Anda di halaman 1dari 76

METODE ANALISA PERENCANAAN 1

ANALISA
KESENJANGAN
EKONOMI
KELOMPOK 6
OUTLINE ANALISA KESENJANGAN

INDEKS WILLIAMSON INDEKS THEILL

KURVA LORENZ MORANSI

Metode Anlaisis Perencanaan 1


1

INDEKS WILIAMSON
Pengertian

Indeks Williamson merupakan salah Rumus :


satu metode analisis yang diguakan untuk
mengetahui dan mengukur tingkat
ketimpangan oendapatan yang terjadi di
suatu wilayah. Tinggi rendahnya suatu
tingkat disparitas dapat dilihat apabila
nilainya berada diantara nila 0 dan 1.
Apabila, semakin mendekati nilai 0 berarti
tingkat disparitas antar wilayah semakin
rendah. Namun, apabila nilai indeks
Williamson mendekati nilai 1 berarti tingkat
disparitas antar wilayah semakain tidak
merata.
Studi Kasus
Ketimpangan yang terjadi di suatu wilayah merupakan salah satu permasalahan serius
yang harus segera ditangani. Hal ini dapat dilihat pada Provinsi Papua yang secara administrasi
memiliki 28 Kabupaten dan 1 Kota yang megalami hal yang sama. Secara umum, pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di kabupaten/kota Provinsi Papua tidak terlalu tinggi. Akan tetapi,
pertumbuhan ekonomi yang hanya terpusat pada kabupaten induk membuat ketidakmerataan
pembangunan di Provinsi ini. Potensi besar yang dimiliki provinsi ini tidak dapat dimanfaatkan
dengan baik kareta pemerataan infrastruktur dan pembangunan aksesblitas antar wilayahnya
belum maksimal, sehingga ketimpangan yang terjadi terlihat dengan jelas. Melalui hal tersebut,
kami akan melakukan perhitungan dengan menggunakan metode analisis Wiliamson untuk
mengetahui tingkat ketimpangan yang terjadi di Provinsi Papua.
Langkah-langkah Perhitungan
Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan perhitungan indeks Williamson
untuk menghitung tingkat ketimpangan yang terjadi di Provinsi Papua dengan menggunakan
excel :
Langkah pertama,
yaitu memasukkan data penduduk dan data PDRB per kapita Provinsi Papua ke dalam excel
Langkah kedua,
Setelah semua data dimasukkan, lalu ditotal pada masingmasing tahun untuk data penduduk
dan data PDRB per kapita. Setelah itu, data PDRB per kapita dicari rata-rata untuk setiap
tahunnya dengan cara berikut.
Langkah ketiga,
Selanjutnya mencari proporsi penduduk. Caranya dengan membagi data tahun tiap daerah
dengan total jumlah penduduk dalam satu tahun, seperti rumus pada gambar
Langkah keempat,
Setelah mendapatkan proporsi, kita lanjut mencari kuadran simpangan nilai tengah PDRB
perkapita. Caranya adalah data PDRB per kapita satu daerah dikurangi dengan rata- rata dalam 1
tahun lalu dikuadratkan.
Langkah kelima,
Setelah itu, kita menghitung proporsi kali kuadran simpangan. Dengan cara mengalikan (*) nilai
proporsi pada tiap daerah dengan simpangan kuadran tiap daerah.
Langkah keenam,
Berikutnya, kita mencari nilai akar dari jumlah proporsi penduduk yang dikalikan dengan kuadran
simpangan nilai tengah. Dilakukan dengan cara klik (=), lalu untuk mencari nilai akarnya ketik
SQRT (total jumlah proporsi penduduk yang dikalikan dengan kuadran simpangan)
Langkah ketujuh,
Kemudian, setelah mendapatkan nilai akar, lalu kita mencari nilai indeks Williamson dengan cara
membagi proporsi penduduk kali kuadran simpangan dengan rata-rata PDRB per kapita.
Intepretasi Hasil
Berikut hasil analisis Indeks Williamson yang dapat dibuat dalam bentuk grafik :

Melalui hasil analisis Indeks Williamson yang dapat dilihat dari hasil grafik di atas
menunjukkan bahwa Provinsi Papua memiliki tingkat ketimpangan yang cukup besar karena nilai
nya melebihi 1.
2

INDEKS THEILL
INDEKS THEILL
Pengertian Indeks Theill
Indeks Entropi Theil adalah salah satu metode untuk mengukur
ketimpangan terhadap pendapatan suatu wilayah. Kelebihan
dari indeks entropi theil ini yaitu hanya menghasilkan satu nilai
tunggal yang dapat melihat ketimpangan dalam wilayah dan
antar wilayah. Menurut Kuncoro (2001) konsep Entropi Theil
dari suatu distribusi pada dasarnya merupakan aplikasi konsep
teori informasi dalam mengukur ketimpangan ekonomi dan
konsentrasi industri. Data yang diperlukan dalam analisis
Indeks Theil adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
per kapita dan jumlah penduduk untuk setiap wilayah.

LSDT | Pekerjaan kayu 101


RUMUS PERHITUNGAN INDEKS THEILL
Menurut Ying dalam Kuncoro (2004:134) rumus indeks entropi Theil sebagai berikut:

Dimana :
Yij = PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota j
Nij = Jumlah Penduduk Masing-Masing Kabupaten/Kota
Y = Jumlah PDRB PerKapita
N = Jumlah Penduduk

Catatan : Apabila nilai dari Indeks Theil mendekati 1 maka terjadi ketimpangan yang semakin
besar dan apabila nilainya mendekati 0 maka ketimpangan semakin kecil atau rata.

LSDT | Pekerjaan kayu 101


STUDI KASUS
Provinsi Papua merupakan Propinsi paling Timur di Republik Indonesia dan merupakan daerah
yang relatif belum banyak dirambah oleh aktivitas manusia dibanding daerah lain di Indonesia.
Papua kaya akan sumber daya alam dan hal ini merupakan bekal utama daerah ini untuk
berkembang. Tanahnya yang luas dipenuhi oleh hutan, laut dan keaneka ragaman biotanya dan
berjuta-juta tanahnya yang cocok untuk tanah pertanian. Jika dilihat dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), memang ada kesenjangan ekonomi cukup besar antarwilayah
kabupaten/kota di Provinsi Papua. Perekonomian Kota Jayapura menurut besaran PDRB harga
berlaku tanpa tambang mencapai Rp33 triliun pada 2021. Sementara PDRB Kabupaten Jayapura
dan Kota Merauke di kisaran Rp16 triliun. Namun, nilai PDRB sebagian besar kabupaten/kota
lainnya sangat jauh di bawah kisaran tersebut, seperti terlihat pada grafik. Posisi terendah
ditempati Kabupaten Supiori dengan PDRB harga berlaku tanpa tambang hanya Rp1,08 triliun.
Demikian pula Kabupaten Mamberamo Tengah yang hanya Rp1,24 triliun.

LSDT | Pekerjaan kayu 101


Kondisi perekonomian yang tidak merata ini diperkirakan akan
menjadi kendala bagi rencana pemekaran wilayah Papua. Diperlukan
untuk nengetahui penyebab adanya erubahan ekonomi yang negatif
secara langsung maupun tidak yang dapat berpengaruh terhadap
ketimpangan regioanl. Dengan hal itu maka konsep Entropi Theil
merupakan salah satu aplikasi konsep teori informasi untuk mengukur
ketimpangan ekonomi dan konsentrasi industri yang ada di suatu
wilayah. Untuk itu maka data yang diperlukan yaitu jumlah penduduk
pada Provinsi Papua yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
dan Jumlah Penduduk.
LANGKAH KERJA
A. DATA

LSDT | Pekerjaan kayu 101


LSDT | Pekerjaan kayu 101
LANGKAH PERHITUNGAN
Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan perhitungan Indeks Theil untuk menghitung
tingkat ketimpangan pendapatan yang terjadi di Provinsi Papua dengan menggunakan excel. 1. Masukan
data jumlah penduduk dan data PDRB per kapita untuk dihitung Indeks Theilnya.
2. SETELAH MEMASUKKAN DATA JUMLAH PENDUDUK DAN DATA PDRB SELANJUTNYA TOTAL
PADA MASING-MASING TAHUN UNTUK DATA PENDUDUK DAN DATA PDRB PER KAPITA
3. Selanjutnya yaitu menghitung Indeks Theil, untuk menghitung Indeks Theil maka diperlukan
menghitung satu-persatu bagian dari rumus yang sudah diterangkan di langkah ke-2. Buatlah tabel
baru yang kosong dan beri judul “Tabel 1” untuk menghitung rumus
(Yij/Y).
Yij = PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota j di Papua.
Y = Jumlah PDRB Per Kapita Kabupaten Papua.
4. Kemudian untuk rumus selanjutnya. Buat terlebih dahulu tabel baru
dengan judul “Tabel 2”, dan rumus yang perlu dihitung ialah (nij/N).
nij = Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten/Kota di Papua.
N = Jumlah penduduk di Papua.
4. Kemudian untuk rumus selanjutnya. Buat terlebih dahulu tabel baru
dengan judul “Tabel 2”, dan rumus yang perlu dihitung ialah (nij/N).
nij = Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten/Kota di Papua.
N = Jumlah penduduk di Papua.
5. Setelah itu buat tabel baru kembali dengan judul “Tabel 3” untuk
menghitung rumus [(Yij / Y)/nij / N)]. Rumus dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
6. Selanjutnya yaitu membuat kembali tabel baru dengan judul “Tabel 4” untuk menghitung rumus
Log[(Yij / Y)/nij / N)]. Berdasarkan hasil dari perhitungan pada “Tabel 3”. Untuk rumusnya bisa
dilihat pada gambar di bawah ini
7. Langkah selanjutnya setelah membuat tabel 4 yaitu membuat tabel baru
dengan judul “Tabel 5” sebagai pengabungan dari semua rumus yang telah
dihitung. Kalikan hasil pada “Tabel 1” dengan hasil pada “Tabel 4”
untuk mendapatkan hasil dari Indeks Theil.
8. Setelah itu mencari rata-rata pertumbuhan dari Indeks Theil di
Provinsi Papua dengan rumus (=Average) dari “Tabel 5”.
Dan ratarata tersebut yang akan menjadi hasil dari Indek
9. Langkah terakhir yaitu mengurutkan hasil dari Rata-rata Indeks Theil
pada tahun 2014-2020.

Apabila Indeks Theil mendekati 1 maka terjadi ketimpangan yang


semakin besar dan apabila Indeks Theil mendekati 0 maka ketimpangan
semakin mengecil atau semakin rata.
Interpretasi Hasil Analisis

Berdasarkan dari data analisis di atas dapat diketahui bahwa Indeks


Entropi Theil di Provinsi Papua pada tahun 2017-2021 memiliki nilai
rata-rata yaitu 0,249. Dapat dilihat bahwa ketimpangan pada Provinsi
Papua paling tinggi berada pada tahun 2018. Berdasarkan nilai dari
ketimpangan pendapatan yang ada di Provinsi Papua . Provinsi ini
memiliki nilai Indeks Theil mendekati 0 dimana dapat diartikan bahwa
ketimpangan di Provinsi Papua ini belum bisa dibilang stabil dan
membaik setiap tahunnya.
3

KURVA LORENZ
KURVA LORENZ
Dalam bidang ekonomi konsep kesimetrisan kurva lorenz digunakan
untuk mengukur ketimpangan. Kurva Lorenz menggambarkan
distribusi kumulatif pendapatan nasional, dengan hubungan
kuantitatif antara presentase populasi penerima pendapatan dengan
presentase total pendapatan dalam jangka waktu tertentu. Untuk
kurvanya sendiri di tempatkan di diagonal utama bujur sangkar.
Apabila kurva lorenz semakin dekat dengan diagonal, dan garisnya
semakin lurus maka distribusi pendapatan nasional tersebut
semakin merata. Namun apabila kurva lorenz semakin jauh dengan
diagonal, dan garisnya melengkung maka distribusi pendapatan
nasional mengalami ketimpangan dan tidak merata.
RUMUS PERHITUNGAN INDEKS THEILL
STUDI KASUS
Perekonomian Papua berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku triwulan II-2022 mencapai Rp 65,49 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp
43,16 triliun. Ekonomi Papua triwulan II-2022 terhadap triwulan II-2021 mengalami pertumbuhan
sebesar 14,38 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 29,92 persen. Dengan berbedanya pekerjaan pada setiap orang
membuat pendapatan yang diterima berbeda pula sehingga mengakibatkan tingkat heterogenitas ekonomi
masyarakat. Hal tersebut membuat Pemerintah harus berhati-hati dalam membuat suatu kebijakan di
bidang ekonomi. Oleh karena itu, kondisi distribusi pendapatan atau pengeluaran konsumsi harus
diketahui sebagai dasar perencanaan sehingga tepat dalam mengambil kebijakan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui distribusi pengeluaran rumah tangga di Provinsi Papua dan mengungkapkan
fungsi kurva Lorenz berdasarkan distribusi pengeluaran tersebut.
LANGKAH
KERJA
A. DATA
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
membuat satu tabel untuk
mencari data % kumulatif
penduduk (Xk). Dimana langkah
awalnya mencari nilai dari tabel
biru dengan rumus (jumlah
penduduk awal/jumlah total
penduduk). Dan selanjutnya
mencari nilai dari % kumulatif
penduduk (Xk) dengan cara (nilai
tabel biru+jumlah penduduk pada
kolom kedua/jumlah keseluruhan)
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
membuat tabel baru untuk
menghitung jumlah pengeluaran
dengan rumus (Jumlah penduduk*
rata-rata pengeluaran rumah
tangga).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
membuat tabel baru untuk
menghitung jumlah pengeluaran
dengan rumus (Jumlah penduduk*
rata-rata pengeluaran rumah
tangga).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Langkah berikutnya yaitu mencari
nilai dari % kumulatif pengeluaran
atau variable (Yk) dengan
menggunakan rumus (Jumlah
pengeluaran/Total pengeluaran).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Dan selanjutnya mencari data Xk-
Xk-1. Dimana untuk baris pertama
nilainya sama dengan nilai %
kumulatif penduduk (Xk).
Sedangkan untuk nilai pada baris 2
yaitu menggunakan rumus (nilai %
kumulatif pada data di bawah –
nilai % kumulatif 22 pada data
yang akan dihitung).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Setelah itu dilanjutkan dengan
mencari data Yk+Yk-1. Dimana untuk
baris pertama nilainya sama dengan
nilai % kumulatif pengeluaran (Yk).
Sedangkan untuk nilai pada baris 2
yaitu menggunakan rumus (nilai %
kumulatif pada data di bawah + nilai
% kumulatif pada data yang akan
dihitung).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Selanjutnya untuk menentukan
nilai dari koefisien gini mana
ditambahkan tabel untuk
menghitung (Xk-Xk-1)*(Yk+Yk-1).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Langkah selanjutnya menghitung
koefisien gini dengan rumus 1-
(total jumlah (XkXk-1)*(Yk+Yk-1)
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Koefisien Gini)
Kemudian untuk melanjutkan
ke kurva Lorenz yaitu dengan
penambahan satu tabel data
untuk menghitung % jumlah
kumulatif pengeluaran.
Dimana pada kolom baris
pertama nilanya sama dengan
% kumulatif pengeluaran (Yk).
Untuk baris selanjutnya
dengan rumus (% kumulatif
pengeluaran + % jumlah
kumulatif pengeluaran pada
baris sebelumnya).
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Pilih insert lalu tekan scatter
dan pilih grafik nomor 3
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Kemudian Pilih Select Data
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Kemudian add data dan isi
series name dengan nama
Equality dan series X dengan
nilai % kumulatif penduduk
(Xk) dengan cara memblok
semua nilai dan series Y
dengan data yang sama yaitu
% kumulatif penduduk (Xk)
dengan cara memblok semua
nilai. Kemudian tekan OK.
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Selanjutnya tekan add data
lagi dan isi series name dengan
nama Lorenz dan series X
dengan % kumulatif penduduk
(Xk) dan series Y dengan data
data % jumlah kumulatif
pengeluaran.
LANGKAH
PERHITUNGAN
(Kurva Lorenz)
Langkah terakhir yaitu klik Oke
dan muncullah kurva lorenz
INTERPRETASI HASIL

Dari Hasil analisis rata-rata


pengeluaran rumah tangga antar
kabupaten/kota di Provinsi Papua
maka bisa diinterpretasikan dengan
melihat dari grafik kurva lorenz di
atas bahwa garis lorenz relatif
mendekati garis equality. Selain itu,
untuk nilai koefisien gini yaitu
0.837739999.

MORANSI
MORANSI
Moran’s merupakan suatu analisis yang berasal dari hasil
pengembangan dari analisis korelasi pearson pada data univariate
serias indeks moran (Moran’s),dalam kasus autokorelasi spasial
global dan mengkuantifikasi kesamaan variable hasil antar wilayah
area yang didefisnisikan sebagai spasial terkait,permulaan dari
keacakan spasial mengindikasikan pola spasial berkelompok atau
membentuk tren terhadap ruang(Pfeifer dkk 2008),analisis metode
moran’s ini merupakan metode yang paling sering digunakan secara
global,korelasi pearson(𝜌) antara varible predikator dan variable
respon dengan banyak data n
LANGKAH KERJA

A. DATA
Buka Software Geoda.
Software ini digunakan untuk
menganalisa data spasial,
geovisualisasi, autokorelasi
spasial, dan pemodelan
spasial.
Kemudian, pilih peta yang
ingin dianalisa (disini
memakai Peta Provinsi Papua
karena berkaitan dengan
studi kasus yang diambil).
Pastikan SHP yang kalian
masukan pada add fieldnya
sudah berisi tabel nama
kabupaten/kota dan data
PDRB provinsi yang akan
kalian analisis. Kemudian
pertama klik bagian yang
telah diberi lingkaran merah
seperti pada gambar dibawah
ini. Kemudian klik shp ESRI
Shapefile dan kemudian pilih
shpnya sesuai dengan studi
lokasi yang mau dimasukan.
Setelah memasukkan SHP,
tampilan software akan
berubah seperti gambar di
bawah. Selanjut klik Toolbar
Table, yang lebih jelasnya
dapat dilihat pada lingkaran
berwarna merah
Maka, akan muncul table
yang dimana memuat kode,
nama kabupaten/kota dan
PDRB yang berada di Provinsi
Papua, untuk tabel lainnya
bisa dihapus dengan cara :
klik kanan pada judul tabel
kemudian pilih delete tabel.
Selanjutnya pilih weights
manager pada toolbar. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.
Lalu akan muncul
tampilan dari weights
manager. Setelah itu,
pilih create.

Setelah pilih create,


akan muncul tampilan
Weights File Creation.
Kemudian Pilih add
variabel untuk
menambahkan ID
pada variabel.

Kemudian, ketik nama


baru pada ID Variabel,
lalu klik add variable.

Setelah itu, akan muncul nama ID


Variabel baru yang tadi sudah
dibuat. Selanjutnya pilih create.
Nanti akan muncul tampilan
kotak untuk menyimpan output.
Selanjutnya, ketikkan nama file,
pilih tempat di mana data akan
disimpan, lalu klik save.
Setelah di save,
tampilan weights
manager akan berubah
seperti gambar
disamping

Kemudian pada bagian


toolbar “space”, pilih
Univariate Local
Moran’s I.

Nanti akan muncul


kotak Variabel
Settings. Pilih data
yang akan dianalisis,
yaitu “Hasil Produksi
Pertanian”. Lalu tekan
OK.
Akan muncul kotak
What windows to
open?. Karena ingin
memunculkan peta
signifikansi, peta
kluster, dan Moran
Scatter Plot, maka
centang ketiga pilihan
tersebut, lalu “OK”.

Interpretasi Hasil
Analisis

Peta Kluster
LISA

Peta Kluster
LISA

Berdasarkan peta kluster LISA di atas, Lany Jaya dan Jayawijaya


berada di kluster Low-Low (LL). Hal ini menunjukkan Lany Jaya dan
Jayawijaya tidak memiliki hubungan positif dengan kabupaten
sekitarnya, ketika hasil PDRB Perkapita rendah, tidak akan
berdampak juga pada di Kabupaten Sekitarnya. Sedangkan
sebanyak 27 kabupaten lainnya tidak signifikan.
Peta Signifikansi
LISA

Berdasarkan peta signifikansi LISA menunjukkan bahwa, terdapat 5


Kabupaten/kota yang memiliki nilai signifikansi, yaitu Lany Jaya,
Jayawijaya, Keerom, Kota Jayapura, dan Mimika. Keerom dan
Mimika memiliki nilai signifikansi 0,001 dan Lanny Jaya, Jayawijaya
dan Kota Jayapura dengan signifikansi 0.05. Sedangkan terdapat
24 kabupaten/kota yang tidak signifikansi.
Moran’s I Scatter
Plot

Gambar di atas merupakan Moran’s I Scatter Plot dari hasil analisis


yang telah dilakukan. Yang dimana dengan Diagram Moran’s I
Scatter Plot ini, bisa diketahui hubungan antara nilai amatan pada
suatu lokasi yang distandarisasi dengan rata-rata nilai amatan pada
lokasi yang bertetanggan dengan lokasi yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai