Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/236854007

PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN


KUALITAS BUAH TOMAT

Conference Paper · January 2008

CITATIONS READS

8 18,994

2 authors, including:

Darwin H. Pangaribuan
Lampung University
44 PUBLICATIONS   105 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Dera Natung Government College Research Journal Volume 7 Issue 1 View project

Liquid Organic Fertilizers and Vegetable Organic Agriculture View project

All content following this page was uploaded by Darwin H. Pangaribuan on 23 May 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

PEMANFAATAN KOMPOS JERAMI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI


DAN KUALITAS BUAH TOMAT

Darwin Pangaribuan dan Hidayat Pujisiswanto

Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung


Jl Sumantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung 35145
Email: bungdarwin@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas pemberian EM4 pada lahan dan menentukan
dosis bokashi jerami yang optimal memberikan pertumbuhan vegetatif, produksi dan buah tomat
yang berkualitas. Percobaan dilaksanakan dalam rancangan acak kelompok dengan perlakuan yang
disusun secara rancangan petak terbagi 2 x 5. Petak utama yaitu pemberian EM4 pada lahan yaitu
tanpa pemberian EM4 dan diberi EM4 sebanyak 10 l/ha. Anak petak adalah dosis bokashi jerami
yaitu: 0; 7.5; 15; 22,5; dan 30 ton/ha. Sedangkan jumlah ulangan 3 kali untuk setiap kombinasi
perlakuan. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa: (1) EM4 yang disiramkan ke dalam
tanah tidak meningkatkan pertumbuhan maupun produksi buah tomat. (2) Bahan organik berupa
bokashi jerami dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi buah tomat. Belum diperoleh dosis
optimum aplikasi karena produksi masih menunjukkan respon linier (3) Aplikasi EM4 pada tanah
dan dosis bokashi jerami tidak mempengaruhi kandungan gula dan asam

Kata Kunci: kompos, jerami, EM4, prouduksi tomat

1. PENDAHULUAN
Penelitian penerapan pupuk kandang matang pada sayuran pada umumnya dan sayuran
buah tomat pada khususnya telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Iskandar (2003), tanaman
sayuran (pakchoy dan selada hijau) memberikan respon yang positif terhadap aplikasi bokashi.
Produktivitas bawang merah juga meningkat setelah aplikasi bahan organik (Pangaribuan, 1998).
Penelitian tomat oleh Hilman dan Nurtika (1992) menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang
20 t/ha dapat meningkatkan bobot buah dan jumlah buah tomat. Pupuk kandang dalam penelitian
diatas tidak dijadikan kompos terlebih dahulu atau tanpa bantuan suatu mikroorganisma. Demikian
juga penelitian Rahardjo et al. (2003), pemberian pupuk organik berupa sampah kota dan sampah
desa dapat meningkatkan tinggi tanaman dan produksi buah tomat.
Hasil-hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pukan belum banyak dikaji untuk
ditingkatkan kualitasnya menjadi kompos dengan bantuan suatu mikroorganisma. Selain itu, dari
perspektif tanaman, kualitas pascapanen buah tomat dalam penelitian di atas belum diselidiki lebih

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-1


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

jauh. Padahal menurut Pangaribuan (2006), faktor-faktor prapanen, seperti kualitas kesuburan
tanah, akan mempengaruhi kualitas hasil pascapanen tomat. Dengan demikian dari tinjauan singkat
hasil-hasil penelitian mutakhir tentang bahan organik pada aneka jenis sayuran di atas, menguatkan
perlunya dilakukan kajian pemanfaatkan bahan organik bagi tanaman tomat.
Bahan organik yang akan diteliti adalah penggunaan bahan organik yang berasal dari
limbah tanaman berupa jerami padi. Limbah jerami padi sangat mudah didapatkan diareal
persawahan sehingga pemanfaatannya dapat mengurangi masalah limbah. Sisa tanaman seperti
jerami apabila dikomposkan juga berfungsi sebagai pupuk.
Proses fermentasi bahan organik biasanya menggunakan aktivator mikroba. Salah satu
fungsi aktivator ini adalah mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan meningkatkan
kualitas bahan. Prinsip pembuatan kompos bokashi adalah pencampuran bahan organik dengan
mikroorganisme sebagai bioaktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai
sumber, misalnya dari bakteri inokulan (bacterial inoculant) berupa effective microorganism
(EM4). Bioaktivator yang terdapat dalam EM4 adalah Lactobacillus sp, Saccharomyces sp,
Actinomycetes serta cendawan pengurai selulosa. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam
menjaga keseimbangan karbon dan nitrogen yang merupakan faktor penentu keberhasilan
pembuatan kompos (Djuarnani, Kristian, Setiawan, 2005 dan Yuwono, 2005). Bioaktivator EM4
akan dikaji efektivitasnya jika disemprotkan di lahan dalam penelitian ini
Hasil penelitian pupuk hayati dalam bentuk EM4 (effective microorganism) yang
diinkorporasikan ke dalam bahan organik tanah pada tanaman cabai, tomat, kubis dan bawang
merah memberikan hasil yang lebih baik daripada tanpa pemberian EM4 (Hilman, 2000).
Demikian juga penelitian Yadav (2000), sayuran radis dan kubis yang diberikan EM4 pada lahan
nyata meningkatkan hasil. Dengan demikian pemanfaatan limbah bahan organik dan
mikroorganisme yang berguna dalam EM4 perlu dikembangkan dalam usaha menekan input bahan
kimia anorganik. Bahan organik seperti limbah tanaman yang telah dikomposkan akan
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil tomat. Studi pemanfaatan bahan organik berarti
menunjang sistem budidaya sayuran yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Tujuan Penelitian
1. Mengkaji efektivitas pemberian EM4 pada lahan terhadap pertumbuhan produksi, dan kualitas
pascapanen buah tomat.
2. Menentukan dosis kompos bokashi limbah jerami yang optimal memberikan pertumbuhan
vegetatif, reproduktif, produksi dan buah tomat yang berkualitas.

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-2


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

2. METODE PENELITIAN
Penelitian telah dilaksanakan di lahan petani di Metro dari bulan April sampai November
2007. Bahan yang digunakan adalah benih tomat varietas Victory, jerami padi, EM4, insektisida
dan fungisida botani. Percobaan dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok dengan perlakuan
yang disusun secara rancangan petak terbagi 2 x 5. Petak utama yaitu pemberian EM4 pada lahan
yaitu tanpa pemberian EM4 dan diberi EM4 sebanyak 10 l/ha. Anak petak adalah dosis kompos
bokashi jerami yaitu: 0; 7.5; 15; 22,5; dan 30 ton/ha. Sedangkan jumlah ulangan 3 kali untuk
setiap kombinasi perlakuan. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet sedangkan kemenambahan
data dihitung dengan uji Tukey. Jika kedua asumsi terpenuhi, analisis dilanjutkan dengan Analisis
Ragam (Anova) dan Uji Regresi.

Pelaksanaan Penelitian

Benih tomat kultivar Victory disemai dalam bedeng persemaian. Media pesemaian adalah
campuran tanah : pupuk kandang sapi (2 : 1 v/v). Bibit siap dipindahtanamkan ke lapang setelah
berumur 21-- 28 hari setelah semai atau bibit yang telah memiliki 3 – 5 helai daun sejati.
Pengolahan tanah dilakukan dua kali dengan menggunakan bajak, sisa tanaman, rumput, dan akar
dibersihkan, lalu tanah diratakan dengan cangkul. Ukuran plot untuk setiap percobaan dalah 4 m x
3,6 m dengan jarak antarulangan 1 m. Tomat ditanam dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm, sehingga
jumlah populasi tomat per plot adalah 48 tanaman. Kapur CaCO3 dengan dosis 4 ton/ha untuk
menetralkan kemasaman tanah diaplikasikan dua minggu sebelum tanam.
Pengomposan bokashi jerami dan EM4. Sebelum penelitian, kompos bokashi jerami
dibuat terlebih dahulu sesuai petunjuk pembuatan kompos bokashi oleh Simamora dan Salundik
(2006). Kompos bokashi jerami diberikan ke petak percobaan secara sebar dan dicampur merata
dengan tanah sedalam 15 - 20 cm. Perlakuan pemberian EM4 diberikan dengan menyiramkan
EM4 dengan gembor ke permukaan tanah yang telah diolah dan dicampur dengan kompos bokashi
seminggu sebelum tanam di sekitar lubang tanam. EM4 dilarutkan dengan air terlebih dahulu
dengan perbandingan 1:300 dan volume semprot adalah 3000 l/ha.
Pemberian ajir dilakukan saat tanaman tomat mencapai ketinggian 20 - 25 cm. Ajir
setinggi 1 m yang dibuat dari bambu ini berfungsi untuk menopang tanaman agar tetap tegak dan
tidak mudah rebah. Pada tanaman akan dilakukan pembuangan tunas samping (tunas yang tumbuh
pada bagian ketiak daun/cabang). Gulma dikendalikan secara manual dengan menggunakan kored
atau cangkul. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan memberikan
biopestisida yang telah dipersiapkan sebelumnya (Kardinan, 2005). Untuk mengendalikan hama
lalat buah penyebab busuk buah, dipasang jebakan yang diberi Antraxtan, sedangkan untuk

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-3


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips dan Aphid dengan pestisida nabati.
Sedangkan untuk mencegah dan memberantas penyakit diramu fungisida nabati. Tomat dipanen
jika buah sudah sampai pada fase semburat (breaker stage).

Pengamatan
(1) Pengamatan analisis pertumbuhan tanaman dilakukan terhadap 5 tanaman contoh,
terdiri dari ILD (indeks luas daun) pada 21, 28, 35, 42, 49 HST. (2) Bobot buah per ha (ton/ha).
Bobot buah diukur dengan menimbang bobot buah segar pada saat panen. (3) Mengukur kandungan
asam (Pangaribuan, 2006) (4) Kandungan gula total (Brix) diukur dengan refraktometer.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Tanah


Tabel 1 menyajikan hasil analisis tanah setelah aplikasi EM4 pada lahan dan penerapan
dosis 22.5 ton/ha setelah 3 bulan aplikasi bahan organik. Setelah aplikasi bahan organik nampak
bahwa nilai C/N ratio pada petak yang diberi EM4 setelah 3 bulan mulai mendekati ideal yaitu 19.7.
Sedangkan kandungan unsur-unsur hara makro seperti N, P dan K pada semua petakan setelah
aplikasi EM4 3 bulan menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan kontrol.

Tabel 1. Hasil analisis tanah yang diberi 0 l/ha EM4 dan 10 l/ha EM4 pada dosis 22.5 ton/ha
setelah 3 aplikasi bahan organik

No. Parameter analisis Kontrol Non EM4 + EM4 + bokashi


bokashi 22.5 ton/ha 22.5 ton/ha
1. pH H2O (1:25) 6.52 6.55 6.81
2. N (%) Kejldahl 0.21 0.24 0.21
3. P (ppm) Bray-1 23.55 41.29 42.80
4. K (me/100g) 0.19 1.08 0.59
5. Ca (me/100g) 3.62 6.99 6.72
6. C (%) Walkley & Black 3.03 2.54 2.07
7 C/N ratio 8 12.05 19.07
Sumber: Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Indeks Luas Daun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi dosis EM-4 pada lahan tidak berpengaruh
nyata tetapi pemberian bokashi jerami berpengaruh pada variabel indeks luas daun (LAI) tanaman
tomat. Tidak terjadi interaksi antara kedua perlakuan pada ILD. Peningkatan dosis bokashi jerami
menyebabkan terjadinya peningkatan indeks luas daun tanaman tomat secara kuadratik (Gambar 1).
Pada gambar tampak bahwa nilai LAI optimum tanaman tomat berada pada dosis bokashi jerami

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-4


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

ke-4, yaitu 22.5 ton/ha pada pengamatan ke-4, yaitu pada saat tanaman berumur 42 hari setelah
pindah tanam.

2,5 2 0 t/ha
y = -0,0557x + 0,5683x + 0,4
2
R = 0,979
2
Indeks luas daun

2
y = -0,0371x + 0,4049x + 0,704 7,5 t/ha
2
1,5 R = 0,9206
2
y = -0,07x + 0,642x + 0,408 15 t/ha
1 2
R = 0,9755
2
0,5 y = -0,1107x + 0,8973x + 0,314 22,5
2
R = 0,9488 t/ha
0
2
21 28 35 42 49 y = -0,07x + 0,642x + 0,408 30 t/ha
2
R = 0,9755
Pengamatan (hari sesudah tanam)

Gambar 1. Perubahan indeks luas daun pada berbagai dosis bokashi jerami

Produksi dan Kualitas Pascapanen Buah Tomat

Pemberian EM4 pada lahan tidak nyata mempengaruhi produksi buah tomat, akan tetapi
bokashi jerami berpengaruh nyata terhadap produksi buah, dan produksinya cenderung masih linier
(Gambar 2) dengan persamaan y = 4,107x + 29,749 (R2 = 0.53). Pemberian EM4 pada tanah tidak
mempengaruhi pengujian kandungan gula buah (brix) (Tabel 2) dan kandungan asam (Tabel 3).
Demikian juga, dosis kompos jerami tidak mempengaruhi pengujian kandungan gula (Tabel 2) dan
kandungan asam (Tabel 3).

60
Produksi tomat (t/ha)

50

40

30
y = 4,107x + 29,749
20
R2 = 0,5287
10

0
0 7,5 15 22,5 30
Dosis bokashi jerami (t/ha)

Gambar 2. Pengaruh bokashi jerami terhadap produksi buah tomat (t/ha).

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-5


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Tabel 2. Rata-rata kandungan gula (°Brix) buah tomat pada berbagai dosis aplikasi EM4 dan dosis
bokashi jerami.

Anak Petak Induk (Aplikasi EM4) Rata-rata


Petak
(Dosis)
0 l/ha 10 l/ha
0 4.07 4.11 4.09
7.5 4.55 4.18 4.37
15 4.81 4.18 4.50
22.5 4.32 4.48 4.40
30 4.47 4.45 4.46
Rata-rata 4.44 4.28

Tabel 3. Rata-rata kandungan asam (%) buah tomat pada berbagai aplikasi EM 4 dan dosis bokashi
jerami
Anak Petak Induk (Aplikasi EM4) Rata-rata
Petak
(Dosis)
0 l/ha 10 l/ha
0 0.4 0.4 0.4
7.5 0.4 0.3 0.35
15 0.3 0.4 0.35
22.5 0.3 0.3 0.30
30 0.3 0.3 0.30
Rata-rata 0.35 0.35

Pembahasan
Nisbah C/N dari bahan organik merupakan faktor yang sangat penting dalam pengomposan.
Transformasi residu organik menjadi pupuk didominasi oleh proses mikrobiologi dan dipengaruhi
oleh nisbah C/N bahan yang ada dalam residu yang dikomposkan. Residu organik dengan nisbah
C/N 25 - 40 cukup optimal untuk efisiensi pengomposan (Gaur, 1982). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai C/N ratio perlakuan aplikasi EM4 pada lahan dan pemberian bokashi
dosis 22.5 t/ha mendekati ideal yakni 19.07.
Sesudah bokashi diterapkan 1 sampai 3 bulan ke dalam tanah, nampak ada perbaikan sifat
kimia tanah yang ditandai dengan meningkatnya unsur hara makro N, P dan K. Hal ini menandakan
bahwa aplikasi bokashi jerami berpengaruh positif terhadap perbaikan sifat kimia khususnya
kesuburan tanah.
ILD 7 harian selama empat periode pada berbagai dosis menunjukkan perkembangan ILD
berpola kuadratik dengan respon yang berbeda. Perkembangan ILD yang diaplikasikan bahan
organik bokashi jerami padi dosis 22.5 ton/ha meningkat lebih cepat dibandingkan dengan tanpa

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-6


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

bahan organik (kontrol). Menurut Gardner dkk. (1991) ILD merupakan parameter yang
menunjukkan potensi tanaman melakukan fotosintesis dan juga merupakan potensi produktif
tanaman di lapangan.
Meningkatnya dosis bokashi dapat meningkatkan konsentrasi hara dalam tanah, terutama N,
P dan K serta unsur lainnya. Selain itu, bokashi juga dapat memperbaiki tata udara dan air tanah.
Dengan demikian, perakaran tanaman akan berkembang dengan baik dan akar dapat menyerap
unsur hara yang lebih banyak, terutama unsur hara N yang akan meningkatkan pembentukan
klorofil, sehingga aktivitas fotosintesis lebih meningkat dan dapat meningkatkan ekspansi luas
daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi bokashi nyata meningkatkan produksi tomat
secara linear. Hal ini mendukung studi yang dilakukan di IRRI pada tahun 1974 dan 1975 yang
menunjukkan manfaat pemakaian jerami sebagai sumber unsur hara. Pemberian jerami dapat
meningkatkan hasil padi sebesar 12% (Lin, 1982).
Hal ini berkaitan dengan kemampuan bahan organik jerami padi dalam memperbaiki sifat
biologi tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman. Selain itu
bahan organik jerami padi dapat mensuplai unsur hara terutama N, P dan K (Tabel 1). Semakin
tinggi dosis bahan organik maka semakin tinggi konsentrasi N, P dan K di dalam tanaman. Semua
unsur-unsur tersebut memegang peran yang sangat penting dalam metabolisme tanaman. Menurut
Ponnamperuma (1984) jerami padi mengandung kira-kira 0.6% N, 0.1% P, 0.1% S, 1.5% K dan 5%
Si dan 40% C. Jerami padi secara tidak langsung mengandung sumber senyawa N-C yang
menyediakan substrat untuk metabolisme jasad renik yaitu gula, pati (starch), selulose,
hemiselulose, pektin, lignin, lemak dan protein. Senyawa-senyawa ini terdiri dari 40% C dari bobot
kering jerami.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa aplikasi EM4 ke atas permukaan tanah tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi buah tomat. Jadi, pemberian EM4 yang disemprotkan di atas
tanah, tidak memberikan dampak positif terhadap produksi buah tomat. Tanaman tomat diduga
kurang responsif terhadap perlakuan EM4. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Suwardi (2004),
bahwa sejarah EM-4 masih mengundang kontroversi di daerah asalnya, yaitu Jepang. Dalam
penelitian di Tokyo University of Agriculture maupun lembaga Riset Ilmu Lingkungan Jepang,
dihasilkan bahwa tidak ada perbedaan antara bokashi yang diinokulasi EM dan tanpa EM. Iskandar
(2003) juga menemukan bahwa tanaman pakchoy tidak responsif terhadap aplikasi bokashi EM4.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis berpengaruh nyata terhadap produksi secara
linier. Artinya bahwa belum diperoleh dosis optimum bahan organik yang memberikan produksi
optimum pada musim tanam pertama ini. Menurut Gaur (1982), kompos bermanfaat untuk jangka

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-7


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

panjang. Penggunaan 10 ton kompos per hektar dapat menyumbang 100 – 150 kg N, 44 kg P, dan
125 kg K. Unsur hara ini tidak digunakan hanya dalam satu periode musim tanam karena
terurainya masing-masing unsur tidak sama. Unsur N dinyatakan sebagai unsur yang lambat
terurai, karena umumnya nitrogen organik berikatan dengan koloid liat membentuk ikatan stabil
yang ketersediaannya secara berangsur-angsur dan hanya sekitar 30% saja yang dapat digunakan
selama musim tanam pertama; unsur P 60 % - 70%, sedangkan K sekitar 75%.
Kelebihan unsur yang dapat disumbangkan oleh kompos kepada tanaman merupakan residu
di dalam tanah. Suatu percobaan jangka panjang untuk mempelajari pengaruh kompos terhadap
produktivitas tanah lempung liat berdebu di Taiwan, menunjukkan bahwa pemberian kompos
sebanyak 20 ton/ha setelah 10 tahun memberikan hasil padi lebih tinggi daripada yang dipupuk
dengan NPK pada tingkat nitrogen yang sama (Lin et al, 1993).
Bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap parameter kualitas pascapanen tomat. Hal
ini diduga bahwa perbaikan kualitas pascapanen seperti kandungan gula atau asam lebih banyak
ditentukan oleh faktor genetik dan faktor kemasakan buah. Bagian utama dari padatan terlarut total
adalah kandungan gula dan asam organik yang menentukan rasa buah.
Menurut Hobson dan Davies (1971) buah tomat mengandung gula 1.5 – 4.5% bobot segar.
Gula pada tomat terdiri atas glukosa dan fruktosa (pereduksi) dengan jumlah yang hampir sama,
serta sukrosa (gula non pereduksi) yang jumlahnya jauh lebih kecil ± 0.1% bobot segar. Asam
organik utama yang terdapat pada buah tomat adalah asam malat dan asam sitrat.

4. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa: (1) EM4 yang disemprotkan ke tanah, tidak
meningkatkan pertumbuhan maupun produksi buah tomat. (2) Bahan organik berupa bokashi jerami
dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi buah tomat. Belum diperoleh dosis optimum
aplikasi karena produksi masih menunjukkan respon linier (3) Aplikasi bokashi jerami dan
pemberian EM4 pada tanah tidak mempengaruhi kualitas pascapanen buah yang diukur dari
kandungan gula dan asam buah. Disarankan untuk melakukan percobaan yang sama pada lahan
dataran medium.

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-8


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dana penelitian dari Program Hibah Kompetisi
(PHK) A-2 Jurusan BDP Fakultas Pertanian Unila periode 2007.

DAFTAR PUSTAKA

Djuarnani, N., Kristian, B. S. Setiawan. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia
Pustaka. 74 hal.

Gardner, F. P., Pearce, R. B. dan Mitchell R .E. 1991. Fisiologi Tanaman Budiodaya. Jakarta: UI
Press. 428 hal.

Gaur, A. C. 1982. A Manual of Rural Composting. Project Field Document No. 15. FAO/UNDp
Regional Project.

Hilman, Y. 2000. Hasil Penelitian Teknologi Maju Tepat Guna dalam Budidaya Sayuran Organik.
Prosiding seminar nasional Pertanian Organik. Fakultas Pertanian, Universitas IBA.
Palembang. Hal. 183 – 196.

Hilman, Y dan N. Nurtika. 1992. Pengaruh Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tomat. Bulletin Penelitian Hortikultura Vol XXII(1); 96-101.

Hobson, G.E. dan Davies, J. N. 1971. The Tomato. Dalam Hulne, A.C. (ed.). The Biochemistry of
Fruit and Their Proucts. Vol. 2. Academic Press. London.

Iskandar, S. 2003. Pengaruh Bokashi Produktivitas Tanaman Sayuran dalam Kegiatan Pertanian
Organik. Jurnal Agrotropika Vol VIII(2): 6 - 10.

Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati. Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. 88 hal.

Lin, C. F., T. S. L. Wang, A. H. Chang and C. Y. Cheng. 1993. Effects of Some Long Term
Fertilizer Treatments on the Chemical Properties of Soil and Yield of Rice. Journal of
Taiwan Agricultural Research 22: 241-292.

Pangaribuan, D. 1998. Peningkatan Produktivitas Bawang Merah melalui Penambahan Bahan


Organik pada Tanah. Jurnal Tanaman Tropika Vol 1(2): 98 – 107.

Pangaribuan, D. 2006. Ethylene Production and Respiration Rate in Fruit and Sliced Tomatoes.
Jurnal Agrotropika Vol XI(1): 15-22.

Ponnamperuma, F. N. 1984. Straw as a source of nutrient for wtland rice. In organic matter and
Rice, p. 117 – 136. international Rice Research Institute, Los Banos, Phillipines.

Rahardjo, B. T.,L. P. Astuti, L. K. Putra, E. S. Handani. 2003. Pengaruh Pemberian Bahan


Organik terhadap Perkembangan Populasi Nematode Puru Akar (Meloidogyne sp.) pada
Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum M.). Agrivita Vol. 25(2):120 – 125.

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-9


Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008
Universitas Lampung, 17-18 November 2008

Suwardi. 2004. Teknologi Pengomposan Bahan Organik sebagai Pilar Pertanian Organik.
Proceeding Simposium Nasional, Pertanian Organik Ketrepaduan teknik Pertanian
radisional dan Inofatif. Hlm. 25—33.

Simamora, S dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka. 64 hal

Yadav, S. P. 2000. Performance of Effective Microorganisms (EM) on Growth and Yields of


Selected Vegetables. Presented in the "Conference on EM Technology and Nature
Farming" from 20th to 22nd September 2000 in Pyongyong, DPR Korea.

ISBN : 978-979-1165-74-7 VII-10

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai