Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu dasar yang selalu digunakan dalam kehidupan
manusia. Di setiap jenjang pendidikan, matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan untuk meningkatkan kemampuan intelektual siswa, serta
merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika juga dapat digunakan untuk bersosialisasi di masyarakat. Siswa yang
telah mempelajari matematika diharapkan dapat menyerap informasi secara
rasional, maupun menganalisis dan berfikir kritis serta logis dalam menghadapi
situasi di masyarakat.
Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami
pelajaran matematika. Namun, peningkatan pemahaman matematika perlu
diupayakan demi keberhasilan siswa dalam hal ketuntasan hasil belajar. Pada
setiap pembelajaran matematika, diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan
materi pembelajaran agar siswa memiliki dasar bekal yang baik untuk mencapai
kemampuan dasar yang lain seperti menganalisis dan berfikir kritis agar dapat
memecahkan masalah yang ada.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran matematika
oleh siswa kelas VII SMP PAB 21 Pematang Johar adalah nilai rata-rata siswa
yang tergolong rendah, dimana banyaknya nilai rata-rata ulangan siswa yang
belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah,
yaitu 70 untuk setiap materi pokok.
Guru telah berupaya untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa
dengan berbagai cara, diantaranya mengulang materi yang belumdimengerti,
memberikan latihan tambahan, dan memberikan remedial bagi siswa yang belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Namun, usaha tersebut belum
cukup untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa.
Beberapa masalah yang sering dihadapi siswa dalam pembelajaran
Matematika antara lain:

1
1. Siswa belum bisa menyelesaikan soal-soal Matematika yang berbeda dari
contoh yang diberikan.
2. Kebiasaan siswa yang bersifat pasif dalam proses pembelajaran dapat
mengakibatkan peserta didik takut dan malu bertanya pada guru mengenai
materi yang belum dipahami.
3. Siswa menghafal rumus, tapi tidak dapat mengaplikasikannya dalam soal
4. Siswa belum bisa mengerjakan soal ulangan, terutama soal berbentuk
pemahaman konsep, sehingga banyak peserta didik yang tidak mencapai
KKM.

Dari permasalahan tersebut, siswa beranggapan bahwa pelajaran


Matematika adalah pelajaran yang sangat sulit dimengerti dan membosankan
sehingga pada kenyataannya pelajaran Matematika belum menjadi mata pelajaran
favorit. Dalam pembelajaran Matematika, pendekatan yang sering digunakan
adalah pendekatan konvensional yang kegiatan pembelajarannya didominasi oleh
guru serta suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik.
Fakta tersebut memperkuat betapa pentingnya ketepatan pembelajaran yang
digunakan agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya. Oleh karena itu,
perlu diadakan upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis
soal-soal Matematika dan mampu berfikir kritis dengan menggunakan metode
Mind Mapping dan metode Accelerated Learning.
Salah satu metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran Mind Mapping. Mind Mapping atau peta pikiran merupakan
suatu teknik grafis yang mampu untuk menyeimbangkan adanya proses belajar
dimana cara kerjanya yang masih alami berdasarkan dari otak. (Windura: 2008:
70) Metode pembelajaran Mind Mapping ini menggunakan semua dari prinsip-
prinsip yang berhubungan dengan adanya manajemen otak manusia, terutama
dalam kaitannya dengan menggunakan kedua belah otak kiri dan otak kanan
baikitu secara aktif maupun sinergis. (Windura, 2008: 10)
Dalam kegiatan penerapan pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan
metode pembelajaran Mind Mapping dengan tertunjuknya sebab dapat

2
meningkatkan daya ingatdariotak dalam pembelajaran. Akibatnya, informasi yang
disusun secara bercabang dari tema utama hingga cabang-cabang yang
mengikutsertakan beraneka macam gambar, simbol, warna, dan bahan bacaan
yang dapat menggali peserta didik untuk dapat menggunakan seluruh potensi dan
kapasitas otak yang secara efektif dan efisien. (Dimas Qondias dkk, 2016: 3)
Kemudian, metode pembelajaran lain yang dijadikan sebagai perbandingan
adalah metode Accelerated Learning. Metode belajar dalam Acceerated Learning
mengakui bahwa masing-masing individu memiliki cara pribadi pilihan yang
sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar
menggunakan teknik-teknik belajar yang sesuai dengan gaya pribadinya, maka
berarti orang tersebut telah belajar dengan cara yang paling alamiah bagi diri
sendiri. Cara belajar yang alamiah akan menjadi lebih mudah, dan yang lebih
mudah menjadi lebih cepat. (Collin Rose dan Nichol, 1997: 27)
Pembelajaran tidak langsung meningkat dengan menyuruh siswa berdiri dan
bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan
aktifitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada
pembelajarannya.ada sebuah unsur dalam Accelerated Learning yang akan
digunakan oleh Meier (Meier, 2002: 90) yang mudah untuk diingat, yaitu SAVI.
S = Somatis, yaitu belajar dengan bergerak dan berbaur
A = Auditori, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar
V = Visual, yaitu belajar dengan mengamati dan menggambar
I = Intelectual, yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.
Keempat cara belajar ini harus ada agar berlangsung optimal. Karena unsur-
unsur ini semua terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya
itu digunakan secara bersama-sama.
Proses pembelajaran yang sering terjadi adalah ketika guru menjelaskan
materi, sementara siswa mendengarkannya secara pasif. Namun telah banyak
ditemukan bahwa kualitas pembelajaran akan meningkat jika siswa yang
memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya dan berdiskusi, serta
menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh secara aktif. (Hamid, 2011: 47)

3
Oleh karena itulah dibuat skripsi ini dengan judul Perbandingan Metode
Mind Mapping dengan Metode Accelerated Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Menganalisis dan Berfikir Kritis Matematika pada Materi
Aritmatika Sosial Kelas VII Semester 2.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh metode Mind Mapping terhadap kemampuan
menganalisis siswa dalam pembelajaran matematika?
2. Bagaimana pengaruh metode Accelerated Learning terhadap kemampuan
menganalisis siswa dalam pembelajaran matematika?
3. Bagaimana pengaruh metode Mind Mapping terhadap kemampuan
berfikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika?
4. Bagaimana pengaruh metode Accelerated Learning terhadap kemampuan
berfikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejauh mana metode Mind Mapping dalam
mempengaruhi peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisis
pembelajaran matematika.
2. Untuk mengetahui sejauh mana metode Accelerated Learning dalam
mempengaruhi peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisis
pembelajaran matematika.
3. Untuk mengetahui sejauh mana metode Mind Mapping dalam
mempengaruhi siswa untuk berfikir kritis dalam pembelajaran
matematika.
4. Untuk mengetahui sejauh mana metode Accelerated Learning dalam
mempengaruhi siswa untuk berfikir kritis dalam pemnelajaran
matematika.

4
D. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi atas dua, yaitu komponen
penelitian dan dimensi penelitian.
Komponen dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII SMP PAB 21
Pematang Johar dan guru matematikanya. Adapun dimensi dalam penelitian ini
antara lain:
1. Reaksi siswa dalam mempelajari Aritmatika Sosial dengan metode Mind
Mapping ditinjau dari penilian kemampuan menganalisis dan berfikir
kritis
2. Reaksi siswa dalam mempelajari Aritmatika Sosial dengan Metode
Accelerated Learning ditinjau dari penilian kemampuan menganalisis
dan berfikir kritis

E. Variabel Penelitian
Menurut Effendi (Effendi, 1982: 42), variabel penelitian sebagai sebuah
konsep yang mengandung variasi nilai. Sementara menurut Sugiyono (Sugiyono,
2016: 38) mendefinisikan variabel penelitian sebagai suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdiri atas dua
variabel penelitian, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable).

1. Variabel Bebas (Independent Variable)


Variabel bebas berarti variabel yang memiliki pengaruh atas perubahan
yang terjadi pada variabel lainnya. Suatu perubahan yang terjadi pada suatu
variabel dianggap disebabkan oleh variabel bebas ini.
Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah dua metode pembelajaran
tersebut, yaitu metode Mind Mapping dan metode Accelerated Learning yang
nantinya akan menjadi bahan komparatif (perbandingan) karena variabel tersebut
berdiri sendiri dan dianggap mempengaruhi perubahan yang terjadi pada variabel

5
lainnya yaitu kemampuan siswa dalam menganalisis dan berfikir kritis dalam
proses pembelajaran matematika.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)


Berkebalikan dengan variabel bebas, variabel terikat berarti variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel ini keberadaannya dianggap
merupakan suatu akibat dari adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel
terikatnya adalah kemampuan menganalisis siswa dan kemampuan siswa untuk
berfikir kritis, karena kemampuan siswa tersebut dianggap dipengaruhi oleh
metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika.

F. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk mengatasi persoalan-persoalan
dan kendala yang dihadapi guru dan siswa SMP PAB 21 Pematang Johar dalam
proses belajar mengajar terkhusus di matapelajaran matematika.

2. Manfaat Teoretis
Selain manfaat praktis yang telah disebutkan di atas, penelitian ini juga
memiliki manfaat teoretis, yaitu memberikan landasan bagi para peneliti lain yang
sejenis dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan
berfikir kritis dalam pembelajaran matematika.

G. Batasan Istilah
1. Metode Pembelajaran Mind Mapping
a. Pengertian Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)
Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) adalah metode pembelajaran yang
dikembangkan oleh Tony Buzana, kepala Brain Foundation. Peta pikiran adalah
metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi.
Setelah selesai, catatan yang dibuat membentuk sebuah pola gagasan yang saling
berkaitan, dengan topik utama di tengah, sementara subtopik dan perincian

6
menjadi cabang-cabangnya.(Ahmad dan Lilik, 2009: 110-111) Cabang-cabang
tersebut juga bisa berkembang lagi sampai ke materi yang lebih kecil.
Sebagaimana struktur keturunan manusia yang bisa berkembang terus sampai hari
akhir tiba, sehingga terbentuklah sebuah sistem keturunan manusia hidup sampai
hari akhir.
Belajar berbasis pada konsep Peta Pikiran (Mind Mapping) merupakan cara
belajar yang menggunakan konsep pembelajaran komprehensif Total Mind
Learning (TML). Pada konteks TML, pembelajaran mendapatkan arti yang lebih
luas. Bahwasanya, di setiap saat dan di setiap tempat semua makhluk hidup di
muka bumi belajar, karena belajar merupakan proses alamiah. Semua makhluk
belajar menyikapi berbagai stimulus dari lingkungan sekitar untuk
mempertahankan hidup.

b. Karakteristik Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)


Pada dasarnya metode mencatat ini, barangkat dari hasil sebuah penelitian
tentang cara otak memperoses informasi. Semula para ilmuan menduga bahwa
otak memperoses dan menyimpan informasi secara linier, seperti metode mencatat
tradisional. Namun, sekarang mereka mendapati bahwa otak mengambil informasi
secara bercampuran antara gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan dan
memisah-misahkan kedalam bentuk linier, misalnya dalam bentuk tulisan atau
orasi. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam bentuk gambar
warna warni, simbol, bunyi, dan perasaan.
Oleh karena itu, agar peta pikiran dapat berfungsi secara maksimal ada
baiknya dibuat warna—warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol
sehingga tampak seperti karya seni. Hal ini bertujuan agar metode mencatat ini
dapat membantu individu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan
pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi dan
memberikan wawasan baru.
Peta pikiran menirukan proses berfikir ini, memungkinkan individu
berpindah-pindah topik. Individu merekam informasi melalui simbol, gambar, arti
emosional, dan warna. Mekanisme ini sama persis dengan cara otak memperoses

7
berbagai informasi yang masuk. Dan karena peta pikiran melibatkan kedua belah
otak, anda dapat mengingat informasi dengan lebih mudah.
c. Langkah-langkah Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)
Untuk membuat peta pikiran, guru hendaknya menggunakan bolpoint
bewarna dan memulai dari bagian tengah kertas. Kalau bisa, guru menggunakan
kertas secara melebar untuk mendapatkan lebih banyak tempat. Lalu ikuti
langkah-langkah berikut;
1) Tulis gagasan utamanya di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan
linkaran, persegi, atau bentuk lain.
2) Tambahkan sebuah cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau
gagasan utama. Jumlah cabang-cabangnya akan bervariasi, tergantung dari
jumlah gagasan dan segmen. Gunakan warna yang berbeda untuk tiap-tiap
cabang.
3) Tuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkannya
untuk detail. Kata kunci adalah kata-kata yang menyampaikan inti sebuah
gagasan dan memicu ingatan anda. Jika anda menggunakan singkatan
tersebut sehingga anda dengan mudah segera mengingat artinya selama
berminggu-minggu setelahnya.
4) Tambahkan simbol-simbol dan llustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan
yang lebih baik. Agar peta pikiran lebih mudah di ingat, guru hendaknya
memperhatikan beberapa cara berikut ini.
5) Tuliskan atau ketiklah secara rapi dengan menggunaka huruf-huruf kapital.
6) Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar
sehingga terliihat menonjol dan berbada dengan yang lain.
7) Gambarkan peta pikiran dengan hal-hal yang berhubungan dengan anda.
Simbol jam mungkin berarti bahwa benda ini memiliki tenggang waktu
yang penting. Sebagian orang menggunakan anak panah untuk
menunjukkan tindakan-tindakan yang harus mereka lakukan.
8) Garis bawahi kata-kata itu. Gunakan huruf tebal.
9) Bersikaplah kreatif dan berani dalam desain, sebab otak kita lebih mudah
mengingat hal yang tidak biasa.

8
10) Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukksn hal-hal atau gagasan-
gagasan tertentu.
11) Ciptakanlah peta pikiran anda secara horisontal untuk memperbesar ruang
bagi pekerjaan anda.

2. Metode Pembelajaran Accelerated Learning


Menurut Rose dan Nicholl (Nuralif, 2012: 11) menyatakan Accelerated
Learning adalah kemampuan menyerap dan memahami konsep baru dengan cepat
dan menguasai informasi tersebut. Strategi cara belajar cepat dalam Accelerated
Learning merupakan paduan dari metode-metode yang dibagi menjadi enam
langkah dasar yang dapat diingat dengan mudah dengan menggunakan singkatan
M-A-S-T-ER. Kata ini diciptakan oleh pelatih terkemuka Cara Belajar Cepat
(CBC) Jayne Nicholl. Adapun pengertian dari M-A-S-T-E-R menurut Colin Rose
dan Malcom J. Nicholl adalah sebagai berikut:

a. Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)


Dalam memotivasi pikiran maka seseorang harus berada dalam keadaan
pikiran yang “kaya akal”, Itu berarti harus dalam keadaan relaks, percaya diri dan
termotivasi. Jika mengalami stress atau kurang percaya diri atau tidak dapat
melihat manfaat dari sesuatu yang dipelajari, maka ia tidak akan bisa belajar
dengan baik.
Memiliki sikap yang benar terhadap belajar tentang sesuatu adalah prasyarat
mutlak. Seseorang harus mempunyai keinginan untuk memperoleh keterampilan
atau pengetahuan baru, harus percaya bahwa dirinya betul-betul mampu belajar,
dan bahwa informasi yang didapatkan akan mempunyai dampak yang bermakna
bagi kehidupannya. Jika belajar hanya dianggap sebagai tugas belaka, maka besar
kemungkinannya akan mengalami kegagalan. Maka dari itu, sebagai langkah
penting pertama untuk memulai proses belajar, harus dapat menemukan AGB
(Apa Gunanya Bagiku). Menanyai diri sendiri, memperdebatkan informasi yang
ada, menanyai diri sendiri dengan pertanyan seperti “Apakah ini benar?” “Apakah

9
ini dapat dimengerti?‟ adalah bagian-bagian yang esensial dari proses belajar,
karena pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjaga fokus perhatian.

b. Aquiring the Information (Memperoleh Informasi)


Dalam belajar seseorang perlu mengambil, memperoleh dan menyerap
fakta-fakta dasar subyek pelajaran yang dipelajari melalui cara yang paling sesuai
dengan pembelajaran inderawi yang disukai. Walaupun ada sejumlah strategi
belajar yang harus diimplementasikan oleh setiap orang. Tetapi juga ada
perbedaan pokok sejauh mana seseorang perlu melihat, mendengar, atau
melibatkan diri secara fisik dalam proses belajar.
Dengan mengidentifikasi kekuatan visual, auditori dan kinestetik, maka
seseorang akan dapat memainkan berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan
informasi lebih mudah daripada sebelumnya. Ada beberapa strategi yang
ditawarkan Colin dan Malcom dalam memperoleh informasi agar lebih mudah :
1) Dapatkan gambaran yang lebih menyeluruh tentang suatu obyek yang
dimaksudkan.
2) Kembangkan gagasan inti setiap subyek pasti memiliki gagasan inti atau
gagasan pokok.
3) Buat sketsa dari apa yang telah diketahui.
4) Bagi materi menjadi bagian-bagian kecil.
5) Bertanyalah terus.
6) Kenali gaya belajar sendiri.
Jika seseorang akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dapat
mengambil langkah-langkah penting untuk membantu agar belajar lebih cepat dan
lebih mudah. Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah
pertama adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual,
auditorial, atau kinestetik. Seperti yang telah diusulkan istilah-istilah ini, orang
visual belajar dari apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar melalui apa
yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.

10
c. Searching Out the Meaning (Menyelidiki Makna)
Mengubah fakta ke dalam makna adalah unsur pokok dalam proses belajar.
Menanamkan informasi pada memori mengharuskan seseorang untuk menyelidiki
makna seutuhnya secara seksama dengan mengeksplorasi bahan subyek yang
bersangkutan. Mengubah fakta menjadi makna adalah arena dimana kedelapan
kecerdasan berperan aktif. Setiap jenis kecerdasan adalah sumber daya yang
bisaditerapkan ketika mengeksplorasi dan menginterpretasi fakta-fakta dari materi
pelajaran.

d. Triggering the Memory (Memicu Memori)


Rose dan Nicholl (2009: 179) dalam penelitiannya menunjukan bahwa 70% dari
apa yang dipelajari hari ini dapat terlupakan dalam jangka waktu 24 jam apabila
tidak melakukan upaya khusus untuk mengingatnya. Hal ini berarti pengulangan
materi sangat perlu dilakukan untuk memicu memori siswa. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan dalam memicu memori memori siswa, yaitu:
1. Membuat rangkuman setelah selesai proses pembelajaran.
2. Penggunaan asosiasi, yaitu dengan menciptakan hubungan atau kaitan yang
logis dan sistematis.
3. Mendongeng, yaitu menyajikan materi yang penting dalam bentuk cerita.
4. Akronim, yaitu membuat singkatan dari sebuah kata atau kalimat.
5. Peta konsep, suatu cara untuk menangkap butir-butir inti materi yang
disajikan dengan menuliskan kata-kata kunci dengan disertai gambar-
gambar dan symbol lainnya.

e. Exhibiting What You Know (Mempresentasikan Apa Yang Anda Ketahui)


Para siswa perlu menilai dan mendemonstrasikan apa yang telah mereka
pelajari serta bagaimana strategi belajar mereka bekerja dengan baik.
Memamerkan apa yang telah diketahui dalam bentuksharing antarsiswa, antar
kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Setiap kelompok diberi
kesempatan untuk mempresentasikan apa yang telah mereka ketahui dan
kelompok lain memberi umpan balik seperti bertanya dan menanggapi.

11
f. Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan Bagaimana Anda Belajar)
Seseorang perlu merefleksikan pengalaman belajarnya, bukan hanya pada
apa yang telah dipelajari, tetapi juga pada bagaimana mempelajarinya. Dalam
langkah ini seseorang meneliti dan menguji cara belajarnya sendiri. Kemudian
menyimpulkan teknik-teknik dan ide-ide yang terbaik untuk diri sendiri. Secara
bertahap, seseorang akan dapat mengembangkan suatu pendekatan cara belajar
yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya.
Langkah terakhir dalam rencana belajar ini adalah berhenti, kemudian
merenungkan dan menanyakan pertanyaan ini pada diri sendiri: Bagaimana
pembelajaran berlangsung? Bagaimana pembelajaran dapat berjalan lebih baik?
Dan apa makna pentingnya bagi saya? Mengkaji dan merenungkan kembali
pengalaman belajar dapat membantu mengubah karang penghalang yang keras
menjadi batu pijakan untuk melompat ke depan.
Menurut Meier, ada empat tahap pembelajaran Accelerated Learning, yaitu:
1) Teknik persiapana. Sugesti positif
2) Lingkungan fisik yang positif
3) Tujuan yang jelas dan bermakna
4) Manfaat bagi pembelajar
5) Sarana persiapan belajar sebelum pembelajaran dimulai
6) Lingkungan sosial yang positif
7) Keterlibatan penuh pembelajar

H. Sistematika Penulisan
1. BAB I Pendahuluan, terdiri dari:
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Ruang Lingkup Penelitian
E. Variabel Penelitian
F. Batasan Istilah

12
G. Manfaat Penelitian
H. Sistematika Penulisan
2. BAB II Landasan Teori, terdiri dari:
A. Kajian Pustaka
B. Objek Penelitian
C. Hasil Penelitian Terdahulu
D. Kerangka Penelitian
E. Hipotesis
3. BAB III Metode Penelitian, terdiri dari:
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Jenis Penelitian
C. Subjek Penelitian
D. Prosedur Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Validitas Data
G. Teknik Analisis Data
H. Instrumen Penelitian
I. Indikator Pencapaian
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari:
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
5. BAB V Penutup, terdiri dari:
A. Kesimpulan
B. Saran

13

Anda mungkin juga menyukai