Anda di halaman 1dari 60

Modul Fisika Dasar I

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR I

TIM PENYUSUN :
1. MASTHURA, M.Si
2. ETY JUMIATI, S.Pd, M.Si
3. RATNI SIRAIT, M.Pd

PRODI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
TAHUN 2017

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 1


Modul Fisika Dasar I

VISI DAN MISI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

Visi
“Masyarakat pembelajaran berdasarkan nilai – nilai keislaman (Islamic Learning
Society) ”

Misi
“Melaksanakan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang unggul dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni dengan dilandasi nilai – nilai keislaman”

VISI DAN MISI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Visi
“Menjadi pusat Islamic Learning Society yang unggul dalam pendidikan dan inovasi
di bidang sains dan teknologi di Indonesia tahun 2030”

Misi
1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang sains dan teknologi
yang mutakhir secara integrative berdasarkan nilai – nilai keislaman
2. Mengembangkan sains dan teknologi secara integrative berdasarkan nilai –
nilai keislaman
3. Melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang sains dan teknologi
bagi kemajuan masyarakat
4. Mengembangkan jejaring kerjasama akademik dan kelembagaan dalam
rangka penyelenggaraan dan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi di
bidang sains dan teknologi

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 2


Modul Fisika Dasar I

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI FISIKA

Visi
“Menjadi Pusat Islamic Learning Society secara yang unggul di bidang pendidikan
dan pengajaran serta pengembangan ilmu fisika di Indonesia tahun 2030.”

Misi
Misi Program Studi Fisika FASINTEK UINSU adalah:
1. Melaksanakan pendidikan dan pembelajaran dalam bidang ilmu fisika
berdasarkan nilai – nilai keislaman.
2. Melaksanakan dan mengembangkan penelitian ilmiah dalam bidang ilmu fisika.

3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai implementasi ilmu fisika.

4. Mengembangkan kerjasama akademik dan kelembagaan dalam rangka


penyelenggaraan dan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi di bidang sains
dan teknologi.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 3


Modul Fisika Dasar I

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warrahmatullohi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Penuntun Praktikum Fisika Dasar untuk
mahasiswa/i Program Studi Eksakta Universitas Sumatera Utara ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penuntun praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
praktikum Fisika Dasar yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah Fisika
disetiap program studi. Penuntun ini mengalami perubahan isi dari penuntun
sebelumnya dan perubahan ini dilakukan untuk tujuan mempertegas apa yang
hendak dicapai mahasiswa/i melalui setiap percobaan.

Penuntun praktikum ini diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam


mempersiapkan dan melaksanakan praktikum di Laboratorium Fisika Fakultas
Saintek UIN SU dengan lebih baik, terarah, dan terencana. Penuntun ini terdiri dari
beberapa percobaan Mekanika, Kalor, Gelombang-Bunyi, Optik dan Listrik-Magnet.
Untuk setiap jenis praktikum diberikan tujuan, teori yang relatif singkat, prosedur
eksperimen, dan analisis yang harus dikerjakan praktikan.

Pada penulisan laporan (journal) mahasiswa tidak harus mengikuti apa yang
tercantum pada penuntun ini, tetapi bergantung pada kenyataan yang dijumpai
dalam melakukan praktikum.

Tim penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat


dalam penuntun ini, oleh sebab itu kami tim penyusun dengan tangan terbuka selalu
menerima saran – saran yang bersifat membangun dan membantu perbaikan
penuntun ini untuk penerbitan selanjutnya.

Akhirnya, ucapan terima kasih kepada rekan - rekan yang telah memberikan
masukan dalam penyusunan penuntun ini.

Medan, Oktober2017
Tim Penyusun

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 4


Modul Fisika Dasar I

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Tata Tertib Praktikum 3

PERCOBAAN :
M-1 : DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN 6

M-2 : BANDUL SEDERHANA 18

M-3 : GETARAN PEGAS 22

M-4 : PENETAPAN MASSA JENIS ZAT CAIR DENGAN “AREOMETER” 26

M-5 : NILAI BAHANG JENIS AIR DENGAN METODE JOULE 30

M-6 : KOEFISIEN KEKENTALAN CAIRAN 40

M-7 : : TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN 55

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 5


Modul Fisika Dasar I

BAB I
PENGENALAN PRAKTIKUM

1.1 Pendahuluan

Perguruan tinggi merupakan salah satu tempat memperoleh pendidikan yang


dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam usaha
meningkatkan mutu pendidikan para mahasiswa diusahakan harus memiliki
wawasan pengetahuan serta kemampuan dalam berbagai hal, seperti: konsep,
prinsip, kreativitas, keterampilan, dan lain-lain. Salah satu usaha untuk
meningkatkan kemampuan konsep dan keterampilan mahasiswa harus melakukan
praktikum yang dilaksanakan dalam laboratorium.

Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan penyelengaraan praktikum


mata kuliah di laboratorium. Mata kuliah praktikum merupakan kegiatan untuk
memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam mengintegrasikan antara teori
dan praktek sehingga mahasiswa dapat mengembangkan keterampilannya secara
langsung. Beberapa mata kuliah dasar dan unggulan diupayakan untuk terintegrasi
dengan praktikum di laboratorium agar skill mahasiswa dapat terbentuk dengan
matang. Selain itu mata kuliah praktikum juga bertujuan untuk mengasah
keterampilan mahasiswa dalam memahami dan mengerti kegunaan peralatan-
peralatan praktikum yang ada di laboratorium fakultas Saintek UIN SU sesuai
dengan mata kuliah. Proses pembelajaran praktikum pada masing – masing program
studi dilakukan di dalam laboratorium fakultas Saintek UIN SU.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Panduan Praktikum Fisika adalah :
 Menunjang perkuliahan, maksudnya merupakan demonstrasi gejala –
gejala dan prinsip – prinsip yang diajarkan di dalam perkuliahan
 Mendidik mahasiswa menjadi seorang peneliti yang baik

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 6


Modul Fisika Dasar I

 Memberikan pedoman bagi semua aturan tentang pelaksanaan praktikum


matakuliah fisika dasar
 Memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan yang berkenaan dengan
pelaksanaan praktikum

1.3 Pengelola Pekerja Laboratorium


Agar kesinambungan dan daya guna laboratorium dapat dipertahankan,
laboratorium perlu dikelola secara baik. Salah satu bagian dari pengelolaan
laboratorium ini adalah staf atau personal laboratorium. Staf atau personal
Laboratorium mempunyai tanggung jawab terhadap efektifitas dan efesiensi
laboratorium termasuk fasilitas, alat-alat dan bahan bahan praktikum. Personal
Laboratorium, terdiri dari :

 Kepala Laboratorium
Laboratorium dipimpin oleh kepala laboratorium yang harus memahami
pengelolaan laboratorium dengan baik, tugas kepala laboratorium, antara lain :
1. Merencanakan, mengadakan alat dan melaksanakan perbaikan fasilitas alat
dan bahan untuk kegiatan praktikum sesuai usulan dari laboran
2. Mempertimbangkan atau menyetujui usulan – usulan yang diberikan staf
laboratorium, laboran dan para asisten demi kemajuan laboratorium

 Staf Ahli Laboratorium


Staf Ahli lab merupakan pembantu kepala laboratorium di dalam mengawasi
jalannya praktikum dan segala kegiatan yang ada di Laboratorium. Tugas Staf
Ahli Laboratorium antara lain :
1. Bertanggung jawab dan melakukan koordinasi pada pelaksanaan praktikum
sesuai dengan jadwal dan tujuan
2. Menyusun bahan soal untuk responsi praktikum
3. Memberikan penilaian akhir terhadap praktikum
4. Mengawasi implementasi K3 di laboratorium selama kegiatan praktikum

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 7


Modul Fisika Dasar I

 Administrasi Laboratorium
Tugas dari administrasi laboratorium, yaitu :
1. Bertanggung jawab dan melakukan koordinasi pada kegiatan administrasi
praktikum
2. Melaksanakan kegiatan pendaftaran peserta praktikum
3. Melaksanakan kegiatan administrasi dan pencatatan keuangan praktikum
4. Menyiapkan pelaksanaan responsi praktikum
5. Memberikan layanan administrasi dalam hal mahasiswa

 Laboran/ Teknisi Laboratorium


Merupakan pengelola dan sekaligus sebagai penanggung jawab alat atau bahan
praktikum. Tugas dari Laboran/Teknisi Laboratorium :
1. Melaksanakan tugas pelaksanaan praktikum sesuai dengan jadwal dan
tujuan
2. Bertanggung jawab pada penyediaan fasilitas peralatan dan bahan yang
dibutuhkan selama praktikum
3. Membantu pelaksanaan administrasi harian praktikum di masing - masing
laboratorium
4. Membantu pelaksanaan implementasi K3 di laboratorium selama kegiatan
praktikum
5. Melakukan koordinasi dengan dosen dan asisten praktikum

 Asisten Laboratorium
Merupakan pengelola kegiatan laboratorium. Dimana asisten pada saat
praktikum harus:
1. Menunjang pemahaman konsep
2. Mengembangkan keterampilan dasar laboratorium
3. Mengarahkan pada cara berlaboratorium yang baik
4. Mengarahkan pada keselamatan bekerja di laboratorium
5. Praktikum mengarahkan pada penanganan limbah yang efisien
Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 8
Modul Fisika Dasar I

1.4 Unsur – Unsur Laboratorium Pada Praktikum


1. Tata Bangunan
 Mudah dikontrol
 Jauh dari pemukiman/tata-letaknya aman
 Memperhatikan pengelolaan limbah
 Sesuai dengankebutuhan/jenis lab
 Pencahayaan

2. Ukuran
 Per-praktikan diperlukan luas laboratorium kurang lebih 2,5 m2
 Jumlah siswa dalam laboratorium maksimal 40 orang
 Tinggi langit-langit minimal 4 m

3. Fasilitas
 Alat dan bahan
 Ruang penyimpanan/lemari alat dan bahan
 Ruang persiapan(praktikum)
 Ruang khusus (ruang asam, ruang gelap, ruang steril, ruang timbang,
dll)
 Gudang
 Sumber air
 Sumber gas

4. Keamanan
 Ventilasi + blower
 Unit pengelolaan limbah
 Bak cuci dan saluran yang aman
 Pintu keluar/masuk yang cukup luas
 Alat pemadam api
 Alat pelindung diri
Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 9
Modul Fisika Dasar I

 Alat listrik yang aman


 Detektor asap, shower
 Kotak P3K
 Peralatan keamanan khusus

5. Tata Tertib laboratorium


 Untuk keselamatan sendiri
 Untuk keselamatan orang lain
 Untuk keselamatan lingkungan
 Untuk menunjang kelancaran kegiatan laboratorium itu sendiri

6. Kegiatan
Kegiatan utama dari sebuah laboratorium adalah praktikum, dimana
konsep dari sebuah praktikum untuk membuktikan teori yang diajarkan
pada perkuliahan. Ada berbagai kegiatan praktikum yang dapat dilakukan,
salah satunya:
a. Waktu pelaksanaan praktikum
 Praktikum waktu pendek artinya dalam satu kali per jam praktikum
dapat selesai.
 Praktikum waktu panjang artinya dapat sampai beberapa hari atau
sampai beberapa minggu.

b. Bentuk kelompok kerja praktikum

 Praktikum dengan kelompok sangat ditentukan oleh besarnya


kelompok. Biasanya semakin besar kelompok kerja semakin kurang
efisien dan efektif.

 Praktikum yang dikerjakan secara individual. Praktikum semacam ini


membutuhkan alat – alat percobaan yang sangat banyak.

c. Isi kegiatan praktikum

 Percobaan/pengambilan data

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 10


Modul Fisika Dasar I

 Salah satu kegiatan utama pada saat pada saat praktikum adalah
pengambilan data. Data diambil harus sesuai dengan pengujian
kebenaran suatu konsep teorinya. Pengambilan data yang salah
akan mempengaruhi analisa data dan kesimpulan di laporan
praktikum. Sehingga menjadi data yang tidak relevan

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 11


Modul Fisika Dasar I

BAB II
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Peraturan Praktikum


Peraturan yang berlaku untuk pelaksanaan praktikum adalah :
1. Praktikan harus berpakaian rapi dalam mengikuti praktikum (baju
berkerah, celana panjang utuh,bersepatu)
2. Praktikan harus mempersiapkan diri dengan baik sebelum dan pada saat
mengikuti praktikum
3. Praktikan harus menjawab soal-soal yang diberikan pada tugas
pendahuluan untuk kemudian dikumpulkan sebelum melakukan kegiatan
praktikum
4. Mahasiswa harus sudah siap sebelum praktikum dimulai.
5. Selama pelaksanaan praktikum sangat diharapkan untuk tidak melakukan
kegiatan yang mengganggu kelompok lain atau mengganggu keseluruhan
praktikum.
6. Setiap praktikum akan menghasilkan laporan sementara yang harus
ditandatangani pada saat akhir praktikum dan distempel untuk kemudian
disertakan pada laporan resmi. Laporan sementara harus disiapkan
sebelum praktikum dilaksanakan dan dilengkapi saat praktikum
dilaksanakan
7. Apabila percobaan yang dilakukan dalam praktikum belum dapat
diselesaikan maka harus diselesaikan di luar waktu percobaan sebagai
tugas tambahan.
8. Batas akhir penyerahan laporan resmi ditentukan dengan kesepakatan.
9. Peraturan-peraturan lain yang belum dijelaskan dalam peraturan ini akan
ditentukan kemudian apabila diperlukan selama pelaksanaan praktikum.
10. Setiap pelanggaran yang dilakukan terhadap peraturan di atas akan
dicatat oleh asisten praktikum. Apabila pelanggaran dianggap berat maka
Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 12
Modul Fisika Dasar I

keputusan terhadap sanksi pelanggaran akan ditentukan dalam rapat


koordinasi laboratorium komputer.

2.2 Persiapan Praktikum


1. Praktikan harus mengikuti jadwal praktikum yang ditentukan oleh
laboratorium. Penggantian jadwal dapat dilakukan dengan persetujuan
asisten serta mempertimbangkan tersedianya peralatan dan waktu untuk
praktikum sepanjang tidak mengganggu kegiatan praktikum lain.
2. Menyerahkan tugas pendahuluan kepada asisten pada saat pelaksanaan
praktikum. Setelah batas tersebut asisten berhak menolak tugas
pendahuluan praktikan dan praktikan dinyatakan gagal untuk praktikum
tersebut serta tidak berhak mengikuti praktikum susulan. Keterlambatan
akan dikenai sanksi pengurangan nilai tugas pendahuluan 10% dari nilai
tugas pendahuluan.
3. Format tugas pendahuluan terlampir. Asisten berhak meminta revisi tugas
pendahuluan apabila dinilai salah atau tidak layak.

2.3 Pelaksanaan Praktikum


1. Absensi
a. Praktikan harus melaksanakan praktikum sesuai jadwal terakhir yang
disetujui dengan asisten. Praktikan harus datang tepat pada waktu
pelaksanaan praktikum untuk melakukan tes awal dan mengisi daftar
hadir. Keterlambatan mengurangi nilai kedisiplinan.
b. Praktikan yang tidak menghadiri suatu praktikum dengan alasan yang
tidak bisa diterima akan dinyatakan gagal untuk satu praktikum tersebut.
2. Alat dan Bahan
a. Peminjaman alat dan bahan serta pengaturan penggunaan komputer
harus mendapat persutujuan asisten
b. Semua alat dan bahan yang dipinjam menjadi tanggung jawab praktikan
dan harus dikembalikan dalam keadaan baik pada akhir praktikum.
c. Segera melaporkan ketidakberesan alat, bahan atau sarana pendukung
kepada asisten.
Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 13
Modul Fisika Dasar I

d. Setiap kerusakan yang diakibatkan oleh kecerobohan praktikan harus


diperbaiki atau diganti oleh praktikan yang bersangkutan

2.4 Sistematika Laporan


Laporan akhir praktikum merupakan dokumentasi hasil pelaksanaan
praktikum dari awal sampai akhir. Sistematika laporan ini dibuat dengan
menggunakan format laporan standar baku yang diterapkan pada Fakultas
Sains & Teknologi UIN SU. Adapun format tersebut sebagai berikut :
Laporan terdiri dari tiga bagian pokok yaitu :
A. Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan terdiri dari :
1. Halaman Judul
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Daftar Tabel
5. Daftar Gambar
B. Bagian Tubuh atau Isi Laporan
Bagian tubuh atau isi laporan terdiri dari :
Bab I : Judul
Bab II : Tujuan
Bab III : Teori
Bab IV : Peralatan dan Fungsi
Bab V : Prosedur Percobaan
Bab VI : Data Percobaan
Bab VII : Gambar Percobaan
Bab VIII : Analisa Data
Bab IX : Kesimpulan & Saran
Bab X : Daftar Pustaka

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 14


Modul Fisika Dasar I

M -1 DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

I. TUJUAN EKSPERIMEN

1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar


2. Menentukan ketidakpastian pengukuran berulang
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti

II. TEORI
2.1 Pengukuran
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan adalah
pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran
terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan (standar).

II.2 Alat – Alat Ukur


2.2.1 Mikrometer
Mikro meter berasal dari kata micro (yang berarti kecil) dan meter (yang
berarti alat ukur). Jadi dapat didefinisikan bahwa mikrometer ialah alat ukur yang
mempunyai kemampuan pengukuran yang sangat kecil.

Gambar 1. Mikrometer

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 15


Modul Fisika Dasar I

Keterangan gambar .1 : 1. Landasan (Anvil).


2. Poros (Spindle)
3. Cincin pengunci (Loocking-ring)
4. Skrup pengikat (Banding- screw)
5. Skrup pengatur (Adjusting-screw)
6. Rangka (Frame)
7. Sarung diam (Barrol or sleeve)
8. Sarung bergeser (Thimble)
9. Ratchat
10. Mur Pengatur
Pembagian Skala :

1. Skala pada batang : Setiap panjang 1 mm pada skala batang dibagi 2 bagian
yang sama misalnya, 1 mm : 2 bagian = ½ mm = 0,50 mm, merupakan skala
terkecil dari skala batang.
2. Skala pada sarung : Keliling lingkaran pada sarung terdiri dari 50 bagian skala.
Kalau sarung diputar satu kali putaran atau dari 0 s/d 50 bagian, maka poros
mikrometer bergerak 0,50 mm. Jika sarung diputar 1/50 putaran penuh ( dari 0
sampai 1 ) maka poros bergerak atau menunjukkan 0,50 : 50 bagian = 0,01
mm.

Gambar 2. Pembacaan skala mikrometer

Pembacaan skala :

Pada skala batang = 12 mm + 0,50 mm = 12,50 mm

Pada skala sarung = 12 mm x 0,01 mm = 0,12 mm

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 16


Modul Fisika Dasar I

Penunjukkan Skala = 12,50 mm + 0,12 mm = 12,62 mm

Andaikata diameter kawat diukur dengan mikrometer pada beberapa posisi dikeliling
dan disepanjang kawat, dan diperoleh hasil :

4,25 mm 4,26 mm 4,24 mm 4,22 mm

4,26 mm 4,27 mm 4,23 mm 4,25 mm

4,24 mm 4,24 mm

Berapakah nilai yang sebaiknya ditulis untuk diameter ? Dan berapakah ralatnya ?
Jelas bahwa pengukuran ini mengandung ralat rambang. Distribusi hasil ukur
ditunjukkan di gambar 3.
R. Maks. x R. Maks.

x
x x
x x x
x
x x

4,22 4,24 4,26 (mm)

Gambar 3. Taksiran ralat maksimum dari suatu distribusi hasil ukur

Dalam hal ini, tidak sulit untuk mengerti bahwa nilai yang paling baik adalah nilai
pukul rata dari semua hasil ukur yang dapat dipercaya. Secara sistematis, nilai pukul
rata diberikan dengan rumus :

x   xj
1 n
n i 1

dimana xj adalah hasil ke – 1 dari n jumlah hasil ukur.

Dalam contoh ini, x = 4,246 mm.

Ralat maksimum dapat ditaksirkan dengan rumus berikut :

RALAT MAKSIMUM = | RANGE KEBANYAKAN HASIL UKUR|

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 17


Modul Fisika Dasar I

Disini range kebanyakan hasil ukur dimaksud untuk menjangkau range yang
mungkin untuk nilai yang sesungguhnya. Jika jumlah pengukuran cukup banyak,
jelas bahwa nilai sesungguhnya akan jatuh ditengah-tengah hasil ukur dan bukan
pada hasil yang terkecil maupun terbesar.
Dalam contoh diatas dapat diyakini bahwa nilai yang sesungguhnya diantara
4,23 dan 4,26 mm dan ini yang dimaksud dengan “range kebanyakan hasil ukur”.
Maka diperoleh :

RALAT MAKSIMUM = R.M. = ½ (4,26 – 4,23) mm = 0,015 mm

Maka jawaban yang lengkap untuk diameter adalah 4,26 + 0,015 mm.

2.2.2 Jangka sorong (vernier Caliver)

Pada saat menggunakan jangka sorong untuk menyesuaikan ukuran,


pengunci ditekan dengan ibu jari, lalu sarung digeser-geser sesuai ukuran yang
dikehendaki, kemudian pengunci dilepas lalu ukuran tersebut dibaca.

Gambar 4 . Jangka sorong

Pembagian skala :
1. Skala batang : Panjang 1 cm pada skala batang dibagi dalam 10 bagian yang
sama, 1 bagian skala batang = 1/10 cm = 0,1 cm = 1 mm.
2. Skala vernier : Panjang 9 mm pada skala batang dengan 1 bagian skala
vernier = 1 mm – 0,9 mm = 0,1 mm ini merupakan skala terkecil jangka
sorong.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 18


Modul Fisika Dasar I

0 5 10 15 0 5 10 15

0 5 10 0 5 10

Gambar 5 . Pembacaan skala jangka sorong

Pembacaan skala :

Pada skala batang = 7 x 1,0 mm = 7,0 mm

Pada skala vernier = 6 x 0,1 mm = 0,6 mm

= 7,6 mm

2.2.3 Mistar
Pada umumnya mistar mempunyai skala yang berukuran desimal dan ukuran
inci. Tetapi dalam pembahasan ini, ukuran inci tidak dijelaskan.

Skala desimal, dimana setiap panjang 1 cm dibagi dalam 10 bagian yang


sama. Dimana jarak 2 strip yang panjang = 1 cm, dan 2 strip yang pendek = 0,1 cm
= 1 mm. Jadi skala terkecil dari mistar ini ialah 0,1 cm = 1 mm. Ada beberapa jenis
mistar, yaitu mistar biasa, mistar baja, mistar lipat, mistar kait, mistar pita atau
mistar gulung.

Gambar 6 . Mistar

Pembacaan skala mistar diatas: Strip panjang = 8,0 mm

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 19


Modul Fisika Dasar I

0,2 mm
Strip pendek =
8,2 mm

2.2.4 Neraca
Di dalam fisika pengertian massa dan berat harus dibedakan.Massa suatu
benda adalah kuantitas zat yang dikandungnya dimana besarnya bersifat tetap dan
tidak bergantung pada letaknya. Sementara itu berat adalah termasuk gaya, dimana
sifatnya akan dapat berubah tergantung pada letaknya.

Untuk pengukuran ini di pergunakan neraca dengan anak timbangan yang


berfungsi sebagai massa standar. Bagian penunjuk pada lengan neraca merupakan
detektor nol yang menunjukkan kesamaan antara massa-massa pada kedua bagian
lengan neraca. Dengan demikian metode pengukuran yang dipakai pada neraca
adalah metode nol.

Dalam metode nol ini, besaran massa yang diukur ditunjukkan oleh besaran
standar yang telah diketahui.

Gambar 7 . Bermacam-macam neraca

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 20


Modul Fisika Dasar I

2.2.5 Stopwatch

Stopwatch merupakan salah satu dari alat (instrumen) pengukuran linear,


sama halnya dengan mistar baja dll. Pembacaan stopwatch dapat dibagi menjadi
dua macam yakni :

a. Sistem analog
b. Sistem digital

Stopwatch mempunyai berbagai macam ketelitian. Pada sistem analog, satu


putaran (360 ) ada yang 60 sekon dan ada yang 30 sekon. Maka ralat yang

berhubungan dengan penentuan posisi pada skala, bergantung pada besar kecilnya
pembagian skala. Dalam hal ini :

Ralat maksimum = ½ batas baca

Dimana batas baca, artinya pembagian skala terkecil ralat baca pada stopwatch 60
sekon adalah 1 sekon, sehingga ralat maksimum adalah 0,5 sekon.
Contoh :
Waktu yang terukur saat sebuah bola mencapai tanah dari ketinggian
tertentu dengan menggunakan stopwatch 60 sekon diperoleh 12,5
sekon . Karena pembagian skala terkecil adalah 1 sekon , maka desimal
terakhir merupakan taksiran dan tidak dapat diandalkan. Ketidakpastian
dalam pengukuran dengan memakai stopwatch 60 sekon , kira-kira 0,5
sekon sehingga nilai seharusnya ditulis 12,5 + 0,5 sekon . Artinya waktu
yang sebenarnya pasti diantara 12,0 sekon dan 13,0 sekon .

Andaikata waktu yang diukur pada soal di atas, menggunakan stopwatch 30 sekon
atau stopwatch sistem digital yang mempunyai batas baca 0,01 sekon maka
ketelitiannya jauh lebih bagus daripada stopwatch 60 sekon . Jelas kita lebih percaya

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 21


Modul Fisika Dasar I

hasil stopwatch 30 sekon atau stopwatch sistem digital daripada stopwatch 60


sekon .

Gambar 8. Stopwatch

2.2.6 Termometer

Termometer : suatu alat yang digunakan sebagai indikator (penunjuk)


kesetimbangan termal antara alat ini dengan alat lainnya.
Suhu : ukuran derajat panas/dingin relatif suatu benda.
Kalor : suatu bentuk energi.
Kalor berpindah dari suhu yang tinggi ke suhu yang lebih
rendah.
Suhu atau temperatur dapat di ukur memakai termometer. Di Indonesia di
pakai skala suhu Celcius dan Kelvin.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 22


Modul Fisika Dasar I

Gambar 9. Termometer

Celcius mempergunakan suhu es yang melebur sebagai titik nol., pada


tekanan udara 76 cm raksa (=101,4 kPa). Titik beku yang kedua ialah suhu air yang
mendidih. Pada tekanan udara setinggi 76 cm air raksa titik suhu ini di tetapkan
sebagai titik 100 C . Antara kedua titik ini dibuat pembagian skala yang linear.

Kelvin mempergunakan kenyataan bahwa koefisien tekanan pada volume yang


konstan bagi semua gas sama besar dengan koefisien muai pada tekanan konstan,

C 1
1
yaitu :
273

Jadi untuk tekanan pada t C berlaku persamaan :

1
Pt = Po ( 1 + t)
273

Tekanan gas pada temperatur –273 akan sama dengan nol. Titik ini oleh kelvin
disebut titik nol absolut 0 K. dengan : 0 kelvin = - 273o C

273 kelvin = 0 o C

Pengukuran yang seksama menunjukkan bahwa titik lebur es yang sama


dengan titik beku air adalah 273,15 K. Juga ternyata bahwa titik tripel air itu
terletak 0.01 K. Ini berarti titik nol kelvin terletak pada
- 273,15 C .

Termometer yang banyak digunakan di laboratorium adalah termometer yang


berisi zat cair. Salah satu contohnya ialah termometer air raksa yang mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu :

1. Air raksa memuai dengan teratur


2. Tidak melekat pada dinding gelas
3. Panas jenis air raksa kecil ( Menyerap sedikit kalor untuk penyesuaian suhu )

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 23


Modul Fisika Dasar I

4. Titik didih air raksa tinggi ( 357 C dan titik bekunya - 39 C )

Termometer zat cair lain ialah termometer mercury, nitrogen argon, dsb.

Koreksi suhu terhadap termometer zat cair

Apabila suhu di sekitar termometer tidak sama, maka terhadap suhu yang
terbaca pada termometer harus dikenakan koreksi. Bukankah sebagian kolom air
raksa memiliki suhu yang lain dari suhu air raksa dalam wadah cadangan, sehingga
akan terjadi penyimpangan pada pemuaian raksa. Salah ukur dapat dikoreksi sbb :

Misalkan : suhu yang terbaca (t’) harus dikoreksi akibat sebagian kolom raksa (n)
memiliki suhu yang tidak sama (t”). Koreksinya dilakukan dengan
mempergunakan termometer pembantu yang ditempatkan ditengah-
tengah kolom raksa yang tidak terbenam dan hasil koreksinya yang harus
ditambahkan ialah ruas K (t’ – t”)n dan dalam ruas ini bilangan k adalah
koefisien pemuaian semu dari pada raksa dalam gelas ( harga k =
0,00016 ). Dan temperatur sebenarnya menjadi :

t = t’+ n(t’-t”)x0,00016.

Temperatur didih air

Temperatur beku air

Temperatur absolut

Gambar 10. Beberapa skala termometer

Hubungan beberapa skala termometer :

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 24


Modul Fisika Dasar I

o o o
C = 5/9 (F-32) R = 4/5 x C F = 9/5 x C + 32

o
Rn = F + 460 K = C + 273,15

2.2.7 Voltmeter dan Ammeter


Prinsip dasar dari alat ukur listrik adalah meter kumparan putar. Yang
dimaksud dengan alat ukur kumparan putar adalah alat ukur yang bekerja atas
dasar prinsip dari adanya suatu kumparan listrik, yang di tempatkan pada medan
magnet yang berasal dari magnet permanen. Alat ukur kumparan putar adalah alat
ukur yang dapat dipakai untuk arus AC atau arus DC.

Gambar 11.Diagram alat ukur jenis kumparan putar

Walaupun kumparan putar pada dasarnya adalah untuk mengukur arus,


namun ia dapat juga diubah menjadi Voltmeter dengan jalan memasang tahanan
depan.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 25


Modul Fisika Dasar I

Gambar 12a. Ampermeter Gambar 12b. Voltmeter

Ammeter dan Voltmeter mempunyai hambatan dalam sebesar r. Adanya


hambatan dalam ini akan megurangi ketelitian pengukuran dimana terdapat arus
yang hilang ketika melewati kumparan putar.
Ammeter dan Voltmeter mempunyai ralat sistematis sehingga ketelitiannya
terbatas, umumnya pabrik pembuat alat ukur ini menyatakan ketelitiannya dalam
suatu daftar spesifikasi, ketelitian ini dinyatakan sebagai persentase. Ralat
maksimum =  ketelitian x skala defleksi penuh. (“Full Scale Deflection=FSD).
Contoh ralat maksimum 2 % x 10 volt = 2 volt.

Untuk mengurangi pengaruh hambatan dalam itu, maka sebaiknya :

1. Pada ammeter, sebaiknya mempunyai hambatan dalam sekecil mungkin.


2. Pada voltmeter, sebaiknya mempunyai hambatan dalam sebesar mungkin.

III. METODE EKSPERIMEN ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Mistar
2. Jangka sorong
3. Mikrometer sekrup
4. Neraca ohauss
5. Termometer
6. Stopwatch
7. Ammeter
8. Voltmeter

3.2 Bahan
1. Balok / Kubus
2. Bola (kelereng)

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 26


Modul Fisika Dasar I

IV. PROSEDUR KERJA


Kegiatan 1 pengukuran panjang
a. Mengambil mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup kemudian
menentukan NST(Nilai Skala Terkecil) dari masing-masing alat ukur.
b. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan
tinggi balok berbentuk kubus yang telah disediakan dengan menggunakan
ketiga alat ukur diatas. Mencatat hasil pengukuran yang telah dilakukan pada
table hasil pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya.
c. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (mengukur di
tempat berbeda) yang telah disediakan dengan menggunakan ketiga alat
ukur diatas. Mencatat hasil pengukuran yang telah dilakukan pada table hasil
pengamatan dengan disertai ketidakpastiannya.

Kegiatan 2 pengukuran massa


a. Menentukan NST masing-masing neraca yang akan digunakan
b. Mengukur massa balok kubus dan bola (yang digunakan di
pengukuran panjang) sebanyak 3 kali secara berulang.
c. Mencatat hasil pengukuran yang telah dilakukan dengan
ketidakpastian pengukuran.

Kegiatan 3 pengukuran suhu dan waktu


a. Menyiapkan gelas ukur, pembakar Bunsen lengkap dengan kaki tiga dan
lapisan asbesnya dan sebuah thermometer.
b. Mengisi gelas ukur dengan air hingga ½ bagian dan meletakkan di atas kaki
tiga tanpa ada pembakar.
c. Mengukur temperaturnya sebagai teperatur mula-mula (To)
d. Menyalakan pembakar bunsen dan menunggu beberapa saat hingga nyalanya
terlihat normal

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 27


Modul Fisika Dasar I

e. Meletakkan pembakar Bunsen tepat dibawah gelas kimia bersamaan dengan


menjalankan alat pengukur waktu.
f. Mencatat perubahan temperature yang terbaca pada thermometer tiap selang
waktu 1 menit sampai dengan 10 kali

V. DATA EKSPERIMEN
Kegiatan 1 : Pengukuran Panjang

No Benda Yang Besaran yang Hasil Pengukuran


Diukur Diukur Mistar Jangka Mikrometer
Sorong Sekrup
1

Kegiatan 2 : Pengukuran Massa

Nilai Skala Lengan 1 = ……… gram


Nilai Skala Lengan 2 = ………. Gram
Nilai Skala lengan 3 = ………. Gram

Benda Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Massa Benda


(Gram)

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 28


Modul Fisika Dasar I

Kegiatan 3 : Pengukuran Waktu dan Suhu


NST Termometer : ………. oC
To : ………. oC
NST Stopwatch : ………. Sekon

No Waktu Temperatur Perubahan Temperatur


(sekon) (oC) (oC)

VI. ANALISIS DATA EKSPERIMEN


1. Menghitung rata – rata ( ̅ )
̅

2. Menghitung Ralat Maksimum (δmaks)


Ralat Maksimum (δmaks) = | |
ΔPengukuran = δmaks
3. Menentukan Hasil Pengukuran Akhir
P=[ ]

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 29


Modul Fisika Dasar I

M – 2 BANDUL SEDERHANA

I. TUJUAN EKSPERIMEN
1) Menentukan percepatan gravitasi bumi dilaboratorium
2) Memahami hubungan antara getaran harmonic dengan percepatan
gravitasi

II. TEORI EKSPERIMEN

Gerak osilasi yang sering kita jumpai adalah gerak ayunan benda yang
bekerja -dibawah pengaruh gravitasi bumi.Jika sebuah benda yang di gantung
dengan seutas benang kemudian disimpangkan dengan sudut yang tidak
terlalu besar kemudian dilepaskan maka benda akan melakukan ayunan
(getaran) yang berbentuk gerak harmonik sederhana dan periodik.Gerak
harmonik sederhana ini terjadi karena ada gaya yang bekerja pada benda
yang arahnya kepusat titik kesetimbangan yang disebut gaya pembalik.Besar
gaya pemulih diungkapkan oleh hukum Hooke sebagai F = -kx dengan k
adalah tetapan .Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak – balik benda
melalui suatu titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda
dalam setiap sekon selalu konstan. Gerak Harmonik Sederhana dapat
dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu (1) Gerak Harmonik Sederhana (GHS)
Linier, misalnya penghisap dalam silinder gas, gerak osilasi air raksa/ air
dalam pipa U, gerak horizontal / vertikal dari pegas, dan sebagainya; (2)
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/ bandul
fisis, osilasi ayunan torsi, dan sebagainya.

Telaah terhadap bunyi dan getaran sangat berkait bahkan tidak dapat
dipisahkan dengan kajian tentang ayunan atau yang disebut juga dengan
istilah osilasi. Gejala ini dalam kehidupan kita sehari-hari contohnya adalah
gerakan bandul jam, gerakan massa yang digantung pada pegas, dan bahkan

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 30


Modul Fisika Dasar I

gerakan dawai gitar saat dipetik. Ketiganya merupakan contoh-contoh dari


apa yang disebut sebagai ayunan.

Beberapa Contoh Gerak Harmonik Sederhana

Gerak harmonik pada bandul

Bandul sederhana terdiri atas benda bermassa m yang diikat dengan


seutas tali ringan yang panjangnya l (massa tali diabaikan). Jika bandul
berayun, tali akan membentuk sudut sebesar α terhadap arah vertical. Jika
sudut α terlalu kecil, gerak bandul tersebut akan memenuhi persamaan gerak
harmonic sederhana seperti gerak massa pada pegas.

Kita tinjau gaya-gaya pada massa m. dalam arah vertical, massa m


dipengaruhi oleh gaya beratnya yaitu sebesar w = mg. gaya berat tersebut
memiliki komponen sumbu x sebesar mg sin α dan komponen sumbu y
sebesar mg cos α.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 31


Modul Fisika Dasar I

Hukum hooke :

F = -mg sin  ........................................ (1)

Bila sudut  cukup kecil maka gaya pemulih berbanding lurus dengan
simpangan x sedangka arahnya berlawanan dengan y.Dengan demikian dapat
kita nyatakan gaya pemulih tersebut dalam bentuk
F = -kx.

Jika persamaan (1) diselesaikan dengan menggunakan deferensial


orde maka akan diperoleh periode getaran sebagai :

√ ............................................ (2)

Dan jika k di ganti dengan maka akan di peroleh :

√ .............................................. (3)

III PERALATAN

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 32


Modul Fisika Dasar I

1) Mistar
2) Benang
3) Bola (beban penggantung)
4) Statip dan Klem
5) Stopwatch
6) Busur derajat
7) Meja tumpuan

IV PROSEDUR EKSPERIMEN
1. Sebelum kami melakukan percobaan ini kami memperhatikan cara
menggunakan stopwatch
2. menyusun alat seperti pada gambar dibawah ini :

3. Mengukur panjang tali. pengukuran tali untuk percobaan berbeda dengan


urutan 25 cm, 30 cm, 35 cm.
4. Menyimpangkan bola(beban) lebih kecil dari 15 (menggunakan 14⁰)
5. Mencatat waktu yang diperlukan bola (beban) untuk berayun 10 kali
6. Percobaan kami lakukan 3 kali untuk masing-masing ukuran tali.

V. DATA EKSPERIMEN
Percobaan Panjang Waktu (t) Rata-rata
I II III
A 25 cm

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 33


Modul Fisika Dasar I

B 30 cm
C 35 cm
D 40 cm

VI. ANALISA DATA


Menghitung persen deviasi percepatan gravitasi

| |

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 34


Modul Fisika Dasar I

M – 3 GETARAN PEGAS

I. TUJUAN EKSPERIMEN
Menentukan konstanta pegas dari hubungan antara :
a. gaya dan pertambahan panjang
b. perioda pegas terhadap massa beban

II. TEORI EKSPERIMEN


Setiap gerak yang berulang dalam selang waktu yang sama disebut
gerak periodik atau gerak harmonik. Jika suatu partikel dalam gerak periodik
bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama geraknya disebut gerak
osilasi. Jika sebuah sistem fisis berosilasi dibawah pengaruh gaya F = -kx ,
dimana F adalah gaya-pemulih, k konstanta-gaya dan x simpangan, maka
gerak benda ini adalah gerak harmonik sederhana. Salah satu sistem fisis
yang mengikuti gerak harmonik sederhana adalah Pegas-Benda. Sistem ini
dapat dipergunakan untuk menentukan besar percepatan gravitasi bumi
disuatu tempat.

Pegas

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 35


Modul Fisika Dasar I

Bila sebuah benda pada salah satu ujungnya dipegang tetap, dan
sebuah gaya F dikerjakan pada ujung yang lainnya, maka pada umumnya
-bahan atau
benda-benda tertentu, dan dalam batas tertentu perubahan panjang tersebut
besarnya berbanding lurus dengan besar gaya yang menyebabkannya. Secara
skalar dinyatakan oleh :

F = k . x …………………………………………(1)

dengan k adalah sebuah konstanta dan gambaran inilah yang dinyatakan


dengan huku Hooke. Harus diperhatikan bahwa hukum Hooke ini tidak
berlaku pada semua benda atau bahan dan untuk semua gaya yang bekerja
padanya.

Bila benda yang diberi gaya tersebut adalah sebuah pegas yang
digantung vertikal dengan panjang awalnya xo, maka pegas tersebut akan

pegas setelah diberi gaya terhadap panjang semula, yang dinyatakan dengan
:

F = k(x1-xo) …………………………………….(2)

Gaya F di atas disebut gaya pemulih pegas dan untuk keadaan di atas,
besarnya adalah F = mg. Bila perubahan panjang pegas dapat diukur dan k
dapat dicari dengan cara atau persamaan lain, maka dengan menggantikan
harga F pada persamaan (2) di atas dengan mg, kita dapat menghitung
percepatan gravitasi.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 36


Modul Fisika Dasar I

Bila beban gantung diberi simpangan dengan amplitudo A yang tidak


terlalu besar dan dilepaskan, maka pegas dan beban gantung itu akan
bergetar bersama-sama dengan amplitudo dan frekuensi yang sama,
sehingga pengamatan terhadap getaran pegas itu dapat diganti dengan
pengamatan terhadap getaran beban gantung, dengan hasil yang sama, dan
besarnya periode getar dapat dinyatakan dengan :

√ ………………………………………(3)

Jika harga T dan massa m dapat diperoleh lewat pengamatan, maka harga
percepatan gravitasi g dapat dihitung.

III. PERALATAN
1. Pegas
2. Statip
3. Stop watch
4. Penggaris ( besi )
5. Beban gantung

IV. PROSEDUR EKSPERIMEN


Percobaan I
a. Gantungkan 1 beban (w) = 0,5 N pada pegas sebagai gaya awal (F0)
b. Ukur panjang awal (X0) pegas dan catat hasilnya ada table di bawah

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 37


Modul Fisika Dasar I

c. Tamabahkan satu beban dan ukur kembali panjang pegas ( l ) .Catat


hasil pengamatan ke dalam table.
d. Ulangi langkah c dengan setiap kali menambah 1 beban untuk
melengkapi table di bawah.

Percobaan II
a. Pasang 1 beban pada pegas
b. Tarik beban ke bawah sejauh ±2cm dan siapkan stopwatch di tangan.
c. Lepaskan beban, bersamaan dengan menekan (menghidupkan)
stopwatch.
d. Hitung sampai 10 getaran dan tepat pada saat itu, matikan stopwatch.
Di catat hasil pengamatan ke dalam tabel
e. Hitung waktu untuk 1 getaran (periode, T) dan lengkapi isian tabel.
f. Ulangi langkah a sampai e dengan simpangan 3 cm.
g. Ulangi langkah b sampai f dengan setiap kali menambah 1 beban.

V. DATA PERCOBAAN
Percobaan I
X0=………m ; F0 = ……...N
W (N) ∆F = (w – F0 ) N X (m) ∆X = ( X - XO) m
0,5
1.0
1.5
2.0
2.5

Percobaan II
Simpangan Massa Waktu (t) untuk 10 Periode T2
(m) Beban Ayunan (sekon) (T) (Sekon)
(kg) (Sekon)
0,02 …

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 38


Modul Fisika Dasar I

….
….
….
….

VI. ANALISA DATA


Percobaan I
a. Buatlah grafik pertambahn gaya pegas (∆F) terhadap pertambahan
panjang (∆X)
b. Dari grafik tentukan tetapan pegas (k) dari persamaan (1)

Percobaan II
a. Buatlah grafik hubungan massa beban (m) terhadap T2 untuk masing
– masing simpangan
b. Dari grafik tentukan tetapan pegas (k) dari persamaan (3)

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 39


Modul Fisika Dasar I

M - 4 PENETAPAN MASSA JENIS ZAT CAIR DENGAN “AREOMETER”

I. TUJUAN EKSPERIMEN
- Menentukan massa jenis berbagai-bagai zat cair misalnya air, larutan
garam, larutan gula, syrup, minyak tanah dan lain-lain.
- Membuktikan hukum Archimedes

II. TEORI EKSPERIMEN


Prinsip : Hukum Archimedes
Sebuah benda yang dicelupkan kedalam zat cair akan mendapatkan
tekanan ke atas yang sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya.
Jadi akan berkurang beratnya sebesar berat zat cair yang dipindahkannya.
- Suatu benda akan melayang dalam zat cair, bila berat zat cair yang
didesaknya sama dengan berat benda itu sendiri. Ini bisa terjadi bila
massa jenis benda sama dengan massa jenis zat cair tersebut .

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 40


Modul Fisika Dasar I

- Suatu benda akan tenggelam dalam zat cair, bila berat benda itu lebih
besar dari massa jenis zat cair.
- Suatu benda akan terpung dalam zat cair, bila massa jenis benda lebih
kecil dari massa jenis zat cair, sehingga berarti juga berat zat cair yang
dipindahkan sama dengan berat benda seluruhnya.
(Disini volume zat cair yang dipindahkan lebih kecil dari volume benda
tersebut oleh karena tidak semua bagian benda yang tenggelam).
Dalam hal ini tekanan kebawah yang disebabkan oleh berat benda
diimbangi oleh tekanan keatas oleh zat cair yang dipindahkan oleh bagian
yang tenggelam dari benda tersebut. Bila massa jenis zat cair makin besar
maka makin sedikit bagian yang tenggelam dari benda itu. Prinsip inilah yang
dipakai untuk areometer.
Areometer adalah sebuah benda celup dari kaca yang mempunyai
skala yang langsung dapat menunjukkan berapa massa jenis zat cair itu.
Areometer ini merupakan sebuah tabung kaca yang mempunyai skala timah
pemberat baian bawah sehingga titik beratnya terletak sangat rendah. Angka-
angka skala ini semakin kebawah semakin besar, dan angka-angka dibuat
sesuai dengan kebutuhannya untuk mengukur massa jenis zat cair apa yang
dignakan). Misalnya aerometer untuk mengukur massa jenis air, larutan
garam, larutan gula, syrup kita pakai yang berskala 1000-2000. Untuk minyak
tanah kita pakai yang berskala 0,700-1,000.
Untuk zat cair yang mempunyai massa jenis di luar batas-batas
tersebut maka kita pakai aerometer yang berskala kira-kira sesuai dengan
massa jenis zat cair tersebut. Pada percobaan ini juga harus kita perhatikan
perubahan-perubahan massa jenis sehubungan dengan perubahan
temperaturnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa massa jenis berbanding
terbalik dengan temperatur atau dengan kata lain makin tinggi temperatur,
makin kecil massa jenisnya. Hal ini dapat kita lihat dalam rumus berikut:

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 41


Modul Fisika Dasar I

Selain itu, harus diingat bahwa untuk air adalah keistimewaannya yaitu
apa yang disebut dengan “anomali air”. Yang dimaksud dengan anomaly air
ialah kelainan air dari sifat-sifat pemuaian yang terjadi pada
temperature 0oC s/d 4oC. Pada temperature ini, ia mempunyai sifat yang
bertentangan dengan hokum pemuaian.
Disini bila air dipanaskan dari 0oC ⟶ 4oC, maka volumenya bukan
bertambah besar melainkan berkurang. Sedangkan massa jenisnya juga
bertambah besar. Bila didinginkan dari 4oC ke 0oC maka volumenya
bertambah besar da massa jenisnya semakin kecil. Jadi, disini seolah-
olah massa jenis berbanding lurus dengan temperatur, lihat tabel massa
jenis air pada temperatur.

Jadi, dapatkah kita mengerti bahwa :


Pada 0oC ; volume air besar sedang massa jenisnya kecil.
Pada 4oC ; volume air paling kecil dan massa jenisnya paling kecil.

Dalam pembacaan harus yang kita baca adalah permukaan yang paling
rendah dari miniskus. Ini disebabkan karena permukaan zat cair yang tidak
rata, melainkan mempunyai kecekungan atau kecembungan yang
kita sebut dengan miniskus. Cekung atau cembungnya suatu miniskus
tergantung pada adhesi dan kohesi.
 Bila adhesi lebih besar dari kohesi maka permukaannya cekung.
 Bila kohesi lebih besar dari adhesi maka permukaannya cembung.
Kohesi adalah gaya tarik-menarik dari molekul-molekul sejenis (disini
daya tarik menarik antara molekul-molekul air itu sendiri). Sedang adhesi
adalah daya tarik- menarik antara molekul-molekul berbeda (disini dayay
tarik menarik antara molekul air dengan molekul-molekul dinding
tabung). Juga dalam membaca dijaga supaya jangan terjadi kesalahan
parallax dan untuk ini pembacaan harus dilakukan dalam bidang
horizontal.

III. PERALATAN
Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 42
Modul Fisika Dasar I

 Areometer dengan pembagian skala


 Gelas Ukur
 Sendok dan pengaduk
 Termometer
 Neraca

IV. PROSEDUR EKSPERIMEN


1. Buat dulu larutan yang diminta dan masukkan kedalam gelas takar.
2. Dalam menuangkan zat cair dari satu tabung ke tabung lain harus
perlahan-lahan melalui dinding, supaya jangan terjadi gelembung-
gelembung udara yang akan mengganggu pembacaan kita.
3. Masukkan aerometer dalam gelas takar yang telah berisi zat cair yang
akan diukur massa jenisnya dengan hati-hati, supaya kwikreservoirnya
tidak terhempasnya keras ke dasar tabung.
4. Bacalah pembagian skala seteliti mungkin dengan melihat bidang
horizontal melalui miniskusnya. Angka ini merupakan massa jenis pada
temperature yang dapat kita baca dengan memasukkan termometer
kecairan, tiap-tiap saat sesudah membaca areometer. Ini kita lakukan
beberapa kali untuk tiap-tiap larutan/cairan.
Catatan:
Kadang-kadang massa jenis dinyatakan dalam derajat Baume dan
ukuran ini juga terdapat pada beberapa macam areometer.
Lakukan juga pengukuran memakai areometer Baume tiap-tiap selesai
mengukur dengan areometer biasa pada larutan-larutan gula,
larutan garam, dll.
Hubungan Baume dengan massa jenis yang didapat dengan
areometer biasa dapat dilihat dalam tabel(carilah).

V. DATA EKSPERIMEN
1.Pengukuran massa jenis menggunakan Areometer

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 43


Modul Fisika Dasar I

No Jenis Cairan Massa Jenis yang diukur


(Kg/m3)
1
2
3
4

2. Pengukuran massa jenis dengan menggunakan Gelas ukur


Volume Cairan = ………. m3
No Jenis Cairan Massa Gelas ukur Massa Gelas ukur +
Kosong (Kg) Cairan (Kg)
1
2
3
4

VI. ANALISA DATA


1. Menghitung massa jenis masing – masing jenis cairan

 cairan 
mc
……………….. kg/m3
Vc
2. Menghitung rapat jenis
Rapat Jenis = Massa jenis Areometer / Massa jenis cairan

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 44


Modul Fisika Dasar I

M - 5 NILAI BAHANG JENIS AIR DENGAN METODE JOULE

I. TUJUAN EKSPERIMEN
- Menentukan nilai bahang (panas) jenis air dengan metode Joule.
- Membuktikan kesetaraan bahang dengan energi listrik.

II. TEORI EKSPERIMEN


Dalam sebuah kawat hambatan yang dialiri listrik terjadi pemanasan
akibat energi listrik menjadi energi panas. Karena daya yang ditimbulkan oleh
arus DC (I) melalui tegangan (V) sama dengan I, V, maka dalam waktu t,
energi panas yang dihasilkan adalah :

E = V. I . t …………………………………………………….. (1)

Dalam metode joule, kawat hambatan tersebut terletak di dalam air


(atau cairan lain) di dalam sebuah bejana khusus yang yang disebut

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 45


Modul Fisika Dasar I

kalorimeter. Menurut teori kalor dasar, energi E yang diperlukan untuk


menaikkan suhu sesuatu benda bermassa m melalui suhu  T adalah :

E = m . c.  T …………………………………………..…….. (2)

Dimana c disebut nilai bahang benda tersebut.

Bila diterapkan pada kalorimeter yang berisi air maka pers. (2) menjadi

E = (ma ca + mk ck)  T ……………………………………. (3)

dengan :
ma : massa air (kg)
ca : kalor jenis air (Jkg-1 C0-1) atau (Jkg-1 K-1)
mk : massa kalorimeter (kg)
ck : kalor jenis bahan kalorimeter (Jkg-1 C0-1) atau (Jkg-1 K-1)
ΔT : perubahan suhu (Co atau K)

Bila disamakan energi listrik (pers (1) ) dengan pers (3) maka diperoleh :

V . I . t = ma ca + mk ck)  T …………………………… (4)

Nilai ca dapat ditentukan dalam eksperimen dimana ck diketahui dan semua


besaran lain diukur.

III. PERALATAN
1. Sumber arus searah ( PSA DC 12 Volt ).
2. Ammeter DC.
3. Voltmeter DC, kabel penghubung.
4. Termometer
5. Tabung kalorimeter dan pengaduk bahan kalorimeter adalah Aluminium
(Al)

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 46


Modul Fisika Dasar I

6. Stopwatch.
7. Es untuk membuat air dibawah suhu kamar.
8. Timbangan.

Gambar 1 Susunan peralatan metode Joule

IV. PROSEDUR EKSPERIMEN


1. Timbanglah bejana kalorimeter (yang di dalam) bersama pengaduknya.
o
2. Isilah bejana kalorimeter dengan air dingin (sebaiknya dibawah 15 C
sampai + 2 cm dibawah tepi bejana. Timbang kembali untuk menentukan
massa air.
3. Pasanglah untai sesuai dengan gambar (K-2.2), jangan hidupkan PSA
sebelum untai diperiksa oleh asisten. Coba hidupkan PSA dan atur
tegangan dan arus sehingga daya (V.I) kira-kira 15 watt, lalu matikanlah
arus. Perhatikan bahwa suhu air semula harus setidaknya beberapa derajat
dibawah suhu kamar.
4. Aduklah air perlahan-lahan terus-menerus selama percobaan awal serentak
30 sekon, sampai suhu 10 oC diatas suhu kamar. Arus I dan tegangan V
diusahakan supaya tetap selama pengamatan dan nilai V . I juga perlu
dicatat.
5. Sebaiknya percobaan ini diulangi sekali lagi.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 47


Modul Fisika Dasar I

V. DATA PERCOBAAN
Isilah tabel data percobaan dibawah ini :
–1 –1
Nilai bahang jenis = ................ J.kg Co
Massa kalorimeter serta pengaduk, mk = …………..kg
Massa air + massa kalorimeter, ma + mk = ………..... kg
Massa air, ma = …………...kg
Suhu awal = ..................0C
Tegangan = ..................volt
Arus = ..................ampere
Waktu t Daya P
Suhu T (oC)
(s) (watt)
60
120
.
.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 48


Modul Fisika Dasar I

.
.
900

VI. ANALISA
1. Buatlah grafik t –vs – T . dan cari slope Δt/ΔT.
2. Hitunglah nilai bahang air secara praktek dari persamaan (4)
3. Hitung % deviasi bahang air

VII. ULASAN
1. Bandingkanlah hasil anda dengan nilai bahang jenis air ( ca ) pada
referensi.
2. Sebutkanlah sumber-sumber ralat dalam metode ini. Tanyalah kepada
asisten ketelitian (prosentasi) ammeter dan voltmeter yang anda gunakan,
dapatkah anda menjelaskan selisih hasil anda dan data dari referensi.
3. Mengapa dipakai air dingin dan mengapa suhu dinaikkan.

M - 6. KOEFISIEN KEKENTALAN CAIRAN

I. TUJUAN EKSPERIMEN
Menentukan koefisien kekentalan atau coeficient of viscosity (  ) cairan,
dengan mempergunakan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes.

II. TEORI EKSPERIMEN


Jika ada gerak antara fluida (cairan atau gas) dengan benda lain, selalu terjadi
gaya yang melawan gerak tersebut yang disebut gaya kekentalan. Bila sebuah
benda berbentuk bola, bergerak dengan kecepatan rendah didalam suatu
medium (cairan atau gas) yang tepat sifat-sifatnya, maka besar gaya
kekentalan adalah :
Fv = -6   rv …………………………………….. ( 1 )

dengan : Fv = Gaya gesekan yang melawan gerakan

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 49


Modul Fisika Dasar I

 = Koefisien kekentalan
r = Jari – jari bola
v = Kecepatan bola relatif terhadap medium

Tanda minus menunjukkan arah Fv berlawanan dengan arah v. Rumus ini


dikenal sebagai hukum Stokes. Adapun syarat-syarat pemakaian hukum
Stokes tersebut diatas :
a). Ruangan tempat medium tak terbatas (ukurannya cukup besar)
b). Tidak ada turbulensi (penggelinciran) pada medium. Praktisnya ini
berarti kecepatan v tidak besar.

Satuan SI untuk  adalah Pa.sekon. Nilai  bergantung pada jenis cairan

dan terpengaruh suhu. Dalm metode bola jatuh, sebuah bola kecil dijatuhkan
dalam tabung yang tinggi berisi cairan. Mula-mula kecepatannya rendah
tetapi percepatan gravitasi menyebabkan kecepatan bertambah sehingga
kakas Fv bertambah besar. Kakas yang dialami bola adalah gaya gravitasi Fg
( kebawah ), gaya apung Fb ( keatas ) dan gaya gesekan Fv ( keatas ) dan
pada suatu nilai kecepatan tertentu, akan terjadi keseimbangan :
Fg + Fb + Fv = 0 …………................................. ( 2 )

Dimana gaya kebawah dianggap positif sehingga gaya resultan


menjadi nol. Maka kecepatan bola tidak berubah lagi melainkan pada nilai
maksimum atau nilai akhir yang dinotasikan sebagai va. Kecepatan ini juga
disebut kecepatan akhir (terminal velocity).
Gaya Fb dan Fg dapat ditulis sebagai fungsi jari - jari bola R, rapat bola 0 dan
rapat cairan c :
4 3
Fg = R 0 g ………………………………………………. (3)
3
4 3
Fb = R c g ……………….……………………………… (4)
3

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 50


Modul Fisika Dasar I

Perhatikan arah kebawah diberi tanda tambah dalam semua


persamaan setelah subtitusi kedalam pers. ( 1 ), (3) dan ( 4 ) ke dalam pers.

(2) diperoleh :
4 3
6 Rva = R (0 – c ) g
3

 = (0 – c) g ………....................


2
2 R
(5)
9 va

Semua besaran dalam ruas kanan pers. (5) dapat diukur, sehingga dapat
dihitung menurut pers (5) perbandingan R2/ va yang seharusnya konstan dan
percobaan juga dapat membuktikan benar tidaknya hal ini.

kawat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran kekentalan dengan metode ini.
a. Perlu diperhatikan bahwa kecepatan yang
diukur benar-benar adalah kecepatan
konstan (akhir).

b. Rumus (5) di atas hanya berlaku jika bola


jauh lebih kecil dari ukuran tabung (paling
tidak 1/10 dari diameter tabung))

tiang c. Suhu harus konstan, khususnya untuk


penyangg jenis-jenis minyak.
a

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 51


Modul Fisika Dasar I

Gambar 1. Tabung cairan untuk menentukan


koefisien kekentalan cairan.

III. PERALATAN
1. Tabung berisi zat cair.
2. Bola – bola kecil padat.
3. Mikrometer skrup, jangka sorong, mistar, termometer, stopwatch.
4. Magnet (untuk mengambil bola-bola dari dasar tabung).
5. Kawat yang melingkar pada tabung.
6. Areometer (untuk mengukur rapat massa zat cair).
7. Timbangan torsi dengan anak timbangan.
8. Gelas ukur

IV. PROSEDUR EKSPERIMEN


1. Ukurlah diameter tiap-tiap bola, masing-masing pengukuran dilakukan
beberapa kali (dengan menggunakan mikrometer skrup).
2. Timbanglah tiap-tiap bola dengan neraca torsi.
3. Catatlah temperatur cairan sebelum dan sesudah tiap percobaan.
4. Ukurlah rapat cairan itu dengan areometer. Jika tidak ada, maka rapat
cairan diperoleh dengan cara sbb : Timbanglah gelas ukur, catat massa
gelas kosong, lalu masukkan cairan dan catat volumenya, kemudian
timbang kembali gelas ukur + cairan, lalu catat massanya.Rapat cairan c
= mc / Vc.

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 52


Modul Fisika Dasar I

5. Tempatkanlah satu kawat pada jarak + 20 cm dibawah permukaan cairan


dan kawat kedua pada jarak d = 100 cm dibawahnya.
6. Ambillah satu bola dengan pinset atau sendok, jangan dipegang, supaya
suhu tidak naik, lepaskan bola perlahan dari jarak 1 cm diatas permukaan
cairan, dipertengahan tabung. Ukurlah waktu jatuh t dari kawat atas
kekawat bawah. Ulangilah minimal 2 kali lagi. Bola dapat diangkat dengan
magnet. Tentukanlah hasil untuk t langsung dari tabel dibawah ini.
7. Ubahlah jarak d menjadi 0,9 ; 0,8 ; 0,7 ; … 0,4 meter dan ukurlah waktu t
untuk setiap jarak d seperti pada point (6) diatas.
8. Ulangilah prosedur diatas (6 & 7) untuk 2 buah bola lain yang berbeda
diameternya.

V. DATA PERCOBAAN
Isilah data berikut untuk setiap percobaan :
Jenis cairan : ……………………………………………..
Bola I : diameter = 2 R1 = ……………… mm,
jari-jari R1 = …………......... mm
massa m = ……………… kg
Rapat cairan c = ……………… kg.m-3
Suhu awal To = ……………….
Suhu akhir Ts = ……………….

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 53


Modul Fisika Dasar I

Jarak x (m) t1 (s) t2 (s) t3 (s) t rata-rata (s)


1,00
0,90

0,40

VI. ANALISA
1. Buatlah grafik x – vs – t untuk setiap bola.
2. Hitunglah kecepatan akhir va dan perbandingan R2 / va untuk setiap bola.
3. Hitunglah rapat bola 0 dan  berdasarkan pers.(5) dengan memakai nilai

pukul rata R2 / va dari ketiga bola.

M - 7. TEGANGAN PERMUKAAN CAIRAN

I. TUJUAN
1. Menentukan massa jenis (  ) beberapa jenis cairan .
2. Menentukan diameter ( d ) suatu pipa kapiler .
3. Menentukan tegangan permukaan ( γ ) beberapa jenis cairan .

II. TEORI
Efek permukaan yang umumnya sudah tidak asing lagi adalah naik atau
turunnya permukaan zat cair didalam pipa terbuka yang penampangnya sangat
kecil. Efek semacam ini disebut efek kapiler. Kapiler sebenarnya berarti kecil seperti

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 54


Modul Fisika Dasar I

rambut. Efek kapilerlah yang mengakibatkan tinta terhisap kedalam kertas hisap dan
naiknya air melalui pembuluh kapiler batang dalam tumbuh-tumbuhan.

Untuk suatu zat cair yang membasahi dinding pipa dengan sudut kontak
( )  90permukaan zat cair akan naik sampai tecapai tinggi kesetimbangan ( h ),
seperti gambar M.4.1a.Sedangkan untuk cairan yang sudut kontaknya ( )  90
maka permukaan zat cair akan turun setinggi h seperti pada gambar M.4.1b.

Dalam pipa kapiler dengan jari-jari ( r ),panjang zat cair yang menyinggung
dinding merupakan keliling lingkaran yaitu 2  r. Gaya total yang dibutuhkan untuk
menaikkan atau menurunkan zat cair setinggi h adalah :

F = 2  r γ cos  (1)


h

W h

Gambar.1a. Kenaikan permukaan zat cair Gambar.1b.Penurunan zat


untuk   90 cair untuk   90

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 55


Modul Fisika Dasar I

Gaya ke bawah tidak lain adalah W yaitu berat zat cair setinggi h dengan volume,
V =  r2h maka :
W =  g  r2h (2)

Karena zat cair dalam pipa kapiler tersebut dalam keadaan setimbang maka :
 g  r2h = 2  r γ cos 
atau
2 cos θ
gr
h = … (3)

Persamaan ini juga berlaku bila didalam pipa kapiler terjadi penurunan zat cair,
seperti dalam gambar M.4.1c.

R

r
 Pa
P
h

Gambar.1.c. Jari-jari meniskus dalam pipa kapiler

Hubungan antara kenaikan dan penurunan permukaan zat cair dalam pipa
kapiler dapat juga dijelaskan berdasarkan perbedaan selaput permukaan. Untuk
lebih jelasnya gbr M.1a. dapat dilihat pada gambar M.1c. Bila meniskusnya
merupakan bagian dari permukaan sebuah bola dengan jari-jari R maka R = r / cos
 dengan R = jari-jari meniskus , r = jari-jari pipa.

III. PERALATAN
1. Pipa kapiler
2. Loup
3. Gelas ukur
4. Tiang penyangga
5. Mistar

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 56


Modul Fisika Dasar I

6. Termometer
7. Areometer

IV. PROSEDUR EKSPERIMEN ( dalam penulisannya jangan


menggunakan kalimat perintah )
A. Penentuan massa jenis cairan
1. Timbanglah massa gelas ukur, kemudian isilah dengan cairan
secukupnya.
2. Ukurlah volume cairan, kemudian timbang kembali untuk menghitung
massa cairan.
3. Ulangilah langkah diatas untuk beberapa jenis cairan lainnya.

B. Penentuan tegangan permukaan cairan pada pipa kapiler (γ) untuk


beberapa cairan..
1. Bersihkan kotoran pipa kapiler dan gelas ukur dari terutama yang
diakibatkan oleh cairan berupa minyak dengan menggunakan tissue.
2. Isilah gelas ukur dengan aquades dengan volume 50 mL
3. Celupkan sebagian pipa kapiler ke dalam cairan ( tunggu sampai air
tidak naik lagi) .
4. Catat tinggi permukaan air dalam pipa dari permukaan air dengan
menggunakan Loup.
5. Ulangi pecobaan diatas dengan memindahkan pipa kapiler ke posisi
horizontal di dalam gelas ukur. (Pada lima posisi yang berbeda di gelas
ukur ).
6. Ulangi cara yang sama untuk jenis cairan yang lain.

V. TABEL DATA
a. Penentuan massa jenis cairan
Jenis cairan = ……… Jenis cairan = ………
Massa bejana(mb) = ………..kg Massa bejana(mb) = ………..kg
Massa bejana + massa cairan = …..kg Massa bejana + massa cairan = .…..kg

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 57


Modul Fisika Dasar I

Volume cairan = ……… .m3 Volume cairan = ……… .m3


Massa cairan = ……… kg Massa cairan = ……… kg

b. Penentuan tinggi cairan di pipa kapiler


Jenis Cairan : .............
Posisi
1 2 3 4 5
Tinggi h =…
Permukaan cairan
h (m)

Jenis Cairan : ............


Posisi
1 2 3 4 5
Tinggi h =…
Permukaan cairan
h (m)

VI. ANALISA DATA


a. Penentuan massa jenis cairan

 cairan _ a 
mc
……………….. kg/m3
Vc

 cairan _ b 
mc
……………….. kg/m3
Vc

b. Penentuan tegangan permukaan (γ)


γair = 76 dyne /cm = 76.10-3 Nm-1
r.h  .g
 cairan  ………….. Newton/m
2
dengan : r = 0,55 mm / 0,6 mm

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 58


Modul Fisika Dasar I

g = 10 m/s2

c. Penentuan % deviasi tegangan permukaan


    exp 
% deviasi γ =  ref  x 100 %
  ref 

d. Penentuan jari – jari pipa kapiler secara praktek


2 cairan cos θ
h dengan :   0
gr
o
Dari persamaan

Maka diperoleh Pers.


2
r
h g
………………….. g = 10 m/s2

dengan : γair = 76 dyne /cm = 76.10-3 Nm-1


ρ = 1000 kg / m3
g = 10 m/s2

e. Penentuan % deviasi jari – jari pipa kapiler


 rref  rexp 
% deviasi r =   x 100 %
 rref 

Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 59


Modul Fisika Dasar I

DAFTAR PUSTAKA
Bambang M.E.J., dkk, Fisika Dasar, Penerbit Andi Yoyakarta, 2008.

D.L. Tobing, Fisika Dasar 1, Penerbit PT Gramedia Pustaska Utama Jakarta, 1996.

Giancoli.D.C, Fisika jilid 1, Penerbit Erlangga Jakarta, 2001.

Halliday, David, dan Robert Resnick (diterjemahkan oleh Pantur Silaban dan Erein
Sucipto). Fisika Jilid I, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga Jakarta, 1987.

Ignatius Suraya, Fisika dasar I, Pdf.

Inany F., Fisika dasar I mekanika dan panas, Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, 1993

J.F. Gabriel, Fisika Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996.

J.F. Gabriel, Fisika Lingkungan, Penerbit Hipokrates Jakarta, 2001.

Khoe Y. T., Fisika Mekanika, Penerbit Andi Yogyakarta, 2005

Lea Prasetio, Mengerti Fisika, Penerbit Andi Offset Yogyakarta, 1992.

Mirza Satriawan, Fisika dasar, Pdf, 2007

Sears, F.W dan M.W. Zemansky (diterjemahkan oleh Soedarjana dan Amir Achmad).
Fisika untuk universitas 1. Bandung : Penerbit ITB, 1984.

Sumartono P., Fisika untuk Ilmu-illmu Hayati, penerbit Gajah Mada University Press
Jogjakarta, 1994.

Sutrisno. Fisika Dasar 1, 2 : Mekanika. Bandung : Penerbit ITB, 1984.


Laboratorium Fisika FSAINTEK UIN - SU Hal 60

Anda mungkin juga menyukai