Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

(AKUT MIOKARD INFARK (AMI))

OLEH:
Meri
193210019

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi Anemia

Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai dibawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1680).
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan
volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price. 2006). Anemia
adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah dan kadar hematokrit dibawah
normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan Hb untuk mengangkut oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan satu
kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C
Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan Suddarth ; 2021).

2. Etiologi

Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya : a. Anemia Pasca


Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan
dengan perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.

b. Anemia Defisiensi

Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.

c. Anemia Hemolitik

Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :

1) Factor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cell anemia), sferositas,
defisiensi enzim eritrosit (G – 6PD, piruvatkinase, alutation reduktase).

2) Factor Ekstrasel

Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas golongan darah,


reaksi hemolitik pada transfuse darah).

d. Anemia Aplastik

Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang (kerusakan sumsum
tulang).

3. Manifestasi Klinis

Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi
klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi,
tingakat aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara
umum gejala anemia adalah :

a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositopenia, pansitopenia

b. Penurunan BB, kelemahan

c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi, kulit


pucat.

d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk (bayi).

e. Sakit kepala, pusing, kunang – kunang, peka rangsang.

4. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyababkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin
yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)
segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl,
kadar diatas
1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy, dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak – anak.
Bayi cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaan
zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4 – 6 bulan.
Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika
asupan zat besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling
sering terjadi pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4 – 6 bulan)
dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun
dab minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak
cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang
gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini
berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak darah yang
kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein
dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah
sebanyak 1 – 7 ml dari saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Pada remaja puteri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga
system hemotopoetik (eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia
hipoplastik) yang mengenai system trombopoetik disebut agranulositosis (penyakit Schultz),
dan yang mengenai system trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik purpura
(ATP). Bila mengenai ketiga system disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia
aplastik.
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat
merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA, yang paling penting sekali untuk
metabolisme inti sel dan pematangan sel.
Sumber : Amin Huda Nurarif (Aplikasi Sdki slki siki).
6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Diagnostic :

a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.

1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP),
pansitopenia (aplastik).

2) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP),


meningkat

(hemolisis).

3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat


mengidentifikasikan tipe khusus anemia).

4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.

5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.

6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).

b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal / tinggi (hemolitik).

c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.

d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)

e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.

f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).

g. TIBC serum : menurun (DB).

h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).

i. LDH serum : mungkin meningkat (AP).

j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)

k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukan
perdarahan akut / kronis (DB)

l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam
jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan GI.

7. Penatalaksanaan

a. Anemia Karena Perdarahan

Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik diberikan transfuse
packed cell. Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan. Dalam keadaan darurat
pemberian cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia (Keperawatan
Medikal Bedah 2).

b. Anemia Defesiensi

Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup
mempunyai arti diagnostic, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukanat,
fumarat). Merupakan terapi yang murah dan memuaskan. Preparat besi parenteral
(dektram besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis
tepat, sementara itu keluarga harus diberi edukasi tentang diet penerita, dan konsumsi
susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah makanan ini mempunyai pengaruh
ganda yakni jumlah makanan yang kaya akan besi bertambah dan kehilangan darah
karena intolerasni protein susu sapi tercegah (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 2021).
Anemia defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan dapa
dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi asam folat oral 1 mg/hari (Mansjoer
Arif, Kapita Selekta Kedokteran ; 553).

c. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik autoimun. Terapi inisial dengan menggunakan prednisone 1 -2


mg/kg/BB/hari. Jika anemia mengancam hidup, transfuse harus diberikan dengan hati –
hati. Apabila prednisone tidak efektif dalam menanggulangi kelainan itu, atau penyakit
mengalami kekambuhan dalam periode tapperingoff dari prednisone maka
dianjurkan untuk dilakukan splektomi. Apabila keduanya tidak menolong, maka
dilakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis obat imunosupresif.
Immunoglobulin dosis tinggi intravena (500 mg/kg/BB/hari selama 1 – 4 hari ) mungkin
mempunyai efektifitas tinggi daam mengontrol hemolisis. Namun efek pengobatan ini
hanya sebentar (1 – 3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan demikian pengobatan
ini hanya digunakan dalam situasi gawat darurat dan bila pengobatan ini hanya digunakan
prednisone merupakan kontra indikasi (Manjoer Arif, kapita Selekta Kedokteran ; 552).
Anemia hemolitik karena kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah cara terapi
yang paling penting. Transfuse tukar mungkin terindikasi untuk hiperbillirubenemia pada
neonates. Transfuse eritrosit terpapar diperlukan untuk anemia berat atau kritis aplastik.
Jika anemia terus menerus berat atau jika diperlukan transfuse yang sering, splektomi
harus dikerjakan setelah umur 5 – 6 tahun ( Behrman E Richard, IKA Nelson ; 2021).
Sferositosis herediter. Anemia dan hiperbilirubenemia yang cukup berat memerlukan
fototerapi atau transfuse tukar, karena sferosit pada SH dihancurkan hampir seluruhnya
oleh limfa, maka splektomi melenyapkan hampir seluruh hemolisis pada kelainan ini.
Setelah splenektomi sferosis mungkin lebih banyak, meningkatkan fragilitas osmotic,
tetapi anemia retikalositosis dan hiperbilirubinemia membaik (Behrman E Richard, IKA
Nelson ; 2021). Thalasemia. Hingga sekarang tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya. Transfuse darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari
6%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah. Untuk mengeluarkan besi dari
jaringan tubuh diberikan ion chelating agent, yaitu Desferal secara intramuscular atau
intravena. Splenektomi dilakukan pada anak lebih dari 2 tahun sebelum didapatkan tanda
hiperplenome atau hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah tampak, maka splenektomi
tidak banyak gunanya lagi. Sesudah splenektomi biasanya frekuensi transfuse darah
menjadi jarang. Diberikan pula
bermacam – macam vitamin, tetapi preparat yang mengandung besi merupakan indikasi
kontra (Keperawatan Medikal Bedah 2).

8. Pengakajian

a. Identitas klien dan keluarga

Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama, pendidikan, alamat.

b. Keluhan utama

Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan, kelemahan,
pusing.

c. Riwayat kehamilan dan persalinan

Prenatal : ibu Selma hamil pernah menderita penyakit berat, pemeriksaan kehamilan
barapa kali, kebiasaan pemakaian obat – obatan dalam jangka waktu lama.
Intranasal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan berat badan
waktu lahir.
Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partun akibat
tindakan misalnya forcep, vakum dan pemberian ASI.

d. Riwayat kesehatan dahulu

1) Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.

2) Adanya riwayat trauma, perdarahan 3) Adanya riwayat demma tinggi.


4) Adanya riwayat penyakit ISPA.

e. Keadaan kesehatan saat ini

Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaphoresis,
takikardi dan penurunan kesadaran.

f. Riwayat keluarga

1) Riwayat anemia dalam keluarga.

2) Riwayat penyakit – prnyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma,


penyakit – penyakit insfeksi saluran pernafasan.
g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.

2) Kesadaran :

Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat


kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.
3) Tanda – tanda vital

TD : tekanan darah menurun ( N : 90 – 110 / 60 – 70 mmHg)

N : frekuensi nadi meningkat , kuat samapai lemah ( N : 60 –

100 x/i)

S : bias meningkat atau menurun ( 36, 5 – 37, 20C ) RR

: meningkat ( anak N : 20 – 30 x/i ).

4) TB dan BB : menurut rumus dari Behermen, 1992 pertambahan BB anak adalah


sebagai berikut : a) Lahir -3,25 kg

b) 3 – 12 bulan = umur (bulan ) – 9

c) 1 – 6 tahun = umur (tahun ) x 2 – 8

d) 6 – 12 tahun = umur (tahun ) x 7 -5

Tinggi badan rata – rata waktu lahir adalah 50 cm. secara garis besar, tinggi badan
anak dapat diperkirakan, sbb :
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir

6 tahun : 1,5 x TB setahun

13 tahun : 3 x TB lahir

Dewasa : 3,5 x TB lahir ( 2 x TB 2 tahun ).

5) Kulit

Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat perdarahan


dibawah kulit.

6) Kepala

Biasanya bentuk dalam batas normal

7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, terdapat
perdarahan sub conjugtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada
kelainan.

8) Hidung

Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman
biasanya tidak ada kelainan.

9) Telinga

Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.

10) Mulut

Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibi pecah –

pecah atau perdarahan.

11) Leher

Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih membesar, tidak ada
distensi vena jugularis.

12) Thoraks

Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus yang
meninggi, perkusi sonor, suara nafas bias veskuler atau ronchi, wheezing,.
Frekuensi nafas neonates 40 – 60 x/I, anak 20 – 30 x/i irama jantung tidak teratur,
frekuensi pada anak 60 – 100 x/i.
13) Abdomen

Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga bias dibawah normal
bias juga meningkat.
14) Genetalia

Laki – laki, testis sudah turun kedalam skrotum Perempuan :


labia minora tertutup labia mayora.

15) Ekstremitas

Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin.
16) Anus

Keadaana anus, posisinya, anus +

17) Neurologis

Refleksi fasiologis + sperti reflex patella, reflex patologis – seperti babinski


tanda kerniq – dan brunzinski 1 – 11 = -

9. Pemeriksaan Penunjang

Kadar Hb turun, pemeriksaan darah : eritrosit dan berdasarkan penyebab. a. Riwayat Social
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat tinggal, orang yang
terdekat dengan klien. Keadaan lingkungan, pekarangan, pembuangan sampah.

b. Kebutuhan Dasar

Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang harus dijalani,
pasang NGT, cairan IVFD yang dugunakan jika ada. Pola tidur bias terganggu. Mandi dan
aktivitas : dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi : biasanya
terjadi perubahan frekuensi, konsistensi bisa diare atau konstipasi.

c. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan

Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa.

d. Data Psikologis

Akibat dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis, dan terlihat cemas dan
takut. Orang tua terhadap penyakit anaknya sangat bervariasi. Psikologis orang tua yang
harus diperhatikan :

1) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya

2) Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi

3) Prosedur medic yang akan dilakukan

4) Adanya support system 5) Kemampuan koping orangtua 6) Agama, kepercayaan,


adat.
7) Pola komunikasi dalam keluarga.
10. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman


oksigen ke jaringan.

d. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostic / transfuse.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal penurunan
hemoglobin, penurunan granulosit.

11. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan SLKI Perencanaan Keperawatan SIKI


keperawatan

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


Dengan agen cedera intervensi
a. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas
fisiologis keperawatan selama dan intensitas nyeri

3 x 24 jam, maka b. Identifikasi skala nyeri


tingkat nyeri
menurun dengan
c. Identifikasi factor yang memperberat dan

kriteria hasil: Keluhan memperingan nyeri

nyeri d. Berikan teknik nonfarmakologi (mis.kompres


menurun hangat/dingin)

Meringis menurun e. Kontrol lingkungan


- Gelisah
f. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
menurun
frekuensi g. Jelaskan strategi meredakan nyeri
napas
membaik h. Kolaborasi pemberian analgetik

Pemberian Analgetik

a. Identifikasi riwayat alergi obat

b. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah diberikan


analgesic
c. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu

d. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

a. Kolaborasi pemberian obat


3 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan
intervensi selama 3x24 Manajemen Energi
berhubungan dengan
ketidakseimbangan jam maka intoleransi
a. Edentifikasi ganggaun fungsi tubuh yang
antara suplai dan aktivitas dapat teratasi
mengakibatkan kelelahan
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil :
b. monitor pola dan jam tidur
- Frekuensi
nadi c. monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
meningkat melakukan aktivitas
- Kemudahan d. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
dalam
e. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
melakukan
berpindah atau berjalan
aktivitas
f. Anjurkan tirah baring
sehari-hari
meningkat
g. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Keluhan lelah
menurun h. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara

- perasaan meningkatkan asupan makanan

lemah
menurun
- Tekanan
darah
membaik
- Frekuensi
darah
membaik
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan intervensi keperawatan
a. Identifikasi nutrisi
ketidakmampuan selama
mengabsorbsi nutrien 3 x 24 jam diharapkan b. Idfentifikasi makanan yang disukai
defisit nutrisi
diharapakan teratasi c. Monitor makanan yang disukai
dengan
d. Monitor berat badan
kriteria hasil :

- Porsi e. Monitor hasil pemeriksaan berat badan


makanan
yang f. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

dihabiskan g. Ajarkan diet yang diprogramkan


meningkat

- Verbalisasi
h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
keinginan untuk
meningkatkan
nutrisi

- Berat badan
membaik
- Nafsu makan
membaik
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkan infeksi
diharapkan teratasi
dengan kriteria hasil :
Demam menurun

5 Resiko infeksi Pencegahan Infeksi :

berhubungan dengan a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
penyakit kronis
b. Berikan perawtaan kulit pada edema

c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan


pasien dan lingkungan pasien

d. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

e. Ajarkan cara cuci tangan dengan benar

f. Ajarkan etika batuk


- Sputum g. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
berwarna
hijau h. Kolaborasi pemberian imunisasi
menurun
- Kultur
sputum
membaik
- Periode
mengigil
menurun

12. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun pada uraian rencana
keperawatan.

13. EVALUASI

1. Nyeri hilang atau berkurang

2. Status nutrisi membaik

3. Intoleransi aktivitas meningkat

4. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

5. Tekanan darah membaik


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif (2021) Kapita selekta kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media


Aesculapius. FKUI

Price, Sylvia A (2021) Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, Jakarta, EGC.
Perry , A.G dan Potter, P.A. (2021) fundamental of nursing : consept, process, and practice.

Mansjoer. 2021. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2. Jakarta : FKUI

Smeltzer. 2021. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monika Ester, dkk edisi 8. Jakarta : EGC

Andrea Saferi Wijaya, dkk. 2021.. Yogyakarta : Nuha Medika

Nurarif, Huda Amin. 2020. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2020. Keperawatan Medikal Bedah ( Keperawatan
Dewasa). Yogyakarta : Medical Book

Soebroto, Ikhsan. 2020. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta : Bangkit

Arisman . 2020. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

DepKes RI., 2021. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur
(WUS). Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas. Jakarta

Saifuddin. 201. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke-3. Jakarta : EGC

Doenges Marlyn, E. 2020. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk

Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta : EGC Boedihartono.


2021. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai