Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL ASUHAN BIDAN, PERAN DAN FUNGSI BIDAN,


KEPEMIMPINAN BIDAN MUSLIMAH DAN ETOS KERJA
DALAM ISLAM.

DOSEN PEMBIMBING :
Enny Fitriahadi, S.ST., M.Kes

KELAS A
KELOMPOK A1

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
SEMESTER GASAL 2022/2023

NAMA ANGGOTA
1. CITRA AULIA 2210101001
2. NURUL HASNA 2210101002
3. TRIYA SRI UTAMI 2210101003
4. ZILVITANAFIA 2210101004
5. CUT AGHNI NAZAL 2210101005
6. SHEILA EKA ANISA 2210101006
7. LIA DWI NUR’AINI 2210101007
8. HALIM FATHAN 2210101008
9. FEEROUSAH MUZAKKA 2210101009
10. SINDI ARDIANA 2210101010
11. ATIYA ROSSYA 2210101011
12. PUTRI NADILLAH ISTI 2210101012
13. ANANDA NOSA FAUZIAH 2210101013
14. ANNISA ISNA LAELANA 2210101014
15. ISTIQOMAH 2210101015
16. IMELIA FEBRIA 2210101016
17. ZAHRA AINUN NABILA 2210101017
18. AULIA NUR FATIMAH 2210101018
19. MAISYA AGUSTRIA 2210101019
20. LAILA ANNISA ISNAENI 2210101020
21. RENY KUMIAWATI 2210101021
22. SHELVIANA AGUSTIN 2210101022
23. SITI AISYAH AMINI 2210101023
24. SEVITA TRIS LIANJARI 2210101024
25. OKTOVIA DWI LESTARI 2210101025
26. BQ NINING HARTATI 2210101026
27. NIKETUT ASTUTI 2210101027
28. NAULA ALFI RIFQIYAH 2210101028
29. RAHMA PATIA 2210101029
30. RABIATUL ADANIA 2210101030
31. SINDY AMELIA 2210101031
32. MADELIA AZZARAH 2210101032
33. ROSITA M. MAHMUD 2210101033
34. ISNEINI MEWANDA 2210101034
35. PUTRI ADITYA 2210101035
36. NADHIFAH NUR FAIDAH 2210101036

ii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat Allah yang
maha kuasa karena atas rahmat dan karunianya kami kelompok 1 dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa sholawat
serta salam tetaplah kami curahkan kepada baginda habibillah Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kami jalan yang lurus berupa jalan
agama yang sempurna dengan Bahasa yang sangat indah.
Tiada lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu kami
dalam mata kuliah Konsep Kebidanan Ibu Enny Fitrihadi,S.ST.,M.KES yang
membimbing kami dalam pengerjaan makalah ini. Dalam makalah yang kami
buat ini, menguraikan tentang Model Asuhan Bidan, peran dan fungsi bidan,
Kepemimpinan Bidan Muslimah, Etos Kerja dalam Islam.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu kami mengharap segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami juga berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya
di bidang kesehatan.

Yogyakarta, 5 Desember 2022

Kelompok A1

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I.......................................................................................................................
PENDAHULUAN....................................................................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................
PEMBAHASAN......................................................................................................
2.1 Model Asuhan Kebidanan.........................................................................3
2.2 Komponen dan Macam-Macam Model Asuhan Kebidanan.....................3
2.3 Peran Bidan Sebagai Bidan Pendidik........................................................4
2.4 Fungsi Bidan Sebagai Pengelola Dalam Pelayanan Kebidanan................5
2.5 Kepemimpinan Bidan Muslimah...............................................................5
2.6 Penerapan Kepemimpinan Bidan Muslimah Dalam Menjalankan Peran
Dan Fungsinya......................................................................................................6
2.7 Etos Kerja Islam Dalam Lingkup Kebidanan............................................9
BAB III...................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu
objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau
idealisasi. Model Asuhan Kebidanan adalah suatu bentuk pedoman atau acuan
yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan dipengaruhi oleh filosofi asuhan kebidanan, meliputi unsur unsur
yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia perilaku, lingkungan dan
pelayanan kesehatan).
Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu melahirkan. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, terdapat
peran dan fungsi bidan yang dilakukan secara khusus. Peran dan fungsi bidan
ini tidak lain sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti kesehatan.
Di setiap peran dan fungsi terdapat beberapa tugas pokok yang harus
dilakukan oleh seorang bidan. Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan
dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu melahirkan dapat
merawat bayinya dengan baik.
Sebagai bidan muslimah, kepemimpinan dalam kebidanan sangatlah
penting. Namun untuk menjadi pemimpin yang sesuai dengan profesi
kebidanan nya tidaklah mudah, tentunya ada beberapa hambatan-hambatan
yang harus di atasi dalam rangka memperbaiki kinerja bidan tersebut. Dalam
hal ini bidan harus bisa berkomitmen agar dapat mengutamakan wanita-wanita
yang berpusat tentang perawatan. Tidak hanya memiliki sifat kepemimpinan,
bidan juga harus mengamalkan nilai nilai keislaman sebagai bidan muslimah.
Menjalankan segala sesuatu yang di lakukan dengan tujuan beribadah kepada
Allah SWT, sesuai dengan perintah perintahnya.
Etos kerja dalam Islam Menurut Nurcholish Madjid adalah hasil suatu
kepercayaan seorang Muslim, bahwa kerja mempunyai kaitan dengan tujuan
hidupnya, yaitu memperoleh perkenan Allah swt. Berkaitan dengan ini,
penting untuk ditegaskan bahwa pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau
kerja. Inti ajarannya ialah bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh
ridha Allah melalui kerja atau amal saleh, dan dengan memurnikan sikap
penyembahan hanya kepada-Nya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diperoleh beberapa rumusan masalah
yaitu antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan model asuhan kebidanan?
2. Apa komponen dan macam-macam dalam model asuhan kebidanan?
3. Apa peran bidan sebagai bidan pendidik?
4. Bagaimana fungsi bidan sebagai pengelola dalam pelayanan kebidanan?
5. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan bidan muslimah?
6. Bagaimana penerapan kepemimpinan bidan musliman dalam menjalankan
peran dan fungsi bidan?
7. Bagaimana etos kerja islam dalam lingkup kebidanan?

1.3 Tujuan
Tujuan mengetahui asuhan kebidanan untuk membantu bidan memahami
tentang Peran dan fungsi bidan untuk ibu dan anak, dan membantu bidan
untuk memahami tentang kepemimpinan bidan muslimah yang selalu
menerapkan etos kerja dalam Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Asuhan Kebidanan


Model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk pedoman/acuan yang
merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan dipengaruhi oleh filosofi asuhan kebidanan, meliputi unsur-unsur
yang terdapat dalam Paradigma Kesehatan (manusia-perilaku, lingkungan, dan
pelayanan Kesehatan). Model asuhan kebidanan dibuat berdasarkan filosofi
bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sebuah hal yang fisiologis. Model
asuhan kebidanan yang berfokus pada perempuan (women centered care)
dapat mengurangi kejadian trauma dan kesakitan pada bayi dan operasi
section caesarea.

2.2 Komponen dan Macam-Macam Model Asuhan Kebidanan


Model asuhan kebidanan dibagi menjadi lima komponen yaitu:
1. Memonitor kesejahteraan ibu
2. Mempersiapkan ibu dengan memberikan pendidikan dan konseling
3. Intervensi teknologi seminimla mungkin
4. Mengidentifikasi dan memberi bantuan obstetric
5. Lakukan rujukan
Macam-macam model asuhan kebidanan
1. Model dalam mengkaji kebutuhan dalam praktik kebidanan.
Model ini memiliki 4 unit yang penting, yaitu:
a. Ibu dalam keluarga
b. Konsep kebutuhan
c. Patnership
d. Faktor kedokteran dan keterbukaan
2. Model medical
Merupakan fondasi dari praktek-praktek kebidanan yang sudah
meresap di masyarakat. Model yang dikembangkan untuk membantu
manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan,
pemberia tindakan dan komplikasi dari penyakit/tindakan konsekuensi.
3. Model sehat untuk semua (Health for All-HFA)
Model ini dicetuskan oleh WHO dalam deklarasi Alma Atta tahun
1978. Fokus pelayanan ditujukan pada wanita, keluarga, dan masyarakat
serta sebagai sarana komunikasi dari bidan-bidan negara lain.
4. Model sistem maternitas di komunitas yang ideal

3
Hubungan antara wanita, bidan dan dokter harus didasari oleh rasa
salinh menhormati dan saling percaya, bidan boleh mempertanyakan
masalah medis atau perlindungan hukum untuk wanita untuk alasan
apapun, jika wanita tersebut tidak mampu berbicara atas namanya sendiri.
5. Model asuhan Home Based
Dasar asuhan kebidanan berdasarkan home based merupakan unsur
teraupetik yang terdiri dari sebuah kesadaran dan menjaga hubungan yang
dibangun atas dasar kepercayaan dan dibentuk untuk memfasilitasi asuhan
yang berkualitas. Tanggung jawab dan kejujuran merupakan hal yang
harus dibangun dalam hubungan antara bidan dengan klien. Proses
persalinan dirumah (Home Birth) sejak lama telah menggunakan konsep
“early discharge” sebagai bagian dari Home Based Midwifery Care.

2.3 Peran Bidan Sebagai Bidan Pendidik


Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan
kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.
1. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada klien (individu,
keluarga dan kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah
kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan
keluarga berencana.
2. Melatih dan membimbing kader
Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan
keperawatan, serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.
Mencakup:
a) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi,
serta peserta didik.
b) Menyususn rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil
pengkajian.
c) Menyiapkan alat bantu mengajar dan bahan untuk keperluan pelatihan
dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
d) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan
rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
e) Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup
kerjanya.
f) Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan.
g) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.
h) Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan
serta bimbingan secara sistematis dan lengkap.

4
2.4 Fungsi Bidan Sebagai Pengelola Dalam Pelayanan Kebidanan
Dalam melaksanakan tugas, seorang bidan tentunya memiliki peran
dan fungsi tertentu, seperti memberikan asuhan kebidanan kepada pasien,
melakukan bimbingan dan penyuluhan serta melakukan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Hal ini dilakukan bidan dengan tujuan dapat meningkatkan
kesehatan masyarakat terutama pada ibu dan anak. Salah satu fungsi bidan
adalah bidan sebagai pengelola yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
b) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit
kerjanya.
c) Memimpin koordinasi keglatan pelayanan kebidanan.
d) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antar sektor yang terkait
dengan pelayanan kebidanan
e) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.

2.5 Kepemimpinan Bidan Muslimah


Kepemimpinan secara Bahasa disebut Leadership (Inggris) dan
Zi'amah atau Imamah (Arab). Sedangkan kepemimpinan sendiri dapat
didefinisikan sebagai suatu usaha sadar yang dilakukan seseorang
(pemimpin) dalam proses mempengaruhi, memotivasi, dan menyebabkan
seseorang atau kelompok orang untuk berbuat guna mengarah pada
tujuan yang sudah ditentukan.
Dalam islam pun, Rasulullah telah menjelaskan tentang kepemimpinan
didalam haditsnya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin
akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).
Sebagai seorang bidan, selain memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan, Pendidikan serta pengelolaan, bidan juga menjadi seorang
pemimpin bagi masyarakat. Oleh karena itu, sebagai pemimpin bidan harus
memilihi beberapa hal sebagai berikut:
1. Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi
kebijakan kesehatan.
2. Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik
kebidanan di masyarakat.

5
3. Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta
mengimplementasikan upaya perbaikan atau perubahan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.
4. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan
perspektif luas dan kritis.
5. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan
pembaharuan praktik kebidanan.
Selain itu, terdapat tugas pokok bidan dalam kepemimpinan:
1. Menyatupadukan orang yang berbeda motivasinya dengan motivasi
yang sama.
2. Mengusahakan satu kelompok dinamis secara sadar.
3. Menciptakan lingkungan kerja baik dan penuh integritas.
4. Memberi inspirasi dan mendorong anggotanya untuk bekerja seefektif
mungkin.
5. Menumbuhkan kesadaran lingkungan yang senantiasa mengalami
perubahan dinamis.

2.6 Penerapan Kepemimpinan Bidan Muslimah Dalam Menjalankan Peran Dan


Fungsinya
Sebagai bidan Muslimah, dalam menjalankan peran dan fungsinya
pastinya harus dilandasi dengan nilai-nilai islami baik yang berasal dari al-
quran maupun sunnah. Berikut adalah komponen yang harus dimiliki oleh
bidan sebagai seorang pemimpin:
a) Shahihul ibadah (Ibadah yang benar)
Melaksanakan suatu kepemimpinan bukan semata-mata ingin
mendapatkan penghargaan, pujian atau pemberian yang bersifat materi
dari klien, tetapi lebih dari itu adalah untuk beribadah dan mencari Ridho
Allah. Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah
Rasul saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan:
“shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini
maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan
haruslah merujuk kepada sunnah Rasulullah yang berarti tidak boleh ada
unsur penambahan atau pengurangan.

b) Mathinul Khuluq (Akhlak yang kokoh)


Memberikan arahan kepada anggota dengan integritas profesi yang
memiliki kekuatan akhlaq yang islami yang berorientasi pada pelayanan
terbaik bagi klien. Akhlak yang kokoh (mathinul khuluq) atau akhlak yang
mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap

6
muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-
makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam
hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat.

c) Mutsaqqoful Fikri (Intelek dalam berfikir)


Memberikan pengetahuan kepada anggotanya bahwa pelayanan
kebidanan kepada klien dengan menggunakan evidence base yang jelas
yang dapat dipertanggungjawabkan secara professional sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi. Intelek dalam berfikir
(mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi peribadi muslim yang
penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah/cerdas dan Al-
Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk
berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu
tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir (QS 2:219).

d) Qodirun Alal Kasbi (kemampuan usaha sendiri)


Berhubungan dengan anggotanya dan klien atau masyarakat dengan
mempertimbangkan kemampuan dirinya dalam memberikan pelayanan
secara professional, sehingga perawat tidak memberikan pelayanan diluar
kompetensinya sebagai seorang bidan. Memiliki kemampuan usaha sendiri
atau yang juga disebut dengan kekuasaan merupakan ciri lain yang harus
ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan.
Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru boleh
dilaksanakan bilakala seseorang memiliki kekuasaan, terutama dari segi
ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah
dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Kareitu
pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya
raya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan haji dan umrah,
zakat, infaq, shadaqah, dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh
karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al-Qur’an
maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.

e) Munazhzhamun Fi Syuunihi (Teratur dalam suatu urusan)


Bekerja dengan konsep yang sistematis dimulai dari Pengumpulan dan
analisa data, penentuan diagnosa kebidanan, merencanakan tindakan
kebidanan, melaksanakan tindakan kebidanan dan melakukan evaluasi

7
keberhasilan asuhan kebidanan.Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun
fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh
Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang
terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan
dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara
bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah
menjadi cinta kepadanya. Dengan kata lain, suatu urusan dikerjakan secara
profesional, sehingga apapun yang dikerjakannya, profesionalisme selalu
mendapat perhatian darinya. Bersungguh-sungguh, bersemangat dan
berkorban, adanya penerusan dan berilmu pengetahuan merupakan
diantara yang mendapat perhatian secara serius dalam menunaikan
tugastugasnya.

f) Nafi’un Lighoirihi (Bermanfaat bagi orang lain)


Mampu membangun sebuah persepsi yang dirasakan sebagai sebuah
manfaat yang secara langsung dapat dirasakan oleh klien sehingga perawat
dapat menjadi seorang care giver, advocate, educator, konselor,
kolaburator, coordinator, dan researcher yang dapat membantu klien dalam
upaya mencapai tujuannya untuk hidup sehat secara optimal. Bermanfaat
bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada
setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik
sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan
keberadaannya karena bermanfaat besar. Maka jangan sampai seorang
muslim adanya tidak menggenapkan dan tidak adanya tidak
mengganjilkan. Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berpikir,
mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksima agar dapat bermanfaat
dalam hal-hal tertentu sehingga jangan sampai seorang muslim itu tidak
bisa mengambil peranan yang baik dalam masyarakatnya.

g) Haritsun Ala Waqtihi (Pandai menjaga waktu)


Menghargai waktu dalam semua fase hubungan dengan anggota dan
pasien dimulai dari fase pra interaksi, orientasi, interaksi dan terminasi.
Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting
bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang
begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di
dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad
dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya. Allah SWT memberikan waktu
kepada manusia dalam jumlah yang sama setiap, yakni 24 jam sehari
semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan
tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang

8
menyatakan: ‘Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu.‘
Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah
kembali lagi.
h) Mujahadatun Linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu)
Menanamkan dalam diri pemimpin dan anggotanya, bahwa ketika
berhubungan dengan klien harus mampu mengendalikan hawa nafsunya
sehingga selalu memandang pasien dengan holistic mencakup kebutuhan
Bio, Psiko, Sosial dan Spiritual, dan bekerja dengan mengedepankan
empati. Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan
salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena
setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk.
Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang
buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada
manakala seseorang berjuang

i) Qowiyyul Jismi (Kekuatan Jasmani)


Dalam melaksanakan suatu kepemimpinan bidan harus memiliki
jasmani yang sehat yang tidak berisiko negatif bagi klien maupun bagi
bidan itu sendiri. Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu
sisi peribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang
muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran
Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan
haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan
fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk
perjuangan lainnya. Oleh karena itu, kesiatan jasmani harus mendapat
perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama
daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai
sesuatu yang wajar bila hal itu kadangkadang terjadi, dan jangan sampai
seorang muslim sering sakit. Karena kekuatan jasmani juga termasuk yang
penting, maka Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadist: “Mu’min
yang kuat lebih aku cintai daripada mu’min yang lemah” (HR. Muslim).

2.7 Etos Kerja Islam Dalam Lingkup Kebidanan


Pengertian Etos Kerja menurut kamus, perkataan “etos” yang berasal
dari bahasa Yunani (ethos) bermakna watak atau karakter. Secara lengkapnya,
pengertian etos ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan serta kepercayaan, dan
seterusnya, yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok
manusia. Etos Kerja dapat diartikan sebagai pemikiran bagaimana melakukan

9
kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai hasil yang
diinginkan.
Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban
umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi
dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat
sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi
semangat, membesarkan hati,mendampingi, serta menolong ibu yang
melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai
pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja
berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar
praktik pelayanan serta etos kerja yang dimilikinya.
Berikut beberapa contoh amalan etos kerja dalam islam pada lingkup
kebidanan:
1. Memprioritaskan kondisi pasien terutama ibu hamil, ibu melahirkan, dan
bayi
2. Melakukan penanganan dini pada setiap kasus
3. Melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur yang ada
4. Melayani pasien dengan rasa ikhlas, Amanah, sabar, dan berakhlak islami
5. Melakukan penanganan secara profesional
6. Dalam melakukan pelayanan tetaplah menjaga komunikasi baik dengan
pasien
7. Melakukan pekerjaan dengan penuh rasa tanggung jawab
8. Dapat menjaga rahasia pasien
9. Berlaku adil terhadap semua pasien
10. Memberikan diagnose yang tepat pada setiap kasus

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dasar asuhan kebidanan berdasarkan home based merupakan unsur
teraupetik yang terdiri dari sebuah kesadaran dan menjaga hubungan yang
dibangun atas dasar kepercayaan dan dibentuk untuk memfasilitasi asuhan
yang berkualitas. Tanggung jawab dan kejujuran merupakan hal yang harus
dibangun dalam hubungan antara bidan dengan klien.
Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada klien Memimpin
evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan. Sedangkan
kepemimpinan sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu usaha sadar yang
dilakukan seseorang dalam proses mempengaruhi, memotivasi, dan
menyebabkan seseorang atau kelompok orang untuk berbuat guna mengarah
pada tujuan yang sudah ditentukan. Sebagai seorang bidan, selain memiliki
kemampuan untuk memberikan pelayanan, Pendidikan serta
pengelolaan, bidan juga menjadi seorang pemimpin bagi masyarakat.

3.2 Saran
Dengan memahami berbagai model asuhan kebidanan diatas,
diperlukan adanya model asuhan kebidanan yang lebih berkembang. Dengan
harapan dapat memberikan semua kebutuhan asuhan kebidanan yang
dibutuhkan kliennya. Bidan yang tidak hanya profesional tetapi juga bidan
yang menjunjung etos kerja dalam nilai-nilai islam. Dengan adanya bidan
muslimah diharapkan bidan dapat menjalankan peran dan fungsinya sesuai
ajaran agama islam dilandasi dengan Al-Qur’an dan As-sunnah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dina Dewi Anggraini, dkk. (2020). Konsep Kebidanan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Khamdani, Puji. (2014). Kepemimpinan dan Pendidikan Islam. Jurnal
Madaniyah 4 (2): 261.
Khusana Haibati, dkk. (2021). Kepemimpinan Dalam Islam. Jurnal
Pendidikan, Sosial dan Humaniora 1 (1): 16.
Kirom, Cihwanul. (2018). Etos Kerja Dalam Islam. Tawazun: Journal of
Sharia Economic Law 1 (1): 59.
Nursikin, Mukh. (2018). Implementasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Prespektif
Islam di Akademi Kebidanan Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Islam 3 (2): 39-45.

12

Anda mungkin juga menyukai