243 594 1 SM
243 594 1 SM
ABSTRAK
Parasit usus merupakan parasit pada saluran pencernaan yang biasanya menempel pada
didning usus. Infeksi parasit usus merupakan masalah kesehatan dikalangan masayarakat. Pada
umumnya yang terserang penyakit infeksi golongan STH adalah kelompok anak sekolah dasar (SD).
Hal tersebut dikarenakan anak-anak SD sering berkontak langsung dengan tanah sebagai sumber
infeksi. Area permainan di tanah-tanah kotor, daerah kumuh, defekasi di halaman rumah, kawasan
rumah yang dekat dengan lokasi tambang dapat menyebabkan tanah tercemar telur cacing. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui gambaran infeksi parasit usus pada anak sekolah dasar di kawasan
tambang Nagari Palangki Kabupaten Sijunjung. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
survei deskriptif. Subjek penelitian ini adalah anak SDN 1 Pakangki dan SDN 13 Palangki di
Kecamatan IV Nagari kelas I sampai VI. Hasil penelitian berdasarkan pemeriksaan tinja, didapatkan
infeksi cacing usus 53%, dan infeksi tidak cacing usus 47%.
ABSTRACT
Intestinal parasites are parasites of the digestive tract which usually attach to the intestinal
didning. Intestinal parasite infection is a health problem among the community. In general,
those affected by STH infection are elementary school children. This is because elementary
school children often come in direct contact with the land as a source of infection. The
game area on dirty land, slums, defecation in the yard of the house, the area of the house
close to the location of the mine can cause the soil to be contaminated with worm eggs. The
purpose of this study was to determine the description of intestinal parasitic infections in
elementary school children in the Nagari Palangki mining area in Sijunjung Regency. The
research design used was descriptive survey research. The subjects of this study were
children of SDN 1 Pakangki and SDN 13 Palangki in District IV Nagari class I to VI. The
results of the study based on stool examination, found intestinal worm infections 53%, and
intestinal worm infections 47%.
20
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory
Volume 1 Nomor 1 https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
PENDAHULUAN
Parasit usus atau yang dikenal dengan Transmitted Helminth (STH). Bahkan lebih
istilah cacing usus merupakan parasit pada kurang seperempat penduduk dunia
saluran pencernaan yang biasanya menempel diperkirakan terinfeksi kronik cacing usus
pada didning usus. Infeksi parasit usus (Nilamsari, 2012). kecacingan tergolong
merupakan masalah kesehatan dikalangan penyakit neglected disease yaitu infeksi yang
masayarakat. Cacing parasit usus ada 2 jenis kurang diperhatikan dan bersifat kronis tanpa
yaitu soil transmitted helminth (cacing yang menimbulkan gejala klinis yang jelas dan
ditularkan melalui tanah) dan non soil dampak yang ditimbulkannya baru terlihat
transmitted helminth (cacing yang ditularkan dalam jangka panjang. Beberapa dampak
tidak melalui tanah). Salah satu penularan yang disebabkan oleh cacing seperti
dari cacing golongan STH ini adalah daerah kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang
tambang, kumuh dan sanitasi yang buruk. dan gangguan kognitif pada anak, dan apabila
Contoh spesies dari golongan STH ini adalah terjadi pada dewasa akan menurunkan
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichura, dan produktivitas kerja (Kurniawan, 2010).
Ancylostoma duodenale. Pada umumnya yang Prevalensi cacing tersebut cukup
terserang penyakit infeksi golongan STH tinggi di daerah tropis, karena telur dan larva
adalah kelompok anak sekolah dasar (SD). cacing lebih dapat berkembang di tanah yang
Hal tersebut dikarenakan anak-anak SD hangat, basah atau lembab. Perilaku juga
sering berkontak langsung dengan tanah memberikan kontribusi terhadap kejadian
sebagai sumber infeksi. Area permainan di cacing misalnya hygiene dan sanitasi yang
tanah-tanah kotor, daerah kumuh, defekasi di rendah pada suatu kelompok masyarakat
halaman rumah, kawasan rumah yang dekat (Bethonyet al., 2006).
dengan lokasi tambang dapat menyebabkan Menurut laporan World Health Organisation
tanah tercemar telur cacing. Prevalensi infeksi (WHO) pada tahun 2016 memperkirakan
cacing yang ditularkan melalui tanah/STH lebih dari 1,5 miliar orang atau 46% dari
masih cukup tinggi sehingga masih populasi dunia terinfeksi dengan cacing yang
menyebabkan masalah kesehatan dikalangan ditularkan melalui tanah yang ditularkan di
masyarakat. seluruh dunia. Lebih dari 270 juta anak usia
Infeksi cacing usus merupakan pra sekolah dan lebih dari 600 juta anak usia
masalah kesehatan masyarakat terbesar di sekolah tinggal di daerah di mana parasit ini
beberapa bagian dunia. Menurut WHO ditularkan secara intensif. Jumlah kasus
sebagian besar anak-anak yang hidup di infeksi STH terbanyak dilaporkan di kawasan
negara berkembang dengan status sosial- Sub-Sahara Afrika, benua Amerika, Cina dan
ekonomi yang buruk terinfeksi cacing Soil Asia Timur.Infeksi terjadi oleh karena ingesti
21
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory
Volume 1 Nomor 1 https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
telur cacing dari tanah yang terkontaminasi (53,6%) anak. Dilaporkan pula dari beberapa
atau dari penetrasi aktif melalui kulit oleh penelitian di kabupaten Sijunjung mengenai
larva di tanah. infeksi kecacingan, seperti di nagari Palangki
Prevalensi parasit usus di Indonesia 1500 prevalensi askariasis 5,13%, trikuriasis
masih tergolong tinggi terutama pada 6,09%, dan cacing tambang 14,27%. Daerah
penduduk miskin dan hidup di lingkungan nagari Palangki memiliki kawasan tambang
padat penghuni dengan sanitasi yang buruk, yang cukup banyak, kondisi tanah pada lokasi
tidak mempunyai jamban dan fasilitas air tambang yaitu tanah yang terdiri dari pasir
bersih tidak mencukupi. Hasil survei dan humus serta sedikit tanah liat sehingga
Departemen Kesehatan Republik Indonesia di telur cacing dapat berkembang dengan baik.
beberapa provinsi di Indonesia menunjukkan Tujuan penelitian ini untuk
prevalensi kecacingan untuk semua umur di mengetahui gambaran infeksi parasit usus
Indonesia berkisar antara 40%-60%. Di pada anak sekolah dasar di kawsan tambang
Indonesia, infeksi cacing usus yang paling nagari Palangki Kabupaten Sijunjung.
banyak dijumpai pada manusia adalah Ascaris Pertimbangan pemilihan lokasi adalah karena
lumbricoides, Necator americanus, Trichuris nagari Palangki ini memiliki kawsan tambang
trichiura danEnterobius vermicularis, yang cukup banyak dan kawasan tersebut
sedangkan Strongyloides stercoralis jarang sering dijelajahi anak-anak pada usia sekolah
dilaporkan. Pada penelitian yang dilakukan di dasar untuk bermain-main dalam
Pondok Gede Bekasi pada tahun 2011, hasil kesehariannya. Berdasarkan data-data di atas
penelitian menunjukkan prevalensi infeksi juga di dapatkan prevalensi infeksi cacing
parasit usus pada anak panti asuhan di usus dalam hal ini STH usus pada anak usia
Pondok Gede Bekasi adalah 37%, dengan sekolah dasar yang masih cukup tinggi,
rincian Trichuris trichiura 4%, Blastocystis sehingga cocok dengan pemilihan lokasi di
hominis 31%, Giardia lamblia 7% dan kawasan tambang nagari Palangki Kabupaten
Eschereschia coli 3%. Infeksi campur Sijunjung yang memiliki kondisi tanah
Blastocystis hominis dan Trichuris trichiura gembur yang baik untuk perkembangbiakan
2%, Blastocystis hominis dan G.lamblia 4%, telur cacing, serta higienitas dan sanitasi yang
Blastocystis hominis dan Eschereschia coli masih buruk akibat penggunaan kawasan
2%. tambang dan fasilitas air bersih kurang
Di Kabupaten Sijunjung, pada mencukupi, yang merupakan kondisi yang
penelitian tahun 2016 di RSUD Sijunjung, dibutuhkan untuk terjadinya infeksi parasit
didapatkan pada sampel penelitian yang usus.
berjumlah 28 anak, ditemukan infeksi cacing
usus yaitu Ascaris lumbricoides sebanyak 15
21
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory
Volume 1 Nomor 1 https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
22
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory
Volume 1 Nomor 1 https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
Bukittinggi Propinsi Sumatera Barat. Jumlah 6,09%, dan cacing tambang 14,27%. Daerah
anak kelas I sampai kelas VI di kedua SD nagari Palangki memiliki kawasan tambang
yang menjadi total sampel sebanyak 90 anak, yang cukup banyak, kondisi tanah pada lokasi
sampel yang berespon sebanyak 47 anak kelas tambang yaitu tanah yang terdiri dari pasir
I sampai kelas VI. Pot sisa tidak dikembalikan dan humus serta sedikit tanah liat sehingga
dengan alasan anak tidak buang air besar pada telur cacing dapat berkembang dengan baik.
pagi hari atau anak belum buang air besar. Hal ini menunjukkan bahwa
Didapatkan informasi dari wakil kepala SDN gambaran infeksi cacing usus di nagari
1 Palangki bahwa anak kelas I sampai kelas Palangki cukup tinggi. Tingginya kasus
VI diberikan obat cacing satu bulan yang infeksi ini diduga berkaitan dengan berbaga
sebelumnya oleh petugas puskemas setempat faktor penyebeb seperti kondisi lingkungan,
(tidak diketahui jenis obat yang diberikan). sanitasi, gaya hidup, pola makanan dan
Berdasarkan pemeriksaan tinja minuman yang kurang baik, serta tidak
didapatkan infeksi cacing usus sebanyak dua dilakukannya pemberian obat cacing rutin
puluh lima kasus (53%) dari 47 sampel yang oleh petugas puskesmas setempat. Sejalan
diperiksa, sedangkan 22 (47%) sampel tidak dengan hasil penelitian Syahrir (2016)
mengandung parasit usus. Infeksi cacing usus mengenai faktor yang berhubungan dengan
yang didapatkan adalah infeksi cacing kejadian kecacingan pada siswa SD
tambang 53%. Infeksi parasit ini terjadi didapatkan hasil terdapat hubungan bermakna
karena daerah Palangki memiliki tanah antara kebiasaan mencuci tangan, kebersihan
gembur yaitu tanah yang terdiri dari pasir dan kuku dan pola hidup bersih dan sehat
humus serta sedikit tanah liat yang merupakan (p<0,05). Artinya kondisi lingkungan, pola
tempat perkembangbiakan yang baik untuk hidup dan kebersihan perorangan merupakan
telur cacing. Higienitas dan sanitasi di ke dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
desa ini juga masih tergolong buruk akibat infeksi kecacingan pada anak SD.
penggunaan aktivitas kawasan tambang dan
fasilitas air bersih kurang mencukupi, yang SIMPULAN
merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk Bedasarkan hasil penelitian dan bahasan
terjadinya infeksi parasit usus. dapat disimpulkan bahwa:
RSUD Sijunjung, didapatkan infeksi 1. Gambaran infeksi parasit usus di SDN 1
oleh Ascaris lumbricoides sebanyak 15 Pakangki dan SDN 13 Palangki di
(53,6%) anak. Dilaporkan pula dari beberapa Kecamatan IV Nagari, didapatkan 53%
penelitian di kabupaten Sijunjung mengenai infeksi cacing usus dan 47% tidak
infeksi kecacingan, seperti di nagari Palangki mengandung infeksi cacing usus.
1500 prevalensi askariasis 5,13%, trikuriasis
23
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory
Volume 1 Nomor 1 https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
1. Haryanti E. Helmitologi kedokteran.
Medan: Bagian Parasitologi Fakultas
Kedokteran USU, 1993.
24