RUSMANG
15020160065
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2020
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT OBAT PADA PASIEN
HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LAMADDUKELLENG KABUPATEN WAJO
PERIODE JULI – DESEMBER 2018
Skripsi
RUSMANG
Nama : RUSMANG
Stambuk : 15020160065
sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan plagiat,
duplikat, tiruan, atau dibuat dan dibantu oleh orang lain sebagian atau
secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi
hukum.
Penulis
RUSMANG
RUSMANG
Nomor Pokok : 15020160065
Menyetujui,
apt. Hendra Herman, S.Farm., M.Sc. apt. Rizqi Nur Azizah, S.Si., M.Farm.
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
Mengetahui,
apt. Rachmat Kosman,S.Si., M.Kes. Dr. apt. Andi Emelda, S.Si., M.Si.
NIP. 116 020769 NIP. 19740816 200902 2 002
30 Juli 2020
Nama : RUSMANG
Stambuk : 15020160065
Tim Penguji :
lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar
Makassar. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari jasa-jasa orang tua dan
tersayang yang selama ini telah banyak memberikan dukungan, doa, dan
studi. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada saudara
perguruan tinggi.
apt. Aulia Wati, S.Farm., M.Si. selaku Ketua Penguji dan Ibu apt.
perkuliahan.
besarnya kepada :
2. Ibu apt. Nurlina, S.Si., M.Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi
6. Ibu Dr. apt. Andi Emelda, S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi
10. Ibu apt. Aulia Wati, S.Farm., M.Si. selaku Kepala Laboratorium
12. Ibu apt. St. Maryam, S.Si., M.Sc. selaku Kepala Laboratorium
16. Teman main, belajar, meneliti, dan melakukan hal tidak penting
A. Sulfiana Ariani, Nur Alfiah, Ayu Lestari Suharto dan Rita Permasari
Ikhsan.
17. Teman seperjuangan angkatan 2016 dan kelas c3 dan c4 yang tidak
Penulis
RUSMANG
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
PENGESAHAN PEMBIMBING iv
PENGESAHAN PENGUJI v
PRAKATA vi
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
D. Manfaat Penelitian 4
E. Kerangka Pikir 4
B. Hipertensi
1. Defenisi 7
2. Etiologi 9
xii Universitas Muslim Indonesia
3. Patofisiologi 10
4. Gejala 11
5. Terapi Antihipertensi
C. Metode Kerja 22
E. Analisis Data 22
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 43
B. Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 46
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
relatif jarang terjadi. Perhatian yang lebih sangat diperlukan untuk rutin
yaitu 120-140 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80-90 mmHg untuk
tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 100
Secara global pada tahun 2015 satu dari empat pria dan satu dari
yang diterima oleh pasien sangat diperlukan (Wuyts et al. 2019, h. 1).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani pada tahun 2016 di RSUD
س ًرا
ْ ُ ري
ِ س ُ ْ ع ال
ْ ع َ م
َ ن َ
َ ِ فإ
Artinya : “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Makna dari ayat tersebut, yaitu di balik setiap permasalahan akan selalu
rekam medik ataupun resep obat pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
B. Rumusan Masalah
Desember 2018 ?
1. Maksud Penelitian
2. Tujuan Umum
terkait obat pada pasien hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit Umum
3. Tujuan Khusus
masalah terkait obat pada pasien hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit
D. Manfaat Penelitian
mewujudkan terapi yang baik dan benar serta menjadi tahap awal bagi
penelitian lebih lanjut serta studi mengenai permasalahan terkait obat baik
E. Kerangka Pikir
Hipertensi
Terapi Obat
TINJAUAN PUSTAKA
obat baru, praktik tersebut telah banyak dibicarakan tetapi hanya sedikit
terapi obat yang dinyatakan dengan benar meliputi (a) deskripsi kondisi
atau masalah pasien, (b) terapi obat yang terlibat, dan (c) hubungan
spesifik antara terapi obat dan kondisi pasien (Cipolle et al. 2012).
memeriksa tiga sistem klasifikasi dari Amerika Serikat, yaitu Cipolle versi
Assessment and Planning (iMAP) tool. Tiga sistem klasifikasi dari Eropa,
utama (PCNE 2019). Peristiwa yang melibatkan terapi obat yang benar-
pengobatan terdapat 3 sub domain, yaitu tidak ada efek dari terapi obat,
pengaruh terapi obat tidak optimal dan gejala atau indikasi yang tidak
diobati. Pada keamanan terapi terdapat 1 sub domain, yaitu reaksi obat
domain, yaitu masalah terhadap efektivitas biaya terapi, terapi obat yang
tidak perlu dan masalah atau keluhan yang tidak jelas (PCNE 2019).
B. Hipertensi
1. Defenisi
140).
khusunya pada dinding arteri yang diukur dalam satuan milimeter air raksa
(mmHg). Dua nilai tekanan darah arteri, yaitu tekanan darah sistolik
keadaan istirahat dan ruang jantung penuh dengan darah (Bell et al. 2018,
h. 3).
pada seseorang bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
yaitu tekanan darah sistolik (PERKI 2015, h. 1). Data klasifikasi tekanan
penyakit baik pada rawat jalan maupun rawat inap pada tahun 2018 yang
2. Etiologi
2018, h. 2).
3. Patofisiologi
atau gangguan pada elektrolit (natrium, klorida, kalium) (Bell et al. 2018, h.
2).
kalium dan volume darah yang akhirnya akan mengatur tekanan darah di
arteri (pembuluh darah yang membawa darah keluar dari jantung). Dua
4. Gejala
karena biasanya tidak ada tanda atau gejala peringatan sehingga banyak
gejala, seperti sakit kepala, muntah, pusing dan mimisan yang lebih
sering. Gejala ini biasanya tidak terjadi sampai tingkat tekanan darah
5. Terapi Antihipertensi
asupan natrium tinggi (lebih dari 2,3 gram per hari) menduduki jumlah
asupan natrium kurang dari 1500 mg per hari (1,5 gram). Karena
dan bermanfaat untuk pengurangan tekanan darah (Bell et al. 2018, h. 3).
lebih sedikit dalam sehari dan wanita, yaitu satu atau kurang.
darah tinggi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang minum
hingga kuat tiga hingga empat kali dalam seminggu untuk membantu
tiazid atau Calsium Channel Blockers (CCB). Populasi kulit hitam memiliki
pengurangan tekanan darah yang lebih kecil saat diberikan terapi obat
golongan ACEI atau ARB. Tujuan memulai terapi obat adalah untuk
tercapai setelah satu bulan terapi, maka dosis awal obat dapat
berbeda) dapat digunakan sebagai terapi awal jika tekanan darah sistolik
≥ 160 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik > 100 mmHg atau tekanan
darah sistolik > 20 mmHg di atas target dan/atau tekanan darah diastolik >
10 mmHg di atas target. Jika dua obat tidak cukup untuk memenuhi target
hipertensi jika target tekanan darah tidak tercapai, yaitu agen lini pertama
(tiazid, CCB, ACEI, ARB). Tiazid dan diuretik tiazid menjadi manajemen
Akibatnya, air dan elektrolit (natrium dan klorida) hilang sehingga volume
tekanan darah jangka panjang. Adapun efek yang ditimbulkan dari obat
ini, yaitu meningkatnya rasa haus, peningkatan buang air kecil, pusing dan
tekanan darah rendah. Peningkatan buang air kecil sering terjadi selama
untuk minum obat di pagi hari untuk mencegah buang air kecil di malam
pengobatan hipertensi (12,5 – 25 mg per hari) (Bell et al. 2018, h. 5). Data
pada jantung dan menurunkan tekanan darah. Efek samping yang umum
terjadi, yaitu sakit kepala, pusing, kemerahan serta bengkak di kaki dan
lengan. Adapun efek samping yang serius ketika pemberian terapi CCB
dimulai, yaitu nyeri dada (Bell et al. 2018, h. 5). Data dosis dan frekuensi
pada pasien dengan gagal jantung setelah serangan jantung dan pada
yang biasanya dimulai dalam dua minggu pertama terapi. Jika ini terjadi,
dalam waktu seminggu. Efek samping umum, yaitu tekanan darah rendah,
sakit kepala dan penurunan laju filtrat glomerulus (tes yang digunakan
untuk memeriksa bagaimana kerja ginjal). Efek samping serius dari ACE
kulit yang mirip dengan gatal-gatal) dan kadar kalium yang tinggi. Jika
ACE inhibitor, maka terapi ACE inhibitor baik dengan golongan yang sama
inhibitor tidak boleh digunakan pada wanita hamil karena agen ini dapat
meningkatkan risiko komplikasi janin (Bell et al. 2018, h. 5). Data dosis
bertindak serupa dengan ACE inhibitor. Seperti ACE inhibitor, agen ini
inhibitor, ARB telah terbukti sama efektifnya dengan ACE inhibitor, tetapi
dengan sedikit efek samping. Efek samping umum, yaitu batuk, tekanan
darah rendah, sakit kepala dan penurunan laju filtrat glomerulus. Efek
samping serius, yaitu risiko angiodema dan kadar kalium yang tinggi.
Risiko batuk dan angiodema secara signifikan lebih rendah dengan terapi
agen ini tidak boleh digunakan selama kehamilan karena risiko janin
(Bell et al. 2018, h. 5). Data dosis dan frekuensi obat antihipertensi
pada jantung. Jika reseptor ini diblokir, maka hanya terdapat sedikit
spesifik. Menurut JNC-8, beta-blocker harus dimulai jika terapi lini pertama
harus digunakan sebagai terapi primer jika pasien memiliki indikasi yang
bahwa doxazosin memiliki kejadian gagal jantung yang lebih tinggi dan
peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Namun, agen ini memiliki
terakhir untuk mengobati hipertensi. (Bell et al. 2018, h. 6). Data dosis dan
METODE PENELITIAN
Wajo.
a. Populasi
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua pasien yang
b. Sampel
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah pasien dengan data rekam
Perhitungan Sampel :
Keterangan :
n = besar sampel
Q =1-P
Z α2 x P x Q
n=
d2
= ¿¿
= 29,55
= 30 sampel
C. Metode Kerja
1. Tahap Persiapan
tinggi.
2. Tahap Penelitian
Pada tahap ini, data berupa rekam medik akan diperiksa agar sesuai
Pasien Hipertensi
N = 77
Pada tahap ini, semua data rekam medik yang telah memenuhi
Bahan dalam penelitian ini adalah data rekam medik pasien yang
E. Analisis Data
DRP maupun karakteristik pasien, uji Chi-Square dan uji Fisher untuk
tersebut membuat suatu obat gagal untuk mencapai target terapi. Pada
penelitian ini telah dilakukan identifikasi masalah terkait obat pada pasien
rekam medik yang telah memenuhi kriteria baik inklusi maupun eksklusi.
atau informasi yang berkaitan dengan masalah terkait obat, seperti nilai
interaksi obat, jenis interaksi obat, dosis dan frekuensi pemakaian obat
formularium nasional.
sebagai berikut.
dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu normal tinggi, grade I, grade II,
dan aritmia. Menurut Budiman et al. (2015) kadar kolesterol serum dan
pembuluh darah). Hal yang sama juga terjadi pada pasien yang memiliki
trombosit yang merupakan hasil dari reaksi inflamasi. Hal serupa juga
jantung.
2018 diperoleh obat antihipertensi yang paling sering digunakan pada ke-
Blocker (CCB) paling sering digunakan dalam terapi, baik untuk terapi
saluran ion kalsium terhalang dengan adanya obat golongan ini sehingga
al. 2015, h. 93). Penghambatan ion kalsium yang merupakan ion yang
darah dapat tercapai dengan baik sehingga obat golongan ini dijadikan
obat golongan lain, seperti manitol yang merupakan golongan diuretik dan
II. Angiotensin II memiliki dua reseptor, yaitu AT1 dan AT2. Reseptor AT1
terdapat di otot polos pembuluh darah, otot jantung, ginjal, otak dan
AT1 (DiPiro et al. 2015, h. 93) dimana jika reseptor ini dihambat, maka
ekstraselular (Nafrialdi 2016, h. 348). Golongan ini juga dijadikan terapi lini
pertama karena efek penurunan tekanan darah yang baik. Meskipun efek
diuresis yang dihasilkan oleh obat golongan diuretk (DiPiro et al. 2015, h.
94) akan mengganggu dan menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien
karena frekuensi buang air kecil akan meningkat. Dalam terapi kombinasi
kesesuaian indikasi dan interaksi obat. Efek samping dan interaksi obat
dapat dilihat dan dibandingkan pada interaction checker yang ada pada
obat dapat dilihat dari perubahan nilai tekanan darah awal dan akhir
optimal, kurang optimal atau bahkan tidak optimal. Data kategori masalah
target nilai tekanan darah akhir, 14 (46,7%) pasien memiliki efek terapi
(26,7%) pasien memiliki efek terapi yang kurang optimal dengan rentang
penurunan tekanan darah 5-40 mmHg namun target tekanan darah tidak
tercapai. Data nilai tekanan darah awal dan akhir ke-30 pasien hipertensi
pasien dan 28 (93,3%) pasien lainnya tidak ada. Efek samping obat
sesuai dengan kondisi pasien yang menderita efek samping obat yang
pasien yang tidak sesuai dengan indikasi dan 11 (36,7%) pasien yang
telah diketahui bahwa pemberian obat oral untuk hipertensi yang sudah
berat akan mengganggu terapi karena lamanya onset dicapai. Obat - obat
cepat dan terapi pasien hipertensi dapat ditangani dengan baik. Selain itu,
interaksi obat. Adapun jenis interaksi obat yang diperoleh, yaitu sebanyak
kombinasi ini perlu dihindari atau digunakan obat alternatif. Manfaat terapi
tidak serta menentukan jumlah dan kategori DRP yang paling banyak
ditemukan. Berikut data masalah terkait obat yang dapat dilihat pada
rumah sakit tersebut dan 5 (16,7%) pasien lainnya tidak mengalami DRP.
Adapun jumlah DRP yang terjadi pada seorang pasien berjumlah satu
bahwa kategori masalah terkait obat yang paling banyak ditemukan, yaitu
kategori efektifitas dan indikasi yang terjadi pada 15 (50,0%) pasien. Hasil
16
14
12
10
0
tersebut menunjukkan bahwa ketidaktepatan obat yang diberikan dengan
target terapi tidak tercapai. Data jumlah kategori DRP di Rumah Sakit
hidup pasien setelah pemberian obat dengan benar dan rasional. Namun,
sering ditemukan adanya masalah terkait obat seperti indikasi yang tidak
tepat pada pasien yang datang ke rumah sakit baik yang rawat inap
tetapi pasien tidak menerima obat sesuai dengan masalah medis yang
hubungan kategori DRP terhadap masalah terkait obat dapat dilihat pada
analisis statistik Chi-square dengan kotak 2x3 sehingga nilai Pearson Chi-
0,000 dimana nilai tersebut < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
dimaksud dalam hal ini, yaitu semakin tidak optimal suatu obat
sehingga dilakukan uji Fisher dan didapatkan nilai significancy (p) 0,003
dimana nilai tersebut < 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
dimaksud dalam hal ini, yaitu semakin tidak sesuai indikasi dengan terapi
sehingga dilakukan uji Fisher dan didapatkan nilai significancy (p) 1,000
dimana nilai tersebut > 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
dilakukan uji Fisher dan didapatkan nilai significancy (p) 1,000 dimana
nilai tersebut > 0,05 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
Efektifitas Optimal 3 5 8
Tidak optimal 14 0 14
Kurang optimal 8 0 8
Total 25 5 30
Indikasi Sesuai 6 5 11
Tidak 19 0 19
Total 25 5 30
Efek samping Ada 2 0 2
Tidak 23 5 28
Total 25 5 30
Interaksi Obat Ada 4 0 4
Tidak 21 5 26
Total 25 5 30
Dianalisis menggunakan Crosstabs
tidak optimal dan disertai DRP sebanyak 14 pasien serta kurang optimal
hipertensi yang tidak optimal dan kurang optimal yang tidak disertai DRP
tidak ditemukan. Dari hasil tersebut sangat terlihat jelas bahwa 14 pasien
pasien, indikasi yang sesuai yang tidak disertai DRP sebanyak 5 pasien,
indikasi yang tidak sesuai yang disertai DRP sebanyak 19 pasien serta
tidak ditemukannya sampel yang tidak sesuai indikasi dan juga tidak
disertai DRP. Dari hasil tersebut sangat terlihat jelas bahwa 19 pasien
pasien dan tidak ditemukannya efek samping obat yang tidak disertai
DRP. Sedangkan untuk sampel yang tidak terdapat efek samping obat
tidak memiliki efek samping dan juga tidak disertai DRP. Dari hasil
tersebut terlihat bahwa ada 23 pasien yang mengalami DRP namun tidak
sampel yang tidak terdapat interaksi obat namun disertai DRP ditemukan
sebanyak 21 pasien dan 5 pasien lainnya tidak terdapat interaksi obat dan
juga tidak disertai DRP. Dari hasil tersebut terlihat bahwa ada 21 pasien
Efektifitas Optimal 0 6 0 2 8
Tidak optimal 7 6 1 0 14
Kurang optimal 2 5 0 1 8
Total 9 17 1 3 30
Indikasi Sesuai 0 11 0 0 11
Tidak sesuai 9 6 1 3 19
Total 9 17 1 3 30
Efek Ada 0 2 0 0 2
samping Tidak ada 9 15 1 3 28
Total 9 17 1 3 30
Interaksi Ada 0 3 0 1 4
obat Tidak ada 9 14 1 2 26
Total 9 17 1 3 30
Dianalisis menggunakan Crosstabs
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
terkait obat.
0,000 dan 0,003 yang menunjukkan bahwa semakin tidak optimal dan
B. Saran
LAMPIRAN
Jumlah DRPs
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid - 5 16.7 16.7 16.7
Satu 5 16.7 16.7 33.3
Dua 18 60.0 60.0 93.3
Tiga 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Kategori DRP
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid - 5 16.7 16.7 16.7
Efektifitas 3 10.0 10.0 26.7
Interaksi Obat 1 3.3 3.3 30.0
Indikasi 1 3.3 3.3 33.3
Efektifitas + Indikasi 15 50.0 50.0 83.3
Efektifitas + IO 1 3.3 3.3 86.7
Indikasi + IO 1 3.3 3.3 90.0
Efektifitas + Efek
1 3.3 3.3 93.3
Samping
Efektifitas + Indikasi +
1 3.3 3.3 96.7
Efek Samping
Efektifitas + Indikasi +
1 3.3 3.3 100.0
IO
Total 30 100.0 100.0
Diagnosis
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Tunggal 24 80.0 80.0 80.0
Komplikasi 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Kategori Hipertensi
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Normal Tinggi 2 6.7 6.7 6.7
Grade I 3 10.0 10.0 16.7
Grade II 9 30.0 30.0 46.7
Urgency 7 23.3 23.3 70.0
Emergency 9 30.0 30.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Obat Hipertensi
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Mannitol 9 30.0 30.0 30.0
Amlodipin 17 56.7 56.7 86.7
Mannitol + Amlodipin 1 3.3 3.3 90.0
Amlodipin + Candesartan 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Indikasi
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Sesuai 11 36.7 36.7 36.7
Tidak Sesuai 19 63.3 63.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Dosis Obat
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Sesuai 30 100.0 100.0 100.0
Frekuensi Obat
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Sesuai 30 100.0 100.0 100.0
Interaksi Obat
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Ada 4 13.3 13.3 13.3
Tidak Ada 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Kontraindikasi Obat
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Tidak Ada 30 100.0 100.0 100.0
Duplikasi Obat
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Tidak Ada 30 100.0 100.0 100.0
Formularium Nasional
Valid Cumulative
Frequency Percent
Percent Percent
Valid Ada 30 100.0 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 16.500a 2 .000
Likelihood Ratio 16.449 2 .000
Linear-by-Linear
10.875 1 .001
Association
N of Valid Cases 30
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1.33.
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.364a 1 .001
Continuity Correctionb 7.349 1 .007
Likelihood Ratio 11.875 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear
10.018 1 .002
Association
N of Valid Cases 30
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.83.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .429a 1 .513
b
Continuity Correction .000 1 1.000
Likelihood Ratio .757 1 .384
Fisher's Exact Test 1.000 .690
Linear-by-Linear
.414 1 .520
Association
N of Valid Cases 30
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .33.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .923a 1 .337
Continuity Correctionb .058 1 .810
Likelihood Ratio 1.577 1 .209
Fisher's Exact Test 1.000 .462
Linear-by-Linear
.892 1 .345
Association
N of Valid Cases 30
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .67.
b. Computed only for a 2x2 table