Modul Fisika Dasar I BUKU PANDUAN PRAKTI
Modul Fisika Dasar I BUKU PANDUAN PRAKTI
FISIKA DASAR I
TIM PENYUSUN :
1. MASTHURA, M.Si
2. ETY JUMIATI, S.Pd, M.Si
3. RATNI SIRAIT, M.Pd
PRODI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN 2017
Visi
“Masyarakat pembelajaran berdasarkan nilai – nilai keislaman (Islamic Learning
Society) ”
Misi
“Melaksanakan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang unggul dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni dengan dilandasi nilai – nilai keislaman”
Visi
“Menjadi pusat Islamic Learning Society yang unggul dalam pendidikan dan inovasi
di bidang sains dan teknologi di Indonesia tahun 2030”
Misi
1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang sains dan teknologi
yang mutakhir secara integrative berdasarkan nilai – nilai keislaman
2. Mengembangkan sains dan teknologi secara integrative berdasarkan nilai –
nilai keislaman
3. Melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang sains dan teknologi
bagi kemajuan masyarakat
4. Mengembangkan jejaring kerjasama akademik dan kelembagaan dalam
rangka penyelenggaraan dan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi di
bidang sains dan teknologi
Visi
“Menjadi Pusat Islamic Learning Society secara yang unggul di bidang pendidikan
dan pengajaran serta pengembangan ilmu fisika di Indonesia tahun 2030.”
Misi
Misi Program Studi Fisika FASINTEK UINSU adalah:
1. Melaksanakan pendidikan dan pembelajaran dalam bidang ilmu fisika
berdasarkan nilai – nilai keislaman.
2. Melaksanakan dan mengembangkan penelitian ilmiah dalam bidang ilmu fisika.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullohi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penuntun Praktikum Fisika Dasar untuk
mahasiswa/i Program Studi Eksakta Universitas Sumatera Utara ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penuntun praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
praktikum Fisika Dasar yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah Fisika
disetiap program studi. Penuntun ini mengalami perubahan isi dari penuntun
sebelumnya dan perubahan ini dilakukan untuk tujuan mempertegas apa yang
hendak dicapai mahasiswa/i melalui setiap percobaan.
Pada penulisan laporan (journal) mahasiswa tidak harus mengikuti apa yang
tercantum pada penuntun ini, tetapi bergantung pada kenyataan yang dijumpai
dalam melakukan praktikum.
Akhirnya, ucapan terima kasih kepada rekan - rekan yang telah memberikan
masukan dalam penyusunan penuntun ini.
Medan, Oktober2017
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Tata Tertib Praktikum 3
PERCOBAAN :
M-1 : DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN 6
BAB I
PENGENALAN PRAKTIKUM
1.1 Pendahuluan
1.2 Tujuan
Tujuan dari Panduan Praktikum Fisika adalah :
Menunjang perkuliahan, maksudnya merupakan demonstrasi gejala –
gejala dan prinsip – prinsip yang diajarkan di dalam perkuliahan
Mendidik mahasiswa menjadi seorang peneliti yang baik
Kepala Laboratorium
Laboratorium dipimpin oleh kepala laboratorium yang harus memahami
pengelolaan laboratorium dengan baik, tugas kepala laboratorium, antara lain :
1. Merencanakan, mengadakan alat dan melaksanakan perbaikan fasilitas alat
dan bahan untuk kegiatan praktikum sesuai usulan dari laboran
2. Mempertimbangkan atau menyetujui usulan – usulan yang diberikan staf
laboratorium, laboran dan para asisten demi kemajuan laboratorium
Administrasi Laboratorium
Tugas dari administrasi laboratorium, yaitu :
1. Bertanggung jawab dan melakukan koordinasi pada kegiatan administrasi
praktikum
2. Melaksanakan kegiatan pendaftaran peserta praktikum
3. Melaksanakan kegiatan administrasi dan pencatatan keuangan praktikum
4. Menyiapkan pelaksanaan responsi praktikum
5. Memberikan layanan administrasi dalam hal mahasiswa
Asisten Laboratorium
Merupakan pengelola kegiatan laboratorium. Dimana asisten pada saat
praktikum harus:
1. Menunjang pemahaman konsep
2. Mengembangkan keterampilan dasar laboratorium
3. Mengarahkan pada cara berlaboratorium yang baik
4. Mengarahkan pada keselamatan bekerja di laboratorium
5. Praktikum mengarahkan pada penanganan limbah yang efisien
Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 8
Modul Fisika Dasar I
2. Ukuran
Per-praktikan diperlukan luas laboratorium kurang lebih 2,5 m2
Jumlah siswa dalam laboratorium maksimal 40 orang
Tinggi langit-langit minimal 4 m
3. Fasilitas
Alat dan bahan
Ruang penyimpanan/lemari alat dan bahan
Ruang persiapan(praktikum)
Ruang khusus (ruang asam, ruang gelap, ruang steril, ruang timbang,
dll)
Gudang
Sumber air
Sumber gas
4. Keamanan
Ventilasi + blower
Unit pengelolaan limbah
Bak cuci dan saluran yang aman
Pintu keluar/masuk yang cukup luas
Alat pemadam api
Alat pelindung diri
Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 9
Modul Fisika Dasar I
6. Kegiatan
Kegiatan utama dari sebuah laboratorium adalah praktikum, dimana
konsep dari sebuah praktikum untuk membuktikan teori yang diajarkan
pada perkuliahan. Ada berbagai kegiatan praktikum yang dapat dilakukan,
salah satunya:
a. Waktu pelaksanaan praktikum
Praktikum waktu pendek artinya dalam satu kali per jam praktikum
dapat selesai.
Praktikum waktu panjang artinya dapat sampai beberapa hari atau
sampai beberapa minggu.
Percobaan/pengambilan data
Salah satu kegiatan utama pada saat pada saat praktikum adalah
pengambilan data. Data diambil harus sesuai dengan pengujian
kebenaran suatu konsep teorinya. Pengambilan data yang salah
akan mempengaruhi analisa data dan kesimpulan di laporan
praktikum. Sehingga menjadi data yang tidak relevan
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I. TUJUAN EKSPERIMEN
II. TEORI
2.1 Pengukuran
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah
pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran
terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).
Gambar 1. Mikrometer
1. Skala pada batang : Setiap panjang 1 mm pada skala batang dibagi 2 bagian
yang sama misalnya, 1 mm : 2 bagian = ½ mm = 0,50 mm, merupakan skala
terkecil dari skala batang.
2. Skala pada sarung : Keliling lingkaran pada sarung terdiri dari 50 bagian skala.
Kalau sarung diputar satu kali putaran atau dari 0 s/d 50 bagian, maka poros
mikrometer bergerak 0,50 mm. Jika sarung diputar 1/50 putaran penuh ( dari 0
sampai 1 ) maka poros bergerak atau menunjukkan 0,50 : 50 bagian = 0,01
mm.
Pembacaan skala :
Andaikata diameter kawat diukur dengan mikrometer pada beberapa posisi dikeliling
dan disepanjang kawat, dan diperoleh hasil :
4,24 mm 4,24 mm
Berapakah nilai yang sebaiknya ditulis untuk diameter ? Dan berapakah ralatnya ?
Jelas bahwa pengukuran ini mengandung ralat rambang. Distribusi hasil ukur
ditunjukkan di gambar 3.
R. Maks. x R. Maks.
x
x x
x x x
x
x x
Dalam hal ini, tidak sulit untuk mengerti bahwa nilai yang paling baik adalah nilai
pukul rata dari semua hasil ukur yang dapat dipercaya. Secara sistematis, nilai pukul
rata diberikan dengan rumus :
x xj
1 n
n i 1
Disini range kebanyakan hasil ukur dimaksud untuk menjangkau range yang
mungkin untuk nilai yang sesungguhnya. Jika jumlah pengukuran cukup banyak,
jelas bahwa nilai sesungguhnya akan jatuh ditengah-tengah hasil ukur dan bukan
pada hasil yang terkecil maupun terbesar.
Dalam contoh diatas dapat diyakini bahwa nilai yang sesungguhnya diantara
4,23 dan 4,26 mm dan ini yang dimaksud dengan “range kebanyakan hasil ukur”.
Maka diperoleh :
Maka jawaban yang lengkap untuk diameter adalah 4,26 + 0,015 mm.
Pembagian skala :
1. Skala batang : Panjang 1 cm pada skala batang dibagi dalam 10 bagian yang
sama, 1 bagian skala batang = 1/10 cm = 0,1 cm = 1 mm.
2. Skala vernier : Panjang 9 mm pada skala batang dengan 1 bagian skala
vernier = 1 mm – 0,9 mm = 0,1 mm ini merupakan skala terkecil jangka
sorong.
0 5 10 15 0 5 10 15
0 5 10 0 5 10
Pembacaan skala :
= 7,6 mm
2.2.3 Mistar
Pada umumnya mistar mempunyai skala yang berukuran desimal dan ukuran
inci. Tetapi dalam pembahasan ini, ukuran inci tidak dijelaskan.
Gambar 6 . Mistar
0,2 mm
Strip pendek =
8,2 mm
2.2.4 Neraca
Di dalam fisika pengertian massa dan berat harus dibedakan.Massa suatu
benda adalah kuantitas zat yang dikandungnya dimana besarnya bersifat tetap dan
tidak bergantung pada letaknya. Sementara itu berat adalah termasuk gaya, dimana
sifatnya akan dapat berubah tergantung pada letaknya.
Dalam metode nol ini, besaran massa yang diukur ditunjukkan oleh besaran
standar yang telah diketahui.
2.2.5 Stopwatch
a. Sistem analog
b. Sistem digital
berhubungan dengan penentuan posisi pada skala, bergantung pada besar kecilnya
pembagian skala. Dalam hal ini :
Dimana batas baca, artinya pembagian skala terkecil ralat baca pada stopwatch 60
sekon adalah 1 sekon, sehingga ralat maksimum adalah 0,5 sekon.
Contoh :
Waktu yang terukur saat sebuah bola mencapai tanah dari ketinggian
tertentu dengan menggunakan stopwatch 60 sekon diperoleh 12,5
sekon . Karena pembagian skala terkecil adalah 1 sekon , maka desimal
terakhir merupakan taksiran dan tidak dapat diandalkan. Ketidakpastian
dalam pengukuran dengan memakai stopwatch 60 sekon , kira-kira 0,5
sekon sehingga nilai seharusnya ditulis 12,5 + 0,5 sekon . Artinya waktu
yang sebenarnya pasti diantara 12,0 sekon dan 13,0 sekon .
Andaikata waktu yang diukur pada soal di atas, menggunakan stopwatch 30 sekon
atau stopwatch sistem digital yang mempunyai batas baca 0,01 sekon maka
ketelitiannya jauh lebih bagus daripada stopwatch 60 sekon . Jelas kita lebih percaya
Gambar 8. Stopwatch
2.2.6 Termometer
Gambar 9. Termometer
C 1
1
yaitu :
273
1
Pt = Po ( 1 + t)
273
Tekanan gas pada temperatur –273 akan sama dengan nol. Titik ini oleh kelvin
disebut titik nol absolut 0 K. dengan : 0 kelvin = - 273o C
273 kelvin = 0 o C
Termometer zat cair lain ialah termometer mercury, nitrogen argon, dsb.
Apabila suhu di sekitar termometer tidak sama, maka terhadap suhu yang
terbaca pada termometer harus dikenakan koreksi. Bukankah sebagian kolom air
raksa memiliki suhu yang lain dari suhu air raksa dalam wadah cadangan, sehingga
akan terjadi penyimpangan pada pemuaian raksa. Salah ukur dapat dikoreksi sbb :
Misalkan : suhu yang terbaca (t’) harus dikoreksi akibat sebagian kolom raksa (n)
memiliki suhu yang tidak sama (t”). Koreksinya dilakukan dengan
mempergunakan termometer pembantu yang ditempatkan ditengah-
tengah kolom raksa yang tidak terbenam dan hasil koreksinya yang harus
ditambahkan ialah ruas K (t’ – t”)n dan dalam ruas ini bilangan k adalah
koefisien pemuaian semu dari pada raksa dalam gelas ( harga k =
0,00016 ). Dan temperatur sebenarnya menjadi :
t = t’+ n(t’-t”)x0,00016.
Temperatur absolut
o o o
C = 5/9 (F-32) R = 4/5 x C F = 9/5 x C + 32
o
Rn = F + 460 K = C + 273,15
3.2 Bahan
1. Balok / Kubus
2. Bola (kelereng)
V. DATA EKSPERIMEN
Kegiatan 1 : Pengukuran Panjang
M – 2 BANDUL SEDERHANA
I. TUJUAN EKSPERIMEN
1) Menentukan percepatan gravitasi bumi dilaboratorium
2) Memahami hubungan antara getaran harmonic dengan percepatan
gravitasi
Gerak osilasi yang sering kita jumpai adalah gerak ayunan benda yang
bekerja -dibawah pengaruh gravitasi bumi.Jika sebuah benda yang di gantung
dengan seutas benang kemudian disimpangkan dengan sudut yang tidak
terlalu besar kemudian dilepaskan maka benda akan melakukan ayunan
(getaran) yang berbentuk gerak harmonik sederhana dan periodik.Gerak
harmonik sederhana ini terjadi karena ada gaya yang bekerja pada benda
yang arahnya kepusat titik kesetimbangan yang disebut gaya pembalik.Besar
gaya pemulih diungkapkan oleh hukum Hooke sebagai F = -kx dengan k
adalah tetapan .Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak – balik benda
melalui suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda
dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak Harmonik Sederhana dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu (1) Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
Linier, misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak osilasi air raksa/ air
dalam pipa U, gerak horizontal / vertikal dari pegas, dan sebagainya; (2)
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul
fisis, osilasi ayunan torsi, dan sebagainya.
Telaah terhadap bunyi dan getaran sangat berkait bahkan tidak dapat
dipisahkan dengan kajian tentang ayunan atau yang disebut juga dengan
istilah osilasi. Gejala ini dalam kehidupan kita sehari-hari contohnya adalah
gerakan bandul jam, gerakan massa yang digantung pada pegas, dan bahkan
Hukum hooke :
Bila sudut cukup kecil maka gaya pemulih berbanding lurus dengan
simpangan x sedangka arahnya berlawanan dengan y.Dengan demikian dapat
kita nyatakan gaya pemulih tersebut dalam bentuk
F = -kx.
√ ............................................ (2)
√ .............................................. (3)
III PERALATAN
1) Mistar
2) Benang
3) Bola (beban penggantung)
4) Statip dan Klem
5) Stopwatch
6) Busur derajat
7) Meja tumpuan
IV PROSEDUR EKSPERIMEN
1. Sebelum kami melakukan percobaan ini kami memperhatikan cara
menggunakan stopwatch
2. menyusun alat seperti pada gambar dibawah ini :
V. DATA EKSPERIMEN
Percobaan Panjang Waktu (t) Rata-rata
I II III
A 25 cm
B 30 cm
C 35 cm
D 40 cm
| |
M – 3 GETARAN PEGAS
I. TUJUAN EKSPERIMEN
Menentukan konstanta pegas dari hubungan antara :
a. gaya dan pertambahan panjang
b. perioda pegas terhadap massa beban
Pegas
Bila sebuah benda pada salah satu ujungnya dipegang tetap, dan
sebuah gaya F dikerjakan pada ujung yang lainnya, maka pada umumnya
-bahan atau
benda-benda tertentu, dan dalam batas tertentu perubahan panjang tersebut
besarnya berbanding lurus dengan besar gaya yang menyebabkannya. Secara
skalar dinyatakan oleh :
F = k . x …………………………………………(1)
Bila benda yang diberi gaya tersebut adalah sebuah pegas yang
digantung vertikal dengan panjang awalnya xo, maka pegas tersebut akan
pegas setelah diberi gaya terhadap panjang semula, yang dinyatakan dengan
:
F = k(x1-xo) …………………………………….(2)
Gaya F di atas disebut gaya pemulih pegas dan untuk keadaan di atas,
besarnya adalah F = mg. Bila perubahan panjang pegas dapat diukur dan k
dapat dicari dengan cara atau persamaan lain, maka dengan menggantikan
harga F pada persamaan (2) di atas dengan mg, kita dapat menghitung
percepatan gravitasi.
√ ………………………………………(3)
Jika harga T dan massa m dapat diperoleh lewat pengamatan, maka harga
percepatan gravitasi g dapat dihitung.
III. PERALATAN
1. Pegas
2. Statip
3. Stop watch
4. Penggaris ( besi )
5. Beban gantung
Percobaan II
a. Pasang 1 beban pada pegas
b. Tarik beban ke bawah sejauh ±2cm dan siapkan stopwatch di tangan.
c. Lepaskan beban, bersamaan dengan menekan (menghidupkan)
stopwatch.
d. Hitung sampai 10 getaran dan tepat pada saat itu, matikan stopwatch.
Di catat hasil pengamatan ke dalam tabel
e. Hitung waktu untuk 1 getaran (periode, T) dan lengkapi isian tabel.
f. Ulangi langkah a sampai e dengan simpangan 3 cm.
g. Ulangi langkah b sampai f dengan setiap kali menambah 1 beban.
V. DATA PERCOBAAN
Percobaan I
X0=………m ; F0 = ……...N
W (N) ∆F = (w – F0 ) N X (m) ∆X = ( X - XO) m
0,5
1.0
1.5
2.0
2.5
Percobaan II
Simpangan Massa Waktu (t) untuk 10 Periode T2
(m) Beban Ayunan (sekon) (T) (Sekon)
(kg) (Sekon)
0,02 …
….
….
….
….
Percobaan II
a. Buatlah grafik hubungan massa beban (m) terhadap T2 untuk masing
– masing simpangan
b. Dari grafik tentukan tetapan pegas (k) dari persamaan (3)
I. TUJUAN EKSPERIMEN
- Menentukan massa jenis berbagai-bagai zat cair misalnya air, larutan
garam, larutan gula, syrup, minyak tanah dan lain-lain.
- Membuktikan hukum Archimedes
- Suatu benda akan tenggelam dalam zat cair, bila berat benda itu lebih
besar dari massa jenis zat cair.
- Suatu benda akan terpung dalam zat cair, bila massa jenis benda lebih
kecil dari massa jenis zat cair, sehingga berarti juga berat zat cair yang
dipindahkan sama dengan berat benda seluruhnya.
(Disini volume zat cair yang dipindahkan lebih kecil dari volume benda
tersebut oleh karena tidak semua bagian benda yang tenggelam).
Dalam hal ini tekanan kebawah yang disebabkan oleh berat benda
diimbangi oleh tekanan keatas oleh zat cair yang dipindahkan oleh bagian
yang tenggelam dari benda tersebut. Bila massa jenis zat cair makin besar
maka makin sedikit bagian yang tenggelam dari benda itu. Prinsip inilah yang
dipakai untuk areometer.
Areometer adalah sebuah benda celup dari kaca yang mempunyai
skala yang langsung dapat menunjukkan berapa massa jenis zat cair itu.
Areometer ini merupakan sebuah tabung kaca yang mempunyai skala timah
pemberat baian bawah sehingga titik beratnya terletak sangat rendah. Angka-
angka skala ini semakin kebawah semakin besar, dan angka-angka dibuat
sesuai dengan kebutuhannya untuk mengukur massa jenis zat cair apa yang
dignakan). Misalnya aerometer untuk mengukur massa jenis air, larutan
garam, larutan gula, syrup kita pakai yang berskala 1000-2000. Untuk minyak
tanah kita pakai yang berskala 0,700-1,000.
Untuk zat cair yang mempunyai massa jenis di luar batas-batas
tersebut maka kita pakai aerometer yang berskala kira-kira sesuai dengan
massa jenis zat cair tersebut. Pada percobaan ini juga harus kita perhatikan
perubahan-perubahan massa jenis sehubungan dengan perubahan
temperaturnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa massa jenis berbanding
terbalik dengan temperatur atau dengan kata lain makin tinggi temperatur,
makin kecil massa jenisnya. Hal ini dapat kita lihat dalam rumus berikut:
Selain itu, harus diingat bahwa untuk air adalah keistimewaannya yaitu
apa yang disebut dengan “anomali air”. Yang dimaksud dengan anomaly air
ialah kelainan air dari sifat-sifat pemuaian yang terjadi pada
temperature 0oC s/d 4oC. Pada temperature ini, ia mempunyai sifat yang
bertentangan dengan hokum pemuaian.
Disini bila air dipanaskan dari 0oC ⟶ 4oC, maka volumenya bukan
bertambah besar melainkan berkurang. Sedangkan massa jenisnya juga
bertambah besar. Bila didinginkan dari 4oC ke 0oC maka volumenya
bertambah besar da massa jenisnya semakin kecil. Jadi, disini seolah-
olah massa jenis berbanding lurus dengan temperatur, lihat tabel massa
jenis air pada temperatur.
Dalam pembacaan harus yang kita baca adalah permukaan yang paling
rendah dari miniskus. Ini disebabkan karena permukaan zat cair yang tidak
rata, melainkan mempunyai kecekungan atau kecembungan yang
kita sebut dengan miniskus. Cekung atau cembungnya suatu miniskus
tergantung pada adhesi dan kohesi.
Bila adhesi lebih besar dari kohesi maka permukaannya cekung.
Bila kohesi lebih besar dari adhesi maka permukaannya cembung.
Kohesi adalah gaya tarik-menarik dari molekul-molekul sejenis (disini
daya tarik menarik antara molekul-molekul air itu sendiri). Sedang adhesi
adalah daya tarik- menarik antara molekul-molekul berbeda (disini dayay
tarik menarik antara molekul air dengan molekul-molekul dinding
tabung). Juga dalam membaca dijaga supaya jangan terjadi kesalahan
parallax dan untuk ini pembacaan harus dilakukan dalam bidang
horizontal.
III. PERALATAN
Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 42
Modul Fisika Dasar I
V. DATA EKSPERIMEN
1.Pengukuran massa jenis menggunakan Areometer
cairan
mc
……………….. kg/m3
Vc
2. Menghitung rapat jenis
Rapat Jenis = Massa jenis Areometer / Massa jenis cairan
I. TUJUAN EKSPERIMEN
- Menentukan nilai bahang (panas) jenis air dengan metode Joule.
- Membuktikan kesetaraan bahang dengan energi listrik.
E = V. I . t …………………………………………………….. (1)
E = m . c. T …………………………………………..…….. (2)
Bila diterapkan pada kalorimeter yang berisi air maka pers. (2) menjadi
dengan :
ma : massa air (kg)
ca : kalor jenis air (Jkg-1 C0-1) atau (Jkg-1 K-1)
mk : massa kalorimeter (kg)
ck : kalor jenis bahan kalorimeter (Jkg-1 C0-1) atau (Jkg-1 K-1)
ΔT : perubahan suhu (Co atau K)
Bila disamakan energi listrik (pers (1) ) dengan pers (3) maka diperoleh :
III. PERALATAN
1. Sumber arus searah ( PSA DC 12 Volt ).
2. Ammeter DC.
3. Voltmeter DC, kabel penghubung.
4. Termometer
5. Tabung kalorimeter dan pengaduk bahan kalorimeter adalah Aluminium
(Al)
6. Stopwatch.
7. Es untuk membuat air dibawah suhu kamar.
8. Timbangan.
V. DATA PERCOBAAN
Isilah tabel data percobaan dibawah ini :
–1 –1
Nilai bahang jenis = ................ J.kg Co
Massa kalorimeter serta pengaduk, mk = …………..kg
Massa air + massa kalorimeter, ma + mk = ………..... kg
Massa air, ma = …………...kg
Suhu awal = ..................0C
Tegangan = ..................volt
Arus = ..................ampere
Waktu t Daya P
Suhu T (oC)
(s) (watt)
60
120
.
.
.
.
900
VI. ANALISA
1. Buatlah grafik t –vs – T . dan cari slope Δt/ΔT.
2. Hitunglah nilai bahang air secara praktek dari persamaan (4)
3. Hitung % deviasi bahang air
VII. ULASAN
1. Bandingkanlah hasil anda dengan nilai bahang jenis air ( ca ) pada
referensi.
2. Sebutkanlah sumber-sumber ralat dalam metode ini. Tanyalah kepada
asisten ketelitian (prosentasi) ammeter dan voltmeter yang anda gunakan,
dapatkah anda menjelaskan selisih hasil anda dan data dari referensi.
3. Mengapa dipakai air dingin dan mengapa suhu dinaikkan.
I. TUJUAN EKSPERIMEN
Menentukan koefisien kekentalan atau coeficient of viscosity ( ) cairan,
dengan mempergunakan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes.
= Koefisien kekentalan
r = Jari – jari bola
v = Kecepatan bola relatif terhadap medium
dan terpengaruh suhu. Dalm metode bola jatuh, sebuah bola kecil dijatuhkan
dalam tabung yang tinggi berisi cairan. Mula-mula kecepatannya rendah
tetapi percepatan gravitasi menyebabkan kecepatan bertambah sehingga
kakas Fv bertambah besar. Kakas yang dialami bola adalah gaya gravitasi Fg
( kebawah ), gaya apung Fb ( keatas ) dan gaya gesekan Fv ( keatas ) dan
pada suatu nilai kecepatan tertentu, akan terjadi keseimbangan :
Fg + Fb + Fv = 0 …………................................. ( 2 )
(2) diperoleh :
4 3
6 Rva = R (0 – c ) g
3
Semua besaran dalam ruas kanan pers. (5) dapat diukur, sehingga dapat
dihitung menurut pers (5) perbandingan R2/ va yang seharusnya konstan dan
percobaan juga dapat membuktikan benar tidaknya hal ini.
kawat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran kekentalan dengan metode ini.
a. Perlu diperhatikan bahwa kecepatan yang
diukur benar-benar adalah kecepatan
konstan (akhir).
III. PERALATAN
1. Tabung berisi zat cair.
2. Bola – bola kecil padat.
3. Mikrometer skrup, jangka sorong, mistar, termometer, stopwatch.
4. Magnet (untuk mengambil bola-bola dari dasar tabung).
5. Kawat yang melingkar pada tabung.
6. Areometer (untuk mengukur rapat massa zat cair).
7. Timbangan torsi dengan anak timbangan.
8. Gelas ukur
V. DATA PERCOBAAN
Isilah data berikut untuk setiap percobaan :
Jenis cairan : ……………………………………………..
Bola I : diameter = 2 R1 = ……………… mm,
jari-jari R1 = …………......... mm
massa m = ……………… kg
Rapat cairan c = ……………… kg.m-3
Suhu awal To = ……………….
Suhu akhir Ts = ……………….
0,40
VI. ANALISA
1. Buatlah grafik x – vs – t untuk setiap bola.
2. Hitunglah kecepatan akhir va dan perbandingan R2 / va untuk setiap bola.
3. Hitunglah rapat bola 0 dan berdasarkan pers.(5) dengan memakai nilai
I. TUJUAN
1. Menentukan massa jenis ( ) beberapa jenis cairan .
2. Menentukan diameter ( d ) suatu pipa kapiler .
3. Menentukan tegangan permukaan ( γ ) beberapa jenis cairan .
II. TEORI
Efek permukaan yang umumnya sudah tidak asing lagi adalah naik atau
turunnya permukaan zat cair didalam pipa terbuka yang penampangnya sangat
kecil. Efek semacam ini disebut efek kapiler. Kapiler sebenarnya berarti kecil seperti
rambut. Efek kapilerlah yang mengakibatkan tinta terhisap kedalam kertas hisap dan
naiknya air melalui pembuluh kapiler batang dalam tumbuh-tumbuhan.
Untuk suatu zat cair yang membasahi dinding pipa dengan sudut kontak
( ) 90permukaan zat cair akan naik sampai tecapai tinggi kesetimbangan ( h ),
seperti gambar M.4.1a.Sedangkan untuk cairan yang sudut kontaknya ( ) 90
maka permukaan zat cair akan turun setinggi h seperti pada gambar M.4.1b.
Dalam pipa kapiler dengan jari-jari ( r ),panjang zat cair yang menyinggung
dinding merupakan keliling lingkaran yaitu 2 r. Gaya total yang dibutuhkan untuk
menaikkan atau menurunkan zat cair setinggi h adalah :
F = 2 r γ cos (1)
h
W h
Gaya ke bawah tidak lain adalah W yaitu berat zat cair setinggi h dengan volume,
V = r2h maka :
W = g r2h (2)
Karena zat cair dalam pipa kapiler tersebut dalam keadaan setimbang maka :
g r2h = 2 r γ cos
atau
2 cos θ
gr
h = … (3)
Persamaan ini juga berlaku bila didalam pipa kapiler terjadi penurunan zat cair,
seperti dalam gambar M.4.1c.
R
r
Pa
P
h
Hubungan antara kenaikan dan penurunan permukaan zat cair dalam pipa
kapiler dapat juga dijelaskan berdasarkan perbedaan selaput permukaan. Untuk
lebih jelasnya gbr M.1a. dapat dilihat pada gambar M.1c. Bila meniskusnya
merupakan bagian dari permukaan sebuah bola dengan jari-jari R maka R = r / cos
dengan R = jari-jari meniskus , r = jari-jari pipa.
III. PERALATAN
1. Pipa kapiler
2. Loup
3. Gelas ukur
4. Tiang penyangga
5. Mistar
6. Termometer
7. Areometer
V. TABEL DATA
a. Penentuan massa jenis cairan
Jenis cairan = ……… Jenis cairan = ………
Massa bejana(mb) = ………..kg Massa bejana(mb) = ………..kg
Massa bejana + massa cairan = …..kg Massa bejana + massa cairan = .…..kg
cairan _ a
mc
……………….. kg/m3
Vc
cairan _ b
mc
……………….. kg/m3
Vc
g = 10 m/s2
DAFTAR PUSTAKA
Bambang M.E.J., dkk, Fisika Dasar, Penerbit Andi Yoyakarta, 2008.
D.L. Tobing, Fisika Dasar 1, Penerbit PT Gramedia Pustaska Utama Jakarta, 1996.
Halliday, David, dan Robert Resnick (diterjemahkan oleh Pantur Silaban dan Erein
Sucipto). Fisika Jilid I, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga Jakarta, 1987.
Inany F., Fisika dasar I mekanika dan panas, Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, 1993
J.F. Gabriel, Fisika Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996.
Sears, F.W dan M.W. Zemansky (diterjemahkan oleh Soedarjana dan Amir Achmad).
Fisika untuk universitas 1. Bandung : Penerbit ITB, 1984.
Sumartono P., Fisika untuk Ilmu-illmu Hayati, penerbit Gajah Mada University Press
Jogjakarta, 1994.