Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRINSIP DAN IMPLEMENTASI UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN

Disusun Oleh :

Selviana ( 1440120052 )

Shela Rindayani ( 1440120053 )

Silfi Indriyani ( 1440120054 )

Siti Auliya Lailatul hakiki ( 1440120055)

Siti Muvidatul Hasanah (1440120056)

Siti Naza Dewi ( 1440120057 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

KRIKILAN – GLANDMORE – BANYUWANGI


2020 – 2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah swt yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Prinsip dan Implementasi upaya pencegahan
penularan”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Patien Safety. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai
salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa sekolah tinggi D-III
Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.

Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku dan
internet. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari adanya bantuan
pihak tertentu. Oleh karena itu, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap agar tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi
semua pihak. Kami mengharapkan adanya kritik dan saran membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Krikilan, 8 Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar belakang...........................................................................................1

B. Rumusan masalah.....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

D. Manfaat......................................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................4

PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Definisi........................................................................................................4

B. Faktor Kesehatan kerja pada Perawat...................................................5

C. Pencegahan.................................................................................................6

D. Pencegahan dan pengendalian.................................................................7


1. Kebersihan Tangan Prinsip mencuci tangan........................................7

2. Alat pelindung diri..................................................................................7

3. Cara bekerja diruang isolasi..................................................................8

4. Cara melakukan desinfeksi....................................................................9

5. Cara melakukan sterilisasi...................................................................10

BAB 3....................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................13

B. Saran.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang


didalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia, (petugas, pasien dan
pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, ternyata di samping
dapat menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan
yang baik terhadap pasien, juga dapat menimbulkan dampak negatif
berupa pengaruh buruk kepada manusia seperti pencemaran lingkungan,
sumber penularan penyakit dan menghambat proses penyembuhan dan
pemulihan penderita. Keperawatan merupakan bentuk pelayanan
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara
berkesinambungan mulai dari pasien membutuhkan pelayanan sampai
pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara produktif untuk
dirinya sendiri dan orang lain. Ketidakmampuan pasien, kurangnya
pengetahuan, kondisi penyakit, serta motivasi diri selama menjalani
perawatan di rumah sakit dapat mengganggu proses pemenuhan
kebutuhan sehari-hari pasien (Kusnanto, 2004).

Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling besar jumlahnya


dan paling lama kontak dengan pasien, sehingga sangat berisiko dengan
pekerjaannya, namun banyak perawat tidak menyadari terhadap risiko
yang mengancam dirinya, melupakan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran di
dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenangan yang
ada (Asmadi, 2008). Salah satu peran perawat adalah sebagai pemberi
asuhan keperawatan atau care provider. Peran perawat sebagai care
provider harus dilaksanakan secara komprehensif atau menyeluruh, tidak
hanya berfokus pada tindakan promotif tetapi juga pada tindakan
preventif seperti pelaksanaan personal hygiene. Personal hygiene adalah
cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka secara
fisik dan keadaan emosional. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Ketika
memberikan perawatan kebersihan diri pada pasien, perawat dapat
mengkaji status fisik dan emosional pasien, dan dapat mengimplementasi
proses perawatan bagi kesehatan total pasien (Potter, 2005).

1
Dalam pelayanan keperawatan, terinfeksi merupakan masalah
yang sangat serius sehingga memerlukan perhatian yang sangat besar
dalam penatalaksanaan. Prinsip umum yang harus diperhatikan adalah
menjaga agar pasien tidak terinfeksi, pasien yang terinfeksi tidak tertular
oleh mikroorganisme yang lain, pasien yang terinfeksi tidak menjadi
sumber penularan bagi pasien yang lain, dan menjaga infeksi jangan
sampai berkembang dan menjadi lebih parah (Stevens, 2000). Penerapan
kewaspadaan standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan
pathogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui
maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua
pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (World Health
Organization, 2008). Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Faktor risiko PAK
antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat
kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab
yang pokok dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain
seperti kerentanan individual juga berperan dalam perkembangan
penyakit di antara pekerja yang terpajan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana definisi upaya pencegahan penularan ?
2. Apa Faktor Kesehatan kerja pada Perawat ?
3. Bagaimana Pencegahan penularan ?
4. Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian penularan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui penjelasan secara detail tentang upaya pencegahan
penularan.
2. Untuk mengetahui macam-macam pencegahan penularan.

2. Tujuan Khusus
1. Untuk memahami apa yang dimaksud upaya pencegahan penularan.
2. Untuk mengetahi Faktor Kesehatan kerja pada Perawat.
3. Untuk memahami Pencegahan penularan.
4. Untuk memahami cara pencegahan dan pengendalian penularan.

2
D. Manfaat
1. Dibuatnya makalah ini bertujuan agar petugas kesehatan khususnya
perawat dapat mengetahui tindakan untuk pencegahan penularan
infeksi
2. Sebagai referensi untuk mahasiswa khususnya mahasiswa keprawatan
dalam menciptakan asuhan keprawatan ke pasien.

3
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dalam pelayanan keperawatan, terinfeksi merupakan masalah
yang sangat serius sehingga memerlukan perhatian yang sangat besar
dalam penatalaksanaan. Prinsip umum yang harus diperhatikan adalah
menjaga agar pasien tidak terinfeksi, pasien yang terinfeksi tidak tertular
oleh mikroorganisme yang lain, pasien yang terinfeksi tidak menjadi
sumber penularan bagi pasien yang lain, dan menjaga infeksi jangan
sampai berkembang dan menjadi lebih parah (Stevens, 2000).
Kewaspadaan standar yang digunakan untuk perawatan kesehatan pasien
yang dirawat di rumah sakit termasuk memberikan perhatian khusus pada
penerapan teknik barier, meliputi; mencuci tangan, pakai masker dan
sarung tangan, cuci tangan dan permukaan kulit lain segera jika
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh, jangan menutup kembali
atau memanipulasi jarum, buang jarum ke wadah benda tajam. Letakkan
semua limbah dan material yang terkontaminasi dalam kantung plastik,
peralatan klien dibersihkan dan diproses ulang dengan tepat, alat sekali
pakai dibuang. Linen yang terkontaminasi diletakkan dalam kantong
yang tahan bocor dan ditangani untuk mencegah paparan terhadap kulit
dan membrane mukosa (Schaffer, Garzon, Heroux & Korniewicz, 2000).

Faktor Kesehatan kerja pada Perawat Sterilisasi dalam mikrobiologi


berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam
bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan
keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat oleh panas (kalor),
gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh
bermacam-macam larutan kimia; oleh sinar lembayung ultra atau sinar
gamma. Mikroorganisme juga dapat disingkirkan secara mekanik oleh
sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi.
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan
semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda
(Hadioetomo, 1990). Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang
mikrobiologi harus dalam keadaan steril.Steril artinya tidak didapatkan
mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu atau

4
mertsak media atau mengganggu kehidupan dan proses yang sedang
dikerjakan.Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh
semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme disebut dengan
sterilisasi.
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan semua mikroorganisme
yang hidup. Sterilisasi juga didefinisikan sebagai upaya untuk membunuh
mikroorganisme termasuk dalam bentuk spora. Adanya pertumbuhan
mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih
berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi
berlangsung sempurna, maka spora bakteri akan dilemahkan. Sterilisasi
adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga
jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang
dapat berkembangbiak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang
paling tahan panas yaitu spora bakteri .

1. Faktor predisposing (pencetus) (pengetahuan, sikap. Kepercayaan


dan nilai) pada perawat terhadap K3RS yaitu memiliki hubungan
yang sangat berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
pada perawat dalam penanganan pasien.

2. Faktor reinforcing (pendorong) (petugas yang menjadi contoh) pada


perawat terhadap K3RSHasil uji statistik nilai faktor reinforcing
(petugas yang menjadi contoh) ini tidak berpengaruh terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja pada perawat dalam penanganan
pasien.
3. Faktor enabling (fasilitas keamanan dan keselamatan, hukum/aturan)
pada perawat terhadap K3RS. Faktor enabling berpengaruh terhadap
K3 pada perawat dalam penanganan pasien, Nilai yang paling tinggi
pada faktor enabling berada pada komponen hukum/aturan karena
pada prinsipnya perilaku seseorang dipengaruhi oleh aturan yang ada
di lingkungannya, sebagai contoh seseorang yang bekerja sebagai
prajurit maka ia harus menaati peraturan dan disiplin terhadap aturan
bila tidak maka ia akan terkena hukuman. Kebiasaan dalam menaati
aturan ini menjadi kebiasaan yang baik sehingga ia tidak akan
melanggar aturan karena kebiasaan disiplin dan sanksi dari aturan

5
tersebut.
4. Factor core and care. Faktor core, and care (hubungan interpersonal
dan kepedulian) berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja pada perawat dalam penanganan pasien.

B. Pencegahan

a. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan


kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang
memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual,
konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.

b. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi,


hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap
bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung
diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga
(ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan
sebagainya.

c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan


titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.

d. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:


memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.

e. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan


mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan keryawan-karyawan
cacat di jabatan yang sesuai.

6
C. Pencegahan dan pengendalian

1. Kebersihan Tangan Prinsip mencuci tangan

Fasilitas penunjang cuci tangan juga merupakan faktor


penting yang berperan dalam kepatuhan petugas untuk mencuci
tangan dengan benar. Kebersihan tangan di kamar operasi dibagi
menjadi 2 macam, yaitu pertama adalah cuci tangan steril yang harus
dilakukan oleh dokter dan perawat sebelum melakukan tindakan
operasi, sedangkan yang kedua adalah cuci tangan biasa yang harus
dilakukan oleh seluruh pegawai yang bekerja. Tangan dapat
membawa sejumlah organisme secara signifikan baik pathogen
maupun flora normal. Mencuci tangan yang tepat dapat menurunkan
angka infeksi dan secara potensial mengurangi transmisi ke pasien
sebelum merawat pasien, terlebih dahulu mencuci tangan untuk
menghilangkan sejumlah organisme normal pada tubuh manusia
hingga ke tingkat yang aman. Selain itu, mencuci tangan merupakan
tindakan pengendalian infeksi yang paling mendasar dan penting,
namun sering diabaikan karena hasil yang tampak dan
mikroorganisme tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Beberapa
perawat teramati tidak melakukan cuci tangan saat akan kontak
dengan pasien, perawat langsung menjumpai pasien dan mengenakan
sarung tangan. Selain itu, prinsip penerapan cuci tangan paling jarang
dilakukan oleh perawat pelaksana adalah tindakan mencuci tangan
sebelum kontak dengan pasien lain.

2. Alat pelindung diri

Prinsip Penggunaan Baju Pelindung Menurut Tietjen (2004),


baju pelindung dipergunakan untuk mencegah cipratan pada baju
yang dikenakan oleh petugas pelayanan kesehatan, baju pelindung
melindungi petugas pelayanan kesehatan dari kontak dengan darah
atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi. Sama halnya dengan
penggunaan masker, alasan utama menggunakan baju pelindung
adalah untuk mencegah perawat kontak langsung dengan bahan,
darah atau cairan tubuh yang terinfeksi, alasan lain adalah untuk
mencegah pakaian perawat menjadi kotor selama kontak dengan
pasien (Potter & Perry, 2005). Menurut Berman (2009), gaun (dari

7
kain yang bersih) atau disposible (dari bahan sejenis kertas) atau
apron (terbuat dari plastik) digunakan saat seragam perawat
kemungkinan akan kotor. Baju pelindung harus mempunyai lapisan
kedap air sehingga cairan tubuh tidak dapat tembus. Berdasarkan
pengamatan, penggunaan baju pelindung yang terbuat dari plastik
lebih efektif karena bila kotor bisa dibersihkan lansung dengan
menggunakan cairan desinfektan atau alkohol, tetapi bila terbuat dari
kain harus diserahkan kepada pihak laundry untuk dilakukan
pencucian. Keterlambatan pengiriman baju pelindung bersih ke
ruangan dan persediaan di ruangan yang terbatas menyebabkan
masih adanya perawat yang tidak menggunakan baju pelindung saat
akan melakukan tindakan.

3. Cara bekerja diruang isolasi

1. Persiapan sarana
Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran
badan. Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan
sesuai ukuran kaki. Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi
Tingkat Tinggi) atau steril ukuran pergelangan dan sepasang
sarung bersih ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.
Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang bersih.
Masker N95 dan kacamata pelindung Lemari berkunci tempat
menyimpan pakaian dan barang – barang pribadi.
2. Langkah awal saat masuk keruang perawatan isolasi Lakukan hal
sebagai berikut :
1. Lepaskan cincin, jam atau gelang
2. Lepaskan pakaian luar
3. Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
4. Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang
barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci yang telah
disediakan.
5. Mencuci tangan
6. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan
7. Kenakan gaun luar/jas operasi
8. Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan
9. Kenakan masker

8
10. Kenakan masker bedah
11. Kenakan celemek plastik/apron
12. Kenakan penutup kepala
13. Kenakan alat pelindun gmata (goggles / kacamata)
14. Kenakan sepatu boot karet

4. Cara melakukan desinfeksi

Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme


patogen pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada
endospora bakteri.Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan yang
dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak
dengan membunuh spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun
kedokteran. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan
desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam, dan
menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi dan
mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai. Kriteria desinfeksi
yang ideal adalah :

a. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme


pada suhu kamar.
b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organic, pH,
temperature dan kelembaban.
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia.
d. Tidak bersifat korosif.
e. Tidak berwarna dan meninggalkan noda.
f. tidak berbau.
g. Bersifat biodegradable / mudah diurai.
h. Larutan stabil.
i. Mudah digunakan dan ekonomis.
j. Aktivitas berspektrum luas.

Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara yaitu cara fisik (
pemanasan ) dan cara kimia ( penambahan bahan kimia ).

1. Macam-Macam Desinfektan

a. Alkohol Etil alcohol atau propel alcohol pada air digunakan


untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan

9
aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk
mendesinfeksi permukaan.
b. Grutalldehid Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan
yang popular pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun
dalam bentuk kombinasi. Grutaldehid merupakan desinfektan
yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk
mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan.
c. Biguanid Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang
digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai
antiseptic kontrok plak.
d. Fenol Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat
digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh
karena tidak dapat dirusak oleh zat organic.Zat ini bersifat
virusidal dan sporosidal yang lemah.Namun karena sebagian
besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di
Rumah Sakit dan laboratorium.
e. Klorsilenol Klorsilenol merupakan larutan yang tidak
mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptic.

2. Cara Kerja Desinfeksi

a. Denaturasi protein mikroorganisme. Perubahan strukturnya


hingga sifat-sifat khasnya hilang.
b. Pengendapan protein dalam protoplasma (zat-zat halogen,
fenol, alcohol, dan garam logam).
c. Oksidasi protein (oksidanasia).
d. Mengganggu system dan proses enzim (zat-zat halogen,
alcohol ,dan garam logam).
e. Modifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma
(desinfektasi dengan aktivitas permukaan).

5. Cara melakukan sterilisasi

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik


yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak
ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus
dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora
bakteri (Fardiaz, 1992). Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan

10
terhadap bahan atau barang dimana pada akhir proses tidak terdapat
tersebut (Diana Arisanti, 2004). Sterilisasi adalah setiap proses kimia ,
fisika dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan ,
terutama mikroorganisme ( waluyo,2005). ikroorganisme pada bahan
atau barang

Metode Sterilisasi sebagai berikut :


a. Pemanasan Basah
Pemanasan basah adalah sterilisasi panas yang digunakan
bersama-sama dengan uap air. Pemanasan basah biasanya
dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah
diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada
suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Cara
pemanasan basah dapat membunuh jasad renik atau
mikroorganisme terutama karena panas basah dapat
menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim
didalam sel (Fardiaz, 1992).
b. Pemanasan Kering Dibandingkan pemanasan basah,
pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang
lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini
disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas
laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat
menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen
di dalam sel (Fardiaz, 1992). Keuntungan dari pemanasan
kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau
alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk
sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah
(Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan
dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana
menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam
dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992).
c. Pemanasan Bertahap Pemanasan bertahap dilakukan bila
media atau bahan kimia tahan terhadap uap 1000C (Lay dan
Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan
dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan
uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut.

11
Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja
diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel
vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya
(Fardiaz, 1992).
d. Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap
air pada suhu 1000C selama beberapa menit (Fardiaz, 1992).
Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum
dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992).
e. Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada
suhu kamar. Sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk
bahan yang peka terhadap panas misalnya serum, urea dan
enzim (Lay dan hastowo, 1992). Dengan cara penyaringan
larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup
dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori
yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang
lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung
didalam wadah yang steril (Hadioetomo, 1985).
f. Radiasi Ionisasi Radiasi ionisasi adalah radiasi yang
mengandung energi yang jauh lebih tinggi daripada sinar
ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang
lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar
gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992).
Radiasi dengan sinar gama dapat menyebabkan ion bersifat
hiperaktif (Lay dan Hastowo, 1992).
g. Radiasi Sinar Ultraviolet Sinar ultra violet dengan panjang
gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang
sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat
tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan
tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan berkas yang
mempunyai gelombang yang lebih panjang (Lay dan Hastowo,
1992).

12
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pelayanan keperawatan, terinfeksi merupakan masalah yang
sangat serius sehingga memerlukan perhatian yang sangat besar dalam
penatalaksanaan. Prinsip umum yang harus diperhatikan adalah menjaga
agar pasien tidak terinfeksi, pasien yang terinfeksi tidak tertular oleh
mikroorganisme yang lain, pasien yang terinfeksi tidak menjadi sumber
penularan bagi pasien yang lain, dan menjaga infeksi jangan sampai
berkembang dan menjadi lebih parah (Stevens, 2000).
Untuk mewujudkan perilaku pencegahan PAK yang tepat maka
dapat dilihat bagaimana peran serta dari para pekerja apakah aktif atau
pasif, para pekerja telah berperan serta melakukan upaya pencegahan
PAK dengan ikut mematuhi safety.

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami sebagai mahasiswa untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai upaya pencegahan
infeksi ataua penyakit dalam dalam proses keperawatan dan diharapkan
dapat menambah pengetahuan mahasiswa khususnya mahasiswa
keperawatan dalam mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
infeksi. Serta bermanfaat bagi institusi sebagai bahan pertimbangan untuk
perbandingan dalam meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Daniel, A. S., Cindy, K., & Sandy, T. (2021). DISINFEKSI DAN STERILISASI
DI FASILITAS KESEHATAN. Keterampilan bedah sederhana di
fasilitas layanan primer, 92.
Hasugian, A R. (2017). Perilaku Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Tenaga Kerja
Indonesia di Kansashi, Zambia: Analisis Kualitatif. Jurnal Media
Litbangkes, 27(2), 111-124.

Ikhwan. K., Azzahri. L. M. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DENGAN
KEPATUHAN PENGGUNAAN APD PADA PERAWAT DI
PUSKESMAS KUOK. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(1), 50-57.

Kamil. H. Penerapan Prinsip Kewaspadaan Standar Oleh Perawat Pelaksana Di


Ruang Rawat Inap Penyakit Bedah Rsudza Banda Aceh. Idea Nursing
Journal. Vol. II No. 1 Hlm. 1-11.

14

Anda mungkin juga menyukai