Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. W DENGAN


DIAGNOSA MEDIS SUSPEK CVA DI RUANG FATAHILA
RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH III

OLEH : NIRMALA SUNATI

NIM : 202210461011030

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.W DENGAN


DIAGNOSA MEDIS SUSPEK CVA DIRUANG
FATAHILA RSUD KANJURUHAN KABUPATEN
MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH III

KELOMPOK 5

NAMA: NIRMALA SUNATI

NIM. 202210461011030

PERIODE PRAKTEK/MINGGU KE: 5 Tanggal 26 Des 2022 s/d 31 Des 2022

CI Lahan Pembimbing
LAPORAN PENDAHULUAN
CVA ( CEREBROVASCULER ACCIDENT )

1.1 Konsep Dasar CVA


1.1.1 Definisi CVA
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam
beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah
ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
atau kematian (Junaidi, 2011).
Menurut Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan berkembangnya
tiba- tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder terhadap peristiwa pembuluh darah. Stroke
merupakan penyebab kematian nomor tiga di negara maju setelah penyakit jantung dan kanker
pada kelompok usia lanjut, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat pertama. Stroke juga
penyebab utama kecacatan didunia (Sutrisno, 2007).

1.1.2 Etiologi CVA


Stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu : stroke iskemik dan stroke hemorragik
1. Stroke iskemik (non hemorragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik. Stroke
iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Stroke trombotik : proses terbentuknya trombus yang membuat penggumpalan
b. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
c. Hipoperfusion sistemik : berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya
gangguan denyut nadi
2. Stroke hemorragik dalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak. Hampir 70% kasus stoke hemorragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemorragik ada 2 jenis, yaitu :
a. Hemorragik intraserebral : pendarahn yang terjadi di dalam otak
b. Hemorragik subaraknoid : pendarahn yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
(Nanda jilid 3, 2015).
1.1.3 Klasifikasi CVA
Menurut (Muttaqin A, 2008), stroke dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Stroke hemorragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid. Disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu. Biasanya kejadianya melakukan aktivitas atau saat
aktif, naun bisa juga saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarhan otak dibagi
dua, yaitu :
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa jaringan otak dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di
daerah putamen, talamus, pons dan serebelum.
b. Perdarahan subaraknoid
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini
berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia, dan lain-lain).

2. Stroke nonhemorragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umunya
baik.

1.1.4 Faktor Resiko Terjadinya CVA

1. Faktor yang tidak dapat dirubah (non reversible)


a. Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stoke dibanding wanita
b. Usia : makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke
2. Faktor yang dapat dirubah (reversible)
a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
b. Obesitas
c. Kolesterol tinggi
d. Riwayat penyakit jantung
e. Riwayat penyakit diabetes mellitus
f. Polisetemia
g. Stress emosional
3. Kebiasaan hidup
a. Merokok
b. Peminum alkohol
c. Obat-obatan terlarang
d. Aktivitas yang tidak sehat : kurang olahraga, makanan berkolesterol

1.1.5 Tanda dan gejala CVA

Gejala klinis yang timbul dari jenis stroke :


1. Gejala klinis pada stroke hemoragik berupa :
a. Defisit neurulogis mendadak, didahului gejala prodromal yang terjadi pada saat istirahat
atau bangun pagi
b. Kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
c. Terjadi terutama pada usia >50 tahun
d. Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh
darah dan lokasinya
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)yang timbul mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada suatu anggota badan (hemisensorik)
c. Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma)
d. Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara
e. Disartria (bicara pelo atau cadel)
f. Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran)
g. Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala) (Batticaca, 2011).

1.1.6 Patofisiologi CVA

Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan
keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemia otak. Iskemik
yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit
sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat
menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak (Batticaca, 2011). Setiap
defisit lokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena. Daerah otak yang
terkena akan menggabarkan pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling
sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit lokal
permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat
teratasi. Jika aliran darah ke tiap bagian otak (Batticaca, 2011). Jika aliran darah ke tiap bagian
otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke
jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih
seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama
menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark
(Batticaca, 2011). Gangguan peredaran otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel
neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan
metebolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju
otak (Batticaca, 2011).
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau ke dalam
jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh
darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan
cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak (Batticaca,
2011).
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan oleh
tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorsi. Ruptur ulangan merupakan risiko serius
yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama (Batticaca, 2011). Ruptur ulangan
mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian tertentu, menimbulkan iskemik fokal, dan
infark jaringan otak. Hal tersebut dapat menimbulkan gegar otak dan kehilangan kesadaran,
peningkatan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang
serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak (Batticaca,
2011). Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan
intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak
terobati mengakibatkan herniasi unkus serebellum. Di samping itu, terjadi bradikardia,
hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan (Batticaca, 2011). Darah merupakan bagian yang
merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen dan
otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya
perfusi seberal . spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10
setelah terjadinya perdarahan dan menyebabkan konstruksi arteri otak. Vasospasme merupakan
komplikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskemik otak dan infark
(Batticaca, 2011).
1.1.7 Pathway CVA

Faktor
Lemak yang Menjadi kapur
pencetus
/
sudah
kolesterol yang mengandung
nekrotik dan
kolesterol
dengan
Ateriosklerosi
Penyempitan
/ darah
pembuluh
emboli di eca oklusi

Stroke Kompres Aliran


Stroke darah
Non jaringan

Herias bergum-
Suplai darah
dan metabolisme pal, endotel
rusak

Perfusi Jaringan Otak TIK Edema

Anteri
Carotis Arteri Vertebra Arteri
Cerebral

Disfungsi
N.II Kerusakan N.I ne
(Olfakto- rius), urocerebr Disfungsi
N.II N.XI
(Optikus),N.IV os
(Traklearis), (facialis),
fungsi
motorik dan
ketajaman Kontrol otot
mampuan sensori, penghidung, facial / oral Kelemahan pada
retina untuk men adi satu
Ketidak / keempat
Ketidak
Kebutaa
melihat,

Kerusaka
Gangguan n
perubaha artikular,
n
tidak dapat

(Glosovaringeus

Proses menelan
tidak
Tirah baring

Disfagia Luka

Anoreksi
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Angiografi serebral, membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik


misalnya pertahanan atau sumbatan arteri
2. CT Scan, mengetahui adanya tekanan normal adanya trombosis, emboli serebral,
dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung
darah menunjukkna adanya perdarahan subaraknoid dan perdarahan intrakanial.
Kadar protein total meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses
inflamasi.
3. Magnetic Imaging Resnance (MRI), menunjukkan daerah infark, perdarahan,
malformasi arteriovena (MAV)
4. USG Doppler, untuk mengidentifikasi adanya penyakit arterino (masalah sistem
arteri karotis) dan aterosklerosis
5. EEG (Elektroensefalogram), mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6. Sinar tengkorak, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombosis serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan
subaraknoid.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis

1. Stadium Hiperakut

Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi Rawat Daruarat dan merupakan tindakan
resusitasi serebro-kardio-pulmonal betujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada
stadium ini pasien diberi oksigen 2 menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan
dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT-Scan otak, elektrokardiografi, foto
thoraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protombin time/INR, APTT, gukosa darah,
kimia darah; jika hipoksia, lakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Gawat Darurat
adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada
keluarganya agar tetap tenang (Nanda jilid 3, 2015).
2. Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Dilakukan
tindakan terapi fisik, okupasi, wicara, dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu
pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak
CVA terhadap pasien dan keluarga serta perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga (Nanda
jilid 3, 2015).
a. CVA Iskemik
Terapi umum : letakkan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala dan dada pada satu
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis
gas darah. Jika perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiuretik,
kemudian jika penyebabnya kantong kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter
intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid, koloid 1500 -2000 ml dan
elektrolit sesuai kebutuhan. Pemberian nutrisi per oral jika fungsi menelannya baik.; jika
didapatkan gangguan menelan, kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan
insulin drip intravena kontinue selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg
% atau 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% IV sampai kembali normal
dan harus dicari oenyebab nyeri kepala atau mual muntah diatasi dengan pemberian obatobatan
sesuai gejala.

Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali tekanan sistolik >220 mmHg, diastolik
>120 mmHg, Mean Arterial Pressure (MAP) >130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan
selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongesti, gagal ginjal.
Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang direkomendasikan; natrium
nitroprusid, penyekat reseptor, alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi
hipotensi, yaitu tekanan sistolik <90 mmHg, diastolik <70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 ml,
dilanjutkan 500 ml selama 4 jam, dan 500 ml selama 8 jam. Jika belum terkoreksi, sistolik <90
mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 ug/kg/menit sampai sistolik >110 mmHg. Jika kejang diberi
diazepam 5-20 mg per IV selama 3 menit, maksimal 100 mg per hari, dilanjutkan dengan
pemberian antikolvunsan per oral (fenitoin, karbamazepin) (Nanda jilid 3, 2015). Terapi khusus :
ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplate seperti aspirin dan antikoagulan, atau yang
dianjurkan dengan trombolitik PA (recombinant tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi
neuroproteksi, yaitu sitilikon atau pirasetam (jika didappatkan afasia) (Nanda jilid 3, 2015).

b. CVA Hemorragik
Terapi umum : pasien CVA hemoragik harus di rawat di ICU jika volume hematoma >30ml,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan
darah harus di turunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20 % bila tekanan sistolik >180
mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume darah hematome bertambah.
Bila terdapat gagal jantung, harus diturunkan segera dengan labelato IV 10 mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril IV 0,625-1,25
mg per 6 jam, kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial
meningkat, posisi dinaikkan 30 derajat, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian
manitol dan hiperventilasi (Pco, 20-35 mmHg). Pelaksanaan umum sama dengan CVA
iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa
proton; komplikasi saluran nafas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum
luas (Nanda jilid 3, 2015).
Tujuan khusus : Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan
bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya semakin
memburuk dengan perdarahan serebrum berdiameter >3 cm*, hidrosefalus akut akibat
perdarahan intraventrikel, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 ml dengan tanda
peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat
digunakan antagonis kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi,
maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (Nanda
jilid 3, 2015).
3. Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan
bladder training. Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan
khusus intensif pasca CVA di rumah sakit dengan tujuan kemandirian psien, mengerti,
memahami dan melaksnakan program prentif primer dan sekunder. Terapi fase subakut antara
lain :
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
b. Penatalaksanaan komplikasi
c. Restorasi atau rehabilitasi yaitu fisioterapi, terapi wicara, kognitif dan okupasi
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga dan discharge planning (Nanda jilid 3, 2015).

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.1.1 Pengkajian
Pengakajian adalah langkah awal dan dasar bagi seseorang perawat dalam melakukan
pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat
diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan menentukan
dalam perumusan diagnosa keperawatan.
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis
(Muttaqin A, 2008).
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota
gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran
(Muttaqin A, 2008).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Serangan CVA berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas
ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah,bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat CVA sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti
kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya
riwayat CVA dari generasi terdahulu.
f. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu sulit
dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat,
dan denyut nadi bervariasi(Muttaqin A, 2008).
a) B1 Breathing :
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi
napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma(Muttaqin A, 2008). Pada klien dengan tingkat
kesadaran compos mentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
thoraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan
bunyi napas tambahan(Muttaqin A, 2008).
b) B2 Blood :
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang
sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat
terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg)(Muttaqin A, 2008).
c) B3 Brain :
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi, ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral. Lesi otak yang rusak tidak
dapat membaik sepenuhnya. Peningkatan B3 Brain merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya(Muttaqin A, 2008).
d) B4 Bladder :
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena
konfusi ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas(Muttaqin A, 2008).
e) B5 Bowel :
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam
lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas(Muttaqin A, 2008).
f) B6 Bone
Stroke adanlah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter
terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan kontrol
motor volunter pada salah satu sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling
umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas
fisik(Muttaqin A, 2008). Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kahilangan sensori atau paralise/hemiplegia, serta mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat(Muttaqin A, 2008).

2. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang lazim muncul (Nanda jilid 3, 2015) :
1) Gangguan menelan b.d penurunan fungsi nervus vagus atau hilangnya refluk muntah
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus
3) Nyeri akut
4) Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi
spastisitas dan cedera otak
5) Defisit perawatan diri b.d gejala sisa stroke
6) Kerusakan integritas kulit b.d hemiparesis/hemiplegia, penurunan mobilitas
7) Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial/oral
8) Resiko jatuh b.d perubahan ketajaman penglihatan
9) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan aliran darah ke otak
(aterosklerosis, embolisme)
3. Implementasi Keperawatan
Pelaksaan merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagi
strategi keperawatan (tindakan keperawatan yang telah direncakan dalam rencana tindakan
keperawatan (Hidayat,2004)). Menurut Gaffar, LOJ, (2002) implementasi merupakan pelaksanaan
keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat. Keamaan fisik dan psikologi dilindungi dan di dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan, yang mencakup penilaian kesehatan, p encegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai
(Nursalam, 2005). Sedangkan menurut (Hidayat, 2004) evaluasi merupakan tahapan akhir dari
proses keperawatan.
LEMBAR PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DI RUANG RS

Oleh:

Nama :
NIM :
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021/2022

FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN

Tgl. Pengkajian : 25-12-2022 No. Register 54637


Jam Pengkajian : 10.00 wib Tgl. MRS : 24-12-2022
Ruang/Kelas : Fatahila/ 9.2

I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. W Nama : Ny. A
Umur : 62 Tahun Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Pedagang Alamat : Jl. Segenggang
Gol. Darah : A+ Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Jl. Segenggang

II. KELUHAN UTAMA


1. Keluhan Utama Saat MRS : Kejang dan merasa lemah pada ekstremitas kanan atas

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian :

III. DIAGNOSA MEDIS : Suspek CVA

IV. RIWAYAT KESEHATAN


1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan merasa lemah dibagian ekstremitas kanan atas (tangan) , dan
kepala terasa sakit, badan terasa lesu namun masih bias mengerti saat ditanya.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Istri klien mengatakan klien memiliki riwayat penyakit Covid-19 pada tahun 2020
dan Klien memiliki tekanan darah tinggi sejak pemeriksaan 4 tahun yang lalu

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Istri klien mengatakan ibu klien memiliki riwayat penyakit Hipertensi

V. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN

1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)


ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
Pola pemenuhan kebutuhan Makan / Minum Makan / Minum
nutrisi dan cairan (Makan dan Jumlah : Jumlah :
Minum ) Jenis : Jenis :
- Nasi : Putih - Nasi : Putih
- Lauk : daging, ayam, tahu - Lauk : Ikan
tempe, ikan, lele - Sayur : Sop bayam,
- Sayur : bayam, kangung, wortel, kentang
kol, wortel, kentang - Minum/Infus : 2-3
- Minum : air putih 2-3 gelas/hari IVFD 20tpm
gelas/hari Pantangan : tidak tahu
Pantangan : tidak tahu Kesulitan Makan / Minum :
Kesulitan Makan / Minum : tidak ada
tidak ada
Usaha Mengatasi kesulitan :
Usaha Mengatasi kesulitan :

Pola Eliminasi BAK selama dirumah lancer BAK selama di RS lancer tanpa
BAK : Jumlah, Warna, Bau, tanpa masalah masalah dengan warna kuning
Masalah, Cara Mengatasi. jerni dan bau khas

BAB : Jumlah, Warna, Bau, BAB selama dirumah lancer dan BAB selama di RS lancar
Konsistensi, Masalah, Cara tidak ada masalah
Mengatasi.
Pola Istirahat Tidur Dirumai klien memulai tidur di Saat di RS klien sulit untuk
- Jumlah/Waktu pagi hari sampai siang. Malam memulai tidur dimalam hari
- Gangguan Tidur sampai subuh adalah waktu klien
- Upaya Mengatasi untuk berdagang
gangguan tidur
- Apakah mudah terbanguan
- Jika terbangun berapa
menit bisa tertidur lagi
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
- Hal-hal yang
mempermudah bangun
Pola Kebersihan Diri (PH) -Mandi 2x/hari -Seka 2x/hari
- Frekuensi mandi -Mencuci rambut 2x/minggu -Belum pernah cuci rambut
-Gosok gigi 2x/ hari -Hanya kumur-kumur dengan
- Frekuensi Mencuci rambut listerin 2x/hari
-Keadaan kuku bersih
- Frekuensi Gosok gigi -Dilakukan secara mandiri -Keadaan kuku tampak bersih
- Keadaan kuku -Kegiatan dibantu sepenuhnya
- Melakukan mandiri/ oleh istrinya
dibantu
Aktivitas Lain Mengisi waktu luang disela-sela Istri mengajak bercerita klien
Aktivitas apa yang istirahat kerja dengan istri dan agar tidak jenuh di RS
anak
dilakukan klien untuk
mengisi waktu luang ?

2. Riwayat Psikologi
Istri klien merasa saat ini suaminya mengalami cobaan yang hebat dengan diberikannya
penyakit oleh Allah
3. Riwayat Sosial
Klien mengatakan selama dirumah klien senang bersosialisasi dengan tetangga dan
keluarga
4. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan selama dirumah selalu melakukan sholat 5 waktu, dan di rs sholat tapi
tidak 5 waktu

VI. KONSEP DIRI


A. Gambaran diri : selama ini klien sabar dan ikhlas atas penyakitnya
B. Identitas diri : klien ingin dan merasa bias segera sembuh dari penyakit yang dideruta
C. Peran : klien berperan sebagai suami dan ayah dari anak dan istrinya
D. Ideal diri : klien berharap dengan terapi obat yang diberikan rumah sakit dapat
membantu mempercepat penyembuhannya
E. Harga diri : istrinya mengatakan suaminya merasa tenang karena selalu ditemani dan
dibantu walau sedang sakit

VII. PEMERIKSAAN FISIK (tanggal 26/12/2022)


A. Keadaan Umum : lemah
B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN
TD : 150/90 mmHg
N : 85x/menit
S : 36C
RR: 20x/menit
SpO2 : 98%

3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata(+) Kelopak mata/palpebra oedem (-), ptosis/dalam
kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( - ), peradangan ( - ), luka ( - ), benjolan ( - ),
Bulu mata rontok atau tidak, Konjunctiva dan sclera perubahan warna (anemis) Warna
iris (hitam), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil (isokor), Warna Kornea (coklat)
b.Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada
pembengkokan ). Amati meatus : perdarahan (- ), Kotoran (- ), Pembengkakan (- ),
pembesaran / polip (- ), menggunakan Oksigen tidak
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal (-), warna bibir, lesi (- ), Bibir pecah (- ), Amati gigi
,gusi, dan lidah : Caries (- ), Kotoran (- ), Gigi palsu (- ), Gingivitis (- ), Warna lidah,
Perdarahan (- ) dan abses (- ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada / tidak )
d.Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk ( simetris )Ukuran ( kecil ) Warna ( kulit ) lesi (- ),
nyeri tekan (- ), peradangan (-), penumpukan serumen (- ). Dengan otoskop periksa
membran tympany amati, warna ....., transparansi , perdarahan (- ), perforasi (- ).
e. Keluhan lain:

4. Pemeriksaan Kepala, Dan Leher


a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (dolicephalus/lonjong,), kesimetrisan (+/). Hidrochepalus (- ),
Luka (- ), darah (-), Trepanasi (- ).
Palpasi : Nyeri tekan (- )
b. Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris), peradangan (- ), jaringan parut (- ), perubahan warna (-
), massa (- )
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe (- ), pembesaran kelenjar tiroid (- ), posisi trakea
(simetris), pembesaran Vena jugularis (- )
c. Keluhan lain: tidak ada

5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest),
- Susunan ruas tulang belakang ( normal ),
- Bentuk dada (simetris )
- keadaan kulit ( baik )
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + ), retraksi suprasternal ( + /
- ), Sternomastoid ( - ), pernafasan cuping hidung (- ).
- Pola nafas : (Eupnea)
- Amati : cianosis (- ), batuk ( -
). PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih) , Area Bronchial : ( bersih) Area
Bronkovesikuler ( bersih)
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni (- ), Egophoni (- ), Pectoriloqui (- )
- Suara tambahan Terdengar : Rales (- ), Ronchi (- ), Wheezing (- ), Pleural
fricion rub (- ), bunyi tambahan lain tidak ada
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada
Keluhan lain terkait dengan paru: tidak ada

b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran.......cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas...................................( N = ICS II )
Batas bawah : …....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri.................................( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan :...........................( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung : ............................................................

6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ), Kesimetrisan ( + /
- ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus............x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )

PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras
/ lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N =
hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya...........Dengan
Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada garis Scuffner
ke berapa ?............( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney. nyeri
tekan ( + / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ). (N =
ginjal tidak teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : ..............

7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal


a. Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi ( + / - ), benjolan ( + / - ) Lubang uretra :
penyumbatan ( + / - ), Hipospadia ( + / - ), Epispadia ( + / - )
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( + / - ), benjolan ( + / - ), cairan ...................... Scrotum dan testis
: beniolan ( + / - ), nyeri tekan ( + / - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele ( + / - ), Scrotal Hernia ( + / - ), Spermatochele ( + / - ) Epididimal
Mass/Nodularyti ( + / - ) Epididimitis ( + / - ), Torsi pada saluran sperma ( + / - ),
Tumor testiscular ( + / - )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( + / - ), femoral hernia ( + / - ), pembengkakan ( + / - )
b. Pada Wanita
Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih / kotor), lesi ( + / - ),eritema ( + / - ), keputihan ( + / -
), peradangan ( + / - ).Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( + / - )
c. Keluhan lain:

8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang


Periksa ada tidaknya lesi pada kulit punggung, Apakah terdapat kelainan bentuk tulang
belakang, Apakah terdapat deformitas pada tulang belakang, apakah terdapat fraktur atau
tidak, adakah nyeri tekan.
Keluhan lain:

9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a.Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur (+ /-) lokasi
fraktur …, jenis fraktur…… kebersihan luka……, terpasang Gib ( + / - ), Traksi ( + / - )

b.Palpasi
Oedem : Lingkar lengan :.................Lakukan uji kekuatan otot :

c.Keluhan lain:
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan
Uji ketajaman pendengaran :Tes bisik, Dengan arloji, Uji weber : seimbang / lateralisasi
kanan / lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama
dibanding dengan hantaran udara, Uji swabach : memanjang / memendek / sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang bau-bauan.
Pemeriksaan tenggorokan: lakukan pemeriksaan tonsil, adakah nyeri telan.
Keluhan lain:

11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan


o Pemeriksaan Visus Dengan Snellen's Cart : OD ............. OS ............
o Tanpa Snelen Cart : Ketajaman Penglihatan ( Baik / Kurang )
o Pemeriksaan lapang pandang : Normal / Haemi anoxia / Haemoxia
o Pemeriksaan tekanan bola mata Dengan tonometri …………, dengan palpasi taraba
……
o Keluhan lain:

12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis


a.Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai respon membuka mata …………..
Menilai respon Verbal ………….
Menilai respon motorik …………..
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan : (Compos Mentis / Apatis /
Somnolen / Delirium / Sporo coma / Coma)
b.Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
Penigkatan suhu tubuh ( + / -), nyeri kepala ( + / -), kaku kuduk ( + / -), mual –
muntah ( + / -) kejang ( + / -) penurunan tingkat kesadaran ( + / -)
c.Memeriksa nervus cranialis
Nervus I - Olfaktorius (pembau ), Nervus II - Opticus ( penglihatan ), Nervus III -
Ocumulatorius, Nervus IV- Throclearis, Nervus V – Thrigeminus, Nervus VI-
Abdusen, Nervus VII – Facialis, Nervus VIII- Auditorius, Nervus IX- Glosopharingeal,
Nervus X – Vagus, Nervus XI- Accessorius, Nervus XII- Hypoglosal
d.Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot (simetris / asimetris), atropi ( + / -) gerakan-gerakan yang tidak disadari
oleh klien ( + / -)
e.Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul , benda tajam. Menguji sensai panas / dingin,
kapas halus, minyak wangi.
f.Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek fisiologis : R.Bisep, R. Trisep, R. Brachioradialis, R. Patella, R. Achiles

Reflek Pathologis, Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus


tertentu. Yang diperiksa adalah R. Babinski, R. Chaddok, R.Schaefer, R. Oppenheim, R.
Gordon, R. Bing, R.Gonad.
g.Keluhan lain yang terkait dengan Neurologis :

13. Pemeriksaan Kulit/Integument


a. Integument/Kulit
Inspeksi : Adakah lesi ( + / - ), Jaringan parut ( + / - ), Warna Kulit, Bila ada luka
bakar dimana saja lokasinya, dengan luas : .............. %, cyanotik ( + / -)
Palpasi : Tekstur (halus/ kasar ), Turgor/Kelenturan(baik/jelek ),
Struktur (keriput/tegang), Lemak subcutan ( tebal / tipis ), nyeri tekan ( + / - ) pada
daerah mana?
Identifikasi luka / lesi pada kulit
1. Tipe Primer : Makula ( + / - ), Papula ( + / - ) Nodule ( + / - ) Vesikula ( + / - )
2. Tipe Sekunder : Pustula (+/-), Ulkus (+/-), Crusta (+/-), Exsoriasi (+/-), Scar (+/-),
Lichenifikasi ( + / - )
Kelainan- kelainan pada kulit : Naevus Pigmentosus ( + / - ), Hiperpigmentasi ( + / - ),
Vitiligo/Hipopigmentasi (+/ - ), Tatto (+ /- ), Haemangioma (+/-), Angioma/toh(+ /-
), Spider Naevi (+ /- ), Striae (+ /-)
b.Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata / tidak), Bau …. rontok (+/-), warna ..........
Alopesia ( + / - ), Hirsutisme ( + / - ), alopesia ( + / - )
c.Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna, bentuk, dan kebersihan kuku, CRT kembali dalam…….
d.Keluhan lain:

14. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik (tanggal ……../ ......../20…)


A. DARAH LENGKAP
Leukosit : .............................. ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
Eritrosit : .............................. ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
Trombosit : .............................. ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
Haemoglobin : ............................... ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
Haematokrit : ............................... ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
B. KIMIA DARAH
Ureum : ............................. ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : ............................. ( N : 07 – 1.5 mg / dl )
SGOT : ............................. ( N : 2 – 17 )
SGPT : ............................. ( N : 3 – 19 )
BUN : ............................. ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
Bilirubin : ............................. ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : ............................. ( N : 6.7 – 8.7 mg /dl )
GD puasa : ............................ ( N : 100 mg/dl )
GD 2 jpp : ............................. ( N : 140 – 180 mg / dl )
C. ANALISA ELEKTROLIT
Natrium : ............................. ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium : ............................. ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )
Clorida : ............................. ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : ............................. ( N : 7.6 – 11.0 mg / dl )
Phospor : ............................. ( N : 2.5 – 7.07 mg / dl )
A. PEMERIKSAAN LAB LAIN :
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI :
Jika ada jelaskan gambaran hasil foto Rongent, USG, EEG, EKG, CT-Scan, MRI,
Endoscopy dll.

VII. TINDAKAN DAN TERAPI


Tindakan apa saja yang sudah dilakukan untuk menolong keselamatan klien dan terapi
farmakologis (obat-obatan) apa saja yang sudah diberikan.

TTD PERAWAT

( Nama Lengkap )
ANALISA DATA PASIEN……………

DATA MASALAH DIAGNOSA


PENYEBAB
(Tanda mayor & minor) KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:

1.

2.

3.

4.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ………………
Diagnosa Hari/ Hari/
No LUARAN INTERVENSI Implementasi Evaluasi Ttd
Keperawatan Tgl Tgl

Anda mungkin juga menyukai