OLEH:
Meri
193210019
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Anemia
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai dibawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1680).
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan
volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price. 2006). Anemia
adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah dan kadar hematokrit dibawah
normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan satu
kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C
Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan Suddarth ; 2021).
2. Etiologi
b. Anemia Defisiensi
c. Anemia Hemolitik
1) Factor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cell anemia), sferositas,
defisiensi enzim eritrosit (G – 6PD, piruvatkinase, alutation reduktase).
2) Factor Ekstrasel
d. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang (kerusakan sumsum
tulang).
3. Manifestasi Klinis
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi
klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi,
tingakat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara
umum gejala anemia adalah :
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk (bayi).
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyababkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas
1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy, dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak – anak.
Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaan
zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4 – 6 bulan.
Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika
asupan zat besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling
sering terjadi pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4 – 6 bulan)
dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun
dab minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak
cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang
gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini
berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak darah yang
kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein
dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah
sebanyak 1 – 7 ml dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Pada remaja puteri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga
system hemotopoetik (eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia
hipoplastik) yang mengenai system trombopoetik disebut agranulositosis (penyakit Schultz),
dan yang mengenai system trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik purpura
(ATP). Bila mengenai ketiga system disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia
aplastik.
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat
merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA, yang paling penting sekali untuk
metabolisme inti sel dan pematangan sel.
Sumber : Amin Huda Nurarif (Aplikasi Sdki slki siki).
6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Diagnostic :
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP),
pansitopenia (aplastik).
(hemolisis).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukan
perdarahan akut / kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan GI.
7. Penatalaksanaan
Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik diberikan transfuse
packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan. Dalam keadaan darurat
pemberian cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia (Keperawatan
Medikal Bedah 2).
b. Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup
mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukanat,
fumarat). Merupakan terapi yang murah dan memuaskan. Preparat besi parenteral
(dektram besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis
tepat, sementara itu keluarga harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan konsumsi
susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh
ganda yakni jumlah makanan yang kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah
karena intolerasni protein susu sapi tercegah (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 2021).
Anemia defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapa
dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi asam folat oral 1 mg/hari (Mansjoer
Arif, Kapita Selekta Kedokteran ; 553).
c. Anemia Hemolitik
8. Pengakajian
Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama, pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan, kelemahan,
pusing.
Prenatal : ibu Selma hamil pernah menderita penyakit berat, pemeriksaan kehamilan
barapa kali, kebiasaan pemakaian obat – obatan dalam jangka waktu lama.
Intranasal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan berat badan
waktu lahir.
Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partun akibat
tindakan misalnya forcep, vakum dan pemberian ASI.
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaphoresis,
takikardi dan penurunan kesadaran.
f. Riwayat keluarga
2) Kesadaran :
100 x/i)
Tinggi badan rata – rata waktu lahir adalah 50 cm. secara garis besar, tinggi badan
anak dapat diperkirakan, sbb :
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
13 tahun : 3 x TB lahir
5) Kulit
6) Kepala
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, terdapat
perdarahan sub conjugtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada
kelainan.
8) Hidung
Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman
biasanya tidak ada kelainan.
9) Telinga
10) Mulut
11) Leher
Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih membesar, tidak ada
distensi vena jugularis.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus yang
meninggi, perkusi sonor, suara nafas bias veskuler atau ronchi, wheezing,.
Frekuensi nafas neonates 40 – 60 x/I, anak 20 – 30 x/i irama jantung tidak teratur,
frekuensi pada anak 60 – 100 x/i.
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga bias dibawah normal
bias juga meningkat.
14) Genetalia
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin.
16) Anus
17) Neurologis
9. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb turun, pemeriksaan darah : eritrosit dan berdasarkan penyebab. a. Riwayat Social
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat tinggal, orang yang
terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan, pekarangan, pembuangan sampah.
b. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang harus dijalani,
pasang NGT, cairan IVFD yang dugunakan jika ada. Pola tidur bias terganggu. Mandi dan
aktivitas : dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi : biasanya
terjadi perubahan frekuensi, konsistensi bisa diare atau konstipasi.
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
d. Data Psikologis
Akibat dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis, dan terlihat cemas dan
takut. Orang tua terhadap penyakit anaknya sangat bervariasi. Psikologis orang tua yang
harus diperhatikan :
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal penurunan
hemoglobin, penurunan granulosit.
Pemberian Analgetik
lemah
menurun
- Tekanan
darah
membaik
- Frekuensi
darah
membaik
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan intervensi keperawatan
a. Identifikasi nutrisi
ketidakmampuan selama
mengabsorbsi nutrien 3 x 24 jam diharapkan b. Idfentifikasi makanan yang disukai
defisit nutrisi
diharapakan teratasi c. Monitor makanan yang disukai
dengan
d. Monitor berat badan
kriteria hasil :
- Verbalisasi
h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
keinginan untuk
meningkatkan
nutrisi
- Berat badan
membaik
- Nafsu makan
membaik
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan infeksi
diharapkan teratasi
dengan kriteria hasil :
Demam menurun
berhubungan dengan a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
penyakit kronis
b. Berikan perawtaan kulit pada edema
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada uraian rencana
keperawatan.
13. EVALUASI
Price, Sylvia A (2021) Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, Jakarta, EGC.
Perry , A.G dan Potter, P.A. (2021) fundamental of nursing : consept, process, and practice.
Mansjoer. 2021. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2. Jakarta : FKUI
Smeltzer. 2021. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monika Ester, dkk edisi 8. Jakarta : EGC
Nurarif, Huda Amin. 2020. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2020. Keperawatan Medikal Bedah ( Keperawatan
Dewasa). Yogyakarta : Medical Book
Soebroto, Ikhsan. 2020. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta : Bangkit
DepKes RI., 2021. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur
(WUS). Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas. Jakarta