Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diiarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung kekerasaan atau riwayat perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah nyata
melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri/orang lain secara verbal maupun non
verbal dan pada lingkungan.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan
khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah (Depkes RI, 2006, Berkowitz, 1993 dalam
Dermawan dan Rusdi, 2013)

2. Etiologi

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko perilaku kekerasan adalah


sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi meliputi :
a. Psikologis menjadi salah satu faktor penyebab karena kegagalan yang
dialami dapat menimbulkan seseorang menjadi frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan.
b. Perilaku juga mempengaruhi salah satunya adalah perilaku kekerasan,
kekerasan yang didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka perilaku
tersebut diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan
diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
c. Sosial budaya dapat mempengaruhi karena budaya yang pasif-agresif dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar.
d. Bioneurologis beberapa pendapat bahwa kerusakan pada sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter
ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.

2. Faktor presipitasi yang meliputi :


a. Ekspresi diri dimana ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkohlisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematiaan anggota keluaraga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga
3. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan (pada


diri sendiri, orang lain, lingkungan,
dan verbal)
Effect

Perilaku Kekerasan
Core

Harga Diri Rendah Kronis


Causa

(Sumber : Damaiyanti 2014)

4. Rentang Respon

Marah Respon marah berfluktuasi sepanjang respon adaptif dan maladaptive

Respon adaptif Respon maladaptive

Asertif Pasif Perilaku kekerasan


Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berprilaku pasif, asertif, dan agresif/
perilaku kekerasan (Stuart dan Laraia, 2005 dalam Dermawan dan Rusdi 2013).

a. Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau


mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
b. Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapakn perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan dengan tujuan
menghindari suatu ancaman nyata.
c. Agresif/perilaku kekerasan. Merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau
ketakutan (panik)

Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan
yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan. Respon rasa marah bisa diekspresikan
secara eksternal (perilaku kekerasan) maupun internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif, menggunakan kata-kata yang
dapat di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan
perasaan lega, menurunkan ketegangan sehingga perasan marah dapat teratasi. Apabila
perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan biasanya dilakukan individu
karena ia merasa kuat. Cara demikian tidak menyelesaikan masalah, bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan perilaku destruktif.

Perilaku yang tidak asertif seperti menekan rasa marah dilakukan individu seperti
pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan marahnya sehingga rasa marah
tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulakn rasa bermusuhan yang lama
dan suatu saat akan menimbulkan perasaaan destruktif yang ditunjukan kepada diri
sendiri. (Dermawan dan Rusdi 2013).

5. Tanda dan Gejala


Perilaku Kekerasan Menurut (Damaiyanti 2014) tanda dan gejala yang ditemui pada
klien melalui observasi atau wawancara tentang perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut :
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak benda atau barang
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta:Balibang


Kemenkes RI

Dalami, Ermawati dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta
: Trans Info Media

Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan kedua. Bandung;PT. Refika
Adimata

Dermawan dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa;Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta ; Gosyen Publishing

Diskominfo Prov. Kaltim “Prevelansi Gangguan Jiwa Kaltim Jauh Diangka Nasional” Melalui
”https://diskominfo.kaltimprov.go.id/prevalensi gangguan-jiwa-kaltim-jauh-diangka-nasional/ Diakses
pada tanggal 26 Desember 2018 Gusti Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta
Timur; CV. Trans Info Media

Keliat, B. A. & Akemat. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta : EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi. Jakarta;
Salemba

Medika Muhith, A.(2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori danAplikasi).Yogyakarta;Andi

Rasmun. 2009. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.


Cetakan Kedua. Jakarta; CV.Sagung Seto

Setiadi. 2008. “Ciri-ciri Keluarga”. Melalui http://digilib.uimus.ac.id/files/disk1/135.jtptunimus-


gdl-rahmadsant-6733- 2-babi ia-r.pdf Diaskes pada tanggal 26 November 2018

Videbeck, SJ. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.


Yundari.2018. “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Peran Keluarga Sebagai Caregiver
Pasien Skizofrenia”. Jurnal of Borneo Holistic Health, Volume 1 No.1 Juni 2018 hal 27-42
http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/borticalth/article/download/377/256 diaskes pada tanggal 27
November 2018.
KEPERAWATAN JIWA
LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG RESIKO PERILAKUKEKERASAN

Disusun Oleh :
Siti Asdian Latupeirissa
22 156 03 11 091

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2022/2023

Anda mungkin juga menyukai