Anda di halaman 1dari 3

Jenis Karet

Jenis karet pada umumnya terbagi menjadi dua macam, yaitu jenis karet alam dan karet sintetis. Kedua
jenis karet ini memiliki berbagai sifat yang berbeda-beda sehingga penggunaannya harus disesuaikan
berdasarkan jenis karet tersebut. Secara umum karet mempunyai sifat elastis, flexibel, liat dan beberapa
ada yang kedap udara / kedap air.

Menurut penggunaannya karet dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:

Karet yang dipakai secara umum

Karet tahan minyak

Karet tahan panas

Karet yang dipakai secara umum

Untuk jenis karet ini, ketahanan terhadap minyak tidak diutamakan.

Karet alam (natural rubber/NBR) – cis 1,4-polyisoprene

Karet sintetis: Polyisoprene (IR) – cis 1,4-polyisoprene ———>

Ada 2 jenis yaitu 96-98% cis IR yang diproduksi dengan Zieglar katalisator dan 92% cis IR yang diproduksi
dengan alkillithium inisiator.

Kelemahannya dibanding karet alam: ketahanan sobek dari vulkanisatnya lebih rendah sehingga tidak
bisa

digunakan 100% untuk menggantikan karet alam.

Keuntungan polyisoprene: tidak mengandung bahan yang dapat menarik air, mudah diproses, viskositas
lebih seragam, cure juga seragam dan tidak ada kontaminan.

Styrene Butadiene Rubber (SBR)

SBR adalah copolymer dari styrene (CH2=CH-C6H5) dengan butadiene (CH2=CH-CH=CH2) dan biasanya
berisi 23.5%

styrene dan 76.5% butadiene yang diproduksi terutama dengan cara proses emulsi.
Seri 1000 untuk hot SBR

Seri 1100 untuk hot SBR + carbon black

Seri 1500 untuk cold SBR

Seri 1600 untuk cold SBR + carbon black + oil < 14 phr

Seri 1700 untuk cold SBR + minyak

Seri 1800 untuk cold SBR + minyak + carbon black > 14 phr

Seri 1900 untuk lain-lain masterbatches

Seri 2000 untuk latex jenis hot SBR

Seri 2100 untuk latex jenis cold

Yang banyak digunakan adalah “karet dingin”. Tegangan tarik dari vulkanisatnya (yang berisi “reinforcing
fillers”) hampir sama dengan karet alam tetapi pada suhu tinggi kekuatannya berkurang lebih banyak
dibanding karet alam.

SBR lebih tahan terhadap ozon dibanding karet alam, tetapi bila ada retak, lebih cepat menjadi putus
daripada karet alam. Struktur molekul SBR menyebabkan daya pantul dan timbulnya kalor SBR lebih
buruk daripada karet alam, karena itu jarang digunakan untuk telapak ban kelas berat.

Pemakaian karet SBR memberikan keuntungan & kerugian sbb:

Keuntungan: daya pantul, tegangan putus dan tahanan kikisnya cukup bagus, demikian pula flexibility
pada suhu rendah

Kekurangan: tahanan terhadap ozon dan cahaya matahari sangat jelek, daya tahan terhadap minyak dan
pelarut juga sangat sedikit.

Secara umum SBR hampir menyamai semua sifat karet alam dan harganya termasuk murah. Sekalipun
secara fisik SBR lebih clear dibanding karet alam, SBR sedikit lebih tahan panas. SBR divulkanisasi dengan
cara tradisional. SBR tidak digunakan untuk pembuatan “carcass” pada ban karena tidak mempunyai
sifat mudah lengket (tack). Karet SBR dari polimerisasi “dingin” (5°C) kekuatannya lebih baik dibanding
SBR “panas” dan hampir menyamai karet alam. Tetapi di dalam proses pembuatannya, konversi dari
monomer ke polimer hanya 60% dibanding 70% pada polimerisasi panas (50°C).

Kebanyakan karet SBR mengandung 23.5% stirene dan ada yang sudah ditambah bahan vulkanisasi
untuk mengurangi “die swell” seperti jenis 1009 dan 1018 dar polimerisasi panas. Seri SBR ada yang
bersifat “staining”, tidak cocok untuk produk warna cerah dan “non staining” cocok untuk produk warna
cerah.

Karet SBR seri 1600 dibuat dengan cara mencampurkan latex SBR dengan dispersi carbon black lalu
digumpalkan, disaring dan dikeringkan. Salah satu jenis SBR dari seri 1600, diproduksi dengan cara
menambahkan sedikit bahan pelunak minyak ke dalam latex dengan bantuan bahan pengemulsi

https://industrikaret.wordpress.com/jenis-karet/

Anda mungkin juga menyukai