Anda di halaman 1dari 100

INFEKSI MENULAR LEWAT

TRANSFUSI DARAH III


(IMLTD III)

Edisi 1

Oleh:

Dr.Christina Roosarjani, M.Si.


Sutami Wahyuningsih, A.Md.
Atik Sumiati, A.Md.
Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III (IMLTD III) Edisi 1
Copyright © PT Cipta Gadhing Artha, 2020

Penulis:
Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati

ISBN: …………………………..

Editor:
Ni'mah Hidayatul laili

Penyunting dan Penata Letak:


Istiqomah

Desain Sampul:
Wawan

Penerbit:
PT Cipta Gadhing Artha

Redaksi:
Centennial Tower Level 29, Jl. Gatot Subroto No.27, RT.2/RW.2,
Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12950
Web : http://terbit.in
E-mail : pracetak@terbit.in
WhatsApp : +62811354321

Cetakan Pertama, Maret 2020


99 halaman; 14 x 20 cm

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku dalam
bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
maupun penulis

2 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa, sehingga Modul IMLTD III Akademi Teknologi
Bank Darah telah dapat diselesaikan .
Proses Penyusunan Modul IMLTD III tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Modul ini disusun dalam rangka mempersiapkan
mahasiswa melakukan praktikum IMLTD III di semester 5
Program Studi Diploma 3 Teknologi Bank Darah yang
menghasilkan tenaga kesehatan sebagai teknisi pelayanan
darah khususnya dalam bidang IMLTD III. Modul IMLTD III
ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
mahasiswa,dosen dan asisten praktikum dalam
menyelenggarakan seluruh kegiatan praktikum IMLTD III di
semester 5 Program Studi Diploma 3 Teknologi Bank Darah
yang sesuai dengan peran dan fungsi serta kompetensi yang
ditetapkan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim
penyusun dan berbagai pihak yang telah membantu

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 3


tersusunnya Panduan Praktikum IMLTD III. Saran dan
masukan kami harapkan demi kesempurnaan Modul IMLTD
III ini.

Surakarta, November 2019

4 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................ 3
DAFTAR ISI ......................................................................... 5
PENGERTIAN, MANFAAT, TUJUAN CONTROL CHART . 6
CONTOH CONTROL CHART............................................. 10
CONTOH PERHITUNGAN CONTROL POSITIF ............... 12
GRAFIK LEVEY JENNING CONTROL POSITIF ............... 13
WESTGARD RULES .......................................................... 14
KRITERIA UJI RIJECTION ................................................. 16
TROUBLE SHOOTING GUIDES ........................................ 17
UJI KETELITIAN ................................................................. 18
ATURAN WESTGARD RULES .......................................... 19
TROBLE SHOOTING ETIMAX-300 .................................... 25
TROBLE SHOOTINGADVIA CENTAUR CP ...................... 28
TROBLE SHOOTING ARCHITECT I2000SR..................... 29
TROBLE SHOOTING COBAS 6000 ................................... 37
PEMANTAPAN MUTU ........................................................ 42
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL ..................................... 48
PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL ................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 99

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 5


CONTROL CHART

A. Pengertian Control Chart


Pengertian Control Chart atau dalam bahasa Indonesia
disebut peta kendali, yang diberikan oleh Eugene
adalah grafik dengan mencantumkan batas maksimum
dan batas minimum yang merupakan batas daerah
pengendalian ( Leavenworth, R.S., Pengendalian
Kualitas Statis). Control Chart ialah suatu Quality Tool
yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah sebuah
proses tersebut dalam kondisi terkontrol secara statistik
(statistically stable) ataukah tidak. Proses yang tidak
dalam kondisi terkontrol secara statistik akan
menunjukan suatu variasi yang berlebih sebanding
dengan perubahan waktu.

B. Tujuan Control Chart


Tujuan menggambarkan Control Chart adalah untuk
menetapkan apakah setiap titik pada grafik normal atau
tidak normal dan dapat mengetahui perubahan dalam
proses dari mana data dikumpulkan, sehingga setiap

6 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


titik pada grafik harus mengindikasikan dengan cepat
dariproses mana data diambil.
Control Chart membedakan antara Common Cause dan
Special Cause.Common Cause ialah Penyebab yang
agak susah untuk bisa dihilangkan (Natural variation)
sedang Special Cause ialah Penyebab yang masih
mungkin bisa dihilangkan, misalnya: Kesalahan
Operator, materialnya retak dan kotor, Operator masih
baru, tidak ada Standard Operasional Procedure untuk
menjalankan suatu mesin produksi, dll.

C. Manfaat Control Chart


Berikut manfaat Control Chart
1. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi
selama satu periode produksi.
2. Memberikan informasi proses secara kronologis,
yakni menunjukkan bagaimana pengaruh berbagai
faktor, misalnya : material, manusia, metode, dll.
terhadap proses produksi.
3. Mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses
yakni dengan memperhatikan pola atas pergerakan
titik-titik sehingga dapat dihindari Over Control yaitu
pengontrolan terlalu ketat sehingga dapat

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 7


menurunkan efisiensi maupun Under Control yaitu
pengontrolan terlalu longgar sehingga dapat
menurunkan mutu.

D. Cara Membuat Control Chart


Sebuah Control Chart terdiri dari garis pusat (Central
Line), sepasang batas kendali masing-masing
diletakkan di atas (Upper Control Limit) dan di bawah
(Lower Control Limit) dan nilai karakteristik.Data yang
dimasukkan berupa titik-titik yang kemudian
digambarkan garis untuk memperlihatkan grafiknya.Bila
semua nilai digambarkan didalam batas kendali tanpa
kecenderungan khusus, maka proses dipandang
sebagai keadaan terkendali. Sedangkan bila mereka
jatuh di luar batas kendali atau menunjukkan bentuk
lain, maka proses ditetapkan berada di luar kendali.
Prosedur Control Chart (Peta Kendali) yang belum
diketahui :
 Pilih jenis Control Chart yang sesuai untuk data yang
kita ambil.
 Tentukan waktu atau periode pengambilan data,
sampling plan dan jumlah data yang diinginkan.

8 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


 Pengumpulan data dan rekam (record) data tersebut,
setidaknya 20 sampai 25 subgroup.
 Hitunglah masing-masing data statistik subgroup,
buatkan tabel tabulasi untuk mempermudah
perhitungan Rata-rata (X), Rata-rata X (X-bar),
Range (R) dan rata-rata Range (R-bar).
 Identifikasikan skala yang tepat dan cocok kemudian
masukkan kedalam data statistik.
 Hitunglah garis tengah dan batas control (control
limit) untuk UCL dan LCL sesuai dengan rumus
masing-masing Control Chart.
 Ujilah Chart yang telah dimasukkan data tersebut.
 Lakukanlah investigasi dan tindakan perbaikan jika
diperlukan.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 9


CONTOH CONTROL CHART

10 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Control Chart (Peta Kendali) dengan 3 standard deviasi
(3SD) atau 2 standard deviasi (2SD)

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 11


CONTOH PERHITUNGAN CONTROL POSITIF

12 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


GRAFIK LEVEY JENNING CONTROL POSITIF

Keterangan: - 12S : Nilai kontrol pada tanggal 13 berada di luar batas mean -2SD → warning
- 12S : Nilai kontrol pada tanggal 22 berada di luar batas mean +2SD → warning

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 13


WESTGARD RULES

Westgard Rules adalah aturan dasar yang diterbitkan


pada tahun 1981 oleh Dr. James Westgard untuk
mengevaluasi kontrol kualitas laboratorium kesehatan.
Terdapat 6 aturan dasar yang bisa digunakan secara
terpisah atau kombinasi untuk mengevaluasi kualitas
analitik suatu pemeriksaan.Diperlukan pemahaman
masing-masing aturan dan kemungkinan penyebabnya,
apakah random error atau systematic error, sehingga
kita bisa mendeteksi dan mengatasi terjadinya
pelanggaran dari Westgard Rules.

Macam – macam kesalahan:


 Kesalahan acak (Random error)
Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketelitian
(presisi) pemeriksaan. Kesalahan ini akan tampak pada
pemeriksaan yang dilakukan berulang pada spesimen
yang sama dan hasilnya bervariasi, kadang-kadang
lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai
seharusnya.

14 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Kesalahan ini merupakan kesalahan dengan pola yang
tidak tetap.Penyebab kesalahan acak adalah ada
gelembung udara, kuvet kotor, ketidak-stabilan,
misalnya pada penangas air, reagen, pipet, dan lain-
lain.

 Kesalahan sistematik (Systematic error)


Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat
ketepatan (akurasi) pemeriksaan. Sifat kesalahan ini
menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih
besar atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya.
Kesalahan sistematik ini merupakan kesalahan
yang terus menerus dengan pola yang sama. Hal ini
dapat disebabkan oleh standar kalibrasi atau
instrumentasi yang tidak baik.Penyebab kesalahan
sistematik adalah volume pipet tidak akurat, reagen
sudah kadaluwarsa, bahan kontrol rusak, filter kotor,
lampu fotometer harus diganti.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 15


KRTIERIA UNTUK REJECTION

16 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


TROUBLE SHOOTING GUIDES

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 17


UJI KETELITIAN

18 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Berikut beberapa aturan dari Westgard Rules:

1. 1-2s Rule
 Nilai kontrol berada di luar batas ±2s
 Normalnya sekitar 4,5% nilai kontrol bisa
berada di antara batas 2s dan 3s, walaupun
tidak ada kesalahan analitik
 Sebab: random error atau systematic error
 Cek nilai kontrol tes yang lain dan
identifikasi sumber errornya. Jika tidak ada
masalah, penyebabnya bisa karena random
error, hasil pemeriksaan masih bisa
dikeluarkan.

1-2s Rule. (Gambar diambil dari Cooper G, 2008)

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 19


2. 1-3s Rule
 Nilai kontrol di luar batas ±3s
 Bisa karena random error atau awal
dari systematic error yang memerlukan
perbaikan besar.
 Hasil pasien tidak bisa dikeluarkan.

1-3s Rule. (Gambar diambil dari Cooper G, 2008)

3. 2-2s Rule
 Sebab: systematic error
 Terjadi pada dua nilai kontrol
 Melebihi batas ±2s
 Terjadi pada sisi mean yang sama
 Aplikasi pada kontrol within run: nilai QC
normal (level 1) dan abnormal (level 2)

20 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


melebihi batas ±2s pada sisi mean yang
sama. Menunjukkan systematic error dan
berpengaruh pada keseluruhan kurva QC.
 Aplikasi pada kontrol across run: nilai QC
pada satu level berturut-turut berada di luar
batas ±2s di sisi mean yang sama.
Systematic error hanya mempengaruhi satu
bagian kurva QC.

2-2s Rule. (Gambar diambil dari Cooper G,


2008)

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 21


4. R4s Rule
 Sebab: random error
 Terjadi jika selisih antar nilai QC dalam
single run. Contoh QC level 1 +2,2s dan level
2 -2,1s. Maka selisihnya +2,2s – (-2,1s)=
4,3s (lebih dari 4s)

R4s Rule. (Gambar diambil dari Cooper G, 2008)

Pelanggaran pada rule berikut di bawah


dapat digunakan untuk mengidentifikasi
adanya systematic error yang kecil atau bias
analitik yang mungkin kurang signifikan
secara klinis. Bias analitik dapat dihilangkan

22 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


dengan cara kalibrasi alat atau pemeliharaan
alat.

5. 3-1s dan 4-1s Rule


 31s : 3 nilai QC berada di luar batas ±1s di
sisi yang sama
 41s : 4 nilai QC berada di luar batas ±1s di
sisi yang sama
 Sebab: systematic error
Bisa pada within run dan across run (4 nilai
QC pada level 1 dan 2)

4-1s Rule. (Gambar diambil dari Cooper G, 2008)

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 23


6. 7x, 8x, 9x, 10x, dan 12x rule
 Ada 7,8,9,10, atau 12 nilai QC pada sisi
mean yang sama.
 Sebab: systematic error
 Aplikasi bisa pada within run (co: semua nilai
QC level 1) atau across run (co: kombinasi
level 1 dan 2)
3-1 s Rule dianggap lebih sensitif
dibandingkan 4-1s dan 7x rule lebih sensitif
dibandingkan 12x rule.

10x Rule. (Gambar diambil dari Cooper G, 2008)

24 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 25
26 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati
Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 27
TROUBLE SHOOTING ADVIA CENTAUR CP

28 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


TROUBLE SHOOTING ARCHITECT I2000SR

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 29


30 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati
Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 31
32 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati
Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 33
34 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati
Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 35
36 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati
TROUBLE SHOOTING COBAS 6000

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 37


38 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati
Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 39
40 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati
Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 41
PEMANTAPAN MUTU

Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan


yang dilakukan untuk kepentinganklinik. Tujuan pemeriksaan
laboratorium adalah untuk membantu diagnosa penyakit
pada penderita atau menegakkan diagnosa penyakit
disamping untuk follow up terapi. Untuk menentukan apakah
hasil yang dikeluarkan oleh bagian laboratorium sudah
sesuai dengan keadaan penderita dan bukan karena
kesalahan pemeriksaan, maka dalam hal terdapatnya
keraguan perbedaan hasil antara keadaan klinik dan hasil
pemeriksaan laboratorik, dapat dilakukan pemeriksaan
ulang.Hal ini tentu memakan waktu dan biaya yang lebih
banyak untuk melakukan pemeriksaan ulang tersebut.
Sehingga untuk mengatasi hal tersebut umumnya
dilakukan penilaian ulang terhadap tahap tahap pemeriksaan
yangdilakukan, yang termasuk kedalam program
pemantapan mutu.Pemantapan mutu (quality assurance)
laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk
menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium (Depkes,1997). Kegiatan ini terdiri atas empat
komponen penting, yaitu : pemantapan mutu internal (PMI),

42 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


pemantapan mutu eksternal (PME), verifikasi, validasi, audit,
dan pendidikan dan pelatihan.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan
dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap
laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga
tahapan proses, yaitu pra-analitik, analitik dan paska
analitik. Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal
antara lain : persiapan penderita, pengambilan dan
penanganan spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas
air, uji kualitas reagen, uji kualitas media, uji kualitas
antigen-antisera, pemeliharaan strain kuman, uji
ketelitian dan ketepatan, pencatatan dan pelaporan
hasil.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang
diselenggaralan secara periodik oleh pihak lain di luar
laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan
menilai penampilan suatu laboratorium di bidang
pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan PME
dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 43


internasional dan diikuti oleh semua laboratorium, baik
milik pemerintah maupun swasta dan dikaitkan dengan
akreditasi laboratorium kesehatan serta perizinan
laboratorium kesehatan swasta.PME harus
dilaksanakan sebagaimana kegiatan pemeriksaan yang
biasa dilakukan oleh petugas yang biasa melakukan
pemeriksaan dengan reagen/peralatan/metode yang
biasa digunakan sehingga benar-benar dapat
mencerminkan penampilan laboratorium tersebut yang
sebenarnya.Setiap nilai yang diperoleh dari
penyelenggara harus dicatat dan dievaluasi untuk
mempertahankan mutu pemeriksaan atau perbaikan-
perbaikan yang diperlukan untuk peningkatan mutu
pemeriksaan.

3. Verifikasi
Verifikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan dalam melakukan
kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra-analitik,
analitik sampai dengan pasca-analitik.Setiap tahapan
tersebut harus dipastikan selalu berpedoman pada mutu
sesuai dengan bakuan mutu yang ditetapkan.

44 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


4. Validasi hasil
Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk
memantapkan kualitas hasil pemeriksaan yang telah
diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium
rujukan.Validasi dapat mencegah keragu-raguan atas
hasil laboratorium yang dikeluarkan.

5. Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali


secara kritis berbagai kegiatan yang dilaksanakan di
laboratorium. Audit ada dua macam, yaitu audit internal
dan audit eksternal.Audit internal dilakukan oleh tenaga
laboratorium yang sudah senior. Penilaian yang
dilakukan haruslah dapat mengukur berbagai indikator
penampilan laboratorium, misalnya kecepatan
pelayanan,ketelitian laporan hasil pemeriksaan
laboratorium dan mengidentifikasi titik lemah dalam
kegiatan laboratorium yang menyebabkan kesalahan
sering terjadi.Audit eksternal bertujuan untuk
memperoleh masukan dari pihak lain di luar
laboratorium atau pemakai jasa laboratorium terhadap
pelayanan dan mutu laboratorium. Pertemuan antara
kepala-kepala laboratorium untuk membahas dan
membandingkan berbagai metode, prosedur kerja, biaya

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 45


dan lain-lain merupakan salah satu bentuk dari audit
eksternal.

6. Pendidikan dan pelatihan bagi tanaga laboratorium


sangat penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
laboratorium melalui pendidikan formal, pelatihan teknis,
seminar, workshop, simposium, dsb. Kegiatan ini harus
dilaksanakan secara berkelanjutan dan dipantau
pelaksanaannya.

Mutu pelayanan di laboratorium berkaitan dengan


data hasil uji analisa laboratorium.Laboratorium dikatakan
bermutu tinggi apabila data hasil uji laboratorium tersebut
dapat memuaskan pelanggan dengan memperhatikan
aspek-aspek teknis sepertiprecision and accuracyatau
ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat dicapai dan data
tersebut harus terdokumentasi dengan baik sehingga dapat
dipertahankan secara ilmiah.
Untuk mencapai mutu hasil laboratorium yang
memiliki ketepatan dan ketelitian tinggi maka seluruh metode
dan prosedur operasional laboratorium harus terpadu mulai
dari perencanaan, pengambilan contoh uji, penanganan,
pengujian sampai pemberian laporan hasil uji laboratorium

46 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


ke pelanggan.Secara garis besar, pemantapan mutu
laboratorium terbagi atas pemantapan mutu internal dan
pemantapan mutu eksternal.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 47


PEMANTAPAN MUTU INTERNAL

Pemantapan mutu internal (PMI) adalah kegiatan


pencegahan dan pengawasan yang dilakukan oleh masing-
masing laboratorium secara terus-menerus agar tidak terjadi
atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat
PMI dilaksanakan setiap hari di laboratorium dengan
menggunakan bahankontrol yang sama dan mempunyai nilai
rentang. Apabila pada pemeriksaanmenggunakan bahan
kontrol ini memberikan hasil diluar rentang maka
laboratoriumwajib mencari penyebabnya dan alat tidak boleh
dijalankan untuk pemeriksaanhingga hasil kontrol masuk
kembali ke dalam rentang yang telah disesuaikan.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal antara
lain: persiapan penderita, pengambilan dan penanganan
spesimen, kalibrasi peralatan, uji kualitas air, uji kualitas
reagen, uji kualitas media, uji kualitas antigen-antisera,
pemeliharaan strain kuman, uji ketelitian dan ketepatan,
pencatatan dan pelaporan hasil.
Pengertian pemeriksaan laboratorium mencakup
seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai sebelum proses

48 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


pemeriksaan itu sendiri dilaksanakan yaitu dimulai dari tahap
pra analitik yang mencakup persiapan pasien, pemberian
identitas spesimen, pengambilan dan penampungan
spesimen, pengolahan dan penyimpanan spesimen serta
transport spesimen, hingga kegiatan pada tahap analitik dan
kegiatan pada tahap pasca analitik.
Pemantapan mutu internal akan memberikan jaminan
kualitas kepada hasil analisa secara kontinyu dengan cara
mengamati sebanyak mungkin langkah-langkah dalam
prosedur analisa di mulai dari pengambilan spesimen
sampai kepada penentuan hasil akhir. Pemantapan mutu
internal dapat dianjurkan oleh kepala laboratorium sesuai
dengan keinginannya, walaupun pemerintah sudah
membuat program yang sama dan mengeluarkan kriteria-
kriteria singkat untuk diterapkan secara praktis. Pada
laboratorium kimia klinik, internal quality control biasanya
meliputi analisa serentak dari serum kontrol yang diketahui
konsentrasinya bersama-sama dengan serum
pasien. Pengertian pemeriksaan laboratorium semua
mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai sebelum
proses pemeriksaan itu sendiri dilaksanakan yaitu dimulai

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 49


dari tahap pra analitik, analitik dan paska analitik (DepKes,
2004).
Tujuan dari Pemantanpan Mutu internal (PMI) adalah :
a. Pemantapan dan penyempurnaan metode
pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek
analitik dan klinis.
b. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga
pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan
perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera.
c. Memastikan bahwa semua proses dari persiapan
pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpanan, dan
pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan
pelaporan dilakukan dengan benar.
d. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya.
e. Membantu perbaikan pelayanankepada pelanggan
(pasien).
Hasil pemeriksaan Laboratorium digunakan untuk
menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan, dan
prognosis, maka amatlah perlu untuk menjaga mutu hasil
pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan
presisi yang dapat dipertanggungjawabkan (Anonim, 2008).

50 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Cakupan objektif Pemantapan Mutu Internal (PMI)
meliputi aktivitas sebagai berikut :
a. Tahap Pra Analitik
Pada tahap pra analitik dapat dilakukan usaha-usaha
agar tidak terjadi kesalahan pra analitik dan mengurangi,
meminimalisir interfensi pra analitik (Sukorini, dkk, 2010).
Untuk menghindari kesalahan dalam pra analitik maka
semua tahapan tersebut harus memiliki Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang dapat dilihat oleh
semua petugas laboratorium yang meliputi :
1. Persiapan Pasien
Pemeriksaan untuk spesimen berasal dari
manusia sering memerlukan persiapan pasien terlebih
dahulu, sedagkan pemeriksaan spesimen berasal
bukan dari manusia tidak memerlukan persiapan.
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter
merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien.
Seorang dokter dibantu oleh paramedis diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai tindakan yang
akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan
persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien.
Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 51


menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi
pasien. Untuk persiapan yang tidak mungkin dilakukan
oleh pasien perlu dicatat pada formulir permintaan
pemeriksaan, buku penerimaan pasien, dan formulir
hasil pemeriksaan agar pemeriksa dilaboratorium dan
pengirim pasien dapat mengetahui keadaan tersebut
(Puslabkes, 1997).
Hasil pemeriksaan laboratorium sangat ditentukan
oleh persiapan pasien, oleh karena itu petugas
laboratorium harus menjelaskan kepada pasien
tentang hal-hal yang harus dilakukan pasien sebelum
pengambilan spesimen dilakukan. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
yaitu faktor biologis dan faktor fisiologis, ada yang bisa
dikendalikan dan adapula yang tidak bisa dikendalikan.
Faktor yang bisa dikendalikan seperti makanan,
minuman, obat-obatan, dan aktivitas fisik. Oleh karena
itu persiapan pasien harus disesuaikan dengan
parameter yang akan diperiksa. Bila ada obat yang
tidak dapat dihentikan harus ditulis pada lembar hasil
pemeriksaan. Sedangkan faktor yang tidak dapat
dikendalikan seperti usia, jenis kelamin, variasi harian,

52 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


kehamilan, haid, demam, dan trauma (Puslabkes,
1997)

2. Pemberian Identitas
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen
merupakan hal yang penting, baik pada saat pengisian
surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen, maupun
pada formulir hasil pemeriksaan.
Pada surat pengantar/formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara
lengkap :
a. Tanggal permintaan.
b. Tanggal dan jaminan pengambilan.
c. Identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin,
alamat) atau identitas spesimen.
d. Identitas pengirim (Nama, alamat, nomor
telpon).
e. Diagnosis/keterangan klinis.
f. Obat-obat yang telah diberikan dan lama
pemberian.
g. Jenis spesimen, lokasi pengambilan spesimen,
dan volume spesimen.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 53


h. Pemeriksaan laboratorium yang diminta.
i. Nama pengambil spesimen.
j. Transpor media/pengawet yang digunakan.
Label wadah spesimen yang akan dikirim ke laboratorium
harus memuat :
a. Tanggal pengambilan spesimen.
b. Identitas pasien atau identitas spesimen.
c. Jenis spesimen.
Label wadah spesimen yang diambil di laboratorium harus
memuat :
a. Tanggal pengambilan spesimen.
b. Nomor/kode spesimen.
Formulir hasil pemeriksaan harus memuat :
a. Tanggal pemeriksaan.
b. Identitas pasien (Nama, umur, jenis kelamin,
alamat) atau identitas spesimen.
c. Nomor/kode laboratorium.
d. Hasil pemeriksaan, satuan nilai hasil
pemeriksaan, nilai rentang/rujukan parameter.
e. Keterangan lain yang dianggap perlu, misalnya
penjelasan mengenai persiapan pasien yang
tidak mungkin dilaksanakan , penjelasan hasil

54 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


pemeriksaan hanya berlaku untuk spesimen
tersebut.
f. Tanggal hasil pemeriksaan laboratorium
dikeluarkan dan tanda tangan penanggungjawab
laboratorium (Puslabkes,1997).

3. Penerimaan Spesimen
Bagian penerimaan spesimen harus memeriksa
kesesuian antara spesimen yang diterima dengan
permintaan formulir pemeriksaan dan mencatat kondisi
spesimen tersebut pada saat diterima. Hal-hal yang
perlu dicatat yaitu volume, warna, kekeruhan, bau,
konsistensi dan lain-lain.

4. Pengambilan Spesimen
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan spesimen sebagai berikut :
a. Waktu pengambilan, umumnya pengambilan
spesimen dilakukan pada pagi hari terutama
untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan
imunologi kerana umumnya nilai normal
berdasarkan nilai pada pagi hari. Namun ada
bebrapa pemriksaan yang waktu pengambilan

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 55


spesimennya harus disesuaikan dengan
perjalanan penyakit dan fluktuasi harian,
misalnya pemeriksaan enzim-enzim jantung.
b. Volume spesimen yang diambil harus mencukupi
kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang
diminta atau dapat mewakili objek yang
diperiksa.
c. Cara pengambilan spesimen harus
dilaksanakan oleh tenaga yang terammpil
dengan cara yang benar, agar spesimen tersebut
mewakili keadaan yang sebenarnya.
d. Lokasi pengambilan spesimen harus ditetapkan
terlebih dahulu lokasi pengambilan yangt tepat
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diterima.
e. Peralatan untuk pengambilan spesimen, secara
umum peralatan yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat : bersih, kering, tidak
mengandung bahan kimia atau deterjen, terbuat
dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang
ada pada spesimen, dan mudah dicuci dari
bekas spesimen sebelumnya.

56 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


5. Wadah Spesimen
Wadah spesimen harus memenuhi syarat :
a. Terbuat dari gelas atau plastik.
b. Tidak bocor atau tidak merembes.
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir.
d. Besar wadah disesuai dengan volume spesimen.
e. Bersih dan kering.
f. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam
spesimen.
g. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang
mudah rusak atau terurai karena sinar matahari,
maka perlu digunakan botol berwarna coklat
(aktinis).
h. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan
kuman, wadah harus steril.
i. Untuk wadah spesimen urin, sputum, tinja
sebaiknya menggunakan wadah bermulut lebar.

6. Pengawet Spesimen
Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan
berupa bahan pengawet atau anti koagulan.
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 57


tambahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan
yaitu tidak mengganggu atau mengubah zat yang akan
diperiksa.

7. Pengiriman Spesimen
Laboratorium yang akann melakukan pengiriman
spesimen ke laboratorium lain harus segera mengirim
sampel yang telah terkumpul, agar kualtas dari sampel
dapat terjamin. Disamping itu, petugas laboratorium
yang akan melakukan pengiriman spesimen harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium,
pastikan bahwa spesimen telah memenuhi
persyaratan seperti yang tertera dalam
persyaratan masing-masing pemeriksaan.
Lakukan pengambilan ulang pada spesimen yang
tidak memenuhi persyaratan.
b. Pengiriman spesimen harus disertai formulir
permintaan yang diisi dengan data lengkap.
Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan
formulir permintaan sudah sama.

58 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


c. Secepatnya mengirim spesimen ke laboratorium
. Penundaan pengiriman spesimen selambat-
lambatnya 2 jam setelah pengambilan sampel.
Penundaan yang terlalu lama akan
menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi dan
dapat menjadi sumber kesalahan dalam
pemeriksaan.
d. Pengiriman spesimen sebaiknya menggunakan
wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas
khusus yang tersbuat dari bahan plastik, gabus
(stryro-foam) yang akan ditutup rapat dan mudah
dibawah

8. Penyimpanan Spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa
dapat disimpan dengan memperhatikan jenis
pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan
penyimpanan beberapa spesimen untuk beberapa
pemeriksaan harus memperhatikan jenis spesimen,
antikoagulan/pengawet dan wadah serta stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan spesimen, yaitu :
a. Disimpan pada suhu kamar.
b. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-8°C.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 59


c. Dapat diberikan bahan pengawet.
d. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam
bentuk serum atau lisat

9. Pengolahan Spesimen
Waktu antara pengambilan spesimen dengan
pemisahan serum/plasma sampai analitik tidak boleh
terlalu lama, biasanya 1-2 jam. Sebaliknya pemisahan
serum yang terlalu cepat dapat menyebabkan
terjadinya benang fibrin
Serum dapat dipisahkan setelah darah dibiarkan
membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selam 20-
30 menit, kemudian dicentrifuge 5-15 menit pada
kecepatan 3000 rpm. Pemisahan serum dilakukan
paling lambat dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen. Sedangkan plasma pemisahanya dapat
dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen dengan terlebih dahulu mengocok darah
EDTA atau citrat dengan segera secara pelan-pela
dan plasma yang memenuhi syarat harus tidak
kelihatan merah atau keruh (lipemik)

60 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


b. Tahap Analitik
Faktor-faktor yang berperan dalam proses analitik :
1. Peralatan yang digunakan
Dimasa sekarang ini peralatan laboratorium
semakin canggih dan semakin kompleks pula
permasalahan yang tiimbul. Stabilitas suatu alat
yang digunakan untuk mengukur sangat
menentukan ketelitian suatu pemeriksaan. Salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium adalah peralatan
laboratorium baik alat yang autometik maupun alat
semi autometik, oleh karena itu alat perlu dipelihara
dan dikalibrasi secara berkala. Kalibarasi tesebut
harus dilakukan oleh teknisi alat ataupun petugas
laboratorium yang memiliki kompetensi. Disamping
itu perwatan harus pula dilakukan secara rutin,
untuk itu setiap peralatan harus dilengkapi dengan
kartu kontrol pemeliharaan yang akan diletakkan
dekat alat, sehingga semua masalah yang timbul
pada alat harus dicatat dan tindakaan yang harus
dilakukan. Hal yang terpenting dari kalibrasi dan
perawaatan alat yaitu penggunaan peralatan.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 61


Peralatan yang kita gunakan harus memiliki Standar
Operasional Peralatan (SOP) yang tertulis sehingga
semua petugas laboratorium dapat melakukan
pemeriksaan dengan benar

2. Kualitas Reagen yang digunakan


Dalam proses pelaksaan pemeriksaan kimia
klinik, reagen memegang peranan penting terutama
dalam interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium.
Sebelum digunakan dalam pemeriksaan setiap
reagen harus dilakukan uji mutu untuk melihat
apakah suatu reagen baik digunakan dalam
pemeriksaan sehinggah tidak terjadi kesalahan
dalam pemeriksaan dan didapatkan hasil yang baik.
Oleh karena itu, reagen yang digunakan harus
terdaftar oleh Kemenkes RI.
Penyimpanan reagen harus diperhatikan,
sehingga kualitas reagen dapat terjamin.
Penyimpanan reagen harus dalam botol tertutup,
hindari paparan matahari langsung, disimpan pada
refrigerator/kulkas suhu 2-8°C, serta dilengkapi
dengan kartu kontrol. Suhu kulkas tempat

62 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


penyimpanan harus selalu terkontrol (2-8°C), dan
catat suhu kulkas setiap hari pada kartu pencatatan
suhu. Demikian pula batas kadarluarsa dari reagen
serta keadaan fisik selalu diperhatikan, isi tidak
boleh mengeras dan berubah warna. Kualitas dari
reagen harus selalu diuji dengan cara melakukan uji
presisi dan uji akurasi menggunakan bahan kontrol
yang diketahui nilainya (assayed) setiap hari
dengan menggunakan reagen tersebut

3. Metode yang digunakan


Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan
dalam memilih metode yaitu :
a. Tujuan pemeriksaan, misalnya uji saring,
diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta
surveilan. Maka dibutuhkan metode yang
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.
b. Kecepatan hasil yang diinginkan, karena
mengingat hasil pemeriksaan laboratorium
sangat diperlukan dalam pengambilan
keputusan, maka waktu pemeriksaan yang
diperlukan sampai diperolehnya hasil untuk
berbagai metode perlu diperrtimbangkan.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 63


c. Rekomendasi resmi, yaitu berbagai metode
pemeriksaan laboratorium dapat dipilih
berdasarkan rekomendasi dari suatu
lembaga/badan yang diakuai atau organisasi
profesi, antara lain World Health Organization
(WHO), International Federation of Clinical
Chemistry (IFCC), National Committee for
Clinical Laboratory Standards (NCCLS)

4. Volume/kadar sampel yang diperiksa


Volume sampel yang diperiksa sangat
menentukan tingkat ketelitian pemeriksaan, oleh
karena itu ketelitian dalam pemipetan sangat
diperlukan. Bila menggunakan alat yang semi
autometik mikropipet yang digunakan harus selalu
terkalibrasi. Sedangkan bila menggunakan alat yang
full autometik, waktu kalibrasi peralatan harus
diperhatikan
.
5. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga pemeriksa yang terampil, berkompeten,
handal, serta profesional akan lebih teliti sehingga
dapat memberikan hasil pemeriksaan yang lebih

64 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


baik. Dengan menggunakan alat yang autometik,
maka intervensi oleh tenaga pemeriksa akan
berkurang sehingga hasil pemeriksa juga akan lebih
teliti

6. Waktu
Waktu pengambilan sampel harus diperhatikan,
demikian pula waktu inkubasi pada proses
pemeriksaan harus sesuai dengan Standar
Operasional Pemeriksaan (SOP).

7. Uji Ketelitian (Presisi)


Kemampuan untuk memberikan hasil yang sama
pada setiap pengulangan pemeriksaan disebut
dengan presisi. Secara kuantitatif, presisi disajikan
dalam bentuk impresisi yang diekspresikan dalam
ukuran koefisien variasi.Presisi terkait dengan
reprodusibilitas suatu pemeriksaan.Dalam praktek
sehari-hari kadang-kadang klinisi meminta suatu
pemeriksaan diulang karena tidak yakin dengan
hasilnya. Apabila alat memiliki presisi yang tinggi,
pengulangan pemeriksaan terhadap sampel yang

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 65


sama akan memberikan hasil yang tidak berbeda
jauh
Nilai presisi menunjukan seberapa dekat suatu
hasil pemeriksaan bila dilakukan berulang dengan
sampel yang sama. Ketelitian terutama dipengaruhi
oleh kesalahan acak yang tidak dapat dihindari.
Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien
variasi (% KV atau % CV) yang dihitung dengan
rumus berikut :
KV (%) =
Dimana :
KV = Koefisien Variasi
SD = Standar Deviasi (Simpangan Baku)
= Rata-rata hasil pemeriksaan berulang
Semakin kecil nilai KV (%) semakin teliti
sistem/metode tersebut atau sebaliknya, semaikn
besar nilai KV (%) semaikn tidak teliti sisetm/metode
tersebut

66 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


8. Uji Ketepatan (Akurasi)
Kemampuan mengukur dengan tepat sesuai
dengan nilai benar (true value] disebut dengan
akurasi.Secara kuantitatif, akurasi diekspresikan
dalam ukuran inakurasi. Inidapat diukur inakurasi alat
dengan dilakukan pengukuran terhadap bahan
kontrol yang telah diketahui kadarnya. Perbedaan
antara hasil pengukuran dengan nilai target bahan
kontrol merupakan indikator inakurasi pemeriksaan.
Perbedaan ini disebut sebagai bias dan dinyatakan
dalam satuan persen (%). Semakin kecil bias,
semakin tinggi akurasi pemeriksaan.
Nilai benar ini merupakan suatu konsep ideal
yang tidak mungkin dicapai sehingga ukuran
ketepatan biasanya cukup menggunakan nilai yang
dapat diterima (accepted true value). Nilai benar ini
ditetapkan dengan memeriksa kadar bahan kontrol
menggunakan metode baku emas (gold
standard).Pengukuran inakurasi dapat kita lakukan
dengan memenuhi dua syarat. Pertama, kita memiliki
kadar bahan control yang diukur dengan metode
baku emas. Kedua, bahan kontrol kita masih dalam

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 67


kondisi yang baik sehingga kadar substansi di
dalamnya belum berubah.
Penilaian inakurasi ini tidak bisa hanya dengan
satu kali pengukuran, Perlu dilakukan beberapa kali
pengukuran terhadap bahan kontrol yang sama
dengan menggunakan metode baku emas dan
dengan menggunakan alat/metode yang ingin diuji.
Bias yang diperoleh selanjutnya dimasukkan dalam
suatu plot untuk melihat sebarannya
Akurasi dapat dinilai dari hasil pemeriksaan bahan
kontrol dan dihitung sebagai nilai biasnya (d%) :
d(%) =
Dimana : x = Hasil pemeriksaan bahan kontrol
NA = Nilai aktual/sebenarnya dari bahan kontrol

Cara Pemeriksaan Uji Ketelitian-Uji Ketepatan


a. Periode pendahuluan
Pada periode pendahuluan ditentukan nilai
dasar yang merupakan nilai rujukan untuk
pemeriksaan selanjutnya. Periode pendahuluan
perlu dilakukan untuk bahan kontrol unassayed

68 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


sedangkan bahan kontrol assayed menggunakan
nilai rujukan dari pabrik.
Cara pemeriksaan periode pendahuluan :
1. Periksa bahan kontrol bersamaan dengan
pemeriksaan spesimen setiap hari kerja atau
pada hari parameter yang bersangkutan
sampai 20-25 hari kerja.
2. Catat nilai yang diperoleh tiap hari kerja
tersebut dalam formulir periode
pendahuluan.
3. Hitung nilai rata-ratanya (mean), Standar
deviasa (SD), Koefisien Variasi (KV), batas
peringatan (Mean ± 2 SD), dan batas kontrol
(Mean ± 3 SD).
4. Teliti apakah ada nilai yang melebihi batas
mean ± 3 SD. Bila ada maka nilai tersebut
dibuang dan ditulis kembali nilai
pemeriksaan yang masih ada kedalam
formulir periode pendahuluan, kemudian
hitung kembali nilai Mean, SD, KV, Mean ± 2
SD, dan Mean ± 3 SD.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 69


5. Nilai Mean dan SD yang diperoleh ini
dipakai sebagai nilai rujukan pada periode
berikutnya, yaitu periode kontrol. Nilai
rujukan ini berlaku untuk bahan kontrol
dengan nomor lot yang sama. Apabila
nomor lot berlainan, harus dimulai dengan
periode pendahuluan lagi untuk menentukan
nilai rujukannya.
b. Periode Kontrol
Merupakan periode untuk menentukan baik
atau tidaknya pemeriksaan pada hari tersebut.
Dapat dilkukan dengan cara:
1. Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau
pada parameter yang bersangkutan diperiksa.
2. Catat nilai yang diperoleh pada formulir
periode kontrol.
3. Hitung penyimpangannya terhadap nilai
rujukan dalam satuan SD (Standar Deviasi
Index) dengan rumus : Sdi =
4. Satuan SD (Sdi) yang diperoleh diplot pada
kertas grafik kontrol.

70 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


c. Penilaian
Uji Ketelitian-Uji Ketepatan menggunakan
aturan Westgard multirules system yang
dikembangkan oleh Westgard, dengan sejumlah
ketentuan yang dapat menafsirkan data-data
kontrol dengan ketentuan kontrol sebagai berikut
1. 1 – 2S : Satu kontroldiluar nilai mean ± 2 SD
(tetapi tidak melampaui ± 3 SD), merupakan
ketentuan peringatan. Kemungkinan adanya
masalah pada instrumen atau malfungsi
metode.
2. 1 – 3S : Satu kontrol diluar nilai mean ± 3 SD,
merupakan ketentuan penolakan yang
mencerminkan adanya kesalahan acak. Bila
hal ini terjadi maka instrumen tidak dapat
digunakan untuk pelayanan hingga masalah
teratasi. Evaluasi instrumen untuk
menemukan adanya kesalahan acak.
3. 2 – 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri
dinyatakan keluar darikontrol apabila hasil
pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar
daribatas yang sama yaitu x + 2S atau x -

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 71


2S. Aturan ini mendeteksi kesalahan
sistematik.
4. R – 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri
dinyatakan keluar dari kontrol,
apabila rentangantara 2 hasil kontrol
yangberbeda melebihi 4s (satu control diatas
+2s, lainnya dibawah -2s). Aturan ini
mendeteksi kesalahan acak dan sistemik.
Aturan ini hanya dapat digunakan apabila
menggunakan dua level kontrol. Bila
ditemukan keadaan ini, instrumen tidak boleh
dipergunakan untuk pelayanan sebelum
masalah teratasi.
5. 4 – 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri
dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 4
kontrol berturut-turut keluar dari batas yang
sama baik x +S maupun x -S. Aturan ini
mendeteksi kesalahan sistematik. Instrumen
tetap dapat diggunakan untuk pelayanan,
namun perlu maintenanc terhadap instrumen
atau dilakukan kalibrasi kit/instrumen.

72 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


6. 10 (X) : Seluruh pemeriksaan dari satu seri
dinyatakan keluar dari kontrol, apabila 10
kontrol berturut-turut berada pada pihak yang
sama dari nilai tengah. Aturan ini mendeteksi
kesalahan sistematik. Instrumen tetap dapat
digunakan untuk pelayanan, namun perlu
maintenance terhadap instrumen atau
dilakukan kalibrasi kit/instrumen.

a. Tahap Pasca Analitik


1. Pembacaan hasil meliputi :penghitungan,
pengukuran, identifikasi, dan penilaian sudah
benar.
2. Pelaporan hasil meliputi :form hasil
bersih, tidak adasalah transkrip, tulisan sudah
jelas, dan tidakterdapat kecenderungan hasil
pemeriksaan atau hasil abnormal (Santoso,
Witono, dkk, 2008).
Untuk menjaga kerahasian hasil dari pasien
sebaiknya hasil yang diberikan tersegel. Hasil
pemeriksaan harus memiliki rekaman dokumen
yang dapat disimpan untuk maksud pembuktian,
memastikan ketertelusuran dan sebagai bantuan

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 73


untuk tindakan pencegahan dan perbaikan.
Disamping itu pula bukti pengambilan hasil harus
tertelusur pula untuk menghindari kesalahan
dalam pemberian hasil pasien (Siregar C, 2007).
3. Jenis-jenis Kesalahan
Kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi
dalam pemeriksaan Laboratorium terdiri atas :
a. Kesalahan Teknik
Kesalahan teknik merupakan kesalahan
yang sudah melekat, selalu ada pada setiap
pemeriksaan dan seakan-akan tidak mungkin
dapat dihindari. Kesalahan teknik ada 2
macam yaitu kesalahan acak (random error)
dan kesalahan sistematik (systematic error)
(Santoso, Witono, dkk 2008).
Kesalahan acak adalah suatu kesalahan
dengan pola yang tidak tetap. Penyebabnya
adalah ketidak-stabilan, misalnya pada
penangas air, reagen, pipet dan lain-lain.
Kesalahan acak menunjukan tingkat ketelitian
(Presisi) hasil pemeriksaan kurang baik.
Sedangkan kesalahan sistematik adalah suatu

74 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


kesalahan yang terus-menerus dengan pola
yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh
standar, kalibrasi atau instrumen yang tidak
baik. Kesalahan sistematik menunjukan tingkat
ketepatan (Akurasi) hasil pemeriksaan
berkurang ( Depkes, 2004).
b. Kesalahan non-Teknik
Kesalahan non-teknik merupakan
kesalahan yang biasanya dijumpai pada tahap
pra analitik atau pasca analitik. Kesalahan pada
pra analitik misalnya kesalahan pada
pengambilan sampel (Sampling error) seperti
kesalahan pada persiapan pasien, kesalahan
pada pemberian identitas, kesalahan pada
pengambilan dan penampungan spesimen,
kesalahan pada pengolahan dan penyimpanan
spesimen, kerusakan spesimen karena
penyimpanan atau transportasi. Kesalahan
sering pula terjadi pada penghitungan dan
penulisan (Cleritical error). Pada pasca analitik
kesalahan dapat terjadi berupa penulisan dan
pengimputan hasil

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 75


PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL

PME adalah kegiatan pemantapan mutu yang


diselenggaralan secara periodio oleh pihak lain di luar
laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan
menilai penampilan suatu laboratorium di bidang pemeriksan
tertentu. Penyelenggaraan PME dilaksanakan oleh pihak
pemerintah, swasta atau internasional dan diikuti oleh
semua laboratorium, baik milik pemerintah maupun swasta
dan dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan
serta perizinan laboratorium kesehatan swasta.
Tidak ada kewajiban bagi laboratorium untuk
melakukan PME karena sifatnya sukarela.PME ini dilakukan
secara periodik dalam jangka waktu tertentu.Prosedurnya
adalah lembaga penyelenggara PME mengirimkan suatu
sampel yang harus diperiksa oleh laboratorium peserta,
kemudian hasil dari laboratorium-laboratorium peserta ini
dikumpulkan untuk mendapatkan nilai referensinya.Dari nilai
referensi inilah dapat dinilai apakah akurasi suatu
laboratorium itu baik, sedang, kurang atau buruk.Karena itu
semakin banyak peserta misalnya pada PME yang dilakukan

76 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


secara global (internasional) maka semakin baik nilai
referensi yang dihasilkan.
Pihak penyelenggara biasanya memberikan feedback
untuk perbaikan yang bisa dilakukan di
laboratorium.Masalah biaya dan keengganan pimpinan
laboratorium kembali menjadi penyebab suatu laboratorium
untuk melaksanakan PME. Karena PMI dan PME ini sangat
berkaitan dengan metode dan alat yang digunakan masing-
masing laboratorium, maka hasil PMI dan PME ini juga
spesifik untuk laboratorium tersebut berada, sebagai contoh,
apabila seseorang mempunyai lima laboratorium di tempat
yang berbeda maka hasil PMI dan PME untuk satu tempat
tidak dapat digunakan untuk keempat laboratorium lainnya
karena variasi tiap alat, metode, kondisi ruangan dan
kemampuan operator masing-masing tempat juga berbeda.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 77


Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Nasional
Pemantapan Mutu Eksternal Anti Hcv
1. Bahan Kontrol
Bahan kontrol yang dikirimkan berupa 1 (satu)
paket yang terdiri dari 3 (tiga) buah cryotube yang
berisi bahan kontrol untuk pemeriksaan Anti HCV
2. Penerimaan Bahan Kontrol
Bahan kontrol yagn diterima harus segara
disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 2-
8°C sampai saat dilakukan pemeriksaan.
Perhatian :
a. Bahan kontrol berasal dari manusia, oleh
karena itu bahaya infeksi mungkin saja
terjadi, kerjakan secara hati-hati dengan
memperhatikan teknik keamnanan kerja
laboratorium.
b. Bila pada saat kontrol diterima dalam keadaan
rusak (tabng pecah / bocor) segera hubungi
pihak penyelenggara untuk ditindaklanjuti.
3. Pemeriksaan Bahan Kontrol
a. Sebelum diperiksa, kondisikan bahan kontrol
tersebut pada suhu kamar ± 30 menit, lalu

78 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


lakukan homogenisasi dengan vortex mixer
atau membolak-balikkan tabung minimal
sebanyak 10 kali kemudian lakukan
sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit. Apablisa terjadi gumpalan,
maka gumpalan tersebut dibuang.
b. Bahan kontrol diperiksa menggunakan reagen
dan metode yang digunakan pada
pemeriksaan rutin laboratorium.
c. Pemeriksaan Anti HCV menggunakan 1
macam metode yang rutin digunakan oleh
laboratorium

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 79


Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Nasional
Pemantapan Mutu Eksternal Anti HIV
1. Bahan Kontrol
Bahan kontrol yang dikirimkan berupa 1 (satu)
paket yang terdiri dari 3 (tiga) buah cryotube yang
berisi bahan kontrol untuk pemeriksaan Anti HIV
2. Penerimaan Bahan Kontrol
Bahan kontrol yang diterima harus segara
disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 2-
8°C sampai saat dilakukan pemeriksaan.
Perhatian :
a. Bahan kontrol berasal dari manusia, oleh
karena itu bahaya infeksi mungkin saja
terjadi, kerjakan secara hati-hati dengan
memperhatikan teknik keamnanan kerja
laboratorium.
b. Bila pada saat kontrol diterima dalam keadaan
rusak (tabng pecah / bocor) segera hubungi
pihak penyelenggara untuk ditindaklanjuti.
3. Pemeriksaan Bahan Kontrol
a. Sebelum diperiksa, kondisikan bahan kontrol
tersebut pada suhu kamar ± 30 menit, lalu

80 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


lakukan homogenisasi dengan vortex mixer
atau membolak-balikkan tabung minimal
sebanyak 10 kali kemudian lakukan
sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit. Apablisa terjadi gumpalan,
maka gumpalan tersebut dibuang.
b. Bahan kontrol diperiksa menggunakan reagen
dan metode yang digunakan pada
pemeriksaan rutin laboratorium.
c. Pemeriksaan bahan kontrol untuk parameter
Anti HIV mengikuti standar pemeriksaan Anti
HIV sesuai dengan Permenkes RI Nomor
15 tahun 2015 tentang elayanan
Laboratorium Pemeriksa HIV dan Infeksi
Oportunistik, yaitu:
- Reagensia yang dipakai dapat
menggunakan prinsip Enzyme
Immunoassay (EIA) atau prinsip
Simple/Rapid Assay
 Strategi ini dapat dipakai untuk
mnyearing darah donor dan produk
darah yang lain, transplantasi, serta

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 81


surveilans pada daerah dengan
perkiraan prevalensi infeksi HIV >
10%
 Bila tujuan pemeriksaan adalah untuk
keamanan transfusi darah, reagensia
yang dpilih sebaiknya dapat
mendeteksi baik HIV-1 maupun HIV-
2 dan memiliki sensitivitas yang
tertinggi (sensitivitas dan spesifisitas
≥ 99%

Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Nasional


Pemantapan Mutu Eksternal HbsAg
1. Bahan Kontrol
Bahan kontrol yang dikirimkan berupa 1 (satu)
paket yang terdiri dari 3 (tiga) buah cryotube yang
berisi bahan kontrol untuk pemeriksaan HbsAg
2. Penerimaan Bahan Kontrol
Bahan kontrol yang diterima harus segara
disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 2-
8°C sampai saat dilakukan pemeriksaan.

82 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Perhatian :
a. Bahan kontrol berasal dari manusia, oleh
karena itu bahaya infeksi mungkin saja
terjadi, kerjakan secara hati-hati dengan
memperhatikan teknik keamnanan kerja
laboratorium.
b. Bila pada saat kontrol diterima dalam keadaan
rusak (tabng pecah / bocor) segera hubungi
pihak penyelenggara untuk ditindaklanjuti.
3. Pemeriksaan Bahan Kontrol
a. Sebelum diperiksa, kondisikan bahan kontrol
tersebut pada suhu kamar ± 30 menit, lalu
lakukan homogenisasi dengan vortex mixer
atau membolak-balikkan tabung minimal
sebanyak 10 kali kemudian lakukan
sentrifugasi dengan kecepatan 3.000 rpm
selama 5 menit. Apablisa terjadi gumpalan,
maka gumpalan tersebut dibuang.
b. Bahan kontrol diperiksa menggunakan reagen
dan metode yang digunakan pada
pemeriksaan rutin laboratorium.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 83


c. Pemeriksaan Anti HbsAg menggunakan 1
macam metode yang rutin digunakan oleh
laboratorium.

Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Nasional


Pemantapan Mutu Eksternal Sifilis
1. Bahan Kontrol
Bahan kontrol yang dikirimkan berupa 1 (satu)
paket yang terdiri dari 3 (tiga) buah cryotube yang
berisi bahan kontrol untuk pemeriksaan Sifilis
2. Penerimaan Bahan Kontrol
Bahan kontrol yang diterima harus segara
disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 2-
8°C sampai saat dilakukan pemeriksaan.
Perhatian :
a. Bahan kontrol berasal dari manusia, oleh
karena itu bahaya infeksi mungkin saja
terjadi, kerjakan secara hati-hati dengan
memperhatikan teknik keamnanan kerja
laboratorium.

84 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


b. Bila pada saat kontrol diterima dalam keadaan
rusak (tabng pecah / bocor) segera hubungi
pihak penyelenggara untuk ditindaklanjuti.
3. Pemeriksaan Bahan Kontrol
a. Sebelum diperiksa, kondisikan bahan kontrol
tersebut pada suhu kamar ± 30 menit, lalu
lakukan homogenisasi dengan vortex mixer
atau membolak-balikkan tabung minimal
sebanyak 10 kali kemudian lakukan
sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit. Apablisa terjadi gumpalan,
maka gumpalan tersebut dibuang.
b. Bahan kontrol diperiksa menggunakan reagen
dan metode yang digunakan pada
pemeriksaan rutin laboratorium.
c. Pemeriksaan Sifilis menggunakan metode TP
Rapid / Hemaglutinasi / EIA

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 85


Manual Book Peserta, Modul Hasil Pemeriksaan
PNPME

Sehubungan dengan Penyelenggaraan Program


Nasional Pemantapan Mutu Eksternal (PNPME) Balai Besar
Laboratorium Kesehatan Jakarta dan untuk memudahkan
peserta menggunakan Aplikasi PNPME maka dengan ini
kami buat manual book Modul Hasil Pemeriksaan bagi
Peserta. Aplikasi dapat diakses menggunkan aplikasi
Google Chrome dengan membuka link
http://sipamela.bblkjakarrta.id/
Manual Book ini terdiri dari 9 Bidang yaitu:
1. Hematologi
2. Kimia Klinik
3. Urinalisa
4. Mikrobiologi Mikroskopis BTA
5. Mikrobologi Mikroskopis Telur Cacing
6. Imonologi Anti HIV
7. Imunologi Syphilis Anti TP
8. Imunologi HbsAg
9. Imunologi Anti HCV

86 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Dalam masing-masing modul terdapat 3 sub modul yaitu:
1. Input Hasil
Input Hasil berfungsi untu mengisi data hasil
pemeriksaan kedalam Aplikasi PNPME
2. Edit Hasil
Edit Hasil berfungsi untuk melihat kembali data hasil
pemeriksaan yang telah di input dan apabila terjadi
kesalahan input data dapat dirubah dalam menu ini
yang selanjutnya bila data sudah final silahkan klik
tombol Kirim
3. Cetak Hasil
Cetak Hasil berfungsi untuk mencetak data Hasil
Pemeriksaan yang telah dikirim.

A. Input Hasil
Prosedur yang akan dijelaskan dalam bab ini adalah
cara melakukan input hasil dalam Aplikasi Program
Nasional Pemantapan Mutu Eksternal (PNPME)
1. Akses Aplikasi PNPME dengan cara membuka
aplikasi Google Chrome lalu membuka link
http://sipamela.bblkjakarta.id/

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 87


2. Klik menu Login lalu masukkan username dan
password yang telah dimiliki saat melalukan
prosedur registrasi sebelumnya.

3. Setelah login buka menu Hasil Pemeriksaan – Input


Hasil.

88 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


4. Klik Icon Input Hasil bidang pemeriksaan yang ingin
diinput hasilnya

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 89


5. Isikan Formulir Input Hasil lalu klik SIMPAN

90 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


B. Edit Hasil & Kirim
Prosedur Edit Hasil berfungsi untuk melihat Data
Input Hasil yang telah dilakukan guna mereview data
sebelumnya apabila terjadi kesalahan input.
Kemudian pada bagian bwaha halaman Edit Hasil
terdapat TOMBOL SIMPAN, tombol ini berfungsi
apabila peserta masih ingin melakukan proses edit data
berkali-kali sampai data sudah dirasa final lalu dikirm.
Lalu disamping tombol Simpan, terdapat TOMBOL
KIRIM untuk mengirim data Hasil Input yang sudah final
atau telah direview sebelumnya. Perlu diketahui apabila
peserta sudah melakukan klik pada tombol Kirim, maka
data akan otomatis terkirim ke Sistem Aplikasi PMPNE
BBLK Jakarta dan data tersebut sudah tidak bisa direvisi
kembali, maka bagi peserta dihimbau untuk memastikan
sebelum menekan TOMBOL KIRIM data yang telah diisi
sudah bersifat final sehingga tidak ada kesalahan di
kemudian hari.
Prosedur untuk menu Edit Hasil yaitu :

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 91


1. Buka menu Hasil Pemeriksaan – Edit Hasil

2. Klik data yang telah diinput sebelumnya

92 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


3. Lihat kembali formulir isian data (silahkan rubah
apabila ada perubahan data),
a. Apabila sudah melakukan perubahan silahkan
klik SIMPAN untuk menyimpan data Edit
Hasil.
b. Klik tombol kirim apabila data dirasa sudah
final dan tidak ada yang perlu diedit kembali

C. Cetak Hasil
Cetak Hasil merupakan menu yang berfungsi
menampilkan data cetakan hasil berdasarkan data yang
telah diisi oleh peserta.
Menu Cetak Hasil terbagi menjadi 2 (dua) yaitu Cetak
Hasil Sementara dan Cetak Hasil Final.
 Cetak Hasil Sementara merupakan tampilan data
cetak hasil yang berasal dari data Menu Edit Hasil
yang pesertanya telah meng-klik tombol Simpan.
 Cetak Hasil Final merupakan tampilan data cetak
hasil yang berasal dari data menu Edit Hasil yang
pesertanya telah meng-klik tombol Kirim.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 93


Prosedur untuk menu Cetak Hasil yaitu :
1. Buka menu Hasil Pemeriksaan – Cetak Hasil

2. Klik Icon Cetak untuk data yang ingin dicetak

94 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Kesimpulan Perbedaan Pemantapan Mutu Internal dan
Pemantapan Mutu Eksternal

Pemantapan Mutu Internal Pemantapan Mutu Eksternal


Dilaksanakan oleh
Laboratorium yang hendak Dilaksanakan oleh pihak
melakukan pemantapan diluarLaboratorium
mutu
Dilaksanakan secara periodik
Dilaksanakan secara terus
atau berkala, biasanya setiap 2 kali
menerus,
dalam setahun
Mencakup pra-analitik, Mencakup hasil pemeriksaan
analitik, paska-analitik secaragaris besar saja
Pihak lab mencari
Pihak lab hanya
penyebab penyimpangan ha
melakukan perbaikan, berdasarkan
sil, ketika terdapat
feedback atausaran dari
ketidaksesuaian dengan
penyelenggara.
kontrol, baru kemudian
melakukan perbaikan
Hasil pemantapan mutu Hasil pemantapan mutu
internal berupa jaminan mut eksternal berupa jaminan mutu terh
u terhadap semua pemeriks adap pemeriksaan analitik spesifik,
aan analitik pada berupa pengakuan atau sertifikat
laboratorium penyelenggara dari institusi penyelenggara

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 95


Pencatatan Hasil
A. Ketepatan / Akurasi
Ketepatan atau akurat adalah kemampuan untuk
mendapatkan nilai yang sama atau mendekati nilai
biologis yang sebenarnya (true value), tetapi untuk
dapat mencapainya mungkin membutuhkan waktu lama
dan biaya yang mahal.
Pada suatu pemeriksaan umumnya dinyatakan
ketidaktepatan (inakurasi) daripada ketepatan (akurasi).
Inakurasi adalah perbedaan antara nilai yang
diperoleh dengan nilai sebenarnya (true value).
Ketepatan pemeriksaan terutama dipengaruhi oleh
spesifisitas metode pemeriksaan dan kualitas larutan
standar.Agar pemeriksaan hasilnya tepat, maka harus
dipilih metode pemeriksaan yang memiliki spesifisitas
analitis yang tinggi.

B. Ketelitian / Presisi
Ketelitian atau presisi adalah kemampuan untuk
mendapatkan nilai yang hampir sama pada
pemeriksaan yang berulang-ulang dengan metode yang
sama. Namun teliti belum tentu akurat.

96 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


Suatu pemeriksaan umumnya lebih mudah dilihat
ketidaktelitian (impresisi) daripada ketelitian
(presisi).Impresisi dapat dinyatakan dengan besarnya
SD (Standard Deviasi) atau CV (Koefisien variasi).
Makin besar SD dan CV makin tidak teliti. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi ketelitian yaitu : alat,
metode pemeriksaan, volume/kadar bahan yang
diperiksa, waktu pengulangan dan tenaga pemeriksa.

Serum Kontrol
A. Serum Kontrol Cair
Terdiri dari pool serum dan serum kontrol
cair komersial.
Pool serum adalah pool serum yang terbuat
dari serum-serum penderita yang tersisa, namun
tidak hemolitik dan lipemik.
Sedangkan kontrol cair komersial adalah
serum kontrol yang siap pakai. Didalamnya
terkandung stabilisator dan zat-zat anti bakteri ,
serum kontrol cair komersial merupakan bahan
kontrol untuk analisa rutin di laboratorium klinik.

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 97


B. Serum kontrol liofilisat (Pengeringan dibawah
titik beku dan vakum)
Liofilsat adalah cara pengeringan dibawah
suhu yang sangat rendah (dibawah titik beku
larutan) dengan tekanan yang sangat rendah.
Sebagai bahan serum kontrol liofilsat
biasanya menggunakan serum manusia.

98 | Christina Roosarjani, Sutami Wahyuningsih, Atik Sumiati


DAFTAR PUSTAKA

1. Cooper G. 2008. Basic Lessons in Laboratory


Quality Control; QC Workbook. Bio-Rad
Laboratories, Inc. Quality Systems Division.
2. Balai Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta.
Penyelenggaraan Nasional Pemantapan Mutu
Ekstrenal (PNPME). Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
G, Hendra Porwanto. Control Chart.
(https://sites.google.com/site/kelolakualitas/Control-
Chart).
3. Kho, Budi. 2016. Pengertian Control Chart (Peta
Kendali) dan Cara
Membuatnya(https://ilmumanajemenindustri.com/penger
tian-control-chart-peta-kendali-dan-tahapan-
membuatnya/).
4. Manual Book alat

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah III | 99

Anda mungkin juga menyukai