Anda di halaman 1dari 94

KEGIATAN BELAJAR 1 :

KONSEP DASAR PROFESI

CAPAIAN & SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Capaian Pembelajaran :
Memahami Konsep Dasar Profesi Guru
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan :
Menganalisis konsep profesi dan istilah-istilah yang terkait dengan profesi
Menganalisis syarat dan urgensi profesi
Menganalisis ragam profesi
Menganalisis guru sebagai suatu profesi

POKOK-POKOK MATERI

Menganalisis konsep profesi dan istilah-istilah yang terkait dengan profesi


Menganalisis syarat dan urgensi profesi
Menganalisis ragam profesi
Menganalisis guru sebagai suatu profesi

1
A. Pengertian Profesi dan Istilah-Istilah yang Terkait dengan Profesi
Secara leksikal, kata profesi mengandung berbagai makna dan pengertian.
Berdasarkan Hornby sebagaimana yang dikutip Udin Syaifuddin Saud (2008), kata
profesi menunjukkan dan mengungkapkan suatu kepercayaan, bahkan suatu
keyakinan atas sesuatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang. Profesi
menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu. Profesi
merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi. Profesi juga
merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama
di perguruan tinggi dan diatur oleh suatu kode etik khusus. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa profesi itu pada hakikatnya merupakan suatu
pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga
meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya.
Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Profesional
artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya sifat profesional
(Engkol, 1990). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ditemukan kata profesi
adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu (keterampilan,
kejuruan dan sebagainya). Profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2)
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3) mengharuskan
adanya pembayaran untuk melakukannya. Profesionalisasi adalah proses membuat
suatu badan organisasi agar menjadi profesional (Depdiknas, 2005).
Beberapa istilah yang muncul terkait dengan kata profesi adalah profesi,
profesional, profesionalisme, profesionalisasi, dan profesionalitas. Sanusi (1991)
menguraikan kelima konsep tersebut, yaitu:
1. Profesi. Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
para anggotanya. Maksudnya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarangan
orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui apa yang disebut
profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi

2
itu maupun setelah menjalani suatu profesi (in service training) maupun
setelah menjalani suatu profesi. Selain pengertian ini, ada beberapa ciri
profesi khususnya yang berkaitan dengan profesi kependidikan. Dengan
demikian, kata profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian, tanggung jawab dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu
profesi secara teori tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak
dilatih atau disiapkan untuk itu.
2. Profesional. Kata profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang
menyandang suatu profesi, misalnya ”Dia seorang profesional”. Kedua,
penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan
profesinya. Pengertian kedua ini, profesional dikontraskan dengan ”non-
profesional” atau ”amatir”. Suatu pekerjaan profesional memerlukan
persyaratan khusus, yaitu menuntut adanya keterampilan berdasarkan
konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; menekankan pada
suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya;
menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; adanya kepekaan
terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya;
dan memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan
(Ali, 1985).
3. Profesionalisme. Kata profesionalisme menunjuk kepada komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan
terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Profesionalisme juga
menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau
penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang profesionalismenya
tinggi, sedang, dan rendah. Selain itu profesionalisme juga mengacu kepada
sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan pada
standar yang tinggi dan kode etik profesinya. Sedangkan Ahmad Tafsir
(1992) memberikan pengertian profesionalisme sebagai paham yang
mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang
profesional.

3
4. Profesionalitas. Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap
para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan
dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.
Dengan demikian, profesionalitas guru adalah suatu “keadaan” derajat
keprofesian seorang guru dalam sikap, pengetahuan, dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pendidikan dan. Dalam hal ini, guru
diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga
mampu melaksanakan tugasnya secara efektif.
5. Profesionalisasi. Kata profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan
kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai
kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses
pengembangan profesional baik dilakukan melalui pendidikan ”pra-jabatan”
maupun ”dalam jabatan”. Oleh karena itu, profesionalisasi merupakan
proses yang panjang.

B. Syarat dan Urgensi Profesi


Suatu pekerjaan yang disebut profesi harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Berdasarkan Syafrudin Nurdin (2005), syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu
pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu:
1. Panggilan hidup yang sepenuh waktu;
2. Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian;
3. Kebakuan yang universal;
4. Pengabdian;
5. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif;
6. Otonomi;
7. Kode etik;
8. Klien;
9. Berperilaku pamong;
10. Bertanggung jawab, dan lain sebagainya.

4
Ahmad Tafsir (1992) berpendapat bahwa pekerjaan dapat disebut sebagai
profesi harus memenuhi syarat, yaitu:
1. Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus.
2. Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal.
4. Profesi adalah diperuntukkan bagi masyarakat.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan kompetensi
aplikatif.
6. Pemegang profesi memegang otonomi dalam melakukan profesinya.
7. Profesi memiliki kode etik.
8. Profesi miliki klien yang jelas.
9. Profesi memiliki organisasi profesi.
10. Profesi mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Pasal 39 (ayat 2)
jabatan guru dinyatakan sebagai jabatan profesional. “Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik
pada perguruan tinggi”.
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat 1,
prinsip profesional guru mencakup karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealisme.
b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
c. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
d. Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi.
e. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi berkelanjutan.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
keprofesionalan.

5
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan keprofesian.
Pada dasarnya profesionalisme dan sikap profesional itu merupakan motivasi
intrinsik yang ada pada diri seseorang sebagai pendorong untuk mengembangkan
dirinya menjadi tenaga profesional. Motivasi intrinsik tersebut akan berdampak
pada munculnya etos kerja yang unggul (exellence) yang ditunjukkan dalam lima
bentuk kerja sebagai berikut:
1. Keinginan untuk selalu Menampilkan Perilaku yang Mendekati Standar
Ideal
Berdasarkan kriteria ini, jelas bahwa guru yang memiliki profesional tinggi akan
selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal akan
mengidentifikasikan dirinya kepada figur yang dipandang memiliki standar
ideal.
2. Meningkatkan dan Memelihara Citra Profesi
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu
meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku
profesional. Perwujudan dilakukan melalui berbagai cara, penampilan, cara
bicara, penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar
pribadi, dan sebagainya.
3. Memanfaatkan setiap Kesempatan Pengembangan Profesional
Berdasarkan kriteria ini, para guru diharapkan selalu berusaha mencari dan
memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagai
kesempatan yang dapat dimanfaatkan antara lain: (a) mengikuti kegiatan ilmiah
seperti lokakarya, seminar, dan sebagainya, (b) mengikuti penataran atau
pendidikan lanjutan, (c) melakukan penelitian dan pengabdian pada
masyarakat, (d) menelaah kepustakaan, membuat karya ilmiah, serta, serta (e)
memasuki organisasi profesi.
4. Mengejar Kualitas dan Cita-Cita dalam Profesi
Hal ini mengandung makna bahwa profesionalisme yang tinggi ditunjukkan
dengan adanya upaya untuk selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai
dengan program yang telah ditetapkan. Guru yang memiliki profesionalisme

6
tinggi akan selalu aktif dalam seluruh kegiatan dan perilakunya untuk
menghasilkan kualitas yang ideal. Secara kritis, ia akan selalu mencari dan
secara aktif selalu memperbaiki diri untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik
dalam melaksanakan tugasnya.
5. Memiliki Kebanggaan Terhadap Profesinya
Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajat kebanggaan akan profesi yang
dipegangnya. Dalam kaitan ini, diharapkan agar para guru memiliki rasa
bangga dan percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan
penghargaan akan pengalamannya di masa lalu, berdedikasi tinggi terhadap
tugas-tugasnya sekarang, dan meyakini akan potensi dirinya bagi
perkembangan di masa depan.
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menempatkan
kedudukan guru sebagai tenaga profesional sangat urgen karena berfungsi
untuk meningkatkan martabat guru sendiri dan meningkatkan mutu pendidikan
nasional. Ini tertera pada pasal 4, “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional”. Selanjutnya Pasal 6 menyatakan
tujuan menempatkan guru sebagai tenaga profesional yaitu: “Kedudukan guru
dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.”

C. Ragam Profesi
Secara istilah profesi biasa diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang
didasarkan pada keahlian tertentu. Hanya saja tidak semua orang yang mempunyai
kapasitas dan keahlian tertentu sebagai buah pendidikan yang ditempuhnya
menempuh kehidupannya dengan keahlian tersebut, maka ada yang mensyaratkan

7
adanya suatu sikap bahwa pemilik keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya
pada jabatan tersebut.
Pada umumnya masyarakat awam mengartikan kata profesionalisme bukan
hanya digunakan untuk pekerjaan yang telah diakui sebagai suatu profesi,
melainkan pada hampir setiap pekerjaan. Muncul ungkapan misalnya penjahat
profesional, sopir profesional, hingga tukang ojek profesional. Dalam bahasa awam
pula, seseorang disebut profesional jika cara kerjanya baik, cekatan, dan hasilnya
memuaskan. Dengan hasil kerjanya itu, seorang mendapatkan uang atau bentuk
imbalan lainnya.
Vollmer dengan menggunakan pendekatan kajian sosiologi sebagaimana
yang dikutip Saud (2009) mempersepsikan bahwa profesi itu sesungguhnya
hanyalah merupakan suatu jenis model atau tipe pekerjaan ideal saja, karena dalam
realitasnya bukanlah merupakan hal mustahil pula untuk mencapainya asalkan ada
upaya yang sungguh-sungguh kepada pencapaiannya. Proses usaha menuju kearah
terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal itulah yang
dimaksudkan dengan profesionalisasi.
Pernyataan di atas itu mengimplikasikan bahwa sebenarnya seluruh
pekerjaan apapun memungkinkan untuk berkembang menuju kepada suatu jenis
model profesi tertentu. Dengan mempergunakan perangkat persyaratannya sebagai
acuan, maka kita dapat menandai sejauh mana sesuatu pekerjaan itu telah
menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan
secara profesional.
Hal yang sangat diperlukan oleh suatu profesi ialah pengakuan masyarakat
atas jasa yang diberikannya. Kita mengenal, profesi yang paling tua adalah
kedokteran dan hukum. Profesi kedokteran berkembang dari tradisi pengobatan
tradisional yang mencampuradukkan pseudo science dengan science. Sedangkan
profesi hukum berkembang dari kebutuhan masyarakat akan adanya rasa aman dan
kepastian hukum bagi pelanggar aturan. Ahli sosiologi hukum memahami betul
bahwa setiap masyarakat mengembangkan hukumnya sendiri sesuai dengan
kondisi kemasyarakatan dan semangat zamannya.

8
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi adalah
suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu jabatan tertentu yang
mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap dan keterampilan) tertentu secara
khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi kata profesi
tidak hanya berlaku untuk pekerjaan guru saja, namun juga berlaku untuk bidang
pekerjaan yang lain yang didasarkan pada keahlian tertentu.

D. Guru sebagai Suatu Profesi


Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para
anggotanya. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dijelaskan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Hal ini diperkuat Pidarta (1997:265) bahwa guru dan
dosen adalah pejabat professional sebab mereka diberi tunjangan professional.
Usman (2002:5) menegaskan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang
tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.
Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut
sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai
guru profesional yang harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran
dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh
pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dan kompetensi guru
diperoleh melalui pendidikan profesi. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen).

9
Contoh soal HOTS merupakan bentuk latihan guru untuk menguasai
pembuatan soal HOTS dalam berbagai tipe. Ada empat (4) tipe soal HOTS bentuk
pilihan ganda (PG), yaitu tipe: 1) Pilihan Ganda Biasa, 2) Pilihan Ganda Komplek, 3)
Pilihan Ganda Kasuistik, dan 4) Pilihan Ganda Asosiatif. Pada KB1 diberikan contoh
soal PG tipe 1; pada KB2 diberikan contoh soal PG tipe 2; pada KB3 diberikan contoh
soal PG tipe 3; dan pada KB4 diberikan contoh soal PG tipe 4. Tujuan diberikannya
contoh soal ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari dan mampu membuat
soal HOTS bentuk Pilihan Ganda dengan berbagai tipe.

Bacalah dengan seksama informasi di bawah ini!


Guru adalah pendidik profesional. Dalam menjalankan profesinya, guru dituntut
untuk memenuhi syarat. Syarat yang harus dipenuhinya adalah guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Profesi
guru berarti suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi. Profesi juga
merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama
di perguruan tinggi dan diatur oleh suatu kode etik khusus. Berdasarkan uraian di
atas, dapat disimpulkan bahwa profesi itu pada hakikatnya merupakan suatu
pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga
meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya. Dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh pelatihan dan
pengembangan profesi dalam bidangnya. Kompetensi guru diperoleh melalui
pendidikan profesi, yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Berdasarkan informasi di atas, guru dalam mengembangkan kompetensinya dapat


ditempuh melalui…
a. Pendidikan tinggi

10
b. Pendidikan profesi
c. Pelatihan (workshop)
d. Bimtek (Bimbingan teknis)
e. Pembinaan
Jawaban: B

Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan


beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya sebagai
berikut:

1. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS Program


PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
2. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses
pembelajarannya di sekolah/madrasah!
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul di
bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara melakukan
pembelajaran remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS
program PPG.
4. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas yang ada
di LMS.

11
GLOSARIUM

Adaptif : mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan.


Citra : rupa; gambar; gambaran; gambaran yang dimiliki orang
banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau
produk; kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan
oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur
dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi; data atau
informasi dari potret udara untuk bahan evaluasi.
Dedikasi : pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha atau tujuan mulia; pengabdian.
Diagnostik : ilmu untuk menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala
yang ada.
Efektif : ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur
atau mujarab (tentang obat); dapat membawa hasil; berhasil
guna (tentang usaha, tindakan); mangkus; mulai berlaku
(tentang undang-undang, peraturan).
Etik : kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat; pembangunan nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat dalam
proses pembangunan.
Etos Kerja : semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok.
Figur : bentuk; wujud; tokoh.
Guru : orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.
Ideal : sangat sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-
angankan atau dikehendaki.
Ilmiah : bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat
(kaidah) ilmu pengetahuan.

12
Kecakapan : kemampuan; kesanggupan; kepandaian atau kemahiran
mengerjakan sesuatu.
Klien : orang yang memperoleh bantuan hukum dari seorang
pengacara dalam pembelaan perkara di pengadilan; orang
yang membeli sesuatu atau memperoleh layanan (seperti
kesehatan, konsultasi jiwa) secara tetap; pelanggan.
Kompetensi : kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan
sesuatu); kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa
secara abstrak atau batiniah.
Kreatif : memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta.
Kredibilitas : perihal dapat dipercaya.
Lokakarya : pertemuan antara para ahli (pakar) untuk membahas masalah
praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam
bidang keahliannya; sanggar kerja.
Motivasi intrinsik : dorongan atau keinginan dari dalam diri seseorang.
Otonomi : pemerintahan sendiri.
Pamong : pengasuh; pendidik (guru); pengurus.
Penelitian : laporan berdasarkan penelitian ilmiah terhadap suatu gejala.
Sains : ilmu pengetahuan pada umumnya; pengetahuan sistematis
tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, botani,
fisika, kimia, geologi, zoologi, dan sebagainya; ilmu
pengetahuan alam; pengetahuan sistematis yang diperoleh
dari sesuatu observasi, penelitian, dan uji coba yang
mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu
yang sedang diselidiki, dipelajari, dan sebagainya.
Unggul : lebih tinggi (pandai, baik, cakap, kuat, awet, dan sebagainya)
daripada yang lain-lain; utama (terbaik, terutama); menang.
Urgen : mendesak sekali pelaksanaannya; sangat penting (gawat,
mendesak, memerlukan tindakan segera).

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi. Bandung:


Angkasa.
Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas RI:
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga
pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas RI : Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2019. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. 2016. Buku 1: Pengelolaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar
(PPGP).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2000 Pasal 2 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Pidarta,1997, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia, Jakarta, PT Bina Rineka Cipta.
Sanusi, Achmad. et. al. 1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.

14
Soewarni, E. (2004). Kebijakan Pedoman Pengembangan Profesi. Jakarta: Rajawali
Press.
Syafaruddin, 2005. Ilmu Pendidikan Perspektif Baru Rekonstruksi Budaya Abad
XXI. Bandung: Citapustaka Media.
Tafsir, A. 1992. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung; Remaja
Rosddakarya.
Udin Saefudin Sa’ud. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Usman, M.U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

15
KEGIATAN BELAJAR 2: PROFIL GURU

CAPAIAN & SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Capaian Pembelajaran Kegiatan Belajar 2 :


Menganalisis Profil Guru Abad 21
Sub Capaian Pembelajaran
Menganalisis Pengertian Profil Guru Abad 21
Menganalisis Karakteristik Guru Abad 21
Menganalisis Keprofesionalan Guru Abad 21
Menganalisis Kode Etik Guru Indonesia

Pokok-Pokok Materi
Menganalisis Pengertian Profil Guru Abad 21
Menganalisis Karakteristik Guru Abad 21
Menganalisis Kompetensi Guru Abad 21
Menganalisis Kode Etik Guru Indonesia

16
A. Pengertian Profil Guru Abad 21
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad 21 telah mengubah
karakteristik peserta didik sehingga memerlukan orientasi dan cara pembelajaran
yang inovatif. Penyesuaian peran guru perlu dilakukan utamanya karena adanya
perubahan karakteristik peserta didik generasi milenial menjadi karakteristik
generasi z, istilah yang mewakili generasi abad 21. Kita tentu sudah merasakan
adanya perubahan-perubahan pembelajaran abad 21 meliputi perubahan pada pola
pembelajaran, perubahan orientasi kebutuhan, dan perubahan kebiasaan-kebiasaan
belajar peserta didik abad 21.
Kata profil menurut Bahasa Indonesia adalah pandangan, gambaran, sketsa
biografi, grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal khusus. Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan
optimal. Sebagai konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan
zaman semakin tertinggal sehingga tidak bisa memainkan perannya secara optimal
dalam mengemban tugas dan menjalankan profesinya.
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa dipelihara,
yaitu:
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal
2. Sikap memelihara citra profesi
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi

17
Menghadapi tantangan abad 21 diperlukan guru yang bertipe great teacher,
guru yang benar-benar seorang profesional. Tilaar (1998) memberikan ciri-ciri agar
seorang guru terkelompok ke dalam guru yang profesional, yaitu;
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
2. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
3. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
4. Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan
5. Menguasai subjek (kandungan kurikulum)
6. Mahir dan berketerampilan dalam pedagogi (pengajaran & pembelajaran)
7. Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka
8. Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology)
9. Memiliki kemahiran konseling.
Salah satu profil guru efektif abad 21 yaitu mampu bekerja secara kolaboratif
dan bisa membimbing siswa untuk berkolaborasi dalam pembelajaran. Kolaborasi
adalah salah satu keterampilan yang cukup penting pada era ini. Keterampilan ini
bisa meningkatkan efektivitas suatu kegiatan. Pujiriyanto (2019, dalam Modul 2)
menyatakan guru abad 21 idealnya canggih, berempati, mampu memahami peserta
didik, selalu tampil memesona dan menjadi mitra belajar yang dekat bagi peserta
didik.

B. ped Guru Abad 21


Saat ini orang dapat belajar tanpa batas melalui akses web. Kehadiran big data
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sehingga guru tidak lagi merupakan
satu-satunya sumber, karena peserta didik generasi sekarang sangat lincah dalam
mencari dan menemukan sumber informasi. Coba Saudara amati cara dan gaya
belajar peserta didik di abad 21, sangat terampil menggunakan perangkat smartphone
dan sejenisnya.
Diakui atau tidak peserta didik abad 21 seringkali memperoleh informasi
lebih aktual daripada materi yang disampaikan oleh guru. Informasi dan
pengetahuan yang hadir dalam format digital, baik terstruktur maupun tidak
terstruktur, telah menjadi bagian dari big data yang mudah diakses. Big data

18
semakin mudah diakses seiring meningkatnya kemampuan dan jumlah kepemilikan
perangkat pribadi seperti handphone, tablet, laptop, PDA, maupun perangkat
bergerak lainnya. Peserta didik bisa belajar dimanapun dan kapanpun dengan
beragam pilihan materi pembelajaran. Ilmu pengetahuan mungkin tidak lagi
tersekat dalam batasan ruang, waktu, dan paket-paket pengetahuan yang harus
diselesaikan dalam istilah semester ataupun tahun ajaran.
Perubahan mendasar sedang terjadi dalam dunia pendidikan yang popular
dengan istilah “fenomena disrupsi” dengan tanda-tanda sebagai berikut; (1) belajar
tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan terstruktur namun belajar tanpa
batas sesuai minat (continuum learning), (2) pola belajar menjadi lebih informal, (3)
keterampilan belajar mandiri (self-motivated learning) semakin berperan penting, dan
(4) banyak cara untuk belajar dan banyak sumber yang bisa diakses seiring
pertumbuhan MOOC (massive open online course) secara besar-besaran.
Beberapa keterampilan penting abad 21 yang sangat relevan menjadi orientasi
pembelajaran di Indonesia sebagai berikut:
1. Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving).
Berpikir kritis merupakan keterampilan yang diperlukan peserta didik untuk
menghadapi kompleksitas dan ambiguitas informasi yang besar. Peserta didik
perlu dibiasakan untuk berpikir analitis, membandingkan berbagai kondisi,
dan menarik kesimpulan untuk dapat menyelesaikan masalah. Hal ini penting
sebagai negara berkembang yang masih mengalami euforia teknologi untuk
menghindarkan peserta didik dari salah penggunaan informasi, mudah
termakan berita hoax, dan kurang bertindak teliti. Hal ini dapat melatih
budaya untuk kritis dan teliti sejak dini.
2. Kreativitas dan inovasi (creativity and innovation). Kreativitas dan inovasi
merupakan kunci pertumbuhan bagi negara berkembang. Kurikulum 2013
memiliki tujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi yang beriman, produktif, kreatif, inovatif
dan afektif. Kreatifitas akan melahirkan daya tahan hidup dan menciptakan
nilai tambah sehingga mengurangi kebiasaan untuk mengeksploitasi sumber
daya alam, namun berusaha menciptakan ekonomi kreatif berbasis

19
pengetahuan dan warisan budaya. Pembelajaran STEAM, neuroscience, dan
blended learning yang dibahas pada modul 3 adalah contoh pendekatan
pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan kreativitas.
3. Pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding). Keragaman budaya di
Indonesia sangat penting dipahami oleh peserta didik selain pengenalan
keragaman budaya lintas negara. Peserta didik harus memiliki sikap toleransi
dan mengakui eksistensi dan keunikan dari setiap suku dan daerah yang ada
di Indonesia. Peserta didik sering berinteraksi dan berkomunikasi melalui
media sosial dengan orang dari berbagai latar belakang budaya dan adat
istiadat yang berbeda. Pemahaman kebiasaan, adat istiadat, bahasa, keunikan
lintas budaya adalah pengetahuan sangat penting dalam melakukan
komunikasi dan interaksi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan
terpelihara rasa persatuan dan kesatuan nasional.
4. Komunikasi, literasi informasi dan media (media literacy, information, and
communication skill). Keterampilan komunikasi dimaksudkan agar peserta
didik dapat menjalin hubungan dan menyampaikan gagasan dengan baik
secara lisan, tulisan maupun non-verbal. Literasi informasi dimaksudkan agar
peserta didik dapat mempergunakan informasi secara efektif yakni
memahami kapan informasi diperlukan, bagaimana cara mengidentifikasi,
bagaimana cara menentukan kredibilitas dan kualitas informasi. Literasi
media dimaksudkan agar peserta didik mampu memahami, menganalisis, dan
adanya dekonstruksi pencitraan media, ada kesadaran cara media dibuat dan
diakses sehingga tidak menelan mentah-mentah berita dari media.
5. Komputer dan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (computing and
ICT literacy) Literasi TIK mengandung kemampuan untuk memformulasikan
pengetahuan, mengekspresikan diri secara kreatif dan tepat, serta
menciptakan dan menghasilkan informasi bukan sekedar memahami
informasi. Melek TIK memiliki cakupan lebih luas dari melek komputer bukan
hanya menguasai aplikasi komputer kontemporer namun termasuk konsep
dasar (foundational concept) berupa prinsip-prinsip dasar dan ide-ide berkenaan
dengan komputer, jaringan informasi dan kemampuan intelektual (intellectual

20
capabilities) berupa kemampuan untuk menerapkan teknologi informasi
dalam situasi komplek dan berbeda. Peserta didik penting pula dilatih untuk
melek data dan pemrograman agar mampu belajar memecahkan persoalan
dalam kehidupan sehari-hari dengan pemikiran logis melalui pemanfaatan
dan penciptaan program, misalnya belajar coding sejak sekolah menengah.
Tentu berbagai keterampilan disesuaikan dengan jenjang kemampuan dan
tingkat perkembangan peserta didik.
6. Karir dan kehidupan (life and career skill) Peserta didik akan berkarya dan
berkarir di masyarakat dimana dunia kerja memerlukan orang-orang yang
mandiri, suka mengambil inisiatif, pandai mengelola waktu, dan berjiwa
kepemimpinan. Peserta didik perlu memahami tentang pengembangan karir
dan bagaimana karir seharusnya diperoleh melalui kerja keras dan sikap jujur.
Misalnya pemahaman pentingnya sikap profesional, menghargai kerja keras,
disiplin, amanah, dan menghindari praktek-praktek kolusi, koneksi, dan
nepotisme.
Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai
konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman semakin
tertinggal sehingga tidak bisa memainkan perannya secara optimal dalam
mengemban tugas dan menjalankan profesinya. Guru abad 21 memiliki karakteristik
spesifik dibanding dengan guru pada era sebelumnya.
Karakteristik yang dimaksud diantaranya (Pujiriyanto, 2019):
1. Memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya
di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang
berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.

21
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa dipelihara,
yaitu:
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal.
2. Sikap memelihara citra profesi.
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi.
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi.
Kelima faktor sikap mental ini memungkinkan profesionalisme guru menjadi
berkembang. Karakter ideal serta perilaku profesional tersebut tidak mungkin dapat
dicapai apabila di dalam menjalankan profesinya sang guru tidak didasarkan pada
panggilan jiwa, sepenuh hati, dan ikhlas. Selain dari itu, menghadapi tantangan
abad 21 diperlukan guru yang bertipe great teacher benar-benar seorang profesional.
Nah, itulah ciri-ciri guru yang efektif di abad 21. Efektif bukan sekedar
memiliki kompetensi namun memiliki penampilan yang benar-benar berbeda dari
sekedar guru superior. A great teacher create a great country, a great country has many
great teachers.

C. Kompetensi Guru Abad 21


Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Nurhadi, 2005: 15) Kebiasaan
berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Ragan (2009: 1) menyatakan, “competency is the knowledge, skill, attitude or
ability that enables the online teacher to effectively perform a function to some standard of
success”. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap atau kemampuan
yang memungkinkan guru secara efektif melakukan fungsi untuk beberapa standar.
Dengan demikian, kompetensi dapat dimaknai kumpulan pengetahuan, perilaku,

22
dan ketrampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai, “pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga seseorang dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya” (Fachrudin, 2011: 30). Sementara itu, Finch
dan Crunkilton dalam Fachrudin (2011: 31) menjelaskan, kompetensi adalah
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap
guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Selvi dalam Aziz (2014:
122) menyatakan bahwa, kompetensi tidak hanya mempengaruhi nilai-nilai,
perilaku, komunikasi, tujuan dan praktek tetapi juga mempengaruhi pengembangan
profesional dan kajian kurikulum guru.
Rumusan kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia sudah tertuang
dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Diselenggarakannya Pendidikan Profesi Guru (PPG) dimaksudkan agar
guru memiliki kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang
tersebut. Guru yang memiliki kompetensi memadai sangat menentukan
keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan.
Penjelasan kompetensi guru selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berbunyi bahwa setiap guru wajib memenuhi kualifikasi
akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kualifikasi akademik
Guru atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang
pendidikan (D-IV/S1) yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

23
Adapun kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
(Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Berdasarkan
PP Nomor 19 Tahun 2005, kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis
kompetensi yang wajib dikuasai oleh calon guru sesuai dengan tuntutan
standar pendidik profesional. Kompetensi pedagogik pada dasarnya merupakan
muara dari implementasi kompetensi akademik, sosial dan personal yang
tergambar dalam pengembangan pembelajaran.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik tercermin dari beberapa
indikator, yaitu:
1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2) pemahaman tentang peserta didik;
3) pengembangan kurikulum/silabus;
4) perencanaan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) evaluasi hasil belajar; dan
7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Menurut Hall dalam Suyanto (2013: 42) kepribadian dapat didefinisikan
sebagai berikut: “The personality is not series of biographical facts but something more
general and enduring that is inferred from the facts”. Definisi ini memperjelas konsep
kepribadian yang abstrak dengan merumuskan konstruksi yang lebih memiliki
indikator empirik. Namun ia menekankan bahwa teori kepribadian bukan

24
sesederhana sebuah rangkuman kejadian-kejadian. Implikasi dari pengertian
tersebut adalah kepribadian individu merupakan serangkaian kejadian dan
karakteristik dalam keseluruhan kehidupan, dan merefleksikan elemen-elemen
tingkah laku yang bertahan lama, berulang-ulang, dan unik.
Oleh karena itu, kompetensi kepribadian bagi guru merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi
siswa. Secara rinci sub kompetensi kepribadian terdiri atas:
a. Kepribadian yang mantap dan stabil, dengan indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma hukum; dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan.
b. Kepribadian yang dewasa, dengan indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
yang tinggi.
c. Kepribadian yang arif, dengan indikator esensial: menampilkan tindakan
yang didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma agama, iman dan taqwa, jujur, ikhlas,
suka menolong, dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa.
e. Kepribadian yang berwibawa, dengan indikator esensial: memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap siswa dan memiliki perilaku
yang disegani (Suyanto dan Jihad: 2013: 42).
Lebih jauh, dipahami bahwa kemampuan kepribadian adalah
kemampuan yang mencakup: 1) penampilan sikap yang positif terhadap
keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi
pendidikan; 2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang
seyogyanya dimiliki guru; dan (3) penampilan sebagai pola panutan (Syaodih,
2000: 192). Oleh karena itu, kemampuan personal guru terkait dengan integritas
pribadi baik dari skill guru, pengetahuan yang termanifestasi dalam sikap dan
tindakannya.

25
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru
untuk berkomunikasi dan bergaul secara aktif dengan siswa, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/ wali siswa, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini merupakan kompetensi guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
a. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun.
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
serta sistem nilai yang berlaku.
e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan
(UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen)
4. Kompetensi Profesional
Menurut Suyanto (2000: 43) kompetensi profesional, memiliki
pengetahuan yang luas pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan
menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang
diselenggarakan. Lebih lanjut Suyanto menjelaskan bahwa kompetensi
profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang harus dikuasai guru mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi, serta
penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Setiap subkompetensi
tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini
berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah; memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang
menaungi dan koheren dengan kateri ajar; memahami hubungan konsep
antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan
dalam proses belajar mengajar.

26
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa
guru harus menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis
untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas, yang memegang
peranan sangat penting adalah sumber daya manusia, dari kepala sekolah, guru
dan tenaga kependidikan, sebagaimana dijelaskan Jejen (2011: 54), faktor yang
paling esensial dalam proses pendidikan adalah manusia yang ditugasi dengan
pekerjaan untuk menghasilkan perubahan yang telah direncanakan pada anak
didik. Hal ini merupakan esensi dan hanya dapat dilakukan sekelompok
manusia profesional, yaitu manusia yang memiliki kompetensi mengajar. Oleh
karena itu, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
karena ilmu pengetahuan dan keterampilan itu berkembang seiring perjalanan
waktu. Pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari guru saat di bangku
kuliah bisa jadi sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ia mulai mengajar.

D. Kode Etik Guru Indonesia


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kode etik yaitu norma atau asas yang
diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di
masyarakat maupun di tempat kerja. Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan
asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap
dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota
masyarakat, dan warga negara.
Jaja Suteja dalam bukunya Etika Profesi Keguruan menyebutkan, kode etik
guru dikembangkan dalam empat tahapan yakni:
1) Tahap pembahasan atau perumusan pada tahun 1971-1973.
2) Tahap pengesahan yang dilakukan pada Kongres PGRI ke XIII
November 1973.
3) Tahap penguraian yakni pada Kongres PGRI XVI Juni 1979.
4) Tahap penyempurnaan pada Kongres PGRI XVI, Juli 1989.
Fungsi Kode Etik Guru adalah:

27
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi.
Tujuan Kode Etik Guru adalah
1. Menjunjung tinggi martabat profesi guru.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
3. Sebagai pedoman berperilaku seorang guru.
4. Untuk meningkatkan pengabdian para guru.
5. Untuk meningkatkan mutu profesi guru.
6. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi guru.

KODE ETIK GURU INDONESIA


1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya
proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua siswa dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi,semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.

28
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

IKRAR GURU INDONESIA


1. Kami guru Indonesia,adalah pendidik Bangsa yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kami guru Indonesia,adalah pengemban dan pelaksana cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia,pembela dan pengamal Pancasila yang
setia pada Undang-Undang Dasar 1945.
3. Kami guru Indonesia, bertekat bulat mewujudkan tujuan Nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Kami guru Indonesia,bersatu dalam wadah organisasi perjuangan Persatuan
Guru Republik Indonesia, membina persatuan dan kesatuan bangsa yang
berwatak kekeluargaan.
5. Kami guru Indonesia,menjunjung tinggi kode Etik Guru Indonesia
sebagaimana
pedoman tingkah laku profesi dalam pengabdian terhadap bangsa,Negara
dan
masyarakat.

Contoh soal HOTS merupakan bentuk latihan guru untuk menguasai


pembuatan soal HOTS dalam berbagai tipe. Ada empat (4) tipe soal HOTS bentuk
pilihan ganda (PG), yaitu tipe: 1) Pilihan Ganda Biasa, 2) Pilihan Ganda Komplek, 3)
Pilihan Ganda Kasuistik, dan 4) Pilihan Ganda Asosiatif. Pada KB1 diberikan contoh
soal PG tipe 1; pada KB2 diberikan contoh soal PG tipe 2; pada KB3 diberikan contoh
soal PG tipe 3; dan pada KB4 diberikan contoh soal PG tipe 4. Tujuan diberikannya

29
contoh soal ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari dan mampu membuat
soal HOTS bentuk Pilihan Ganda dengan berbagai tipe.

Bacalah dengan seksama informasi di bawah ini!


Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi mengelola pembelajaran peserta didik.
A. Kompetensi Pedagogik tercermin dari beberapa indikator, yaitu:
1) pemahaman, wawasan atau landasan kependidikan;
2) pemahaman tentang peserta didik;
3) pengembangan kurikulum/silabus;
4) perencanaan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) evaluasi hasil belajar; dan
7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
B. Kompetensi Kepribadian guru diantaranya:
1) kepribadian yang mantap,
2) stabil,
3) dewasa,
4) arif,
5) pembelajar sepanjang hayat,
6) berakhlak mulia dan berwibawa, dan
7) menjadi teladan
C. Kompetensi Sosial sekurang-kurangnya meliputi:
1) berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun.
2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik.
4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan

30
D. Kompetensi Profesional, diantaranya memiliki:
1) pengetahuan yang luas pada bidang studi yang diajarkan,
2) memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses
belajar mengajar yang diselenggarakan

Berdasarkan empat kompetensi yang dikemukakan di atas, kompetensi yang harus


dimiliki para guru dalam abad 21, diantaranya adalah…
a. A (7); B (1,2); C (4,5); D (1,2).
b. A (4); B (3,4); C (3,4); D (1,2).
c. A (1); B (5,6); C (1,2); D (1,2).
d. A (3); B (6,7); C (1,3); D (1,2).
e. A (2); B (4,5); C (1,4); D (1,2).
Jawaban: C

Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan


beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya sebagai
berikut:

5. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS Program


PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
6. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses
pembelajarannya di sekolah/madrasah!
7. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul di
bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara melakukan
pembelajaran remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS
program PPG.
8. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas yang ada
di LMS.

31
GLOSARIUM

Adaptif : mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan.


Biografi : riwayat hidup (seseorang) yang ditulis oleh orang lain.
Etik : kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat; pembangunan nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat dalam
proses pembangunan.
Grafik : lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau
gambar (tentang turun naiknya hasil, statistik, dan
sebagainya).
Guru : orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.
Ikhtisar : pemandangan secara ringkas (yang penting-penting saja);
ringkasan.
Ilmiah : bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat
(kaidah) ilmu pengetahuan.
Inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; ber-sifat
pembaruan (kreasi baru).
Instrumen : sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya)
untuk mengumpul-kan data sebagai bahan pengolahan.
Karakteristik : mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu..
Kinerja : sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan;
kemampuan kerja (tentang peralatan).
Kognitif : berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; berdasar
kepada pengetahuan faktual yang empiris.
Kompetensi : kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan
sesuatu); 2 Ling kemampuan menguasai gramatika suatu
bahasa secara abstrak atau batiniah.

32
Komunikasi : pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami; hubungan; kontak.
Konseling : pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang
dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya;
pengarahan; pemberian bantuan oleh konselor kepada
konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap
kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan
berbagai masalah; penyuluhan.
Kreatif : memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta.
Kredibilitas : perihal dapat dipercaya.
Kurikulum : perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga
pendidikan; perangkat mata kuliah mengenai bidang
keahlian khusus.
Lokakarya : pertemuan antara para ahli (pakar) untuk membahas masalah
praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam
bidang keahliannya; sanggar kerja.
Madrasah : sekolah atau perguruan (biasanya yang berdasarkan agama
Islam).
Mental : bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan
bersifat badan atau tenaga.
Minat : kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah;
keinginan.
Mitra : teman; sahabat; kawan kerja; pasangan kerja; rekan.
Motivasi intrinsik : dorongan atau keinginan dari dalam diri seseorang.
Mutu : (ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya); kualitas.
Orientasi : peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan
sebagainya) yang tepat dan benar; pandangan yang
mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.

33
Pelatihan : proses, cara, perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan
melatih.
Pendidikan : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.
Penilaian : proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilai (biji, kadar
mutu, harga).
Presentasi : kegiatan menampilkan suatu karya atau hasil kerja atau
produk di depan peserta.
Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Profil : pandangan dari samping (tentang wajah orang); lukisan
(gambar) orang dari samping; sketsa biografis; penampang
(tanah, gunung, dan sebagainya); grafik atau ikhtisar yang
memberikan fakta tentang hal-hal khusus.
Professional : bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya.
Promosi : kenaikan pangkat (tingkat); naik pangkat (tingkat); hal
memperoleh gelar doktor; pemberian gelar doktor yang
dilakukan dengan upacara khusus.
Psikologi : ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal
maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu
pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Publikasi : pengumuman; penerbitan.
Refleksi : gerakan, pantulan di luar kemauan (kesadaran) sebagai
jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar;
gerakan otot (bagian badan) yang terjadi karena suatu hal
dari luar dan di luar kemauan atau kesadaran; cerminan;
gambaran.
Relevan : kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung.

34
Sekolah : bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut
tingkatannya, ada).
Sistematis : teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang
diatur baik-baik.
Sketsa : lukisan cepat (hanya garis-garis besarnya); gambar
rancangan; rengrengan; denah; bagan; pelukisan dengan kata-
kata mengenai suatu hal secara garis besar; tulisan singkat;
ikhtisar ringkas; adegan pendek pada suatu pertunjukan
drama.
Wawasan : hasil mewawas; tinjauan; pandangan; konsepsi cara pandang.

35
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, G. M & Suyanto, W. 2013. Penggunaan Efi Scanner Sebagai Media


Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat, Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3, No. 2.
Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas RI:
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga
pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas RI : Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2019. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
H.A.R. Tilaar. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa
Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. 2016. Buku 1: Pengelolaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar
(PPGP).
Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Profesi
Guru Buku 2: Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.

36
Pujiriyanto. 2019. Modul 2 Peran Guru Dalam Pembelajaran Abad 21. Direktorat
Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2000. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

37
KEGIATAN BELAJAR 3 :
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BERKELANJUTAN

CAPAIAN & SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Capaian Pembalajaran :
Menganalisis Pembinan dan Pengembangan Profesi Guru Berkelanjutan
Sub Capaian Pembelajaran :
Menganalisis Konsep Pengembangan Profesi Guru Berkelanjutan
Menganalisis Penilaian Kinerja Guru
Menganalisis Bentuk Kegiatan Pengembangan Profesi Guru Berkelanjutan

1. Menganalisis Konsep Pengembangan Profesi Guru Berkelanjuta


2. Menganalisis Penilaian Kinerja Guru
3. Menganalisis Bentuk Kegiatan Pengembangan Profesi Guru Berkelanjutan

38
A. Pengembangan Profesi Guru Berkelanjutan
1. Pengertian
Pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru adalah pengembangan
kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, secara bertahap,
berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan demikian, guru
dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan
keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
Pembelajaran yang berkualitas diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap peserta didik. Pengembangan keprofesian berkelanjutan
guna mendukung pengembangan profesi bagi guru pembelajar (PPGP) mencakup
kegiatan perencanaan yang diawali dari hasil evaluasi diri, Uji kompetensi guru
(UKG), dan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) oleh Kepala Sekolah dan/atau tim
penilai sekolah pada pelaksanaan pembelajaran di kelas dan tugas lainnya. Melalui
siklus evaluasi, refleksi pengalaman belajar, perencanaan dan implementasi kegiatan
PPGP, guru diharapkan mampu meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional,
sosial, dan kepribadian untuk pelaksanaan pembelajaran yang berdampak pada
pengembangan kariernya.
Kegiatan evaluasi diri, uji kompetensi, Penilaian kinerja guru, dan
pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru pembelajar (PPGP) yang
merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, mulai
seorang guru dinyatakan sebagai guru profesional dengan kepemilikan sertifikat
serta melaksanakan profesinya sebagai guru.

2. Tujuan
Tujuan umum pengembangan keprofesian berkelanjutan guna mendukung
pengembangan profesi bagi guru pembelajar (PPGP) adalah untuk meningkatkan
kualitas layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Secara khusus tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan guna

39
mendukung pengembangan profesi bagi guru pembelajar (PPGP) adalah sebagai
berikut.
a. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang
ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku.
b. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk memfasilitasi
proses pembelajaran peserta didik.
c. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai tenaga profesional.
d. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
e. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.
f. Menunjang pengembangan karir guru.
3. Manfaat
Manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutan guna mendukung
pengembangan profesi bagi guru pembelajar (PPGP) yang terstruktur, sistematis
dan memenuhi kebutuhan peningkatan keprofesian guru adalah sebagai berikut.
a. Bagi Peserta Didik Peserta didik memperoleh jaminan pelayanan dan
pengalaman belajar yang efektif.
b. Bagi Guru Guru dapat memenuhi standar dan mengembangkan
kompetensinya, sehingga mampu menghadapi perubahan internal dan
eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik untuk
menghadapi kehidupannya di masa datang.
c. Bagi Sekolah/Madrasah Sekolah/Madrasah mampu memberikan layanan
pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik.
d. Bagi Orang Tua/Masyarakat Orang tua/masyarakat memperoleh jaminan
bahwa anak mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan
pengalaman belajar yang efektif.
e. Bagi Pemerintah Memberikan jaminan kepada masyarakat tentang layanan
pendidikan yang berkualitas dan profesional.

40
4. Sasaran
Sasaran kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan guna mendukung
pengembangan profesi bagi guru pembelajar (PPGP) adalah semua guru pada
satuan pendidikan yang berada di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Agama, dan/atau kementerian lain, serta satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

B. Penilaian Kinerja (PK) Guru


1. Pengertian
Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, PK GURU adalah penilaian dari tiap
butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan
jabatannya. Pelaksanaan tugas utama guru tidak dapat dipisahkan dari kemampuan
seorang guru dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan, sebagai kompetensi yang dibutuhkan sesuai amanat Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Penguasaan kompetensi dan penerapan
pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas
proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik, dan pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan bagi sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas
tambahan tersebut.
Sistem PK GURU adalah sistem penilaian yang dirancang untuk
mengidentifikasi kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya melalui
pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya.
Secara umum, PK GURU memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut. 1. Untuk menilai
kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang
diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Dengan demikian, profil
kinerja guru sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan teridentifikasi
dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan untuk setiap
guru, yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk merencanakan PKB. 2. Untuk

41
menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan penilaian
kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan
promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.

2. Manfaat
Hasil PK GURU diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan berbagai
kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam menciptakan insan yang cerdas,
komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK GURU merupakan acuan bagi
sekolah/madrasah untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi guru. Bagi
guru, PK GURU merupakan pedoman untuk mengetahui unsur-unsur kinerja yang
dinilai dan merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan individu
dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya.

3. Kompetensi yang Dinilai dalam PK Guru


PK GURU dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas
pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Khusus untuk kegiatan pembelajaran atau pembimbingan,
kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi
pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007. Keempat
kompetensi ini telah dijabarkan menjadi kompetensi guru yang harus dapat
ditunjukkan dan diamati dalam berbagai kegiatan, tindakan dan sikap guru dalam
melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan. Sementara itu, untuk tugas
tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, penilaian kinerjanya
dilakukan berdasarkan kompetensi tertentu sesuai dengan tugas tambahan yang
dibebankan tersebut (misalnya; sebagai kepala sekolah/madrasah, wakil kepala
sekolah/madrasah, pengelola perpustakaan, dan sebagainya sesuai dengan

42
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009).

C. Bentuk Kegiatan Pengembangan Profesi Guru Berkelanjutan


Pengembangan keprofesian berkelanjutan guna mendukung pengembangan
profesi bagi guru pembelajar (PPGP) dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru.
Pelaksanaannya didasarkan pada unsur-unsur pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi guru pembelajar (PPGP), prinsip pelaksanaan, dan lingkup
pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, unsur kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan meliputi kegiatan-kegiatan berikut.
1. Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme
diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan/atau seni. Kegiatan tersebut dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional, teknis dan/atau melalui kegiatan
kolektif guru.
a. Diklat Fungsional dan Teknis
Kegiatan diklat fungsional dan teknis, sesuai dengan amanat Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan
Pegawai Negeri Sipil pasal 8 (ayat 1) menyatakan bahwa diklat dalam jabatan
dilaksanakan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
Pegawai Negeri Sipil agar dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. Di dalam pasal yang sama (ayat
2), dinyatakan bahwa diklat dalam jabatan terdiri dari diklat kepemimpinan,
diklat fungsional, dan diklat teknis. Selanjutnya, pasal 11 (ayat 1) menyatakan
bahwa diklat fungsional dan teknis dilaksanakan untuk mencapai
persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing jenis dan jenjang jabatan fungsional.

43
Diklat dapat dilaksanakan secara tatap muka maupun jarak jauh dengan
korespondensi atau berbasis internet (daring/dalam jaringan). Jenis diklat
dapat berupa pelatihan, penataran, bimbingan teknis, bimbingan karier,
kursus, magang atau bentuk lain yang diakui oleh instansi yang berwenang.
Sejalan dengan hal di atas, Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, menyatakan
bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan
atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang
bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Diklat fungsional dan teknis
harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat/surat keterangan dilengkapi
struktur program, dan laporan deskripsi hasil pelatihan yang disahkan oleh
kepala sekolah atau atasannya.
b. Kegiatan Kolektif Guru
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan
pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru
baik di sekolah maupun di luar sekolah (seperti KKG/MGMP/MGBK) yang
bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru. Pelaksanaan kegiatan
pertemuan kolektif guru di KKG/MGMP/MGBK dilaksanakan minimal 12
kali pertemuan dalam satu tahun. Di dalam kegiatan kolektif dimaksud dapat
membahas beberapa topik kegiatan dalam satu tahun dengan ketentuan satu
topik kegiatan minimal dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan untuk
membahas tentang materi/topik tertentu, sehingga dalam satu tahun guru
paling tidak membahas 4 materi/topik yang dilaksanakan untuk 12 kali
pertemuan.
Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain sebagai berikut.
1) Mengikuti lokakarya atau kegiatan kelompok/ musyawarah kerja guru
atau in house training untuk penyusunan perangkat kurikulum dan/atau
kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran berbasis TIK, penilaian,
pengembangan media pembelajaran, dan/atau kegiatan lainnya untuk
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru.

44
2) Mengikuti seminar, koloqium, diskusi panel, atau bentuk pertemuan
ilmiah lainnya, baik sebagai pembahas maupun sebagai peserta. Seminar
tersebut tidak termasuk seminar laporan hasil penelitian yang dilakukan guru
tersebut.
3) Mengikuti kegiatan kolektif lain yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
guru terkait dengan pengembangan keprofesiannya (studi banding,
kemitraan, dan sejenisnya). Kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan
surat tugas dari kepala sekolah atau atasan langsungnya yang dilengkapi
pengesahan oleh instansi yang terkait dan laporan deskripsi hasil kegiatan
yang disahkan oleh kepala sekolah atau atasan langsungnya.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan
pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif
guru,antara lain: (1) perencanaan pendidikan dan program kerja; (2)
pengembangan kurikulum, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan pengembangan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi
mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5)
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran;
(6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional
dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9)
pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan
hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan
pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah.
Kegiatan pengembangan diri yang dilaksanakan di sekolah seperti in house
training harus sesuai dengan kebutuhan guru dan sekolah, serta
dikoordinasikan oleh kepala sekolah dan/ atau koordinator pengembangan
keprofesian berkelanjutan bagi guru pembelajar (PPGP). Guru yang telah
mengikuti diklat fungsional dan/atau kegiatan kolektif guru berkewajiban
membuat laporan kegiatan yang telah diikuti tersebut. Guru yang membuat
laporan dari hasil kegiatan yang diikuti tersebut akan memperoleh
penghargaan berupa angka kredit sesuai peraturan yang berlaku.

45
2. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum.
Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai
pemrasaran dan/atau narasumber pada seminar, lokakarya, koloqium,
dan/atau diskusi ilmiah baik yang diselenggarakan pada tingkat sekolah,
KKG/MGMP/MGBK.
b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang
pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian,
makalah tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran,
tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya
ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah
diterbitkan dan diseminarkan di sekolah masing-masing. Dokumen karya
ilmiah disahkan oleh kepala sekolah dan disimpan di perpustakaan
sekolah. Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah,
karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan setempat.
c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru.
Buku yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku
utama maupun buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester,
buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman
guru. Buku tersebut harus tersedia di perpustakaan sekolah tempat guru
bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian
dari kepala sekolah atau dinas pendidikan setempat bagi guru yang
mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah.

3. Karya inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas

46
proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/
teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat
guna, penemuan/penciptaan atau pengembangan karya seni,
pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan
standar, pedoman, soal, dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi.
Kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru pembelajar (PPGP)
yang mencakup ketiga unsur tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan,
agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak
sekedar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit
seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat
dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan guna mendukung pengembangan
profesi bagi guru pembelajar (PPGP). Terkait dengan sasaran kerja pegawai dan
capaiannya, guru perlu merencanakan program pengembangan keprofesian
berkelanjutan guna mendukung pengembangan profesi bagi guru pembelajar
(PPGP) sehingga memungkinkan guru dapat memenuhi angka kredit
kumulatifnya dan dapat digunakan untuk kenaikan pangkat

Contoh soal HOTS merupakan bentuk latihan guru untuk menguasai


pembuatan soal HOTS dalam berbagai tipe. Ada empat (4) tipe soal HOTS bentuk
pilihan ganda (PG), yaitu tipe: 1) Pilihan Ganda Biasa, 2) Pilihan Ganda Komplek, 3)
Pilihan Ganda Kasuistik, dan 4) Pilihan Ganda Asosiatif. Pada KB1 diberikan contoh
soal PG tipe 1; pada KB2 diberikan contoh soal PG tipe 2; pada KB3 diberikan contoh
soal PG tipe 3; dan pada KB4 diberikan contoh soal PG tipe 4. Tujuan diberikannya
contoh soal ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari dan mampu membuat
soal HOTS bentuk Pilihan Ganda dengan berbagai tipe.

47
Bacalah dengan seksama informasi di bawah ini!
Profesi sebagai guru di zaman sekarang memiliki banyak peminat. Hal itu dapat
terlihat dari banyaknya pendaftar CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil). Banyak yang
berpikiran bahwa profesi menjadi guru PNS merupakan profesi yang sangat
menjanjikan. Sementara di Indonesia, kesejahteraan seorang guru tidak begitu
terjamin apabila hanya menjadi guru honorer. Hal ini karena fasilitas yang diberikan
kepada guru PNS dan guru honorer sangatlah jauh berbeda. Pertama, gaji yang
diterima guru PNS bisa mencapai rata rata pendapatan sebesar 8,4 juta rupiah sesuai
golongannya. Sedangkan guru honorer hanya mendapatkan gaji sebesar 550.000
setiap bulannnya. Berdasarkan gaji ini dapat terlihat bahwa terdapat suatu
perbedaan yang amat besar. Bahkan, guru PNS memiliki tunjangan di hari tua. Hal
ini dinilai kurang adil bagi guru honorer, apalagi mengingat jobdesk yang dimiliki
guru honorer dan guru PNS tidaklah jauh berbeda.
Selain itu, pada era percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) seperti
sekarang ini, kemampuan guru dalam mengemas materi ajar dan penguasaan
teknologi menjadi sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan beberapa penelitian, di lapangan, masih banyak guru yang belum
menguasai pengetahuan yang cukup sebagai guru profesional dan rendahnya
penguasaan teknologi pembelajaran. Sementara ada kewajiban untuk guru agar
terus belajar mengembangkan kompetensi, guru menjadi profesional, inovatif,
kreatif, moderat, dan utamanya mampu menghantarkan para peserta didik menuju
capaian pembelajaran.

Berdasarkan kasus di atas, tindakan yang hendaknya dilakukan oleh kementerian


atau departemen terkait adalah…
a. Memberikan keadilan yang merata bagi semua guru, PNS dan Guru Honorer
b. Menetapkan program pendidikan dan pelatihan
c. Memberikan kesejahteraan setara antara PNS dengan guru honorer dan
pelatihan
d. Merancang program kesejahteraan bagi guru honorer dan program pelatihan.

48
e. Merancang program sertifikasi melalui pengembangan pendidikan
berkelanjutan sehingga guru selain memiliki kompetensi profesional juga
mendapatkan tunjangan kesejahteraan.
Jawaban: E

Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan


beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya sebagai
berikut:

1. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS Program


PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
2. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses
pembelajarannya di sekolah/madrasah!
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul di
bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara melakukan
pembelajaran remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS
program PPG.
4. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas yang ada
di LMS.

49
GLOSARIUM

Adaptif : mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan.


Etik : kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat; pembangunan nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat dalam
proses pembangunan.
Guru : orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.
Ilmiah : bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat
(kaidah) ilmu pengetahuan.
Inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; ber-sifat
pembaruan (kreasi baru).
Instrumen : sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya)
untuk mengumpul-kan data sebagai bahan pengolahan.
Karakteristik : mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu..
Kinerja : sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan;
kemampuan kerja (tentang peralatan).
Kognitif : berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; berdasar
kepada pengetahuan faktual yang empiris.
Kolokium : pertemuan keahlian; seminar; kegiatan belajar (pada tataran
pendidikan sarjana) yang dilakukan dalam bentuk seminar
untuk membahas proyek penelitian bertaraf lanjutan.
Komprehensif : bersifat mampu menangkap (menerima) dengan baik; luas
dan lengkap (tentang ruang lingkup atau isi); mempunyai
dan memperlihatkan wawasan yang luas.
Komunikasi : pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami; hubungan; kontak.

50
Konseling : pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang
dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya;
pengarahan; pemberian bantuan oleh konselor kepada
konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap
kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan
berbagai masalah; penyuluhan.
Kreatif : memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta.
Kredibilitas : perihal dapat dipercaya.
Kurikulum : perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga
pendidikan; perangkat mata kuliah mengenai bidang
keahlian khusus.
Lokakarya : pertemuan antara para ahli (pakar) untuk membahas masalah
praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam
bidang keahliannya; sanggar kerja.
Madrasah : sekolah atau perguruan (biasanya yang berdasarkan agama
Islam).
Mental : bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan
bersifat badan atau tenaga.
Motivasi intrinsik : dorongan atau keinginan dari dalam diri seseorang.
Mutu : (ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya); kualitas.
Pelatihan : proses, cara, perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan
melatih.
Pendidikan : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.
Penilaian : proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilai (biji, kadar
mutu, harga).

51
Presentasi : kegiatan menampilkan suatu karya atau hasil kerja atau
produk di depan peserta.
Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Profil : pandangan dari samping (tentang wajah orang); lukisan
(gambar) orang dari samping; sketsa biografis; penampang
(tanah, gunung, dan sebagainya); grafik atau ikhtisar yang
memberikan fakta tentang hal-hal khusus.
Professional : bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya.
Promosi : enaikan pangkat (tingkat); naik pangkat (tingkat); hal
memperoleh gelar doktor; pemberian gelar doktor yang
dilakukan dengan upacara khusus; perkenalan (dalam rangka
memajukan usaha, dagang, dan sebagainya).
Promosi : kenaikan pangkat (tingkat); naik pangkat (tingkat); hal
memperoleh gelar doktor; pemberian gelar doktor yang
dilakukan dengan upacara khusus.
Psikologi : ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal
maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu
pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Publikasi : pengumuman; penerbitan.
Relevan : kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung.
Sekolah : bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut
tingkatannya, ada).
Sistematis : teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang
diatur baik-baik.
Wawasan : hasil mewawas; tinjauan; pandangan; konsepsi cara pandang.

52
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas RI:
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga
pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas RI : Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2019. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kemendiknas. 2010. Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta:
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. 2016. Buku 1: Pengelolaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar
(PPGP).
Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Profesi
Guru Buku 2: Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2000 Pasal 2 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil.

53
KEGIATAN BELAJAR 4 :
PTK, KARYA DAN PUBLIKASI ILMIAH, BES

CAPAIAN & SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Capaian Pembalajaran :
Menganalisis PTK, Karya dan Publikasi Ilmiah sebagai Bentuk Pengembangan Profesi Berkela
Sub Capaian Pembelajaran
Menganalisis Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Menganalisis Prosedur Pelaksanaan PTK
Menganalisis Konsep Karya dan Publikasi Ilmiah
Menganalisis Best Practice sebagai karya ilmiah

1. Menganalisis Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


2. Menganalisis Prosedur Pelaksanaan PTK
3. Menganalisis Konsep Karya dan Publikasi Ilmiah
4. Menganalisis Best Practice sebagai Karya Ilmiah

54
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian
Penelitian diartikan sebagai “Suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu
dilakukan dengan metode ilmiah” (Sutrisno Hadi, 2001). Penelitian didefinisikan
sebagai upaya menemukan pengetahuan baru. Hal ini memang sudah sewajarnya
karena pengetahuan merupakan sesuatu yang dicari dan ingin dimiliki oleh
manusia untuk dapat memahami hal-hal di sekitarnya. Dalam perkembangannya
penelitian didefinisikan sebagai sebuah upaya menemukan jawaban secara ilmiah
dari sebuah masalah yang dihadapi manusia.
Ilmiah diartikan sebagai berlandaskan atas bangunan ilmu tertentu. Dengan
demikian pengetahuan yang bersifat ilmiah diperoleh melalui sebuah proses
pendekatan ilmiah yang disebut penelitian ilmiah dan dibangun di atas teori
tertentu. Teori yang berkembang melalui penelitian yang sistematis dan terkendali
akan dapat diuji validitas dan reliabilitasnya, artinya jika penelitian tersebut
dilakukan oleh orang lain dengan metode dan kondisi yang sama akan diperoleh
hasil yang sama pula.
Penelitian dilakukan karena ada perasa ingin tahu. Rasa ingin tahu
merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia. Sifat tersebut akan
mendorong manusia bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Setiap manusia
yang berakal sehat sudah pasti memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep,
prinsip, maupun prosedur tentang suatu obyek. Pengetahuan dapat dimiliki berkat
adanya pengalaman atau melalui interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data dan
mengorganisasikannya dalam ukuran-ukuran kuantitatif atau kualitatif, yang
kemudian dianalisis serta disimpulkan hasilnya. Selanjutnya hasil penelitian
dilaporkan dalam bentuk yang sistematis, mengandung penjelasan masalah, tujuan,
jenis penelitian, pengumpulan data, analisis dan kesimpulan.

55
Terdapat bebebapa pendekatan dalam penelitian diantaranya pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Sejalan dengan berkembangnya pengetahuan maka
metode penelitian pun berkembang yang salah satunya adalah penelitian tindakan.
Penelitian Tindakan atau action research memiliki ruang lingkup yang lebih
dari PTK, karena objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas di dalam kelas,
tetapi bisa di luar kelas, seperti sekolah, organisasi, komunitas, dan masyarakat.
(Kunandar: 2011). Penelitian tindakan atau action research mulai berkembang sejak
perang dunia ke dua. Di Indonesia, model penelitian tindakan saat ini dikenal
dengan istilah PTK. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh
perhatian yang cukup besar terhadap PTK.
Berdasarkan Ebbut dan Hopkin (1993), penelitian tindakan adalah kajian
sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok
guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan
refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Bagi Carr &
Kemmis, 1986 dalam Burns (1999) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah
suatu bentuk penelitian reflektif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-
pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik
pendidikan dan praktik sosial mereka serta pemahaman mereka terhadap praktik-
praktik mereka dan terhadap situaasi tempat praktik-praktik tersebut dilakukan.
PTK merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk
meningkatkan situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
ditujukan untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung
jawabnya, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini
tentu akan menuntut komitmen untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua
pihak yang terkait dalam proses pembelajaran.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi tentang Penelitian Tindakan
kelas (PTK):
1. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka
memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari
situasi. (Kemmis, 1983)

56
2. Bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti
dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik
pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik dan situasi
tempat dilakukannya. (Taggart, 1988)
3. Bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang
dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan.
(Proyek PGSM Diknas, 1999).
Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang
dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif
dalam bentuk kata-kata, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan
data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada
pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu
tindakan (Rochiati, 2005). Penelitian Tindakan Kelas harus dilakukan di kelas yang
sehari-hari diajar bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu
sekolah. Hal ini disebabkan karena PTK adalah suatu penelitian yang berbasis pada
kelas. Inilah perbedaan ciri antara penelitian formal dengan PTK.
Ada perbedaan antara penelitian formal dengan Penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Penelitian Tindakan
Kelas

57
58
Ada tiga prinsip dasar yang menjadi ciri PTK, yaitu:
1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program kegiatan;
2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan
melalui penelitian tindakan; dan
3) adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program
atau kegiatan.
Dengan demikian, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran
dilaksanakan. PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Tujuan utama PTK adalah
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan
nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya

2. Tujuan Penelitian Tindakan


Tujuan utama dari PTK adalah terjadinya suatu peningkatan kualitas
pembelajaran dalam proses pembelajaran. Guru di kelas dapat menganalisis,
merefleksi, sekaligus menawarkan solusi yang tepat tentang permasalahan yang
muncul di kelas. Menurut Kunandar (2008) tujuan PTK, antara lain:
a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang
dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang
belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya
akademik dikalangan para guru. Mutu pembelajaran dapat dilihat dari
meningkatnya hasil belajar siswa, baik yang bersifat akademis yang tertuang
dalam nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester (sub-sumatif)
dan ulangan akhir semester (sumatif) maupun yang bersifat non akademik,
seperti motivasi, perhatian, aktivitas, minatt, dan lain sebagainya.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus
mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

59
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan
proses pembelajaran.
d. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan
metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi
kesadaran dirinya.
e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif
terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya
menghambat inovasi belajar siswa.
f. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
g. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga
tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara berkelanjutan.
h. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan
proses pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu
hasil pendidikan juga ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.
Pendapat dari Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama
dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk perbaikan; yang harus dimaknai dalam
konteks proses belajar khususnya, implementasi program sekolah umumnya;
dengan sudut tinjauan yang lebih dititik beratkan pada sisi pengembangan staf.
Borg (1986) menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utama classroom action
research adalah pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan
untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang
dihadapinya di kelas.

3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan
tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi
pendidikan, karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai
prakarsa professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya
“percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju

60
perbaikan sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu
peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas


PTK memiliki kelebihan berikut (Shumsky, 1982): (1) tumbuhnya rasa
memiliki melalui kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitas dan pemikiran
kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif/evaluatif dalam PTK; (3) dalam
kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan (4) meningkatnya
kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK (silakan lihat
Passow, Miles, dan Draper, 1985). PTK juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya
pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada guru itu sendiri
karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis, (2) rendahnya efisiensi
waktu karena guru harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya
sementara guru masih harus melakukan tugas rutin; (3) konsepsi proses kelompok
yang menuntut pemimpin kelompok yang demokratis dengan kepekaan tinggi
terhadap kebutuhan dan keinginan anggota-anggota kelompoknya dalam situasi
tertentu, padahal tidak mudah untuk mendapatkan pemimpin demikian.

5. Berbagai Model Penelitian Tindakan


Berbagai model tentang penelitian tindakan dapat dipahami pada uraian
berikut ini:
a. Participatory Action Research (PAR) Model penelitian ini biasanya dilakukan
sebagai strategi transformasi sosial yang menekankan pada keterlibatan
masyarakat, rasa ikut memiliki program, dan analisis masalah sosial berbasis
masyarakat. Pada penelitian ini, suatu rekayasa untuk perubahan sosial
direncanakan, kemudian dilakukan, diamati dan dievaluasi/ dilakukan
refleksi setelah berjalan selama jangka waktu tertentu.
b. Critical Action Research (CAR) Penelitian model ini biasanya dilakukan oleh
kelompok tertentu yang secara kolektif mengkritisi masalah praksis, dengan
penekanan pada komitmen untuk bertindak menyempurnakan situasi,
misalnya hal-hal yang terkait dengan ketimpangan gender atau ras.

61
Kelompok peneliti masuk dan bergabung dengan kelompok sasaran, untuk
mengetahui lebih dalam berbagai hal yang menjadi fokus penelitian aksi,
sambil melakukan tindakan yang telah direncanakan bersama kelompok
sasaran
c. Institutional Action Research (IAR) Penelitian model ini biasanya
dilaksanakan oleh pihak manajemen atau organisasi untuk meningkatkan
kinerja, proses dan produktivitas dalam suatu lembaga. Tindakan yang
dilakukan berupaya memecahkan masalah-masalah organisasi atau
manajemen melalui pertukaran pengalaman secara kritis. Riset ini dilakukan
bersama konsultan yang memiliki keahlian di dalam melakukan tindakan
perubahan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi atau manajemen.
d. Classroom Action Research Biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau
sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Guru merencanakan
perubahan yang akan dilakukan bersama dengan para siswa, bersama
observer lainnya (jika ada) sambil melakukan observasi, dan proses belajar
berlangsung sesuai dengan jadwal belajar seperti biasanya

6. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


Tahapan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi dan perumusan masalah penelitian tindakan kelas harus terlihat
bahwa masalah diidentifikasi secara kolaborasi
b. Susunan organisasi tim penelitian tindakan kelas adalah anggota penuh tim
penelitian termasuk didalamnya kolaborator.
c. Implementasi tindakan intervensi, peneliti bertindak sebagai aktor utama
dan kolaborator terlibat dalam pengumpulan data untuk cross checking, dan
Bersama-sama melakukan refleksi sebelum dan sesudah pembelajaran.
d. Laporan hasil penelitian, secara formal guru yang berperan sebagai mitra tim
peneliti (kolaborator) sekaligus tim dalam penyusunan laporan

62
B. Prosedur Pelaksanaan PTK

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilakukan dalam
Penelitian tindakan Kelas, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan
(acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting), seperti digaram di
bawah ini.

1. Penyusunan Rencana Penelitian Tindakan


Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan
mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif. Dalam
perencanaan tersebut, perlu dipertimbangkan tindakan khusus apa yang
dilakukan, apa tujuannya. Mengenai apa, siapa melakukan, bagaimana
melakukan, dan apa hasil yang diharapkan. Setelah pertimbangan itu dilakukan,
maka selanjutnya disusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci.
Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak penting
dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang paling penting dan bermanfaat
bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebaiknya perencanaan tersebut

69
didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan berkaitan
dengan contoh permasalahan dan tema kepedulian yang telah diuraikan
tersebut.
Alternatif perencanaan untuk melaksanakan PTK adalah menyiapkan rancangan
pembelajaran dan lembaran kerja siswa dengan model Problem-Based Learning,
mengalokasikan waktu sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model
Problem Based Learning, menyiapkan pedoman observasi, pedoman penilaian
kinerja, menyiapkan tes kompetensi kognitif, menyiapkan tes sikap, meyiapkan
format observasi, menyiapkan angket respon siswa.
Penyusunan proposal merupakan langkah awal dalam kegiatan penelitian.
Proposal mempunyai kedudukan yang sangat penting karena proposal tersebut
merupakan gambaran umum tentang tahapan dan langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh seorang peneliti. Dengan adanya proposal, seorang peneliti tidak
akan ragu-ragu melakukan tindakanya karena sudah memiliki pedoman.
Proposal Penelitian Tindakan Kelas tidak jauh berbeda dengan rancangan
proposal penelitian secara umum. Suatu proposal penelitian tindakan kelas,
memberikan rancangan yang cukup jelas dan akurat tentang judul, masalah,
kajian teori, hipotesis. Pengembangan instrumen, analisis data, teknik pelaporan.
Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri
dari komponen-komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3)
identifikasi masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara
pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8) kerangka
konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian. Metode penelitian
mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian, (b) rancangan penelitian,
yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan
ulang, (c) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, (d) analisis data
dan kriteria keberhasilan.
2. Pengumpulan Data
Jika perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan
yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan
pelaksanaan perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak

70
sesederhana yang dipikirkan. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi
berubah atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan di lapangan. Tetapi jangan
sampai modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika perencanaan
yang telah dirumuskan tidak dilaksanakan, maka guru hendaknya merumuskan
perencanaan kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh.
Sesuai dengan contoh permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka tindakan
dapat dilakukan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama-tama
guru menyajikan permasalahan kepada siswa. Selanjutnya, dia bisa memulai
pembelajaran 4 dengan langkah-langkah sesuai dengan model Problem-Based
Learning. Jika perencanaan telah menetapkan pelaksanaan asesmen kinerja
diadakan setiap kali pertemuan, lakukanlah asesmen kinerja tersebut dengan
seksama. Hasil asesmen dianalisis sekaligus diberi komentar pada masing-
masing konsep yang menjadi materi kinerja para siswa. Komentar hendaknya
menyatakan penilaian kuantitatif pada setiap tahap yang dikehendaki secara
logis. Komentar berikut nilai dikembalikan kepada siswa untuk dibahas pada
pertemuan berikutnya. Agar waktunya efisien, maka diadakan identifikasi
kesalahpahaman siswa sekaligus dapat dikelompokkan jenis-jenis
kesalahpahaman tersebut. Setelah pembahasan tentang hasil asesmen tersebut
selesai, mulailah pembelajaran topik baru, dan demikian seterusnya.
Langkah tersebut dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah disusun
dalam rancangan penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran dan menyelesaikan masalah. Langkah-langkah praktis tindakan
diuraikan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Apa yang
pertama kali dilakukan? Kapan dilakukan? Bagaimana melakukannya? Siapa
yang mengambil data? Data apa yang diperlukan? Pada saat pelaksanaan ini,
guru benar-benar harus memahami siswanya jangan sampai ada yang menjadi
objek tindakan. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar bukan laboratorium
tindakan. Membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus
dihindarkan karena model penelitian ini bukan penelitian eksperimen.
Hal yang tidak bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan hendaknya
juga dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi. Dalam

71
pemantauan itu, lakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang telah
disiapkan. Catat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan
segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Secara
teknis operasional, kegiatan pemantauan dapat dilakukan oleh guru lain. Di
sinilah letak kerja kolaborasi antar guru. Namun, jika petugas pemantau itu
bukan rekanan peneliti, sebaiknya diadakan sosialisasi materi pemantauan untuk
menjaga agar data yang dikumpulkan tidak terpengaruh minat pribadinya.
Untuk memperoleh data yang lebih objektif, guru dapat menggunakan alat-alat
optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam suara. Pada
setiap kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi terhadap
hal-hal yang telah direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk mengenali
kualitas proses tindakan, maka evaluasi berperanan untuk mendeskripsikan
hasil tindakan yang secara optimis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan.
Secara ilustratif, berkaitan dengan contoh permasalahan yang telah diungkapkan
sebelumnya, maka pemantauan dilakukan untuk mengamati selama
pembelajaran, mengamati interaksi selama proses penyidikan berlangsung,
mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi
ditujukan kepada hasil belajar siswa melalui asesmen kinerja, portofolio, tes, dan
respon siswa melalui penyebaran angket.
Observasi kelas akan memberi manfaat apabila pelaksanaannya diikuti diskusi
balikan (review discussion). Diskusi balikan akan bermanfaat jika: 1. Diberikan
oleh observer tidak lebih dari 24 jam setelah observasi 2. Dilakukan dalam
suasana yang mutually supportive dan non-threatening 3. Berdasarkan rekaman
data yang ada. 4. Diinterpretasikan secara bersama-sama dengan kolaborator. 5.
Pembahasannya mengacu pada penetapan sasaran serta pengembangan strategi
perbaikan untuk menentukan rencana berikutnya.
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam
penelitian tindakan kelas. Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan oleh
sifat dasar data yang akan dikumpulkannya. Teknik-teknik yang dimaksud
disajikan berikut ini.

72
a. Catatan Anekdot Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif,
longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan perseorangan
dalam kelas
b. Catatan Lapangan Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi
mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup
referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian,
pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau
pimpinan terkait.
c. Deskripsi Perilaku Ekologis Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika
dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk
mencatat hasil observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang
lengkap.
d. Analisis Dokumen Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian
sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi dengan
menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staff, edaran untuk
orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman
guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, tes
formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan,
dan/atau peraturan.
e. Catatan Harian Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan
secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan.
Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran,
refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan.
f. Logs teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya
disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan
tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya
ditingkatkan jika mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan
harian tentang organisasi dan peristiwa lain.
g. Kartu Cuplikan Butir Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar
enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu
untuk satu kartu.

73
h. Portfolio Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang
disusun dengan tujuan tertentu. Portfolio mungkin memuat dokumen apa
pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat.
i. Angket Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang
memerlukan jawaban tertulis. Pertanyaan ada dua macam. a) Terbuka:
meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri.
Pertanyaan macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat
menghasilkan jawaban jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah
angket yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah. b) Tertutup atau
pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi
yang paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi
mereka.
j. Wawancara Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari
pada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang
sedang dijajaki daripada yang secara jelas dibatasi dari awal. Wawancara
ada beberapa macam/cara yaitu: a) Tak terencana. b) Terencana tetapi tak
terstruktur: Satu atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, tetapi
setelah itu pewancara memberikan kesempatan bagi responden untuk
memilih apa yang akan dibicarakan. c) Terstruktur: Pewancara telah
menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan
percakapan sesuai dengan arah pertanyaan-pertanyaan.
k. Metode Sosiometri Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah
individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan
sering diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek
tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu kegiatan
bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan
siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan.
l. Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi Kedua teknik ini dapat
digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh
berdasarkan waktu, atau berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya
dilakukan kapan saja peristiwa tertentu terjadi. Berbagai perilaku dicatat

74
dalam kategori waktu perilaku itu terjadi untuk membangun gambaran
tentang urutan perilaku yang diteliti.
m. Rekaman pita Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat
diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak informasi yang
bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini
khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di
mana perekam jinjing dapat digunakan atau analisis suatu perilaku dapat
dilakukan.
n. Rekaman video Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk
merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis kemudian, misalnya
kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan rekamannya
pendek karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten
yang membantu, lebih banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan
perilaku subyek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-
aspeknya disepakati sebelum perekaman.
o. Foto dan slide Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa
penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk
rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman
fotografik.
p. Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian Teknik ini
digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis
kelemahan dsb. Alat penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau
para ahlinya.

3. Pengolahan dan Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan harus dianalisis. Analisis hanya bersifat kualitatif.
Jika ada data kuantitatif, analisisnya paling banyak menggunakan statistik
deskriptif dengan penyimpulan lebih mendasarkan diri pada nilai rata-rata dan
simpangan baku amatan atau persentase amatan. Hasil analisis data kualitatif
dikonsultasikan dengan makna kualitatif yang mencerminkan struktur dasar

75
terhadap jawaban masalah penelitian. Misalnya, bagaimana metode demonstrasi
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar?
Hasil analisis data hendaknya dikonsultasikan dengan makna demonstrasi
secara aktual, bukan pikiran guru atau pengamat lainnya. Hasil analisis
kuantitatif, selanjutnya dikonsultasikan pada pedoman konversi. Dalam PTK
biasanya digunakan pedoman konversi nilai absolut skala lima. Misalnya, data
hasil belajar, pedoman konversinya adalah sebagai berikut. Interval Kualifikasi 0
– 39,9 Sangat Kurang; 40,0 – 54,9 Kurang; 55,0 – 69,9 Cukup; 70,0 – 84,5 Baik; dan
85,0 – 100 Sangat Baik.
Sebagai kriteria keberhasilan, peneliti dapat menetapkan nilai rata-rata minimal
55,0 atau 70,0 tergantung rasional yang dijadikan dasar atau Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru. Di samping itu, kriteria ketuntasan
belajar juga dapat dijadikan kriteria keberhasilan. Misalnya, ketuntasan
individual adalah nilai 7,5 pada skala 11 dan ketuntasan klasikal 85%, dan
seterusnya.
4. Penyusunan Laporan
Pembiayaan yang termasuk dalam bagian ini adalah penyusunan konsep
laporan, review konsep laporan, penyusunan konsep laporan akhir. Seminar
local hasil penelitian, seminar nasional hasil penelitian, dan sebagainya. Juga
termasuk dalam pembiayaan adalah penggandaan dan pengiriman laporan hasil
PTK, serta pembuatan artikel hasil PTK dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggri

C. Karya dan Publikasi Ilmiah


1. Pengertian Karya Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang disusun berdasarkan fakta atau
analisa, disajikan dengan menggunakan bahasa baku dan memberikan informasi
yang bersifat obyektif dan rasional. Oleh karena itu, meskipun dimungkinkan
sebuah karya ilmiah bersifat spekulatif dan tentatif, namun dia didasarkan atas
fakta-fakta atau rujukan-rujukan yang valid dan argumentasi yang logis. Di

76
samping itu, karya tulis ilmiah juga disajikan dengan metode penulisan yang
disusun sedemikian rupa untuk memastikan otentisitas karya penulis.
Otentisitas atau orisinalitas sebuah karya menjadi salah satu faktor penting
dalam penulisan karya ilmiah, karena keotentikan sebuah karya mencerminkan
kredibilitas penulis. Oleh karena itu, penanda rujukan pada setiap kalimat yang
diambil dari sumber- sumber lain harus selalu merujuk kepada sumber-sumber
tersebut secara jelas dan akurat. Hal ini penting bukan hanya untuk memberikan
peluang kepada pembaca untuk menelusuri lebih lanjut ke referensi-referensi yang
dirujuk, tetapi juga memberikan kredit kepada penulis sebelumnya, dan terutama
menghindarkan penulis dari ancaman plagiarisme.
Perlu dipahami bahwa plagiarisme merupakan salah satu bentuk kejahatan
akademik, dan tidak dapat ditolerir terjadi pada sebuah karya tulis ilmiah. Yang
dimaksud dengan plagiarisme adalah penulis sebuah naskah menulis ulang tulisan
atau ide orang lain, tanpa merujuk kepada sumber asalnya, sehingga pembaca
meyakini bahwa semua ide dan tulisan itu adalah milik penulis. Hal ini bisa
dikategorikan pencurian dalam konteks akademik. Di sinilah ketentuang tentang
referensi dan teknik mengutip (citation) menjadi sangat penting untuk dipahami

2. Bentuk Tulisan
Secara umum ada dua bentuk karya tulis yang sering dipublikasikan, yaitu
bentuk tulisan populer dan nonpopuler. Yang dimaksud dengan tulisan populer
adalah tulisan yang disajikan dengan gaya bahasa sederhana dengan tidak secara
ketat memperhatikan unsur-unsur karya akademik seperti disebutkan di atas.
Semengtara tulisan non-populer adalah tulisan yang disusun untuk konsumsi
kalangan tertentu dan memenuhi kriteria tertentu. Karya ilmiah termasuk kategori
tulisan non-populer, karena ia dibuat untuk kalangan akademik dan memiliki
aturan-aturan menyangkut isi dan teknik penulisan.aturan tersebut dapat diamati
dari cara menyajikan argumen dalam tulisannya. Karangan ilmiah biasanya
menyajikan fakta secara objektif yang ditulis dengan cermat dan akurat.
Karya ilmiah dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, namun pada
prinsipnya, semua karya tulis ilmiah itu sama yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah.

77
Yang membedakan hanyalah materi, susunan, tujuan serta panjang pendeknya
karya tulis ilmiah. Adanya perbedaan ini karena disesuaikan dengan kebutuhan,
dan keperluannya, diantaranya:
a. Makalah
Makalah adalah sebuah karya tulis yang dibuat untuk keperluan presentasi
maupun diskusi. Biasanya makalah menyajikan sebuah topik dari sudut
pandang tertentu yang ditawarkan oleh penulis. Makalah yang baik memiliki
struktur dan alur berpikir yang sistematis dan rasional, serta ditulis dengan
standar bahasa yang baku dan mengikuti pedoman penulisan karya ilmiah.
Panjang makalah biasanya berkisar antara 10 – 50 halaman, bergantung pada
keluasan tema yang dibahas dan kepentingan penulisannya. Di samping itu,
makalah yang baik juga dilengkapi dengan daftar referensi yang memadai dari
sumber-sumber yang otoritatif. Penulis makalah harus selektif dalam
menentukan sumber tulisannya, karena di samping isi, kualitas makalah juga
dapat dilihat dari kualitas sumber-sumber rujukan (referensi)-nya.
b. Artikel Jurnal Ilmiah
Artikel dapat ditulis untuk berbagai kepentingan publikasi. Sebuah tulisan di
koran atau majalah popular, misalnya, disebut artikel, tetapi tidak dapat
dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah. Artikel ilmiah biasanya dimuat oleh
jurnal-jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang memiliki
otoritas akademik, seperti universitas ataupun lembaga riset. Sebuah artikel yang
diterbitkan oleh jurnal ilmiah biasanya telah melewati proses review yang cukup
panjang. Review dilakukan oleh editor dan editor ahli baik menyangkut isi
maupun teknik penulisan. Oleh karena itu, jurnal yang dianggap baik atau
otoritatif biasanya sangat selektif dalam menentukan artikel yang akan
diterbitkan. Sama seperti makalah, artikel jurnal biasanya memuat sebuah topik
tertentu yang dibahas menurut sebuah sudut pandang yang ditawarkan oleh
penulis. Tema yang disajikan oleh artikel harus relevan dengan disiplin ilmu
yang dipilih oleh jurnal tersebut. Misalnya artikel tentang metode pengajaran
matematika dimuat oleh jurnal yang relevan dengan pengajaran matematika.

78
Artikel jurnal biasanya merupakan hasil penelitian yang dipublikasikan untuk
diketahui kalangan akademis.
c. Buku akademik
Buku adalah sarana seseorang untuk mengekspresikan pikirannya secara
elaboratif. Berbeda dengan makalah dan artikel jurnal yang dibatasi oleh jumlah
kata ataupun halaman, buku tidak membatasi penulis untuk mengemukakan ide
dan gagasannya. Tidak ada jumlah halaman yang membatasi sebuah buku,
kecuali faktor-faktor nonakademik semisal ukuran, berat dan harga. Bahkan jika
penulis memerlukan ruang yang sangat luas untuk mengekspresikan ide atau
pendapatnya mengenai satu hal, ia bisa menulis buku dalam beberapa jilid.
Sebagai sebuah karya akademik, buku harus memenuhi kriteria penulisan karya
akademik seperti yang telah disebutkan di atas. Buku yang tidak memenuhi
kriteria penulisan karya ilmiah tidak layak untuk disebut sebagai sebuah karya
akademik. Oleh karena itu, penulis sebuah karya akademik harus
memperhatikan apakah buku yang dirujuknya merupakan karya akademik atau
tidak. Di sinilah kehatia-hatian dan kejelian penulis diperlukan dalam mencari
sumber-sumber referensi.
d. Review Buku/Artikel
Review adalah pembahasan tentang sebuah hasil karya akademik. Biasanya
karya karya akademik yang telah dipublikasikan dibahas oleh akademisi-
akademisi yang lain untuk mengapresiasi atau mengkritik karya yang telah
dihasilkan. Review terhadap karya akademik biasanya disajikan secara akademik
pula dan diterbitkan di jurnal-jurnal ilmiah. Review ini biasanya memberikan
penilaian sebuah karya akademik dengan membandingkannya dengan karya-
karya sejenis lain, atau mengkontekstualisasikannya pada kondisi tertentu. Hal
ini dapat membantu pembaca untuk memiliki pandangan lebih tajam dan kritis.
e. Laporan Penelitian
Laporan penelitian adalah karya ilmiah yang disusun untuk mengungkapkan
sebuah proses penelitian dari awal hingga akhir. Pada laporan disebutkan latar
belakan masalah, persoalan yang diteliti, metode yang digunakan, data yang
diambil, kerangka teori atau kerangka berfikir yang ditawarkan, serta temuan

79
yang dihasilkan. Semua itu disusun secara sistematis dan logis sehingga mampu
meyakinkan pembaca bahwa penelitian tersebut benar-benar dilakukan secara
obyektif, dengan metodologi yang memastikan akurasi data dan pengolahannya,
serta menghasilkan temuan yang 5 signifikan. Sebagai sebuah tulisan akademik,
laporan penelitian harus dibuat dengan memperhatikan aturan penulisan karya
ilmiah.

3. Isi Tulisan dan posisi penulis


Ciri utama dari sebuah karya tulis ilmiyah adalah objektivitas. Obyektivitas
berarti melihat sesuatu, baik itu fakta ataupun masalah secara jernih dan jujur, tanpa
menunjukkan keberpihakan. Hal ini penting sehingga pembaca mendapatkan
informasi yang utuh dan tidak terjebak pada kepentingan tertentu. Obyektivitas isi
tulisan mencerminkan posisi penulis dalam menjelaskan sebuah persoalan atau
mendeskripsikan fakta. Isi tulisan biasanya diawali dengan mengungkapkan
persoalan atau masalah yang dianggap penting oleh penulis.
Di bagian awal penulis akan menjelaskan mengapa persoalan itu muncul dan
mengapa ia dianggap penting, sehingga perlu diteliti atau ditulis. Persoalan di sini
dapat berupa sebuah pertanyaan untuk diteliti, atau sebuah fakta untuk
dideskripsikan. Isi tulisan harus meyakinkan pembaca bahwa tulisan ini penting
untuk dibaca. Persoalan biasanya didapatkan dari hasil pengamatan terhadap
sebuah atau beberapa fenomena nyata, atau dari berbagai bacaan mengenai tema
tertentu. Dalam menjawab persoalan di atas, penulis kemudian mengemukakan
data atau fakta. Seperti telah disebutkan di atas, data atau fakta ini harus disajikan
secara obyektif dan memiliki validitas (sahih). Untuk memastikan objektivitas data
atau fakta yang disampaikan, penulis biasanya menjelaskan cara atau metode yang
digunakan untuk mendapatkan data. Data atau fakta disajikan secara sistematis
sesuai dengan persoalan dan cara pandang terhadap persoalan tersebut.
Guna mendukung analisa dan interpretasi data, penulis memerlukan
sejumlah referensi yang dapat membantu penulis membentuk dan mempertajam
analisanya. Referensi ini juga penting dimiliki agar penulis tidak terjebak untuk
membahas persoalan yang telah ditulis oleh penulis sebelumnya. Posisi penulis

80
dalam penulisan karya ilmiah berperan sebagai nara sumber yang berupaya
mengkomunikasikan pikirannya kepada pembaca.
Posisi ini tentunya sangat menentukan layak tidaknya tulisan yang dibuat
dapat diterima atau tidak oleh pembaca. Hal yang harus diperhatikan oleh penulis
sebagai nara sumber adalah harus jujur dengan semua data yang ada. Sebagaimana
disebutkan di atas, objektivitas harus selalu menjadi prinsip dalam setiap penjelasan
dalam tulisan.
Dengan menjunjung tinggi prinsip obyektivitas bukan berarti penulis tidak
boleh memiliki posisi dalam melihat sebuah masalah. Sejauh data, fakta dan analisa
dilakukan secara jujur dan rasional, penulis dapat menjelaskan penilaiannya disertai
dengan argumen-argumen yang kuat. Di samping itu, penulis juga harus mampu
membuktikan bahwa analisa dan argumen yang dikemukakannya adalah benar-
benar merupakan hasil pemikiran penulis. Di sini penulis harus memperhatikan
sebuah prinsip lain, yaitu orisinalitas.
Orisinalitas atau keaslian sebuah tulisan dapat dilihat dari persoalan yang
diajukan dan analisa yang dilakukan. Penulis yang memiliki integritas hanya akan
mengemukakan persoalan yang dirumuskannya sendiri dan melakukan analisa
dengan argumen yang disusun sendiri. Tentu keduanya dibantu oleh referensi yang
memadai, tetapi logika tulisan atau alur berfikir tulisan murni dimiliki oleh penulis

4. Karakteristik Karya Ilmiah


Untuk memahami lebih mendalam tentang karya tulis ilmiah, setidaknya kita
perlu memahami karakteristik penulisannya. Dengan memahami hal ini, dapat
memberikan bekal bagi kita untuk dapat membedakannya dengan karya tulis
lainnya, diantaranya adalah:
a. Karya ilmiah adalah tulisan yang disusun secara sistematis, logis dan rasional
yang didukung oleh fakta, yaitu berupa fakta umum yang dapat dibuktikan
kebenarannya secara ilmiah dengan mengikuti metodologi penulisan ilmiah
yang benar.
b. Karya ilmiah menerapkan teori-teori yang dilandasi oleh hasil pengamatan,
penelitian dan/atau pemikiran yang mendalam.

81
c. Karya ilmiah dapat merekomendasikan pemecahan masalah dengan berbagai
cara atau metode sesuai dengan masalah yang menjadi pokok bahasan
penelitian, biasanya menggunakan deduksi atau induksi.
Ketiga karakteristik ini setidaknya dapat menjadi bekal dalam menentukan
perbedaan dengan karya tulis lainnya, dan yang lebih penting adalah, tidak terjadi
ekspektasi berlebihan terhadap sebuah karya ilmiah.

5. Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah


Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan dalam komunikasi antar
manusia. Meskipun secara teori bahasa adalah kesepakatan bersama untuk
menggunakan simbol-simbol bunyi maupun tulis tertentu, namun pada
kenyataannya dalam sebuah komunitas sering dibedakan antara bahasa formal dan
bahasa tidak formal. Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa yang benar dan menggunakan kosakata
yang standar. Sementara, bahasa non-formal adalah bahasa yang merupakan bahasa
yang digunakan dengan tidak memberlakukan kaidah kebahasaan secara ketat. Dan,
dengan mempertimbangan aspek publikasi dari penulisan karya ilmiah yang
bersifat informatif-argumentatif, maka bahasa yang harus digunakan adalah bahasa
formal atau bahasa ilmiah.
Dengan demikian, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang jelas, tepat,
format dan lugas. Kejelasan dan ketepatan isi diwujudkan dengan menggunakan
kata dan istilah yang jelas dan tepat serta tidak memiliki banyak makna dalam
setiap kata, kalimat tidak berbelit-belit, dan struktur paragraf yang runtut.
Sedangkan kelugasan dan keformatan gaya bahasa diwujudkan dengan
menggunakan kalimat pasif dan kata-kata tidak emotif, ini yang dibut bahasa
ilmiah.
Dengan mempertimbangkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi tertulis
dalam penulisan karya ilmiah, maka bahasa yang digunakan harus mengikuti
kaidah-kaidah logis dan definisi bermakna tunggal. Tujuannya, adalah supaya hasil
karya yang ditulis dapat dipahami dengan mudah dan tepat serta kebenarannya
dapat dimengerti dengan baik dan logis sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis

82
6. Sifat dan Ciri Bahasa Tulis Ilmiah
Bahasa tulis sebagai alat komunikasi dalam penulisan karya ilmiah memiliki
sifat dan ciri tulis tersendiri yang membedakan dengan penggunaan bahasa lainnya,
dilihat dari fungsinya, bahasa tulis ilmiah dijadikan alat untuk menyampaikan
informasi dari penulis kepada pembaca. Implikasinya, bahasa tulis yang digunakan
harus mampu menimbulkan persamaan persepsi antara penulis dengan pembaca
tentang informasi yang disampaikan. Untuk mendukung hal ini, maka bahasa tulis
ilmiah bersifat denotatif, artinya setiap kata yang diungkapkan dalam bahasa tulis
ilmiah memiliki satu makna yang paling sesuai untuk mengungkapkan konsep
dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut.
Sedangkan untuk ciri-cirinya di antaranya adalah:
a. Bahasanya adalah bahasa resmi
b. Sifatnya formal dan objektif
c. Nadanya tidak emosional
d. Keindahan bahasanya tetap diperhatikan
e. Kemubaziran dihindari
f. Isinya lengkap, ringkas, meyakinkan, dan tepat.
Dengan memperhatikan beberapa ciri tulis ilmiah ini, penulisan karaya ilmiah
yang akan ditulis dapat memenuhi kelayakan sebagai karya tulis yang informatif,
argumentatif dan dapat dengan mudah dipahami oleh banyak orang, terutama
orang awam sekalipun

7. Struktur Tulisan Karya Ilmiah


Komponen-komponen utama dalam karya tulis ilmiah disajikan dalam
bentuk tulisan yang terstruktur. Struktur ini kemudian dikenal sebagai outline
tulisan. Meskipun komponen-komponen tersebut di atas ada dalam tulisan, namun
format atau struktur tulisan tidak selalu sama. Meski beda dalam format
penyajiannya, sebuah karya tulis ilmiah setidaknya memiliki struktur demikian:
pendahuluan, isi karangan, dan penutup.

83
Untuk mempermudah penjelasan ini, akan dijelaskan satu-persatu melalui
contoh struktur penulisan karya ilmiah hasil penelitian di bawah ini:

8. Penggunaan Rujukan
Salah satu karya tulis dapat dikategorikan sebagai karangan ilmiah dapat
dilihat dan dinilai dari rujukannya. Rujukan dalam karya ilmiah menjadi indikator
kekuatan pengarang dalam menguasi pokok permaslahaan yang dihubungkan
dengan teori dan konsep yang dijadikan rujukan. Selain itu, pencantuman rujukan
juga dapat dinilai sebagai bentuk penghargaan terhadap penulis sebelumnya yang
dijadikan rujukan dalam menguatkan argumen dalam tulisan yang dibuat. Namun,
dalam prakteknya, mengutip dan pencantuman rujukan dalam karya ilmiah
memiliki aturan tersendiri.

84
9. Cara Merujuk dalam Menulis Karya Ilmiah
Salah satu bagian terpenting dalam menulis karya ilmiah adalah bagian
rujukan, karena dengannya sebuah tulisan dapat diukur akurasinya. Selain itu,
penggunaan rujukan menunjukkan keilmiahan yang tulis, semakin banyak penulis
memperkuat gagasannya dengan argumen-argumen lainnya yang telah ditulis
ataupun diteliti sebelumnya, maka objektivitasnya semakin kuat. Dengan ini, maka
untuk menghindari plagiarisme ataupun pencurian ilmiah, maka penulis harus
mencantumkan sumber-sumber informasi dan gagasan-gagasan yang dijadikan
rujukan yang dimanfaatkan penulis dalam menulis karya ilmiah.
Terdapat tiga hal penyebab terjadinya plagiarisme, di antaranya adalah:
a. Penulis tahu dia harus mengakui gagasan atau informasi yang dipinjamnya,
tetapi sengaja tidak mengakui
b. Penulis tidak tahu bila dia harus mencantumkan gagasan atau informasi
yang dipinjamnya
c. Penulis secara tidak sengaja salah mencantumkan suatu gagasan atau
informasi yang dipinjamnya sehingga seakan-akan gagasan atau
informasinya tersebut miliknya.
Dalam pencantuman rujukan memang tidak ada yang baku, seperti yang
telah dikatakan sebelumnya, bahwa terkait dengan sistematika penulisan termasuk
bentuk penyajiannya tergantung untuk apa penulisan karya ilmiah ditulis. Namun,
kalau dikembalikan pada tujuan dicantumkan rujukan tersebut, sebenarnya sama
meskipun beda penulisannya, hal yang terpenting adalah pembaca tahu bahwa
argumen yang penulis gunakan untuk memperkuat argumennya diambil dari
sumber tertentu yang dapat ditelusuri oleh pembaca. Dengan demikian, komponen
yang harus ada pada umumnya adalah nama penulis atau pengarang, judul sumber
yang dirujuk, tahun diterbitkanya, dan tempat dan nama penerbitnya, dan hal yang
terpenting adalah halaman tulisan yang dirujuk bagi sumber yang berupa buku,
jurnal atau artikel, dan media tertulis lainnya. Sedangkan untuk media elektronik
seperti sumber dari internet, biasanya ditambah pencantuman tanggal akses dan
alamat webnya.

85
Beberapa komponen yang telah disebutkan tadi, pada umumnya selalu ada
dalam setiap bentuk rujukan, yang membedakan hanyalah urutan penulisannya,
mulai dari penulisan nama penulis atau pengarang, tahun, dan seterusnya. Untuk
menyiasati hal ini, berikut akan dipaparkan beberapa bentuk pencantuman rujukan
yang lazim digunakan dalam penulisan karya ilmiah, setidaknya hal ini dapat
menjadi petunjuk bagi siapa saja yang ingin menulis karya ilmiah.

10. Penulisan rujukan dengan catatan kaki atau footnote


Catatan kaki atau footnote dalam halaman karya tulis, bertujuan untuk
menyatakan sumber dari kutipan yang dimanfaatkan dalam memperkuat argumen
penulis, yang berisi pendapat, buah pikiran, fakta-fakta dan lainnya. Dalam
pencantuman footnote ditempatkan pada halaman yang sama dengan kutipan
tersebut dan diletakkan pada bagian bawah yang dipisah dengan garis pembatas
antara tulisan dalam halaman dengan penulisan sumber di bagian bawahnya setelah
paragraf terakhir paling bawah, atau untuk mempermudah peletakannya secara
otomatis dapat menggunakan Ctrl Alt F saat ingin memberikan catatan kaki bagi
yang pengetikannya menggunakan komputer, atau laptop, caranya adalah
meletakkan tanda kursor pada akhir teks yang ingin dicantumkan rujukan dengan
footnote, kemudian tekan tombol Ctrl diikuti Alt kemudian F dengan tanpa melepas
ketiganya sampai catatn kaki pada rujukan muncul di layar , maka dengan
sendirinya peletakan catatan kaki dapat ditulis rujukannya.

11. Penulisan Daftar Pustaka


Bagian pelengkap dalam karangan ilmiah adalah daftar pustaka. Dalam
penyajiannya, terdapat beberapa bentuk penulisan daftar pustaka, namun unsur
yang lazim digunakan dalam mencantumkan daftar rujukan meliputi: nama penulis
(nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik), tahun
penerbitan, judul termasuk anak judul (subjudul), kota tempat penerbitan, dan nama
penerbit. Sedangkan penyusunannya secara keseluruhan dari sumber rujukan yang
disajikan daftar pustaka diurutkan berdasarkan alfabet.

86
D. Best Practice sebagai Karya Ilmiah
1. Pengertian Best Practice
Salah satu jenis kegiatan untuk menunjang profesionalisme guru adalah
pendidikan dan pelatihan karya ilmiah yang yang disebut praktik terbaik (Best
Practice). Unsur kegiatan Pengembangan Keprofesian terdiri dari tiga macam
kegiatan, yaitu:
a. Pengembangan Diri, yang terdiri dari:
1) Kegiatan Kolektif Kepala Sekolah
2) Diklat Fungsional
b. Menyusun Karya Tulis, yang terdiri dari:
1) Hasil Karya Tulis Ilmiah atau Gagasan Inovatif.
2) Buku
3) Pengalaman Lapangan Bidang Pendidikan (Best Practice)
c. Melaksanakan Karya Inovatif, yang terdiri dari:
1) Membuat Alat Pelatihan/Pembimbingan bagi Guru
2) Membuat Karya Teknologi Tepat Guna
3) Menciptakan Karya Seni
4) Mengikuti pengembangan bidang pendidikan.
Best Practice adalah sebuah karya tulis yang menceritakan pengalaman
terbaik dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh guru, kepala
sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan sehingga mereka mampu
memperbaiki mutu layanan pendidikan dan pembelajaran di sekolah (Apandi,
2018). Sumber lain dinyatakan bahwa Best Practice adalah cerita keberhasilan
terbaik dari guru kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan
dalam menyelesaikan masalah ketika melaksanakan tugas. Cerita keberhasilan
terbaik bukan laporan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) atau Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), tetapi fokus pada keberhasilan guru dalam melaksanakan
tugasnya. Tugas pengawas sekolah meliputi pengawasan akademik dan manajerial.
Adapun tugas guru dibatasi pada pembelajaran di kelas [disalin dari
https://www.scribd.com/document/350298266 /Pengertian-Best-Practice]. Istilah
best practice mengandung arti “pengalaman terbaik” dari keberhasilan seseorang

87
atau kelompok dalam melaksanakan tugas, termasuk dalam mengatasi berbagai
masalah dalam lingkungan tertentu.
Suatu pengalaman dapat dikategorikan sebagai best practice karena memiliki
pertanda khas sebagai berikut (Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Dikdasmen Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan. 2016. Pedoman Lomba Penulisan Best Practice Bagi
Pengawas Sekolah/Madrasah)
1) mengembangkan cara baru dan inovatif dalam mengatasi suatu masalah
dalam pendidikan khususnya pembelajaran;
2) memberikan sebuah perubahan atau perbedaan sehingga sering dikatakan
hasilnya luar biasa (outstanding result);
3) mengatasi persoalan tertentu secara berkelanjutan (keberhasilan lestari atau
berlangsung lama) atau dampak dan manfaatnya berkelanjutan (tidak
sesaat);
4) menjadi model dan memberi inspirasi dalam membuat kebijakan (pejabat)
serta inspiratif perorangan, termasuk murid;
5) cara dan metode yang digunakan bersifat ekonomis dan efisien.
Suatu pengalaman dikategorikan Best Practice jika memiliki ciri ciri atau
indikator sebagai berikut (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. 2019.
Penulisan Laporan dan Penilaian Best Practice Kepala Sekolah).
1) hasil luar biasa (outstanding result);
2) cara penyelesaian masalah menggambarkan rangkaian kegiatan yang jelas
sehingga dapat dilakukan pengulangan oleh kepala sekolah lain, dan hasil
yang dicapai bersifat berkesinambungan, bukan sesaat);
3) inovatif, hasil yang dicapai mengandung ide kebaharuan, bukan hasil
pengulangan atau peniruan (ide gagasan sendiri), dan hasil yang dicapai
berkaitan dengan peningkatan kualitas profesi kepala sekolah;
4) keberhasilannya lestari (berkelanjutan);
5) inspiratif, topik bahasan dapat memberikan inspirasi bagi kepala sekolah, dan
topik bahasan memberikan inspirasi terhadap pembuatan kebijakan);
6) mampu menjadi model;

88
7) ekonomis dan efisien; dan
8) mendapatkan pengakuan dari masyarakat atau lingkungannya serta tidak
bertentangan dengan moralitas.

2. Karakteristik Laporan Best Practice


Karakteristik laporan best practice adalah sebagai berikut.
a. Orisinalitas; topik dan bahasan merupakan ide yang memuat keaslian
maupun kreativitas dengan memadukan sejumlah gagasan maupun ide-ide
baru tanpa mengurangi keaslian sumber utamanya. Pedoman Lomba Best
Practice bagi Pengawas Sekolah/Madrasah Berprestasi Tahun 2016 7 dari 28
Halaman
b. Inovatif; hasil yang dicapai memuat ide kebaruan atau novelty, bukan
jiplakan atau peniruan apa adanya, dan berkaitan dengan peningkatan
kualitas kinerja pengawas sekolah yang lebih terampil, elegan, dan bermakna.
c. Elaboratif; kepiawaian seseorang dalam menguraikan, merinci,
menghubungkan suatu konsep/data satu dengan lainnya sehingga
menghasilkan gagasan/karya baru yang lebih kompleks tetapi terurai.
d. Inspiratif; memberikan dorongan dan motivasi maupun spirit dalam
melaksanakan tugas pangawas sekolah bagi orang lain.
e. Empirik; menunjukkan bukti nyata kinerja berbasis pengalaman, dalam
supervisi manajerial maupun akademik untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
f. Aplikatif; hasil best practice dapat direflikasi, dimanfaatkan, dan atau
dikembangkan baik di sekolah sendiri maupun di sekolah lain.

3. Isi Laporan Best Practice


Laporan Best Practice yang disusun dan ditulis oleh pengawas sebagai
peserta lomba harus berisi tentang hal-hal sebagai berikut.
a. Bagian Awal
Bagian ini terdiri atas halaman judul, halaman pernyataan keaslian naskah lomba
bermaterai cukup, halaman lembar persetujuan dari atasan langsung dan atau

89
pejabat terkait, kata pengantar, abstrak atau ringkasan, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan daftar lampiran.
b. Bagian Isi
Bagian ini berisi paparan tentang hal-hal sebagai berikut:
4) Pendahuluan, berisi paparan latar belakang, masalah, tujuan, dan
manfaat Best Practice yang dilaporkan.
5) Metode Pemecahan Masalah, berisi paparan teori atau pengalaman
yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan masalah, dan metode
atau cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah beserta
langkah-langkah rinci dari metode atau cara tersebut.
6) Pelaksanaan dan Hasil yang dicapai, berisi tentang paparan tentang
pelaksanaan Best Practice terkait tempat, waktu, dan perangkat
atau instrumen yang digunakan ketika Best Practice dilakukan
serta hasil yang diperoleh dari pelaksanaan pemecahan masalah
yang telah dilakukan disertai dengan data dan informasi yang
mendukung.
c. Bagian Akhir
Bagian ini berisi tentang simpulan, refleksi dan rekomendasi.
d. Daftar pustaka dan lampiran-lampiran

Contoh soal HOTS merupakan bentuk latihan guru untuk menguasai


pembuatan soal HOTS dalam berbagai tipe. Ada empat (4) tipe soal HOTS bentuk
pilihan ganda (PG), yaitu tipe: 1) Pilihan Ganda Biasa, 2) Pilihan Ganda Komplek, 3)
Pilihan Ganda Kasuistik, dan 4) Pilihan Ganda Asosiatif. Pada KB1 diberikan contoh
soal PG tipe 1; pada KB2 diberikan contoh soal PG tipe 2; pada KB3 diberikan contoh
soal PG tipe 3; dan pada KB4 diberikan contoh soal PG tipe 4. Tujuan diberikannya
contoh soal ini adalah agar mahasiswa dapat mempelajari dan mampu membuat
soal HOTS bentuk Pilihan Ganda dengan berbagai tipe.

90
Bacalah dengan seksama kasus di bawah ini!
Kasus tindakan plagiarisme makin sering terjadi. Pelaku plagiarisme mulai dari
pelajar sekolah menengah, mahasiswa, bahkan guru dan dosen. Plagiarisme adalah
tindakan menjiplak, mencuri, atau mengambil gagasan, hasil karya tulisan orang
lain, baik seluruh, sebagian besar, maupun sebagian kecil, untuk menjadi gagasan
atau karya tulisan sendiri tanpa menyebutkan nama penulis dan sumber aslinya.
Tindakan ini berdampak buruk dan merugikan berbagai pihak, baik yang
melakukan plagiat maupun yang menjadi sumber plagiat tersebut. Tindakan
plagiarism merupakan salah satu bentuk kejahatan akademik.
Guru yang telah profesional (tersertifikasi) memiliki kewajiban untuk menghasilkan
karya tulis ilmiah seperti artikel, makalah, buku teks, modul, dan lain-lain yang
sangat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan juga proses
pendidikan. Selain manfaat bagi banyak pihak, kemauan dalam menulis karya
ilmiah juga sangat bermanfaat bagi guru itu sendiri. Kemauan guru menulis akan
meningkatkan pengetahuan dan wawasan sebab akan senantiasa terdorong untuk
mengumpulkan bahan bacaan dari berbagai sumber, membaca, kemudian
mempelajarinya. Hal ini tentu akan menunjang penguasaan kompetensi
profesionalnya, khususnya penguasaan ilmu pengetahuan pada bidangnya secara
mendalam dan meluas.
Cara agar guru pada saat menulis karya ilmiah tidak terjerat dalam kasus
plagiarisme adalah…
a. Menulis tulisan dari karya ilmiahnya secara orisinal tanpa melihat hasil karya
orang lain
b. Meminta bantuan orang lain untuk mengecek karya tulisnya agar terhindar
dari plagiarisme
c. Menuliskan atau mencantumkan asal sumber-sumber informasi dan gagasan-
gagasan yang dijadikan rujukan yang dimanfaatkan penulis dalam menulis
karya ilmiahnya
d. Berkolaborasi dengan para sumber rujukan dalam menyusun karya
ilmiahnya

91
e. Mengkomunikasikan secara lisan pada para sumber yang dikutip ide gagasan
atau karya mereka dipergunakan dalam karya tulis ini.
Jawaban: C

Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan


beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya sebagai
berikut:

5. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS Program


PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
6. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses
pembelajarannya di sekolah/madrasah!
7. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul di
bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara melakukan
pembelajaran remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS
program PPG.
8. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas yang ada
di LMS.

92
GLOSARIUM

Adaptif : mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan.


Artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam
majalah, surat kabar, dan sebagainya; bagian undang-undang
atau peraturan yang berupa ketentuan; pasal; unsur yang
dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina,
misalnya the dalam bahasa Inggris.
Etik : kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan
atau masyarakat; pembangunan nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat dalam
proses pembangunan.
Guru : orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar.
Ilmiah : bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan; memenuhi syarat
(kaidah) ilmu pengetahuan.
Inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru; ber-sifat
pembaruan (kreasi baru).
Instrumen : sarana penelitian (berupa seperangkat tes dan sebagainya)
untuk mengumpul-kan data sebagai bahan pengolahan.
Karakteristik : mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu..
Kinerja : sesuatu yang dicapai; prestasi yang diperlihatkan;
kemampuan kerja (tentang peralatan).
Kognitif : berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; berdasar
kepada pengetahuan faktual yang empiris.
Komunikasi : pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami; hubungan; kontak.
Konseling : pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang
dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya;

93
pengarahan; pemberian bantuan oleh konselor kepada
konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap
kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan
berbagai masalah; penyuluhan.
Konsep : rancangan atau buram surat dan sebagainya; 2 ide atau
pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret;
membuat konsep (rancangan).
Kreatif : memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk
menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta.
Kredibilitas : perihal dapat dipercaya.
Kurikulum : perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga
pendidikan; perangkat mata kuliah mengenai bidang
keahlian khusus.
Lokakarya : pertemuan antara para ahli (pakar) untuk membahas masalah
praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam
bidang keahliannya; sanggar kerja.
Madrasah : sekolah atau perguruan (biasanya yang berdasarkan agama
Islam).
Mental : bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan
bersifat badan atau tenaga.
Motivasi instrinsik : orongan atau keinginan dari dalam diri seseorang.
Mutu : (ukuran) baik buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat
(kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya); kualitas.
Ohjektif : mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi
pendapat atau pandangan pribadi.
Pelatihan : proses, cara, perbuatan melatih; kegiatan atau pekerjaan
melatih.
Pendidikan : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.

94
Penilaian : proses, cara, perbuatan menilai; pemberian nilai (biji, kadar
mutu, harga).
Presentasi : kegiatan menapilkan suatu karya atau hasil kerja atau produk
di depan peserta.
Profesi : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Profil : pandangan dari samping (tentang wajah orang); lukisan
(gambar) orang dari samping; sketsa biografis; penampang
(tanah, gunung, dan sebagainya); grafik atau ikhtisar yang
memberikan fakta tentang hal-hal khusus.
Profsional : bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya.
Promosi : kenaikan pangkat (tingkat); naik pangkat (tingkat); hal
memperoleh gelar doktor; pemberian gelar doktor yang
dilakukan dengan upacara khusus.
Psikologi : ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal
maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu
pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.
Publikasi : pengumuman; penerbitan.
Reflektif : gerakan badan di luar kemauan; secara refleks.
Relevan : kait-mengait; bersangkut-paut; berguna secara langsung.
Reliabilitas: : perihal sesuatu yang bersifat reliabel (bersifat andal);
ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran; keterandalan.
Sekolah : bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat menerima dan memberi pelajaran (menurut
tingkatannya, ada).
Sistematis : teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang
diatur baik-baik.
Sistematis : teratur menurut sistem; memakai sistem; dengan cara yang
diatur baik-baik.

95
Validitas : sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir,
atau kekuatan hukum; sifat valid; kesahihan.
Wawasan : hasil mewawas; tinjauan; pandangan; konsepsi cara pandang.

96
97
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, G. M & Suyanto, W. 2013. Penggunaan Efi Scanner Sebagai Media
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat, Motivasi dan Prestasi Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3, No. 2.
Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi. Bandung:
Angkasa.
Ayu Dwi Kesuma Putri dan Nani Imaniyati. 2017. Pengembangan profesi guru
dalam meningkatkan kinerja guru (Professional development of teachers in
improving the performance of teacher). Jurnal Pendidikan Manajemen
Perkantoran Vol. 2 No. 2, Juli 2017.
Bernadus Wahyudi Joko Santoso, Yoyok Nugroho, Devara Ordelia Apfia Parapat. 2020.
Pendidikan dan Pelatihan Penulisan Best Practice untuk Meraih Predikat Guru
Berprestasi bagi Guru SMA Negeri 1 Semarang dengan Metode Special Projects
Assignments. Jurnal Panjar 2(2) (2020): 52-60.
Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas RI:
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga
pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia,
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas RI : Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2019. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

98
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikdasmen Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2016.
Pedoman Lomba Penulisan Best Practice Bagi Pengawas Sekolah/Madrasah.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. 2019. Penulisan Laporan dan
Penilaian Best Practice Kepala Sekolah
Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Andi Offset.
Kemendiknas. 2010. Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Jakarta:
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan.
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan
Agama Islam. 2019. Modul KB 4 Penelitian Tindakan Kelas.
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan
Agama Islam. 2019. Modul KB 3 Penelitian Tindakan Kelas.
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan
Agama Islam. 2019. Modul KB 2 Penelitian Tindakan Kelas.
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan
Agama Islam. 2019. Modul KB 1 Penelitian Tindakan Kelas.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan. 2016. Buku 1: Pengelolaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar
(PPGP).
Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Profesi
Guru Buku 2: Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).
Kunandar. 2011. langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembang
Profesi Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2000 Pasal 2 tentang
pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil.

99
Pujiriyanto. 2019. Modul 2 Peran Guru Dalam Pembelajaran Abad 21. Direktorat
Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas.
Rochiati Wiriaatmadja. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rusydi Ananda. 2018. Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Medan:
Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).
Udin Saefudin Sa’ud. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Usman, M.U. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

100

Anda mungkin juga menyukai