Anda di halaman 1dari 10

Volume 05, Nomor 01, Juni 2016

Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik Hal 81 - 90

ANALISA PERBANDINGAN PENGELASAN SMAW DENGAN


VARIASI AMPERE TERHADAP SIFAT MEKANIS

M. Shochib, Muhammad Afif


Program Studi Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Gresik
ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan judul “ Analisa


Perbandingan Pengelasan SMAW Dengan Variasi Ampere Terhadap
Sifat Mekanis”. Proses pengelasan SMAW sangat erat hubungannya
dengan defect yang mempengaruhi sifat mekanisnya. Pada proses
pengelasankualitas hasilnya dipengaruhi oleh energi panas yang
masuk (Heat Input) yang dipengaruhi tiga parameter yaitu arus las,
tegangan las, dan kecepatan pengelasan. Maka untuk hasil yang
optimal perlu memperhatikan sifat-sifat bahan dan Heat Input.Pada
penelitian ini dilakukan proses pengelasan pada material A 36 tebal
10 mm dengan elektroda las E 7018 diameter 3.2 mm posisi 1G
dengan variasi Heat Input. Variasi Heat Input dilakukan dengan cara
merubah arus dari 100 A, 120 A, dan 130 A. Proses pengelasan ini
berdasarkan standart ASME IX dan pengujian yang dilakukan
adalah pengujian tarik dan kekerasan.Dari hasil pengujian dapat
disimpulkanbahwa semakin besar perubahan Heat Input semakin besar
pula nilai kekuatan tarik dan kekerasan.
Kata Kunci : Heat input pengelasan kekuatan tarik Hardness

PENDAHULUAN Maka dari itu untuk mengusahakan


terhadap hasil pengelasan yang baik dan
Latar Belakang berkualitas maka perlu memperhatikan
Proses pengelasan SMAW. Hal sifat-sifat bahan yang akan dilas dan juga
ini sangat erat hubungannya dengan memperhatikan perubahan energi panas
defect yang mempengaruhi mechanical (heat input) pada amper pengelasan yang
properties. Pada proses pengelasan ini digunakan. Untuk itu penelitian tentang
kualitas hasil pengelasan dipengaruhi pengelasan sangat mendukung dalam
energi panas yang berarti dipengaruhi rangka memperoleh hasil pengelasan
tiga parameter yaitu arus las, tegangan yang terbaik. Untuk dapat mengetahui
las, dan kecepatan pengelasan. pengaruh hasil pengelasan SMAW

81
Volume 05, Nomor 01, Juni 2016

pada pelat baja karbon terhadap sifat Las SMAW


mekanis.Tujuan dari penelitian ini adalah Menurut Sri Widharto 2006 Las
mengetahui perbedaan sifat mekanis SMAW adalah SMAW (shielded metal
terhadap perubahan heat input dengan arc welding) = las busur nyala listrik
variasi amper. terlindung adalah pengelasan dengan
menggunakan busur nyala listrik sebagai
KAJIAN PUSTAKA sumber panas pencair logam. Jenis las
ini yang lazim dipakai di mana-mana
Definisi pengelasan untuk hampir semua pengelasan. Untuk
Menurut Hery Sonawan 2006 keselamatan kerja, maka tegangan yang
Definisi las adalah Pengelasan merupakan dipakai hanya 23 – 45 volt saja, sedang
salah satu bagian yang tak terpisakan dari untuk pencairan pengelasan dipakai
proses manufaktur. Proses manufaktur arus hingga 500 amper. Secara umum
yang telah dikenal antara lain proses- berkisar antara 80 – 200 Am. Untuk
proses pengecoran (metal casting), mencegah oksidasi (reaksi dengan zat
pembentukan (metal forming), pemesinan asam 02), bahan penambah las (elektroda)
(machining), dan metalurgi serbuk dilindungi dengan selapis zat pelindung
(powder metallurgy). Produk dengan (flux atau slag) yang sewaktu pengelasan
bentuk-bentuk yang rumit dan berukuran ikut mencair. Tetapi berhubungan berat
besar dapat dibuat dengan teknik jenisnya lebih ringan dari bahan metal
pengecoran. Produk-produk seperti pipa, yang dicairkan, maka cairan flux tersebut
plat dan lembaran. Baja-baja kontruksi mengapung diatas cairan metal tersebut,
dibuat dengan proses pembentukan. sekaligus mengisolasi metal tersebut
Produk-produk dengan dimensi yang ketat untuk beroksidasi dengan udara luar, dan
dan teliti dapat dibuat dengan pemesinan. sewaktu mendingin atau membeku, flux
Bagaimana dengan proses pengelasan?. tersebut juga ikut membeku dan tetap
Proses pengelasan yang pada prinsipnya melindungi metal dari reaksi oksidasi.
adalah menyambungkan dua atau lebih Oksidasi perlu dicegah karena oksidasi
komponen. Lebih tepat ditunjukkan untuk metal merupakan senyawa yang tidak
merakit (assembly) beberapa komponen mempunyai kekuatan mekanis.
menjadi suatu bentuk mesin. Komponen
yang dirakit mungkin saja berasal dari
produk hasil pengecoran, pembentukan
atau pemesinan, baik dari logam yang
sama maupun berbeda-beda.
Pengelasan (WELDING) adalah
salah satu teknik penyambungan logam
dengan cara mencairkan sebagian logam
induk dan logam pengisi dengan atau tanpa Gambar 2.1. Proses Las SMAW
tekanan dan dengan atau tanpa logam
tambahan dan menghasilkan sambungan Elektroda
yang kontinu. Dari definisi tersebut Menurut Sri Widharto 2006
terdapat 4 kata kunci untuk menjelaskan Elektroda dibagi menjadi elektroda baja
definisi pengelasan yaitu mencairkan karbon, elektroda baja panduan dan
sebagian logam, logam pengisi, tekanan elektroda baja (non ferrous ). Namun
dan sambungan kontinu. elektroda berdasar fungsinya dalam kaitan

82
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik
Analisa Perbandingan Pengelasan Smaw Dengan Variasi Ampere
Terhadap Sifat Mekanis

dengan hubungan listrik pengelasan XX : (dua angka) sesudah E menyatakan


sebagai elektroda listrik yang habis kekuatan tarik
terpakai (consumable ) karena adanya X : (angka ketiga) menyatakan posisi
loncatan busur nyalah listrik akibat pengelasan. Angka 1 untuk
adanya jarak yang sengaja dan dijaga pengelasan segala posisi. Angka
ketetapan ukurannya antara elektroda 2 untuk pengelasan posisi datar
tersebut dengan benda. Elektroda ini ada dibawah tangan.
yang langsung habis terpakai dan ada X : (angka keempat) menyatakan jenis
yang secara tidak langsung, misalnya selaput dan arus
tungsten electrode dari gas tungsten arc Contoh elektroda E7018 menurut
welding (GTAW). Elektroda langsung Maman Suratman 2007 adalah:
habis terpakai digunakan pada pengelasan E : Elektroda
busur nyala terlindung (shielded 70 : Tegangan tarik minimum dari hasil
metal arc welding – SMAW) sedang pengelasan (70.000 Psi) atau sama
perlindungannya dapat berupa gas yang dengan 492 Mpa
berasal dari terbakarnya lapis pelindung I : Posisi pengelasan (angka 1 berarti
kimia (coating) elektroda tersebut atau dapat dipakai dalam semua posisi
berupa buti-butir zat pelindung oksidasi pengelasan)
(submerged arc welding –SAW). 8 : Menunjukkan jenis selaput serbuk
besi hidrogen rendah dan arus las
Elektroda tidak langsung habis
yang cocok untuk pengelasan.
terpakai, biasa terbuat dari logam
tungsten yang tahan terhadap panas yang
Jenis-Jenis dan Pemilihan Sambungan
sangat tinggi. Elektroda jenis ini dipakai
hanya untuk menghasilkan busur nyala Menurut Rochim Suratman
listrik yang nanti meleburkan logam 2006 Penyambungan dalam pengelasan
penambah lainnya yang lazim berupa diperlukan untuk meneruskan beban
batang las (welding rod ). Sebagai alat atau tegangan diantara bagian-bagian
pelindung oksidasi dipakai berbagai jenis yang disambung. Karena meneruskan
gas lindung seperti : argon, CO2 plasma beban, maka bagian sambungan juga
dan lain-lain. akan menerima beban. Oleh karenanya,
bagian sambungan paling tidak memiliki
Untuk maksud pengelasan suatu kekuatan yang sama dengan bagian yang
bahan tertentu, bahan penambah yang disambung.
berupa elektroda atau batang las haruslah
terbuat dari logam las yang sama dengan Untuk dapat menyambung dua
atau yang cocok/sesuai dengan logam komponen logam diperlukan berbagai
dasar yang akan disambung las. jenis sambungan. Pada sambungan inilah
nantinya logam tambahan diberikan,
Klasifikasi Elektroda sehingga terdapat kesatuan antara
komponen-komponen yang disambung.
Memurut Maman Suratman 2007 Berbagai jenis sambungan yang dimaksud
Elektroda baja lunak dan baja panduan adalah :
rendah untuk las busur listrik menurut
klasifikasi AWS (American Welding 1. Sambungan Temu (Butt Joint)
Society) dinyatakan dengan tanda E 2. Sambungan T (Tee Joint)
XXXX yang artinya sebagai berikut. 3. Sambungan Sudut (Corner Joint)
4. Sambungan Saling Tumpang (Lap
E : menyatakan elektroda busur listrik Joint)

83
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik
Volume 05, Nomor 01, Juni 2016

5. Sambungan Sisi (Edge Joint) proses pengelasan tidak sama. Karena


Untuk setiap jenis sambungan, kualitas berbeda maka setiap proses
mungkin terdiri dari banyak jenis pengelasan hanya cocok diterapkan untuk
kampuh/alur yang biasanya tergantung tujuan-tujuan tertentu.misalnya untuk
pada ketebalan logam induk yang mengelas pelat yang relatif tebal., proses
dilas. Sebagai contoh untuk jenis SMAW lebih efisien dibandingkan proses
sambungan temu, jenis-jenis kampuh gas.
yang mungkin ada adalah : Baja karbon merupakan panduan
a. V-butt joint (sambungan temu besi dan karbon sebagai panduan utama
kampuh V) dengan kandungan karbon kurang dari
b. Double V-butt joint (sambungan 1,7% dan sangat sedikit mengandung
temu kampuh V ganda) unsur-unsur lainnya. Baja karbon terdiri
c. U-butt joint (sambungan temu dari 3 jenis yaitu :
kampuh U) 1. Baja karbon rendah (C<0,2%)
d. Double U-butt joint (sambungan 2. Baja karbon medium (0,2%<C<0,5%)
temu kampuh U-ganda) 3. Baja karbon tinggi (0,5<C<1,7%)

Pengaruh Parameter Pengelasan dalam


Pengelasan Busur Listrik
Menurut Hery Sonawan 2006
Dalam pengelasan, untuk mencairkan
logam induk dan logam pengisi diperlukan
energi yang cukup. Energi yang dihasilkan
dalam operasi pengelasan berasal dari
bermacam-macam sumber yang tergantung
Gambar 2.2. Jenis Kampuh. (Rochim pada proses pengelasannya. Pada
suratman 2006) pengelasan busur listrik, sumber energi
berasal dari listrik yang diubah menjadi
Pengelasan Baja Karbon energi panas. Energi panas ini sebenarnya
Menurut Hery Sonawan 2006 hasil kolaborasi dari parameter arus las,
Baja karbon merupakan material yang tengangan las dan kecepatan pengelasan.
masih banyak digunakan diindustri Parameter ketiga yaitu kecepatan
kontruksi, perkapalan, otomotif, dll. pengelasan ikut mempengaruhi energi
Karena pengguanaannya yang luas pengelasan karena proses pemanasannya
maka berbagai perlakuan mungkin akan tidak diam ditempat akan tetapi bergerak
dialami baja tersebut. Baja-baja yang dengan kecepatan tertentu.
pada pemakaianya mengalami perlakuan Kualitas hasil pengelasan
seperti pengelasan harus dibuat ramuan dipengaruhi oleh energi panas yang berarti
khusus agar dihasilkan produk lasan yang dipengaruhi juga oleh arus las, tegangan
memenuhi persyaratan keamanan. dan kecepatan pengelasan. Hubungan
Pada umunya baja karbon dapat antara ketiga parameter itu menghasilkan
dilas dengan seluruh proses pengelasan energi pengelasan yang dikenal dengan
baik pengelasan busur listrik atau jenis HEAT INPUT (masukan panas).
pengelasan lainnya. Akan tetapi kualitas Menurut R. Scott funderburk
yang dihasilkan dari masing-masing 1999 : Input panas adalah ukuran relative

84
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik
Analisa Perbandingan Pengelasan Smaw Dengan Variasi Ampere
Terhadap Sifat Mekanis

energi yang ditransfer per satuan panjang Pada pengujian tarik beban
las. Ini merupakan ciri penting karena, diberikan secara kontinu dan pelan–pelan
seperti panaskan dan interpass temperatur, bertambah besar, bersamaan dengan
hal itu mempengaruhi pendinginan rate, itu dilakukan pengamatan mengenai
yang dapat mempengaruhi mekanik sifat perpanjangan yang dialami benda uji dan
dan struktur metalurgi las dan HAZ Input dihasilkan kurva tegangan-regangan.
panas biasanya dihitung sebagai rasio dari
daya ( yaitu , tegangan x arus ) dengan
kecepatan panas Sumber ( yaitu , busur )
sebagai berikut :

Dimana :
H = panas masukan (kj / mm)
E = busur tegangan (volt)
I = arus (amp)
S = kecepatan perjalanan (mm / s)

Pengujian Tarik
Proses pengujian tarik bertujuan Gambar 2.4. Kurva tegangan regangan
untuk mengetahui kekuatan tarik benda
uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik Tegangan dapat diperoleh dengan
daerah las dimaksudkan untuk mengetahui membagi beban dengan luas penampang
apakah kekuatan las mempunyai nilai mula benda uji.
yang sama, lebih rendah atau lebih
σu =
tinggi dari kelompok raw materials.
Pengujian tarik untuk kualitas kekuatan
Dimana:
tarik dimaksudkan untuk mengetahui
σu = Tegangan nominal (kg/mm²)
berapa nilai kekuatannya dan dimanakah
Fu = Beban maksimal (kg)
letak putusnya suatu sambungan las.
Ao = Luas penampang mula dari
Pembebanan tarik adalah pembebanan
penampang batang (mm²)
yang diberikan pada benda dengan
memberikan gaya tarik berlawanan arah
Regangan (persentase pertambahan
pada salah satu ujung benda.
panjang) yang diperoleh dengan membagi
Penarikan gaya terhadap perpanjangan panjang ukur (ΔL) dengan
beban akan mengakibatkan terjadinya panjang ukur mula-mula benda uji.
perubahan bentuk (deformasi) bahan
tersebut. Proses terjadinya deformasi
pada bahan uji adalah proses
pergeseran butiran kristal logam yang Dimana:
mengakibatkan melemahnya gaya ε = Regangan (%)
elektromagnetik setiap atom logam L = Panjang akhir (mm)
hingga terlepas ikatan tersebut oleh Lo = Panjang awal (mm)
penarikan gaya maksimum.

85
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik
Volume 05, Nomor 01, Juni 2016

Pembebanan tarik dilakukan terus- HV = {2P sin (α/2)} / d² = 1,854 P/d²


menerus dengan menambahkan beban Dimana :
sehingga akan mengakibatkan perubahan P = gaya tekan (kg)
bentuk pada benda berupa pertambahan d = diagonal tapak tekan rata-rata (mm)
panjang dan pengecilan luas permukaan α = sudut puncak diameter = 135 ̊
dan akan mengakibatkan kepatahan pada
beban. Persentase pengecilan yang terjadi Hasil pengujian Vickers ini tidak
dapat dinyatakan dengan rumus sebagai tergantung pada besarnya gaya tekan
berikut: (tidak seperti pada brinell), dengan gaya
tekan yang berbeda akan menunjukkan
hasil yang sama pada bahan yang sama.
Dengan demikian juga Vickers dapat
Dimana: mengukur kekerasan bahan yang mulai
q = Reduksi penampang (%) dari yang sangat lunak (5 HV) sampai
Ao = Luas penampang mula (mm²) yang amat keras (1500 HV) tanpa perlu
A1 = Luas penampang akhir (mm²) mengganti gaya tekan. Besarnya gaya
tekan yang digunakan dapat dipilih antara
1 sampai dengan 120 kg, tergantung pada
kekerasan/ketebalan bahan yang diuji
agar diperoleh tapak tekan yang mudah
diukur dan tidak ada anvil effect (pada
benda yang tipis).

METODE PENELITIAN

Sumber dan Data Penelitian


Sumber dan Jenis data penelitian
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Material yang digunakan baja karbon
A 36 dengan tebal 10 mm.
2. Proses las yang digunakan las
SMAW.
Gambar 2.5. Batas elastic dan tegangan 3. Arus pengelasan yang digunakan
luluh 0,2% (Smith, 1984). adalah 100 A, 120 A, 130A.
4. Pengelasan menggunakan posisi 1G
Pengujian kekerasan Vickers bawah tangan
Prinsip dasar pengujian ini sama 5. Elektroda yang digunakan adalah tipe
dengan pengujian Brinell, hanya saja disini E7018 diameter 3,2 mm.
digunakan indentor intan yang berbentuk 6. Bentuk sambungan yang digunakan
piramid beralas bujur sangkar dan sudut jenis kampuh V, lebar celah 2 mm,dan
puncak antara dua sisi yang berhadapan sudut kampuh 60 .
136 ̊ . tapak tekanya tentu akan berbentuk 7. Bentuk specimen benda uji mengacu
bujur sangkar dan yang akan diukur standart ASME IX.
adalah panjang kedua diagonalnya. lalu 8. Pengujian tarik dan kekerasan
diambil rata-ratanya. Angka kekerasan (Hardness Vickers).
Vickers dihitung dengan :

86
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik
Analisa Perbandingan Pengelasan Smaw Dengan Variasi Ampere
Terhadap Sifat Mekanis

Tahapan Penelitian 3. Pembuatan Spesimen


Tahapan penelitian yang Mengacu standar ASME IX untuk
digunakan adalah sebagai berikut : pengujian kualitas kekuatan tarik
bahan. Setelah proses pengelasan
1. Pembuatan Kampuh V selesai maka dilanjutkan pembuatan
Pembuatan kampuh V dengan spesimen sesuai ASME IX, yang
menggunakan mesin frais. Bahan yang nantinya akan diuji tarik, langkah-
telah dipersiapkan dipotong dengan langkahnya sebagai berikut:
mesin gergaji, dengan ukuran panjang
300 mm lebar 150 mm sebanyak a. Meratakan alur hasil pengelasan
enam buah. setelah bahan dipotong dengan mesin frais.
kemudian permukaan digambar, b. Bahan dipotong-potong dengan
tepi permukaan diukur sedalam dua ukuran panjang 200 mm dan lebar
mm dan di ukur sudut 300. Setelah 22 mm.
bahan digambar bahan dicekam dan c. Permukaan potongan dihaluskan
dilakukan pengefraisan dengan sudut dan diberi tanda untuk pengujian
300. kekerasan, setelah pengukuran
kekerasan dilanjutkan pembuatan
uji tarik
d. Membuat specimen mengacu
ukuran standart ASME IX, seperti
pada gambar 3.2. sebanyak 3
spesimen tiap amper tertentu.
Kampuh V e. Bahan yang sudah terbentuk
tersebut dirapikan permukaannya
2. Proses Pengelasan Benda dengan frais dan skrap.
Langkah-langkah yang digunakan 4. Pengujian Tarik
dalam proses pengelasan adalah : Prosedur dan pembacaan hasil pada
a. Mempersiapkan mesin las pengujian tarik adalah sebagai berikut.
SMAW. Benda uji dijepit pada ragum uji
b. Mempersiapkan benda kerja tarik, setelah sebelumnya diketahui
yang dilas, sebelum dilas benda penampangnya, panjang awalnya dan
kerja dibersihkan dulu dengan ketebalannya.
menggunakan sikat baja untuk Langkah pengujian sebagai berikut :
menghilangkan kotoran.
c. Menyetel amper yang digunakan a. Menyiapkan kertas milimeter
untuk mengelas. block dan letakkan kertas tersebut
d. Setelah itu benda kerja dilas pada plotter.
dengan menggunakan elektroda b. Benda uji mulai mendapat beban
E7018 diameter 3.2 mm, posisi tarik dengan menggunakan tenaga
pengelasan 1G. hidrolik diawali 0 kg hingga benda
e. Setelah selesai pengelasan terak putus pada beban maksimum yang
hasil pengelasan dibersikan dengan dapat ditahan benda tersebut.
cara dipukul-pukul menggunakan c. Benda uji yang sudah putus lalu
palu terak, kemudian dibersikan diukur berapa besar penampang
dengan sikat baja. dan panjang benda uji setelah
putus.

87
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik
Volume 05, Nomor 01, Juni 2016

d. Gaya atau beban yang maksimum specimen dengan ukuran 5 mm lalu diratakan
ditandai dengan putusnya benda dengan gerinda dan diamplas sampai
uji terdapat pada layar digital dan rata, selanjutnya bisa dilakukan pengujian
dicatat sebagai data. kekerasan Vickers seperti pada gambar 3.5.
e. Hasil diagram terdapat pada
kertas milimeter block yang ada Analisa dan Pembahasan
pada meja plotter. Setelah data diperoleh selanjutnya
f. Hal terakhir yaitu menghitung adalah menganalisa data dengan cara
kekuatan tarik, kekuatan luluh, mengolah data yang sudah terkumpul.
perpanjangan, reduksi penampang Data dari hasil pengujian dimasukkan
dari data yang telah didapat dengan kedalam persamaan-persamaan yang ada
menggunakan persamaan : sehingga deperoleh data yang bersifat
Kekuatan tarik maksimum kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-
merupakan tegangan maksimum angka. Analisa dan pembahasan ini
yang dapat ditanggung oleh dapat berpengaruh pada arus pengelasan,
material sebelum terjadinya tegangan las, dan kecepatan pengelasan
perpatahan. Nilai kekuatan tarik terhadap kekuatan tarik dan kekerasan las
maksimum σ uts ditentukan dari SMAW, berupa perbandingan rata-rata
beban maksimum Fmaks dibagi antara data-data yang mengalami variasi
luas penampang awal Ao. arus pengelasan.
UTS = Fmaks
Ao HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Kekerasan Hasil Heat Input


Pengujian kekerasan ini memiliki Untuk hasil Heat Input dalam
tujuan untuk mengetahui distribusi proses pengelasan SMAW yang
kekerasan pada logam las (weld metal), menggunakan arus 100 A,120 A, 130 A
HAZ dan logam dasar. Pada pengujian adalah sebagai berikut:
kekerasan ini menggunakan metode 1. Perubahan Heat Input arus 100 A
Vickers. disini digunakan indentor intan Untuk hasil perubahan Heat Input
yang berbentuk piramid beralas bujur pada proses pengelasan SMAW yang
sangkar dan sudut puncak antara dua sisi menggunakan arus 100 A adalah
yang berhadapan 136 ̊ . tapak tekanya sebagai berikut:
tentu akan berbentuk bujur sangkar
dan yang diukur adalah panjang kedua
diagonalnya. lalu diambil rata-ratanya.
Angka kekerasan Vickers dihitung dengan : E = 13 volt
HV = {2P sin (α/2)} / d² = 1,854 P/d² I = 108 amp
S = 1.05 mm/s
Dimana :
P = gaya tekan (kg) Penyelesaian:
d = diagonal tapak tekan rata-rata (mm)
α = sudut puncak diameter = 135 ̊

Standart yang digunakan adalah


= 1.33 kj/mm
ASME IX. Tahapannya yaitu menyiapkan

88
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik
Analisa Perbandingan Pengelasan Smaw Dengan Variasi Ampere
Terhadap Sifat Mekanis

2. Perubahan Heat Input arus 120 A Tabel 4.4. Hasil uji tarik pengelasan
Untuk hasil perubahan Heat Input arus 100 A
pada proses pengelasan SMAW yang
Tensile Test
menggunakan arus 120 A adalah No
Results
sebagai berikut: Kgf/mm² kN/m² MPa Putus di
Base
1. 40.78 399993.64 399.99
Metal

E = 12.5 volt 2. 42.39 415782.34 415.78


Base
Metal
I = 120 amp
S = 1.15 mm/s Rata- Base
41.59 407887.99 407.88
rata Metal
Penyelesaian :
Tabel 4.5. Hasil uji tarik pengelasan
arus 120 A
No Tensile Test
Results

= 1.30 kj/mm Kgf/mm² kN/m² MPa Putus di

3. 41.05 402621.82 402.62 HAZ


3. Perubahan Heat Input arus 130 A
4. 42.12 413144.35 413.14 HAZ
Untuk hasil perubahan Heat Input
pada proses pengelasan SMAW yang Rata- 41.59 407883.09 407.88 HAZ
rata
menggunakan arus 130 A adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6. Hasil uji tarik pengelasan
arus 130 A
No Tensile Test
E = 13 volt Results
I = 130 amp
Kgf/mm² kN/m² MPa Putus di
S = 1.17 mm/s
5. 41.86 410516.17 410.51 Base
Penyelesaian : Metal

6. 42.39 415782.34 415.78 Base


Metal
Rata- 42.12 413139.26 413.14 Base
rata Metal

= 1.44 kj/mm Hasil Uji Kekerasan Vickers


Hasil Uji Tarik Pengujian kekerasan ini memiliki
tujuan untuk mengetahui distribusi
Pengujian tarik dilakukan kekerasan pada logam las (weld metal),
untuk mengetahui sifat-sifat mekanis HAZ dan logam dasar. Pada pengujian
dari material baja karbon A 36 sebagai kekerasan untuk material baja karbon A
material uji dalam penelitian ini yang 36 yang menggunakan proses pengelasan
menggunakan proses pengelasan SMAW SMAW dengan arus 100 A, 120 A, 130 A
yang memakai elektroda E 7018 dengan ini menggunakan metode Vickers. Adapun
variasi arus 100 A, 120 A, 130 A. untuk hasilnya adalah sebagai berikut:

89
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik
Volume 05, Nomor 01, Juni 2016

Tabel 4.7. Hasil uji kekerasan Saran


pengelasan arus 100 A Pada proses pengelasan SMAW
No Material Location HVN Average Total baja karbon A 36 tebal 10 mm yang
Stamp Point HVN Rata-
rata memakai elektroda E 7018 diameter
1 2 3
3.2 mm dengan posisi pengelasan 1G
1. 100 A WM 165.1 156.9 156.4 159.466667
dan bentuk sambungan kampuh V 60 ̊,
2. 100 A HAZ 157.6 156.9 156.3 156.933333 154.94
sebaiknya memakai arus 100 A.
3. 100 A BM 147.3 142.3 155.7 148.433333
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.8. Hasil uji kekerasan Sonawan, H., Suratman, R., 2006,
pengelasan arus 120 A Pengantar untuk memahami
No Material Location HVN Average Total pengelasan logam, Alfabeta,
Stamp Point HVN Rata-
rata Bandung.
1 2 3
Widharto, S., 2006, Petunjuk kerja las,
4. 120 A WM 166.3 167.4 162.8 165.5
Pradnya Paramita, Jakarta.
5. 120 A HAZ 151.5 151.7 151.2 151.466667
155.1 Daryanto, 2011, Teknik mengelas logam,
Satu nusa, Bandung.
6. 120 A BM 147.1 148.9 149 148.333333
Workshop, T., 2007, Teknik dasar
pengelasan listrik (las asetilin
Tabel 4.9. Hasil uji kekerasan las busur dan brazing), M2S,
pengelasan arus 130 A Bandung.
No Material Location HVN Average Total Suratman, M., 2007, Teknik mengelas
Stamp Point HVN Rata-
rata Asetilin Brazing dan Las busur
1 2 3
listrik, Pustaka grafika, Bandung
7. 130 A WM 175.5 173.7 176 175.066667
ASME, 2013, Asme boiler & pressure
160.17 vessel code, Two park avenue,
8. 130 A HAZ 154.6 155.7 156.4 155.566667
New York.
9. 130 A BM 146.9 157.1 145.7 149.9
Suherman, W, 1987, Pengetahuan bahan,
Teknik mesin its, Surabaya.
KESIMPULAN DAN SARAN Wiryosumarto, H., 2000, Teknologi
pengelasan logam, Erlangga,
Kesimpulan Jakarta.
Dari hasil penelitian dapat Smith, D., 1984, Welding skills and
disimpulkan bahwa pengelasan baja technology, McGraw-Hill, New
karbon A 36 tebal 10 mm dengan York.
menggunakan proses las SMAW yang Funderburk, S., R., 1999, A look at heat
memakai elektroda E 7018 diameter input, welding engineering.
3.2 mm posisi pengelasan 1G bentuk ASME IX, 2013, Qualification standart
sambungan kampuh V 60 ̊ dengan variasi for welding, brazing, and fusing
arus 100 A, 120 A, 130 A adalah semakin procedures, Two park avenue,
besar heat input maka semakin besar nilai New York.
kekuatan tarik dan semakin besar pula
heat inputnya maka semakin besar juga
nilai kekerasannya.

90
Jurnal keilmuan dan Terapan Teknik

Anda mungkin juga menyukai