Anda di halaman 1dari 31

1

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................3


A. PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1. Deskripsi Singkat ....................................................................................................4
2. Relevansi ................................................................................................................5
3. Panduan Belajar .....................................................................................................6
B. INTI ...........................................................................................................................6
1. Capaian Pembelajaran............................................................................................6
2. Sub Capaian Pembelajaran .....................................................................................7
3. Pokok-pokok Materi ...............................................................................................7
4. Uraian Materi .........................................................................................................7
5. Forum Diskusi .......................................................................................................30
C. PENUTUP...............................................................................................................30
1. Rangkuman ..........................................................................................................30
2. Daftar Pustaka ......................................................................................................31

3
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Proses perpindahan bentuk bumi dan permukaannya dalam bentuk peta
topografi membutuhkan sebuah keahlian khusus, yang dimiliki oleh seorang
surveyor, sedangkan pekerjaan seorang surveyor disebut survey topografi.
Survey topografi adalah survey yang bertujuan untuk mencari informasi
permukaan tanah. Informasi tersebut dapat berupa tinggi rendah hingga
keadaan fisik dan posisi suatu benda, baik yang berupa alamiah maupun
buatan manusia, di permukaan lahan yang akan dipetakan. Survey ini sangat
berguna dalam pembuatan peta topografi.
Walaupun penginderaan jarak jauh (remote sensing) sudah menggunakan
teknologi yang sangat maju, survey secara langsung masih dibutuhkan
untuk mendapatkan hasil/informasi yang lebih akurat mengenai keadaan
suatu permukaan lahan. Survey atau surveying didefinisikan sebagai
pengumpulan data yang berhubungan dengan pengukuran permukaan bumi
dan digambarkan melalui peta atau digital. Sedangkan pengukuran
didefinisikan peralatan dan metode yang berhubungan dengan
kelangsungan survey tersebut. Jadi, surveying adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan pengumpulan data. Mulai dari pengukuran permukaan
bumi hingga penggambaran bentuk bumi. Sedangkan pengukuran adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan alat mulai dari pita
ukur hingga pengukuran jarak dengan metode elektro magnetik.
Survey umumnya dilakukan pada bidang datar, yaitu dengan tidak
memperhitungkan kelengkungan bumi. Dalam proyek surveying,
kelengkungan buminya kecil, jadi pengaruhnya dapat diabaikan, dengan
menggunakan perhitungan yang rumusnya disederhanakan. Sedangkan
pada proyek yang memiliki jarak jauh, kelengkungan bumi tidak dapat
diabaikan, karena keadaan ini termasuk surveying geodesi.
Modul pemetaan topografi ini disusun berdasarkan capaian pembelajaran
yang telah ditetapkan, yaitu mahasiswa mampu menguasai dan menjelaskan
dengan baik teknik penggunaan alat ukur theodolit (KB 1), teknik pemetaan

4
topografi (KB 2), penggunaan software AutoCAD dalam pembuatan peta
topografi (KB 3), dan pengukuran topografi untuk menghitung volume cut
and fill (KB 4). Mata kuliah pemetaan topografi diberikan kepada
mahasiswa PPG bidang studi Geologi Pertambangan dengan bobot 1 SKS
atau setara dengan 50 menit tatap muka, 60 menit tugas terstruktur
(praktikum) dan 60 menit tugas mandiri. Materi meliputi pengenalan alat
ukur theodolit, pengukuran sudut dan jarak, kesalahan pada survey dan
pemetaan, konsep pemetaan topografi, metode pengukuran, pengolahan
data, penggambaran peta, penggambaran berbantukan program AutoCAD,
perhitungan pekerjaan tanah, dan metode perhitungan volume galian dan
timbunan.

2. Relevansi
Para guru yang mengajar geologi pertambangan perlu memiliki kompetensi
dalam menggunakan alat ukur pemetaan topografi ini. Tujuannya adalah
agar dapat memberikan pembelajaran yang benar kepada peserta didiknya
tentang bagaimana menggunakan alat ukur pemetaan topografi. Melalui
pemahaman yang benar tersebut para peserta didik akan menjadi insan yang
kreatif dan mandiri dengan kompetensi yang dimilikinya, dapat
menyelesaikan proyek agar pekerjaannya berkompeten juga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
Kedalaman materi modul ini setara dengan KKNI level 7 (program profesi).
Capaian pembelajaran modul melingkupi pengetahuan dan keterampilan
yang dibutuhkan mahasiswa sebagai pendidik pada program keahlian
Geologi Pertambangan. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan dalam
modul ini relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar (KI/KD)
program keahlian Geologi Pertambangan.

5
3. Panduan Belajar
Agar proses pembelajaran pemetaan topografi dapat dilaksanakan dengan
lancer sesuai konsep Hybrid Learning, maka langkah-langkah belajar yang
dapat diikuti sebagai berikut :
a) Pelajari daftar isi dengan cermat, daftar isi akan menuntun Anda dalam
mempelajari materi ini.
b) Bacalah dan pahami capaian pembelajaran dan sub capaian
pembelajaran kemudian catat bagian yang belum Anda kuasai dan yang
sudah Anda kuasai.
c) Bacalah uraian materi pada bagian yang belum Anda kuasai dan apabila
belum cukup dapat ditambah dengan sumber belajar lain dari buku
bacaan di daftar pustaka. Selain itu, materi yang belum dikuasai dapat
didiskusikan dengan rekan sejawat ataupun dosen pengampu mata
kuliah
d) Manfaatkan tautan/link media pembelajaran pada modul untuk
penjelasan secara visual agar mendukung pemahaman yang lebih
komprehensif.
e) Kerjakan soal evaluasi dengan cermat. Jika menemui kesulitan dalam
mengerjakan soal evaluasi, kembalilah mempelajari materi yang terkait.
f) Setelah Anda menguasai semua tugas dan tes formatif pada keempat
kegiatan belajar, silahkan Anda lanjutkan dengan mengerjakan tugas
akhir dan tes akhir.

B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
a) Mampu menguasai penggunaan alat ukur theodolit dengan terampil.
b) Mampu melakukan metode pengukuran teristris untuk pemetaan
topografi dengan benar.
c) Mampu mengoperasikan perangkat lunak pengolah peta topografi
dengan terampil.

6
d) Mampu melakukan pengukuran topografi untuk menghitung volume
cut and fill dengan tepat.

2. Sub Capaian Pembelajaran


a) Mampu melakukan centering dan levelling alat dengan baik
b) Mampu mengoperasikan alat pemetaan topografi (theodolite)
c) Mampu menjelaskan teknik pengukuran dan perhitungan koordinat
poligon
d) Mampu menjelaskan teknik pengukuran dan perhitungan beda tinggi
e) Mampu menjelaskan dan mempresentasikan kesalahan-kesalahan yang
sering terjadi pada pengukuran topografi.

3. Pokok-pokok Materi
a) Pengenalan Alat Theodolit
b) Centering Unting-unting
c) Centering Optis
d) Pengukuran Sudut
e) Pengukuran Jarak
f) Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi

4. Uraian Materi
a) Pengenalan Alat Theodolit
1) Penjelasan Theodolite
Theodolit adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu
sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut
tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal. Dimana sudut-sudut
tersebut berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak
diantara dua buah titik lapangan. Theodolit digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak.
Pada alat ukur theodolite, sudut yang dapat dibaca sampai dengan
satuan sekon (detik).

7
Pada dasarnya theodolit berupa sebuah teleskop yang ditempatkan
pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-
putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut
horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada
piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu
horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat
tinggi (Farrington,1997).
Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila objek yang
akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama
bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang
besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau
gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington,
1997).

2) Fungsi Theodolite
Dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran poligon,
pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa
berubah fungsinya menjadi seperti pesawat penyipat datar bila sudut
vertikalnya dibuat 90º.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat
dibidikkan ke segala arah. Dalam pekerjaan bangunan gedung,
theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan
untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

8
3) Bagian-bagian Theodolite
Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :
1. Bagian atas, terdiri dari :
• Teropong / Telescope
• Nivo tabung
• Sekrup okuler dan objektif
• Sekrup gerak vertikal
• Sekrup gerak horizontal
• Teropong bacaan sudut vertikal dan horizontal
• Nivo kotak
• Sekrup pengunci teropong
• Sekrup pengunci sudut vertikal
• Sekrup pengatur menit dan detik
• Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal

2. Bagian bawah, terdiri dari :


• Statif / Trifoot
• Tiga sekrup penyetel nivo kotak
• Unting – unting
• Sekrup repitisi
• Sekrup pengunci pesawat dengan statif

9
GAMBAR 1. THEODOLIT DIGITAL

Keterangan gambar theodolit digital ( DT 20 ES ) :


1. Nivo kotak
2. Klem pengunci
3. Penggerak halus
5. Tempat battery
6. Klem pengunci lingkaran horisontal
7. Penggerak halus lingkaran horisontal
8. Klem pengatur nivo tabung
9. Handle / pembawa
10. Lensa okuler
11. Klem pengatur fokus benang
12. Tombol ON / OFF
13. Nivo tabung
14. Display
15. Keyboard ( papan tombol )
16. Plat dasar

Pada dasarnya alat theodolit konvensional sama dengan theodolit


digital, hanya pada alat ini pembacaan sudut azimuth dan
sudut zenith dilakukan secara manual. Theodolit 0 (T0) dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagian
bawah. Bagian bawah terdiri atas sumbu yang dimasukkan ke dalam

10
tabung, di atasnya terdapat alat pembaca nonius. Di tepi lingkaran
terdapat alat pembaca nonius. Bagian atas terdiri dari bagian
mendatar. Diatasnya terdapat teropong dilengkapi dengan sekrup-
sekrup pengatur fokus dan garis-garis bidik diagfragma.

GAMBAR 2. THEODOLIT KONVENSIONAL (TO)

Keterangan gambar theodolit 0 (T0) :


1. Plat dinding pelindung lingkaran vertikal di dalamnya
2. Ring pengatur lensa tengah
3. Pengatur fokus benang silang
4. Alat baca lingkaran vertikal/horisontal
5. Lensa obyektif
6. Klem vertikal teropong
7. Penggerak halus teropong
8. Klem alhidade horisontal
9. Penggerak halus horisontal
10. Nivo kotak alhidade horisontal
11. Plat dasar instrumen
12. Nivo tabung alhidade horisontal

11
GAMBAR 3. KONSTRUKSI DASAR THEODOLITE

Theodolit adalah alat pengukur sudut, baik sudut mendatar maupun


tegak. Alat ukur theodolite terbagi atas 3 bagian :
• Bagian atas
Pada bagian atas terdiri dari sumbu mendatar (sb-II). Pada
sumbu mendatar ditempatkan suatu teropong dengan
diafragmanya, juga ditempatkan piringan berskala.
• Bagian tengah
Terdiri atas suatu sumbu tegak (sb-I) menembus bagian bawah.
Di atas sb-I diletakkan plat lingkaran dengan dikedua tepi
terdapat alat pembaca nonius (pada alat pembaca nonius (pada
alat baru mikrometer). Di atas plat nonius terdapat 2 kaki
penyangga sumbu mendatar (sb-II). Suatu nivo berada di atas
plat nonius gunanya membuat sb-1 vertikal/tegak.
• Bagian bawah
Terdapat 3 skrup penyetel yang menyangga kiap dan tabung
tempat skala lingkaran.

12
Bagian theodolite dapat Anda lihat pada video pada tautan
berikut :
Nama tautan Tautan QR Code
Bagian https://www.youtube.
theodolite T0 com/watch?v=wFoX5
NaafuQ

Fungsi dari https://www.youtube.


bagian bagian com/watch?v=aJJbR
Theodolite KUhxyo

4) Macam-macam/jenis theodolite
1. Dari segi konstruksi theodolite terbagi atas :
• Theodolite repetisi
Alat ukur tanah repetisi merupakan alat ukur tanah yang
mempunyai skala mendatar dapat diatur dan mengelilingi
sumbu tegak sehingga bacaan skalanya dapat ditentukan ke
sudut mana yang diinginkan.
Lingkaran skala mendatar dapat diatur mengelilingi sumbu
tegak. Bila skrup pengunci lingkaran skala mendatar dibuka,
maka tidak dapat dilakukan pengukuran sudut. Besarnya sudut
yang dibentuk oleh garis bidik yang diarahkan ke dua buah
target hanya dapat diukur kalau skrup pengunci lingkaran skala
mendatarnya terkunci. Sebab bila sekrup pengunci skala
lingkaran mendatar tidak dikunci, maka pada saat diputar,

13
piringan skala mendatar ikut berputar bersama-sama dengan
indek pembaca lingkaran mendatar. Keuntungannya adalah
dimungkinkannya mengubah bacaan pada suatu arah garis bidik
tertentu. Misalpada suatu arah garis bidik di A bacaan skala
mendatarnya dibuat 0o, kemudian garis bidik diarahkan ke B,
maka bacaan skala mendatar di B juga merupakan sudut APB.
Adapun contoh dari alat ukur tanah repetisi diantaranya tipe TM
6 dan TL 60-DP (sokkisha), TL 6-DE (topcon) dan TH-51
(zeiss). Theodolite tipe ganda mempunyai dua buah sumbu pada
bagian dalam dan bagian luar, sehingga memungkinkan
pengukuran sudut dengan pengulangan (repetition) tertentu,
yang akan diuraikan kemudian. Akan tetapi dalam
pembuatannya dipabrik amatlah sulit untuk membuat
sedemikian rupa sehingga kedua sumbu tersebut sungguh-
sungguh terpusat, maka theodolit tipe ini tidak cocok untuk
pengukuran teliti. Theodolite tipe sumbu tunggal kadang-
kadang disebut instrument pengukuran satu arah dan theodolit
tipe sumbu ganda disebut instrumen pengukurandengan
perulangan.

GAMBAR 4. THEODOLIT TIPE TL 6-DE (TOPCON)

14
• Theodolite reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal)
menjadi satu dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu
pada kiap sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap. Pada
jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius. Dalam theodolit
ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap,
sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa diatur. Theodolit
yang dimaksud adalah theodolite tipe T0 (wild) dan tipe DKM-
2A (Kem). Pelat atas dan pelat bawah dapat berputar
mengelilingi sumbu vertikal dengan bebas dimana terdapat
sekrup-sekrup tangens untuk sedikit menggeser kedua pelat
tersebut. Agar dapat dipergunakan untuk pengukuran sudut
vertikal, maka pada theodolit dipasang niveau teleskop dan
dilengkapi pula dengan sekrup klem untuk mengencangkan
teleskop dan sekrup tangennya.

GAMBAR 5. THEODOLIT TIPE T0 (WILD)

15
2. Theodolit menurut sistem bacaannya:
• Theodolite sistem baca dengan Indexs Garis
• Theodolite sistem baca dengan Nonius
• Theodolite sistem baca dengan Micrometer
• Theodolite sistem baca dengan Koinsidensi
• Theodolite sistem baca dengan Digital

3. Theodolit menurut skala ketelitian


• Theodolit presisi (Type T3/ Wild)
• Theodolit 1 (satu) sekon (Type T2 / Wild)
• Theodolit 10 (sepuluh) Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)
• Theodolit 1 (satu) menit (Type T0 / Wild)
• Theodolit 10 (sepuluh) menit ( Type DK-1 / Kern)

Persyaratan alat theodolite agar siap digunakan :


1. Sb-I benar-benar tegak
2. Sb II benar-benar mendatar
3. Sb-I tegak lurus sb-II
4. Garis bidik tegak lurus sb-II
5. Salah indeks = 0

• Tutorial menggunakan Theodolit dapat Anda lihat pada video pada


tautan berikut :
Nama tautan Tautan QR Code
Tutorial https://www.youtube.
menggunakan com/watch?v=Tu5Hs
#Theodolit -ckTDY
Manual,
#WildT2 #Leica

16
[TUTORIAL] https://www.youtube.
Penggunaan com/watch?v=8Q3SE
Dasar Digital B575rk
Theodolite
Topcon 205L

b) Centering Unting-unting
• Gantungkan unting-unting pada kaitan (bagian tengah kepala statip)
• Agar lebih diperhatikan, jarak antara unting-unting dengan titik atau
patok tidak terlalu jauh (sekitar 5 mm). Gangguan utama pada
pengaturan alat adalah faktor angin yang dapat menggoyangkan
unting-unting
• Kombinasikan theodolite dan statip dan kunci dengan skrup
pengatur. Pasang alat diatas titik/patok. Buka kaki statip sehingga
posisi sumbu mendatar (sb-II) setinggi mata. Atur kaki statip agar
kepala statip mendatar (step-1)
• Angkat statip tanpa merubah kedudukan sebelumnya dan unting
mendekati ujung titik/patok (step-2)
• Tancapkan kaki statip secukupnya (step-3)
• Buat posisi kepala statip mendatar dengan menaik turunkan kaki
statip (step-4)
• Atur sumbu tegak agar vertikal dengan bantuan skrip penyetel dan
nivo alhidade. Menepatkan unting agar tepat di atas titik/ patok
dilakukan dengan menggeser alat

17
GAMBAR 6. LANGKAH-LANGKAH CENTERING UNTING-UNTING

c) Centering Optis
• Atur alat di atas titik patok setinggi bahu. Posisi antara ketiga kaki
statip simetris. Bila perkiraan kepala statip telah berada diatas
titik/patok, injak kaki-kaki statip .
• Gabungkan alat theodolite dengan kepala statip, lalu kunci.
• Atur lingkaran pengunting optis dengan menggerakan ketiga sekrup
penyetel kiap agar lingkaran tersebut mendekati ujung titik/patok
• Tengahkan gelembung nivo dengan cara menaik turunkan kaki-kaki
statip
• Periksa melalui pengintai optis apakah kedudukan lingkaran masih
dalam posisi sebelumnya. Apabila bergeser, gerakan theodolite agar
lingkaran tersebut berada diatas titik/patok.
• Tengahkan nivo tabung alhidade dengan mengatur satu dua skrup
penyetel

18
• Putar alat arah 900 dan 1800, perhatikan pegeseran nivo tabung
alhidade. Bila terjadi pergeseran gelembung nivo, lakukan
penyetelan dengan skrup. Alat dianggap siap pakai bila diputar lebih
dari 3600 posisi gelembung nivo tabung alhidade telah stabil (berada
di tengah).
• Teknik centering optis dapat Anda lihat pada video pada tautan
berikut :
Nama tautan Tautan QR Code
teknik centering https://www.youtube.
optis com/watch?v=ptiVcP
GwD58

Menyetel nivo https://www.youtube.


kotak com/watch?v=rYQE7
DDgd6k

d) Pengukuran Sudut
• Setelah centering alat selesai dilakukan, pasang target ditempat titik
yang akan ditentukan. Prinsip pemasangan target unting sama
dengan centering alat dimana ujung unting harus berada tepat diatas
titik/patok.

19
GAMBAR 7. POSISI ALAT DAN TARGET

• Lakukan pengamatan ke jurusan AB, catat bacaan horizontal


kedudukan teropong biasa.
• Putar alat searah jarum jam ke jurusan AC, catat bacaan
horizontal. Kedudukan teropong BIASA. α = Jur AC – Jur AB.
• Balikan kedudukan teropong menjadi LUAR BIASA. Lakukan
pengamatan ke jurusan AC, catat bacaan horizontalnya.
• Putar alat berlawanan jarum jam ke jurusan AB, catat bacaan
horizontal. Kedudukan teropong LUAR BIASA α = Jur AC –
Jur AB
• Lakukan pengerjaan diatas sebanyak 5 kali.
• Pengukuran sudut dengan cara B – B – LB – LB artinya
pengukuran 1 seri ganda. Selisih bacaan horizontal B dan LB
menurut teori 3600
• Langkah diatas digunakan untuk pengamatan sudut lainnya.
(jurusan AC – jurusan AD serta jurusan AD – jurusan AE)
• Pada proses hitungan, hasil pengamatan masing-masing sudut
baik B dan LB diambil harga rata-ratanya

20
e) Pengukuran Jarak
Pengertian jarak dalam ilmu ukur tanah adalah mendapatkan suatu
besaran panjang antara 2 titik di permukaan tanah dalam keadaan
mendatar.
Cara melakukan pengukuran jarak terbagi atas :
• Pengukuran dengan pita ukur (langsung)
Pengukuran jarak 2 titik yang mempunyai ketinggian relatif sama.
Bentangan pita ukur dengan tegangan secukupnya. Misalnya titik A
sebagai titik belakang dan titik B sebagai titik muka. Pembacaan
dititik A = mb dan pembacan di titik B = mm

GAMBAR 8. PENGUKURAN DENGAN PITA UKUR

Jarak titik A – titik B :


d = mm - mb ; mm > mb
atau
d = mb – mm ; mb > mm
Bila jarak A-B lebih panjang dari gulungan pita ukur, diperlukan
pengukuran secara bertahap dengan cara membagi beberapa bagian
jarak (d1, d2, d3, ……dn)

GAMBAR 9. BAGIAN-BAGIAN JARAK

21
Jarak dari A ke B menjadi :
dAB = d1 + d2 + d3 + d4

Pengukuran jarak mendatar pada permukaan tanah yang miring :

GAMBAR 10. PENGUKURAN JARAK DI PERMUKAAN MIRING

a. Jarak antara titik A dan titik B (dAB) dibagi menjadi beberapa


bagian jarak, tandai dengan memasang patok bantu 1 dan 2.
b. Rentangkan pita ukur, skala 0 (nol) tepat diatas titik A.
Rentangan tali relatif mendatar.
c. Gantungkan unting-unting impitkan dengan skala pita ukur,
catat bacaannya. Hal yang sama dilakukan terhadap patok
lainnya.

Hasil pengukuran jarak sebagai berikut :


dAB = d1 + d2 + d3

• Pengukuran jarak optis (tak langsung)


Umumnya dikenal dengan pengukuran metoda rambu vertikal
(Thaeometri). Pengukuran tak langsung data dilakukan pula dengan
cara : substance bar, stadia, tangensial, rangefinder.

22
GAMBAR 11. PENGUKURAN JARAK METODA TACHIMETRI

Rumus umum : d = dm cos m


d = 100 (BA-BB) cos m . cos m

Dari persamaan di atas diringkas menjadi :


d = 100 (BA-BB) cos2 m
Dimana : d = jarak mendatar
100 = konstanta
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
m = sudut miring

f) Kesalahan-kesalahan pada survei dan pemetaan


Pengukuran merupakan proses yang mencakup tiga hal atau bagian
yaitu benda ukur, alat ukur dan pengukur atau pengamat. karena ketidak
sempurnaan masing-masing bagian ini ditambah dengan pengaruh
lingkungan maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satu pun pengukuran
yang memberikan ketelitian yang absolut. Ketelitian bersifat relatif
yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan
harga yang dianggap benar, karena yang absolut benar tidak diketahui.

23
Setiap pengukuran, dengan kecermatan yang memadai, mempunyai
ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang berbeda-beda, tergantung
pada kondisi alat ukur, benda ukur, metoda pengukuran dan kecakapan
si pengukur. Kesalahan dalam pengukuran–pengukuran yang
dinyatakan dalam persyaratan bahwa:
1. Pengukuran tidak selalu tepat,
2. Setiap pengukuran mengandung galat,
3. Harga sebenarnya dari suatu pengukuran tidak pernah diketahui,
4. Kesalahan yang tepat selalu tidak diketahui

Adapun sumber–sumber kesalahan yang menjadi penyebab kesalahan


pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Alam; perubahan angin, suhu, kelembaban udara, pembiasan
cahaya, gaya berat dan deklinasi magnetik.
2. Alat; ketidaksempurnaan konstruksi atau penyetelan instrumen.
3. Pengukur; keterbatasan kemampuan pengukur dalam merasa,
melihat dan meraba.

Kondisi alam walaupun pada dasarnya merupakan suatu fungsi yang


berlanjut, akan tetapi mempunyai karakteristik yang dinamis. Hal inilah
yang menyebabkan banyak aplikasi pada bidang pengukuran dan
pemetaan. Pengukuran dan pemetaan banyak tergantung dari alam.
Pelaksanaan pekerjaan dan pengukuran jarak, sudut, dan koordinat titik
pada foto udara juga diperlukan suatu instrumen pengukuran yang
prosedurnya untuk mengupayakan kesalahan yang kecil. Dan jika
diantara kesalahan itu terjadi maka pengukuran dan pengumpulan data
harus di ulang. Kesalahan terjadi karena salah mengerti permasalahan,
kelalaian, atau pertimbangan yang buruk. Kesalahan dapat
diketemukan dengan mengecek secara sistematis seluruh pekerjaan dan
dihilangkan dengan jalan mengulang sebagian atau bahkan seluruh
pekerjaan.

24
a. Akurasi dan Presisi
Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan
nilai sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar
(accepted value). Jika tidak ada data sebenarnya atau nilai yang
dianggap benar tersebut, tidak mungkin untuk menentukan berapa
akurasi pengukuran tersebut. Presisi menyatakan seberapa dekat
nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan pengukuran. Semakin
dekat nilai-nilai hasil pengulangan pengukuran, semakin presisi
pengukuran tersebut.

GAMBAR 12. AKURASI DAN PRESISI

Gambar di atas menunjukkan beberapa kali pengamatan dan


masing-masing gambar menunjukkan:
a. Presisi dan akurasi tinggi.
b. Presisi rendah, akurasi tinggi
c. Presisi tinggi, akurasi rendah
d. Presisi dan akurasi

25
b. Kesalahan dalam Pengukuran
Dalam pekerjaan survei dan pemetaan, terutama pada penggunaan
alat theodolit, sering terjadi kesalahan-kesalahan yang
menyebabkan hasil pengukuran menjadi tidak valid. Kesalahan-
kesalahan tersebut harus dipahami dan dikenali sebelum
melakukan pekerjaan pengukuran (Survei dan Pemetaan).
1. Kesalahan Sistematis (Instrument Error)
Kesalahan sistematis adalah kesalahan pengamatan yang
disebabkan karena oleh faktor instrumen pengukuran.
Kesalahan sistematik akan berdampak pada akurasi
pengukuran. Jika kesalahan sistematik terjadi, akurasi
pengukuran tidak dapat ditingkatkan dengan melakukan
pengulangan pengukuran. Sumber kesalahan sistematik terjadi
karena instrumen pengukuran tidak terkalibrasi terlebih dahulu
atau kesalahan pembacaan seperti edm error. Kesalahan alat
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kesalahan Alat Ukur
Kesalahan pada alat ukur sudut terdiri dari:
1) Kesalahan alat ukur sudut sendiri
a) Kesalahan sudut kolimasi atau kesalahan bacaan
sudut horizontal. Kesalahan ini bisa dihilangkan
dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong
biasa dan luar biasa dan hasil ukurannya dirata-rata.
b) Kesalahan sumbu horizontal disebabkan sumbu
horizontal tidak tegak lurus sumbu vertikal.
Kesalahan ini bisa dihilangkan dengan cara
mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan
luar biasa lalu hasil ukurannya dirata-rata.
c) Kesalahan sumbu vertikal disebabkan sumbu vertikal
tidak berimpit dengan arah garis vertikal. Kesalahan
ini dieliminernya dengan cara berhati-hati, terutama

26
pada pembacaan sudut vertikal yang sudut elevasinya
besar.
d) Kesalahan eksentris disebabkan sumbu vertikal tidak
berimpit dengan pusat graduasi horizontal. Kesalahan
ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut
dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan hasil
ukurannya dirata-rata.
e) Kesalahan graduasi, kesalahannya bisa dihilangkan
dengan cara merubah lingkaran graduasi pada awal
pembacaan misalnya 00, 900.
b. Kesalahan alat penyipat datar.
1) Kesalahan alat penyipat datar sendiri. Arah garis visir
tidak sejajar sumbu nivo.
2) Kesalahan akibat rambu
a) Rambu tidak tegak.
b) Rambu tidak stabil (karena tempat dudukannya
lunak).
c) Harga nol rambu sudah tidak tepat, harus dikalibrasi.
d) Sambungan rambu tidak tepat, harus dikalibrasi.
e) Graduasi rambu yang tidak teliti, harus dikalibrasi.
3) Alat pengukur jarak
Pengukuran jarak bisa dilaksanakan secara langsung dan
tidak langsung.
c. Kesalahan surveyor
1) Penyetelan instrumen
a) Levelling pengaturan nivo kotak atau nivo tabung
kurang teliti.
b) Centering kurang teliti
c) Paralak optis.

27
2) Kurang memahami karakteristik alat, perbedaan
centring dengan alat penegak unting-unting, optis, dan
sinar laser.
3) Jarak ke muka ≠ jarak ke belakang.
4) Salah baca.
5) Salah catat.

2. Kesalahan Manusia (Human Error)


Human error adalah kesalahan pada saat pengamatan yang
disebabkan oleh pengamat atau surveyor. Kesalahan ini
diakibatkan karena kurang hari-hati, kelalaian,
ketidakmengertian terhadap instrumen, atau surveyor tidak
melaksanakan standar operasional prosedur dengan benar
yang telah diberikan.
Beberapa kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan
manusia/personil:
a. Surveyor
a) Kurang memahami karakteristik dan penggunaan alat ukur.
b) Kurang mahir dalam pelaksanaan penggunaan alat ukur.
c) Prosedur pelaksanaan pengukuran kurang dipahami.
d) Sikap tidak hati-hati, dan tidak teliti
e) Kelelahan fisik, tergesa-gesa.
b.Pembantu lokal
Kurang memahami dalam pelaksanaan penggunaan alat
ukur. Contoh:
a) Memegang rambu ukur tidak memperhatikan nivo
rambu ukur.
b) Memasang patok tidak tegak
c) Penempatan rambu ukur pada tempat yang lunak.
d) Sikap tidak hati-hati, dan teliti (asal-asalan)
e) Kelelahan fisik

28
3. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak akan berdampak pada presisi pengukuran.
Kesalahan ini muncul memberikan hasil pengukuran yang
fluktuatif, di atas dan di bawah nilai sebenarnya atau nilai yang
diangap benar. Presisi pengukuran akibat kesalahan acak ini
dapat diperbaiki dengan melakukan pengukuran secara repetisi
yaitu pengulangan pengukuran pada satu titik. Dalam
penggunaan alat ukur dilakukan pengukuran seri rangkap yaitu
B-LB-LB-B. Contoh kesalahan acak adalah:
a. Kesalahan yang dipengaruhi kondisi alam
a) Pengaruh sinar matahari langsung
b) Selama pengukuran alat ukur harus dilindungi.
c) Koreksi perubahan rambu harus diperhitungkan.
b. Perubahan posisi alat dan rambu
Pengukuran ditanah yang lembek, gambut. Harus dibuat
patok pembantu penyangga alat.
c. Pengaruh refraksi cahaya
a) Jarak titik ukur jangan terlalu jauh
b) Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore
d. Pengaruh lengkung bumi
Pengaruh lengkung bumi baru diperhitungkan untuk jarak
300 meter sebesar 0,01 meter. Harga ini dihitung dengan
persamaan:
dD={(1-K)s2 }/2R
Keterangan:
dD = Koreksi jarak
K = Koefisien refraksi
(0,13) R = Jari-jari lengkung bumi
S = jarak horizontal

29
5. Forum Diskusi
1. Lakukan pengukuran topografi menggunakan alat ukur
theodolite/waterpass/total station.
2. Dari pengukuran yang Anda lakukan, apakah terjadi kesalahan dalam
pengukuran topografi? Kesalahan pengukuran apa yang telah Anda
lakukan?
3. Bagaimana mengoreksi kesalahan yang dilakukan pada pengukuran
topografi Anda!

C. PENUTUP
1. Rangkuman
1. Theodolit adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu
sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut
tegak yang dinamakan dengan sudut vertikal.
2. Dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran poligon, pemetaan
situasi, maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah
fungsinya menjadi seperti pesawat penyipat datar bila sudut vertikalnya
dibuat 90º.
3. Pengukuran merupakan proses yang mencakup tiga hal atau bagian yaitu
benda ukur, alat ukur dan pengukur atau pengamat. Karena
ketidaksempurnaan masing-masing bagian ini ditambah dengan
pengaruh lingkungan maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satu pun
pengukuran yang memberikan ketelitian yang absolut.
4. Ketelitian bersifat relatif yaitu kesamaan atau perbedaan antara harga
hasil pengukuran dengan harga yang dianggap benar, karena yang
absolut benar tidak diketahui.
5. Setiap pengukuran, dengan kecermatan yang memadai, mempunyai
ketidaktelitian yaitu adanya kesalahan yang berbeda-beda, tergantung
pada kondisi alat ukur, benda ukur, metoda pengukuran dan kecakapan
si pengukur.

30
2. Daftar Pustaka
Brinker, Russell C, Section 12 Surveying (Merrit, Frederick S, Standard
Handbook for Civil Engineers, Second Edition, McGraw-Hill Inc.,
New York, 1976)
Sukatiman dkk., Dasar-dasar Survey dan Pemetaan Untuk Mahasiswa dan
Praktisi Pemetaan, Cetakan 1, Surakarta, UNS Press, 2012
Wongsotjitro, Soetomo, Ilmu Ukur Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,
1991.

https://www.youtube.com/watch?v=wFoX5NaafuQ diakses tanggal 17


April 2021 pukul 09.16 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=aJJbRKUhxyo diakses tanggal 20
April 2021 pukul 12.31 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=Tu5Hs-ckTDY diakses tanggal 17
April 2021 pukul 10.49 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=8Q3SEB575rk diakses tanggal 20
April 2021 pukul 14.07 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=ptiVcPGwD58 diakses tanggal 2 April
2021 pukul 08.22 WIB
https://www.youtube.com/watch?v=rYQE7DDgd6k diakses tanggal 20
April 2021 pukul 09.58 WIB

31

Anda mungkin juga menyukai