Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumput Laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang potensial
untuk dibudidayakan. Salah satu rumput laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi
adalah Gracillaria Sp. merupakan spesies alga merah yang memiliki banyak
peranan penting bagi manusia. Sejak 2700 SM. Rumput laut telah dimanfaatkan
sebagai bahan pangan manusia. Perancis, Normandia, dan Inggris pada abad 17
mulai merintis pemanfaatan rumput laut untuk pembuatan gelas (Soegiarto et al.,
1978). Pemanfaatan rumput laut secara ekonomis dimulai di tahun 1670 di Cina
dan Jepang, yaitu sebagai obat obatan, makanan tambahan, kosmetika, pakan
ternak, dan pupuk organic.
Budidaya rumput laut di Indonesia telah dikembangkan di beberapa daerah
seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Sumatera, Jawa
serta di daerah lainnya (Pongarrang et al., 2013). Salah satu daerah yang memiliki
potensi untuk mengembangkan rumput laut (Gracilaria Sp.) adalah di desa
Salenrang. Daerah ini merupakan wilayah yang dikelilingi oleh muara dan
pemanfaatan potensi kelautan belum optimal.
1.2 Tujuan
Tujuan praktek ini adalah Taruna/i mampu mengetahui budidaya rumput
laut menggunakan metode Longline dan lepas dasar di Desa Salendrang Kec.
Bontoa Maros. Dan untuk mengetahui hasil Analisa usaha pada pemeliharaan
rumput laut.

1.3 Tempat Dan Waktu


Kegiatan praktik kerja lapang (PKL) I yang dilaksanakan pada tanggal 9-
16 April 2018 di Unit pembesaran rumput laut desa Salenrang.

1
BAB II

METODE PRAKTIK

2.1 Prosedur Kerja


Kegiatan yang dilakukan pada pemeliharaan rumput laut antara lain
persiapan tambak, penebaran, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

2.2 Pengumpulan Data

2.2.1 Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau praktek langsung di


lapangan dengan melakukan penebaran bibit, proses panen dan pasca panen, serta
melakukan wawancara dengan pembudidaya rumput laut.

2.2.2 Data Sekunder

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data profil desa di


kantor kepala desa dan mengakses literatur dari internet.

2
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keadaan Lokasi Umum Praktek

3.1.1 Sejarah Singkat Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten


Maros

Salenrang adalah desa  di Kecamatan


Bontoa, KabupatenMaros, Sulawesi Selatan. Desa ini terkenal sejak UNESCO
memasukkan kawasan karst terbesar kedua di dunia, Rammang- Rammang,
dalam daftar situs warisan Dunianya. Letaknya tidak terlalu jauh dari Bandar
udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, dan hanya beberapa meter dari
jalan poros Maros-Pangkep (pertigaanBosowa). Rammang-Rammang Desa
Salenrang Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Karst Rammang-rammang
menyimpan banyak potensi di bidang wisata alam terutama panorama alam
keindahannya, namun pemerintah daerah Kabupaten Maros belum melakukan
kegiatan promosi karst Rammang-Rammang dengan optimal, perlu dilakukan
upaya promosi yang lebih intensif dan terfokus dengan mempertimbangkan aspek
peluang pasar potensial wisatawan tanpa merusak karst rammang-rammang.
Untuk mengenalkan karst Rammang-rammang di mata dunia dibutuhkan media
promosi. Tujuan penelitian ini adalah merancang media promosigeo morfologi
Karst Rammang-Rammang berbasis alam sebagai identitas Kabupaten Maros
Sulawesi Selatan. Rammang-rammang dikenal karena keindahan sungai yang 2
berbentuk kerucut, kubah, menara, danau dengan stalagmit serta stalaktit-nya.
Kawasan karst kaya akan nilai-nilai ekonomi non tambang, antara lain kekayaan
fenomena alam, keaneka ragaman geologi, keaneka ragaman hayati, dan keaneka
ragaman budaya. Keindahan karst Rammang-Rammang tersebut merupakan
perpaduan antara alam dan manusia, yang telah mampu menjadi magnet kuat
untuk menjadikan karst Rammang-Rammang sebagai destinasi wisata yang di
unggulkan.

3
Menurut Ira Prayuni R.A (2013) dalam jurnal yang
berjudul“Perancangan lanskap koridor sungai pute di kawasan karst Rammang
Rammang sebagai kawasan geowisata” mengatakan kawasan perbukitan karst
Rammang-Rammang merupakan salah satu dari tiga kawasan karst di dunia
dengan potensi geodiversity, biodiversity dan cultural diversity sebagai karst
tower World Heritage. Pada umumnya kawasan karst identik dengan bentang
alam yang kering dan gersang. Namun, keunikan kondisi bentang alam di
kawasan karst Rammang–Rammang cukup subur dan terdapat aliran Sungai Pute
yang memiliki lebar 2 meter sampai 40 meter. Kawasan karst yang dialiri sungai
hanya ada dua di dunia, yaitu kawasan karst Guilin dan kawasan karst Rammang–
Rammang Indonesia.

Tahun 2001 UNESCO sebagai World Heritage Site mengakui destinasi


Rammang-Rammang sebagai karst terbesarkedua, terluas, terpanjang, terindah di
dunia serta telah menjadi kawasan konservasi Taman Nasional Bantimurung–
Bulusaraung (TNBB). Karst merupakan sumberdaya alam non hayati yang tidak
dapat diperbaharui karena proses pembentukannya membutuhkan waktu ribuan
sampai 3 jutaan tahun. Geomorfologi Karst menjelaskan proses pembentukan
suatu keindahan, keunikan, serta pentingnya kawasan karst baik itu sebagai
penopang fungsi ekologi maupun sebagai akuifer air yang memenuhi air baku
bagi ratusan ribuan masyarakat yang hidup di dalamnya (KadirHarun, 2012:158).
Karst merupakan bentang alam pada batuan karbonat yang bentuknya sangat khas
berupa bukit, lembah, dolina, uvala, polje, system perguaan danau dan jaringan
sungai bawah tanah. Kawasan Karst Maros merupakan salah satu karst tropis
dunia yang berkembang secara baik dan termasuk dalam tipe Holokarst. Holokarst
merupakan tipe karst yang mempunyai bentang alam lengkap yang terbentuk dari
pelarutan batuan karbonat yang sangat mudah larut (HaryonodanAdji, 2004).

Berdasarkan peta geologi regional (Sukamto, dkk.,1982), batuan


penyusun kawasan karst Maros adalah batuan karbonat Formasi Tonasa yang
berumu rEosen - Miosen (51 - 16 jutatahunlalu). Menurut H.Samsir Kepala
Bagian Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maros dalam sosialisasi

4
sadarwisata tahun 2016 mengatakan untuk saat ini Rammang-rammang menjadi
focus utama pengembangan potensiwisata di Maros dan harus dipertahankan
karena wisata seperti ini tidak ada di tempat lain. Keistimewaan kawasan karst
Rammang-rammang semakin lengkap dengan adanya aliran Sungai Pu’te yang
diapit oleh hamparan sawah, rumpun nipah, 17 rumah-rumah panggung milik
penduduk kampung berua, menara karst, taman batu, gua karst, jembatan karst
semuanya merupakan perpaduan alam yang begitu indah..

3.1.2 Letak Geografis

Kabupaten Maros secara geografis terletak di bagian Barat Provinsi


Sulawesi Selatan yaitu pada 40°45’ hingga 50°07’ Lintang Selatan, dan 109°20’
hingga 129°12’ Bujur Timur. Luas Kabupaten Maros adalah 1.619,12 km2 atau
2.3 persen dari luas Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.

Dengan batas-batas, yaitu :

- Sebelah utara adalah Kabupaten Pangkep


- Sebelah Selatan adalah Kota Makassar
- Sebelah Timur adalah Kabupaten Bone
- Sebelah Barat adalah Selat Makassar

Secara administratif, Kabupaten Maros terdiri dari 14 Kecamatan dan 103


desa/kelurahan. Pembagian wilayah menurut kecamatan, ibukota kecamatan dan
jumlah desa / kelurahan adalah sebagai berikut :

% Terhadap Luas
Kecama Desa/ Luas
Kecama Kabupa
tan Kelurahan (km2)
tan ten

BONTO
A   93.52   5.78

  Bonto Bahari 15.71 16.80 0.97

5
  Pajukukang 15.11 16.16 0.93

Tunikamasea
  ng 6.24 6.67 0.39

  Bontoa 2.91 3.11 0.18

  Salenrang 9.6 10.27 0.59

Bonto
  Lempangan 12.59 13.46 0.78

  Minasa Upa 8.6 9.20 0.53

  Tupabiring 7.69 8.22 0.47

  Ampekale 15.07 16.11 0.93

1619.
Total Luas Kabupaten   100.00
12

Sumber : Badan Pusat Statistik


Kabupaten Maros

Kota Maros (Ibukota Kabupaten Maros) terletak 30 km arah Utara Kota


Makassar (Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan) yang merupakan pusat
pembangunan dan kota terbesar di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Dua puluh
tiga kilometer arah utara dari Kota Makassar ( di wilayah perbatasan Kota
Makassar dengan Kabupaten Maros) terletak Bandar udara internasional
Hasanuddin, yang merupakan bandar udara terbesar di KTI, Kota Makassar
memiliki pula pelabuhan laut terbesar di KTI. Letak Kabupaten Maros yang
sangat berdekatan dengan Kota Makassar merupakan potensi yang prospektif bagi
pengembangan berbagai kegiatan produksi dan ekonomi yang berada di
Kabupaten Maros.

6
3.1.3 Topografi
Kondisi topografi kabupaten Maros sangat bervariasi mulai dari wilayah
datar sampai bergunung-gunung. Hampir semua diwilayah Kabupaten Maros
terdapat daerah daratan dengan luas keseluruhan sekitar 70.882 Ha atau sebesar
43.8 persen dari total wilayah Kabupaten Maros, sedangkan daerah yang
mempunyai kemiringan lereng di atas 40 persen atau wilayah yang bergunung-
gunung mempunyai luas 49.869 Ha atau sebesar 30,8 persen dari luas wilayah
Kabupaten Maros.

3.1.4 Jenis Tanah


Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Maros berdasarkan hasil penelitian
Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah terdiri dari bahan induk endapan liat
atau marine. Alluvial kelabu terdapat di Kecamatan Maros Baru, dan sebagian
terdapat di Kecamatan Bantimurung, juga terdapat bahan-bahan induk endapan
liat dengan mempunyai kelas kemampuan wilayah VOO T.C. (tipe C), daerah
terluas mengandung Alluvial kelabu 72.000 Ha, wilayah tersebut meliputi
sebagian besar pada tanah datar di Kecamatan Maros Baru, dan tanah berbukit
sampai bergunung di Kecamatan Bantimurung, selain dari jenis tanah litosal,
meditern coklat kemerahan dan podsolik merah kuning terdapat pada daerah yang
bergelombang, berbukit sampai bergunung pada Kecamatan Camba, Mandai dan
Bantimurung. Daerah ini cocok ditanami tanaman perkebunan. Di Wilayah
Kabupaten Maros terdapat sungai dan beberapa anak sungai yang bermuara ke
Selat Makassar. Lebar rata-rata sungai ini 10 – 80 meter dengan kedalaman air
rata-rata 2 – 5 meter. Mengenai keadaan air di Kabupaten Maros secara observasi
dapat dikatakan bahwa air tanah tinggi terutama kualitas air kurang baik atau tidak
jernih di bagian Barat dan Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Pangkep.
Sedangkan di musim kemarau di beberapa tempat mengalami kekeringan.

7
3.1.5 Jumlah Penduduk Kabupaten Maros menurut Desa / Kelurahan dan

Jenis Kelamin Tahun 2008

Jumlah Penduduk

No Kecamatan Desa/Kelurahan Laki-

laki Perempuan Jumlah

1 Bontoa 13.122 13.857 26.979

Bonto Bahari 1.646 1.877 3.523

Pajukukang 1.744 1.767 3.511

Tunikamaseang 1.567 1.751 3.318

Bontoa 1.037 1.136 2.173

Salenrang 1.507 1.615 3.122

Boto 2.560 2.290 4.850


Lempangan
1.227 1.287 2.514
Minasa Upa
1.215 1.303 2.518
Tupabiring
619 831 1.450
Ampekale

Jumlah 148.959 154.252 303.211

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Maros

3.1.6 POTENSI WILAYAH Perikanan

8
Usaha perikanan Kabupaten Maros terdiri atas perikanan laut dan
perikanan darat. Produksi perikanan laut pada tahun 2009 adalah 13.534 Ton,
sedangkan produksi perikanan darat sebesar 506,6 Ton.

3.2 Kegiatan Perikanan


Kegiatan perikanan yang dilakukan oleh masyarakat desa Salenrang berf
okus pada pemeliharaan dan pembesaran pada biota dengan cara tradisional.
Seperti yang dilakukan Bapak H. Anwar pada pemeliharaan rumpt laut
(Gracilaria Sp).
3.2.1 Sarana dan Prasarana
1. pelampung gabus dengan jumlah 1 buah kegunaanya adalah untuk memuat
hasil rumput laut
2. Drum Plastik dengan jumlah 2 buah drum untuk memuat hasil rumput laut

Gambar 1. Drum sebagai tempat untuk memuat hasil rumput laut


3. Waring sebagai alat penjemuran rumput laut

9
Gambar 2. waring
4. Tali Ris (Nilon) 4 roll dan tali rapiah 1 roll sebagai media tanam rumput laut

Gambar 3. Cara Penebaran Rumput laut dengan metode long line


5. Jaring dan Seser yaitu alat untuk mengambil rumput laut di dasar tambak

10
gamb
ar jaring dan seser
3.3 Kegiatan Lapangan

3.3.1 Persiapan Tambak

Persiapan tambak pada budidaya Rumput laut ini tidak dilakukan


pengeringan tambak, karena tambak ini bekas budidaya ikan lele,jadi hanya
dilakukan pergantian air dan pembersihan saat air surut.
Pembersihan dilakukan selama satu bulan dan setelah pembersihan
dilakukan pemberian pupuk untuk penjernihannya, untuk pemberian pupuknya
sebesar 5 liter untuk 50 are.Pupuk yang digunakan adalah pupuk Za.

3.3.2 Pemupukan

Dalam budidaya rumput laut dilakukan pemupukan berupa Za.


Pemupukan ini dilakukan pada keadaan tertentu saja, jika terjadi perubahan
kualitas air berupa warna air yang menjadi cenderung lebih keruh maka baru
dilaksanakan pemupukan. Adapun pemupukan ini lebih bertujuan untuk
memperbaiki kualitas air (penjernihan).

3.3.3 Penebaran Rumput Laut

Penebaran rumput laut Gracillaria sp. dilakukan dengan 2 cara. Pada cara
pertama menggunakan dasar tambak yang bersentuhan langsung dengan tanah.
Sedangkan cara kedua adalah dengan menggunakan media tali Panjang atau
disebut long line. Tali yang dipakai sebanyak 4 roll. Pada metode lepas dasar
ditebar sebanyak 23 karung atau 400 kg dan untuk longline 3 karung atau 60 kg.

11
Jumlah bentangan di sesuaikan,jarak bentangan satu dan yang lain 2 meter. Untuk
metode lepas dasar rumput laut di tebar dengan cara di genggam di tangan setelah
itu di lepas agar rumput laut tidak mengumpul.

Ga
mbar 5 pengikatan rumput laut pada tali

3.3.4 Pemeliharaan

Proses pemeliharaan dilakukan dengan metode yang sangat sederhana dan


tradisional. Untuk menjaga kualitas air agar tetap bersih hanya mengandalkan
resirkulasi melalui pintu air yang telah didesain untuk mengatur jumlah air yang
masuk dan yang dikeluarkan. Cara ini menggunakan resirkulasi pararel. Selain itu
jika terjadi penurunan kualitas air dilakukan pemberian Za. Pemberian pupuk
tambahan dan belum dilakukan untuk menjaga kealamian dan dipercaya memberi
hasil yang lebih berkualitas, dan rumput laut bisa berfotosintesis dengan
sempurna.

Proses budidaya dilakukan dengan metode tradisional. Penanaman rumput


laut dilakukan secara continue yakni dengan menyisahkan sedikit rumput laut
pada fase panen yang akan kembali menjadi bibit.

Untuk tambak yang saya teliti, masyarakat di sini menggunakan tambak


tradisional, jadi tidak perlu melakukan pergantian air karna di sini memakai
system resirkulasi pada muara.

12
Gambar 6. Tempat resirkulasi air

3.3.5 Panen dan Pasca Panen


Kegiatan panen pertama dilakukan setelah rumput laut (Gracilaria sp)
berumur 2 bulan,panen selanjutnya dilakukan setiap rumput laut berumur 20-30
hari . Pada saat panen dilakukan dengan sederhana yaitu dengan tangan dan
rumput laut yang tersisa pada tali akan menjadi bibit kembali.
Proses Panen yang lepas dasar dilakukan dengan metode manual yaitu dengan
tangan dan di kumpulkan di perahu.
Lalu setelah itu di angkut ke pematang kemudian dimasukkan kedalam
karung untuk pengeringan.Panen rumput laut lebih baiknya dilakukan pada pagi
hari atau cuaca yang baik agar dapat dikeringkan. Pada kegiatan pemeliharaan
rumput laut dengan luas wadah pemeliharaan 5000m2, hasil panen yang
didapatkan adalah 4000 kg dan setelah dikeringkan mengalami penyusutan 2000
kg.

13
Gambar. 7 proses panen

Sedangkan pada kegiatan pasca panen yaitu pengeringan, pengepakan ,dan


pemasaran. Pengeringan dilakukan dengan cara meratakan rumput laut diatas
waring dibawah terik matahari. Pengeringan dilakukan selama 8 jam jika cuaca
baik,dan jika rumput laut sudah kering. Rumput laut yang kering ditandai dengan
kadar air 10 %.Pengeringan dilakukan di pinggir jalan diatas waring.Selain
pengeringan dilakukan pengepakan.Pengepakan dilakukan dengan cara
menggulung rumput laut yang sudah kering dan dimasukkkan ke dalam karung
ukuran 20 kg. Rumput laut yang sudah kemas siap untuk dipasarkan.

14
Gambar.8 proses pengeringan rumput laut

Pemasaran rumput laut yang dilakukan oleh pemilik tambak sangat


mudah,karena kebetulan pemilik tambak merupakan ketua kelompok nelayan di
desa Salenrang jadi cara pemasaran beliau hanya menghubungi pengumpul
rumput laut. Maka pembeli akan dating sendiri ke lokasi.

3.4 Kegiatan Manejerial di Lokasi Praktik


3.4.1Analisis Usaha
3.4.1.1 Investasi
Biaya investasi merupakan biaya awal atau modal awal dalam
membangun suatu usaha contoh lahan, bak, tambak, dan sebagainya. Biaya
investasi juga merupakan aset yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha untuk
memulai usahanya. Bentuk investasi yang dikeluarkan dapat dilihat pada tabel
berikut:

15
Tabel 1. Investasi

Usia Nilai
Harga Jumlah
No. Sarpras Jumlah Ekono Penyusu
Satuan (Rp) Harga (Rp)
mis tan (Rp)

1. Seser 1buah Rp.100.000 Rp.100.000 2 Rp.50.000


2. Drum 1 buah Rp.100.000 Rp.100.000 4 Rp.25.000
3. Waring 20 m Rp.5000 Rp.100.000 5 Rp.20.000
4. Tali Rapia Rp.40.000 5 Rp.8.000
Total Rp 340.000

3.4.1.2 Biaya Tetap/Fixed Cost (FC)


Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak mempengaruhi besarnya
produksi seperti biaya perawatan, biaya penyusutan dan gaji atau upah pekerja.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel:
Tabel 2. Biaya tetap/fixedd cost (FC)

Nilai/Biaya setiap Nilai/Biaya setiap tahun


No. Uraian
periode (Rp) (RP)

1. Seser Rp 100.000 Rp 100.000


2. Waring Rp 100.000 Rp 100.000
3. Drum Rp 100.000 Rp 100.000
Total Rp 300.000

3.4.1.3 Biaya Tidak Tetap/Variable Cost


Biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya mempengaruhi
produksi dan dikeluarkan dalam satu siklus/periode. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:

No Uraian Harga/siklus (Rp) Harga/tahun

16
(Rp)
1 PupukZa Rp.100.000 Rp.100.000
2 Karung Rp.69.000 Rp.69.000
3 Upahtenagakerja Rp.150.000 Rp.900.000
Total Rp.1.069.000

3.4.1.4 Total Biaya (Input)


Total biaya disebut juga biaya produksi yang diperoleh dari penjumlahan
antara biaya tetap dan biaya variabel. Dimana biaya total yang dikeluarkan untuk
produksi benih rumput laut yaitu sebagai berikut:
Total Biaya
total biaya = biaya variable + biaya tetap
= Rp.1.069.000 + Rp.300.000
= Rp.1.369.000

3.4.1.5 Total Hasil (Output)


Total hasil adalah hail penjualan dari hasil budidaya rumput laut selama 1
siklus dan 1 tahun. Produksi rumput laut yaitu 1 ton atau 100 Kg/ siklus.
a. Output = produksi (Kg) x harga (Rp)
= 100 Kg x Rp 5000
= Rp 500.000
b. Total hasil produksi per tahun
= produksi per siklus x 6 siklus/tahun
= Rp 500.000 x 6
= Rp 3.000.000
3.4.1.6 Pendapatan (Income)
Pendapatan adalah untung yang didapat petani rumput laut.
= Output – Input
= Rp 3.000.000 – Rp 1.369.000
= Rp 1. 631.000
3.4.1.7 Analisis Biaya Manfaat

17
a. Aliran Kas (Cash Flow)
= pendapatan – total biaya
= Rp 1.631.000 – Rp 1.369.000
= Rp 262.000
b. Titik Impas (BEP)/Rp
= FC
1- VC
S
Ket.
BEP = Break Event Point (Titik Impas)
FC = Fixed Cost
VC = Variable Cost
S = Volume Pendapatan

= Rp 300.000
1- Rp 1.069.000
Rp 3.000.000
=Rp 300.000
1-0.64
= Rp 468.750
BEP penjualan rumput laut, per tahun dengan harga penjualan Rp. 468.750 maka
pada volume produksi dan nilai harga penjualan tersebut usaha dikatakan
mengalami titik impas atau bisa dikatakan tidak untung dan tidak rugi.
3.4.1.7 Benefit Cost Of Ratio (B/C Ratio)
pendapatan (Output)
= FC + VC
Rp 3.000.000
=
Rp 300.000+Rp 1.069.000
= 2,2
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai B/C Ratio pada usaha
budidaya runput laut sebesar 2,2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budidaya

18
rumput laut, di Desa Salenrang layak untuk dilanjutkan. B/C > 1, maka usaha
layak untuk dilanjutkan ; B/C < 1, maka usaha tidak layak digunakan, dan B/C =
1, maka usaha dalam keadaan impas.

3.5 Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat


Pengabdian masayarakat adalah suatu gerakan proses pemberdayaan diri
untuk kepentingan masyarakat. Dalam membentuk masyarakat yang maju maka
sacara tak langsung akan terbentuk pula sebuah peradaban berawal dari kumpulan
masyarakat yang saling mempengaruhi dan melengkapi (Ali,2012).
Untuk hal itulah Taruna/i ada,mereka harus menjadi pemicu
terbentukanya peradaban yang maju dengan pengabdian melalui pemberdayaan
masyarakat sebagai awalnya. Karena pengabdian masyarakat merupakan salah
satu tri Dharma perguruan tinggi dan sudah merupakan kewajiban bagi kaum
akaemik untuk memenuhinya.
Adapun beberapabeberapa kegiatan yang dilakukan oleh taruna/i
Politeknik Kelautan dan perikanan Bone di Desa bonto bahari, Kec. Bontoa,Kab.
Maros.
3.5.1 Kegiatan di Tambak
Kegiatan di tambak meliputi, penebaran rumput laut, pemanenan rumput
laut, serta penjemurannya.
3.5.2 Pembersihan di lingkungan sekitar
Kegiatan ini dilakukan sebagai tanda pengabdian masyarakat, serta
ucapan terima kasih kepada warga desa bontoa atas izinnya untuk menerima kami
dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan I politeknik kp bone sehingga dapat
terlaksanakan.

BAB IV

19
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Tambak yang digunakan di desa Salenrang pada umumnya menggunakan
system traditional dan menggunakan menggunakan matode longline dan lepas
dasar. Penebaran bibit pada metode lepas dasar sebanyak 400 kg/ 23 karung
Dalam satu karungnya berisi 20 kg. dan untuk metode longline 60 kg/3 karung
pada lahan 50 are.
Pada kegiatan pemeliharaan rumput laut, hasil perhitungan Analisa
usahanya tidak mengalami kerugian tidak pula mengalami keuntungan.
4.2 Saran
Untuk mengalami keuntungan yang maksimal sebaiknya padat tebar
rumput laut ditambah dan menggunakan teknologi canggih.

20

Anda mungkin juga menyukai