Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLUKOMA

OLEH :

NAMA : FELICIA KWAN

NIM : 20201440120025

KELAS : VB

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA

DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

GLAUKOMA

A. DEFINISI
Gluoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intra okuler (Long Barbara, 1996)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa tekanan
intra okuler penggaungan pupil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.

B. ETIOLOGI
1. Primer terdiri dari :
a. Akut : Dapat disebabkan karena trauma
b. Kronik : Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: Diabetes
mellitus, Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka panjang, Miopia tinggi
dan progresif
2. Sekunder:
Disebabkan penyakit mata lain seperti: Katarak, Perubahan lensa, Kelainan uvea,
Pembedahan.

C. KLASIFIKASI
1. Glukoma primer: Glukoma sudut terbuka terjadi karena tumor aqueus mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular kelainannya berkenang lambat. Glaukoma
sudut tertutup. Glaukoma sudut tertutup terjadi karena ruang anterior menyempit,
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqoeus mengalir ke saluran schlemm.
2. Glaukoma sekunder: Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata
dapat diakibatkan oleh: perubahan lensa, Kelainan uvea, Trauma, Bedah
3. Glaukoma kongenital: Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan
mesodermal memfungsikan trabekular
4. Glaukoma absolut: Hasil akhir dari suatu glaukoma yang tidak terkontrol yaitu
mengerasnya bola mata, berkurangnya penglihatan sampai dengan nol, dan
rasanyeri. Glaukoma absolute merupakan keadan terakhir dari semua macam
glaucoma dimana ketajaman penglihatan sudah menjadi nol, rata-rata terjadi
setelah satu atau dua tahun serangan pertama glaucoma apabila tidak mendapat
pengobatan, tidak dioperasi, salah diagnosis, salah penanganan atau tekanan intra
okuler dibiarkan meninggi.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka: Kerusakan visus yang serius, Lapang pandang
mengecil dengan macam–macam skotoma yang khas, Perjalanan penyakit
progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup: Nyeri hebat didalam dan sekitar mata, Timbulnya
halo di sekitar cahaya, Pandangan kabur, Sakit kepala, Mual, muntah,
Kedinginan, Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang
dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, foto
fobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien
2. Glaukoma sekunder:
Pembesaran bola mata, Gangguan lapang pandang, Nyeri di dalam mata
Glaukoma kongenital: Gangguan penglihatan

E. PATOFISIOLOGI
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran
keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama
terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor
diproduksi di dalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke
dalam sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan
silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui
camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg
memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan
fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan
bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina
adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa penanganan, glaukoma dapat
menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta
pada lapang pandang.
F. KOMPLIKASI
Jika tidak diobati, bola mata akan membesar dan hampir dapat dipastikan akan terjadi
kebutaan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan retina

2.Pengukuran tekanan intraokuler dengan menggunakan tonometri

3.Pemeriksaan lapang pandang

4.Pemeriksaan ketajaman penglihatan

5.Pemeriksaan refraksi
6.Respon refleks pupil

7.Pemeriksaan slit lamp

H. PENTALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan
mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi
penyakit dan respons terhadap terapi:
1. Terapi obat: Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. Pilokarpin Hcl 2-6 %
1 tts / jam.
2. .Bedah lazer: Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan
menurunkan tio.
3. Bedah konfensional: Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat
sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke
anterior. Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran
balu melalui sclera.

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA


A. Pengkajian
1. Anamnesis
Anamnesis meliputi data demografi, yang meliputi :
a. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
b. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali dari
kulit putih (dewit, 1998).
c. Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
Selain itu harus diketahui adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu,
riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya
dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma (terutama yang
mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM, Arterioscierosis,
Miopia tinggi)
Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai dengan bicara
cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan sensitif, dan berduka karena
kehilangan penglihatan. (Indriana N. Istiqomah, 2004)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Neurosensori
Gangguan penglihatan (kabur/ tidak jelas), sinar terang dapat menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap (katarak), tampak lingkaran cahaya/
pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotfobia (galukoma akut)
bahan kaca mata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berwarna,
peningkatan air mata.(www.IFC.com)
• Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmaskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan dalampada glaukoma akut primer, karena
anterior dangkal, Aqueus humor keruh dan pembuluh darah menjalar
keluar dari iris.
• Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
• Pemeriksaan melalui inspeksi, untuk mengetahui adanya inflamasi
mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil, sedang yang
gagal bereaksi terhadap cahaya (Indriana N. Istiqomah,2004)

b. Nyeri dan Kenyamanan


• Ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis)
• Nyeri tiba- tiba / berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit
kepala (glaukoma akut). (www. IFC.com).

3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu snellen / mesin telebinoklear

Digunakan untuk mengetahui ketajaman mata dan sentral penglihatan


b. Lapang penglihatan
Terjadi penurunan disebabkan oleh CSV, masa tumor pada hipofisis / otak,
karotis / patofisiologis, arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi

Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12 – 25 mmHg)


d. Pengukuran gonoskopi

Membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup


e. Tes provokatif

Digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal / hanya


meningkat ringan.
f. Pemeriksaan aftalmoskop

Menguji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,


perdarahan retina dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED
Menunjukkan anemia sistemik / infeksi
h. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
Memastikan arterosklerosis, PAK
i. Tes toleransi glukosa
Menentukan adanya DM
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan kebutaan
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
5. Cemas berhubungan dengan penurunan kesehatan pasien
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler
Tujuan : nyeri terkontrol / tulang

Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan nyeri berkurang / hilang
b. Ekspresi wajah rileks
c. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
Intervensi :
a. Observasi derajat nyeri mata
Rasional : mengidentifikasi kemajuan / penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
b. Anjurkan istirahat di tempat tidur dalam ruangan yang tenang
Rasional : stress mental / emosi menyebabkan peningkatan TIO
c. Ajarkan pasien teknik distraksi
Rasional : membantu dalam penurunan persepsi / respon nyeri

d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program


Rasional : untuk mengurangi nyeri

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer


Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria hasil :

a. Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan


b. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan lebih lanjut.
Intervensi :

a. Kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan


Rasional : mengetahui harapan masa depan klien dan pilihan intervensi.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang kehilangan /
kemungkinan kehilangan penglihatan.
Rasional : intervensi dini untuk mencegah kebutaan, klien menghadapi
kemungkinan / mengalami kehilangan penglihatan sebagian atau total.
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti
jadwal, tidak salah dosis.
Rasional : Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut
d. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, misalnya agen osmotik sistemik.
Rasional : untuk mengurangi TIO
3. Resiko cedera berhubungan dengan kebutaan
Tujuan : peningkatan lapang pandang optimal
Kriteria hasil :
Tidak terjadi cedera.
Intervensi :

a. Bersihkan sekret mata dengan cara benar.


Rasional : sekret mata akan membuat pandangan kabur.
b. Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata yang terlibat.
Rasional : terjadi penurunan tajam penglihatan akibat sekret mata.
c. Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap
Rasional : mengurangi fotofobia yang dapat mengganggu penglihatan klien.
d. Perhatikan keluhan penglihatan kabur yang dapat terjadi setelah penggunaan tetes
mata dan salep mata
Rasional : membersihkan informasi pada klien agar tidak melakukan aktivitas
berbahaya sesaat setelah penggunaan obat mata.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada
perawat untuk membuat klien dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu
rencan tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dan pemulihan. Jenis-jenis tindakan pada tahap pelaksanaan
implementasi adalah mandiri (independent) yaitu tindakan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya, saling ketergantungan
(interdependent) yaitu tindakan keperawatan atas dasar kerja sama tim keperawatan
dengan tim kesehatan lainnya seperti: dokter, fisioterapi dan rujukan/ketergantungan
(dependent) yaitu tindakan keperawatan atas dasar rujukan dan profesi lainnya
diantaranya dokter, psikiatri, ahli gizi, dan lainnya (Nursalam,2017).

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan yang sudah berasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data,
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi
yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam,
2017). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP yaitu:
a. S (subjective) yaitu pernyataan atau keluhan dari pasen

b. O (objective) yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.

c. A (analisys) yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif

d. P (planning) yaitu rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan


analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawata Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif.1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 1. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai