Hakikat Demokrasi
Makna Demokrasi
Kata demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat. Kata ini kemudian diserap menjadi salah satu kosakata dalam bahasa
Inggris yaitu democracy.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, judikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga
negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama
lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga
lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks
and balances (pengawasan dan perimbangan).
Dalam pandangan Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Prinsip-Prinsip Demokrasi
Menurut Alamudi sebagaimana dikutip oleh Sri Wuryan dan Syaifullah dalam
bukunya yang berjudul Ilmu Kewarganegaraan (2006:84), suatu negara dapat disebut
berbudaya demokrasi apabila memiliki soko guru demokrasi sebagai berikut:
a. Kedaulatan rakyat.
b. Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah.
c. Kekuasaan mayoritas.
d. Hak-hak minoritas.
e. Jaminan hak-hak asasi manusia.
f. Pemilihan yang bebas dan jujur.
g. Persamaan di depan hukum.
h. Proses hukum yang wajar.
i. Pembatasan pemerintahan secara konstitusional.
j. Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik.
k. Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama dan mufakat
Rotasi kekuasaan
Pada masa ini mengindikasikan keinginan kuat dari para pemimpin Negara untuk membentuk
emerintahan demokraris.
Rekruitmen politik
Dengan maklumat wapres, memungkinkan terbentuknya sejumlah partai politik yang menjadi
peletak dasar bagi sistem kepartaian.
Pemilihan Umum.
Pemilu belum dapat dilaksanakan
Pemenuhan hak-hak dasar.
Pemberian hak-hak politik secara menyeluruh
Rotasi kekuasaan
Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-besarnya untuk
berkembang secara makaimal.
Rekruitmen politik
Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam
proses politik yang berjalan.
Pemilihan Umum.
Pemilihan umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada tahun 1955, tetapi pemilu tersebut
benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.Pemenuhan hak-hak dasar.
Dapat merasakan hak-hak dasar tidak dikurangi sama sekali, meskipun tidak semua warga
dapat memanfaatkannya dengan maksimal.
Rotasi kekuasaan
Sentralisasi kekuasaan yang semakin dominan dalam proses hubunganantara pemerintah
pusat dan daerah.
Rekruitmen politik
Rekruitmen dilakukan dengan tertutup.
Pemilihan Umum.
Menguburnya sistem kepartaian.
Akuntabilitas
Sikap akomodatif terdapat tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM.
Rotasi kekuasaan
Rotasi kekuasaan legislatif hampir tidak pernah dilakukan.
Rekruitmen politik.
Sistem rekruitmen dilakukan secara tertutup.
Pemilihan Umum.
Pemilu yang terjadi kecurangan.
Rotasi kekuasaan
Rotasi kekuasaan dilakukan dari mulai pemerintahan pusat sampai tingkat desa.
Rekruitmen politik.
Sistem rekruitmen dilakukan secara terbuka.
Pemilihan Umum.
Pemilu yang dilaksanakan jauh lebih demokratis.
*Demokrasi Pancasila yang Murni Dan Konsekuen / Orde Baru (1965-1998) --> fungsi TNI
(dulu disebut ABRI) yang mendominasi, birokratisasi, sentralisasi, terbatasnya fungsi parpol,
monolitisasi ideologi negara, serta peran serta lembaga non-pemerintah.
*Reformasi (1998 - sekarang) --> ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto yang sudah
memimpin selama puluhan tahun pada tanggal 21 Mei 1998. Perubahan besar-besaran dalam
penyelenggaran negara dan pemerintahan.
Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Presiden: Soekarno
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem parlementer
ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian
diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di
beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif
terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional head) dan perdana
menteri sebagai kepala pemerintahan.
Presiden: Soekarno
Presiden: Soeharto
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat mendominasi
pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde
Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan
keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah
dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara,
dan inkorporasi lembaga nonpemerintah.
Reformasi (1998-Sekarang)
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.
Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie.
Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat
terhadap pemerintahan Orde Baru. . Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim
tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi
merupakan fase krusial yang kritis karena dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah
demokrasi akan dibangun.