Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN JAYAPURA

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS DEPAPRE
Jln. Teluk Waiya, Nomor Distrik Depapre
Email : puskesmasdepapre@gmail.com

Kode Pos
99353

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS DEPPARE


NOMOR : /SK/UKM/1/2023
TENTANG
PROGRAM PENANGGULANGAN TB DI UPTD PUSKESMAS DEPAPRE

KEPALA UPTD PUSKESMAS DEPAPRE,

Menimbang : a. bahwa Tuberkulosis masih menjadi masalah


kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan,
kecacatan, dan kematian yang tinggi sehingga perlu
dilakukan upaya penanggulangan;
b. Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman
Penanggulangan Tuberkulosis perlu disesuaikan
dengan perkembangan ilmu kedokteran dan
kebutuhan hukum;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Penanggulangan Tuberkulosis

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah


Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679)
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3447);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang
Sistem Informasi Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5542);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671)
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Imunisasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 966);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1113);
12 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
13 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014
tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS DEPAPRE


TENTANG PROGRAM PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS DI UPTD PUSKESMAS DEPAPRE
KESATU : Program penaggulangan Tuberkulosis UPTD PUskesmas
Depapre sebagai mana terlampir pada lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini.
KEDUA : Program penanggulangan Tuberkulosis direncanakan,
dilaksankan dipantau dan ditindak lanjuti dalam upaya
eliminasi tuberkulosis.
KETIGA : Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan baik
manual maupun elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat,
tepat waktu dan sesuai prosedur.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,

Ditetapkan di : Depapre
Pada tanggal : Januari 2023

Kepala UPTD PUSKESMAS

DEPAPRE ,

Oktofina Wafumilena, S.Kep.,Ns

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS


1 DEPAPRE
NOMOR : /SK/UKM/1/2023
TANGGAL :
TENTANG :PROGRAM
PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS
PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
UPTD PUSKESMAS DEPAPRE TAHUN 2023

I. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia
dan menimbulkan masalah yang kompleks baik dari segi medis maupun
sosial, ekonomi, dan budaya. Berdasarkan Global TB Report WHO 2020,
Indonesia merupakan negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi
kedua di dunia. Diestimasikan terdapat 845.000 kasus TBC baru setiap
tahunnya dengan angka kematian mencapai 98.000 kasus atau setara
dengan 11 kematian/jam. Penularan dan perkembangan penyakit TBC
semakin meluas karena dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kemiskinan,
urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan
alkohol (WHO, 2020).
TBC adalah tantangan untuk pembangunan Indonesia karena 75
persen pasien TBC adalah kelompok usia produktif, 15-54 tahun
(Riskedas, 2018). Lebih dari 25 persen pasien TBC dan 50 persen pasien
TBC resistan obat beresiko kehilangan pekerjaan mereka karena penyakit
ini (Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Menurunnya produktivitas atau kehilangan pekerjaan akibat kecacatan,
pengeluaran biaya medis, dan biaya langsung non-medis seperti biaya
transportasi dan nutrisi berkontribusi pada beban ekonomi rumah tangga
orang dengan TBC.

Kesulitan ekonomi yang secara langsung dan tidak langsung


diakibatkan oleh TBC menimbulkan halangan akses terhadap diagnosis
dan pengobatan, yang dapat memperburuk hasil pengobatan serta
meningkatkan risiko penularan infeksi di masyarakat. Situasi ini tentu
menghambat sejumlah tujuan pembangunan di bidang kesehatan pada
tingkat global, nasional, dan regional sesuai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs).

Situasi ini adalah tantangan kolektif yang membutuhkan perhatian


pada aspek sosioekonomi seperti perlindungan sosial, pengendalian
kepadatan penduduk, polusi udara, kekurangan gizi, stigma dan
diskriminasi terhadap pasien dan keluarganya, serta pencegahan dan
pengendalian di transportasi. Intervensi untuk menangani aspek sosial
dan ekonomi epidemi TBC membutuhkan penyesuaian paradigma dari
penanganan yang berpusat pada pasien secara individu ke konteks sosial
yang lebih luas. Oleh karena itu, tanggung jawab untuk mengakhiri
epidemi TBC melampaui sektor kesehatan.

II. LATAR BELAKANG


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium
tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui
percik renik dahak yang dikeluarkannya (Kemenkes RI, 2014).
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang dapat menyerang hampir
semua bagian tubuh, tetapi paling sering menyerang paru-paru, kondisi ini
disebut ‘tuberkulosis paru-paru’ (Queensland Health, 2017).
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa).
Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan global. Diperkirakan
sepertiga dari populasi dunia sudah tertular TB paru, dimana sebagian
besar penderita TB paru adalah usia produktif (15-50 tahun). Tahun 2013
terdapat 9 juta kasus baru dan 1,5 juta kematian akibat penyakit TB paru
(WHO, 2014). TB Paru merupakan penyakit dengan morbiditas tinggi dan
sangat mudah menyebar di udara melalui sputum (air ludah) yang dibuang
sembarangan di jalan oleh penderita TB Paru. Oleh sebab itu TB Paru
harus ditangani dengan segera dan hati-hati apabila ditemukan kasus
tersebut di suatu wilayah (Kemenkes RI, 2015)
TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5000 tahun sebelum
Masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB
baru terjadi dalam dua abad terakhir (KemenKes RI, 2016). Pada Bulan
Maret sekitar 1,3 abad yang lalu tepatnya tanggal 2 Maret 1882
merupakan hari saat Robert Koch mengumukan bahwa dia telah
menemukan bakteri penyebab tuberculosis (TBC) yang kemudian
membuka jalan menuju diagnosis dan penyembuhan penyakit ini
(Kemenkes, 2018).

III. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Program Penanggulangan tuberculosis adalah untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,
mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan akibat Tubekulosis

B. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus program penanggulangan Tuberkulosis meliputi :
1. Tercapainya indikator dan target kinerja penanggulangn
Tuberkulosis disertai capaian dan analisinya
2. Melakukan upaya-upaya promotif dan preventif dalam rangka
penanggulngan program TB sesuai dengan pedoman
3. Terciptanya koordinasi dan komunikasi program penanggulangan
Tb melalui strategi DOTS (Directly Observed treatment, short
course)
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan penganggulangan TB baik
manal maupun elektronik.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Pelayanan pengguna layanan TB dilaksanakan melaui :
A. Pelayanan kasus TB Sensitif Obat (SO), terdiri dari ;
1. Penemuan kasus TB secara aktif maupun pasif
2. Diagnosa dilakukan sesuai standar dengan pemeriksaan tes cepat
molekuler, microskopis dan biakan
3. Pengobatan TB sesuai standar
4. Perbaikan pengguna layanan TB dilakukan melalui pemeriksaan
microskopis di ahir bulan 2 (dua), ahir bulan 5 (lima) dan ahir
pengobatan.
B. Pelayanan kasus TB Resisten Obat (RO) dilakukan dengan cara :
1. Penemuan kasus Tb secara aktif dan pasif
2. Puskesmas mampu melakukan penjaringan kasus TB RO dan
merujuk terduga untuk melakukan diagnosis jika diperlukan
3. Puskesmas mampu melanjutkan pengobatan pengguna layanan TB
RO
4. Puskesmas mampu melakukan rujukan pemeriksaan laboratorium,
follow up bagi pengguna layanan TB RO
C. Pemberian pengobatan pencegahan TB pada anak dan ODHA
D. Pemberian edukasi tentang penularan , pencegahan penyakit TB dan
etika batuk kepada pengguna layanan dan keluarga.
E. Puskesmas memberikan pelayanan pengawasan menelan obat (PMO)
bagi pengguna layanan TB SO dan TB RO
F. Kewajiban melaporkan kasus TBC kepada program nasional
Penanggulangan TBC
G. Mengikuti pemantpn mutu lboratorium miscroskopis TBC sesuai
ketentuan program TBC
H. Dilakukan upaya-upaya promotive dan preventif dalam rangka
penenggulangan TB sesuai dengan pedoman
I. Program pengendalian TB melalui staregi DOTS (Directly observed
treatment, short course)
J. Pengukuran terhadap indikator indikator kinerja yang telah ditetapkan

V. CARA MELAKSANAKAN KEGITAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN


PROGRAM

NO PROGRAM CARA INDIKATOR


MELAKSANAKAN
1. A. Pelayanan kasus TB MONITORING DAN
Sensitif Obat (SO), terdiri EVALUASI
dari ; 1. Penemuan kasus
1. Penemuan kasus TB TB
secara aktif maupun 2. Diagnosis
pasif dengan tes cepat
2. Diagnosa dilakukan molekuler dan
sesuai standar dengan miscroskopis
pemeriksaan tes cepat 3. Terwujudnya
molekuler, pengobatan TB
microskopis dan sesuai standar
biakan 4. Terlaksananya
3. Pengobatan TB sesuai pengguna
standar layanan TB
4. Perbaikan pengguna
layanan TB dilakukan
melalui pemeriksaan
microskopis di ahir
bulan 2 (dua), ahir
bulan 5 (lima) dan ahir
pengobatan.

2 Pelayanan kasus TB Screening dan


Resisten Obat (RO) pemeriksaan
dilakukan dengan cara : 1. Ditemukan kasus TB
1. Penemuan kasus Tb baik secara aktif
secara aktif dan pasif maupun pasif
2. Puskesmas mampu 2. Terlasananya
melakukan penjaringan TB RO
penjaringan kasus TB 3. Puskesmas mampu
RO dan merujuk mlanjutkan
terduga untuk penobatan
melakukan diagnosis 4. Ada follow up utk
jika diperlukan pengguna laynan TB
3. Puskesmas mampu RO
melanjutkan
pengobatan pengguna
layanan TB RO
4. Puskesmas mampu
melakukan rujukan
pemeriksaan
laboratorium, follow up
bagi pengguna
layanan TB RO
3 Pemberian pengobatan Identifikasi dan screning Terwujudnya kegiatan
pencegahan TB pada anak pencegahan TB pada
dan ODHA anak dan ODHA

4 Pemberian edukasi tentang Penyuluhan/ Pengguna layanan dan


penularan , pencegahan penyampain informas keluarga memahami
penyakit TB dan etika batuk pencegahan TB dan
kepada pengguna layanan etika batuk
dan keluarga
5. Puskesmas memberikan Edukasi/penyuluhan Terbentuknya PMO bagi
pelayanan pengawasan pengguna layanan TB
menelan obat (PMO) bagi SO dan TB RO
pengguna layanan TB SO
dan TB RO

6. Kewajiban melaporkan kasus Pecatatan dan Telkasananya dokmen


TBC kepada program pelaporan pelaporan
nasional Penanggulangan
TBC

7. Mengikuti pemantpn mutu Pelaksanan PMI dan Dokumentasi PMI dan


laboratorium miscroskopis PME PME
TBC sesuai ketentuan
program TBC

8. Dilakukan upaya-upaya Penyuluhan/edukasi Pengguna atau


promotive dan preventif atau rekreasi masyarkat memahami
dalam rangka penanggulangan TB
penenggulangan TB sesuai
dengan pedoman

9. Program pengendalian TB Monitoring Terbentuknya tim DOTS


melalui staregi DOTS
(Directly observed treatment,
short course)

10. Pengukuran terhadap Evaluasi Hasil penilaian dan TL


indikator indikator kinerja
yang telah ditetapkan

VI. SASARAN PROGRAM


Sasaran program kegiatan ini adalah
a. Pengguna layanan, keluarga dan masyarakat
b. Penangung jawab, koordinator dan pelaksana program
c. Lintas sector dan pihak terkait

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

NO PROGRAM CARA JADWAL KEGIATAN


MELAKSANAKAN
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
a. Melakukan pemantauan kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan
terhadap pelaksanaan kegiatan berdasarkan jadwal yang direncanakan
b. Melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap hasil pelaksanaan
kegiatan (berupa data hasil Tabulasi dan Analisa Data) minimal setahun
1 kali
c. Melaksanakan evaluasi dan tindak lanjut dari hasil laporan tabulasi dan
analisa data bersama seluruh tim MFK minimal setahun 1 kali

IX. Pencatatan dan Pelaporan dan evaluasi kegiatan


a. Melakukan pencatatan dan pelaporan dari seluruh hasil evaluasi dan
tindak lanjut program kegiatan TB.
b. Melakukan evaluasi seluruh kegiatan program TB bersama direksi
minimal satu tahun 1 kali.

Anda mungkin juga menyukai