DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH III
NIM : 202210461011030
2022
LEMBAR PENGESAHAN
KELOMPOK 5
NIM. 202210461011030
CI Lahan Pembimbing
LAPORAN PENDAHULUAN
CVA ( CEREBROVASCULER ACCIDENT )
2. Stroke nonhemorragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umunya
baik.
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan
keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemia otak. Iskemik
yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit
sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat
menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak (Batticaca, 2011). Setiap
defisit lokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana yang terkena. Daerah otak yang
terkena akan menggabarkan pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling
sering mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit lokal
permanen dapat tidak diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak total yang dapat
teratasi. Jika aliran darah ke tiap bagian otak (Batticaca, 2011). Jika aliran darah ke tiap bagian
otak terhambat karena trombus atau emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke
jaringan otak. Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukkan gejala yang dapat pulih
seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama
menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area yang mengalami nekrosis disebut infark
(Batticaca, 2011). Gangguan peredaran otak akan menimbulkan gangguan pada metabolisme sel-sel
neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan glikogen sehingga kebutuhan
metebolisme tergantung dari glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju
otak (Batticaca, 2011).
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau ke dalam
jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh
darah yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan
cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak (Batticaca,
2011).
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan oleh
tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorsi. Ruptur ulangan merupakan risiko serius
yang terjadi sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama (Batticaca, 2011). Ruptur ulangan
mengakibatkan terhentinya aliran darah ke bagian tertentu, menimbulkan iskemik fokal, dan
infark jaringan otak. Hal tersebut dapat menimbulkan gegar otak dan kehilangan kesadaran,
peningkatan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang
serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak (Batticaca,
2011). Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan
intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak
terobati mengakibatkan herniasi unkus serebellum. Di samping itu, terjadi bradikardia,
hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan (Batticaca, 2011). Darah merupakan bagian yang
merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen dan
otak. Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya
perfusi seberal . spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10
setelah terjadinya perdarahan dan menyebabkan konstruksi arteri otak. Vasospasme merupakan
komplikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskemik otak dan infark
(Batticaca, 2011).
1.1.7 Pathway CVA
Faktor
Lemak yang Menjadi kapur
pencetus
/
sudah
kolesterol yang mengandung
nekrotik dan
kolesterol
dengan
Ateriosklerosi
Penyempitan
/ darah
pembuluh
emboli di eca oklusi
Herias bergum-
Suplai darah
dan metabolisme pal, endotel
rusak
Anteri
Carotis Arteri Vertebra Arteri
Cerebral
Disfungsi
N.II Kerusakan N.I ne
(Olfakto- rius), urocerebr Disfungsi
N.II N.XI
(Optikus),N.IV os
(Traklearis), (facialis),
fungsi
motorik dan
ketajaman Kontrol otot
mampuan sensori, penghidung, facial / oral Kelemahan pada
retina untuk men adi satu
Ketidak / keempat
Ketidak
Kebutaa
melihat,
Kerusaka
Gangguan n
perubaha artikular,
n
tidak dapat
(Glosovaringeus
Proses menelan
tidak
Tirah baring
Disfagia Luka
Anoreksi
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi Rawat Daruarat dan merupakan tindakan
resusitasi serebro-kardio-pulmonal betujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada
stadium ini pasien diberi oksigen 2 menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan
dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT-Scan otak, elektrokardiografi, foto
thoraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protombin time/INR, APTT, gukosa darah,
kimia darah; jika hipoksia, lakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Gawat Darurat
adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada
keluarganya agar tetap tenang (Nanda jilid 3, 2015).
2. Stadium Akut
Pada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Dilakukan
tindakan terapi fisik, okupasi, wicara, dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu
pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak
CVA terhadap pasien dan keluarga serta perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga (Nanda
jilid 3, 2015).
a. CVA Iskemik
Terapi umum : letakkan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala dan dada pada satu
bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis
gas darah. Jika perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiuretik,
kemudian jika penyebabnya kantong kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya dengan kateter
intermiten). Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid, koloid 1500 -2000 ml dan
elektrolit sesuai kebutuhan. Pemberian nutrisi per oral jika fungsi menelannya baik.; jika
didapatkan gangguan menelan, kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang nasogastrik.
Kadar gula darah >150 mg harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan
insulin drip intravena kontinue selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg
% atau 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% IV sampai kembali normal
dan harus dicari oenyebab nyeri kepala atau mual muntah diatasi dengan pemberian obatobatan
sesuai gejala.
Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali tekanan sistolik >220 mmHg, diastolik
>120 mmHg, Mean Arterial Pressure (MAP) >130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan
selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongesti, gagal ginjal.
Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang direkomendasikan; natrium
nitroprusid, penyekat reseptor, alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi
hipotensi, yaitu tekanan sistolik <90 mmHg, diastolik <70 mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 ml,
dilanjutkan 500 ml selama 4 jam, dan 500 ml selama 8 jam. Jika belum terkoreksi, sistolik <90
mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 ug/kg/menit sampai sistolik >110 mmHg. Jika kejang diberi
diazepam 5-20 mg per IV selama 3 menit, maksimal 100 mg per hari, dilanjutkan dengan
pemberian antikolvunsan per oral (fenitoin, karbamazepin) (Nanda jilid 3, 2015). Terapi khusus :
ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplate seperti aspirin dan antikoagulan, atau yang
dianjurkan dengan trombolitik PA (recombinant tissue Plasminogen Activator). Dapat juga diberi
neuroproteksi, yaitu sitilikon atau pirasetam (jika didappatkan afasia) (Nanda jilid 3, 2015).
b. CVA Hemorragik
Terapi umum : pasien CVA hemoragik harus di rawat di ICU jika volume hematoma >30ml,
perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan
darah harus di turunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20 % bila tekanan sistolik >180
mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume darah hematome bertambah.
Bila terdapat gagal jantung, harus diturunkan segera dengan labelato IV 10 mg (pemberian dalam 2
menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril IV 0,625-1,25
mg per 6 jam, kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial
meningkat, posisi dinaikkan 30 derajat, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian
manitol dan hiperventilasi (Pco, 20-35 mmHg). Pelaksanaan umum sama dengan CVA
iskemik, tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa
proton; komplikasi saluran nafas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum
luas (Nanda jilid 3, 2015).
Tujuan khusus : Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan
bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya semakin
memburuk dengan perdarahan serebrum berdiameter >3 cm*, hidrosefalus akut akibat
perdarahan intraventrikel, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 ml dengan tanda
peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat
digunakan antagonis kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi,
maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (Nanda
jilid 3, 2015).
3. Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara, dan
bladder training. Mengingat perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan
khusus intensif pasca CVA di rumah sakit dengan tujuan kemandirian psien, mengerti,
memahami dan melaksnakan program prentif primer dan sekunder. Terapi fase subakut antara
lain :
a. Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya
b. Penatalaksanaan komplikasi
c. Restorasi atau rehabilitasi yaitu fisioterapi, terapi wicara, kognitif dan okupasi
d. Prevensi sekunder
e. Edukasi keluarga dan discharge planning (Nanda jilid 3, 2015).
1) Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu sulit
dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat,
dan denyut nadi bervariasi(Muttaqin A, 2008).
a) B1 Breathing :
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi
napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma(Muttaqin A, 2008). Pada klien dengan tingkat
kesadaran compos mentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
thoraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan
bunyi napas tambahan(Muttaqin A, 2008).
b) B2 Blood :
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang
sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat
terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg)(Muttaqin A, 2008).
c) B3 Brain :
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi, ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral. Lesi otak yang rusak tidak
dapat membaik sepenuhnya. Peningkatan B3 Brain merupakan pemeriksaan fokus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya(Muttaqin A, 2008).
d) B4 Bladder :
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena
konfusi ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang
kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas(Muttaqin A, 2008).
e) B5 Bowel :
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam
lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas(Muttaqin A, 2008).
f) B6 Bone
Stroke adanlah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter
terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan kontrol
motor volunter pada salah satu sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling
umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas
fisik(Muttaqin A, 2008). Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kahilangan sensori atau paralise/hemiplegia, serta mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat(Muttaqin A, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang lazim muncul (Nanda jilid 3, 2015) :
1) Gangguan menelan b.d penurunan fungsi nervus vagus atau hilangnya refluk muntah
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus
3) Nyeri akut
4) Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparesis, kehilangan keseimbangan dan koordinasi
spastisitas dan cedera otak
5) Defisit perawatan diri b.d gejala sisa stroke
6) Kerusakan integritas kulit b.d hemiparesis/hemiplegia, penurunan mobilitas
7) Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial/oral
8) Resiko jatuh b.d perubahan ketajaman penglihatan
9) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan aliran darah ke otak
(aterosklerosis, embolisme)
3. Implementasi Keperawatan
Pelaksaan merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagi
strategi keperawatan (tindakan keperawatan yang telah direncakan dalam rencana tindakan
keperawatan (Hidayat,2004)). Menurut Gaffar, LOJ, (2002) implementasi merupakan pelaksanaan
keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat. Keamaan fisik dan psikologi dilindungi dan di dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan, yang mencakup penilaian kesehatan, p encegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai
(Nursalam, 2005). Sedangkan menurut (Hidayat, 2004) evaluasi merupakan tahapan akhir dari
proses keperawatan.
LEMBAR PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA DENGAN DIAGNOSA MEDIS
DI RUANG RS
Oleh:
Nama :
NIM :
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021/2022
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. W Nama : Ny. A
Umur : 62 Tahun Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Pedagang Alamat : Jl. Segenggang
Gol. Darah : A+ Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Jl. Segenggang
Pola Eliminasi BAK selama dirumah lancer BAK selama di RS lancer tanpa
BAK : Jumlah, Warna, Bau, tanpa masalah masalah dengan warna kuning
Masalah, Cara Mengatasi. jerni dan bau khas
BAB : Jumlah, Warna, Bau, BAB selama dirumah lancer dan BAB selama di RS lancar
Konsistensi, Masalah, Cara tidak ada masalah
Mengatasi.
Pola Istirahat Tidur Dirumai klien memulai tidur di Saat di RS klien sulit untuk
- Jumlah/Waktu pagi hari sampai siang. Malam memulai tidur dimalam hari
- Gangguan Tidur sampai subuh adalah waktu klien
- Upaya Mengatasi untuk berdagang
gangguan tidur
- Apakah mudah terbanguan
- Jika terbangun berapa
menit bisa tertidur lagi
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
- Hal-hal yang
mempermudah bangun
Pola Kebersihan Diri (PH) -Mandi 2x/hari -Seka 2x/hari
- Frekuensi mandi -Mencuci rambut 2x/minggu -Belum pernah cuci rambut
-Gosok gigi 2x/ hari -Hanya kumur-kumur dengan
- Frekuensi Mencuci rambut listerin 2x/hari
-Keadaan kuku bersih
- Frekuensi Gosok gigi -Dilakukan secara mandiri -Keadaan kuku tampak bersih
- Keadaan kuku -Kegiatan dibantu sepenuhnya
- Melakukan mandiri/ oleh istrinya
dibantu
Aktivitas Lain Mengisi waktu luang disela-sela Istri mengajak bercerita klien
Aktivitas apa yang istirahat kerja dengan istri dan agar tidak jenuh di RS
anak
dilakukan klien untuk
mengisi waktu luang ?
2. Riwayat Psikologi
Istri klien merasa saat ini suaminya mengalami cobaan yang hebat dengan diberikannya
penyakit oleh Allah
3. Riwayat Sosial
Klien mengatakan selama dirumah klien senang bersosialisasi dengan tetangga dan
keluarga
4. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan selama dirumah selalu melakukan sholat 5 waktu, dan di rs sholat tapi
tidak 5 waktu
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata(+) Kelopak mata/palpebra oedem (-), ptosis/dalam
kondisi tidak sadar mata tetap membuka ( - ), peradangan ( - ), luka ( - ), benjolan ( - ),
Bulu mata rontok atau tidak, Konjunctiva dan sclera perubahan warna (anemis) Warna
iris (hitam), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil (isokor), Warna Kornea (coklat)
b.Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada
pembengkokan ). Amati meatus : perdarahan (- ), Kotoran (- ), Pembengkakan (- ),
pembesaran / polip (- ), menggunakan Oksigen tidak
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal (-), warna bibir, lesi (- ), Bibir pecah (- ), Amati gigi
,gusi, dan lidah : Caries (- ), Kotoran (- ), Gigi palsu (- ), Gingivitis (- ), Warna lidah,
Perdarahan (- ) dan abses (- ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( ada / tidak )
d.Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk ( simetris )Ukuran ( kecil ) Warna ( kulit ) lesi (- ),
nyeri tekan (- ), peradangan (-), penumpukan serumen (- ). Dengan otoskop periksa
membran tympany amati, warna ....., transparansi , perdarahan (- ), perforasi (- ).
e. Keluhan lain:
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest),
- Susunan ruas tulang belakang ( normal ),
- Bentuk dada (simetris )
- keadaan kulit ( baik )
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( + ), retraksi suprasternal ( + /
- ), Sternomastoid ( - ), pernafasan cuping hidung (- ).
- Pola nafas : (Eupnea)
- Amati : cianosis (- ), batuk ( -
). PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama
PERKUSI
Area paru : ( sonor / Hipersonor / dullnes )
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : ( bersih) , Area Bronchial : ( bersih) Area
Bronkovesikuler ( bersih)
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni (- ), Egophoni (- ), Pectoriloqui (- )
- Suara tambahan Terdengar : Rales (- ), Ronchi (- ), Wheezing (- ), Pleural
fricion rub (- ), bunyi tambahan lain tidak ada
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada
Keluhan lain terkait dengan paru: tidak ada
b. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis ( + / - ), pelebaran.......cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( Lemah / Kuat / Tidak teraba )
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas...................................( N = ICS II )
Batas bawah : …....................... ( N = ICS V)
Batas Kiri.................................( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan :...........................( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler / irreguler )
BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler / irreguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( + / - ), Gallop Rhythm (+ / -), Murmur (+ / - )
Keluhan lain terkait dengan jantung : ............................................................
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (cembung/cekung/datar ), Massa/Benjolan (+/- ), Kesimetrisan ( + /
- ),
Bayangan pembuluh darah vena (+ /-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus............x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi ( + / - )
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan ( + / - ), pembesaran ( + / - ), perabaan (keras
/ lunak), permukaan (halus / berbenjol-benjol), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N =
hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner dan pembesarannya...........Dengan
Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada garis Scuffner
ke berapa ?............( menunjukan pembesaran lien )
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney. nyeri
tekan ( + / - ), nyeri lepas ( + / - ), nyeri menjalar kontralateral ( + / - ).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan( + / - ), pembesaran ( + / - ). (N =
ginjal tidak teraba).
PERKUSI
Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : ..............
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
a.Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris), deformitas (+ / -), fraktur (+ /-) lokasi
fraktur …, jenis fraktur…… kebersihan luka……, terpasang Gib ( + / - ), Traksi ( + / - )
b.Palpasi
Oedem : Lingkar lengan :.................Lakukan uji kekuatan otot :
c.Keluhan lain:
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran/Penghidu/tengorokan
Uji ketajaman pendengaran :Tes bisik, Dengan arloji, Uji weber : seimbang / lateralisasi
kanan / lateralisasi kiri, Uji rinne : hantaran tulang lebih keras / lemah / sama
dibanding dengan hantaran udara, Uji swabach : memanjang / memendek / sama
Uji Ketajaman Penciuman dengan menggunakan rangsang bau-bauan.
Pemeriksaan tenggorokan: lakukan pemeriksaan tonsil, adakah nyeri telan.
Keluhan lain:
TTD PERAWAT
( Nama Lengkap )
ANALISA DATA PASIEN……………
1.
2.
3.
4.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ………………
Diagnosa Hari/ Hari/
No LUARAN INTERVENSI Implementasi Evaluasi Ttd
Keperawatan Tgl Tgl