Anda di halaman 1dari 17

A.

Konsep Medis
1. Definisi Anemia
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus di ingat pada keaadaan
tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa
eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh
karen itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label
anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasae yang menyebabkan
anemia tersebut. (Nurarif & Kusuma, 2016)
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung
eritrosit lebih rendah dari normal. Dikatakan anemia bila Hb <14 g/dl dan
Ht <41% pada pria atau Hb <12 g/dl dan Ht <37% pada wanita. (Zahroh &
Istiroha, 2019)
2. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entit),
tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying
disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oeh karena
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
b. Kehilangan darah keluar tubuh
c. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya
(hemolisis)
Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut :
Klasifikasi anemia menurut Etiopatgenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia defisiensi asam folat
c) Anemia defisiensi vitamin B12
2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastik
b) Anemia mieloptisik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritropoietik
e) Anemia pada sidrom mielodisplastik
f) Anemia akibat kekurangan eritropoetin: anemia pada gagal
ginjal kronik
b. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakorpuskular
a) Gangguan membran eritrosit (membranopati)
b) Gangguan enzim eritrosit (enzimipati)
c) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
(1) Thalassemia
(2) hemoglobinopati struktural: HbS, HbE, dillar
2) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
a) Anemia hemolitik autoimun
b) Anemia hemolitik mikroangiopatik
c) Lain-lain
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis
yang komplek.
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
a. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV <80 fl dan MCH <27 pg
1) Anemia defisiensi besi
2) Thalassemia major
3) Anemia akibat penyakit kronik
4) Anemia sideroblastik
b. Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34
pg
1) Anemia paska perdarahan akut
2) Anemia aplastik
3) Anemia hemolitik
4) Anemia akibat penyakit kronik
5) Anemia pada gagal ginjal kronik
6) Anemia pada sindrom mielodisplastik
7) Anemia pada keganasan hematologik
c. Anemia makrositer, bila MCV >95 fl
1) Bentuk megaloblastik
a) Anemia defisiensi asam folat
b) Anemia difisiensi B 12, termasuk anemia pernisosa
2) Bentuk non-megaloblastik
a) Anemia pada penyakit hati kronik
b) Anemia pada hipotiroidisme
c) Anemia pada sindrom mielodisplastik. (Nurarif & Kusuma,
2016)
3. Patofisiologi
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan
pada tiga kelompok
a. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
b. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
c. Anemia akibat kehilangan darah
Anemia Akibat Produksi Yang Berkurang Atau Gagal Pada
anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit
atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan
mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit
berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara
lain Sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia
defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain
yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu
bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur
lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia
hemolitik yang diketahui atara lain:
a. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia
b. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau
beberapajenis makanan
c. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
d. Autoimun
e. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis
f. Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah
merah dan menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.
Anemia Akibat Kehilangan Darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun
pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan
kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal ( misal ulkus,
hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan ), penggunaan obat
obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS),
menstruasi, dan proses kelahiran.
4. Pathway/Penyimpangan KDM
(Nurarif & Kusuma, 2016)

Perdarahan saluran Defisiensi besi, vit Overaktif RES,


cerna, uterus, hidung, B12, Asam folat, produksi SDM
luka depresi sumsum tulang abnormal
eritropoetin menurun.

Kehilangan SDM (sel


darah merah) Produksi SDM
menurun

Pertahanan sekunder
tidak adekuat

Penurunan Kadar Hb Penurunan Kadar Hb Efek gastrointestinal

Gangguan penyerapan
Konpensasi jantung Kompensasi paru nutrisi, defisiensi folat

Beban kerja dan curah Glositis berat (lidah


jantung meningkat Peningkatan frequensi meradang), diare,
napas kehilangan nafsu makan
Takikardia, angina
(nyeri dada), iskemia Dyspnea (kesulitan
miokardium, beban bernapas) Intake nutrisi turun
kerja jantung (anoreksia)
meningkat
Penurunan transport
O2
Defisit nutrisi
Nyeri akut
Hipoksia

Perfusi perifer tidak


efektif
Lemah lesu, Parestesia, Pola nafas tidak efektf
Peningkatan mati rasa, ataksia,
kontraktilitas gangguan koordinasi,
bingung
Palitasi

Penebalan dinding ventikel Intoleransi aktivitas

Kardiomegali
5. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi klinis yang sering muncul
1) Pusing
2) Mudah berkunang-kunang
3) Lesu
4) Aktivitas berkurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah konsentrasi
7) Cepat lelah
8) Prestasi kerja fisik/pikiran menurun.
b. Gejala khas masing-masing anemia :
1) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
defisiensi besi.
2) Ikterus, urin berwarna kuning tua/ciklat, perut makin buncit pada
anemia hemolitik.
3) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda anemia umum : pucat, takikardi, pulsus seler, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
perbesaran jantung.
2) Manifestasi khusus pada anemia :
a) Defisiensi besi : spoon nail, glositis
b) Defisiensi B12 : paresis, ulkus di tungkai
c) Hemolitik : ikterus, splenomegali
d) Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi. (Nurarif
& Kusuma, 2016)
6. Komplikasi
Anemia jika tidak terdiagnosis atau tidak diobati dalam waktu lama
dapat menyebabkan kegagalan multiorgan dan bahkan kematian. Wanita
hamil dengan anemia bisa mengalami persalinan prematur dan melahirkan
bayi dengan berat badan lebih rendah. Anemia selama kehamilan juga
meningkatkan risiko anemia pada bayi dan meningkatkan kehilangan
darah selama kehamilan.
Komplikasi lebih dominan pada polpulasi yang lebih tua karena
beberapa penyakit penyerta. Sistem kardiovaskular paling sering terkena
anemi kronis. Infark miokard, angina dan gagal jantung dengan curah
jantung tinggi merupakan komplikasi yang umum. Komplikasi jantung
lainnya termasuk perkembangan aritmia dan hipertrofi jantung.
Kekurangan zat besi yang parah dikaitkan dengan sindrom
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahp awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipaatikan adanya anemia
dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar
hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV dan MCHC), apusan darah
tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia : hitunng leukosit, trombosit, laju
endap darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan
informasi mengenai keadaan system hamatopoesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus : pemeriksaan ini untuk
mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen
berikut ini :
a) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin,
dan feritin serum.
b) Anemia megaloblastik : asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
c) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb.
d) Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : gagal ginjal, faal
endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau infangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik.
e. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction,
FISH = Fluorescence in citu hybridization). (Nurarif & Kusuma, 2016)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada anemia adalah :
a. Anemia karena kehilangan darah akut
1) Pemberian cairan IV
2) Pemberian oksigen
3) Pemberian cairan IV yang diselingi dengan pemberian produk
darah.
4) Pertahankan Hb >7 g/dL pada pasien, sedangkan untuk pasien
dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan target Hb yang
lebih tinggi >8 g/dL.
b. Anemia karena kekurangan nutrisi
1) Pemberian zat besi secara oral atau IV
2) Pemberian B12
3) Pemberian folat
c. Anemia karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk
1) Memerlukan transplantasi sumsum tulang
d. Anemia akibat penyakit kronis
Anemia pada keadaan gagal ginjal, bersepon terhadap
eritropoetin. Kondisi autoimun dan reumatologi yang menyebabkan
anemia memerlukan pengobatan penyakit yang mendasarinya.
e. Anemia karena kerusakan sel darah merah
1) Anemia hemolitik yang disebabkan oleh katup mekanis yang rusak
perlu diganti.
2) Anemia hemolitik akibat pengobatan memerlukan pengangkatan
obat yang mengganggu.
3) Anemia hemolitik persisten membutuhkan splenektomi.
4) Hemoglobinopati seperti anemia sabit memerlukan transfusi darah,
transfusi tukar, dan bahkan hidroksiurea untuk mengurangi
kejadian sabit (Turner,2020)
9. Prognosis
Prognosis anemia tergantung pada penyebab anemia. Penggantian
nutrisi (zat besi, B12, folat) harus segera dimulai. Pada kekurangan zat
besi, penggantian harus dilanjutkan setidaknya selama tiga bulan setelah
normalisasi kadar zat besi, untuk memulihkan simpanan zat besi. Biasanya
kekurangan nutrisi memiliki prognosis yang baik jika ditangani secara dini
dan adekuat. Anemia, akibat kehilangan darah yang akut, jika ditangani
dan dihentikan lebih awal, memiliki prognosis yang baik (Turner,2020).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan data pasien secara
objektif dan subjektif yang dilakukan penilaian secara keseluruhan (fisik,
psikosisosial, spiritual dan kultural) serta mengumpulkan informasi
peluang promosi kesehatan, risiko dan potensi masalah keperawatan
lainnya. (Herdman & Kamitsuru, 2015)
Pengkajian yang perlu dilakukan pada anemia :
a. Aktivitas/istirahat Ditandai dengan adanya keletihan, kelemahan,
malaise umum, kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk
bekerja, kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak.
b. Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis, riwayat endokarditis infeksi
kronis, palpitasi.
c. Integritas ego Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan
dalam pengobatan. Misalnya penolakan transfusi darah.
d. Eliminasi Gagal ginjal, diare dan konstipasi
e. Makanan/cairan Nafsu makan akan menurun, mual dan muntah, serta
berat badan yang menurun.
f. Nyeri/kenyamanan Merasakan nyeri pada abdomen dan kepala
g. Pernapasan Perubahan pola napas yaitu memendek pada saat istirahat
ataupun sedang beraktivitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengna hambatan upaya napas
(D.0005)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konstraksi
hemoglobin (D.0009)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makan
(D.0019)
3. RIntervensi
Intervensi keperawatan merupakan tindakan keperawatan
selanjutnya yang dilakukan setelah merumuskan diagnosa keperawatan.
Dalam perumusan intervensi keperawatan harus sesuai dengan diagnosis
yang mendesak, tingkat pemenuhan batasan karakteristik yang tinggi,
faktor berhubungan barulah kemudian faktor yang berisiko. Hal ini agar
proses keperawatan yang dilakukan spesifik dan dilakukan secara
berurutan. (Herdman & Kamitsuru, 2015)
Intervensi keperawatan ialah segala rencana dan perlakuan yang
diberikan oleh perawat kepada pasien dengan berdasarkan ilmu
pengetahuan untuk mencapai tujuaan (outcome). Sedangkan tindakan
keperawatan adalah tindakan yang dilakukan perawat sebagai bentuk
pengimplementasian dari intervensi keperawatan.(Herdman & Kamitsuru,
2015)
Intervensi keperawatan dengan penyakit anemia berdasarkan
Standar intervensi keperawatan Indonesia :

DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
berhubungan dengna keperawatan selama 1x 8 jam (I.01011)
hambatan upaya napas di harapkan masalah dapat Oservasi
(D.0005) teratasi 1) Montor pola napas
KH : pola napas (L.01004) (frekuensi, ke dalaman,
 tekanan inspirasi usaha napas)
meningkat 2) Monitor bunyi napas
 dipsnea menurun tambahan
 penggunaan otot bantu teraputik
napas menurun 3) Posisikan semi fowler atau

 ortopnea menurun fowler

 pernapasan cupng hidung 4) Berkan minum hangat


menurun 5) Lakukan penghisapan lender
 frekuensi napas membaik kurang dari 15 detik
 kedalaman napas 6) Berikan oksigen, jika perlu
membaik edukasi
7) Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
8) Ajarkan teknik batuk efektif
kolaborasi
9) Kolaborasipemberian
bronkodilator
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan I.08238) Manajemen Nyeri
dengan agen pencedera keperawatan selama 1x 8 jam Observasi
fisiologis (D.0077) di harapkan masalah dapat 1) Identifikasi lokasi,
teratasi karakteristik, durasi,
KH : (L.108066) Tingkat frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri nyeri
 Keluhan nyeri menurun 2) Identifikasi skala nyeri
 Meringis menurun Terapeutik

 Pola nafas membaik 3) Berikan teknik

 Pola tidur membak nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat atau
dingin)
Edukasi
4) Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
5) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Perfusi perifer tidak efektif Tujuan : Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi (I.02079)
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama Observasi
penurunan konstraksi 1x8 jam maka diharapkan 1) Periksa sirkulasi perifer
hemoglobin pola tidur membaik 2) Monitor panas, kemerahan,
KH : perfusi perifer nyeri atau bengkak pada
(L.02011) ekstermitas
 Warna kulit pucat Terapeutik
menurun 3) Hindari pengukuran tekanan
 Nyeri ekstermitas darah pada ekstermitas
menurun dengan keterbatasan perfusi
 Kelemahan otot menurun Edukasi

 Krom otot menurun 4) Anjurkan berhenti merokok

 Akral membaik 5) Ajarkan program diet untuk


memperbaki sirkulasi (mis.
 Turgor kulit membaik
Rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy (I.05178)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 8 jam Observasi
kelemahan (D.0056) di harapkan masalah dapat 1) Monitor gangguan fungsi
teratasi tubuh yang mengakibatkan
KH : Toleransi aktivitas kelelahan
(L.05047) 2) Monitor kelemahan fisik
 Aktivitas sehari-hari 3) Monitor lokasi dan
menngkat ketidaknyamanan selama
 Keceptan jalan meningkat melakukan aktivitas
 Keluhan lelah menurun terapeutik

 Dipsnea setelah aktvtas 4) Lakukan latihan rentang


menrun gerak pasif atau aktif

 Perasaan lemah menurun 5) Fasilitasi duduk d sisi tempat


tidur
 Sianosis menurun
edukasi
 Tekanan darah membaik 6) Anjurkan melakukan aktifitas
 Frekuensi nadi membaik secara bertahap

 Frekuensi nafas membaik

Defisit nutrisi berhubunga Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (I.03119)


n dengan ketidakmampuan tindakan keperawatan selama Observasi
menelan makan (D.0019) 1x8 jam maka diharapkan 1) Identifikasi status nutrisi
pola tidur membaik: 2) Monitor asupan makanan
KH : status nutrisi 3) Monitor berat badan
(L.03030) Terapeutik
 Porsi makanan yag di 4) Fasilitasi menentukan
habiskan meningkat pedoman diet
 Serum albumin meningkat 5) Berikan makanan tingi kalori
 Berat badan membaik dan tinggi protein

 Indeks masa tubuh (IMT) Edukasi


membaik 6) Ajarkan diet yang di

 Nafsu makan membaik programkan


Kolaborasi
 Membrane mukosa
7) Kolaborasi dengan ahli gizi
membaik
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

(PPNI, 2017) dan (PPNI, 2018)


4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk tindakan keperawatan
yang terakhir setelah melakukan pengkajian hingga implementasi
keperawatan, dengan tujuan untuk mengevaluasi ataupun sebagai bentuk
penilaian terhadap proses keperawatan yang telah dilakukan. (Herdman &
Kamitsuru, 2015)
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 (Edisi 10; T. H. Herdman & S. Kamitsuru, eds.).
Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis :


Berdasarkan Penerapan Diagnosa (Jilid 1). Yogyakarta: Mediaaction
Publishing Yogyakarta.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

Turner, J., Parsi, M., & Badireddy, M. (2020). Stat Pearls. StatPearls Publishing.

Zahroh, R., & Istiroha. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hematologi.
Surabaya: CV. Jakad Publishing.

Anda mungkin juga menyukai