ANALISA
KESENJANGAN
EKONOMI
KELOMPOK 6
OUTLINE ANALISA KESENJANGAN
INDEKS WILIAMSON
Pengertian
Melalui hasil analisis Indeks Williamson yang dapat dilihat dari hasil grafik di atas
menunjukkan bahwa Provinsi Papua memiliki tingkat ketimpangan yang cukup besar karena nilai
nya melebihi 1.
2
INDEKS THEILL
INDEKS THEILL
Pengertian Indeks Theill
Indeks Entropi Theil adalah salah satu metode untuk mengukur
ketimpangan terhadap pendapatan suatu wilayah. Kelebihan
dari indeks entropi theil ini yaitu hanya menghasilkan satu nilai
tunggal yang dapat melihat ketimpangan dalam wilayah dan
antar wilayah. Menurut Kuncoro (2001) konsep Entropi Theil
dari suatu distribusi pada dasarnya merupakan aplikasi konsep
teori informasi dalam mengukur ketimpangan ekonomi dan
konsentrasi industri. Data yang diperlukan dalam analisis
Indeks Theil adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
per kapita dan jumlah penduduk untuk setiap wilayah.
Dimana :
Yij = PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota j
Nij = Jumlah Penduduk Masing-Masing Kabupaten/Kota
Y = Jumlah PDRB PerKapita
N = Jumlah Penduduk
Catatan : Apabila nilai dari Indeks Theil mendekati 1 maka terjadi ketimpangan yang semakin
besar dan apabila nilainya mendekati 0 maka ketimpangan semakin kecil atau rata.
KURVA LORENZ
KURVA LORENZ
Dalam bidang ekonomi konsep kesimetrisan kurva lorenz digunakan
untuk mengukur ketimpangan. Kurva Lorenz menggambarkan
distribusi kumulatif pendapatan nasional, dengan hubungan
kuantitatif antara presentase populasi penerima pendapatan dengan
presentase total pendapatan dalam jangka waktu tertentu. Untuk
kurvanya sendiri di tempatkan di diagonal utama bujur sangkar.
Apabila kurva lorenz semakin dekat dengan diagonal, dan garisnya
semakin lurus maka distribusi pendapatan nasional tersebut
semakin merata. Namun apabila kurva lorenz semakin jauh dengan
diagonal, dan garisnya melengkung maka distribusi pendapatan
nasional mengalami ketimpangan dan tidak merata.
RUMUS PERHITUNGAN INDEKS THEILL
STUDI KASUS
Perekonomian Papua berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku triwulan II-2022 mencapai Rp 65,49 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp
43,16 triliun. Ekonomi Papua triwulan II-2022 terhadap triwulan II-2021 mengalami pertumbuhan
sebesar 14,38 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,92 persen. Dengan berbedanya pekerjaan pada setiap orang
membuat pendapatan yang diterima berbeda pula sehingga mengakibatkan tingkat heterogenitas ekonomi
masyarakat. Hal tersebut membuat Pemerintah harus berhati-hati dalam membuat suatu kebijakan di
bidang ekonomi. Oleh karena itu, kondisi distribusi pendapatan atau pengeluaran konsumsi harus
diketahui sebagai dasar perencanaan sehingga tepat dalam mengambil kebijakan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui distribusi pengeluaran rumah tangga di Provinsi Papua dan mengungkapkan
fungsi kurva Lorenz berdasarkan distribusi pengeluaran tersebut.
LANGKAH
KERJA
A. DATA
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
membuat satu tabel untuk
mencari data % kumulatif
penduduk (Xk). Dimana langkah
awalnya mencari nilai dari tabel
biru dengan rumus (jumlah
penduduk awal/jumlah total
penduduk). Dan selanjutnya
mencari nilai dari % kumulatif
penduduk (Xk) dengan cara (nilai
tabel biru+jumlah penduduk pada
kolom kedua/jumlah keseluruhan)
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
membuat tabel baru untuk
menghitung jumlah pengeluaran
dengan rumus (Jumlah penduduk*
rata-rata pengeluaran rumah
tangga).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
membuat tabel baru untuk
menghitung jumlah pengeluaran
dengan rumus (Jumlah penduduk*
rata-rata pengeluaran rumah
tangga).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Langkah berikutnya yaitu mencari
nilai dari % kumulatif pengeluaran
atau variable (Yk) dengan
menggunakan rumus (Jumlah
pengeluaran/Total pengeluaran).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Dan selanjutnya mencari data Xk-
Xk-1. Dimana untuk baris pertama
nilainya sama dengan nilai %
kumulatif penduduk (Xk).
Sedangkan untuk nilai pada baris 2
yaitu menggunakan rumus (nilai %
kumulatif pada data di bawah –
nilai % kumulatif 22 pada data
yang akan dihitung).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Setelah itu dilanjutkan dengan
mencari data Yk+Yk-1. Dimana untuk
baris pertama nilainya sama dengan
nilai % kumulatif pengeluaran (Yk).
Sedangkan untuk nilai pada baris 2
yaitu menggunakan rumus (nilai %
kumulatif pada data di bawah + nilai
% kumulatif pada data yang akan
dihitung).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Selanjutnya untuk menentukan
nilai dari koefisien gini mana
ditambahkan tabel untuk
menghitung (Xk-Xk-1)*(Yk+Yk-1).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Langkah selanjutnya menghitung
koefisien gini dengan rumus 1-
(total jumlah (XkXk-1)*(Yk+Yk-1)
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Kemudian untuk melanjutkan
ke kurva Lorenz yaitu dengan
penambahan satu tabel data
untuk menghitung % jumlah
kumulatif pengeluaran.
Dimana pada kolom baris
pertama nilanya sama dengan
% kumulatif pengeluaran (Yk).
Untuk baris selanjutnya
dengan rumus (% kumulatif
pengeluaran + % jumlah
kumulatif pengeluaran pada
baris sebelumnya).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Pilih insert lalu tekan scatter
dan pilih grafik nomor 3
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Kemudian Pilih Select Data
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Kemudian add data dan isi
series name dengan nama
Equality dan series X dengan
nilai % kumulatif penduduk
(Xk) dengan cara memblok
semua nilai dan series Y
dengan data yang sama yaitu
% kumulatif penduduk (Xk)
dengan cara memblok semua
nilai. Kemudian tekan OK.
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Selanjutnya tekan add data
lagi dan isi series name dengan
nama Lorenz dan series X
dengan % kumulatif penduduk
(Xk) dan series Y dengan data
data % jumlah kumulatif
pengeluaran.
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Langkah terakhir yaitu klik Oke
dan muncullah kurva lorenz
INTERPRETASI HASIL
MORANSI
MORANSI
Moran’s merupakan suatu analisis yang berasal dari hasil
pengembangan dari analisis korelasi pearson pada data univariate
serias indeks moran (Moran’s),dalam kasus autokorelasi spasial
global dan mengkuantifikasi kesamaan variable hasil antar wilayah
area yang didefisnisikan sebagai spasial terkait,permulaan dari
keacakan spasial mengindikasikan pola spasial berkelompok atau
membentuk tren terhadap ruang(Pfeifer dkk 2008),analisis metode
moran’s ini merupakan metode yang paling sering digunakan secara
global,korelasi pearson(𝜌) antara varible predikator dan variable
respon dengan banyak data n
LANGKAH KERJA
A. DATA
Buka Software Geoda.
Software ini digunakan untuk
menganalisa data spasial,
geovisualisasi, autokorelasi
spasial, dan pemodelan
spasial.
Kemudian, pilih peta yang
ingin dianalisa (disini
memakai Peta Provinsi Papua
karena berkaitan dengan
studi kasus yang diambil).
Pastikan SHP yang kalian
masukan pada add fieldnya
sudah berisi tabel nama
kabupaten/kota dan data
PDRB provinsi yang akan
kalian analisis. Kemudian
pertama klik bagian yang
telah diberi lingkaran merah
seperti pada gambar dibawah
ini. Kemudian klik shp ESRI
Shapefile dan kemudian pilih
shpnya sesuai dengan studi
lokasi yang mau dimasukan.
Setelah memasukkan SHP,
tampilan software akan
berubah seperti gambar di
bawah. Selanjut klik Toolbar
Table, yang lebih jelasnya
dapat dilihat pada lingkaran
berwarna merah
Maka, akan muncul table
yang dimana memuat kode,
nama kabupaten/kota dan
PDRB yang berada di Provinsi
Papua, untuk tabel lainnya
bisa dihapus dengan cara :
klik kanan pada judul tabel
kemudian pilih delete tabel.
Selanjutnya pilih weights
manager pada toolbar. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.
Lalu akan muncul
tampilan dari weights
manager. Setelah itu,
pilih create.
Interpretasi Hasil
Analisis
Peta Kluster
LISA
Peta Kluster
LISA