaah Jumat yang berbahagia,
Bagi seorang mukmin yang merindukan kebahagiaan abadi di negeri akhirat, tentu ia akan
berusaha mencari bekal sebanyak-banyaknya. Sehingga, ia selalu siap kapan saja ketika malaikat
maut akan menjemputnya. Ia selalu sadar jika kehidupan di dunia ini hanyalah fana dan
sementara. Semua kenikmatan dunia akan ditinggalkan, begitu nyawa keluar dari badan “Tiap-
tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imron: 185)
Begitu banyak kaum muslimin yang mengisi kehidupannya untuk memburu dunia. Hanya
kenikmatan dan pernak-pernik dunia yang mengisi kepalanya, hingga tanpa terasa ia telah
melupakan akhiratnya. Gaya hidup mewah, glamor, dan berlebihan, kini semakin membudaya.
Halal-haram pun tak lagi diindahkan, baik dalam makan minum, pergaulan, dan cara berpakaian.
Allah melarang kita memandang dengan penuh ketakjuban pada manusia yang dianugerahi
kenikmatan dunia, karena kelak mereka pun akan mati juga. Namun, peringatan Allah yang
menyebutkan tentang godaan dunia itu, bukan berarti kita harus melupakan sama sekali
kehidupan dunia “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Jika kita terlalu mencintai dunia, Allah telah memperingatkan kita dengan firman-Nya dalam QS.
an-Nazi’at, Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,
maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya
surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nazi’at: 37-41) Maka, jadikanlah kehidupan kita di dunia
ini seperti orang asing atau musafir yang nomaden atau tidak hidup menetap. Gunakan masa
hidup kita untuk mengumpulkan perbekalan menuju ke kampung halaman abadi, yaitu negeri
akhirat. Jemaah Jumat yang berbahagia,
Adapun penyebab keterpurukan umat Islam yang kedua adalah adanya upaya bangsa, golongan,
atau kelompok tertentu untuk melemahkan semangat juang dan persatuan umat Islam.
Upaya bangsa, golongan, dan kelompok yang tidak menginginkan umat Islam bersatu sangat
gencar dilakukan. Strategi penghancuran menggunakan berbagai macam metode yang sistematis
dan masif sejak masa lalu. Salah seorang misionaris asal Jerman pernah mengatakan bahwa,
“Perang Salib telah gagal, karena itu untuk menaklukkan dunia Islam perlu resep lain, gunakan
perang kata, logika, dan kasih sayang. Bukan gunakan kekuatan senjata atau kekerasan, karena
seribu meriam tak bisa kalahkan umat Islam.” Grand strategy yang dilancarkan oleh para
misionaris dan orientalis tersebut terbukti ampuh menggoyahkan akidah, khususnya muda-mudi
Islam.
Langkah pertama, adalah hancurkan akidah umat Islam melalui perang atau kampanye kata-kata.
Langkah kedua, adalah hancurkan umat Islam menggunakan permainan logika,
dan yang terakhir kacaukan pemikiran anak muda Islam dengan kegiatan atau acara yang berbau
romantisme dan kasih sayang.