Anda di halaman 1dari 602

1

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2018

TENTANG

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAFIA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a bahwa Pengadaan Barang/Jasa Pemerinta.h mempunyai


peran penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional
untuk peningkatan pelayanan publik dan pengembangan
perekonomian nasional dan daerah;

b. bahwa untuk mewujudkan Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu
pengaturan Pengadaan Barang/Jasa yang memberikan
pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value for
money) dan kontribusi dalam peningkatan penggunaan
produk dalam negeri, peningkatan peran Usaha Mikro,
Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan
berkelanjutan;

c. bahwa Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pengadaan Baran
- g/Jasa Pemerintah sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah masih terdapat
kekurangan dan belum menampung perkembangan
kebutuhan Pemerintah mengenai pengaturan atas
Pengadaan Barang/Jasa yang baik;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada huruf- a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
Mengingat :
jdih.lkpp.go.id
2

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-

Mengingat 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara .Republik


Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang


Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGADAAN


BARANG/JASA PEMERINTAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan:

1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya


disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai
oleh APBN/APBD yang pro sesnya sejak identifikasi
kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.

2. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut


Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

3. Lembaga

jdih.lkpp.go.id
3

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-

3. Lembaga adalah organisasi non-Kementerian Negara dan


instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk
melaksanaka.n tugas tertentu berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau peraturan perundang-undangan lainnya.

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah


dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.

5. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur


penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.

6. Lembaga Kebijakan Pengadaan. Barang/Jasa Pemerintah


yang selanjutnya disingkat LKPP adalah lembaga
Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan
merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

7. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah


pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat Daerah.

8. Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBN yang


selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang
memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan sebagian
kewenangan dan tanggung jawab penggUnaan anggaran
pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.

9. Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBD yang


selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang diberi
kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan
pengguria anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas
dan fungsi Perangkat Daerah.
10. Pejabat

jdih.lkpp.go.id
4

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-

10. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya ‘disingkat


PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/ KPA
untuk mengambil keputusan dan/ atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran be1anja negara/anggaran belanja daerah.

11. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya


disingkat UKPBJ adalah unit kerja di
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi
pusat keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.

12. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja


Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan
oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan
Penyedia.

13. Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat


fungsional/personel yang bertugas melaksanakan
Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau
E-purchasing.

14. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya


disingkat PjPHP adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.

15. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya


disingkat PPHP adalah tim yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.

16. Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang


melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak
pemberi pekerjaan.

17. Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang


menyelenggarakan kegiatan secara Swakelola.

18. Pengelola

jdih.lkpp.go.id
5

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-

18. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat


Fungsional yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.

19. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa yang


selanjutnya disingkat RUP adalah daftar rencana
Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah.

20. E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa adalah pasar


elektronik yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan
barang/jasa pemerintah.
21. Layanan Pengadaan Secara Elektronik adalah layanan
pengelolaan teknologi informasi untuk memfasilitasi
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.

22. Aparat Pengawas Intern Pemerintah yang selanjutnya


disingkat APIP adalah aparat yang melakukan
pengawasan melalui audit, reviu, pemantauan, evaluasi,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi Pemerintah.
23. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang
selanjutnya disebut Swakelola adalah cara memperoleh
barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah, Kementerian /
Lembaga/ Perangkat Daerah lain, organisasi
kemasyarakatan, atau kelompok masyarakat.

24. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut


Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan
aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan,
dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
25. Kelompok

jdih.lkpp.go.id
6

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-

25. Kelompok Masyarakat adalah kelompok masyarakat yang


melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa den.gan dukungan
anggaran belanja dari APBN/APBD.

26. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara


memperoleh barang/jasa yang • disediakan oleh Pelaku
Usaha.

27. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan


usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan
badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama
melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi.

28. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya


disebut Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan
barang/jasa berdasarkan kontrak.

29. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak


berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh Pengguna Barang,.

30. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian


kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan.

31. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang


membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang
keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.

32. Jasa Lainnya adalah jasa non-kon.sultansi atau jasa yang


membutuhkan peralatan, metodologi khusus, dan/ atau
keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
33. Harga .

jdih.lkpp.go.id
7

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7-

33. Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS


adalah perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh
PPK.

34. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut


kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk
memperoleh informasi, data, dan keterangan yang
berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran
atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik
kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi.

35. Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut


E-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa
rnelalui sistem katalog elektronik.

36. Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan


Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.

37. Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan


Penyedia Jasa Konsultansi.

38. Tender/ Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia


Barang/Jasa dengan peserta pemilihan dapat berasal dari
pelaku usaha nasional dan pelaku usaha asing.

39. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk


mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya dalam
keadaan tertentu.

40. Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa


Lainnya adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua rates
juta rupiah).

41. Pengadaan

jdih.lkpp.go.id
8

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-

41. Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi adalah metode


pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi
yang bernilai paling banyak Rp100.900.000,00 (seratus
juta rupiah).

42. E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara


berulang.

43. Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan


oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen Pengadaan
yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati
oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia.

44. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya


disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara
PA/ KPA/ PPK dengan Penyedia Bararig/Jasa atau
pelaksana Swakelola.

45. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang


perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.

46. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri


sendiri dan dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.

47. Usaha

jdih.lkpp.go.id
9

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-

47. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang


berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

48. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah


jaminan tertulis yang dikeluarkan oleh Bank Umum/
Perusahaan Penjaminan/ Perusahaan Asuransi/ lembaga
keuangan khusus yang menjalankan usaha di bidang
pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk mendorong
ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan
ekspor Indonesia.

49. Sanksi Daftar Hitam adalah •sanksi yang diberikan kepada


peserta pemilihan/Penyedia berupa larangan mengikuti
Pengadaan Barang/Jasa di seluruh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam jangka
waktu tertentu.

50. Pengadaan Berkelanjutan adalah Pengadaan Barang/Jasa


yang bertujuan untuk mencapai nilai manfaat yang
menguntungkan secara ekonomis tidak hanya untuk
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah sebagai
penggunanya tetapi juga untuk masyarakat, serta
signifikan mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dalam keseluruhan siklus penggunaannya.
51. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi
Pengadaan. Barang/Jasa yang menggabungkan beberapa
paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis.

52. Keadaan

jdih.lkpp.go.id
10

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -

52. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar


kehendak para pihak dalam kontrak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang
ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
53. Kepala Lembaga adalah Kepala LKPP.

Pasal 2

Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Presiden ini meliputi:


a. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah yang
menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD;

b. Pengadaan. Barang/Jasa yang menggunakan anggaran


belanja dari APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada
huruf a, termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian
atau seluruh dananya bersurnber dari pinjaman dalam
negeri dan/atau hibah dalam negeri yang diterima oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; dan/atau
c. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran
belanja dari APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada
huruf a termasuk Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian
atau seluruhnya dibiayai dari pinjaman luar negeri atau
hibah luar negeri.

Pasal 3

(1) Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini


meliputi:

a. Barang;

b. Pekerjaan Konstruksi;

c. Jasa Konsultansi; dan

d. Jasa Lainnya.

(2) Pengadaan

jdih.lkpp.go.id
11

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -

(2) Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat dilakukan secara terintegrasi.

(3) Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan dengan cara:

a. Swakelola; dan/atau

b. Penyedia.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN, PRINSIP, DAN ETIKA


PENGADAAN BARANG/JASA

Bagian Kesatu

Tujuan. Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 4 ,

Pengadaan Barang/Jasa bertujuan untuk:

a. rnenghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang


yang dibelanjakan, diukur dari aspek kualitas, jumlah,
waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;

b. meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;

c. meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan


Usaha Menengah;

d. meningkatkan peran pelaku usaha nasional;

e. mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan


barang/jasa hasil penelitian;

f. meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;

g. mendorong pemerataan ekonorni; dan

h. mendorong Pengadaan Berkelanjutan.

Bagian
jdih.lkpp.go.id
12

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -

Bagian Kedua

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 5

Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:

a. meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan


Barang/Jasa;

b. melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih


transparan, terbuka, dan kompetitif;

c. memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya


manusia Pengadaan Barang/Jasa;

d. mengembangkan E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa;

e. menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta


transaksi elektronik;

f. mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan


Standar Nasional Indonesia (SNI);

g. memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha


Kecil, dan Usaha Menengah;

h. mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif;


dan

i. melaksanakan Pengadaan Berkelanjutan.

Bagian Ketiga

Prinsip Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 6

Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip sebagai berikut:

a. efisien;

b. efektif;
c. transparan;

jdih.lkpp.go.id
13

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -

c. transparan;

d. terbuka;

e. bersaing;

f. adil; dan

g. akuntabel.

Bagian Keempat

Etika Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 7

(1) Semua pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa


mematuhi etika sebagai berikut:

a. melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa


tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
kelancaran, dan ketepatan tujuan Pengadaan
Barang/Jasa;

b. bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga


kerahasiaan informasi yang menurut sifatnya harus
dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan
Pengadaan Barang/Jasa;

c. tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun


tidak langsung yang berakibat persaingan usaha
tidak sehat;

d. menerima dan bertanggung jawab atas segala


keputusan yang ditetapkan sesuai dengan
kesepakatan tertulis pihak yang terkait;

e. menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan


kepentingan pihak yang terkait, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang berakibat persaingan
usaha tidak sehat dalam Pengadaan Barang/Jasa;

f. menghindari

jdih.lkpp.go.id
14
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -

f. menghindari dan mencegah pemborosan dan


kebocoran keuangan negara;

g. menghindari dan mencegah penyalahgunaan


wewenang dan/atau kolusi; dan

h. tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak


menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah,
imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada
siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan
dengan Pengadaan Barang/Jasa.

(2) Pertentangan kepentingan pihak yang terkait sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf e, dalam hal:

a. Direksi, Dewan Komisaris, atau personel inti pada


suatu badan usaha, merangkap sebagai Direksi,
Dewan Komisaris, atau personel inti pada badan
usaha lain yang mengikuti Tender/ Seleksi yang
sama;

b. konsultan perencana/pengawas dalam Pekerjaan


Konstruksi bertindak sebagai pelaksana Pekerjaan
Konstruksi yang direncanakannya/diawasinya,
kecuali dalam pelaksanaan pengadaan pekerjaan
terintegrasi;

c. konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai


konsultan perencana;

d. pengurus/manajer koperasi merangkap sebagai


PPK/ Pokja Pemilihan/ Pejabat Pengadaan pada
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah;

e. PPK/ Pokja Pemilihan/ Pejabat Pengadaan baik


langsung maupun tidak langsung mengendalikan
atau menjalankan badan usaha Penyedia; dan/ atau

f. beberapa

jdih.lkpp.go.id
15
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -

f. beberapa badan usaha yang mengikuti


Tender/ Seleksi yang sama, dikendalikan baik
langsung maupun tidak langsung oleh pihak yang
sama, dan/atau kepemilikan sahamnya lebih dari
50% (lima puluh persen) dikuasai oleh pemegang
saham yang sama.

BAB III

PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA

Bagian Kesatu

Pelaku Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 8

Pelaku Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:

a. PA;

b. KPA;

c. PPK;

d. Pejabat Pengadaan;

e. Pokja Pemilihan;

f. Agen Pengadaan;

g. PjPHP/PPHP;

h. Penyelenggara Swakelola; dan

i. Penyedia.

Bagian Kedua

Pengguna Anggaran

Pasal 9

(1) PA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a memiliki


tugas dan kewenangan:
a. melakukan

jdih.lkpp.go.id
16
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan


pengeluaran anggaran belanja;

b. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam


batas anggaran belanja yang telah ditetapkan;

c. menetapkan perencanaan pengadaan;

d. menetapkan dan mengumumkan RUP;

e. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;

f. menetapkan Penunjukan Langsung untuk


Tender/ Seleksi ulang gagal;

g. menetapkan PPK;

h. menetapkan Pejabat Pengadaan;

i. menetapkan PjPHP/PPHP;

j. menetapkan Penyelenggara Swakelola;

k. menetapkan tim teknis;

1. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan


melalui Sayembara/Kontes;

m. menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal; dan

n. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk


metode pemilihan:

1. Tender/ Penunjukan Langsung/ E-purchasing


untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu
Anggaran paling sedikit di atas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
atau

2. Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket


Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu
Anggaran paling sedikit di atas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

(2) PA ...

jdih.lkpp.go.id
17
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -

(2) PA untuk pengelolaan APBN dapat melimpahkan


kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
KPA sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(3) PA untuk pengelolaan APBD dapat melimpahkan


kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
sampai dengan huruf f kepada KPA.

Bagian Ketiga

Kuasa Pengguna Anggaran

Pasal 10

(1) KPA dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 huruf b melaksanakan
pendelegasian sesuai dengan pelimpahan dari PA.

(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


KPA berwenang menjawab Sanggah Banding peserta
Tender Pekerjaan Konstruksi.

(3) KPA dapat menugaskan PPK untuk melaksanakan


kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
terkait dengan:

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan


pengeluaran anggaran belanja; dan/atau

b. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam


batas anggaran belanja yang telah ditetapkan.

(4) KPA dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan


Barang/Jasa.

(5) Dalam hal tidak ada personel yang dapat ditunjuk sebagai
PPK, KPA dapat merangkap sebagai PPK.

Bagian

jdih.lkpp.go.id
18
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -

Bagian Keempat

Pejabat Pembuat Komitmen

Pasal 11

(1) PPK dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 huruf c memiliki tugas:

a. menyusun perencanaan pengadaan;

b. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja


(KAK);

c. menetapkan rancangan kontrak;

d. menetapkan HPS;

e. menetapkan besaran uang muka yang akan


dibayarkan kepada Penyedia;

f. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;

g. menetapkan tim pendukung;

h. menetapkan tim atau tenaga ahli;

i. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit


di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

J menetapkan Surat Penunjukan Penyedia


Barang/Jasa;

k. mengendalikan Kontrak;

1. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan


kepada PA/ KPA;

m. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan


kepada PA/ KPA dengan berita acara penyerahan;

n. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen


pelaksanaan kegiatan; dan

o. menilai kinerja Penyedia.

(2) Selain

jdih.lkpp.go.id
19
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -

(2) Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), PPK melaksanakan tugas pelimpahan
kewenangan dari PA/ KPA, meliputi:

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan


pengeluaran anggaran belanja; dan

b. mengadakan dan menetapkan perjanjian dengan


pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah
ditetapkan.

(3) PPK dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa.

Bagian Kelima

Pejabat Pengadaan

Pasal 12

Pejabat Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d memiliki tugas:

a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan


Langsung;

b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan


Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

c. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan


Langsung untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah); dan

d. melaksanakan E-purchasing yang bernilai paling banyak


Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Bagian

jdih.lkpp.go.id
20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -

Bagian Keenam

Kelompok Kerja Pemilihan

Pasal 13

(1) Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf e memiliki
tugas:

a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan


Penyedia;

b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan


Penyedia untuk katalog elektronik; dan

c. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk


metode pemilihan:

1. Tender/Penu.njukan Langsung untuk paket


Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai Pagu Anggaran paling
banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); dan

2. Seleksi/ Penunjukan Langsung untuk paket


Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu
Anggaran paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).

(2) Pokja Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


beranggotakan 3 (tiga) orang.

(3) Dalam hal berdasarkan pertimbangan kompleksitas


pemilihan Penyedia, anggota Pokja Pemilihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditambah
sepanjang berjumlah gasal.

(4) Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh tim atau tenaga ahli.

Bagian

jdih.lkpp.go.id
21
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -

Bagian Ketujuh

Agen Pengadaan

Pasal 14

(1) Agen Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8


huruf f dapat melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.

(2) Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) mutatis mutandis dengan tugas
Pokja Pemilihan. dan/atau PPK.

(3) Pelaksanaan tugas Pokja Pemilihan dan/atau PPK


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Agen Pengadaan diatur


dengan Peraturan Kepala Lembaga.

Bagian Kedelapan

Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan

Pasal 15

(1) PjPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf g


memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang bernilai paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) PPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf g


memiliki tugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
yang bernilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang bernilai
paling sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).

Bagian

jdih.lkpp.go.id
22
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -

Bagian Kesembilan

Penyelenggara Swakelola

Pasal 16

(1) Penyelenggara Swakelola sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 huruf h terdiri atas Tim Persiapan, Tim Pelaksana,
dan/atau Tim Pengawas.

(2) Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana


kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya.

(3) Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat,


mengevaluasi, dan melaporkan secara berkala kemajuan
pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran.

(4) Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan


pelaksanaan fisik maupu.n administrasi Swakelola.

Bagian Kesepuluh

Penyedia

Pasal 17

(1) Penyedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf i


wajib memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa
yang diadakan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(2) Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


bertanggung jawab atas:

a. pelaksanaan Kontrak;

b. kualitas barang/jasa;

c. ketepatan perhitungan jumlah atau volume;

d. ketepatan waktu penyerahan; dan

e. ketepatan tempat penyerahan.

BAB ...

jdih.lkpp.go.id
23
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -

BAB IV

PERENCANAAN PENGADAAN

Bagian Kesatu

Perencanaan Pengadaan

Pasal 18

(1) Perencanaan pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan,


penetapan barang/jasa, cara, jadwal, dan anggaran
Pengadaan Barang/Jasa.

(2) Perencanaan pengadaan yang dananya bersumber dari


APBN dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) setelah
penetapan Pagu Indikatif.

(3) Perencanaan Pengadaan yang dananya bersumber dari


APBD dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA
Perangkat Daerah) setelah nota kesepakatan Kebijakan
Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (KUA-PPAS).

(4) Perencanaan pengadaan terdiri atas:

a. Perencanaan pengadaan melalui Swakelola; dan/ atau

b. Perencanaan pengadaan melalui Penyedia.

(5) Perencanaan pengadaan melalui Swakelola meliputi:

a. penetapan tipe Swakelola;

b. penyusunan spesifikasi teknis/KAK; dan

c. penyusunan perkiraan biaya/ Rencana Anggaran


Biaya (RAB).

(6) Tipe

jdih.lkpp.go.id
24
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -

(6) Tipe Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf


a terdiri atas:

a. Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan,


dilaksanakan, dan diawasi oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran;

b. Tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan


diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat
Daerah penanggung jawab anggaran dan
dilaksanakan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat
Daerah lain pelaksana Swakelola;

c. Tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan


diawasi oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat
Daerah penanggung jawab anggaran dan
dilaksanakan oleh Ormas pelaksana Swakelola; atau

d. Tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh


Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran dan/atau berdasarkan
usulan Kelompok Masyarakat, dan dilaksanakan
serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat pelaksana
Swakelola.

(7) Perencanaan pengadaan melalui Penyedia meliputi:

a. penyusunan spesifikasi teknis/KAK;

b. penyusunan perkiraan biaya/RAB;

c. pemaketan Pengadaan Barang/Jasa;

d. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; dan

e. penyusunan biaya pendukung.

(8) Hasil

jdih.lkpp.go.id
25
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -

(8) Hasil perencanaan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) dimuat dalam RUP.

Bagian Kedua

Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan Kerja

Pasal 19

(1) Dalam menyusun spesifikasi teknis/KAK:


a. menggunakan produk dalam negeri;

b. menggunakan produk bersertifikat SNI; dan

c. memaksimalkan penggunaan produk industri hijau.


(2) Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan
penyebutan merek terhadap:

a. komponen barang/jasa;

b. suku cadang;

c. bagian dari satu sistem yang sudah ada;

d. barang/jasa dalam katalog elektronik; atau


e. barang/jasa pada Tender Cepat.

(3) Pemenuhan penggunaan produk dalam negeri


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan produk
bersertifikat SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan sepanjang tersedia dan tercukupi.

Bagian Ketiga

Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 20

(1) Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan


berorientasi pada:

a. keluaran atau hasil;


b. volume barang/jasa;
c. ketersediaan

jdih.lkpp.go.id
26
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -

c. ketersediaan barang/jasa;

d. kemampuan Pelaku Usaha; dan/atau

e. ketersediaan anggaran belanja.

(2) Dalam melakukan pemaketan Pengadaan Barang/Jasa,


dilarang:

a. menyatukan atau memusatkan beberapa paket


Pengadaan Barang/Jasa yang tersebar di beberapa
lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan
tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di
beberapa lokasi/daerah masing-masing;

b. menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa


yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya harus
dipisahkan;

c. menyatukan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa


yang besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh
usaha kecil; dan/atau

d. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa


paket dengan maksud menghindari Tender/ Seleksi.

Bagian Keempat

Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 21

Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan pada


tahap perencanaan pengadaan, persiapan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia, dan/atau persiapan
pemilihan Penyedia.

(2) Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan oleh


PA/ KPA/PPK dan/atau UKPBJ.

Bagian

jdih.lkpp.go.id
27
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -

Bagian Kelima

Pengumuman Rencana Umum Pengadaan

Pasal 22

(1) Pengumuman RUP Kementerian/ Lembaga dilakukan


setelah penetapan alokasi anggaran belanja.

(2) Pengumuman RUP Perangkat Daerah dilakukan setelah


rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.

(3) Pengumuman RUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2), dilakukan melalui aplikasi Sistem Informasi
Rencana Umum Pengadaan (SIRUP).

(4) Pengumuman RUP melalui SIRUP sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) dapat ditambahkan dalam situs web
Kementerian / Lembaga/ Pemerintah Daerah, papan
pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar,
dan/ atau media lainnya.

(5) Pengumuman RUP dilakukan kembali dalam hal terdapat


perubahan/revisi paket pengadaan atau Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) / Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA).

BAB ...

jdih.lkpp.go.id
28
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -

BAB V

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA

Bagian Kesatu

Persiapan Swakelola

Pasal 23

(1) Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola


meliputi penetapan sasaran, Penyelenggara Swakelola,
rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan RAB.

(2) Penetapan sasaran pekerjaan Swakelola sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh PA/KPA.

(3) Penetapan Penyelenggara Swakelola dilakukan sebagai


berikut:

a. Tipe I Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh


PA/ KPA;

b. Tipe II Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan


oleh PA/KPA, serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh
Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain
pelaksana Swakelola;

c. Tipe III Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan


oleh PA/KPA serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh
pimpinan Ormas pelaksana Swakelola; atau

d. Tipe IV Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh


pimpinan Kelompok Masyarakat pelaksana
Swakelola.

(4) Rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditetapkan oleh PPK dengan memperhitungkan tenaga
ahli/ peralatan/ bahan tertentu yang dilaksanakan dengan
Kontrak tersendiri.

(5) Tenaga

jdih.lkpp.go.id
29
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -

(5) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya


dapat digunakan dalam pelaksanaan Swakelola tipe I dan
jumlah tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% (lima puluh
persen) dari jumlah anggota Tim Pelaksana.

(6) Hasil persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui


Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam KAK kegiatan/ subkegiatan/ output.

(7) Rencana kegiatan yang diusulkan oleh Kelompok


Masyarakat dievaluasi dan ditetapkan oleh PPK.

Pasal 24

(1) Biaya Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola dihitung


berdasarkan komponen biaya pelaksanaan Swakelola.

(2) PA dapat mengusulkan standar biaya masukan/keluaran


Swakelola kepada menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara atau kepala
daerah.

Bagian Kedua

Persiapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia

Pasal 25

Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia oleh PPK


meliputi kegiatan:

a. menetapkan HPS;

b. menetapkan rancangan kontrak;

c. menetapkan spesifikasi teknis/KAK; dan/atau

d. menetapkan uang muka, jaminan uang muka, jaminan


pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, sertifikat garansi,
dan/ atau penyesuaian harga.

Pasal

jdih.lkpp.go.id
30
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -

Pasal 26

(1) HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data


yang dapat dipertanggungjawabkan.

(2) HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya tidak


langsung (overhead cost).

(3) Nilai HPS bersifat terbuka dan tidak bersifat rahasia.

(4) Total HPS merupakan hasil perhitungan HPS ditambah


Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

(5) HPS digunakan sebagai:

a. alat untuk menilai kewajaran harga penawaran


dan/atau kewajaran harga satuan;

b. dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran


yang sah dalam Pengadaan Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya; dan

c. dasar untuk menetapkan besaran nilai Jaminan


Pelaksanaan bagi penawaran yang nilainya lebih
rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.

(6) HPS tidak menjadi dasar perhitungan besaran kerugian


negara.

(7) Penyusunan HPS dikecualikan untuk Pengadaan


Barang/Jasa dengan Pagu Anggaran paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), E-purchasing, dan
Tender pekerjaan terintegrasi.

(8) Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari


kerja sebelum batas akhir untuk:

a. pemasukan penawaran untuk pemilihan dengan


pascakualifikasi; atau

b. pemasukan dokumen kualifikasi untuk pemilihan


dengan prakualifikasi.

Pasal

jdih.lkpp.go.id
31
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -

Pasal 27

(1) Jenis Kontrak Pengadaan Barang/ Pekerj aan


Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas:

a. Lumsum;

b. Harga Satuan;

c. Gabungan Lumsum dan Harga Satuan;

d. Terima Jadi (Turnkey); dan

e. Kontrak Payung.

(2) Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi terdiri atas:

a. Lumsum;

b. Waktu Penugasan; dan

c. Kontrak Payung.

(3) Kontrak Lumsum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a dan ayat (2) huruf a merupakan kontrak dengan
ruang lingkup pekerjaan dan jumlah harga yang pasti dan
tetap dalam batas waktu tertentu, dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia;

b. berorientasi kepada keluaran; dan

c. pembayaran didasarkan pada tahapan


produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan
Kontrak.

(4) Kontrak Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b merupakan kontrak Pengadaan
Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan harga
satuan yang tetap untuk setiap satuan atau unsur
pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang
telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. volume ...

jdih.lkpp.go.id
32
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -

a. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat


perkiraan pada saat Kontrak ditandatangani;

b. pembayaran berdasarkan hasil pengukuran bersama


atas realisasi volume pekerjaan; dan

c. nilai akhir kontrak ditetapkan setelah seluruh


pekerjaan diselesaikan.

(5) Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan
Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya gabungan Lumsum dan Harga Satuan dalam 1
(satu) pekerjaan yang diperjanjikan.

(6) Kontrak Terima Jadi (Turnkey) sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf d merupakan Kontrak Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan
dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai
berikut:

a. jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh


pekerjaan selesai dilaksanakan; dan

b. pembayaran dapat dilakukan berdasarkan termin


sesuai kesepakatan dalam Kontrak.

(7) Kontrak Payung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf e dan ayat (2) huruf c dapat berupa kontrak harga
satuan dalam periode waktu tertentu untuk barang/jasa
yang belum dapat ditentukan volume dan/atau waktu
pengirimannya pada saat Kontrak ditandatangani.

(8) Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan Kontrak Jasa
Konsultansi untuk pekerjaan yang ruang lingkupnya
belum bisa didefinisikan dengan rinci dan/ atau waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum
bisa dipastikan.

(9) Kontrak

jdih.lkpp.go.id
33
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -

(9) Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak Pengadaan


Barang/Jasa yang membebani lebih dari 1 (satu) Tahun
Anggaran dilakukan setelah mendapatkan persetujuan
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, dapat berupa:

a. pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua


belas) bulan atau lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran;
atau

b. pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila


dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu)
Tahun Anggaran dan paling lama 3 (tiga) Tahun
Anggaran.

Pasal 28

(1) Bentuk Kontrak terdiri atas:

a. bukti pembelian/pembayaran;

b. kuitansi;

c. Surat Perintah Kerja (SPK);

d. surat perjanjian; dan

e. surat pesanan.

(2) Bukti pembelian/pembayaran sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a digunakan untuk Pengadaan
Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(3) Kuitansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya
dengan nilai paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).

(4) SPK

jdih.lkpp.go.id
34
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 34 -

(4) SPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


digunakan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dengan
nilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah), Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai
paling sedikit di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dan Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(5) Surat perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf d digunakan untuk Pengadaan Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di
atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di
atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(6) Surat pesanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf e digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui
E-purchasing atau pembelian melalui toko daring.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk kontrak


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan dokumen
pendukung Kontrak, diatur dalam peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan negara dan/ atau menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan dalam
negeri.

Pasal 29

(1) Uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan


pekerjaan.

(2) Uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari nilai


kontrak untuk usaha kecil;
b. paling ...
jdih.lkpp.go.id
35
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -

b. paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari nilai


kontrak untuk usaha non-kecil dan Penyedia Jasa
Konsultansi; atau

c. paling tinggi 15% (lima belas persen) dari nilai


kontrak untuk Kontrak Tahun Jamak.

(3) Pemberian uang muka dicantumkan pada rancangan


kontrak yang terdapat dalam Dokumen Pemilihan.

Pasal 30

(1) Jaminan Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:

a. Jaminan Penawaran;

b. Jaminan Sanggah Banding;

c. Jaminan Pelaksanaan;

d. Jaminan Uang Muka; dan

e. Jaminan Pemeliharaan.

(2) Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a dan Jaminan Sanggah Banding sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya untuk pengadaan
Pekerjaan Konstruksi.

(3) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


berupa bank garansi atau surety bond.

(4) Bentuk Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


bersifat:

a. tidak bersyarat;

b. mudah dicairkan; dan

c. harus dicairkan oleh penerbit jaminan paling lambat


14 (empat belas) hari kerja setelah surat perintah
pencairan dari Pokja Pemilihan/PPK/Pihak yang
diberi kuasa oleh Pokja Pemilihan/PPK diterima.

(5) Pengadaan

jdih.lkpp.go.id
36
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -

(5) Pengadaan Jasa Konsultansi tidak diperlukan Jaminan


Penawaran, Jaminan Sanggah Banding, Jaminan
Pelaksanaan, dan Jaminan Pemeliharaan.

(6) Jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan,


Perusahaan Asuransi, lembaga keuangan khusus yang
menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan,
dan asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang lembaga pembiayaan ekspor Indonesia dapat
digunakan untuk semua jenis Jaminan.
(7) Perusahaan Penjaminan, Perusahaan Asuransi, dan
lembaga keuangan khusus yang menjalankan usaha di
bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk
mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga
pembiayaan ekspor Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) adalah Perusahaan Penerbit Jaminan yang
memiliki izin usaha dan pencatatan produk suretyship di
Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 31

(1) Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal


30 ayat (2) diberlakukan untuk nilai total HPS paling
sedikit di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).

(2) Jaminan Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


besarnya antara 1% (satu persen) hingga 3% (tiga persen)
dari nilai total HPS.

(3) Untuk Pekerjaan Konstruksi terintegrasi, Jaminan


Penawaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
besarnya antara 1% (satu persen) hingga 3% (tiga persen)
dari nilai Pagu Anggaran.
Pasal

jdih.lkpp.go.id
37
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
. - 37 -

Pasal 32

(1) Jaminan Sanggah Banding sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 30 ayat (2) besarnya 1% (satu persen) dari nilai total
HPS.

(2) Untuk Pekerjaan Konstruksi terintegrasi, Jaminan


Sanggah Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (2) besarnya 1% (satu persen) dari nilai Pagu
Anggaran.

Pasal 33

(1) Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 30 ayat (1) huruf c diberlakukan untuk Kontrak
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).

(2) Jaminan Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tidak diperlukan, dalam hal:

a. Pengadaan Jasa Lainnya yang aset Penyedia sudah


dikuasai oleh Pengguna; atau

b. Pengadaan Barang/Jasa melalui E-purchasing.

(3) Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan adalah sebagai


berikut:

a. untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80%


(delapan puluh persen) sampai dengan 100% (seratus
persen) dari nilai HPS, Jaminan Pelaksanaan sebesar
5% (lima persen) dari nilai kontrak; atau

b. untuk nilai penawaran terkoreksi di bawah 80%


(delapan puluh persen) dari nilai HPS, Jaminan
Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai total
HPS.

(4) Besaran

jdih.lkpp.go.id
38
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 38 -

(4) Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan untuk pekerjaan


terintegrasi adalah sebagai berikut:

a. untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh


persen) sampai dengan 100% (seratus persen) dari
nilai Pagu Anggaran, Jaminan Pelaksanaan sebesar
5% (lima persen) dari nilai kontrak; atau
b. untuk nilai penawaran di bawah 80% (delapan puluh
persen) dari nilai Pagu Anggaran, Jaminan
Pelaksanaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai Pagu
Anggaran.

(5) Jaminan Pelaksanaan berlaku sampai dengan serah


terima pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa Lainnya atau
serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi.

Pasal 34

(1) Jaminan Uang Muka sebagaimana dimaksud dalam Pasal


30 ayat (1) huruf d diserahkan Penyedia kepada PPK
senilai uang muka.
(2) Nilai Jaminan Uang Muka sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertahap dapat dikurangi secara proporsional
sesuai dengan sisa uang muka yang diterima.

Pasal 35

(1) Jaminan Pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 30 ayat (1) huruf e diberlakukan untuk Pekerjaan
Konstruksi atau Jasa Lainnya yang membutuhkan masa
pemeliharaan, dalam hal Penyedia menerima uang retensi
pada serah terima pekerjaan pertama (Provisional Hand
Over).

(2) Jaminan Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dikembalikan 14 (empat belas) hari kerja setelah masa
pemeliharaan selesai.

(3) Besaran

jdih.lkpp.go.id
39
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -

(3) Besaran nilai Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima


persen) dari nilai kontrak.

Pasal 36

(1) Sertifikat Garansi diberikan terhadap kelaikan


penggunaan barang hingga jangka waktu tertentu sesuai
dengan ketentuan dalam Kontrak.

(2) Sertifikat Garansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diterbitkan oleh produsen atau pihak yang ditunjuk secara
sah oleh produsen.

Pasal 37

(1) Penyesuaian harga dilakukan dengan ketentuan sebagai


berikut:

a. diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak


dengan jenis Kontrak Harga Satuan atau Kontrak
berdasarkan Waktu Penugasan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum
dalam Dokumen Pemilihan dan/atau perubahan
Dokumen Pemilihan; dan

b. tata cara penghitungan penyesuaian harga harus


dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen
Pemilihan dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Kontrak.

(2) Persyaratan dan tata cara penghitungan penyesuaian


harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak


Tahun Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari
18 (delapan belas) bulan;
b. penyesuaian

jdih.lkpp.go.id
40
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -

b. penyesuaian harga sebagaimana dimaksud pada


huruf a diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas)
sejak pelaksanaan pekerjaan;

c. penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh


kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen
keuntungan, biaya tidak langsung (overhead cost),
dan harga satuan timpang sebagaimana tercantum
dalam penawaran;

d. penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai


dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam
Kontrak;

e. penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan


yang berasal dari luar negeri, menggunakan indeks
penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut;

f. jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru


sebagai akibat adanya adendum kontrak dapat
diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga
belas) sejak adendum kontrak tersebut
ditandatangani; dan

g. indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan


Kontrak terlambat disebabkan oleh kesalahan
Penyedia adalah indeks terendah antara jadwal
kontrak dan realisasi pekerjaan.

Pasal 38

(1) Metode pemilihan Penyedia Barang/ Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas:

a. E-purchasing;

b. Pengadaan Langsung;

c. Penunjukan Langsung;

d. Tender Cepat; dan

e. Tender.
(2) E-purchasing
jdih.lkpp.go.id
41
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -

(2) E-purchasing sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a dilaksanakan untuk Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang sudah tercantum dalam
katalog elektronik.

(3) Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b dilaksanakan untuk Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(4) Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dalam keadaan tertentu.

(5) Kriteria Barang/ Pekerj aan Konstruksi/Jasa Lainnya


untuk keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) meliputi:

a. penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak


untuk menindaklanjuti komitmen internasional yang
dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden;

b. barang/jasa yang bersifat rahasia untuk kepentingan


Negara meliputi intelijen, perlindungan saksi,
pengamanan Presiden dan Wakil Presiden, Mantan
Presiden dan Mantan Wakil Presiden beserta
keluarganya serta tamu negara setingkat kepala
negara/ kepala pemerintahan, atau barang/jasa lain
bersifat rahasia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;

c. Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan


satu kesatuan sistem konstruksi dan satu kesatuan
tanggung jawab atas risiko kegagalan bangunan yang
secara keseluruhan tidak dapat
direncanakan/diperhitungkan sebelumnya;

d. Barang/

jdih.lkpp.go.id
42
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 42 -

d. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang


hanya dapat disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha
yang mampu;

e. pengadaan dan penyaluran benih unggul yang


meliputi benih padi, jagung, dan kedelai, serta pupuk
yang meliputi Urea, NPK, dan ZA kepada petani dalam
rangka menjamin ketersediaan benih dan pupuk
secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan
peningkatan ketahanan pangan;

f. pekerjaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di


lingkungan perumahan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah yang dilaksanakan oleh
pengembang yang bersangkutan;

g. Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang


spesifik dan hanya dapat dilaksanakan oleh
pemegang hak paten, atau pihak yang telah
mendapat izin dari pemegang hak paten, atau pihak
yang menjadi pemenang tender untuk mendapatkan
izin dari pemerintah; atau

h. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang


setelah dilakukan Tender ulang mengalami
kegagalan.

(6) Tender Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat ( I)


huruf d dilaksanakan dalam hal:

a. spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat


ditentukan secara rinci; dan

b. Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam Sistem


Informasi Kinerja Penyedia.

(7) Tender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e


dilaksanakan dalam hal tidak dapat menggunakan metode
pemilihan Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a sampai dengan huruf d.

Pasal
jdih.lkpp.go.id
43
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -

Pasal 39

(1) Metode evaluasi penawaran Penyedia Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya dilakukan dengan:

a. Sistem Nilai;

b. Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis; atau

c. Harga Terendah.

(2) Metode evaluasi Sistem Nilai digunakan untuk Pengadaan


Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memperhitungkan penilaian teknis dan harga.

(3) Metode evaluasi Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis


digunakan untuk Pengadaan Barang/ Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang memperhitungkan faktor
umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya
pemeliharaan, dan nilai sisa dalam jangka waktu operasi
tertentu.

(4) Metode evaluasi Harga Terendah digunakan untuk


Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dalam hal harga menjadi dasar penetapan pemenang di
antara penawaran yang memenuhi persyaratan teknis.

Pasal 40

(1) Metode penyampaian dokumen penawaran dalam


pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dilakukan dengan:

a. 1 (satu) file;

b. 2 (dua) file; atau

c. 2 (dua) tahap.

(2) Metode satu file digunakan untuk Pengadaan


Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
menggunakan metode evaluasi Harga Terendah.

(3) Metode

jdih.lkpp.go.id
44
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 44

(3) Metode dua file digunakan untuk Pengadaan


Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memerlukan penilaian teknis terlebih dahulu.

(4) Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan


Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa. Lainnya yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. spesifikasi teknisnya belum bisa ditentukan dengan


pasti;

b. mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem


dan desain penerapan teknologi yang berbeda;

c. dimungkinkan perubahan spesifikasi teknis


berdasarkan klarifikasi penawaran teknis yang
diajukan; dan/atau

d. membutuhkan penyetaraan teknis.

Pasal 41

(1) Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi terdiri atas:

a. Seleksi;

b. Pengadaan Langsung; dan

c. Penunjukan Langsung.

(2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi bernilai paling
sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi yang
bernilai sampai dengan paling banyak Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah).

(4) Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi dalam
keadaan tertentu.

(5) Kriteria ...

jdih.lkpp.go.id
45
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -

(5) Kriteria Jasa Konsultansi dalam keadaan tertentu


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:

a. Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh 1


(satu) Pelaku Usaha yang mampu;

b. Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh 1


(satu) pemegang hak cipta yang telah terdaftar atau
pihak yang telah mendapat izin pemegang hak cipta;

c. Jasa Konsultansi di bidang hukum meliputi


konsultan hukum/advokasi atau pengadaan arbiter
yang tidak direncanakan sebelumnya, untuk
menghadapi gugatan dan/atau tuntutan hukum dari
pihak tertentu, yang sifat pelaksanaan pekerjaan
dan/atau pembelaannya harus segera dan tidak
dapat ditunda; atau

d. Permintaan berulang (repeat order) untuk Penyedia


Jasa Konsultansi yang sama.

(6) Dalam hal dilakukan Penunjukan Langsung untuk


Penyedia Jasa Konsultansi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) huruf d, diberikan batasan paling banyak 2 (dua)
kali.

Pasal 42

(1) Metode evaluasi penawaran Penyedia Jasa Konsultansi


dilakukan dengan:

a. Kualitas dan Biaya;

b. Kualitas;

c. Pagu Anggaran; atau

d. Biaya Terendah.

(2) Metode

jdih.lkpp.go.id
46
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 46 -

(2) Metode evaluasi Kualitas dan Biaya digunakan untuk


pekerjaan yang ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli,
dan waktu penyelesaian pekerjaan dapat diuraikan
dengan pasti dalam KAK.

(3) Metode evaluasi Kualitas digunakan untuk pekerjaan yang


ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu
penyelesaian pekerjaan tidak dapat diuraikan dengan
pasti dalam KAK atau untuk pekerjaan Penyedia Jasa
Konsultansi Perorangan.

(4) Metode evaluasi Pagu Anggaran hanya digunakan untuk


ruang lingkup pekerjaan sederhana yang dapat diuraikan
dengan pasti dalam KAK dan penawaran tidak boleh
melebihi Pagu Anggaran.

(5) Metode evaluasi Biaya Terendah hanya digunakan untuk


pekerjaan standar atau bersifat rutin yang praktik dan
standar pelaksanaan pekerjaannya sudah mapan.

Pasal 43

(1) Metode penyampaian dokumen penawaran pada


pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi melalui Pengadaan
Langsung dan Penunjukan Langsung menggunakan
metode satu file.

(2) Metode penyampaian dokumen penawaran pada


pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi melalui Seleksi
menggunakan metode dua file.

Pasal 44

(1) Kualifikasi merupakan evaluasi kompetensi, kemampuan


usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia.

(2) Kualifikasi dilakukan dengan pascakualifikasi atau


prakualifikasi.

(3) Pascakualifikasi
jdih.lkpp.go.id
47
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 47 -

(3) Pascakualifikasi dilaksanakan pada pelaksanaan


pemilihan sebagai berikut:

a. Tender Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya


untuk Pengadaan yang bersifat tidak kompleks; atau

b. Seleksi Jasa Konsultansi Perorangan.

(4) Kualifikasi pada pascakualifikasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
evaluasi penawaran dengan menggunakan metode sistem
gugur.

(5) Prakualifikasi dilaksanakan pada pelaksanaan pemilihan


sebagai berikut:

a. Tender Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya


untuk Pengadaan yang bersifat kompleks;

b. Seleksi Jasa Konsultansi Badan Usaha; atau

c. Penunjukan Langsung Pengadaan Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Konsultansi Badan Usaha/Jasa
Konsultansi Perorangan/Jasa Lainnya.

(6) Kualifikasi pada prakualifikasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (5) dilakukan sebelum pemasukan penawaran
dengan menggunakan metode:

a. sistem gugur untuk Penyedia Barang/ Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya; atau

b. sistem pembobotan dengan ambang batas untuk


Penyedia Jasa Konsultansi.

(7) Hasil prakualifikasi menghasilkan:

a. daftar peserta Tender Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya; atau

b. daftar pendek peserta Seleksi Jasa Konsultansi.

(8) Dalam

jdih.lkpp.go.id
48
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -

(8) Dalam hal Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam Sistem


Informasi Kinerja Penyedia, tidak diperlukan pembuktian
kualifikasi.

(9) Pokja Pemilihan dilarang menarnbah persyaratan


kualifikasi yang diskriminatif dan tidak objektif.

(10) Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat kompleks


sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a adalah
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
yang mempunyai risiko tinggi, memerlukan teknologi
tinggi, mengguna.kan peralatan yang didesain khusus,
dan/atau sulit mendefinisikan secara teknis bagaimana
cara memenuhi kebutuhan dan tujuan Pengadaan
Barang/Jasa.

Pasal 45

Jadwal pemilihan untuk setiap tahapan ditetapkan


berdasarkan alokasi waktu yang cukup bagi Pokja Pemilihan
dan peserta pemilihan sesuai dengan kompleksitas pekerjaan.

Pasal 46

Dokumen Pemilihan terdiri atas:

a. Dokumen Kualifikasi; dan

b. Dokumen Tender/ Seleksi/ Penunjukan Langsung/


Pengadaan Langsung.

BAB ...

jdih.lkpp.go.id
49
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 49 -

BAB VI

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI


SWAKELOLA

Bagian Kesatu

Pelaksanaan

Pasal 47

(1) Pelaksanaan Swakelola tipe I dilakukan dengan ketentuan


sebagai berikut:

a. PA/KPA dapat menggunakan pegawai


Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain

dan/atau tenaga ahli;

b. Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50%


(lima puluh persen) dari jumlah Tim Pelaksana; dan

c. Dalam hal dibutuhkan Pengadaan Barang/Jasa


melalui Penyedia, dilaksanakan sesuai ketentuan
dalam Peraturan Presiden ini.

(2) Pelaksanaan Swakelola tipe II dilakukan dengan


ketentuan sebagai berikut:

a. PA/ KPA melakukan kesepakatan kerj a sama dengan


Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah lain

pelaksana Swakelola; dan

b. PPK menandatangani Kontrak dengan Ketua Tim


Pelaksana Swakelola sesuai dengan kesepakatan
kerja sama sebagaimana dimaksud pada huruf a.

(3) Pelaksanaan Swakelola tipe III dilakukan berdasarkan


Kontrak PPK dengan pimpinan Ormas.

(4) Pelaksanaan

jdih.lkpp.go.id
50
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -

(4) Pelaksanaan Swakelola tipe IV dilakukan berdasarkan


Kontrak PPK dengan pimpinan Kelompok Masyarakat.

(5) Untuk pelaksanaan Swakelola tipe II sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), tipe III sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), dan tipe IV sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), nilai pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak
sudah termasuk kebutuhan barang/jasa yang diperoleh
melalui Penyedia.

Bagian Kedua

Pembayaran Swakelola

Pasal 48

Pembayaran Swakelola dilakukan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga

Pengawasan dan Pertanggungjawaban

Pasal 49

(1) Tim Pelaksana melaporkan kemajuan pelaksanaan


Swakelola dan penggunaan keuangan kepada PPK secara
berkala.

(2) Tim Pelaksana menyerahkan hasil pekerjaan Swakelola


kepada PPK dengan Berita Acara Serah Terima.

(3) Pelaksanaan Swakelola diawasi oleh Tim Pengawas secara


berkala.

BAB ...

jdih.lkpp.go.id
51
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -

BAB VII

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI


PENYEDIA

Bagian Kesatu

Pelaksanaan Pemilihan Penyedia

Pasal 50

(1) Pelaksanaan pemilihan melalui Tender/Seleksi meliputi:

a. Pelaksanaan Kualifikasi;

b. Pengumuman dan/atau Undangan;

c. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pemilihan;

d. Pemberian Penjelasan;

e. Penyampaian Dokumen Penawaran;

f. Evaluasi Dokumen Penawaran;

g. Penetapan dan Pengumuman Pemenang; dan

h. Sanggah.

(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


untuk pelaksanaan pemilihan Pekerjaan Konstruksi
ditambahkan tahapan Sanggah Banding.

(3) Pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), untuk Seleksi Jasa Konsultansi dilakukan
klarifikasi dan negosiasi terhadap penawaran teknis dan
biaya setelah masa sanggah selesai.

(4) Pelaksanaan pemilihan melalui Tender Cepat dengan


ketentuan sebagai berikut:

a. peserta telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi


Kinerja Penyedia;

peserta hanya memasukan penawaran harga;

c. evaluasi

jdih.lkpp.go.id
52
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 52 -

c. evaluasi penawaran harga dilakukan melalui aplikasi;


dan

d. penetapan pemenang berdasarkan harga penawaran


terendah.
wajib dilakukan untuk
(5) Pelaksanaan E-purchasing
barang/jasa yang menyangkut pemenuhan kebutuhan
nasional dan/atau strategis yang ditetapkan oleh menteri,
kepala lembaga, atau kepala daerah.

(6) Pelaksanaan Penunjukan Langsung dilakukan dengan


mengundang 1 (satu) Pelaku Usaha yang dipilih, dengan
disertai negosiasi teknis maupun harga.

(7) Pelaksanaan Pengadaan Langsung dilakukan sebagai


berikut:

a. pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedia


untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya yang
menggunakan bukti pembelian atau kuitansi; atau

b. permintaan penawaran yang disertai dengan


klarifikasi serta negosiasi teknis dan harga kepada
Pelaku Usaha untuk Pengadaan Langsung yang
menggunakan SPK.

(8) Pemilihan dapat segera dilaksanakan setelah RUP


diumumkan.

(9) Untuk barang/jasa yang kontraknya harus


ditandatangani pada awal tahun, pemilihan dapat
dilaksanakan setelah:

a. penetapan Pagu Anggaran K/ L; atau

b. persetujuan RKA Perangkat Daerah sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

(10) Pelaksanaan

jdih.lkpp.go.id
53
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 -

(10) Pelaksanaan pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat


(9) dilakukan setelah RUP diumumkan terlebih dahulu
melalui aplikasi SIRUP.

(11) Penawaran harga dapat dilakukan dengan metode


penawaran harga secara berulang (E-reverse Auction).

Bagian Kedua

Tender/Seleksi Gagal

Pasal 51

(1) Prakualifikasi gagal dalam hal:

a. setelah pemberian waktu perpanjangan, tidak ada


peserta yang menyampaikan dokumen kualifikasi;
atau

b. jumlah peserta yang lulus prakualifikasi kurang dari


3 (tiga) peserta.

(2) Tender/Seleksi gagal dalam hal:

a. terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;

b. tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen


penawaran setelah ada pemberian waktu
perpanjangan;

c. tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran;

d. ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan


atau tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Presiden ini;

e. seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi, dan


Nepotisme (KKN);

f. seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak


sehat;

g. seluruh

jdih.lkpp.go.id
54
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 54 -

g. seluruh penawaran harga Tender Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya di atas HPS;

h. negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai; dan/atau

i. KKN melibatkan Pokja Pemilihan/ PPK.

(3) Prakualifikasi gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan Tender/ Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a sampai dengan huruf h dinyatakan oleh
Pokja Pemilihan.

(4) Tender/ Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


huruf i dinyatakan oleh PA/ KPA.

(5) Tindak lanjut dari prakualifikasi gagal sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Pokja Pemilihan segera
melakukan prakualifikasi ulang dengan ketentuan:

a. setelah prakualifikasi ulang jumlah peserta yang


lulus 2 (dua) peserta, proses Tender/ Seleksi
dilanjutkan; atau

b. setelah prakualifikasi ulang jumlah peserta yang


lulus 1 (satu) peserta, dilanjutkan dengan proses
Penunjukan Langsung.

(6) Tindak lanjut dari Tender/ Seleksi gagal sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), Pokja Pemilihan segera
melakukan:

a. evaluasi penawaran ulang;

b. penyampaian penawaran ulang; atau

c. Tender/Seleksi ulang.

(7) Evaluasi penawaran ulang sebagaimana dimaksud pada


ayat (6) huruf a, dilakukan dalam hal ditemukan
kesalahan evaluasi penawaran.

(8) Penyampaian

jdih.lkpp.go.id
55
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 55 -

(8) Penyampaian penawaran ulang sebagaimana dimaksud


pada ayat (6) huruf b dilakukan untuk Tender/ Seleksi
gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dan
huruf h.

(9) Tender/ Seleksi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat


(6) huruf c, dilakukan untuk Tender/ Seleksi gagal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf c,
huruf e, huruf f, huruf g, dan huruf i.

(10) Dalam hal Tender/ Seleksi ulang sebagaimana dimaksud


pada ayat (9) gagal, Pokja Pemilihan dengan persetujuan
PA/ KPA melakukan Penunjukan Langsung dengan
kriteria:

a. kebutuhan tidak dapat ditunda; dan

b. tidak cukup waktu untuk melaksanakan


Tender/ Seleksi.

Bagian Ketiga

Pelaksanaan Kontrak

Pasal 52

(1) Pelaksanaan Kontrak terdiri atas:

a. Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa


(SPPBJ);

b. Penandatanganan Kontrak;

c. Pemberian uang muka;

d. Pembayaran prestasi pekerjaan;

e. Perubahan Kontrak;

f. Penyesuaian harga;

g. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak;

h. Pemutusan

jdih.lkpp.go.id
56
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 56 -

h. Pemutusan Kontrak;

i. Serah Terima Hasil Pekerjaan; dan/ atau

j. Penanganan Keadaan Kahar.

(2) PPK dilarang mengadakan ikatan perjanjian atau


menandatangani Kontrak dengan Penyedia, dalam hal
belum tersedia anggaran belanja atau tidak cukup tersedia
anggaran belanja yang dapat mengakibatkan
dilampauinya batas anggaran belanja yang tersedia untuk
kegiatan yang dibiayai APBN/APBD.

Bagian Keempat

Pembayaran Prestasi Pekerjaan

Pasal 53

(1) Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada


Penyedia setelah dikurangi angsuran pengembalian uang
muka, retensi, dan denda.

(2) Retensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 5%


(lima persen) digunakan sebagai Jaminan Pemeliharaan
Pekerjaan Konstruksi atau Jaminan Pemeliharaan Jasa
Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.

(3) Dalam hal Penyedia menyerahkan sebagian pekerjaan


kepada subkontraktor, permintaan pembayaran harus
dilengkapi bukti pembayaran kepada subkontraktor
se suai dengan realisasi pekerjaannya.

(4) Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam


bentuk:

a. pembayaran bulanan;

b. pembayaran b e rd a sarkan tahapan penyele saian


pekerjaan / termin; atau

c. pembayaran

jdih.lkpp.go.id
57
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 57 -

c. pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian


pekerjaan.

(5) Pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan


untuk Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya
dilakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum
barang/jasa diterima, setelah Penyedia menyampaikan
jaminan atas pembayaran yang akan dilakukan.

(6) Pembayaran dapat dilakukan untuk peralatan dan/atau


bahan yang belum terpasang yang menjadi bagian dari
hasil pekerjaan yang berada di lokasi pekerjaan dan telah
dicantumkan dalam Kontrak.

(7) Ketentuan mengenai pembayaran sebelum prestasi


pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Kelima

Perubahan Kontrak

Pasal 54

(1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan


pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau
spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen
Kontrak, PPK bersama Penyedia dapat melakukan
perubahan kontrak, yang meliputi:

a. menambah atau mengurangi volume yang tercantum


dalam Kontrak;

b. menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;

c. mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi


lapangan; dan/ atau

d. mengubah jadwal pelaksanaan.

(2) Dalam ...

jdih.lkpp.go.id
58
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 58 -

(2) Dalam hal perubahan kontrak sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) mengakibatkan penambahan nilai kontrak,
perubahan kontrak dilaksanakan dengan ketentuan
penambahan nilai kontrak akhir tidak melebihi 10%
(sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam
Kontrak awal.

Bagian Keenam

Keadaan Kahar

Pasal 55

(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar, pelaksanaan Kontrak


dapat dihentikan.

(2) Dalam hal pelaksandan Kontrak dilanjutkan, para pihak


dapat melakukan perubahan kontrak.

(3) Perpanjangan waktu untuk penyelesaian Kontrak


disebabkan keadaan kahar dapat melewati Tahun
Anggaran.

(4) Tindak lanjut setelah terjadinya keadaan kahar diatur


dalam Kontrak.

Bagian Ketujuh

Penyelesaian Kontrak

Pasal 56

(1) Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan


sampai masa pelaksanaan Kontrak berakhir, namun PPK
menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan
pekerjaan, PPK memberikan kesempatan Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan.

(2) Pemberian

jdih.lkpp.go.id
59
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 59 -

(2) Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk


menyelesaikan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dimuat dalam adendum kontrak yang didalamnya
mengatur waktu penyelesaian pekerjaan, pengenaan
sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia, dan
perpanjangan Jaminan Pelaksanaan.

(3) Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk


menyelesaikan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat melampaui Tahun Anggaran.

Bagian Kedelapan

Serah Terima Hasil Pekerjaan

Pasal 57

(1) Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai


dengan ketentuan yang termuat dalam Kontrak, Penyedia
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk
serah terima barang/jasa.

(2) PPK melakukan pemeriksaan terhadap barang/jasa yang


diserahkan.

(3) PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah


Terima.

Pasal 58

(1) PPK menyerahkan barang/jasa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 57 kepada PA/KPA.

(2) PA / KPA meminta PjPHP/ PPHP untuk melakukan


pemeriksaan administratif terhadap barang/jasa yang
akan diserahterimakan.

(3) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dituangkan dalam Berita Acara.

BAB ...

jdih.lkpp.go.id
60
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 60 -

BAB VIII

PENGADAAN KHUSUS

Bagian Kesatu

Pengadaan Barang/Jasa

Dalam Rangka Penanganan Keadaan Darurat

Pasal 59

(1) Penanganan keadaan darurat dilakukan untuk


keselamatan/perlindungan masyarakat atau warga
negara Indonesia yang berada di dalam negeri dan/atau
luar negeri yang pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan
harus dilakukan segera.

(2) Keadaan darurat meliputi:

a. bencana alam, bencana non-alam, dan/atau bencana


sosial;

b. pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan;

c. kerusakan sarana/ prasarana yang dapat


mengganggu kegiatan pelayanan publik;

d. bencana alam, bencana non-alam, bencana sosial,


perkembangan situasi politik dan keamanan di luar
negeri, dan/atau pemberlakuan kebijakan
pemerintah asing yang memiliki dampak langsung
terhadap keselamatan dan ketertiban warga negara
Indonesia di luar negeri; dan/atau

e. pemberian bantuan kemanusiaan kepada negara lain


yang terkena bencana.

(3) Penetapan keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf a dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Keadaan

jdih.lkpp.go.id
61
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -

(4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


huruf a meliputi siaga darurat, tanggap darurat, dan
transisi darurat ke pemulihan.

(5) Untuk penanganan keadaan darurat sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), PPK menunjuk Penyedia terdekat
yang sedang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa
sejenis atau Pelaku Usaha lain yang dinilai mampu dan
memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa sejenis.

(6) Penanganan keadaan darurat dapat dilakukan dengan


penggunaan konstruksi permanen, dalam hal penyerahan
pekerjaan permanen masih dalam kurun waktu keadaan
darurat.

(7) Penanganan keadaan darurat yang hanya bisa diatasi


dengan konstruksi permanen, penyelesaian pekerjaan
dapat melewati masa keadaan darurat.

Bagian Kedua

Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri

Pasal 60

(1) Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan di luar negeri


berpedoman pada ketentuan dalam Peraturan Presiden
ini.

(2) Dalam hal ketentuan dalam Peraturan Presiden


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dilaksanakan, pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
menyesuaikan dengan ketentuan Pengadaan Barang/Jasa
di negara setempat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Pengadaan


Barang/Jasa di Luar Negeri diatur oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang luar
negeri setelah berkonsultasi dengan LKPP.
Bagian
jdih.lkpp.go.id
62
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 62 -

Bagian Ketiga

Pengecualian

Pasal 61

(1) Dikecualikan dari ketentuan dalam Peraturan Presiden ini


adalah:

a. Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan


Umum;

b. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan


berdasarkan tarif yang dipublikasikan secara luas
kepada masyarakat;

c. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai


dengan praktik bisnis yang sudah mapan; dan/atau

d. Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

(2) Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum


diatur tersendiri dengan peraturan pimpinan Badan
Layanan Umum.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengecualian dalam


Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, ayat (1) huruf c, dan ayat (1) huruf d
diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga.

Bagian Keempat

Penelitian

Pasal 62

(1) Penelitian dilakukan oleh:

a. PA/ KPA pada Kementerian/Lembaga/Perangkat


Daerah sebagai penyelenggara penelitian; dan

b. pelaksana penelitian.
(2) Penyelenggara

jdih.lkpp.go.id
63
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 63 -

(2) Penyelenggara penelitian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a memiliki kewenangan:
a. menetapkan rencana strategis penelitian yang
mengacu pada arah pengembangan penelitian
nasional;
b. menetapkan program penelitian tahunan yang
mengacu pada rencana strategis penelitian dan/atau
untuk mendukung perumusan dan penyusunan
kebijakan pembangunan nasional; dan
c. melakukan penjaminan mutu pelaksanaan
penelitian.
(3) Pelaksana penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. Individu/kumpulan individu meliputi Pegawai
Aparatur Sipil Negara/non-Pegawai Aparatur Sipil
Negara;
b. Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah;
c. Perguruan Tinggi;
d. Ormas; dan/atau
e. Badan Usaha.
(4) Pelaksana penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan berdasarkan hasil kompetisi atau penugasan.
(5) Kompetisi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilaksanakan melalui seleksi proposal penelitian.
(6) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan oleh penyelenggara penelitian untuk penelitian
yang bersifat khusus.
(7) Penelitian dapat menggunakan anggaran belanj a
dan/atau fasilitas yang berasal dari 1 (satu) atau lebih dari
1 (satu) penyelenggara penelitian.
(8) Penelitian dapat dilakukan dengan kontrak penelitian
selama 1 (satu) Tahun Anggaran atau melebihi 1 (satu)
Tahun Anggaran.
(9) Pembayaran

jdih.lkpp.go.id
64
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 64 -

(9) Pembayaran pelaksanaan penelitian dapat dilakukan


secara bertahap atau sekaligus sesuai dengan kontrak
penelitian.

(10) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (9)


dilakukan berdasarkan produk keluaran sesuai ketentuan
dalam kontrak penelitian.

(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian diatur dengan


peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan
tinggi.

Bagian Kelima

Tender/Seleksi Internasional dan

Dana Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri

Pasal 63

(1 ) Tender/ Seleksi Internasional dapat dilaksanakan untuk:


a. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling
sedikit di atas Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun
rupiah);

b. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling


sedikit di atas Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah);

c. Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling


sedikit di atas Rp25.000.000.000,00 (dua puluh lima
miliar rupiah); atau

d. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai oleh Lembaga


Penjamin Kredit Ekspor atau Kreditor Swasta Asing.

(2) Tender/ Seleksi Internasional dilaksanakan untuk nilai


kurang dari batasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, huruf b, dan huruf c, dalam hal tidak ada Pelaku
Usaha dalam negeri yang mampu dan memenuhi
persyaratan.
(3) Badan Usaha

jdih.lkpp.go.id
65
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 -

(3) Badan usaha asing yang mengikuti Tender/ Seleksi


Internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
melakukan kerja sama usaha dengan badan usaha
nasional dalam bentuk konsorsium, subkontrak, atau
bentuk kerja sama lainnya.

(4) Badan usaha asing yang melaksanakan Pengadaan


Barang/Pekerjaan Konstruksi, harus bekerja sama
dengan industri dalam negeri dalam pembuatan suku
cadang dan pelaksanaan pelayanan purnajual.

(5) Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa


Konsultansi/Jasa Lainnya yang dilaksanakan melalui
Tender/ Seleksi Internasional diumumkan dalam situs web
Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah dan situs web
komunitas internasional.

(6) Dokumen Pemilihan melalui Tender/ Seleksi Internasional


paling sedikit ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.

(7) Dalam hal terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap


Dokumen Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
dokumen yang berbahasa Indonesia dijadikan acuan.

(8) Pembayaran Kontrak melalui Tender/Seleksi Internasional


dapat menggunakan mata uang rupiah dan/ atau sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 64

(1) Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang


pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri atau
hibah luar negeri berlaku ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden ini, kecuali diatur lain dalam
perjanjian pinjaman luar negeri atau perjanjian hibah luar
negeri.

(2) Proses ...

jdih.lkpp.go.id
66
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 66 -

(2) Proses Pengadaan Barang/Jasa untuk kegiatan yang


pendanaannya bersumber dari pinjaman luar negeri dapat
dilaksanakan sebelum disepakatinya perjanjian pinjaman
luar negeri (advance procurement).

(3) Dalam menyusun perjanjian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat dikonsultasikan kepada LKPP.

BAB IX

USAHA KECIL, PRODUK DALAM NEGERI,

DAN PENGADAAN BERKELANJUTAN

Bagian Kesatu

Peran Serta Usaha Kecil

Pasal 65

(1) Usaha kecil terdiri atas Usaha Mikro dan Usaha Kecil.

(2) Dalam Pengadaan Barang/Jasa, PA/ KPA memperluas


peran serta usaha kecil.

(3) Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-


banyaknya paket untuk usaha kecil tanpa mengabaikan
prinsip efisiensi, persaingan usaha yang sehat, kesatuan
sistem, dan kualitas kemampuan teknis.

(4) Nilai paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa


Lainnya paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar
lima ratus juta rupiah), dicadangkan dan peruntukannya
bagi usaha kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kemampuan teknis yang tidak dapat dipenuhi
oleh usaha kecil.

(5) LKPP dan Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah


memperluas peran serta usaha kecil dengan
mencantumkan barang/jasa produksi usaha kecil dalam
katalog elektronik.

(6) Penyedia
jdih.lkpp.go.id
67
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 67 -

(6) Penyedia usaha non-kecil yang melaksanakan pekerjaan


dapat melakukan kerja sama usaha dengan usaha kecil
dalam bentuk kemitraan, subkontrak, atau bentuk kerja
sama lainnya, jika ada usaha kecil yang memiliki
kemampuan di bidang yang bersangkutan.

Bagian Kedua

Penggunaan Produk Dalam Negeri

Pasal 66

(1) Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah wajib


menggunakan produk dalam negeri, termasuk rancang
bangun dan perekayasaan nasional.

(2) Kewajiban penggunaan produk dalam negeri sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan jika terdapat peserta
yang menawarkan barang/jasa dengan nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot
Manfaat Perusahaan (BMP) paling rendah 40% (empat
puluh persen).

(3) Perhitungan TKDN dan BMP sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

(4) Ketentuan sebagaimana,dimaksud pada ayat (2) dan ayat


(3) dicantumkan dalam RUP, spesifikasi teknis/KAK, dan
Dokumen Pemilihan.

(5) Pengadaan barang impor dapat dilakukan, dalam hal:

a. barang tersebut belum dapat diproduksi di dalam


negeri; atau

b. volume produksi dalam negeri tidak mampu


memenuhi kebutuhan.

(6) LKPP

jdih.lkpp.go.id
68
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 68 -

(6) LKPP dan/ atau Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah


Daerah memperbanyak pencantuman produk dalam
negeri dalam katalog elektronik.

Pasal 67

(1) Preferensi harga merupakan insentif bagi produk dalam


negeri pada pemilihan Penyedia berupa kelebihan harga
yang dapat diterima.

(2) Preferensi harga diberlakukan untuk Pengadaan


Barang/Jasa yang bernilai paling sedikit di atas
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(3) Preferensi harga diberikan terhadap barang/jasa yang


memiliki TKDN paling rendah 25% (dua puluh lima
persen).

Preferensi harga untuk barang/jasa paling tinggi 25% (dua


puluh lima persen).

Preferensi harga untuk Pekerjaan Konstruksi yang


dikerjakan oleh badan usaha nasional paling tinggi 7,5%
(tujuh koma lima persen) di atas harga penawaran
terendah dari badan usaha asing.

(6) Preferensi harga diperhitungkan dalam evaluasi harga


penawaran yang telah memenuhi persyaratan
administrasi dan teknis.

(7) Penetapan pemenang berdasarkan urutan harga terendah


Hasil Evaluasi Akhir (HEA).

(8) HEA dihitung dengan rumus HEA = (1 — KP) x HP dengan:

KP = TKDN x preferensi tertinggi

KP adalah Koefisien Preferensi

HP adalah Harga Penawaran setelah koreksi aritmatik.

(9) Dalam

jdih.lkpp.go.id
69
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 69 -

(9) Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih penawaran dengan


HEA terendah yang sama, penawar dengan. TKDN lebih
besar ditetapkan sebagai pemenang.

Bagian Ketiga

Pengadaan Berkelanjutan

Pasal 68

(1) Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan


memperhatikan aspek berkelanjutan.

(2) Aspek berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


terdiri atas:

a. aspek ekonomi meliputi biaya produksi barang/jasa


sepanjang usia barang/jasa tersebut;

b. aspek sosial meliputi pemberdayaan usaha kecil,


jaminan kondisi kerja yang adil, pemberdayaan
komunitas/usaha lokal, kesetaraan, dan
keberagaman; dan

c. aspek lingkungan hidup meliputi pengurangan


dampak negatif terhadap kesehatan, kualitas udara,
kualitas tanah, kualitas air, dan menggunakan
sumber daya alam sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(3) Pengadaan Berkelanjutan dilaksanakan oleh:

a. PA/KPA dalam merencanakan dan menganggarkan


Pengadaan Barang/Jasa;

b. PPK dalam menyusun spesifikasi teknis/KAK dan


rancangan kontrak dalam Pengadaan Barang/Jasa;
dan

c. Pokja Pemilihan/ Pejabat Pengadaan/Agen


Pengadaan dalam menyusun Dokumen Pemilihan.

BAB ...
jdih.lkpp.go.id
70
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 70 -

BAB X

PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK

Bagian Kesatu

Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik

Pasal 69

(1) Penyelenggaraan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan


secara elektronik menggunakan sistem informasi yang
terdiri atas Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
dan sistem pendukung.

(2) LKPP mengembangkan SPSE dan sistem pendukung.

Pasal 70

(1) Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik dengan


memanfaatkan E-marketplace.

(2) E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa menyediakan


infrastruktur teknis dan layanan dukungan transaksi bagi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan Penyedia
berupa:

a. Katalog Elektronik;

b. Toko Daring; dan

c. Pemilihan Penyedia.

(3) LKPP mempunyai kewenangan untuk mengembangkan,


membina, mengelola, dan mengawasi penyelenggaraan
E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa.

(4) Dalam

jdih.lkpp.go.id
71
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 71 -

(4) Dalam rangka pengembangan dan pengelolaan


E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa, LKPP dapat
bekerja sama dengan UKPBJ dan/atau Pelaku Usaha.

(5) Dalam rangka pengembangan E-marketplace sebagaimana


dimaksud pada ayat (4), LKPP menyusun dan menetapkan
peta jalan pengembangan E-marketplace Pengadaan
Barang/Jasa.

Pasal 71

(1) Ruang lingkup SPSE terdiri atas:

a. Perencanaan Pengadaan;

b. Persiapan Pengadaan;

c. Pemilihan Penyedia;

d. Pelaksanaan Kontrak;

e. Serah Terima Pekerjaan;

f. Pengelolaan Penyedia; dan

g. Katalog Elektronik.

(2) SPSE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki


interkoneksi dengan sistem informasi perencanaan,
penganggaran, pembayaran, manajemen aset, dan sistem
informasi lain yang terkait dengan SPSE.

(3) Sistem pendukung SPSE meliputi:

a. Portal Pengadaan Nasional;

b. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Pengadaan


Barang/Jasa;

c. Pengelolaan advokasi dan penyelesaian


permasalahan hukum;

d. Pengelolaan peran serta masyarakat;

e. Pengelolaan sumber daya pembelajaran; dan

f. Monitoring dan Evaluasi.


Pasal
jdih.lkpp.go.id
72
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 72 -

Pasal 72

(1) Katalog elektronik dapat berupa katalog elektronik


nasional, katalog elektronik sektoral, dan katalog
elektronik lokal.

(2) Katalog elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


memuat informasi berupa daftar, jenis, spesifikasi teknis,
TKDN, produk dalam negeri, produk SNI, produk industri
hijau, negara asal, harga, Penyedia, dan informasi lainnya
terkait barang/jasa.

(3) Pemilihan produk yang dicantumkan dalam katalog


elektronik dilaksanakan oleh
Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah atau LKPP.

(4) Pemilihan produk katalog elektronik dilakukan dengan


metode:

a. Tender; atau

b. Negosiasi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan katalog


elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan. Peraturan Kepala Lembaga.

Bagian Kedua

Layanan Pengadaan Secara Elektronik

Pasal 73

(1) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah


menyelenggarakan fungsi layanan pengadaan secara
elektronik.

(2) Fungsi layanan pengadaan secara elektronik sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pengelolaan seluruh sistem informasi Pengadaan


Barang/Jasa dan infrastrukturnya;

b. pelaksanaan
jdih.lkpp.go.id
73
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 73 -

b. pelaksanaan registrasi dan verifikasi pengguna


seluruh sistem informasi Pengadaan Barang/Jasa;
dan

c. pengembangan sistem informasi yang dibutuhkan


oleh pemangku kepentingan.

(3) LKPP menetapkan standar layanan, kapasitas, dan


keamanan informasi SPSE dan sistem pendukung.

(4) LKPP melakukan pembinaan dan pengawasan layanan


pengadaan secara elektronik.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai fungsi layanan


pengadaan secara elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Lembaga.

BAB XI

SUMBER DAYA MANUSIA DAN KELEMBAGAAN

Bagian Kesatu

Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 74

(1) Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa terdiri


atas:

a. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan


Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah;

b. Aparatur Sipil Negara/Tentara Nasional


Indonesia/ Kepolisian Negara Republik Indonesia di
lingkungan Kementerian Pertahanan dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia; dan/atau

c. personel selain yang dimaksud pada huruf a dan


huruf b.

(2) Sumber

jdih.lkpp.go.id
74
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 74 -

(2) Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (1)
huruf c memiliki kompetensi di bidang Pengadaan
Barang/Jasa.

(3) Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di
UKPBJ.

(4) Atas dasar pertimbangan besaran beban pekerjaan atau


rentang kendali organisasi, Sumber Daya Manusia
Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang bertindak sebagai PPK, Pejabat Pengadaan,
PjPHP/PPHP dapat berkedudukan di luar UKPBJ.

Bagian Kedua

Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 75

(1) Menteri/ kepala lembaga/ kepala daerah membentuk


UKPBJ memiliki tugas menyelenggarakan dukungan
pengadaan barang/jasa pada
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah.

(2) Dalam rangka pelaksanaan tugas UKPBJ sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), UKPBJ memiliki fungsi:

a. pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa;

b. pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik;

c. pembinaan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan


Pengadaan Barang/Jasa;

d. pelaksanaan pendampingan, konsultasi, dan/ atau


bimbingan teknis; dan

e. pelaksanaan

jdih.lkpp.go.id
75
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 75 -

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh


menteri/kepala lembaga/kepala daerah.
(3) UKPBJ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk
struktural dan ditetapkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Fungsi pengelolaan layanan pengadaan secara elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, dapat
dilaksanakan oleh unit kerja terpisah.

BAB XII
PENGAWASAN, PENGADUAN, SANKSI,
DAN PELAYANAN HUKUM

Bagian Kesatu
Pengawasan Internal

Pasal 76
(1) Menteri/kepala lembaga/kepala daerah wajib melakukan
pengawasan Pengadaan Barang/Jasa melalui aparat
pengawasan internal pada
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah masing-masing.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui kegiatan audit, reviu, pemantauan,
evaluasi, dan/atau penyelenggaraan whistleblowing system.

(3) Pengawasan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) sejak perencanaan, persiapan,
pemilihan Penyedia, pelaksanaan Kontrak, dan serah terima
pekerjaan.
(4) Ruang lingkup pengawasan Pengadaan Barang/Jasa
meliputi:
a. pernenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya;
b. kepatuhan terhadap peraturan;
c. pencapaian TKDN;

d. penggunaan

jdih.lkpp.go.id
76
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 76 -

d. penggunaan produk dalam negeri;

e. pencadangan dan peruntukan paket untuk usaha


kecil; dan

f. Pengadaan Berkelanjutan.

(5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat


dilakukan bersama dengan kementerian teknis terkait
dan/atau lembaga yang mempunyai tugas
menyelenggarakan urus an p eme rin tah an di bid ang
pengawasan keuangan negara/ daerah dan pembangunan
nasional.

(6) Hasil pengawasan digunakan sebagai alat pengendalian


pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

Bagian Kedua

Pengaduan oleh Masyarakat

Pasal 77

Masyarakat menyampaikan pengaduan kepada APIP


disertai bukti yang faktual, kredibel, dan autentik.

Aparat Penegak Hukum meneruskan pengaduan


masyarakat kepada APIP untuk ditindaklanjuti.

APIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)


menindaklanjuti pengaduan sesuai kewenangannya.

APIP melaporkan hasil tindak lanjut pengaduan kepada


menteri/kepala lembaga/kepala daerah.

Menteri/ kepala lembaga/ kepala daerah melaporkan


kepada instansi yang berwenang, dalam hal diyakini
adanya indikasi KKN yang merugikan keuangan negara.

(6) Menteri/kepala lembaga/kepala daerah memfasilitasi


masyarakat dalam melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

(7) LKPP

jdih.lkpp.go.id
77
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 77 -

(7) LKPP mengembangkan sistem pengaduan Pengadaan


Barang/Jasa.

Bagian Ketiga

Sanksi

Pasal 78

(1) Perbuatan atau tindakan peserta pemilihan yang


dikenakan sanksi dalam pelaksanaan pemilihan Penyedia
adalah:

a. menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak


benar untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Dokumen Pemilihan;

b. terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta


lain untuk mengatur harga penawaran;

c. terindikasi melakukan KKN dalam pemilihan Penyedia;


atau

d. mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat


diterima oleh Pejabat Pengadaan/Pokja
Pemilihan/Agen Pengadaan.

(2) Perbuatan atau tindakan pemenang pemilihan yang telah


menerima SPPBJ yang dapat dikenakan sanksi adalah
pemenang pemilihan mengundurkan diri sebelum
penandatanganan Kontrak.

(3) Perbuatan atau tindakan Penyedia yang dikenakan sanksi


adalah:

a. tidak melaksanakan Kontrak, tidak menyelesaikan


pekerjaan, atau tidak melaksanakan kewajiban dalam
masa pemeliharaan;

b. menyebabkan kegagalan bangunan;

c. menyerahkan Jaminan yang tidak dapat dicairkan;

d. melakukan

jdih.lkpp.go.id
78
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 78 -

d. melakukan kesalahan dalam perhitungan volume hasil


pekerjaan berdasarkan hasil audit;

e. menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai


dengan Kontrak berdasarkan hasil audit; atau

f. terlambat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan


Kontrak.

(4) Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), ayat (2), dan ayat (3) dikenakan:

a. sanksi digugurkan dalam pemilihan;

b. sanksi pencairan jaminan;

c. Sanksi Daftar Hitarn;

d. sanksi ganti kerugian; dan/atau

e. sanksi denda.

(5) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada:


a. ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c dikenakan sanksi
digugurkan dalam pemilihan, sanksi pencairan Jaminan
Penawaran, dan Sanksi Daftar Hitam selama 2 (dua)
tahun;

b. ayat (1) huruf d dikenakan sanksi pencairan Jaminan


Penawaran dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 (satu)
tahun;

c. ayat (2) dikenakan sanksi pencairan Jaminan Penawaran


dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 (satu) tahun;

d. ayat (3) huruf a dikenakan sanksi pencairan Jaminan


Pelaksanaan atau sanksi pencairan Jaminan
Pemeliharaan, dan Sanksi Daftar Hitam selama 1 (satu)
tahun;

e. ayat (3) huruf b sampai dengan huruf e dikenakan sanksi


ganti kerugian sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan;
atau

f. ayat (3) huruf f dikenakan sanksi denda keterlambatan.

Pasal

jdih.lkpp.go.id
79
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 79 -

Pasal 79

(1) Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 78 ayat (5) huruf a ditetapkan oleh PA/ KPA
atas usulan Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/Agen
Pengadaan.

(2) Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 78 ayat (5) huruf b ditetapkan oleh PA/ KPA
atas usulan Pejabat Pengadaan/ Pokja Pemilihan/Agen
Pengadaan.

(3) Pengenaan Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 78 ayat (5) huruf c dan Pasal 78 ayat (5)
huruf d, ditetapkan oleh PA/ KPA atas usulan PPK.

(4) Pengenaan sanksi denda keterlambatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 78 ayat (5) huruf f ditetapkan oleh
PPK dalam Kontrak sebesar 1%0 (satu permil) dari nilai
kontrak atau nilai bagian kontrak untuk setiap hari
keterlambatan.

(5) Nilai kontrak atau nilai bagian kontrak sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) tidak termasuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).

(6) Sanksi Daftar Hitam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


sampai dengan ayat (3) berlaku sejak ditetapkan.

Pasal 80

(1) Perbuatan atau tindakan peserta pemilihan yang


dikenakan sanksi dalam proses katalog berupa :

a. menyampaikan dokumen atau keterangan palsu/tidak


benar untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam Dokumen Pemilihan;

b. terindikasi melakukan persekongkolan dengan peserta


lain untuk mengatur harga penawaran;

c. terindikasi
jdih.lkpp.go.id
80
PRESIDEN
REPUEILIK INDONESIA
- 80

c. terindikasi melakukan KKN dalam pemilihan Penyedia;

d. mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat


diterima Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan; atau

e. mengundurkan diri atau tidak menandatangani


kontrak katalog.

(2) Perbuatan atau tindakan Penyedia yang dikenakan sanksi


dalam proses. E-purchasing berupa tidak memenuhi
kewajiban dalam kontrak pada katalog elektronik atau
surat pesanan.

(3) Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan ayat (2) dikenakan:

a. sanksi digugurkan dalam pemilihan;

b. Sanksi Daftar Hitam;

c. sanksi penghentian sementara dalam sistem transaksi


E-purchasing; dan/atau

d. sanksi penurunan pencantuman Penyedia dari katalog


elektronik.

(4) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud pada:

a. ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c dikenakan


sanksi digugurkan dalam pemilihan dan Sanksi Daftar
Hitam selama 2 (dua) tahun;

b. ayat (1) huruf d dan huruf e dikenakan Sanksi Daftar


Hitam selama 1 (satu) tahun;

c. ayat (2) atas pelanggaran surat pesanan dikenakan


sanksi penghentian sementara dalam sistem transaksi
E-purchasing selama 6 (enam) bulan; atau

d. ayat (2) atas pelanggaran kontrak pada katalog


elektronik dikenakan sanksi penurunan pencantuman
Penyedia dari katalog elektronik selama 1 (satu) tahun.

(5) Pengenaan

jdih.lkpp.go.id
81
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 81 -

(5) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


ditetapkan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat Daerah
atas usulan Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan/Agen
Pengadaan dan/atau PPK.

Pasal 81

Dalam hal terjadi pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 78 ayat (1) huruf a sampai huruf c dan Pasal 80 ayat (1)
huruf a sampai huruf c, UKPBJ melaporkan secara pidana.

Pasal 82

(1) Sanksi administratif dikenakan kepada


PA/ KPA/ PPK/ Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan/
PjPHP/PPHP yang lalai melakukan suatu perbuatan yang
menjadi kewajibannya.

(2) Pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian/pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Sanksi hukuman disiplin ringan, sedang, atau berat


dikenakan kepada PA/ KPA/ PPK/ Pejabat
Peng4daan/Pokja Pemilihan/ PjPHP/ PPHP yang terbukti
melanggar pakta integritas berdasarkan putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, Peradilan Umum, atau
Peradilan Tata Usaha Negara.

Bagian

jdih.lkpp.go.id
82
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 82 -

Bagian Keempat

Daftar Hitam Nasional

Pasal 83

(1) PA/KPA menyampaikan identitas peserta


pemilihan/Penyedia yang dikenakan Sanksi Daftar Hitam
kepada unit kerja yang melaksanakan fungsi layanan
pengadaan secara elektronik, untuk ditayangkan dalam
Daftar Hitam Nasional.

(2) LKPP menyelenggarakan. Daftar Hitam Nasional.

Bagian Kelima

Pelayanan Hukurn Bagi Pelaku Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 84

(1) Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah wajib


memberikan pelayanan hukum kepada Pelaku Pengadaan
Barang/Jasa dalam menghadapi permasalahan hukum
terkait Pengadaan Barang/Jasa.

(2) Pelayanan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan sejak proses penyelidikan hingga tahap putusan
pengadilan.

(3) Pelaku Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikecualikan untuk Penyedia, Ormas, kelompok
masyarakat penyelenggara swakelola, dan Pelaku Usaha
yang bertindak sebagai Agen Pengadaan.

Bagian

jdih.lkpp.go.id
83
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 83 -

Bagian Keenam

Penyelesaian Sengketa Kontrak

Pasal 85

(1) Penyelesaian sengketa kontrak antara PPK dan Penyedia


dalam pelaksanaan Kontrak dapat dilakukan melalui
layanan penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase, atau
penyelesaian melalui pengadilan.

(2) LKPP menyelenggarakan layanan penyelesaian sengketa


kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB XIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 86

(1) Menteri/ kepala lembaga dapat menindaklanjuti


pelaksanaan Peraturan Presiden ini untuk pengadaan
yang dibiayai APBN dengan peraturan menteri/peraturan
kepala lembaga.

(2) Kepala Daerah dapat menindaklanjuti pelaksanaan


Peraturan Presiden ini untuk pengadaan yang dibiayai
APBD dengan peraturan daerah/peraturan kepala daerah.

Pasal 87

(1) LKPP mengembangkan sistem dan kebijakan Pengadaan


Barang/Jasa se suai dengan perkembangan dan
kebutuhan, dengan mempertimbangkan tujuan,
kebijakan, prinsip, dan etika Pengadaan Barang/Jasa.

(2) Hasil pengembangan sistem dan kebijakan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan
Kepala Lembaga.

BAB ...

jdih.lkpp.go.id
84
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 84 -

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 88

Pada saat Peraturan Presiden ini berlaku:

a. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan wajib dijabat oleh


Pengelola Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) huruf a paling lambat
31 Desember 2020;

b. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang dijabat


oleh Aparatur Sipil Negara/TNI/Polri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) huruf b wajib memiliki
sertifikat kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa
paling lambat 31 Desember 2023;

c. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang dijabat


oleh personel lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
ayat (1) huruf c wajib memiliki sertifikat kompetensi di
bidang Pengadaan Barang/Jasa paling lambat
31 Desember 2023;

d. PPK/Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan wajib memiliki


Sertifikat Keahlian Tingkat Dasar di bidang Pengadaan
Barang/Jasa sepanjang belum memiliki sertifikat
kompetensi di bidang Pengadaan Barang/Jasa sampai
dengan 31 Desember 2023.

Pasal

jdih.lkpp.go.id
85
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 85 -

Pasal 89

Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini:

1. Pengadaan Barang/Jasa yang persiapan dan pelaksanaan


dilakukan sebelum tanggal 1 Juli 2018 dapat dilakukan
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Bara.ng/Jasa Pemerintah.

2. Kontrak yang ditandatangani berdasarkan Peraturan


Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, tetap berlaku sampai dengan
berakhirnya Kontrak.

Pasal 90

(1) Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang industri pertahanan.
(2) Dalam hal Peraturan Presiden mengenai syarat dan tata
cara pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan
belum ada, Pengadaan Alat Peralatan Pertahanan dan
Keamanan dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Presiden ini.

BAB ...

jdih.lkpp.go.id
86
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 86 -

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 91

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai:

a. jenis dan uraian barang/jasa sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3;

b. pelaku pengadaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8;

c. Agen Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


14;

d. perencanaan pengadaan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 18;

e. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 21;

f. persiapan Swakelola sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23, dan pelaksanaan Swakelola sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47;

g. persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25;

h. jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 27;

i. metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38, dan Jasa Konsultansi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41;

metode evaluasi penawaran Penyedia


Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, dan Jasa
Konsultansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42;

k. metode

jdih.lkpp.go.id
87
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 87 -

k. metode penyampaian dokumen penawaran dalam


pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/
Jasa Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40,
dan Jasa Konsultansi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43;

1. kualifikasi Penyedia sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 44;
m. jadwal pemilihan Penyedia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45;
n. dokumen pemilihan Penyedia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46;
o. pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50
sampai dengan Pasal 58;
p. Pengadaan Barang/Jasa dalam penanganan keadaan
darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59;

q. pengecualian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61;


r. Tender/Seleksi Internasional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 63;
s. katalog elektronik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 72;

t. Sumber Daya Manusia Pengadaan Barang/Jasa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74;
u. kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pa sal 75;
v. sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78
sampai dengan Pasal 82;
w. Daftar Hitam NasiOnal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 83;

x. layanan penyelesaian sengketa kontrak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 85; dan

y. pengembangan

jdih.lkpp.go.id
88
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 88 -

pengembangan sistem dan kebijakan dalam


Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 87,

ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga paling lama


90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak Peraturan
Presiden ini diundangkan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk Kontrak dan


dokumen pendukung Kontrak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 untuk pendanaan yang bersumber dari
APBN, dan pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 ditetapkan dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan negara paling lama 90 (sembilan puluh) hari
terhitung sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen pendukung


Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 untuk
pendanaan yang bersumber dari APBD, dan pemberian
kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan
pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
ditetapkan dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan dalam
negeri paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung
sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman dan tata cara


Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ditetapkan dengan peraturan
menteri yang menyelenggarakan• urusan pemerintahan di
bidang luar negeri paling lama 90 (sembilan puluh) hari
terhitung sejak Peraturan Presiden ini diundangkan.

(5) Ketentuan

jdih.lkpp.go.id
89
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 89 -

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penelitian sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 62 ditetapkan dengan peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang riset dan pendidikan tinggi paling lama 90
(sembilan puluh) hari terhitung sejak Peraturan Presiden
ini diundangkan.

Pasal 92

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun
2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 93

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua


peraturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau
belum diganti dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden ini.

Pasal 94

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar ...

jdih.lkpp.go.id
90

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 90 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 16 Maret 2018

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 22 Maret 2018

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 33

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Perekonomian,

gtina iMurbahingsih

jdih.lkpp.go.id
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
91
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 7 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3, Pasal 18


sampai dengan Pasal 22, serta pasal 91 ayat (1) huruf a, huruf
d, dan huruf e Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, perlu
menetapkan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang


Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 314);

jdih.lkpp.go.id
-2-

2. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang


92
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);
3. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1372);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN
PERENCANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Lembaga ini yang dimaksud dengan:
1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang
prosesnya sejak identifikasi kebutuhan sampai dengan
serah terima hasil pekerjaan.
2. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut
Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
3. Lembaga adalah organisasi non Kementerian Negara dan
instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau peraturan perundang-undangan lainnya.

jdih.lkpp.go.id
-3-

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala


93
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.

5. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom. 

6. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
yang selanjutnya disingkat LKPP adalah lembaga
Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan
merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa.
7. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA
adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat
Daerah.

8. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan APBN yang
selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang
memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan
anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan.
9. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan APBD yang
selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang diberi
kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan
pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas
dan fungsi Perangkat Daerah.
10. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA
untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.

jdih.lkpp.go.id
-4-

11. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya


94
disingkat UKPBJ adalah unit kerja di Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat
keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.
12. Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya
disebut Perencanaan Pengadaan adalah proses
perumusan kegiatan yang dimulai dari identifikasi
kebutuhan, penetapan barang/jasa, cara Pengadaan
Barang/Jasa, jadwal Pengadaan Barang/Jasa, anggaran
Pengadaan Barang/Jasa.
13. Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa yang
selanjutnya disebut RUP adalah daftar rencana
Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
14. Pengadaan Barang/Jasa melalui swakelola yang
selanjutnya disebut Swakelola adalah cara memperoleh
barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah lain, organisasi
kemasyarakatan, atau kelompok masyarakat.
15. Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia adalah cara
memperoleh barang/jasa yang disediakan oleh Pelaku
Usaha.
16. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan
barang/jasa berdasarkan kontrak.
17. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

jdih.lkpp.go.id
-5-

18. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut


95
Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang
ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola
pemilihan Penyedia.
19. Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan yang
selanjutnya disingkat SIRUP adalah sistem informasi
yang dibuat dan dikembangkan oleh LKPP untuk
menyusun dan mengumumkan RUP pada masing-masing
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
20. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
21. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan
kembali suatu bangunan.
22. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang
membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang
keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir
(brainware).
23. Jasa Lainnya adalah jasa non konsultansi atau jasa yang
membutuhkan peralatan, metodologi khusus dan/atau
keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola
yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
24. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk
oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan
aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan,
dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

jdih.lkpp.go.id
-6-

25. Kelompok Masyarakat adalah kelompok masyarakat yang


96
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa dengan
dukungan anggaran belanja dari APBN/APBD.
26. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat
Fungsional yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa.
27. Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang
menyelenggarakan kegiatan secara Swakelola.
28. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa adalah strategi
Pengadaan Barang/Jasa yang menggabungkan beberapa
paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis.
29. Usaha Kecil adalah usaha mikro dan usaha kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

BAB II
TUJUAN dan RUANG LINGKUP

Pasal 2
Tujuan pengaturan dalam Peraturan Lembaga ini untuk:
a. mewujudkan kesamaan pemahaman dalam Perencanaan
Pengadaan;
b. menjadi acuan bagi Pelaku Pengadaan di
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam
Pengadaan Barang/Jasa; dan
c. mewujudkan Pengadaan Barang/Jasa yang sesuai
dengan tujuan, kebijakan, prinsip, dan etika Pengadaan
Barang/Jasa.

jdih.lkpp.go.id
-7-

Pasal 3
97
Ruang lingkup Perencanaan Pengadaan dalam Peraturan
Lembaga ini meliputi:
1. penyusunan perencanaan pengadaan;
2. identifikasi kebutuhan;
3. penetapan barang/jasa;
4. cara pengadaan barang/jasa;
5. jadwal pengadaan barang/jasa;
6. anggaran pengadaan barang/jasa; dan
7. RUP

BAB III
PENYUSUNAN PERENCANAAN PENGADAAN

Bagian Kesatu
Tugas dan Kewenangan

Pasal 4
Para pihak yang terlibat dalam Perencanaan Pengadaan,
meliputi:
a. PA/KPA; dan
b. PPK.

Pasal 5
(1) PA memiliki tugas dan kewenangan:
a. menetapkan Perencanaan Pengadaan;
b. menetapkan dan mengumumkan RUP; dan
c. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa.
(2) PA dapat mendelegasikan tugas dan kewenangannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPA.
(3) KPA melaksanakan tugas dan kewenangan sesuai dengan
pelimpahan dari PA.
(4) PPK memiliki tugas menyusun Perencanaan Pengadaan
sesuai kebutuhan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah masing-masing, untuk tahun anggaran
berikutnya sebelum berakhirnya tahun anggaran
berjalan.

jdih.lkpp.go.id
-8-

(5) PPK dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud


98
pada ayat (4) dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa.

Bagian Kedua
Kegiatan Perencanaan Pengadaan

Pasal 6
(1) Perencanaan Pengadaan dimulai dari identifikasi
kebutuhan barang/jasa berdasarkan Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
(2) Perencanaan Pengadaan menjadi masukan dalam
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/
Lembaga (RKA-K/L) dan Rencana Kerja dan Anggaran
Perangkat Daerah (RKA Perangkat Daerah).
(3) Perencanaan Pengadaan yang dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan RKA-
K/L setelah penetapan Pagu Indikatif.
(4) Perencanaan Pengadaan yang dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD)
dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan RKA
Perangkat Daerah setelah nota kesepakatan Kebijakan
Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (KUA-PPAS).

BAB IV
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 7
(1) Identifikasi kebutuhan barang/jasa dilakukan
berdasarkan rencana kegiatan yang ada di dalam
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.

jdih.lkpp.go.id
-9-

(2) Identifikasi kebutuhan barang/jasa tahun anggaran


99
berikutnya dilakukan pada tahun anggaran berjalan.
(3) Identifikasi kebutuhan dalam proses Perencanaan
Pengadaan dapat dilakukan sebelum penetapan pagu
indikatif/Nota Kesepakatan KUA-PPAS untuk pengadaan
strategis yang sudah teridentifikasi dalam Rencana
Strategis (RENSTRA) Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah.
(4) Identifikasi kebutuhan barang/jasa dilakukan dengan
memperhatikan:
a. prinsip efisien dan efektif dalam Pengadaan
Barang/Jasa;
b. aspek pengadaan berkelanjutan;
c. penilaian prioritas kebutuhan;
d. barang/jasa pada katalog elektronik;
e. konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; dan/atau
f. barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
(5) Identifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah bertujuan
untuk menunjang tugas dan fungsi organisasi, maka
jumlah kebutuhan barang/jasa dapat ditetapkan dengan
mempertimbangkan:
a. besaran organisasi/jumlah pegawai dalam satu
organisasi;
b. beban tugas serta tanggung jawabnya; dan/atau
c. barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/dikuasai.
(6) Identifikasi barang/jasa yang telah tersedia/dimiliki/
dikuasai dapat menggunakan:
a. data base Barang Milik Negara/Daerah
(BMN/BMD); dan/atau
b. riwayat rencana kebutuhan barang/jasa dari
masing-masing unit/satuan kerja Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah.

jdih.lkpp.go.id
-10-

Bagian Kedua
100
Identifikasi Kebutuhan Barang

Pasal 8
Identifikasi pasokan (supply) Barang dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, terdiri atas:
a. kemudahan mendapatkan Barang di pasaran Indonesia
dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan;
b. tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN);
c. jumlah produsen dan/atau jumlah Pelaku Usaha;
dan/atau
d. barang yang diperlukan merupakan produk dalam negeri
atau Barang impor, pabrikan atau dapat dilakukan
dengan tangan/manual atau merupakan produk
kerajinan tangan.

Pasal 9
Identifikasi kebutuhan Barang dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, terdiri atas:
a. menentukan kesesuaian Barang menurut jenis,
fungsi/kegunaan, ukuran/kapasitas serta jumlah
masing-masing Barang yang diperlukan;
b. menilai status kelayakan Barang yang ada, apabila akan
digunakan/dimanfaatkan/difungsikan layak secara
ekonomi dan keamanan;
c. mengetahui riwayat kebutuhan Barang meliputi waktu
saat pengiriman Barang dan saat serah terima Barang,
agar dapat segera digunakan;
d. pihak yang memerlukan (sebagai pengelola/pengguna
Barang); dan/atau
e. persyaratan lain seperti namun tidak terbatas pada: cara
pengangkutan Barang, penimbunan/penyimpanan,
pengoperasian/penggunaan, pemeliharaan dan pelatihan.

jdih.lkpp.go.id
-11-

Bagian Ketiga
101
Identifikasi Kebutuhan Pekerjaan Konstruksi

Pasal 10
Identifikasi kebutuhan Pekerjaan Konstruksi dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal, terdiri atas:
a. menentukan Pekerjaan Konstruksi berdasarkan jenis,
fungsi/kegunaan, target/sasaran yang akan dicapai;
b. pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dapat dilaksanakan
oleh Usaha Kecil;
c. waktu penyelesaian Pekerjaan Konstruksi, sehingga
dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan rencana;
d. penggunaan barang/material berasal dari dalam negeri
atau luar negeri;
e. persentase bagian/komponen dalam negeri terhadap
keseluruhan pekerjaan;
f. studi kelayakan Pekerjaan Konstruksi dilaksanakan
sebelum pelaksanaan desain;
g. dalam Pekerjaan Konstruksi, persiapan desain dilakukan
paling lambat 1 (satu) tahun anggaran sebelum
pelaksanaan;
h. pekerjaan Konstruksi dengan menggunakan kontrak
tahun jamak dapat berupa:
1. penyelesaian pekerjaan lebih dari 12 (dua belas)
bulan atau lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran; atau
2. pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila
dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu)
Tahun Anggaran dan paling lama 3 (tiga) Tahun
Anggaran;
i. dalam Pekerjaan Konstruksi dengan kontrak tahun
jamak (multi years contract), proses pemilihan Penyedia
dimulai setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang; dan/atau

jdih.lkpp.go.id
-12-

j. dalam hal Pekerjaan Konstruksi yang dibutuhkan


102
memerlukan lahan, disyaratkan sebagai berikut:
1. pembebasan lahan yang dimaksud adalah untuk
menunjang pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi.
Dalam hal dibutuhkan ganti rugi untuk pembebasan
lahan, maka penyelesaian administrasi untuk
pembayaran ganti rugi, termasuk untuk
pemindahan hak atas tanah, harus dapat
diselesaikan sebelum surat penunjukan penyedia
barang/jasa diterbitkan; dan
2. apabila luasan tanah yang diperlukan untuk
menunjang pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi,
termasuk untuk akses menuju ke lokasi Pekerjaan
Konstruksi, memerlukan ijin pemanfaatan tanah,
maka pengurusan ijin tersebut harus dapat
diselesaikan sebelum surat penunjukan penyedia
barang/jasa diterbitkan.

Bagian Keempat
Identifikasi Kebutuhan Jasa Konsultansi

Pasal 11
Identifikasi kebutuhan Jasa Konsultansi yang diperlukan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, meliputi:
a. identifikasi untuk mengetahui:
1. jenis Jasa Konsultansi yang dibutuhkan;
2. fungsi dan manfaat dari pengadaan Jasa
Konsultansi;
3. target yang ditetapkan;
4. pihak yang akan menggunakan Jasa Konsultansi
tersebut;
5. waktu pelaksanaan pekerjaan; dan
6. ketersediaan Pelaku Usaha yang sesuai;

jdih.lkpp.go.id
-13-

b. dalam hal desain konstruksi dilaksanakan pada tahun


103
anggaran yang sama dengan pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi dan jenis kontraknya yaitu kontrak tahun
tunggal maka:
1. desain konstruksi yang akan diadakan bersifat
standar, risiko kecil, tidak memerlukan waktu yang
lama untuk menyelesaikan pekerjaan, dan tidak
memerlukan penelitian yang mendalam melalui
laboratorium yang diindikasikan akan
membutuhkan waktu lama; atau
2. desain konstruksi yang akan dilaksanakan bersifat
mendesak dan biaya untuk melaksanakan desain
konstruksi sudah dialokasikan dengan cukup;
dan/atau
c. dalam hal Jasa Konsultansi yang diperlukan adalah jasa
pengawasan pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi maka
yang perlu diketahui yaitu:
1. waktu Pekerjaan Konstruksi tersebut dimulai;
2. waktu penyelesaian Pekerjaan Konstruksi; dan
3. jumlah tenaga ahli pengawasan sesuai bidang
keahlian masing-masing yang diperlukan.

Bagian Kelima
Identifikasi Kebutuhan Jasa Lainnya

Pasal 12
Identifikasi kebutuhan Jasa Lainnya yang diperlukan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, dilakukan dengan
memperhatikan beberapa hal, terdiri atas:
a. jenis kebutuhan Jasa Lainnya, dalam kaitannya untuk
menentukan jumlah tenaga kerja dan/atau tenaga
terampil yang diperlukan, sesuai dengan bidang dan
pengalamannya masing-masing;
b. fungsi dan manfaat dari Jasa Lainnya yang dibutuhkan;

jdih.lkpp.go.id
-14-

c. target yang diharapkan;


104
d. waktu pelaksanaan pekerjaan Jasa Lainnya;
e. dalam hal Jasa Lainnya yang dibutuhkan adalah untuk
memenuhi kebutuhan guna menunjang kegiatan yang
bersifat rutin pada setiap tahun anggaran maka dapat
ditetapkan sebagai kebutuhan prioritas yang harus
diadakan pada setiap tahun anggaran; dan/atau
f. dalam hal kebutuhan yang bersifat rutin dan
diindikasikan tidak ada peningkatan terhadap target dan
sasaran yang diperlukan (jumlah/volume/kapasitas dan
waktu pengadaan) maka dapat ditetapkan besarnya
kebutuhan adalah sama dengan kebutuhan pada tahun
sebelumnya.

Bagian Keenam
Identifikasi Kebutuhan Pekerjaan Terintegrasi
Pasal 13

Identifikasi kebutuhan pekerjaan terintegrasi dilakukan


dengan memperhatikan beberapa hal, terdiri atas:
a. menentukan jenis pengadaan yang akan dilaksanakan
melalui pekerjaan terintegrasi;
b. menentukan pekerjaan terintegrasi berdasarkan jenis,
fungsi/manfaat, target/sasaran yang akan dicapai;
c. waktu penyelesaian pekerjaan terintegrasi, sehingga
dapat segera dimanfaatkan sesuai dengan rencana;
d. penggunaan barang/material berasal dari dalam negeri
atau luar negeri; dan/atau
e. persentase bagian/komponen dalam negeri terhadap
keseluruhan pekerjaan.

jdih.lkpp.go.id
-15-

BAB V
105
PENETAPAN BARANG/JASA

Pasal 14
(1) Identifikasi kebutuhan barang/jasa dituangkan ke dalam
dokumen penetapan barang/jasa.
(2) Penetapan jenis Pengadaan Barang/Jasa berupa:
a. barang;
b. pekerjaan konstruksi;
c. jasa konsultansi; dan/atau
d. jasa lainnya.
(3) Penetapan barang/jasa juga dilakukan terhadap
pekerjaan yang dilakukan secara terintegrasi.
(4) Penetapan barang/jasa dilakukan dengan
memperhatikan kodefikasi barang/jasa sesuai dengan
kodefikasi yang diatur oleh peraturan perundang-
undangan.

Pasal 15
(1) Pedoman kategorisasi Barang, Pekerjaan Konstruksi,
Jasa Konsultansi, Jasa Lainnya dan pekerjaan
terintegrasi mengacu pada Klasifikasi Baku Komoditas
Indonesia (KBKI) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS).
(2) Dalam hal kategorisasi belum tercantum dalam KBKI
seperti yang dimaksud pada ayat (1), pedoman
kategorisasi mengacu pada peraturan yang dikeluarkan
oleh kementerian teknis terkait.

jdih.lkpp.go.id
-16-

BAB VI
106
CARA PENGADAAN BARANG/JASA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 16
Cara Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan:
a. swakelola; dan/atau
b. penyedia.

Bagian Kedua
Pengadaan Barang/Jasa dengan Cara Swakelola

Paragraf 1
Ketentuan Umum Perencanaan Pengadaan Melalui Swakelola

Pasal 17
(1) Kriteria barang/jasa yang dapat diadakan melalui
Swakelola meliputi:
a. barang/jasa yang dilihat dari segi nilai, lokasi,
dan/atau sifatnya tidak diminati oleh Penyedia;
b. penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan,
kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan;
c. barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi
kreatif dan budaya dalam negeri untuk kegiatan
pengadaan festival, parade seni/budaya;
d. sensus, survei, pemrosesan/pengolahan data,
perumusan kebijakan publik, pengujian
laboratorium dan pengembangan sistem, aplikasi,
tata kelola, atau standar mutu tertentu;
e. barang/jasa yang masih dalam pengembangan
sehingga belum dapat disediakan atau diminati oleh
penyedia;

jdih.lkpp.go.id
-17-

f. barang/jasa yang dihasilkan oleh organisasi


107
kemasyarakatan, kelompok masyarakat, atau
masyarakat; atau
g. barang/jasa yang pelaksanaan pengadaannya
memerlukan partisipasi masyarakat.
(2) Dalam hal pada kegiatan Swakelola memerlukan
penyedia barang/jasa, pengadaannya mengacu pada
peraturan pengadaan barang/jasa tentang Swakelola;
(3) Perencanaan Pengadaan melalui Swakelola meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. penetapan tipe Swakelola;
b. penyusunan Spesifikasi Teknis/KAK; dan
c. penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran
Biaya (RAB).

Paragraf 2
Perencanaan Pengadaan Melalui Swakelola

Pasal 18
Tipe Swakelola sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat
(3) huruf a terdiri atas:
a. tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan
dan diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah Penanggung jawab Anggaran;
b. tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi
oleh Kementerian / Lembaga / Perangkat Daerah
Penanggung jawab Anggaran dan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana
Swakelola;
c. tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi
oleh Kementerian / Lembaga / Perangkat Daerah
Penanggung jawab Anggaran dan dilaksanakan oleh
Organisasi Kemasyarakatan pelaksana Swakelola; dan

jdih.lkpp.go.id
-18-

d. tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan sendiri oleh


108
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Penanggung
jawab Anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok
Masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi oleh
Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.

Pasal 19
(1) Pada Swakelola Tipe II, III dan IV dilakukan dengan
menandatangani nota kesepahaman antara PA/KPA
penanggung jawab anggaran dengan pelaksana Swakelola
lainnya.
(2) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk Swakelola Tipe II dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. PA/KPA penanggung jawab anggaran menyampaikan
permohonan kepada Kementerian / Lembaga /
Perangkat Daerah lain untuk bekerjasama
menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan pada
tahun anggaran berikutnya di tahun anggaran
berjalan; dan
b. penandatanganan Nota Kesepahaman pelaksanaan
Swakelola.
(3) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk Swakelola Tipe III dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. PA/KPA penanggung jawab anggaran melakukan
survei terhadap Ormas yang mampu dan terdekat
dengan lokasi pelaksanaan Swakelola;
b. bila yang memenuhi syarat hanya ada 1 (satu)
Ormas, maka PA/KPA menyampaikan undangan
kepada Ormas sebagai pelaksana Swakelola;
c. penanggung jawab Ormas menyampaikan surat
pernyataan minat;

jdih.lkpp.go.id
-19-

d. dalam hal terdapat beberapa Ormas yang memenuhi


109
syarat, PA/KPA dapat melaksanakan Sayembara,
untuk menetapkan Ormas yang dapat
melaksanakan Swakelola; dan
e. PA/KPA penanggung jawab anggaran
menandatangani Nota Kesepahaman dengan
penanggung jawab Ormas.
(4) Nota kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk Swakelola Tipe IV dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. PA/KPA penanggung jawab anggaran menyampaikan
undangan kepada Pokmas untuk melaksanakan
Swakelola;
b. penanggung jawab Pokmas menyampaikan surat
pernyataan kesediaan sebagai pelaksana Swakelola;
c. penandatanganan Nota Kesepahaman antara
PA/KPA dengan penanggung jawab Pokmas; dan
d. dalam hal Swakelola dilaksanakan berdasarkan
usulan Kelompok Masyarakat, PA/KPA
menandatangani nota kesepahaman setelah PA/KPA
menerima usulan tersebut.

Pasal 20
(1) Tindak lanjut setelah penandatanganan Nota
kesepahaman untuk Swakelola Tipe II dilakukan hal
sebagai berikut:
a. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah pelaksana
Swakelola, menyampaikan proposal yang memuat
rencana kerja dan RAB; dan
b. PPK pada PA/KPA Penanggung jawab Anggaran
menyusun Perencanaan Pengadaan sebagai dasar
pengusulan dan penyusunan RKA-K/L atau RKA
Perangkat Daerah.

jdih.lkpp.go.id
-20-

(2) Tindak lanjut setelah penandatanganan Nota


110
kesepahaman untuk Swakelola Tipe III dilakukan hal
sebagai berikut:
a. penanggung jawab Ormas menyampaikan proposal
dan RAB kepada PA/KPA penanggung jawab
anggaran; dan
b. PPK pada PA/KPA Penanggung jawab Anggaran
menyusun Perencanaan Pengadaan melalui
Swakelola sebagai dasar pengusulan dan
penyusunan RKA-K/L atau RKA Perangkat Daerah.
(3) Tindak lanjut setelah penandatanganan Nota
kesepahaman untuk Swakelola Tipe IV dilakukan hal
sebagai berikut:
a. kelompok masyarakat menyampaikan proposal yang
memuat rencana kerja dan RAB kepada PA/KPA
penanggung jawab anggaran; dan
b. pada PA/KPA Penanggung jawab Anggaran
menyusun Perencanaan Pengadaan melalui
Swakelola sebagai dasar pengusulan dan
penyusunan RKA-K/L atau RKA Perangkat Daerah.

Paragraf 3
Penyusunan Spesifikasi Teknis/KAK pada Perencanaan
Pengadaan Melalui Swakelola

Pasal 21
(1) Dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan Penyedia,
maka dilampirkan spesifikasi teknis/KAK Penyedia.
(2) Dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan
pengadaan Pekerjaan Konstruksi, dilampirkan gambar
rencana kerja dan spesifikasi teknis.
(3) Dalam hal pekerjaan Swakelola membutuhkan
pengadaan Jasa Konsultansi, dilampirkan KAK
pengadaan Jasa Konsultansi.

jdih.lkpp.go.id
-21-

Bagian Ketiga
111
Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia

Paragraf 1
Ketentuan Umum Perencanaan Pengadaan Melalui Penyedia

Pasal 22
Perencanaan Pengadaan melalui Penyedia meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a. penyusunan spesifikasi teknis/KAK;
b. penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya
(RAB);
c. pemaketan Pengadaan Barang/Jasa;
d. konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa; dan
e. biaya pendukung.

Paragraf 2
Spesifikasi Teknis/KAK pada Perencanaan Pengadaan Melalui
Penyedia

Pasal 23
(1) Spesifikasi teknis/KAK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf a dibuat berdasarkan kebutuhan
barang/jasa dari Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah masing-masing.
(2) Spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk pengadaan:
a. barang;
b. pekerjaan konstruksi; dan
c. jasa lainnya.
(3) KAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk pengadaan Jasa Konsultansi.
(4) Spesifikasi teknis/KAK disusun dengan memperhatikan:
a. menggunakan produk dalam negeri, sepanjang
tersedia dan tercukupi;
b. menggunakan produk bersertifikat SNI, sepanjang
tersedia dan tercukupi;

jdih.lkpp.go.id
-22-

c. memaksimalkan penggunaan produk industri hijau;


112
d. aspek pengadaan berkelanjutan; dan
e. tidak mengarah kepada merek/produk tertentu
kecuali untuk pengadaan komponen barang/jasa,
suku cadang, bagian dari 1 (satu) sistem yang sudah
ada, barang/jasa dalam katalog elektronik, atau
barang/jasa melalui Tender Cepat.
(5) Spesifikasi Teknis paling sedikit berisi:
a. Spesifikasi Mutu/kualitas;
b. Spesifikasi jumlah;
c. Spesifikasi waktu; dan
d. Spesifikasi pelayanan.
(6) KAK Penyedia Jasa Konsultansi paling sedikit berisi:
a. uraian pekerjaan yang akan dilaksanakan,
meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan,
lokasi pekerjaan, dan produk yang dihasilkan
(output);
b. waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan memperhatikan
batas akhir efektif tahun anggaran;
c. spesifikasi teknis Jasa Konsultansi yang akan
diadakan, mencakup kompetensi tenaga ahli yang
dibutuhkan dan untuk badan usaha termasuk juga
kompetensi badan usaha penyedia Jasa
Konsultansi; dan
d. sumber pendanaan dan besarnya total perkiraan
biaya pekerjaan.

Paragraf 3
Kebijakan Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 24
(1) Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan
berorientasi pada:
a. keluaran atau hasil yang mengacu pada kinerja dan
kebutuhan Kementerian / Lembaga / Perangkat
Daerah;

jdih.lkpp.go.id
-23-

b. volume barang/jasa berdasarkan kebutuhan dan


113
ketersediaan barang/jasa di Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah serta kemampuan dari Pelaku
Usaha;
c. ketersediaan barang/jasa di pasar;
d. kemampuan pelaku usaha dalam memenuhi
spesifikasi teknis/KAK yang dibutuhkan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah; dan/atau
e. ketersediaan anggaran pada Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah.
(2) Dalam melakukan pemaketan Pengadaan Barang/Jasa,
dilarang:
a. menyatukan atau memusatkan beberapa paket
pengadaan yang tersebar di beberapa lokasi/daerah
yang memiliki sifat pekerjaan sama dan tingkat
efisiensi baik dari sisi waktu dan/atau biaya
seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah
masing-masing sesuai dengan hasil kajian/telaah;
b. menyatukan beberapa paket pengadaan yang
menurut sifat dan jenis pekerjaannya harus
dipisahkan untuk mendapatkan penyedia yang
sesuai;
c. menyatukan beberapa paket pengadaan yang
besaran nilainya seharusnya dilakukan oleh Usaha
Kecil; dan/atau
d. memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa
paket dengan maksud menghindari Tender/Seleksi.
(3) Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-
banyaknya paket untuk Usaha Kecil tanpa mengabaikan
prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem, dan
kualitas kemampuan teknis dengan nilai paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima
ratus juta rupiah), kecuali untuk paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi
oleh Usaha Kecil.

jdih.lkpp.go.id
-24-

Paragraf 4
114
Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa

Pasal 25
(1) Konsolidasi dilakukan sesuai dengan kewenangan
masing-masing pihak dalam perencanaan pengadaan,
yaitu:
a) PA dapat mengkonsolidasikan paket antar KPA
dan/atau antar PPK;
b) KPA dapat mengkonsolidasikan paket antar PPK;
dan
c) PPK dapat mengkonsolidasikan paket di area
kerjanya masing-masing.
(2) Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dapat dilakukan
sebelum atau sesudah pengumuman RUP.
(3) Konsolidasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan pada kegiatan pemaketan Pengadaan
Barang/Jasa atau perubahan RUP.
(4) Konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan kebijakan
pemaketan.

BAB VII
JADWAL PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pasal 26
(1) Jadwal Pengadaan Barang/Jasa yang ditetapkan pada
Perencanaan Pengadaan terdiri atas:
a. rencana Jadwal persiapan pengadaan; dan
b. rencana Jadwal pelaksanaan pengadaan.
(2) Rencana jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola meliputi:
a. jadwal penetapan sasaran;
b. jadwal penetapan penyelenggara Swakelola;
c. jadwal penetapan rencana kegiatan;

jdih.lkpp.go.id
-25-

d. jadwal penetapan spesifikasi teknis/KAK;


115
e. jadwal penetapan RAB; dan
f. jadwal finalisasi dan penandatangan kontrak
Swakelola.
(3) Rencana jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia terdiri atas:
a. jadwal persiapan Pengadaan Barang/Jasa yang
dilakukan oleh PPK; dan
b. jadwal persiapan pemilihan yang dilakukan oleh
Pokja Pemilihan.
(4) Bagi Swakelola tipe I rencana jadwal persiapan
pengadaan meliputi butir a sampai dengan e pada ayat
(2).
(5) Rencana jadwal pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola meliputi:
a. tipe I meliputi kegiatan pelaksanaan Swakelola
sesuai rencana kegiatan, penyusunan laporan dan
penyerahan hasil Swakelola kepada PPK; dan
b. tipe II, III, IV meliputi kegiatan pelaksanaan
Swakelola sesuai dengan Kontrak yang sudah
disepakati, penyusunan laporan, dan penyerahan
hasil Swakelola kepada PPK.
(6) Rencana jadwal pelaksanaan Pengadaan melalui
Penyedia meliputi:
a. pelaksanaan pemilihan Penyedia;
b. pelaksanaan kontrak; dan
c. serah terima hasil pekerjaan.
(7) Dalam menyusun dan menetapkan rencana jadwal
Pengadaan Barang/Jasa dapat mempertimbangkan hal
sebagai berikut:
a. jenis/karakteristik dari barang/jasa yang
dibutuhkan;
b. metode dan waktu pengiriman barang/jasa;
c. waktu pemanfaatan barang/jasa di masing – masing
Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah;

jdih.lkpp.go.id
-26-

d. metode pemilihan yang dilakukan;


116
e. jangka waktu proses pemilihan penyedia; dan/atau
f. ketersediaan barang/jasa di pasar.

BAB VIII
ANGGARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Pasal 27
(1) Anggaran Pengadaan Barang/Jasa merupakan seluruh
biaya yang harus dikeluarkan oleh Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah untuk memperoleh
barang/jasa yang dibutuhkan.
(2) Anggaran Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. biaya barang/jasa yang dibutuhkan; dan
b. biaya pendukung.
(3) Biaya barang/jasa meliputi biaya yang termasuk pada
komponen sebagaimana terdapat pada spesifikasi
teknis/KAK.
(4) Biaya barang/jasa dapat meliputi namun tidak terbatas
pada:
a. harga barang;
b. biaya pengiriman;
c. biaya suku cadang dan purna jual;
d. biaya personil;
e. biaya non personil;
f. biaya material/bahan;
g. biaya peralatan;
h. biaya pemasangan; dan/atau
i. biaya sewa
(5) Biaya pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, dapat meliputi namun tidak terbatas pada:
a. biaya pelatihan;
b. biaya instalasi dan testing;

jdih.lkpp.go.id
-27-

c. biaya administrasi; dan/atau


117
d. biaya lainnya.
(6) Biaya administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf c, dapat meliputi namun tidak terbatas pada:
a. biaya pengumuman;
b. biaya survei lapangan;
c. biaya survei pasar;
d. honorarium para pihak yang terlibat dalam
Pengadaan Barang/Jasa; dan/atau
e. penggandaan dokumen.
(7) Biaya administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dialokasikan di tahun anggaran berjalan untuk:
a. pekerjaan yang dilaksanakan pada tahun anggaran
berjalan; dan/atau
b. pekerjaan yang dilaksanakan pada tahun anggaran
yang akan datang namun pelaksanaan
pengadaannya dilakukan pada tahun anggaran
berjalan.
(8) Biaya lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf
d, dapat meliputi namun tidak terbatas pada:
a. biaya pendapat ahli hukum kontrak;
b. biaya uji coba;
c. biaya sewa;
d. biaya rapat; dan/atau
e. biaya komunikasi.

BAB IX
RENCANA UMUM PENGADAAN

Bagian Pertama
Ketentuan Umum

Pasal 28
(1) Perencanaan Pengadaan dituangkan ke dalam RUP oleh
PPK;

jdih.lkpp.go.id
-28-

(2) RUP Swakelola memuat paling sedikit:


118
a. nama dan alamat PA/KPA;
b. nama paket Swakelola yang akan dilaksanakan;
c. tipe Swakelola;
d. nama Penyelenggara Swakelola;
e. uraian pekerjaan;
f. volume pekerjaan;
g. lokasi pekerjaan;
h. sumber dana;
i. besarnya total perkiraan biaya Swakelola; dan
j. perkiraan Jadwal Pengadaan Barang/Jasa.
(3) RUP Penyedia memuat paling sedikit:
a. nama dan alamat PA/KPA;
b. nama paket Penyedia;
c. kebutuhan penggunaan produk dalam negeri;
d. peruntukkan paket untuk Usaha kecil atau non
kecil;
e. uraian pekerjaan;
f. volume pekerjaan;
g. lokasi Pekerjaan;
h. sumber dana;
i. besarnya total perkiraan biaya pekerjaan;
j. spesifikasi teknis/KAK;
k. metode pemilihan; dan
l. perkiraan jadwal Pengadaan Barang/Jasa.

Bagian Kedua
Pengumuman RUP

Pasal 29
1) Pengumuman RUP Kementerian/Lembaga dilakukan setelah
penetapan alokasi anggaran.
2) Pengumuman RUP Perangkat Daerah dilakukan setelah
rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.

jdih.lkpp.go.id
-29-

3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat


119
(2), dilakukan melalui aplikasi SIRUP.
4) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
ditambahkan dalam situs web Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah, papan pengumuman resmi untuk
masyarakat, surat kabar, dan/atau media lainnya.
5) RUP diumumkan kembali dalam hal terdapat
perubahan/revisi paket pengadaan atau Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA)/Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA).
6) Tata cara penggunaan aplikasi SIRUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam Keputusan Deputi
Bidang Monitoring Evaluasi dan Pengembangan Sistem
Informasi.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30
Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis Perencanaan
Pengadaan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Deputi
Bidang Monitoring Evaluasi dan Pengembangan Sistem
Informasi.

Pasal 31
Pada saat Peraturan Lembaga ini mulai berlaku, Peraturan
Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pengumuman
Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 32
Peraturan Lembaga ini berlaku pada tanggal diundangkan.

jdih.lkpp.go.id
120

jdih.lkpp.go.id
121
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 8 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN SWAKELOLA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

Menimbang : a. bahwa untuk menindaklanjuti Ketentuan Pasal 91 ayat


(1) huruf f Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, dibutuhkan pengaturan lebih lanjut
mengenai pedoman Pengadaan Barang/Jasa melalui
Swakelola di Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah;
b. bahwa untuk mewujudkan kesamaaan pemahaman bagi
PA/KPA, PPK dan Penyelenggara Swakelola di
Lingkungan K/L/PD dalam Pengadaan Barang/Jasa
melalui Swakelola perlu dibuat pedoman;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa melalui Swakelola.

jdih.lkpp.go.id
-2-

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang


122
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 314);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 33);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN
SWAKELOLA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Lembaga ini yang dimaksud dengan:
1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang
prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan
serah terima hasil pekerjaan.
2. Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang
selanjutnya disebut Swakelola adalah cara memperoleh
barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah, Kementerian/ Lembaga/
Perangkat Daerah lain, organisasi kemasyarakatan, atau
kelompok masyarakat.

jdih.lkpp.go.id
-3-

3. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA


123
adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat
Daerah.
4. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan APBN yang
selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang
memperoleh kuasa dari PA untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan
anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan.
5. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan APBD yang
selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang diberi
kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan
pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas
dan fungsi Perangkat Daerah.
6. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA
untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.
7. Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya
disingkat PjPHP adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
8. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya
disingkat PPHP adalah tim yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
9. Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang
menyelenggarakan kegiatan secara Swakelola.
10. Organisasi Kemasyarakatan yang selanjutnya disebut
Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk
oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan
aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan,
dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
demi tercapainya tujuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

jdih.lkpp.go.id
-4-

11. Kelompok Masyarakat adalah kelompok masyarakat yang


124
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa dengan
dukungan anggaran belanja dari APBN/APBD.
12. Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding
adalah kesepakatan antara PA/KPA penanggung jawab
anggaran dan pimpinan Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah lain, pimpinan Ormas, atau
penanggung jawab Kelompok Masyarakat secara tertulis
sebagai dasar penyusunan kontrak swakelola.
13. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola yang
selanjutnya disebut Kontrak Swakelola adalah perjanjian
tertulis antara PA/KPA/PPK dengan ketua tim pelaksana
Swakelola Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
lainnya, pimpinan Ormas pelaksana Swakelola, atau
pimpinan Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.

Pasal 2
Ruang lingkup Pedoman Swakelola meliputi:
a. perencanaan swakelola;
b. persiapan swakelola;
c. pelaksanaan swakelola;
d. pengawasan swakelola; dan
e. serah terima hasil pekerjaan.

Pasal 3
Tipe Swakelola terdiri atas:
a. tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan,
dan diawasi oleh Kementerian / Lembaga / Perangkat
Daerah penanggung jawab anggaran;
b. tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi
oleh Kementerian / Lembaga / Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana
Swakelola;

jdih.lkpp.go.id
-5-

c. tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi


125
oleh Kementerian / Lembaga / Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh
Ormas pelaksana Swakelola; dan
d. tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung
jawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok
Masyarakat, dan dilaksanakan serta diawasi oleh
Kelompok Masyarakat pelaksana Swakelola.

Pasal 4
(1) Penyelenggara Swakelola terdiri atas Tim Persiapan, Tim
Pelaksana, dan/atau Tim Pengawas.
(2) Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran,
rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan rencana
biaya.
(3) Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat,
mengevaluasi, dan melaporkan secara berkala kemajuan
pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran.
(4) Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan
pelaksanaan fisik maupun administrasi swakelola.
(5) Penetapan Penyelenggara Swakelola dilakukan sebagai
berikut:
a. tipe I Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh
PA/KPA;
b. tipe II Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan
oleh PA/KPA, serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh
Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah lain
pelaksana Swakelola;
c. tipe III Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan
oleh PA/KPA serta Tim Pelaksana ditetapkan oleh
pimpinan Ormas pelaksana Swakelola; dan
d. tipe IV Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh
pimpinan Kelompok Masyarakat pelaksana
Swakelola.

jdih.lkpp.go.id
-6-

BAB II
126
PERENCANAAN SWAKELOLA

Pasal 5
(1) Perencanaan Pengadaan melalui Swakelola meliputi:
a. penetapan tipe Swakelola;
b. penyusunan spesifikasi teknis/KAK; dan
c. penyusunan perkiraan biaya/Rencana Anggaran
Biaya (RAB).
(2) Penetapan tipe Swakelola disesuaikan dengan Pelaksana
Swakelola.
(3) PA/KPA membuat Nota Kesepahaman dengan Pelaksana
Swakelola dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pada Swakelola Tipe II, PA/KPA penanggung jawab
anggaran menandatangani Nota Kesepahaman
dengan pimpinan Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah lain;
b. pada Swakelola Tipe III, PA/KPA penanggung jawab
anggaran dapat menandatangani Nota Kesepahaman
dengan pimpinan Ormas; dan
c. pada Swakelola Tipe IV, PA/KPA penanggung jawab
anggaran dapat menandatangani Nota Kesepahaman
dengan pimpinan Kelompok Masyarakat;
(4) Nota Kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak diperlukan pada Swakelola Tipe I.
(5) Penandatanganan Nota Kesepahaman sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sebagai dasar penyusunan
Kontrak Swakelola.

Pasal 6
(1) Kecuali pada Swakelola Tipe I, PPK menyusun spesifikasi
teknis/KAK setelah penandatanganan Nota
Kesepahaman.
(2) PPK meminta Pelaksana Swakelola untuk mengajukan
RAB.

jdih.lkpp.go.id
-7-

(3) RAB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan


127
sebagai dasar pengajuan Anggaran untuk pengadaan
barang/jasa melalui Swakelola dalam penyusunan RKA-
KL dan RKA-PD.

BAB III
PERSIAPAN SWAKELOLA

Pasal 7
(1) Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola
meliputi penetapan sasaran, Penyelenggara Swakelola,
rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan RAB.
(2) Sasaran pekerjaan Swakelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh PA/KPA.
(3) Penyelenggara Swakelola sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal
4 ayat (5).
(4) Rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan RAB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh PPK
dengan memperhitungkan tenaga ahli/peralatan/bahan
tertentu yang dilaksanakan dengan kontrak terpisah.
(5) Rencana kegiatan yang diusulkan oleh Kelompok
Masyarakat dievaluasi dan ditetapkan oleh PPK.
(6) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya
dapat digunakan dalam pelaksanaan Swakelola tipe I dan
jumlah tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% (lima puluh
persen) dari jumlah anggota Tim Pelaksana.
(7) Hasil persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam KAK kegiatan/subkegiatan/ output.
(8) PPK dan Tim Persiapan Swakelola Tipe II dan Tipe III
menyusun rancangan Kontrak Swakelola dengan Tim
Pelaksana Swakelola dari Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah lain atau Ormas.

jdih.lkpp.go.id
-8-

(9) PPK pada Swakelola Tipe IV menyusun rancangan


128
Kontrak Swakelola dengan Tim Persiapan Kelompok
Masyarakat Pelaksana Swakelola.
(10) Rancangan Kontrak Swakelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) dan ayat (9) paling sedikit berisi:
a. para pihak;
b. barang/jasa yang akan dihasilkan;
c. nilai pekerjaan;
d. jangka waktu pelaksanaan; dan
e. hak dan kewajiban para pihak.

BAB IV
PELAKSANAAN SWAKELOLA

Pasal 8
(1) Pada Swakelola Tipe I PA/KPA dapat menggunakan
pegawai Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah lain
dan/atau tenaga ahli.
(2) Penggunaan tenaga ahli tidak boleh melebihi 50% (lima
puluh persen) dari jumlah Tim Pelaksana.
(3) Dalam hal dibutuhkan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

Pasal 9
(1) Pada Swakelola Tipe II PPK menandatangani Kontrak
Swakelola dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola setelah
Kesepakatan Kerja Sama.
(2) Nilai pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk
kebutuhan barang/jasa yang diperoleh melalui Penyedia.

jdih.lkpp.go.id
-9-

Pasal 10
129
(1) Pada Swakelola Tipe III PPK menandatangani Kontrak
Swakelola dengan Pimpinan Ormas sesuai dengan Nota
Kesepahaman.
(2) Pimpinan Ormas dapat memberikan mandat kepada
pengurus Ormas untuk menandatangani Kontrak
Swakelola dan bertindak selaku penerima kuasa.
(3) Nilai pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk
kebutuhan barang/jasa yang diperoleh melalui Penyedia.

Pasal 11
(1) Pada Swakelola Tipe IV PPK menandatangani Kontrak
Swakelola dengan pimpinan Kelompok Masyarakat sesuai
dengan Nota Kesepahaman.
(2) Nilai pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk
kebutuhan barang/jasa yang diperoleh melalui Penyedia.

Pasal 12
Pembayaran Swakelola dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 13
(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar, pelaksanaan kontrak
dapat dihentikan atau dilanjutkan.
(2) Dalam hal pelaksanaan kontrak dilanjutkan, para pihak
dapat melakukan perubahan kontrak.
(3) Perpanjangan waktu untuk penyelesaian kontrak
disebabkan keadaan kahar dapat melewati Tahun
Anggaran.
(4) Tindak lanjut setelah terjadinya keadaan kahar diatur
dalam kontrak.

jdih.lkpp.go.id
- 10 -

Pasal 14
130
(1) Dalam hal Tim Pelaksana gagal menyelesaikan pekerjaan
sampai masa pelaksanaan kontrak berakhir, namun PPK
menilai bahwa Tim Pelaksana mampu menyelesaikan
pekerjaan, PPK memberikan kesempatan Tim Pelaksana
untuk menyelesaikan pekerjaan.
(2) Pemberian kesempatan kepada Tim Pelaksana untuk
menyelesaikan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dimuat dalam adendum kontrak yang
didalamnya mengatur waktu penyelesaian pekerjaan.
(3) Pemberian kesempatan kepada Tim Pelaksana, untuk
menyelesaikan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat melampaui Tahun Anggaran.

Pasal 15
(1) Tim Pelaksana melaporkan kemajuan pelaksanaan
Swakelola dan penggunaan keuangan kepada PPK secara
berkala.
(2) Tim Pengawas melakukan pengawasan pelaksanaan
Swakelola secara berkala sejak tahapan persiapan,
pelaksanaan sampai dengan penyerahan hasil pekerjaan.
(3) Pengawasan pelaksanaan Swakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) meliputi pengawasan
administrasi, teknis, dan keuangan.
(4) Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas
melakukan evaluasi swakelola dan memberikan
rekomendasi kepada PPK untuk mengambil tindakan
korektif apabila diperlukan.

Pasal 16
(1) Penyerahan hasil pekerjaan Swakelola dilakukan oleh
Tim Pelaksana kepada PPK sesuai dengan ketentuan
Kontrak Swakelola.

jdih.lkpp.go.id
- 11 -

(2) Penyerahan hasil pekerjaan Swakelola sebagaimana


131
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah Tim
Pengawas melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan.

Pasal 17
(1) PPK menyerahkan hasil pekerjaan Swakelola
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 kepada PA/KPA.
(2) PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan
pemeriksaan administratif terhadap hasil pekerjaan
Swakelola yang akan diserahterimakan.
(3) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dituangkan dalam Berita Acara.

Pasal 18
Pedoman Penyelenggaraan Swakelola tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Lembaga ini.

Pasal 19
Peraturan Lembaga ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

jdih.lkpp.go.id
132

jdih.lkpp.go.id
133
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/ JASA PEMERINTAH

LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA LEMBAGA
KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 8 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN SWAKELOLA

PEDOMAN SWAKELOLA

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Swakelola sebagaimana diatur Perpres Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah perlu disusun Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang
pedoman pelaksanaan Swakelola.

Maksud disusunnya pedoman ini sebagai petunjuk dalam rangka


penyelenggaraan swakelola di Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah. Tujuan disusunnya pedoman ini untuk mewujudkan
penyelenggaraan Swakelola yang mudah dengan tata kelola yang
jelas.

Dalam pedoman ini memuat Perencanaan Swakelola, Persiapan


Swakelola, Pelaksanaan Swakelola, Pengawasan Swakelola, dan
Serah Terima Hasil Pekerjaan untuk masing-masing tipe Swakelola.

Pengertian Swakelola
Pengadaan Barang/Jasa melalui Swakelola adalah cara memperoleh
barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementerian/Lembaga/
Perangkat Daerah, Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain,
Ormas, atau Kelompok Masyarakat.
-2-

Swakelola dilaksanakan manakala barang/jasa yang dibutuhkan


134
tidak dapat disediakan atau tidak diminati oleh pelaku usaha.
Swakelola dapat juga digunakan dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya/kemampuan teknis yang dimiliki
pemerintah, barang/jasa yang bersifat rahasia dan mampu
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
bersangkutan, serta dalam rangka peningkatan peran
serta/pemberdayaan Ormas dan Kelompok Masyarakat.

Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumber


daya/kemampuan teknis yang dimiliki pemerintah, pelaksanaannya
harus disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan
tanggung jawab Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah pelaksana
swakelola.

Dalam rangka peningkatan peran serta/pemberdayaan Ormas,


pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tujuan pendirian Ormas
(visi dan misi) dan kompetensi dari Ormas.

Dalam rangka peningkatan peran serta/pemberdayaan Kelompok


Masyarakat, pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan kompetensi Kelompok Masyarakat.

Tujuan Swakelola
a. Memenuhi kebutuhan barang/jasa yang tidak disediakan oleh
pelaku usaha;
b. Memenuhi kebutuhan barang/jasa yang tidak diminati oleh
pelaku usaha karena nilai pekerjaannya kecil dan/atau lokasi
yang sulit dijangkau;
c. Memenuhi kebutuhan barang/jasa dengan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah;
d. Meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia di
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah;
e. Meningkatkan partisipasi Ormas/Kelompok Masyarakat;
f. Meningkatkan efektifitas dan/atau efisiensi jika dilaksanakan
melalui Swakelola; dan/atau
-3-

g. Memenuhi kebutuhan barang/jasa yang bersifat rahasia yang


135
mampu disediakan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah yang bersangkutan.

Tipe Swakelola
Tipe Swakelola terdiri atas:
a. Tipe I yaitu Swakelola yang direncanakan, dilaksanakan, dan
diawasi oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
penanggung jawab anggaran;
b. Tipe II yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab
anggaran dan dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain pelaksana
Swakelola;
c. Tipe III yaitu Swakelola yang direncanakan dan diawasi oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab
anggaran dan dilaksanakan oleh Ormas pelaksana Swakelola;
dan
d. Tipe IV yaitu Swakelola yang direncanakan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah penanggung jawab
anggaran dan/atau berdasarkan usulan Kelompok Masyarakat,
dan dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok Masyarakat
pelaksana Swakelola.

Barang/Jasa yang diadakan melalui Swakelola


Contoh barang/jasa yang dapat diadakan melalui Swakelola tidak
terbatas pada:
a. Barang/jasa yang dilihat dari segi nilai, lokasi, dan/atau
sifatnya tidak diminati oleh Pelaku Usaha, contoh: pemeliharaan
rutin (skala kecil, sederhana), penanaman gebalan rumput,
pemeliharaan rambu suar, Pengadaan Barang/Jasa di lokasi
terpencil/pulau terluar, atau renovasi rumah tidak layak huni;
b. Jasa penyelenggaraan penelitian dan pengembangan, pendidikan
dan/atau pelatihan, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan;
-4-

c. Penyelenggaraan sayembara atau kontes;


136
d. Barang/jasa yang dihasilkan oleh usaha ekonomi kreatif dan
budaya dalam negeri untuk kegiatan pengadaan festival, parade
seni/budaya, contoh: pembuatan film, tarian musik, olahraga;
e. Jasa sensus, survei, pemrosesan/pengolahan data, perumusan
kebijakan publik, pengujian laboratorium dan pengembangan
sistem, aplikasi, tata kelola, atau standar mutu tertentu;
f. Barang/jasa yang masih dalam pengembangan sehingga belum
dapat disediakan atau diminati oleh Pelaku Usaha;
g. Barang/jasa yang dihasilkan oleh Ormas, Kelompok Masyarakat,
atau masyarakat, contoh: produk kerajinan masyarakat, produk
Kelompok Masyarakat, produk Kelompok Masyarakat
penyandang disabilitas, tanaman atau bibit milik masyarakat
atau produk warga binaan lembaga permasyarakatan;
h. Barang/jasa yang pelaksanaan pengadaannya memerlukan
partisipasi masyarakat. Dalam hal pengadaan yang memerlukan
partisipasi masyarakat tersebut berupa Pekerjaan Konstruksi
maka hanya dapat berbentuk rehabilitasi, renovasi, dan
konstruksi sederhana. Konstruksi bangunan baru yang tidak
sederhana, dibangun oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah penanggung jawab anggaran untuk selanjutnya
diserahkan kepada Kelompok Masyarakat penerima sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
contoh: pembangunan/pemeliharaan jalan desa/kampung,
pembangunan/pemeliharaan saluran irigrasi mikro/kecil,
pengelolaan sampah di pemukiman, atau pembangunan/
peremajaan kebun rakyat;atau
i. Barang/jasa yang bersifat rahasia dan mampu dilaksanakan
oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
bersangkutan, contoh: pembuatan soal ujian dan pembuatan
sistem keamanan informasi.

Penyelenggara Swakelola
Swakelola dilaksanakan oleh Penyelenggara Swakelola yang terdiri
dari Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan Tim Pengawas yang memiliki
tugas meliputi:
-5-

a. Tim Persiapan menyusun sasaran, rencana kegiatan, jadwal


137
pelaksanaan, dan rencana biaya.
b. Tim Pelaksana melaksanakan, mencatat, mengevaluasi, dan
melaporkan secara berkala kemajuan pelaksanaan kegiatan dan
penyerapan anggaran.
c. Tim Pengawas mengawasi persiapan dan pelaksanaan fisik
maupun administrasi Swakelola.

1.6.1 Penetapan
Penyelenggara Swakelola ditetapkan oleh:
a. Swakelola Tipe I
Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan Tim Pengawas
ditetapkan oleh PA/KPA;
b. Swakelola Tipe II
Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh
PA/KPA, dan Tim Pelaksana ditetapkan oleh
Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah pelaksana
Swakelola.
Tim Pelaksana pada Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah pelaksana Swakelola dapat ditetapkan oleh
Pejabat sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.
c. Swakelola Tipe III
Tim Persiapan dan Tim Pengawas ditetapkan oleh
PA/KPA, dan Tim Pelaksana ditetapkan oleh pimpinan
Ormas pelaksana Swakelola;
d. Swakelola Tipe IV
Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan Tim Pengawas
ditetapkan oleh pimpinan Kelompok Masyarakat
pelaksana Swakelola.

Tabel 1 Penetapan Penyelenggara Swakelola


Tipe
Tim Persiapan Tim Pengawas Tim Pelaksana
Swakelola

Tipe I Ditetapkan oleh PA/KPA penanggung jawab anggaran

Ditetapkan oleh PA/KPA Ditetapkan oleh


Tipe II
penanggung jawab anggaran K/L/PD
-6-

Tipe
Tim Persiapan Tim Pengawas Tim Pelaksana
138
Swakelola
Ditetapkan oleh
Ditetapkan oleh PA/KPA penanggung jawab
Tipe III
penanggung jawab anggaran Organisasi
Masyarakat
Ditetapkan oleh penanggung jawab Kelompok
Tipe IV
Masyarakat

1.6.2 Persyaratan Penyelenggara Swakelola


a. Swakelola Tipe I
Penyelenggara Swakelola Tipe I memiliki sumber daya
yang cukup dan kemampuan teknis untuk melaksanakan
Swakelola.
b. Swakelola Tipe II
Penyelenggara Swakelola Tipe II memiliki sumber daya
yang cukup dan kemampuan teknis untuk menyediakan
barang/jasa yang diswakelolakan.
Swakelola Tipe II dapat dilaksanakan oleh:
1) Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
mempunyai tugas dan fungsi yang sesuai dengan
pekerjaan Swakelola yang akan dilaksanakan;
2) Badan Layanan Umum (BLU);atau
3) Perguruan Tinggi Negeri.

c. Swakelola Tipe III


Persyaratan Penyelenggara Swakelola Tipe III yaitu:
1) Ormas yang berbadan hukum yayasan atau Ormas
berbadan hukum perkumpulan yang telah
mendapatkan pengesahan badan hukum dari
Kementerian yang membidangi urusan hukum dan
hak asasi manusia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
2) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah
memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir
dipenuhi dengan penyerahan SPT Tahunan;
3) memiliki struktur organisasi/pengurus;
-7-

4) memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah


139
Tangga (ART);
5) Mempunyai bidang kegiatan yang berhubungan
dengan Barang/Jasa yang diadakan, sesuai dengan
AD/ART dan/atau Pengesahan Ormas;
6) Mempunyai kemampuan manajerial dan
pengalaman teknis menyediakan atau mengerjakan
barang/jasa sejenis yang diswakelolakan dalam
kurun waktu selama 3 (tiga) tahun terakhir baik di
dalam negeri dan/atau luar negeri sebagai
pelaksana secara sendiri dan/atau bekerjasama;
7) Memiliki neraca keuangan yang telah diaudit selama
3 (tiga) tahun terakhir sesuai peraturan perundang-
undangan;
8) Mempunyai atau menguasai kantor dengan alamat
yang benar, tetap dan jelas berupa milik sendiri atau
sewa; dan
9) Dalam hal Ormas akan melakukan kemitraan, harus
mempunyai perjanjian kerja sama kemitraan yang
memuat tanggung jawab masing-masing yang
mewakili kemitraan tersebut.

d. Swakelola Tipe IV
Persyaratan Penyelenggara Swakelola Tipe IV yaitu:
1) Surat Pengukuhan yang dikeluarkan oleh Pejabat
yang berwenang;
2) memiliki struktur organisasi/pengurus;
3) memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART);
4) memiliki sekretariat dengan alamat yang benar dan
jelas di lokasi tempat pelaksanaan kegiatan;
dan/atau
5) memiliki kemampuan teknis untuk menyediakan
atau mengerjakan barang/jasa sejenis yang
diswakelolakan.
-8-

2 PERENCANAAN PENGADAAN
140
Perencanaan pengadaan melalui Swakelola meliputi:
a. penetapan tipe swakelola;
b. penyusunan spesifikasi teknis/KAK; dan
c. penyusunan perkiraan biaya/rencana anggaran biaya (RAB).

Penetapan Tipe Swakelola


PA/KPA menetapkan tipe Swakelola berdasarkan jenis barang/jasa
dan disesuaikan dengan Pelaksana Swakelola. Selanjutnya PA/KPA
memilih/menetapkan Pelaksana Swakelola berdasarkan ketersediaan
Pelaksana Swakelola.

Penyusunan Spesifikasi Teknis/KAK


PA/KPA dibantu oleh PPK menyusun spesifikasi teknis/KAK
pengadaan barang/jasa yang akan dilaksanakan melalui Swakelola.

Spesifikasi teknis/KAK memuat antara lain:


a. Latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, sumber
pendanaan, dan barang/jasa yang disediakan;
b. Spesifikasi barang/jasa;
c. Jangka waktu Swakelola;
d. Kebutuhan tenaga ahli/teknis, tenaga kerja, narasumber,
bahan/material termasuk peralatan/suku cadang, Jasa
Lainnya, Jasa Konsultansi, dan/atau kebutuhan lainnya
(apabila diperlukan); dan/atau
e. Gambar rencana kerja untuk pekerjaan konstruksi.

Penyusunan Perkiraan Biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB)


a. Swakelola Tipe I
PA/KPA menyusun perkiraan biaya berdasarkan biaya
masukan. Rencana anggaran biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji tenaga ahli/teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala
tukang, tukang), honor narasumber, dan honor Tim
Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang
(apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);
-9-

4) biaya Jasa Konsultansi (apabila diperlukan); dan/atau


141
5) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat,
komunikasi, laporan.

b. Swakelola Tipe II
PA/KPA menyampaikan permintaan kesediaan kepada
Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah untuk melaksanakan
Swakelola. Dalam hal Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
bersedia maka PA/KPA bersama dengan pimpinan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah membuat Nota
Kesepahaman. Selanjutnya berdasarkan Nota Kesepahaman
tersebut Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana
Swakelola menyampaikan RAB.

Selanjutnya PPK melakukan reviu atas usulan proposal dan


RAB.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala
tukang, tukang), honor narasumber, dan honor Tim
Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang
(apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);dan/atau
4) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat,
komunikasi, laporan.

Dalam hal Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana


Swakelola telah mempunyai standar biaya yang telah ditetapkan
sebagai PNBP maka penyusunan RAB berdasarkan tarif yang
telah ditetapkan dalam PNBP tersebut.

Apabila dalam pelaksanaan Swakelola Tipe II terdapat


kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka:
a. Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana
Swakelola yang menerapkan tarif berdasarkan PNBP, maka
semua kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa sudah
dimasukan dalam Kontrak Swakelola; atau
- 10 -

b. Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana


142
Swakelola yang belum/tidak menerapkan tarif berdasarkan
PNBP, maka kebutuhan pengadaan barang/jasa dapat:
1) dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
2) dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak
mampu untuk melaksanakan pengadaan
bahan/material/jasa lainnya pendukung yang
dibutuhkan dalam melaksanakan Swakelola, maka
pengadaan bahan/material/jasa lainnya pendukung
dilakukan melalui kontrak terpisah oleh PPK.

c. Swakelola Tipe III


PA/KPA menyampaikan permintaan kesediaan kepada Ormas
untuk melaksanakan Swakelola. Dalam hal terdapat lebih dari 1
(satu) Ormas yang dinilai mampu untuk melaksanakan
pengadaan barang/jasa melalui Swakelola Tipe III, PA/KPA
dapat melakukan proses pemilihan melalui mekanisme
sayembara.

Dalam hal Ormas bersedia maka PA/KPA bersama dengan


pimpinan Ormas membuat Nota Kesepahaman. Selanjutnya
berdasarkan Nota Kesepahaman tersebut Ormas menyampaikan
RAB.

Selanjutnya PPK melakukan reviu atas usulan proposal dan


RAB.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala
tukang, tukang), honor narasumber, dan honor Tim
Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang
(apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);dan/atau
4) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat,
komunikasi, laporan.
- 11 -

Apabila dalam pelaksanaan Swakelola Tipe III terdapat


143
kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka
kebutuhan pengadaan barang/jasa dapat:
a. dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
b. dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak
mampu untuk melaksanakan pengadaan bahan/material/
jasa lainnya pendukung yang dibutuhkan dalam
melaksanakan Swakelola, maka pengadaan
bahan/material/jasa lainnya pendukung dilakukan melalui
kontrak terpisah oleh PPK.

d. Swakelola Tipe IV
PA/KPA menyampaikan undangan kepada Kelompok
Masyarakat di lokasi pelaksanaan pekerjaan swakelola. Jika
Kelompok Masyarakat tersebut bersedia untuk melaksanakan
pekerjaan swakelola, maka penanggung jawab Kelompok
Masyarakat menyampaikan surat pernyataan kesediaan sebagai
pelaksana swakelola dan selanjutnya PA/KPA bersama dengan
penanggung jawab Kelompok Masyarakat membuat Nota
Kesepahaman.

Dalam hal pengadaan barang/jasa melalui Swakelola


merupakan usulan dari Kelompok Masyarakat maka PA/KPA
menetapkan dan mengadakan Nota Kesepahaman dengan
Kelompok Masyarakat sebagai pelaksana swakelola.

Berdasarkan Nota Kesepahaman tersebut Kelompok Masyarakat


menyampaikan RAB.

Selanjutnya PPK melakukan reviu atas usulan proposal dan


RAB.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) terdiri dari:
1) gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala
tukang, tukang), honor narasumber, dan honor Tim
Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang
(apabila diperlukan);
- 12 -

3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);dan/atau


144
4) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat,
komunikasi, laporan.

Apabila dalam pelaksanaan Swakelola Tipe IV terdapat


kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka
kebutuhan pengadaan barang/jasa dapat:
a. dimasukkan kedalam Kontrak Swakelola; atau
b. dalam hal Pelaksana Swakelola tidak bersedia/tidak
mampu untuk melaksanakan pengadaan bahan/material/
jasa lainnya pendukung yang dibutuhkan dalam
melaksanakan Swakelola, maka pengadaan
bahan/material/jasa lainnya pendukung dilakukan melalui
kontrak terpisah oleh PPK.

Hasil perencanaan Swakelola berupa spesifikasi teknis/KAK,


Rencana Anggaran Biaya, rencana jadwal pelaksanaan, dan
calon Pelaksana Swakelola digunakan sebagai dasar pengusulan
dan penyusunan RKA-KL dan RKA-PD.

3 SWAKELOLA TIPE I
Persiapan
PPK mengkoordinasikan persiapan Swakelola Tipe I setelah
penetapan DIPA/DPA. Kegiatan persiapan Swakelola Tipe I
sebagaimana dijelaskan pada Tabel berikut ini:

Tabel Persiapan Swakelola Tipe I


Para Pihak
No. Kegiatan
Penyusun Penetapan
1. Penetapan sasaran Tim Persiapan PA/KPA
Penetapan Penyelenggara
2. PPK PA/KPA
Swakelola
3. Rencana kegiatan Tim Persiapan PPK
4. Jadwal pelaksanaan Tim Persiapan PPK
5. Reviu spesifikasi teknis/KAK Tim Persiapan PPK
6. Reviu RAB Tim Persiapan PPK
- 13 -

PA/KPA menetapkan sasaran output (keluaran) Swakelola Tipe I


145
sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen kinerja/anggaran.

PA/KPA menetapkan Penyelenggara Swakelola yang terdiri dari Tim


Persiapan, Tim Pelaksana, dan Tim Pengawas Swakelola atas usulan
dari PPK.

Tim Persiapan terdiri dari pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat


Daerah penanggung jawab anggaran. Tim Persiapan dapat
merangkap sebagai Tim Pelaksana.

Tim Pelaksana terdiri dari pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat


Daerah penanggung jawab anggaran dan/atau pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain. Untuk kegiatan
tertentu yang membutuhkan banyak tenaga dilapangan seperti
kegiatan pengumpulan data oleh enumerator, maka Tim Pelaksana
dapat dibantu oleh tenaga pendukung lapangan.

Tim Pengawas terdiri dari pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat


Daerah penanggung jawab anggaran. Penyelenggara Swakelola dapat
dibantu oleh tenaga ahli/teknis/narasumber. Tenaga ahli dalam
pelaksanaan Swakelola Tipe I tidak boleh melebihi 50% (lima puluh
persen) dari jumlah anggota Tim Pelaksana.

Tim Persiapan menyusun rencana kegiatan, jadwal pelaksanaan, dan


RAB. Kegiatan tersebut meliputi:
a. melakukan reviu atas spesifikasi teknis/KAK yaitu
menyesuaikan spesifikasi teknis/KAK hasil Perencanaan
Swakelola dengan anggaran yang tercantum dalam DIPA/DPA;
b. menyusun persiapan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan
kegiatan;
c. menyusun daftar/struktur rencana kegiatan (work breakdown
structure) yang akan dilaksanakan;
d. merinci jadwal pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan/output
dengan ketentuan:
1) menetapkan waktu dimulainya hingga berakhirnya
pelaksanaan swakelola; dan/atau
- 14 -

2) menetapkan jadwal pelaksanaan swakelola berdasarkan


146
kebutuhan dalam KAK, termasuk jadwal pengadaan
barang/jasa yang diperlukan.
e. menyusun detail rencana kebutuhan dan biaya:
1) gaji tenaga ahli/teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala
tukang, tukang), honor narasumber, dan honor Tim
Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang
(apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);
4) biaya Jasa Konsultansi (apabila diperlukan); dan/atau
5) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat,
komunikasi, laporan
f. menyusun rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya
bulanan dan/atau biaya mingguan yang tidak melampaui Pagu
Anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran;
g. menyusun rencana penyerapan biaya mingguan dan biaya
bulanan;
h. menghitung penyediaan kebutuhan tenaga ahli, peralatan dan
bahan/material yang dilaksanakan dengan pengadaan melalui
penyedia; dan/atau
i. menyusun dokumen persiapan untuk kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia yang dilaksanakan dengan
kontrak terpisah, yang meliputi: HPS, rancangan kontrak, dan
spesifikasi teknis/KAK.

Dalam hal terdapat Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia dalam


Swakelola Tipe I, maka dilaksanakan sesuai ketentuan dalam
Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pelaksanaan
Tim Pelaksana melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan
tahapan pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan/output sesuai dengan
hasil persiapan. Pelaksanaan swakelola memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan yang
telah ditetapkan oleh PPK;
- 15 -

b. pengajuan kebutuhan tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil


147
atau tenaga pendukung), sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan kepada PPK sesuai dengan rencana kegiatan;
c. penggunaan tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil atau
tenaga pendukung), sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
d. menyusun laporan penerimaan dan penggunaan tenaga kerja
sarana prasarana/peralatan dan material/bahan;
e. menyusun laporan swakelola dan dokumentasi yang terdiri dari:
1) Laporan pendahuluan yang memuat tentang rencana
pelaksanaan, metodologi, pengorganisasian dan uraian
tugas, serta jadwal pelaksanaan;
2) Laporan antara (interim report) yang memuat tentang hasil
survei/tinjauan pustaka/tinjauan lapangan/pengumpulan
data/ inventarisasi masalah dan hasil pengolahan data;
3) Laporan draf akhir (draft final report) yang memuat draf
hasil kegiatan;
4) Laporan akhir (final report) yang memuat hasil kegiatan;
5) Laporan bulanan yang memuat tentang capaian realisasi
fisik, realisasi keuangan, evaluasi kegiatan (hambatan dan
rencana tindak lanjut) disertai dengan dokumentasi
kegiatan Swakelola; dan/atau
6) Pelaporan Swakelola yang berupa pekerjaan konstruksi,
pemeliharaan, dan/atau perawatan, maka pelaporannya
disesuaikan dengan pelaksanaan tahapan kegiatan.
f. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola dilakukan
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan,
yang meliputi:
1) Pembayaran upah tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga terampil
atau tenaga pendukung) berdasarkan daftar hadir pekerja
atau dengan cara upah borong;
2) Pembayaran gaji/honorarium tenaga ahli/narasumber
(apabila diperlukan);
3) Pembayaran Jasa Lainnya atau Jasa Konsultansi; atau
4) Pembayaran bahan/material dan peralatan/suku cadang.
- 16 -

g. Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola


148
1) Tim pelaksana Swakelola menyerahkan hasil pekerjaan dan
laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK melalui Berita
Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
2) Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan
pekerjaan kepada PPK setelah dilakukan pemeriksaan oleh
Tim Pengawas; dan
3) PPK menyerahkan hasil pekerjaan (termasuk barang/jasa
yang berbentuk aset) kepada PA/KPA.
4) PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan
pemeriksaan administratif terhadap barang/jasa yang akan
diserahterimakan.

Pengawasan
Tim Pengawas melaksanakan tugas pengawasan administrasi, teknis,
dan keuangan sejak persiapan, pelaksanaan dan penyerahan hasil
pekerjaan yang meliputi:
a. verifikasi administrasi dan dokumentasi serta pelaporan;
b. pengawasan teknis pelaksanaan dan hasil Swakelola untuk
mengetahui realisasi fisik meliputi:
1) pengawasan kemajuan pelaksanaan kegiatan;
2) pengawasan penggunaan tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga
terampil atau tenaga pendukung) dan jasa konsultansi,
sarana prasarana/peralatan dan material/bahan;
3) pengawasan pengadaan Barang/Jasa (jika ada).
c. Pengawasan tertib administrasi keuangan.
Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi
Swakelola. Apabila dalam hasil evaluasi ditemukan penyimpangan,
Tim Pengawas melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada
PPK, tim persiapan atau tim pelaksana untuk segera mengambil
tindakan korektif.

4 SWAKELOLA TIPE II
Persiapan
PPK melakukan koordinasi persiapan Swakelola Tipe II setelah
penetapan DIPA/DPA. Kegiatan persiapan Swakelola Tipe II
sebagaimana dijelaskan pada Tabel berikut ini:
- 17 -

Tabel Persiapan Swakelola Tipe II


149
Para Pihak
No Kegiatan
Penyusun Penetapan
1. Penetapan sasaran Tim Persiapan PA/KPA
2. Kesepakatan Kerja Sama PA/KPA penanggung jawab
PA/KPA dengan K/L/PD anggaran dan Pimpinan K/L/PD
lain Pelaksana Swakelola lain Pelaksana Swakelola
3. Penyelenggara swakelola:
- Tim Persiapan dan Tim PPK PA/KPA
Pengawas penanggung penanggung
jawab anggaran jawab anggaran

- Tim Pelaksana K/L/PD lain K/L/PD lain


Pelaksana Pelaksana
Swakelola Swakelola
4. Rencana kegiatan Tim Persiapan PPK
5. Jadwal pelaksanaan Tim Persiapan PPK
6. Reviu Spesifikasi
teknis/KAK Tim Persiapan PPK
7. Reviu RAB Tim Persiapan PPK
8. Finalisasi dan
Penandatanganan Kontrak PPK dan Tim Pelaksana
Swakelola

PA/KPA menetapkan sasaran output (keluaran) Swakelola Tipe II


sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen kinerja/anggaran.
PA/KPA menetapkan Penyelanggara Swakelola yang terdiri dari Tim
Persiapan dan Tim Pengawas Swakelola atas usulan dari PPK.

PA/KPA penanggung jawab anggaran melakukan Kesepakatan Kerja


Sama dengan Pimpinan Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
lain pelaksana swakelola untuk melaksanakan Swakelola Tipe II dan
sebagai dasar Kontrak Swakelola antara PPK dan Tim Pelaksana.

Tim Persiapan terdiri dari pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat


Daerah penanggung jawab anggaran dan dapat merangkap sebagai
Tim Pengawas.
- 18 -

Tim Pelaksana terdiri dari pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat


150
Daerah lain pelaksana swakelola. Untuk kegiatan tertentu yang
membutuhkan banyak tenaga dilapangan seperti kegiatan
pengumpulan data oleh enumerator, selain pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah pelaksana swakelola, maka
Tim Pelaksana dapat dibantu oleh tenaga pendukung lapangan.
Tenaga pendukung lapangan termasuk dalam bagian Kontrak
Swakelola.

Tim Pengawas terdiri dari pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat


Daerah penanggung jawab anggaran.

Tim Persiapan Swakelola Tipe II menyusun rencana kegiatan, jadwal


pelaksanaan dan RAB. Kegiatan tersebut meliputi:
a. melakukan reviu atas KAK yaitu menyesuaikan KAK
perencanaan Swakelola dengan anggaran yang tercantum dalam
DIPA/DPA;
b. menyusun persiapan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan
kegiatan;
c. menyusun daftar/struktur rencana kegiatan (work breakdown
structure) yang akan dilaksanakan;
d. merinci jadwal pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan/output
dengan ketentuan:
1) menetapkan waktu dimulainya hingga berakhirnya
pelaksanaan swakelola; dan/atau
2) menetapkan jadwal pelaksanaan swakelola berdasarkan
kebutuhan dalam KAK, termasuk jadwal pengadaan
barang/jasa yang diperlukan.
e. menyusun detail rencana kebutuhan dan biaya:
1) gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala
tukang, tukang), honor narasumber, dan honor Tim
Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang
(apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);dan/atau
4) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat,
komunikasi, laporan
- 19 -

f. menyusun rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya


151
bulanan dan/atau biaya mingguan yang tidak melampaui
Pagu Anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
anggaran;
g. menyusun rencana penyerapan biaya mingguan dan biaya
bulanan;
h. menghitung penyediaan kebutuhan tenaga kerja, sarana
prasarana/peralatan dan material/bahan yang dilaksanakan
dengan pengadaan melalui penyedia; dan/atau
i. menyusun dokumen persiapan untuk kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia yang dilaksanakan dengan
kontrak terpisah, yang meliputi: HPS, rancangan kontrak, dan
spesifikasi teknis/KAK.

Tim Persiapan dan Tim Pelaksana menyusun Rancangan Kontrak


Swakelola dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal terdapat perbedaan antara biaya yang diusulkan
dengan anggaran yang disetujui dalam DIPA/DPA, PPK dibantu
oleh tim persiapan melakukan negosiasi teknis dan harga
dengan Tim Pelaksana Swakelola. Hasil negosiasi dituangkan
dalam berita acara hasil negosiasi dan menjadi dasar
penyusunan Kontrak Swakelola;
b. PPK menandatangani Kontrak Swakelola dengan Tim Pelaksana
Swakelola. Kontrak Swakelola paling kurang berisi:
1) para pihak;
2) Barang/Jasa yang akan dihasilkan;
3) nilai yang diswakelolakan sudah termasuk seluruh
kebutuhan Barang/Jasa pendukung Swakelola;
4) jangka waktu pelaksanaan; dan
5) hak dan kewajiban para pihak.

Dalam hal rancangan Kontrak Swakelola Tipe II termasuk Pengadaan


Barang/Jasa melalui Penyedia maka:
a. Untuk Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana
Swakelola maka pengadaan barang/jasa dilaksanakan oleh Tim
Pelaksana dengan berpedoman pada prinsip dan etika
Pengadaan Barang/Jasa; atau
- 20 -

b. Untuk Badan Layanan Umum Pelaksana Swakelola, maka


152
proses pengadaan barang/jasa menggunakan ketentuan Badan
Layanan Umum.

Pelaksanaan
Tim pelaksana melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan
tahapan pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan/output berdasarkan
Kontrak Swakelola yang telah disepakati. Pelaksanaan swakelola
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis/KAK
yang telah ditetapkan oleh PPK;
b. pengajuan kebutuhan tenaga teknis, tenaga kerja, peralatan dan
material/bahan sesuai dengan rencana kegiatan/sub
kegiatan/output;
c. penggunaan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
d. menyusun laporan penerimaan dan penggunaan tenaga kerja,
sarana prasarana/peralatan dan material/bahan;
e. menyusun laporan swakelola dan dokumentasi yang terdiri dari:
1) Laporan pendahuluan yang memuat tentang rencana
pelaksanaan, metodologi, pengorganisasian dan uraian
tugas, serta jadwal pelaksanaan;
2) Laporan antara (interim report) yang memuat tentang hasil
survei/tinjauan pustaka/tinjauan lapangan/pengumpulan
data/ inventarisasi masalah dan hasil pengolahan data;
3) Laporan draf akhir (draft final report) yang memuat draf
hasil kegiatan;
4) Laporan akhir (final report) yang memuat hasil kegiatan;
5) Laporan bulanan yang memuat tentang capaian realisasi
fisik, realisasi keuangan, evaluasi kegiatan (hambatan dan
rencana tindak lanjut) disertai dengan dokumentasi
kegiatan Swakelola; dan/atau
6) Pelaporan Swakelola yang berupa pekerjaan konstruksi,
pemeliharaan, dan/atau perawatan, maka pelaporannya
disesuaikan dengan pelaksanaan tahapan kegiatan.
f. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah Pelaksana Swakelola
pelaksana Swakelola dilarang mengalihkan pekerjaan utama
- 21 -

kepada pihak lain.


153
g. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai
dengan kesepakatan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.
h. Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola
1) Tim pelaksana Swakelola menyerahkan hasil pekerjaan dan
laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK melalui Berita
Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
2) Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan
pekerjaan kepada PPK setelah dilakukan pemeriksaan oleh
Tim Pengawas; dan
3) PPK menyerahkan hasil pekerjaan (termasuk barang/jasa
yang berbentuk aset) kepada PA/KPA.
4) PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan
pemeriksaan administratif terhadap barang/jasa yang akan
diserahterimakan.

Pengawasan
Tim Pengawas swakelola Tipe II melaksanakan tugas pengawasan
administrasi, teknis, dan keuangan sejak persiapan, pelaksanaan
dan penyerahan hasil pekerjaan yang meliputi:
a. verifikasi administrasi dan dokumentasi serta pelaporan;
b. pengawasan teknis pelaksanaan dan hasil Swakelola untuk
mengetahui realisasi fisik meliputi:
1) pengawasan kemajuan pelaksanaan kegiatan;
2) pengawasan penggunaan tenaga kerja, sarana
prasarana/peralatan dan material/bahan.
3) pengawasan pengadaan Barang/Jasa (jika ada)
c. Pengawasan tertib administrasi keuangan.
Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi
Swakelola. Apabila dalam hasil evaluasi ditemukan penyimpangan,
tim pengawas melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada
PPK, tim persiapan atau tim pelaksana untuk segera mengambil
tindakan korektif.
- 22 -

5 SWAKELOLA TIPE III


154
Persiapan
PPK melakukan koordinasi persiapan Swakelola Tipe III setelah
penetapan DIPA/DPA. Kegiatan persiapan Swakelola Tipe III
sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel Persiapan Swakelola Tipe III


Para Pihak
No Kegiatan
Penyusun Penetapan
1. Penetapan sasaran Tim Persiapan PA/KPA
2. Penyelenggara swakelola:
- Tim Persiapan dan Tim PPK PA/KPA
Pengawas penanggung penanggung
jawab anggaran jawab anggaran

- Tim Pelaksana Ormas Pimpinan Ormas

3. Rencana kegiatan Tim Persiapan PPK


4. Jadwal pelaksanaan Tim Persiapan PPK
5. Reviu Spesifikasi
teknis/KAK Tim Persiapan PPK
6. Reviu RAB Tim Persiapan PPK
Finalisasi dan
7. Penandatanganan Kontrak PPK dan Pimpinan Ormas
Swakelola

PA/KPA menetapkan sasaran output (keluaran) Swakelola Tipe III


sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen kinerja/anggaran.

PA/KPA menetapkan Penyelenggara Swakelola yang terdiri dari Tim


Persiapan dan Tim Pengawas Swakelola atas usulan dari PPK.

Tim Persiapan terdiri dari pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat


Daerah penanggung jawab anggaran dan dapat merangkap sebagai
Tim Pengawas.
- 23 -

Tim Pelaksana terdiri dari anggota Ormas pelaksana Swakelola.


155
Untuk kegiatan tertentu yang membutuhkan banyak tenaga
dilapangan seperti kegiatan pengumpulan data oleh enumerator,
selain anggota Ormas pelaksana swakelola, maka Tim Pelaksana
dapat dibantu oleh tenaga pendukung lapangan. Tenaga pendukung
lapangan termasuk dalam bagian Kontrak Swakelola.
Tim Pengawas terdiri dari pegawai Kementerian/Lembaga/Perangkat
Daerah penanggung jawab anggaran.

Tim Persiapan swakelola Tipe III menyusun rencana kegiatan, jadwal


pelaksanaan dan RAB. Kegiatan tersebut meliputi:
a. melakukan reviu atas KAK yaitu menyesuaikan KAK
perencanaan Swakelola dengan anggaran yang tercantum dalam
DIPA/DPA;
b. menyusun persiapan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan
kegiatan;
c. menyusun daftar/struktur rencana kegiatan (work breakdown
structure) yang akan dilaksanakan;
d. merinci jadwal pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan/output
dengan ketentuan:
1) menetapkan waktu dimulainya hingga berakhirnya
pelaksanaan swakelola; dan/atau
2) menetapkan jadwal pelaksanaan swakelola berdasarkan
kebutuhan dalam KAK, termasuk jadwal pengadaan
barang/jasa yang diperlukan.
e. menyusun detail rencana kebutuhan dan biaya:
1) honor Penyelenggara Swakelola dan honor narasumber;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang
(apabila diperlukan);
3) biaya Jasa Lainnya (apabila diperlukan);dan/atau
4) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat,
komunikasi, laporan.
f. menyusun rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya
bulanan dan/atau biaya mingguan yang tidak melampaui
Pagu Anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
anggaran;
- 24 -

g. menyusun rencana penyerapan biaya mingguan dan biaya


156
bulanan;
h. menghitung penyediaan kebutuhan tenaga kerja, sarana
prasarana/peralatan dan material/bahan yang dilaksanakan
dengan pengadaan melalui penyedia; dan/atau
i. menyusun dokumen persiapan untuk kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia yang dilaksanakan dengan
kontrak terpisah, yang meliputi: HPS, rancangan kontrak, dan
spesifikasi teknis/KAK.

Tim Persiapan dan Tim Pelaksana menyusun Rancangan Kontrak


Swakelola dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal terdapat perbedaan antara biaya yang diusulkan
dengan anggaran yang disetujui dalam DIPA/DPA, PPK dibantu
oleh Tim Persiapan melakukan negosiasi teknis dan harga
dengan Tim Pelaksana Swakelola. Hasil negosiasi dituangkan
dalam berita acara hasil negosiasi dan menjadi dasar
penyusunan Kontrak Swakelola;
b. PPK menandatangani Kontrak Swakelola dengan pimpinan
Ormas. Kontrak Swakelola paling kurang berisi:
1) para pihak;
2) Barang/Jasa yang akan dihasilkan;
3) nilai yang diswakelolakan sudah termasuk seluruh
kebutuhan Barang/Jasa pendukung Swakelola;
4) jangka waktu pelaksanaan; dan
5) hak dan kewajiban para pihak.

Dalam hal rancangan Kontrak Swakelola Tipe III termasuk


Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka dilaksanakan oleh
Tim Pelaksana dengan berpedoman pada prinsip dan etika
Pengadaan Barang/Jasa.

Pelaksanaan
Tim pelaksana melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan
tahapan pelaksanaan kegiatan berdasarkan Kontrak Swakelola yang
telah disepakati. Pelaksanaan swakelola memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- 25 -

a. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan KAK yang telah


157
ditetapkan oleh PPK;
b. pengajuan kebutuhan tenaga kerja (tenaga teknis, tenaga kerja
atau tenaga pendukung), sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan sesuai dengan Kontrak Swakelola;
c. penggunaan tenaga kerja (tenaga teknis, tenaga kerja atau
tenaga pendukung), sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
d. menyusun laporan penerimaan dan penggunaan tenaga kerja,
sarana prasarana/peralatan dan material/bahan;
e. menyusun laporan swakelola dan dokumentasi yang terdiri dari:
1) Laporan pendahuluan yang memuat tentang rencana
pelaksanaan, metodologi, pengorganisasian dan uraian
tugas, serta jadwal pelaksanaan;
2) Laporan antara (interim report) yang memuat tentang hasil
survei/tinjauan pustaka/tinjauan lapangan/pengumpulan
data/ inventarisasi masalah dan hasil pengolahan data;
3) Laporan draf akhir (draft final report) yang memuat draf
hasil kegiatan;
4) Laporan akhir (final report) yang memuat hasil kegiatan;
5) Laporan bulanan yang memuat tentang capaian realisasi
fisik, realisasi keuangan, evaluasi kegiatan (hambatan dan
rencana tindak lanjut) disertai dengan dokumentasi
kegiatan Swakelola; dan/atau
6) Pelaporan Swakelola yang berupa pekerjaan konstruksi,
pemeliharaan, dan/atau perawatan, maka pelaporannya
disesuaikan dengan pelaksanaan tahapan kegiatan.
f. Ormas Pelaksana Swakelola dilarang mengalihkan pekerjaan
utama kepada pihak lain.
g. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai
dengan kesepakatan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.
h. Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola
1) Tim pelaksana menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan
pelaksanaan pekerjaan kepada PPK melalui Berita Acara
Serah Terima Hasil Pekerjaan;
- 26 -

2) Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan


158
pekerjaan kepada PPK setelah dilakukan pemeriksaan oleh
Tim Pengawas; dan
3) PPK menyerahkan hasil pekerjaan (termasuk barang/jasa
yang berbentuk aset) kepada PA/KPA.
4) PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan
pemeriksaan administratif terhadap barang/jasa yang akan
diserahterimakan.

Pengawasan
Tim Pengawas melaksanakan tugas pengawasan administrasi, teknis,
dan keuangan sejak persiapan, pelaksanaan dan penyerahan hasil
pekerjaan yang meliputi:
a. verifikasi administrasi dan dokumentasi serta pelaporan;
b. pengawasan teknis pelaksanaan dan hasil Swakelola untuk
mengetahui realisasi fisik meliputi:
1) pengawasan kemajuan pelaksanaan kegiatan;
2) pengawasan penggunaan tenaga kerja (tenaga ahli, tenaga
terampil atau tenaga pendukung) dan jasa konsultansi,
sarana prasarana/peralatan dan material/bahan.
3) pengawasan Pengadaan Barang/Jasa (jika ada).
c. Pengawasan tertib administrasi keuangan.
Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi
Swakelola. Apabila dalam hasil evaluasi ditemukan penyimpangan,
tim pengawas melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada
PPK, tim persiapan atau tim pelaksana untuk segera mengambil
tindakan korektif.

6 SWAKELOLA TIPE IV
Persiapan
PPK melakukan koordinasi persiapan Swakelola Tipe IV setelah
penetapan DIPA/DPA. Kegiatan persiapan Swakelola Tipe IV
sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut ini:
- 27 -

Tabel Persiapan Swakelola Tipe IV


159
Para Pihak
No Kegiatan
Penyusun Penetapan
1. Penetapan sasaran PPK PA/KPA
Penyelenggara swakelola:
Pimpinan
Tim Persiapan, Tim Kelompok
2. Kelompok
Pelaksana dan Tim Masyarakat
Masyarakat
Pengawas
3. Rencana kegiatan Tim Persiapan PPK
4. Jadwal pelaksanaan Tim Persiapan PPK
Reviu Spesifikasi
5. Tim Persiapan PPK
teknis/KAK
6. Reviu RAB Tim Persiapan PPK
Finalisasi dan
PPK dan Pimpinan Kelompok
7. Penandatanganan Kontrak
Masyarakat Pelaksana Swakelola
Swakelola

PA/KPA menetapkan sasaran output (keluaran) Swakelola Tipe IV


sebagaimana yang telah ditetapkan pada dokumen kinerja/anggaran.

Pimpinan Kelompok Masyarakat menetapkan Penyelenggara


Swakelola yang terdiri dari Tim Persiapan, Tim Pelaksana dan Tim
Pengawas Swakelola. Penyelenggara Swakelola Tipe IV terdiri dari
pengurus/anggota Kelompok Masyarakat pelaksana swakelola.

PPK dapat menugaskan pegawai pada instansi penanggung jawab


anggaran atau tenaga ahli/teknis/narasumber untuk melakukan
pendampingan atau asistensi Penyelenggara Swakelola.

Tim Persiapan Swakelola Tipe IV menyusun rencana kegiatan, jadwal


pelaksanaan dan RAB. Kegiatan tersebut meliputi:
a. melakukan reviu atas KAK yaitu menyesuaikan KAK
perencanaan Swakelola dengan anggaran yang tercantum dalam
DIPA/DPA;
b. menyusun persiapan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan
kegiatan;
- 28 -

c. menyusun daftar/struktur rencana kegiatan (work breakdown


160
structure) yang akan dilaksanakan;
d. merinci jadwal pelaksanaan dengan ketentuan:
1) menetapkan waktu dimulainya hingga berakhirnya
pelaksanaan swakelola; dan/atau
2) menetapkan jadwal pelaksanaan swakelola berdasarkan
kebutuhan dalam KAK, termasuk jadwal pengadaan
barang/jasa yang diperlukan.
e. menyusun detail rencana kebutuhan dan biaya:
1) gaji tenaga teknis, upah tenaga kerja (mandor, kepala
tukang, tukang), honor narasumber, dan honor Tim
Penyelenggara Swakelola;
2) biaya bahan/material termasuk peralatan/suku cadang
(apabila diperlukan); dan/atau
3) biaya lainnya yang dibutuhkan, contoh: perjalanan, rapat,
komunikasi, laporan
f. menyusun rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya
bulanan dan/atau biaya mingguan yang tidak melampaui
Pagu Anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
anggaran;
g. menyusun rencana penyerapan biaya mingguan dan biaya
bulanan; dan/atau
h. menghitung penyediaan kebutuhan tenaga kerja, sarana
prasarana/peralatan dan material/bahan yang dilaksanakan
dengan pengadaan melalui penyedia.
i. menyusun dokumen persiapan untuk kebutuhan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia yang dilaksanakan dengan
kontrak terpisah, yang meliputi: HPS, rancangan kontrak, dan
spesifikasi teknis/KAK.

PPK menyusun rancangan Kontrak Swakelola dengan ketentuan


sebagai berikut:
a. Dalam hal terdapat perbedaan antara biaya yang diusulkan
dengan anggaran yang disetujui dalam DIPA/DPA, PPK
melakukan negosiasi teknis dan harga dengan Tim Pelaksana
Swakelola. Hasil negosiasi dituangkan dalam berita acara hasil
negosiasi dan menjadi dasar penyusunan Kontrak Swakelola;
- 29 -

b. PPK menandatangani Kontrak Swakelola dengan pimpinan


161
Kelompok Masyarakat pelaksana swakelola. Kontrak Swakelola
paling kurang berisi:
1) para pihak;
2) Barang/Jasa yang akan dihasilkan;
3) nilai yang diswakelolakan sudah termasuk seluruh
kebutuhan Barang/Jasa pendukung Swakelola;
4) jangka waktu pelaksanaan; dan
5) hak dan kewajiban para pihak.
Dalam hal rancangan Kontrak Swakelola Tipe IV termasuk
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia maka dilaksanakan oleh
Tim Pelaksana dengan berpedoman pada prinsip dan etika
Pengadaan Barang/Jasa.

Pelaksanaan
Tim pelaksana melaksanakan swakelola sesuai dengan jadwal dan
tahapan pelaksanaan kegiatan berdasarkan Kontrak Swakelola yang
telah disepakati. Pelaksanaan swakelola memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a. pelaksanaan dilakukan sesuai dengan KAK yang telah
ditetapkan oleh PPK;
b. pengajuan kebutuhan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan
dan material/bahan sesuai dengan rencana kegiatan;
c. penggunaan tenaga kerja, sarana prasarana/peralatan dan
material/bahan sesuai dengan jadwal pelaksanaan;
d. menyusun laporan penerimaan dan penggunaan tenaga kerja
(tenaga teknis, tenaga terampil atau tenaga pendukung), sarana
prasarana/peralatan dan material/bahan;
e. menyusun laporan swakelola dan dokumentasi yang terdiri dari:
1) Laporan pendahuluan yang memuat tentang rencana
pelaksanaan, metodologi, pengorganisasian dan uraian
tugas, serta jadwal pelaksanaan;
2) Laporan antara (interim report) yang memuat tentang hasil
survei/tinjauan pustaka/tinjauan lapangan/pengumpulan
data/ inventarisasi masalah dan hasil pengolahan data;
3) Laporan draf akhir (draft final report) yang memuat draf
hasil kegiatan;
- 30 -

4) Laporan akhir (final report) yang memuat hasil kegiatan;


162
5) Laporan bulanan yang memuat tentang capaian realisasi
fisik, realisasi keuangan, evaluasi kegiatan (hambatan dan
rencana tindak lanjut) disertai dengan dokumentasi
kegiatan Swakelola; dan/atau
6) Pelaporan Swakelola yang berupa pekerjaan konstruksi,
pemeliharaan, dan/atau perawatan, maka pelaporannya
disesuaikan dengan pelaksanaan tahapan kegiatan.
f. Kelompok Masyarakat pelaksana swakelola dilarang
mengalihkan pekerjaan utama kepada pihak lain.
g. PPK melakukan pembayaran pelaksanaan Swakelola sesuai
dengan kesepakatan yang tercantum dalam Kontrak Swakelola
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.
h. Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola
1) Pimpinan Kelompok Masyarakat/tim pelaksana
menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan
pekerjaan kepada PPK melalui Berita Acara Serah Terima
Hasil Pekerjaan;
2) Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan
pekerjaan kepada PPK setelah dilakukan pemeriksaan oleh
Tim Pengawas; dan
3) PPK menyerahkan hasil pekerjaan (termasuk barang/jasa
yang berbentuk aset) kepada PA/KPA.
4) PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan
pemeriksaan administratif terhadap barang/jasa yang akan
diserahterimakan.
5) Dalam hal barang/jasa hasil pengadaan melalui Swakelola
akan dihibahkan kepada Kelompok Masyarakat, maka
proses serah terima sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

Pengawasan
Tim Pengawas melaksanakan tugas pengawasan administrasi, teknis,
dan keuangan sejak persiapan, pelaksanaan dan penyerahan hasil
pekerjaan yang meliputi:
- 31 -

a. verifikasi administrasi dan dokumentasi serta pelaporan;


163
b. pengawasan teknis pelaksanaan dan hasil Swakelola untuk
mengetahui realisasi fisik meliputi:
1) pengawasan kemajuan pelaksanaan kegiatan;
2) pengawasan penggunaan tenaga kerja, sarana
prasarana/peralatan dan material/bahan; dan
3) pengawasan Pengadaan Barang/Jasa (jika ada).
c. Pengawasan tertib administrasi keuangan.
Berdasarkan hasil pengawasan, Tim Pengawas melakukan evaluasi
Swakelola. Apabila dalam hasil evaluasi ditemukan penyimpangan,
tim pengawas melaporkan dan memberikan rekomendasi kepada
pimpinan Kelompok Masyarakat dan PPK, tim persiapan atau tim
pelaksana untuk segera mengambil tindakan korektif.

7 PENUTUP
Swakelola merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, penyelengaraannya sebagai wujud
mengoptimalkan sumber daya manusia di lingkungan pemerintah dan
juga sebagai sarana pemberdayaan masyarakat, sehingga pedoman
swakelola ini disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa
pemerintah.
Diharapkan Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Melalui Swakelola ini dapat menjadi pedoman bagi K/L/PD, Ormas, dan
Kelompok Masyarakat untuk menyelengarakan Swakelola.
Demikian petunjuk pelaksanaan ini disusun untuk dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.

KEPALA LEMBAGA
KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH,

AGUS PRABOWO
- 32 -

LAMPIRAN II
164
PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
NOMOR 8 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN SWAKELOLA

PERENCANAAN PENGADAAN MELALUI SWAKELOLA


RENSTRA K/L/PD

RENJA K/L/PD

PROGRAM KEGIATAN

Identifikasi Kebutuhan
Barang/Jasa

Memenuhi Tujuan Perencanaan Pengadaan


Tidak
Swakelola? Melalui Penyedia

Ya

Perencanaan Pengadaan
Melalui Swakelola

TIPE I TIPE II TIPE III TIPE IV

Penawaran Swakelola Ormas yang


kepada K/L/PD Lainnya Usulan dari
memenuhi Pokmas?
= 1?
Ya Tidak Ya Tidak
Tidak
Penawaran Pemilihan Penetapan Pokmas Penawaran Pokmas
Swakelola Ormas Pengusul sebagai Pengusul sebagai
Setuju? kepada Ormas (Sayembara) Pelaksana Swakelola Pelaksana Swakelola

Penetapan Hasil
Berhenti Tidak Setuju? Setuju? Tidak Berhenti
Pemilihan
Ya Ya
Ya

Penetapan K/L/PD Penetapan Ormas Penetapan Pokmas


Pelaksana Swakelola Pelaksana Swakelola Pelaksana Swakelola

Nota Kesepahaman Nota Kesepahaman Nota Kesepahaman

Proposal dan RAB Proposal dan RAB Proposal dan RAB

Penyusunan Spesifikasi Teknis /Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Anggaran (Bahan Penyusunan RKA K/L atau RKA Perangkat Daerah)

DIPA K/L/PD

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH,

AGUS PRABOWO
- 33 -

LAMPIRAN III
165
PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
NOMOR 8 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN SWAKELOLA

BENTUK NOTA KESEPAHAMAN SWAKELOLA

A. BENTUK NOTA KESEPAHAMAN SWAKELOLA TIPE II

NOTA KESEPAHAMAN PENGADAAN MELALUI SWAKELOLA

ANTARA

Menteri/Kepala Lembaga/ Pimpinan Perangkat Daerah (Selaku penanggung


jawab anggaran)
dan
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah lain (Selaku Pelaksana Swakelola)

Pada hari ini ___, tanggal___ bertempat di ___, yang bertanda-tangan di bawah
ini :
1. Nama :
Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan :
Perangkat Daerah
SK Jabatan No/tanggal (selaku PA/KPA) :
NIP/NIK :
Alamat Kantor :
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. Nama :
Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan :
Perangkat Daerah
SK Jabatan No/tanggal :
NIP/NIK :
- 34 -

Alamat Kantor :
166
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai
PARA PIHAK

PARA PIHAK tetap bertindak sebagaimana tersebut di atas dengan ini


menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
• PIHAK PERTAMA berdasarkan Rencana Kerja K/L/PD untuk tahun
anggaran ……… merencanakan kegiatan swakelola dengan pihak kedua.
• PIHAK KEDUA adalah instansi pemerintah lain yang memiliki kompetensi
dalam ……….. dan sanggup untuk menerima, melaksanakan pengadaan
barang/jasa melalui swakelola.
• PIHAK PERTAMA berdasarkan kesanggupan PIHAK KEDUA menetapkan
PIHAK KEDUA sebagai Pelaksana Swakelola Tipe II.
• Bahwa PARA PIHAK dalam hal ini bermaksud melakukan kerjasama
pelaksanaan kegiatan swakelola Tipe II sesuai Rencana Kerja K/L/PD.

Atas dasar pertimbangan yang diuraikan tersebut di atas, PARA PIHAK


selanjutnya menerangkan dengan ini telah sepakat dan setuju untuk
mengadakan nota kesepahaman yang saling menguntungkan dengan
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :

PASAL 1
Nota kesepahaman ini adalah sebagai langkah awal dalam rangka usaha
kerjasama yang saling menguntungkan dengan memanfaatkan potensi,
keahlian dan fasilitas yang dimiliki masing masing pihak dalam rangka ____

PASAL 2
Ruang lingkup pekerjaan yang disepakati dalam nota kesepahaman ini adalah
sebagai berikut :
1. ……………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………………..

PASAL 3
Untuk melaksanakan satuan pekerjaan pada pasal 2 di atas, PARA PIHAK
menindaklanjuti dengan Kontrak/Perjanjian Kerjasama yang dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) penanggung jawab anggaran dari pihak
- 35 -

pertama dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola Tipe II


167
Kementerian/Lembaga/Dinas lain dari pihak kedua, yang memuat hak dan
kewajiban, kedudukan, tugas serta peran dan fungsi dari PPK penanggung
jawab anggaran dan Ketua Tim Pelaksana Swakelola Tipe II
Kementerian/Lembaga/Dinas lain dari pihak kedua.

PASAL 4
Biaya yang timbul atas pelaksanaan Nota kesepahaman ini akan ditanggung
masing-masing oleh PARA PIHAK.

PASAL 5
1. Nota kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu ...... (.......)
bulan/tahun, terhitung mulai sejak Nota kesepahaman ini ditandatangani
dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu tertentu yang disepakati oleh
PARA PIHAK, sebelum atau setelah Nota kesepahaman ini berakhir.
2. Apabila ketentuan mengenai jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat
(1) diatas tidak segera ditindaklanjuti sebagaimana pelaksanaan
ketentuan Pasal 3 dalam Nota kesepahaman ini, maka dengan sendirinya
Nota kesepahaman saling menguntungkan ini batal dan/atau berakhir.

Demikian Nota kesepahaman ini dibuat rangkap dua, disepakati dan


ditandatangani oleh PARA PIHAK dalam keadaan sadar, sehat jasmani dan
rohani, tanpa ada tekanan, pengaruh, paksaan dari pihak manapun, dengan
bermaterai cukup, dan berlaku sejak ditanda-tangani.

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,

............................. .............................
- 36 -

B. BENTUK NOTA KESEPAHAMAN SWAKELOLA TIPE III


168

NOTA KESEPAHAMAN PENGADAAN MELALUI SWAKELOLA

ANTARA

Menteri/Kepala Lembaga/ Pimpinan Perangkat Daerah (Selaku penanggung


jawab anggaran)
dan
Pimpinan Organisasi Kemasyarakatan (Selaku Pelaksana Swakelola)

Pada hari ini ___, tanggal___ bertempat di ___, yang bertanda-tangan di


bawah ini :
1. Nama :
Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan :
Perangkat Daerah
SK Jabatan No/tanggal (selaku PA/KPA) :
NIP/NIK :
Alamat Kantor :
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. Nama :
Pimpinan Organisasi Kemasyarakatan :
SK (Penetapan Ormas) No/tanggal :
NIK :
Alamat Kantor :
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai


PARA PIHAK

PARA PIHAK tetap bertindak sebagaimana tersebut di atas dengan ini


menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
• PIHAK PERTAMA berdasarkan Rencana Kerja K/L/PD untuk tahun
anggaran ……… merencanakan kegiatan swakelola dengan pihak
kedua.
- 37 -

• PIHAK KEDUA adalah Organisasi Kemasyarakatan yang memiliki


169
kompetensi dalam ……….. dan sanggup untuk menerima,
melaksanakan pengadaan barang/jasa melalui swakelola.
• PIHAK PERTAMA berdasarkan kesanggupan PIHAK KEDUA
menetapkan PIHAK KEDUA sebagai Pelaksana Swakelola Tipe III.
• Bahwa PARA PIHAK dalam hal ini bermaksud melakukan kerjasama
pelaksanaan kegiatan swakelola Tipe III sesuai Rencana Kerja K/L/PD.

Atas dasar pertimbangan yang diuraikan tersebut di atas, PARA PIHAK


selanjutnya menerangkan dengan ini telah sepakat dan setuju untuk
mengadakan nota kesepahaman yang saling menguntungkan dengan
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :

PASAL 1
Nota kesepahaman ini adalah sebagai langkah awal dalam rangka usaha
kerjasama yang saling menguntungkan dengan memanfaatkan potensi,
keahlian dan fasilitas yang dimiliki masing masing pihak dalam rangka ___

PASAL 2
Ruang lingkup pekerjaan yang disepakati dalam Nota kesepahaman ini
adalah sebagai berikut :
1. ……………………………………………………………………………………………
2. ……………………………………………………………………………………………

PASAL 3
Untuk melaksanakan satuan pekerjaan pada pasal 2 di atas, PARA PIHAK
menindaklanjuti dengan Kontrak/Perjanjian Kerjasama yang dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) penanggung jawab anggaran dari pihak
pertama dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola Tipe III Organisasi
Kemasyarakatan dari pihak kedua, yang memuat hak dan kewajiban,
kedudukan, tugas serta peran dan fungsi dari PPK penanggung jawab
anggaran dan Ketua Tim Pelaksana Swakelola Tipe III Organisasi
Kemasyarakatan dari pihak kedua.
- 38 -

170
PASAL 4
Biaya yang timbul atas pelaksanaan nota kesepahaman ini akan ditanggung
masing-masing oleh PARA PIHAK.
PASAL 5
1. Nota kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu ...... (.......)
bulan/tahun, terhitung mulai sejak Nota kesepahaman ini
ditandatangani dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu tertentu
yang disepakati oleh PARA PIHAK, sebelum atau setelah Nota
kesepahaman ini berakhir.
2. Apabila ketentuan mengenai jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat
(1) diatas tidak segera ditindaklanjuti sebagaimana pelaksanaan
ketentuan Pasal 3 dalam Nota kesepahaman ini, maka dengan
sendirinya Nota kesepahaman saling menguntungkan ini batal
dan/atau berakhir.

Demikian Nota kesepahaman ini dibuat rangkap dua, disepakati dan


ditandatangani oleh PARA PIHAK dalam keadaan sadar, sehat jasmani dan
rohani, tanpa ada tekanan, pengaruh, paksaan dari pihak manapun, dengan
bermaterai cukup, dan berlaku sejak ditanda-tangani.

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,

............................. .............................
- 39 -

BENTUK NOTA KESEPAHAMAN SWAKELOLA TIPE IV


171

NOTA KESEPAHAMAN PENGADAAN MELALUI SWAKELOLA

ANTARA

Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan Perangkat Daerah (Selaku penanggung


jawab anggaran)
dan
Penanggung jawab Kelompok Masyarakat (Selaku Pelaksana Swakelola)

Pada hari ini ___, tanggal___ bertempat di ___, yang bertanda-tangan di bawah
ini :
1. Nama :
Menteri/Kepala Lembaga/Pimpinan :
Perangkat Daerah
SK Jabatan No/tanggal (selaku PA/KPA) :
NIP/NIK :
Alamat Kantor :
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. Nama :
Pimpinan Kelompok Masyarakat :
SK (Penetapan Pokmas) No/tanggal :
NIK :
Alamat Kantor :
selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai


PARA PIHAK

PARA PIHAK tetap bertindak sebagaimana tersebut di atas dengan ini


menerangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :
• PIHAK PERTAMA berdasarkan Rencana Kerja K/L/PD untuk tahun
anggaran ……… merencanakan kegiatan swakelola dengan pihak kedua.
• PIHAK KEDUA adalah Kelompok Masyarakat yang memiliki kompetensi
- 40 -

dalam ……….. dan sanggup untuk menerima, melaksanakan pengadaan


172
barang/jasa melalui swakelola.
• PIHAK PERTAMA berdasarkan kesanggupan PIHAK KEDUA menetapkan
PIHAK KEDUA sebagai Pelaksana Swakelola Tipe IV.
• Bahwa PARA PIHAK dalam hal ini bermaksud melakukan kerjasama
pelaksanaan kegiatan swakelola Tipe IV sesuai Rencana Kerja K/L/PD.

Atas dasar pertimbangan yang diuraikan tersebut di atas, PARA PIHAK


selanjutnya menerangkan dengan ini telah sepakat dan setuju untuk
mengadakan Nota kesepahaman yang saling menguntungkan dengan
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut :

PASAL 1
Nota kesepahaman ini adalah sebagai langkah awal dalam rangka usaha
kerjasama yang saling menguntungkan dengan memanfaatkan potensi,
keahlian dan fasilitas yang dimiliki masing masing pihak dalam rangka ___

PASAL 2
Ruang lingkup pekerjaan yang disepakati dalam Nota kesepahaman ini adalah
sebagai berikut :
1. ……………………………………………………………………………………………
2. ……………………………………………………………………………………………

PASAL 3
Untuk melaksanakan satuan pekerjaan pada pasal 2 di atas, PARA PIHAK
menindaklanjuti dengan membuat Kontrak/Perjanjian Kerjasama yang
dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) penanggung jawab anggaran
dari pihak pertama dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola Tipe IV Kelompok
Masyarakat dari pihak kedua, yang memuat hak dan kewajiban, kedudukan,
tugas serta peran dan fungsi dari PPK penanggung jawab anggaran dan Ketua
Tim Pelaksana Swakelola Tipe IV Kelompok Masyarakat dari pihak kedua.

PASAL 4
Biaya yang timbul atas pelaksanaan Nota kesepahaman ini akan ditanggung
masing-masing oleh PARA PIHAK.
- 41 -

PASAL 5
173
1. Nota kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu ...... (.......)
bulan/tahun, terhitung mulai sejak Nota kesepahaman ini ditandatangani
dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu tertentu yang disepakati oleh
PARA PIHAK, sebelum atau setelah Nota kesepahaman ini berakhir.
2. Apabila ketentuan mengenai jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat
(1) diatas tidak segera ditindaklanjuti sebagaimana pelaksanaan
ketentuan Pasal 3 dalam Nota kesepahaman ini, maka dengan sendirinya
Nota kesepahaman saling menguntungkan ini batal dan/atau berakhir.

Demikian Nota kesepahaman ini dibuat rangkap dua, disepakati dan


ditandatangani oleh PARA PIHAK dalam keadaan sadar, sehat jasmani dan
rohani, tanpa ada tekanan, pengaruh, paksaan dari pihak manapun, dengan
bermaterai cukup, dan berlaku sejak ditanda-tangani.

PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA,

............................. .............................

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH,

AGUS PRABOWO
- 42 -

LAMPIRAN IV
174
PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
NOMOR 8 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN SWAKELOLA

BENTUK KONTRAK SWAKELOLA

KONTRAK SWAKELOLA

untuk melaksanakan Swakelola


Pengadaan ___________ (nama Barang/Jasa)
__________
Nomor: __________

KONTRAK SWAKELOLA ini berikut semua lampirannya (selanjutnya disebut


“Kontrak”) dibuat dan ditandatangani di __________ pada hari __________
tanggal __ bulan __________ tahun ____________ [tanggal, bulan dan tahun diisi
dengan huruf] antara __________ [nama Pejabat Pembuat Komitmen], selaku
Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas nama __________
[nama satuan kerja Pejabat Pembuat Komitmen], yang berkedudukan di
__________ [alamat Pejabat Pembuat Komitmen], berdasarkan Surat Keputusan
_______________ [pejabat yang menandatangani SK penetapan sebagai PPK] No
_________________ [No. SK penetapan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen],
selanjutnya disebut “PPK” dan

1. untuk Swakelola Tipe II, maka:


__________ [nama ketua tim pelaksana], _ yang berkedudukan di __________
[alamat], berdasarkan kartu identitas No. __________ [NIK], berdasarkan Surat
Keputusan _______________ [pejabat yang menandatangani SK penetapan
sebagai ketua tim pelaksana] No _________________ [No. SK penetapan],
selanjutnya disebut ”Pelaksana Swakelola”
- 43 -

2. untuk Swakelola Tipe III, maka:


175
__________ [nama Pimpinan Ormas atau yang diberi kuasa], _ yang
berkedudukan di __________ [alamat], berdasarkan kartu identitas No.
__________ [NIK], berdasarkan Surat Keputusan _______________ [Pimpinan
Organisasi Kemasyarakatan yang menandatangani SK penetapan sebagai
ketua tim pelaksana] No _________________ [No. SK penetapan], selanjutnya
disebut ”Pelaksana Swakelola”
3. untuk Swakelola Tipe IV, maka:
__________ [nama Pimpinan Kelompok Masyarakat], _ yang berkedudukan di
__________ [alamat], berdasarkan kartu identitas No. __________ [NIK],
berdasarkan Surat Keputusan _______________ [penetapan sebagai Pimpinan
Kelompok Masyarakat] No _________________ [No. SK penetapan], selanjutnya
disebut ”Pelaksana Swakelola”

MENGINGAT BAHWA:

(a) PPK telah meminta Pelaksana Swakelola untuk menyediakan Barang


sebagaimana diterangkan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak yang
terlampir dalam Kontrak ini;
(b) Pelaksana Swakelola sebagaimana dinyatakan kepada PPK, memiliki
keahlian profesional, personil, dan sumber daya teknis, serta telah
menyetujui untuk menyediakan Barang sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan dalam Kontrak ini;
(c) PPK dan Pelaksana Swakelola menyatakan memiliki kewenangan untuk
menandatangani Kontrak ini, dan mengikat pihak yang diwakili;
(d) PPK dan Pelaksana Swakelola mengakui dan menyatakan bahwa
sehubungan dengan penandatanganan Kontrak ini masing-masing pihak:
1) telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi oleh
advokat;
2) menandatangani Kontrak ini setelah meneliti secara patut;
3) telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan Kontrak ini;
4) telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk memeriksa dan
mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam Kontrak ini beserta
semua fakta dan kondisi yang terkait.
- 44 -

176

MAKA OLEH KARENA ITU, PPK dan Pelaksana Swakelola dengan ini
bersepakat dan menyetujui hal-hal sebagai berikut:
1. “total harga Kontrak atau Nilai Kontrak termasuk biaya lain yang sah
adalah sebesar Rp_____________ (_______________ rupiah)”;

2. peristilahan dan ungkapan dalam Surat Perjanjian ini memiliki arti dan
makna yang sama seperti yang tercantum dalam lampiran Surat
Perjanjian ini;
3. dokumen-dokumen berikut merupakan satu-kesatuan dan bagian yang
tidak terpisahkan dari Kontrak ini:
a. adendum Surat Perjanjian (apabila ada);
b. pokok perjanjian;
c. proposal (apabila ada); atau
d. dokumen lain yang terkait.
4. Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama lain, dan
jika terjadi pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen dengan
ketentuan dalam dokumen yang lain maka yang berlaku adalah ketentuan
dalam dokumen yang lebih tinggi berdasarkan urutan hirarki pada angka
3 di atas;
5. Hak dan kewajiban timbal-balik PPK dan Pelaksana Swakelola dinyatakan
dalam Kontrak yang meliputi khususnya:
a. PPK mempunyai hak dan kewajiban untuk:
1) mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Pelaksana Swakelola;
2) meminta laporan-laporan mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh Pelaksana Swakelola;
3) memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh Pelaksana Swakelola untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan Kontrak;
4) membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum
dalam Kontrak yang telah ditetapkan kepada Pelaksana
Swakelola;
- 45 -

177

b. Pelaksana Swakelola mempunyai hak dan kewajiban untuk:


1) menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan harga yang telah ditentukan dalam Kontrak;
2) meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana
dari PPK untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai
ketentuan Kontrak;
3) melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PPK ;
4) melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam
Kontrak;
5) memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk
pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan PPK;
6) menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kontrak;
7) mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk
melindungi lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan
dan gangguan kepada masyarakat maupun miliknya akibat
kegiatan Pelaksana Swakelola.
6. “Pembayaran dilakukan berdasarkan _____________
(termin/bulanan/sekaligus, yang diatur sesuai dengan kesepakatan),
sebesar Rp_____________ dengan cara _____________ (transfer/tunai)”;
7. Kontrak ini mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang ditetapkan.
- 46 -

178

DENGAN DEMIKIAN, PPK dan Pelaksana Swakelola telah bersepakat untuk


menandatangani Kontrak ini pada tanggal tersebut di atas dan melaksanakan
Kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Republik
Indonesia.

Untuk dan atas nama __________ Untuk dan atas nama Pelaksana
PPK Swakelola
__________

[tanda tangan dan cap (jika salinan [tanda tangan dan cap (jika salinan
asli ini untuk Pelaksana Swakelola asli ini untuk satuan kerja PPK maka
maka rekatkan materai Rp 6.000,- )] rekatkan materai Rp 6.000,- )]

[nama lengkap] [nama lengkap]


[jabatan] [jabatan]

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH,

AGUS PRABOWO
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
179
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 9 TAHUN 2018 4 TAHUN 2017 TAHU
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PENYEDIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 91 ayat (1) huruf


e, huruf g sampai dengan o dan huruf v Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah perlu menetapkan Peraturan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang


Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 314);
2. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);

jdih.lkpp.go.id
-2-

3. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan


180
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1372);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI
PENYEDIA.

Pasal 1
Peraturan Lembaga ini menjadi pedoman bagi Pelaku
Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa untuk
melaksanakan proses Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Pasal 2
(1) Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia meliputi:
a. persiapan Pengadaan Barang/Jasa;
b. persiapan Pemilihan Penyedia;
c. pelaksanaan Pemilihan Penyedia melalui
Tender/Seleksi;
d. pelaksanaan Pemilihan Penyedia selain
Tender/Seleksi;
e. pelaksanaan Kontrak; dan
f. serah terima hasil pekerjaan.

jdih.lkpp.go.id
-3-

(2) Pelaksanaan Pemilihan Penyedia selain Tender/Seleksi


181
sebagaimana pada ayat (1) huruf d menggunakan
metode:
a. E-purchasing;
b. pembelian melalui Toko Daring;
c. Penunjukan Langsung;
d. Pengadaan Langsung; atau
e. Tender Cepat.

Pasal 3
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia
dilakukan melalui aplikasi Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung.

Pasal 4
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Lembaga ini.

Pasal 5
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Sistem Pengadaan
Secara Elektronik (SPSE) dan sistem pendukung
bagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diatur dalam:
a. syarat dan ketentuan penggunaan SPSE dan sistem
pendukung;
b. panduan penggunaan SPSE dan sistem pendukung;
dan
c. standar dokumen pemilihan.

jdih.lkpp.go.id
-4-

(2) Syarat dan ketentuan penggunaan SPSE dan sistem


182
pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
panduan penggunaan SPSE dan sistem pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dan
standar dokumen pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c ditetapkan lebih lanjut dengan
Keputusan Deputi atau setingkat.

Pasal 6
Peraturan Lembaga ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

jdih.lkpp.go.id
183

jdih.lkpp.go.id
LAMPIRAN
PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN
184
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
NOMOR 9 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN
PENGADAAN BARANG/JASA
MELALUI PENYEDIA

I. PENDAHULUAN
Pengadaan Barang/Jasa merupakan kegiatan yang dimulai dari
identifikasi kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
Pedoman pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia
meliputi kegiatan persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia,
persiapan pemilihan Penyedia, pelaksanaan pemilihan Penyedia,
pelaksanaan Kontrak dan serah terima hasil pekerjaan.
Sebelum pelaksanaan pengadaan, dilakukan Analisis dan Evaluasi
Kebutuhan, serta Perencanaan Pengadaan.
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia merupakan
kegiatan lanjutan atas perencanaan pengadaan yang telah
dilaksanakan oleh PA/KPA.

Gambar 1 Tahapan Pengadaan Barang/Jasa Melalui Penyedia

Dalam melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia,


PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh Tim Teknis,
Tim/Tenaga Ahli, atau Tim Pendukung. PPK dapat juga dibantu oleh
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
Tim Teknis dibentuk dari unsur Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah untuk membantu, memberikan masukan, dan melaksanakan
tugas tertentu terhadap sebagian atau seluruh tahapan Pengadaan
Barang/Jasa.
Tim/Tenaga Ahli dapat berbentuk tim atau perorangan dalam rangka
memberi masukan dan penjelasan/pendampingan/pengawasan
terhadap sebagian atau seluruh pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

jdih.lkpp.go.id
-2-

Tim Pendukung dapat dibentuk dalam rangka membantu untuk


urusan yang bersifat administrasi/keuangan kepada
185
PA/KPA/PPK/Pokja Pemilihan.
PPTK dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa ditunjuk sesuai
dengan peraturan perundang-perundangan.

1.1 Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa


Perencanaan pengadaan disusun oleh PPK dan ditetapkan oleh
PA/KPA yang meliputi identifikasi kebutuhan, penetapan barang/jasa,
cara, jadwal dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa. Pengadaan
Barang/Jasa dilaksanakan dengan cara swakelola dan/atau Penyedia.
Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa diatur dalam
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pedoman pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia
meliputi kegiatan persiapan Pengadaan Barang/Jasa, persiapan
pemilihan Penyedia, pelaksanaan pemilihan Penyedia, pelaksanaan
Kontrak dan serah terima hasil pekerjaan.

1.2 Persiapan Pengadaan


Persiapan Pengadaan dapat dilaksanakan setelah RKA-K/L disetujui
oleh DPR atau RKA Perangkat Daerah disetujui oleh DPRD. Untuk
Pengadaan Barang/Jasa yang kontraknya harus ditandatangani pada
awal tahun, persiapan pengadaan dan/atau pemilihan Penyedia dapat
dilaksanakan setelah penetapan Pagu Anggaran K/L atau persetujuan
RKA Perangkat Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Persiapan Pengadaan dilakukan oleh PPK meliputi:
a. Penetapan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK).
b. Penetapan HPS.
c. Penetapan rancangan kontrak; dan/atau
d. Penetapan uang muka, jaminan uang muka, jaminan pelaksanaan,
jaminan pemeliharaan, sertifikat garansi, dan/atau penyesuaian
harga.
Disamping itu PPK melakukan identifikasi apakah barang/jasa yang
akan diadakan termasuk dalam kategori barang/jasa yang akan
diadakan melalui pengadaan langsung, E-purchasing, atau termasuk
pengadaan khusus.
Yang termasuk pengadaan khusus, yaitu:
a. Pengadaan Barang/Jasa dalam rangka Penanganan Keadaan
Darurat;
b. Pengadaan Barang/Jasa di Luar Negeri;
c. Pengadaan Barang/Jasa yang masuk dalam Pengecualian;

jdih.lkpp.go.id
-3-

d. Penelitian; atau
e. Tender/Seleksi Internasional dan Dana Pinjaman Luar Negeri
186 atau
Hibah Luar Negeri.
Pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang termasuk dalam
pengadaan khusus diatur dengan peraturan tersendiri.

1.3 Persiapan Pemilihan


Persiapan pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
dilaksanakan setelah Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menerima
permintaan pemilihan Penyedia dari PPK yang dilampiri dokumen
persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia yang disampaikan
oleh PPK kepada Kepala UKPBJ/Pejabat Pengadaan.
Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia yang dilakukan
oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan meliputi:
a. Penetapan metode pemilihan Penyedia;
b. Penetapan metode Kualifikasi;
c. Penetapan metode evaluasi penawaran;
d. Penetapan metode penyampaian dokumen penawaran;
e. Penetapan jadwal pemilihan; dan
f. Penyusunan Dokumen Pemilihan.

1.4 Pelaksanaan Pemilihan


Pelaksanaan pemilihan Penyedia dilakukan oleh PPK dan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan sesuai metode pemilihan, dengan
ketentuan:
a. PPK melaksanakan E-purchasing dengan nilai pagu paling sedikit di
atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b. Pejabat Pengadaan melaksanakan:
1) E-purchasing dengan nilai pagu paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan
2) Pengadaan Langsung dan Penunjukan Langsung untuk
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
nilai HPS paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah); atau Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
c. Pokja Pemilihan melaksanakan Tender/Seleksi, Tender Cepat, dan
Penunjukan Langsung.
d. Pelaku pelaksanaan pengadaan khusus diatur lebih lanjut dalam
Peraturan LKPP terkait Pengadaan Khusus.

1.5 Pelaksanaan Kontrak


Pelaksanaan Kontrak dilaksanakan oleh para pihak sesuai ketentuan
yang termuat dalam Kontrak dan peraturan perundang-undangan.

jdih.lkpp.go.id
-4-

1.6 Serah Terima Hasil Pekerjaan 187


Serah terima hasil pekerjaaan dilaksanakan setelah pekerjaan selesai
100% (seratus persen) sesuai ketentuan yang termuat dalam Kontrak,
Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Penandatangan Kontrak untuk serah terima barang/jasa. Pejabat
Penandatangan Kontrak melakukan pemeriksaan terhadap
barang/jasa yang diserahkan. Pejabat Penandatangan Kontrak dan
Penyedia menandatangani Berita Acara Serah Terima.

jdih.lkpp.go.id
-5-

II. PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA 188


Persiapan pengadaan dilaksanakan oleh PPK berdasarkan RKA K/L
atau RKA Perangkat Daerah dan Dokumen Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa. Persiapan Pengadaan Barang/Jasa meliputi:
a. reviu dan penetapan spesifikasi teknis/KAK;
b. penetapan spesifikasi teknis/KAK;
c. penyusunan dan penetapan HPS; dan
d. penyusunan dan penetapan rancangan Kontrak.

Persiapan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia dapat dilakukan


menggunakan aplikasi (jika telah tersedia). Secara ringkas, persiapan
Pengadaan Barang/Jasa dijelaskan dalam bagan alur berikut:

Gambar 2 Bagan Alur Persiapan Pengadaan Barang/Jasa

2.1 Reviu dan Penetapan Spesifikasi Teknis/KAK


2.1.1 Tujuan
Tahapan reviu spesifikasi teknis/KAK bertujuan untuk memastikan
bahwa spesifikasi/KAK pada saat penyusunan anggaran belanja atau
perencanaan Pengadaan Barang/Jasa masih sesuai dengan kebutuhan
barang/jasa dan ketersedian anggaran belanja sesuai hasil
persetujuan.
Reviu tersebut meliputi: kuantitas, kualitas, waktu akan
digunakan/dimanfaatkan, dan ketersediaan di pasar.

2.1.2 Proses
PPK melakukan reviu spesifikasi teknis/KAK yang telah disusun pada
tahap perencanaan Pengadaan Barang/Jasa. Reviu dilakukan
berdasarkan data/informasi pasar terkini untuk mengetahui
ketersediaan, harga dan alternatif barang/jasa sejenis, ketersediaan
barang/jasa yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN),
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), dan memenuhi kriteria
produk berkelanjutan. Dalam hal barang/jasa yang dibutuhkan tidak
tersedia di pasar maka PPK mengusulkan alternatif spesifikasi
teknis/KAK untuk mendapatkan persetujuan PA/KPA.

jdih.lkpp.go.id
-6-

PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli yang bertugas membantu
PPK dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK.
189
2.1.3 Penetapan
PPK menetapkan spesifikasi teknis/KAK yang telah disetujui oleh
PA/KPA berdasarkan hasil reviu. Penetapan spesifikasi teknis/KAK
dicantumkan dalam Dokumen Spesifikasi Teknis/KAK.

2.2 Penyusunan dan Penetapan HPS


2.2.1 Tujuan
Penyusunan dan penetapan HPS bertujuan untuk menilai kewajaran
harga penawaran dan/atau kewajaran harga satuan, dasar untuk
menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah dalam pengadaan
barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dan dasar untuk
menetapkan besaran nilai jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang
nilainya lebih rendah 80% (delapan puluh persen) dari nilai HPS.
Penetapan HPS dikecualikan untuk :
a. Pengadaan Barang/Jasa dengan Pagu Anggaran paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);
b. E-purchasing; dan
c. Tender pekerjaan terintegrasi.

2.2.2 Proses
PPK menyusun HPS berdasarkan pada:
a. hasil perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang telah
disusun pada tahap perencanaan pengadaan;
b. Pagu Anggaran yang tercantum dalam DIPA/DPA atau untuk
proses pemilihan yang dilakukan sebelum penetapan DIPA/DPA
mengacu kepada Pagu Anggaran yang tercantum dalam RKA K/L
atau RKA Perangkat Daerah; dan
c. hasil reviu perkiraan biaya/Rencana Anggaran Biaya (RAB)
termasuk komponen keuntungan, biaya tidak langsung (overhead
cost), dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli yang bertugas


memberikan masukan dalam penyusunan HPS.
HPS dihitung secara keahlian dan menggunakan data/informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan. Data/informasi yang dapat digunakan
untuk menyusun HPS antara lain:
a. harga pasar setempat yaitu harga barang/jasa di lokasi
barang/jasa diproduksi/diserahkan/dilaksanakan, menjelang
dilaksanakannya pemilihan Penyedia;

jdih.lkpp.go.id
-7-

b. informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi


oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;
190
c. informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan secara resmi
oleh asosiasi. Yang dimaksud dengan asosiasi adalah asosiasi
profesi keahlian, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar
negeri. Informasi biaya/harga satuan yang dipublikasikan
termasuk pula sumber data dari situs web komunitas internasional
yang menayangkan informasi biaya/harga satuan profesi keahlian
di luar negeri yang berlaku secara internasional termasuk dimana
Pengadaan Barang/Jasa akan dilaksanakan;
d. daftar harga/biaya/tarif barang/jasa setelah dikurangi rabat/
potongan harga (apabila ada) yang dikeluarkan oleh
pabrikan/distributor/agen/pelaku usaha;
e. inflasi tahun sebelumnya, suku bunga pinjaman tahun berjalan
dan/atau kurs tengah Bank Indonesia valuta asing terhadap
Rupiah;
f. hasil perbandingan biaya/harga satuan barang/jasa sejenis dengan
Kontrak yang pernah atau sedang dilaksanakan;
g. perkiraan perhitungan biaya/harga satuan yang dilakukan oleh
konsultan perencana (engineer’s estimate);
h. informasi biaya/harga satuan barang/jasa di luar negeri untuk
tender/seleksi internasional; dan/atau
i. informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Total HPS merupakan hasil perhitungan HPS ditambah Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak
terduga, biaya lain-lain, dan Pajak Penghasilan (PPh). Nilai HPS
bersifat terbuka dan tidak bersifat rahasia. Sedangkan rincian harga
satuan bersifat rahasia, kecuali rincian harga satuan tersebut telah
tercantum dalam Dokumen Anggaran Belanja.
Perhitungan HPS untuk masing-masing jenis barang/jasa sebagai
berikut:
a. Barang
Perhitungan HPS untuk barang harus memperhitungkan komponen
biaya antara lain:
1) Harga barang;
2) Biaya pengiriman;
3) Keuntungan dan biaya overhead;
4) Biaya instalasi;
5) Suku cadang;
6) Biaya operasional dan pemeliharaan; atau
7) Biaya pelatihan.

jdih.lkpp.go.id
-8-

Perhitungan komponen biaya disesuaikan dengan survei yang


dilakukan.
191
b. Pekerjaan Konstruksi
Perhitungan HPS untuk Pekerjaan Konstruksi berdasarkan hasil
perhitungan biaya harga satuan yang dilakukan oleh konsultan
perencana (Engineer’s Estimate) berdasarkan rancangan rinci (Detail
Engineering Design) yang berupa Gambar dan Spesifikasi Teknis.
Perhitungan HPS telah memperhitungkan keuntungan dan biaya
overhead yang wajar untuk Pekerjaan Konstruksi sebesar 15% (lima
belas persen).
c. Jasa Konsultansi
Perhitungan HPS untuk Jasa Konsultansi dapat menggunakan:
1) Metode Perhitungan berbasis Biaya (cost-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan tarif
berbasis biaya terdiri dari :
a) Biaya langsung personel (Remuneration); dan
b) Biaya langsung non personel (Direct Reimbursable Cost).
Biaya Langsung Personel adalah biaya langsung yang diperlukan
untuk membayar remunerasi tenaga ahli berdasarkan Kontrak.
Biaya Langsung Personel telah memperhitungkan gaji dasar (basic
salary), beban biaya sosial (social charge), beban biaya umum
(overhead cost), dan keuntungan (profit/fee).
Biaya Langsung Personel dapat dihitung menurut jumlah satuan
waktu tertentu (bulan (SBOB), minggu (SBOM), hari (SBOH), atau
jam (SBOJ)), dengan konversi menurut satuan waktu sebagai
berikut:
Satuan Biaya Orang Minggu (SBOM) = SBOB/4,1
Satuan Biaya Orang Hari (SBOH) = (SBOB/22) x 1,1
Satuan Biaya Orang Jam (SBOJ) = (SBOH/8) x 1,3
Biaya Langsung Non Personel adalah biaya langsung yang
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan Kontrak yang dibuat
dengan mempertimbangkan dan berdasarkan harga pasar yang
wajar dan dapat dipertanggungjawabkan serta sesuai dengan
perkiraan kegiatan. Biaya Non Personel dapat dibayarkan secara
Lumsum, Harga Satuan dan/atau penggantian biaya sesuai yang
dikeluarkan (at cost).
Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan secara Lumsum
diantaranya pengumpulan data sekunder, seminar, workshop,
sosialisasi, pelatihan, diseminasi, lokakarya, survei, biaya tes
laboratorium, hak cipta dan lain-lain.

jdih.lkpp.go.id
-9-

Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan secara Harga Satuan


diantaranya sewa kendaraan, sewa kantor proyek, sewa peralatan
192
kantor, biaya operasional kantor proyek, biaya ATK, biaya
komputer dan pencetakan, biaya komunikasi dan tunjangan
harian.
Biaya Non Personel yang dapat dibayarkan melalui penggantian
biaya sesuai yang dikeluarkan (at cost) diantaranya dokumen
perjalanan, tiket transportasi, biaya perjalanan, biaya kebutuhan
proyek dan biaya instalasi telepon/internet/situs web.
Biaya Langsung Non Personel pada prinsipnya tidak melebihi 40%
(empat puluh persen) dari total biaya, kecuali untuk jenis
pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus, seperti: pekerjaan
penilaian aset, survei untuk memetakan cadangan minyak bumi,
pemetaan udara, survei lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah
dan lain-lain.
2) Metode Perhitungan Berbasis Pasar (market-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan berbasis
pasar dilakukan dengan membandingkan biaya untuk
menghasilkan keluaran pekerjaan/output dengan tarif/harga yang
berlaku di pasar.
Contoh : jasa konsultansi desain halaman situs web.
3) Metode Perhitungan Berbasis Keahlian (value-based rates)
Perhitungan HPS yang menggunakan metode perhitungan berbasis
keahlian dilakukan dengan menilai tarif berdasarkan ruang lingkup
keahlian/reputasi/hak eksklusif yang disediakan/dimiliki jasa
konsultan tersebut.
Contoh : jasa konsultansi penilai integritas dengan menggunakan
sistem informasi yang telah memiliki hak paten.
d. Jasa Lainnya
Perhitungan HPS untuk Jasa Lainnya harus memperhitungkan
komponen biaya sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan antara lain:
1) Upah Tenaga Kerja;
2) Penggunaan Bahan/Material/Peralatan;
3) Keuntungan dan biaya overhead;
4) Transportasi; dan
5) Biaya lain berdasarkan jenis jasa lainnya.
PPK mendokumentasikan data riwayat dan informasi pendukung
dalam rangka penyusunan HPS.
Dalam penyusunan HPS dapat merujuk kepada buku informasi Unit
Kompetensi 06: Menyusun Harga Perkiraan dari modul pelatihan

jdih.lkpp.go.id
- 10 -

berbasis kompetensi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah berdasarkan


SKKNI 2016.
193

2.2.3 Penetapan

PPK menetapkan HPS dengan menandatangani pada lembar


persetujuan/penetapan. HPS yang sah adalah yang telah
ditandatangani oleh PPK. Nilai HPS paling tinggi sama dengan nilai
Pagu Anggaran.

Penetapan HPS paling lama 28 (dua puluh delapan) hari kerja sebelum
batas akhir:
a. penyampaian penawaran untuk pemilihan dengan pascakualifikasi;
atau
b. penyampaian dokumen kualifikasi untuk pemilihan dengan
prakualifikasi.

2.3 Penyusunan dan Penetapan Rancangan Kontrak

2.3.1 Tujuan

Penyusunan rancangan kontrak bertujuan sebagai pedoman bagi Pokja


Pemilihan dalam proses pemilihan dan pedoman bagi Penyedia dalam
menyusun penawaran.

2.3.2 Proses

PPK menyusun rancangan kontrak yang antara lain memuat: Jenis


Kontrak, Bentuk Kontrak, Naskah Perjanjian, Uang Muka, Jaminan
Pengadaan, Sertifikat Garansi, Sertifikat/Dokumen dalam rangka
Pengadaan Barang Impor, Penyesuaian Harga, Syarat-Syarat Umum
Kontrak (SSUK), serta Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK).

2.3.2.1 Jenis Kontrak


PPK memilih jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dengan
mempertimbangkan antara lain; jenis barang/jasa, spesifikasi
teknis/KAK, volume, lama waktu pekerjaan, dan/atau kesulitan dan
risiko pekerjaan.
a. Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya
Jenis Kontrak untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya terdiri dari :
1) Lumsum
Kontrak Lumsum digunakan dalam hal ruang lingkup, waktu
pelaksanaan, dan produk/keluaran dapat didefinisikan dengan
jelas. Kontrak Lumsum digunakan misalnya:

jdih.lkpp.go.id
- 11 -

• pelaksanaan pekerjaan kontruksi sederhana;

• Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi (design and build); 194

• pengadaan peralatan kantor;

• pengadaan benih;

• pengadaan jasa boga;

• sewa gedung; atau

• pembuatan video grafis.


Pembayaran dalam Kontrak Lumsum dengan harga pasti dan tetap,
senilai dengan harga yang dicantumkan dalam Kontrak.
Pembayaran dapat dilakukan sekaligus berdasarkan
hasil/keluaran atau pembayaran secara bertahap pekerjaan
berdasarkan tahapan atau bagian keluaran yang dilaksanakan.
2) Harga Satuan
Kontrak Harga Satuan digunakan dalam hal ruang lingkup,
kuantitas/volume tidak dapat ditetapkan secara tepat yang
disebabkan oleh sifat/karakteristik, kesulitan dan resiko pekerjaan.
Dalam Kontrak Harga Satuan pembayaran dilakukan berdasarkan
harga satuan yang tetap untuk masing-masing volume pekerjaan
dan total pembayaran (final price) tergantung kepada total
kuantitas/volume dari hasil pekerjaan. Pembayaran dilakukan
berdasarkan pengukuran hasil pekerjaan yang dituangkan dalam
sertifikat hasil pengukuran (contoh monthly certificate). Kontrak
Harga Satuan digunakan misalnya untuk kegiatan pembangunan
gedung atau infrastruktur, pengadaan jasa boga pasien di rumah
sakit.
3) Gabungan Lumsum dan Harga Satuan
Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan digunakan dalam
hal terdapat bagian pekerjaan yang dapat dikontrakkan
menggunakan Kontrak Lumsum dan terdapat bagian pekerjaan
yang dikontrakkan menggunakan Kontrak Harga Satuan. Kontrak
Gabungan Lumsum dan Harga Satuan digunakan misalnya untuk
Pekerjaan Konstruksi yang terdiri dari pekerjaan pondasi tiang
pancang dan bangunan atas.
4) Terima Jadi (Turnkey)
Kontrak Terima Jadi digunakan dalam hal Kontrak Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
a) jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai
dilaksanakan; dan
b) pembayaran dapat dilakukan berdasarkan termin sesuai
kesepakatan dalam Kontrak.

jdih.lkpp.go.id
- 12 -

Penyelesaian pekerjaan sampai dengan siap


dioperasionalkan/difungsikan sesuai kinerja yang telah ditetapkan.
195
Kontrak Terima Jadi biasa digunakan dalam Pekerjaan Konstruksi
terintegrasi, misalnya Engineering Procurement Construction (EPC)
pembangunan pembangkit tenaga listrik, pabrik, dan lain-lain.
5) Kontrak Payung.
Kontrak Payung digunakan dalam hal pekerjaan yang akan
dilaksanakan secara berulang dengan spesifikasi yang pasti namun
volume dan waktu pesanan belum dapat ditentukan. Kontrak
Payung digunakan misalnya pengadaan obat tertentu pada rumah
sakit, jasa boga, jasa layanan perjalanan (travel agent), atau
pengadaan material.
b. Jenis Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi

Jenis Kontrak untuk Pengadaan Jasa Konsultansi terdiri dari :


1) Lumsum
Kontrak Lumsum digunakan dalam hal ruang lingkup, waktu
pelaksanaan pekerjaan, dan produk/keluaran dapat didefinisikan
dengan jelas.
Kontrak Lumsum pada Pengadaan Jasa Konsultansi digunakan
misalnya konsultan manajemen, studi kelayakan, desain,
penelitian/studi, kajian/telaahan, pedoman/petunjuk, evaluasi,
produk hukum, sertifikasi, studi pendahuluan,
penilaian/appraisal. Pekerjaan Pra Studi Kelayakan, Pekerjaan
Studi Kelayakan termasuk konsep desain, Pekerjaan Detail
Engineering Design (DED), manajemen proyek, layanan pengujian
dan analisis teknis seperti investigasi kondisi struktur, investigasi
kehancuran struktur, investigasi kegagalan struktur, testing
struktur/bagian struktur, ahli litigasi/arbitrase layanan
penyelesaian sengketa.
Dalam Kontrak Lumsum pembayaran dengan jumlah harga pasti
dan tetap, senilai dengan harga yang dicantumkan dalam Kontrak
tanpa memperhatikan rincian biaya. Pembayaran berdasarkan
produk/keluaran seperti laporan kajian, gambar desain atau
berdasarkan hasil/tahapan pekerjaan yang dilaksanakan.
2) Waktu Penugasan
Kontrak Waktu Penugasan merupakan Kontrak Jasa Konsultansi
untuk pekerjaan yang ruang lingkupnya belum bisa didefinisikan
dengan rinci dan/atau waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan belum bisa dipastikan.
Kontrak Waktu Penugasan dapat digunakan apabila:
a) Ruang lingkup dan waktu pelaksanaan pekerjaan belum dapat
ditetapkan;
b) Ruang lingkup belum dapat didefinisikan dengan jelas dan

jdih.lkpp.go.id
- 13 -

mungkin berubah secara substansial;


c) Nilai akhir kontrak tergantung dengan lama waktu penugasan;
196
d) Pekerjaan yang ruang lingkupnya kecil dan/atau jangka
waktunya pendek dimana kompensasi cenderung berbasis
harga per jam, per hari, per minggu atau per bulan; atau
e) Pekerjaan yang tidak umum/spesialis yang membutuhkan
keahlian khusus.
Dalam Kontrak Waktu Penugasan pembayaran terdiri atas biaya
personel dan biaya non personel. Biaya personel dibayarkan
berdasarkan remunerasi yang pasti dan tetap sesuai yang
tercantum dalam Kontrak untuk setiap satuan waktu penugasan.
Biaya non personel dapat dibayarkan secara lumsum, harga
satuan, dan/atau penggantian biaya sesuai dengan yang
dikeluarkan (at cost). Nilai akhir kontrak yang akan dibayarkan,
tergantung lama/durasi waktu penugasan. Pembayaran dapat
dilakukan berdasarkan periode waktu yang ditetapkan dalam
Kontrak.
Kontrak Waktu Penugasan digunakan misalnya untuk pra studi
kelayakan, pekerjaan studi kelayakan termasuk konsep desain,
pekerjaan Detail Engineering Design (DED), manajemen kontrak,
manajemen proyek, layanan pengujian dan analisis teknis seperti
investigasi kondisi struktur, investigasi kehancuran struktur,
investigasi kegagalan struktur, testing struktur/bagian struktur,
ahli litigasi/arbitrase layanan penyelesaian sengketa khususnya
untuk proyek bernilai besar, pengawasan, penasihat,
pendampingan, pengembangan sistem/aplikasi yang kompleks,
monitoring, atau survei/pemetaan yang membutuhkan telaahan
mendalam.
3) Kontrak Payung
Kontrak Payung pada Jasa Konsultansi digunakan untuk mengikat
Penyedia Jasa Konsultansi dalam periode waktu tertentu untuk
menyediakan jasa, dimana waktunya belum dapat ditentukan.
Penyedia Jasa Konsultansi yang diikat dengan Kontrak Payung
adalah Penyedia Jasa Konsultansi yang telah memenuhi/lulus
persyaratan yang ditetapkan. Kontrak Payung digunakan misalnya
untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dalam rangka penasihatan
hukum, penyiapan proyek strategis nasional, dan penyiapan
proyek dalam rangka kerjasama pemerintah dan badan usaha.
c. Kontrak Tahun Jamak

Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa


yang membebani lebih dari satu tahun anggaran dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang sesuai peraturan
perundang-undangan.
Kontrak Tahun Jamak dapat berupa:

jdih.lkpp.go.id
- 14 -

1) Untuk pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas)


bulan, seperti proyek pembangunan infrastruktur, jalan, jembatan,
197
dam, waduk, gedung, kapal, pesawat terbang, pengembangan
aplikasi IT, atau pembangunan/rehabilitasi kebun;
2) Untuk pekerjaan yang penyelesaiannya tidak lebih dari 12 (dua
belas) bulan tetapi pelaksanaannya melewati lebih dari 1 (satu)
tahun anggaran, seperti: pengadaan barang/jasa yang
pelaksanaannya bergantung pada musim contoh penanaman
benih/bibit, penghijauan, atau pengadaan barang/jasa yang
layanannya tidak boleh terputus, contoh penyediaan makanan dan
obat di rumah sakit, penyediaan makanan untuk panti
asuhan/panti jompo, penyediaan makanan untuk narapidana di
Lembaga Pemasyarakatan, penyediaan pakan hewan di kebun
binatang; atau
3) Untuk pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila
dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran dan maksimum 3 (tiga) tahun anggaran, seperti jasa
layanan yang tidak boleh terhenti misalnya pelayanan angkutan
perintis darat/laut/udara, layanan pembuangan sampah, sewa
kantor, jasa internet/jasa komunikasi, atau pengadaan jasa
pengelolaan gedung.

2.3.2.2 Bentuk Kontrak


PPK menetapkan bentuk Kontrak dengan memperhatikan nilai
kontrak, jenis barang/jasa, metode pemilihan Penyedia dan/atau
resiko pekerjaan sesuai ketentuan peraturan perundangan.
Bentuk Kontrak terdiri atas :
a. Bukti Pembelian/pembayaran
Bukti pembelian/pembayaran merupakan dokumen yang
digunakan sebagai pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh
PPK untuk Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai
paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Contoh
bukti pembelian/pembayaran antara lain faktur/bon/invois,
setruk, dan nota kontan.
b. Kuitansi
Kuitansi merupakan dokumen yang dijadikan sebagai tanda bukti
transaksi pembayaran yang ditandatangani oleh penerima
uang/Penyedia dengan berbagai ketentuan pembayaran untuk
Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
c. Surat Perintah Kerja (SPK)
Surat Perintah Kerja merupakan perjanjian sederhana secara
tertulis antara kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang

jdih.lkpp.go.id
- 15 -

memiliki akibat hukum untuk memperoleh hak dan melaksanakan


kewajiban. Surat Perintah Kerja digunakan untuk :
198
1) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
2) Pengadaan Barang atau Jasa Lainnya dengan nilai paling
sedikit di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah); dan
3) Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
d. Surat Perjanjian
Surat Perjanjian merupakan pernyataan secara tertulis antara
kedua belah pihak tentang suatu perbuatan yang memiliki akibat
hukum untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban.
Surat Perjanjian digunakan untuk:
1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya nilai
paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
dan
2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
e. Surat Pesanan
Surat Pesanan merupakan bentuk perjanjian dalam pelaksanaan
pengadaan melalui E-purchasing atau pembelian melalui toko
daring.
Untuk pengadaan barang/jasa tertentu yang membutuhkan
pengaturan Kontrak yang lebih rinci atau
diperlukan/dipersyaratkan secara administratif dalam proses
pembayaran maka Surat Pesanan dapat ditindaklanjuti dengan
Surat Perintah Kerja atau Surat Perjanjian.

2.3.2.3 Naskah Perjanjian


Naskah Perjanjian terdiri dari :
a. Pembukaan
1) Judul Kontrak
Menjelaskan jenis barang/jasa dan judul Kontrak yang akan
ditandatangani.
2) Nomor Kontrak
Menjelaskan nomor Kontrak yang akan ditandatangani. Apabila
Kontrak merupakan perubahan Kontrak maka nomor Kontrak

jdih.lkpp.go.id
- 16 -

harus berurut sesuai dengan berapa kali mengalami


perubahan.
199
3) Tanggal Kontrak
Menjelaskan hari, tanggal, bulan dan tahun Kontrak
ditandatangani oleh para pihak. Tanggal Kontrak tidak boleh
mendahului tanggal Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ).
4) Kalimat Pembuka
Merupakan kalimat dalam Kontrak yang menjelaskan bahwa
para pihak pada hari, tanggal, bulan dan tahun membuat dan
menandatangani Kontrak.
5) Para Pihak dalam Kontrak
a) Menjelaskan secara rinci dan menerangkan hal yang
sebenarnya identitas para pihak yang meliputi nama,
jabatan dan alamat serta kedudukan para pihak dalam
Kontrak tersebut, apakah sebagai pihak pertama atau pihak
kedua.
b) Para pihak dalam Kontrak terdiri dari dua pihak yaitu:
(1) pihak pertama adalah pihak Pejabat Penandatangan
Kontrak (PA/KPA/PPK);
(2) pihak kedua adalah pihak Penyedia yang telah ditunjuk
untuk melaksanakan pekerjaan;
(3) menjelaskan pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan
atas nama siapa dan dasar kewenangannya; dan
(4) apabila pihak kedua dalam Kontrak merupakan suatu
konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk
kerjasama lain maka harus dijelaskan nama bentuk
kerjasamanya, siapa saja anggotanya dan siapa yang
memimpin dan mewakili kerja sama tersebut.
6) Latar Belakang
Bagian ini menjelaskan informasi bahwa telah dilaksanakan
pemilihan Penyedia dan Pejabat Penandatangan Kontrak telah
menunjuk Penyedia melalui SPPBJ.
b. Isi, berisi penyataan bahwa:
1) para pihak telah sepakat atau setuju mengadakan Kontrak
sesuai dengan obyek yang di Kontrak.
2) para pihak telah menyepakati besarnya harga Kontrak dalam
Kontrak, yang ditulis dengan angka dan huruf, serta rincian
sumber pembiayaannya.
3) Kontrak yang dibuat ini meliputi beberapa dokumen dan
merupakan satu kesatuan yang disebut Kontrak.

jdih.lkpp.go.id
- 17 -

4) apabila terjadi pertentangan antara ketentuan yang ada dalam


dokumen Kontrak maka yang urutannya lebih dulu sesuai
200
dengan hierarkinya.
5) persetujuan para pihak untuk melaksanakan kewajiban
masing-masing, yaitu pihak pertama membayar harga yang
tercantum dalam Kontrak dan pihak kedua melaksanakan
pekerjaan yang diperjanjikan dalam Kontrak.
6) jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, yaitu kapan dimulai dan
diakhirinya pekerjaan tersebut.
7) kapan mulai efektif berlakunya Kontrak; dan
8) ungkapan-ungkapan dalam perjanjian harus mempunyai arti
dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam Kontrak.
c. Penutup
1) Pernyataan bahwa para pihak telah menyetujui untuk
melaksanakan perjanjian sesuai peraturan perundang-
undangan; dan
2) Tanda tangan para pihak dalam Kontrak dengan dibubuhi
materai.

2.3.2.4 Uang Muka


PPK dapat memberikan uang muka kepada Penyedia pada seluruh
jenis barang/jasa. Uang muka dapat diberikan untuk persiapan
pelaksanaan pekerjaan, antara lain:
a. mobilisasi barang/bahan/material/peralatan dan tenaga kerja;
b. pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok
barang/bahan/material/peralatan; dan/atau
c. pekerjaan teknis yang diperlukan untuk persiapan pelaksanaan
pekerjaan.
PPK menetapkan besaran persentase uang muka yang akan diberikan
kepada Penyedia dan dicantumkan pada rancangan Kontrak yang
terdapat dalam Dokumen Pemilihan. Besaran persentase sebagaimana
yang dimaksud berdasarkan Pasal 29 Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Setiap
pemberian uang muka harus disertai dengan penyerahan jaminan
uang muka senilai uang muka yang diberikan. Ketentuan mengenai
jaminan uang muka diatur lebih lanjut dalam 2.3.2.5 tentang Jaminan
Pengadaan. Pengembalian uang muka harus diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran
prestasi pekerjaan dan paling lambat harus lunas pada saat pekerjaan
mencapai prestasi 100% (seratus persen).

jdih.lkpp.go.id
- 18 -

2.3.2.5 Jaminan Pengadaan

Jaminan Pengadaan Barang/Jasa berfungsi untuk pengendalian 201 dan


mitigasi resiko atas kemungkinan kegagalan atau terhambatnya proses
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, baik pada tahap pemilihan
Penyedia dan pelaksanakan Kontrak. Jaminan Pengadaan diterbitkan
dan akan dibayar oleh pihak penjamin apabila peserta Tender atau
Penyedia tidak memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan dalam
Dokumen Pemilihan atau dokumen Kontrak. Jaminan Pengadaan
Barang/Jasa dapat berupa bank garansi atau surety bond. Bank
garansi diterbitkan oleh bank umum. Surety bond diterbitkan oleh
Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi/lembaga keuangan
khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan, penjaminan,
dan asuransi untuk mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lembaga
pembiayaan ekspor Indonesia.

Jaminan Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari:


a. Jaminan Penawaran;
b. Jaminan Sanggah Banding;
c. Jaminan Pelaksanaan;
d. Jaminan Uang Muka; dan
e. Jaminan Pemeliharaan.
Jaminan Pengadaan Barang/Jasa bersifat:
a. tidak bersyarat, paling sedikit memenuhi kriteria:
1) dalam penyelesaian klaim tidak perlu dibuktikan terlebih
dahulu kerugian yang diderita oleh Penerima Jaminan (Obligee),
namun cukup dengan surat pernyataan dari Pejabat
Penandatangan Kontrak bahwa telah terjadi pemutusan
kontrak dari Pejabat Penandatangan Kontrak dan/atau
Penyedia wanprestasi;
2) dalam hal terdapat sengketa antara Penyedia dengan penjamin
atau dengan Pejabat Penandatangan Kontrak, persengketaan
tersebut tidak menunda pembayaran klaim;
3) dalam hal penjamin mengasuransikan kembali jaminan yang
dikeluarkan kepada bank, perusahaan asuransi, atau
perusahaan penjaminan lain (re-insurance/contra guarantee),
pelaksanaan pencairan surat jaminan tidak menunggu proses
pencairan dari Bank, Perusahaan Asuransi, atau Perusahaan
Penjaminan lain tersebut;
4) Penjamin tidak akan menunda kewajiban pembayaran klaim
jaminan dengan alasan apapun termasuk alasan sedang
dilakukan upaya oleh penjamin agar pihak Terjamin (Principal)
dapat memenuhi kewajibannya dan/atau pembayaran
premi/imbal jasa belum dipenuhi oleh Terjamin (Principal);
5) dalam hal terdapat keberatan dari Penyedia, keberatan tersebut
tidak menunda proses pencairan dan pembayaran klaim; dan

jdih.lkpp.go.id
- 19 -

6) dalam surat jaminan tidak terdapat klausula yang berisi bahwa


penjamin tidak menjamin kerugian yang disebabkan oleh
202
praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, yang dilakukan oleh
Terjamin (Principal) maupun oleh Penerima Jaminan (Obligee).
b. mudah dicairkan, paling sedikit memenuhi kriteria:
1) jaminan dapat segera dicairkan setelah Penjamin menerima
surat permintaan pencairan/klaim dan pernyataan wanprestasi
pemutusan kontrak dari Pejabat Penandatangan Kontrak;
2) dalam pembayaran klaim, Penjamin tidak akan menuntut
supaya benda-benda pihak Terjamin (Principal) terlebih dahulu
disita dan dijual guna melunasi hutangnya; dan
3) Penjamin melakukan pembayaran ganti rugi kepada Penerima
Jaminan (Obligee) akibat ketidakmampuan atau kegagalan atau
tidak terpenuhinya kewajiban Terjamin (Principal) sesuai
dengan perjanjian pokok.
c. harus dicairkan oleh penerbit jaminan paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja setelah surat perintah pencairan dari Pokja
Pemilihan/Pejabat Penandatangan Kontrak/Pihak yang diberi
kuasa oleh Pokja Pemilihan/Pejabat Penandatangan Kontrak
diterima.
Jaminan diserahkan oleh peserta Tender kepada Pokja Pemilihan atau
Penyedia kepada Pejabat Penandatangan Kontrak, dan disimpan
sampai masa berlaku jaminan berakhir atau apabila akan
dikembalikan kepada peserta Tender atau Penyedia. Jaminan yang
dicairkan akan disetorkan ke kas negara oleh pejabat yang berwenang.
Khusus untuk jaminan pemeliharaan, jaminan yang dicairkan dapat
digunakan oleh Pejabat Penandatangan Kontrak untuk melaksanakan
perbaikan dalam masa pemeliharaan. Nilai pencairan jaminan paling
tinggi sebesar nilai jaminan.
Jaminan Pengadaan dikembalikan oleh Pokja Pemilihan atau Pejabat
Penandatangan Kontrak setelah masa berlaku jaminan habis/selesai
atau tidak diperlukan lagi dalam proses Pengadaan Barang/Jasa.

2.3.2.6 Sertifikat Garansi


Dalam Pengadaan Barang, untuk menjamin kelaikan penggunaan
barang maka Penyedia menyerahkan Sertifikat Garansi/Kartu
Jaminan/Garansi Purna Jual yang menyatakan adanya jaminan
ketersediaan suku cadang serta fasilitas dan pelayanan purna jual.
Sertifikat Garansi memberikan jaminan bahwa barang yang dipasok
adalah asli, barang/produk baru (hasil produksi tahun terakhir),
belum pernah dipakai dan bukan barang/produk yang
diperbaharui/rekondisi. Spesifikasi teknis dan deskripsi barang yang
diserahkan sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak. Sertifikasi
garansi merupakan perlindungan terhadap barang sesuai dengan
Jaminan/Garansi original equipment manufacturer (OEM). Sertifikat

jdih.lkpp.go.id
- 20 -

Garansi berlaku sejak tanggal barang diterima oleh PPK dari Penyedia
sesuai waktu yang diperjanjikan dalam Kontrak, terlepas dari jarak
203
dan waktu yang ditempuh untuk pengiriman. Selama masa garansi
berlaku, dalam hal barang yang diterima cacat/tidak berfungsi dengan
baik, Pengguna Barang melalui Bendahara Barang segera
menyampaikan secara tertulis kepada Penyedia dan Penyedia wajib
merespon untuk memperbaiki/mengganti barang yang dimaksud.

2.3.2.7 Sertifikat/Dokumen dalam rangka Pengadaan Barang Impor

Pengadaan barang impor adalah barang yang diimpor untuk


kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa. Pengadaan barang impor harus
mencantumkan persyaratan kelengkapan dokumen barang:
a. Supporting Letter/Letter of Intent/Letter of Agreement dari
pabrikan/prinsipal di negara asal;
b. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin); dan
c. Sertifikat Produksi.
Persyaratan Supporting Letter/Letter of Intent/Letter of Agreement dari
pabrikan/prinsipal di negara asal dicantumkan dalam dokumen
pemilihan dengan diserahkan oleh peserta tender/seleksi kepada Pokja
Pemilihan bersamaan dengan penyampaian dokumen penawaran.

Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) dan Sertifikat Produksi


diserahkan oleh Penyedia kepada PPK pada saat serah terima
pekerjaan. Persyaratan Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) dan
Sertifikat Produksi dicantumkan dalam rancangan kontrak.

2.3.2.8 Penyesuaian Harga

PPK menyusun penyesuaian harga dalam rancangan Kontrak.


Penyesuaian harga diberlakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk Kontrak Tahun Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan
untuk Pekerjaan Konstruksi atau Jasa Lainnya, dan jenis Kontrak
berdasarkan Waktu Penugasan untuk Jasa Konsultansi;
b. Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan
dengan jelas, sebagai berikut:
1) penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak
yang masa pelaksanaannya lebih dari 18 (delapan belas) bulan;
2) penyesuaian harga diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas)
sejak pelaksanaan pekerjaan;
3) penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata
pembayaran, kecuali komponen keuntungan, biaya tidak
langsung (overhead cost), dan harga satuan timpang
sebagaimana tercantum dalam penawaran. Harga satuan
timpang adalah harga satuan penawaran yang melebihi 110%

jdih.lkpp.go.id
- 21 -

(seratus sepuluh persen) dari harga satuan HPS, dan


dinyatakan harga satuan timpang berdasarkan hasil klarifikasi;
204
4) penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal
pelaksanaan yang tercantum dalam Kontrak/adendum kontrak;
5) penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan yang
berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian
harga dari negara asal barang tersebut;
6) jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat
adanya adendum Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga
mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum Kontrak tersebut
ditandatangani;
7) indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan Kontrak
terlambat disebabkan oleh kesalahan Penyedia adalah indeks
terendah antara jadwal Kontrak dan realisasi pekerjaan;
8) Perhitungan penyesuaian harga satuan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Hn = Harga Satuan pada saat pekerjaan


dilaksanakan;
Ho = Harga Satuan pada saat harga penawaran;
a = Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan
dan overhead, dalam hal penawaran tidak
mencantumkan besaran. komponen
keuntungan dan overhead maka a = 0,15
b, c, d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga
kerja, bahan, alat kerja, dsb;
Penjumlahan a+b+c+d+....dst adalah 1,00.
Bn, Cn, Dn = Indeks harga komponen pada bulan saat
pekerjaan dilaksanakan.
Bo, Co, Do = Indeks harga komponen pada bulan
penyampaian penawaran
Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan Badan
Pusat Statistik. Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam
penerbitan Badan Pusat Statistik, digunakan indeks harga yang
dikeluarkan oleh instansi teknis; dan
9) Rumusan penyesuaian nilai kontrak ditetapkan sebagai berikut:

Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian harga


satuan;

jdih.lkpp.go.id
- 22 -

Hn = Harga satuan baru setiap jenis komponen


pekerjaan setelah dilakukan penyesuaian harga
205
menggunakan rumusan penyesuaian harga satuan;
V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang
dilaksanakan.

2.3.2.9 Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK)

Syarat-syarat Umum Kontrak adalah ketentuan umum dalam


pelaksanaan Kontrak. Ketentuan umum ini berlaku untuk seluruh
jenis kontrak masing-masing jenis Pengadaan Barang/Jasa yang
mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak. Pengisian SSUK
dilakukan bersamaan dengan penyusunan rancangan kontrak.
Dalam hal SSUK untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
Konstruksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Menteri yang membidangi Jasa Konstruksi.

2.3.2.10 Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK)

Syarat-syarat Khusus Kontrak adalah ketentuan khusus dalam


pelaksanaan Kontrak. SSKK menjelaskan lebih rinci ketentuan yang
tertuang di dalam SSUK yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa
yang diadakan. Dalam menyusun SSKK mencantumkan nomor
klausul yang diperinci pada SSUK. Pengisian SSKK dilakukan
bersamaan dengan penyusunan rancangan kontrak.

Dalam hal SSKK untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi


Konstruksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan oleh oleh Menteri yang membidangi Jasa Konstruksi.

2.3.3 Penetapan Rancangan Kontrak

PPK menetapkan rancangan kontrak dengan memperhatikan


Spesifikasi Teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Harga Perkiraan
Sendiri (HPS) yang telah ditetapkan sebelumnya.

Penetapan rancangan kontrak oleh PPK melalui


persetujuan/penetapan pada lembar ringkasan rancangan kontrak.

Spesifikasi Teknis/KAK, HPS, dan rancangan kontrak yang telah


ditetapkan menjadi dokumen persiapan pengadaan melalui Penyedia
kemudian disampaikan kepada UKPBJ atau Pejabat Pengadaan sesuai
dengan kewenangannya.

jdih.lkpp.go.id
- 23 -

III. PERSIAPAN PEMILIHAN PENYEDIA 206

Bagian Persiapan Pemilihan Penyedia ini menjelaskan persiapan


pemilihan Penyedia yang dilaksanakan oleh Pokja Pemilihan. Adapun
terkait dengan persiapan pemilihan Penyedia yang dilaksanakan oleh
Pejabat Pengadaan/PPK selanjutnya akan dijelaskan dalam Bagian V
(Pelaksanaan Pemilihan Penyedia selain Tender/Seleksi).
Secara ringkas, pelaksanaan persiapan pemilihan Penyedia dijelaskan
dalam bagan alur berikut:

Gambar 3 Tahapan Persiapan Pemilihan Penyedia

PPK menyampaikan dokumen persiapan pengadaan dan permintaan


pemilihan Penyedia melalui Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung
kepada UKPBJ, dengan melampirkan:
1. Surat Keputusan Penetapan sebagai PPK;
2. Dokumen Anggaran Belanja (RKA-KL/RKA-PD yang telah
ditetapkan);
3. ID paket RUP; dan
4. rencana waktu penggunaan barang/jasa.
Permintaan pemilihan Penyedia disampaikan kepada UKPBJ melalui
aplikasi sistem informasi (jika telah tersedia).
Setelah dokumen persiapan pengadaan diterima dan dinyatakan
lengkap, pimpinan UKPBJ menetapkan Pokja Pemilihan. Selanjutnya
Pokja Pemilihan melakukan persiapan pemilihan Penyedia yang
meliputi:
1. reviu dokumen persiapan pengadaan;
2. penetapan metode pemilihan Penyedia;
3. penetapan metode kualifikasi;
4. penetapan persyaratan Penyedia;
5. penetapan metode evaluasi penawaran;
6. penetapan metode penyampaian dokumen penawaran;
7. penyusunan dan menetapkan jadwal pemilihan; dan

jdih.lkpp.go.id
- 24 -

8. penyusunan Dokumen Pemilihan.


3.1 Reviu Dokumen Persiapan Pengadaan 207

Pokja Pemilihan melakukan reviu dokumen persiapan pengadaan yang


meliputi:
a. Spesifikasi Teknis/KAK dan gambar (jika diperlukan)
Reviu spesifikasi teknis/KAK untuk memastikan bahwa spesifikasi
teknis/KAK telah dituangkan secara lengkap agar peserta
pemilihan dapat memahami spesifikasi teknis/KAK dan merespon
untuk menyusun penawaran dengan baik. Spesifikasi teknis/KAK
harus didefinisikan dengan jelas dan tidak mengarah kepada
produk atau merek tertentu kecuali dimungkinkan sebagaimana
diatur dalam Pasal 19 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
Reviu HPS untuk memastikan bahwa nilai HPS telah cukup dan
sesuai dengan spesifikasi teknis/KAK dan ruang lingkup pekerjaan.
Reviu HPS dapat dilakukan menggunakan perkiraan biaya/RAB
yang telah disusun pada tahap perencanaan pengadaan,
data/informasi pasar terkini, dan dengan cara membandingkan
pekerjaan yang sama pada paket yang berbeda atau memeriksa
apakah komponen/unsur pembayaran pada uraian pekerjaan telah
sesuai dengan spesifikasi teknis/KAK dan ruang lingkup pekerjaan.
Pokja Pemilihan juga memeriksa apakah HPS sudah
memperhitungkan kewajiban perpajakan/cukai/asuransi/SMK3
atau biaya lain yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Rancangan Kontrak
Reviu Rancangan Kontrak untuk memastikan bahwa draft kontrak
telah sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan. Reviu rancangan
kontrak memperhatikan:
1) Naskah Perjanjian;
2) Syarat-syarat Umum Kontrak;
3) Syarat-syarat Khusus Kontrak;
4) Ketentuan Uang Muka;
5) Ketentuan Jaminan Pengadaan;
6) Ketentuan Sertifikat Garansi;
7) Ketentuan Sertifikat/Dokumen Pemilihan dalam rangka
Pengadaan Barang Impor (hanya untuk barang impor);
dan/atau
8) Ketentuan Penyesuaian Harga.
d. Dokumen Anggaran Belanja (DIPA/DPA atau RKA-KL/RKA-PD yang
telah ditetapkan)

jdih.lkpp.go.id
- 25 -

Reviu Dokumen Anggaran Belanja (DIPA/DPA atau RKA-KL/RKA-


PD yang telah ditetapkan) untuk memastikan bahwa anggaran
208
untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan telah tersedia dan
jumlahnya cukup.
e. ID paket RUP
Reviu ID paket RUP untuk memastikan bahwa paket yang akan
dilaksanakan telah terdaftar dan diumumkan dalam SiRUP.
f. Waktu penggunaan barang/jasa
Reviu waktu penggunaan barang/jasa untuk memastikan bahwa
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa sejak proses persiapan,
pemilihan, dan pelaksanaan kontrak dapat selesai sesuai rencana
penggunaan/pemanfaatan barang/jasa.
g. Analisis Pasar
Berdasarkan dokumen persiapan pengadaan yang diserahkan oleh
PPK, Pokja Pemilihan melakukan analisis pasar untuk mengetahui
kemungkinan ketersediaan barang/jasa dan Pelaku Usaha dalam
negeri yang mampu dan memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan pekerjaan. Hasil analisis pasar digunakan untuk
menentukan metode kualifikasi dan/atau metode pemilihan
Penyedia.
Dalam hal hasil analisis pasar diketahui tidak ada Pelaku Usaha
dalam negeri yang mampu dan memenuhi persyaratan untuk
melaksanakan pekerjaan maka Pokja Pemilihan mengusulkan dan
meminta persetujuan kepada PPK untuk dilaksanakan melalui
Tender/Seleksi Internasional.

3.2 Penetapan Metode Pemilihan Penyedia

Pokja Pemilihan menetapkan metode pemilihan Penyedia dengan


memperhatikan jenis barang/jasa, Spesifikasi Teknis/KAK dan
kompleksitas pekerjaan, Pagu Anggaran/HPS, rancangan kontrak,
hasil analisis pasar dan/atau hasil konsolidasi.

3.2.1 Metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa


Lainnya

Pokja Pemilihan melaksanakan Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung


untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
nilai Pagu Anggaran paket pengadaan bernilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pokja Pemilihan melaksanakan metode pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya meliputi:
a. Penunjukan Langsung
Kriteria Penunjukan Langsung Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya meliputi:

jdih.lkpp.go.id
- 26 -

1) penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak untuk


menindaklanjuti komitmen internasional dan dihadiri oleh
209
Presiden/Wakil Presiden;
2) barang/jasa yang bersifat rahasia untuk kepentingan Negara
meliputi intelijen, perlindungan saksi, pengamanan Presiden dan
Wakil Presiden, Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden
beserta keluarganya serta tamu negara setingkat kepala
negara/kepala pemerintahan, atau barang/jasa lain bersifat
rahasia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan
sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggung jawab atas resiko
kegagalan bangunan yang secara keseluruhan tidak dapat
direncanakan/diperhitungkan sebelumnya;
4) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang hanya dapat
disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha yang mampu;
5) pengadaan dan penyaluran benih unggul yang meliputi benih padi,
jagung, dan kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea, NPK, dan ZA
kepada petani dalam rangka menjamin ketersediaan benih dan
pupuk secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan peningkatan
ketahanan pangan;
6) pekerjaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang
dilaksanakan oleh pengembang yang bersangkutan;
7) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan
hanya dapat dilaksanakan oleh pemegang hak paten, atau pihak
yang telah mendapat izin dari pemegang hak paten, atau pihak
yang menjadi pemenang tender untuk mendapatkan izin dari
pemerintah; atau
8) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang setelah
dilakukan Tender ulang mengalami kegagalan.
b. Tender Cepat
Tender Cepat dilakukan untuk metode pemilihan Penyedia
Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya dengan menggunakan Sistem
Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa (SIKaP) yang tidak
memerlukan penilaian kualifikasi, evaluasi penawaran administrasi,
evaluasi penawaran teknis, sanggah dan sanggah banding. Tender
Cepat dapat dilakukan untuk Pengadaan Barang/Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan kriteria:
1) spesifikasi teknis/KAK dan volume pekerjaan telah ditentukan
secara rinci sehingga persyaratan teknis tidak dikompetisikan;
2) dimungkinkan penyebutan merek dalam spesifikasi teknis/KAK
sebagaimana dalam ketentuan pasal 19 ayat (2) Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah; dan
3) peserta telah terkualifikasi dalam SIKaP.

jdih.lkpp.go.id
- 27 -

Metode penyampaian penawaran dalam Tender Cepat menggunakan


penyampaian penawaran harga berulang (E-reverse Auction).
210
c. Tender

Tender digunakan dalam hal tidak dapat menggunakan E-purchasing,


Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung dan Tender Cepat.

Dalam hal terdapat keragaman item, penyebaran lokasi/tempat


kerja/tempat serah terima, keterbatasan kapasitas dari Pelaku Usaha
sebagai akibat dari konsolidasi maka Pokja Pemilihan dapat
menetapkan metode Tender itemized.

Pada Tender itemized peserta pemilihan dapat menawarkan


satu/beberapa/seluruh item barang/jasa yang ditenderkan, dan Pokja
Pemilihan menetapkan lebih dari 1 (satu) pemenang
pemilihan/Penyedia.

3.2.2 Metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

Pokja Pemilihan melaksanakan Seleksi atau Penunjukan Langsung


untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling
sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
a. Penunjukan Langsung
Penunjukkan Langsung dapat dilakukan dalam hal:
1) Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu) Pelaku
Usaha yang mampu;
2) Jasa Konsultansi yang hanya dapat dilakukan oleh 1 (satu)
pemegang hak cipta yang telah terdaftar atau pihak yang telah
mendapat izin pemegang hak cipta;
3) Jasa Konsultansi di bidang hukum meliputi konsultan
hukum/advokasi atau pengadaan arbiter yang tidak direncanakan
sebelumnya, untuk menghadapi gugatan dan/atau tuntutan
hukum dari pihak tertentu, yang sifat pelaksanaan pekerjaan
dan/atau pembelaannya harus segera dan tidak dapat ditunda;
atau
4) Permintaan berulang (repeat order) untuk Penyedia Jasa
Konsultansi yang sama diberikan batasan paling banyak 2 (dua)
kali. Permintaan berulang (repeat order) dapat digunakan:
a) untuk pekerjaan yang berkaitan dan ruang lingkupnya sama
dengan pekerjaan sebelumnya, contohnya pekerjaan audit.
b) desain berulang, contohnya pekerjaan pembuatan desain
gedung sekolah, gedung rumah sakit, gedung kantor, dan lain-
lain.

jdih.lkpp.go.id
- 28 -

Permintaan berulang (repeat order) dapat dilakukan dengan syarat


Penyedia bersangkutan mempunyai kinerja baik berdasarkan
211
penilaian PPK. Penilaian Penyedia oleh PPK meliputi:
1) Kualitas hasil pekerjaan sesuai KAK;
2) Kemajuan atau prestasi pekerjaan sesuai jadwal dan tidak ada
keterlambatan;
3) Pelaksanaan pekerjaan sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam
Kontrak;
4) Kualifikasi, jumlah, dan waktu penugasan tenaga ahli sesuai
dengan Kontrak; dan
5) Ketaatan dan kelengkapan dalam memenuhi administrasi
pekerjaan sesuai dengan Kontrak.
b. Seleksi
Seleksi digunakan dalam hal tidak dapat menggunakan Pengadaan
Langsung dan Penunjukan Langsung.

3.3 Penetapan Metode Kualifikasi


Kualifikasi merupakan evaluasi kompetensi, kemampuan usaha, dan
pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia. Kualifikasi dilakukan
dengan pascakualifikasi atau prakualifikasi.

3.3.1 Pascakualifikasi
Pascakualifikasi merupakan proses evaluasi kualifikasi yang dilakukan
setelah penyampaian penawaran. Pascakualifikasi dilaksanakan pada
pelaksanaan pemilihan Penyedia sebagai berikut:
a. Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk
Pengadaan yang bersifat tidak kompleks; atau
b. Seleksi Jasa Konsultansi Perorangan.
Evaluasi kualifikasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
evaluasi administrasi. Evaluasi kualifikasi menggunakan metode
sistem gugur (pass and fail). Evaluasi dilakukan terhadap kompetensi,
kemampuan usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai Penyedia
yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan. Peserta dinyatakan lulus
kualifikasi apabila memenuhi seluruh persyaratan kualifikasi.
Pembuktian kualifikasi dilakukan terhadap calon pemenang.

3.3.2 Prakualifikasi
Prakualifikasi merupakan proses evaluasi kualifikasi yang dilakukan
sebelum penyampaian penawaran. Prakualifikasi dilaksanakan pada
pelaksanaan pemilihan Penyedia sebagai berikut:
a. Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk

jdih.lkpp.go.id
- 29 -

Pengadaan yang bersifat kompleks;


Pengadaan yang bersifat kompleks adalah Pengadaan
212
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang mempunyai
resiko tinggi, memerlukan teknologi tinggi, menggunakan peralatan
yang didesain khusus, dan/atau sulit mendefinisikan secara teknis
bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan tujuan Pengadaan
Barang/Jasa.
b. Seleksi untuk Jasa Konsultansi Badan Usaha; atau
c. Penunjukan Langsung.
Evaluasi kualifikasi pada prakualifikasi menggunakan metode:
a. sistem gugur untuk Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dan pada proses Penunjukan Langsung; atau
b. sistem pembobotan dengan ambang batas untuk Penyedia Jasa
Konsultansi.
Hasil prakualifikasi :
a. untuk Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya paling
sedikit 3 (tiga) peserta yang lulus kualifikasi;
b. untuk Seleksi Jasa Konsultansi Badan Usaha paling sedikit 3 (tiga)
dan paling banyak 7 (tujuh) peserta yang lulus kualifikasi; atau
c. untuk Penunjukan Langsung hasil prakualifikasi memenuhi atau
tidak memenuhi syarat kualifikasi.
Apabila peserta yang lulus kualifikasi untuk Tender/Seleksi kurang
dari 3 (tiga), prakualifikasi dinyatakan gagal dan dilakukan
prakualifikasi ulang.

3.4 Penetapan Persyaratan Kualifikasi Penyedia

Pokja Pemilihan menyusun persyaratan Penyedia dengan


memperhatikan jenis barang/jasa, nilai Pagu Anggaran, dan ketentuan
yang berkaitan dengan persyaratan Pelaku Usaha barang/jasa tertentu
yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

Dalam menentukan persyaratan Penyedia, Pokja Pemilihan dilarang


menambah persyaratan kualifikasi yang diskriminatif dan tidak
objektif yang dapat menghambat dan membatasi keikutsertaan Pelaku
Usaha dalam proses pemilihan.

Pokja Pemilihan menyusun persyaratan kualifikasi untuk memastikan


Pelaku Usaha yang akan menjadi Penyedia barang/jasa mempunyai
kemampuan untuk menyediakan barang/jasa. Persyaratan kualifikasi
terdiri dari persyaratan administrasi/legalitas, teknis, dan keuangan.

jdih.lkpp.go.id
- 30 -

3.4.1 Syarat Kualifikasi Administrasi/Legalitas Penyedia Barang/Jasa


213
Persyaratan kualifikasi Administrasi/Legalitas untuk Penyedia
Barang/Jasa, meliputi:
a. Memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, antara lain di bidang pekerjaan konstruksi,
perdagangan, jasa lainnya, atau jasa konsultansi sesuai dengan
skala usaha (segmentasi/klasifikasi),kategori/golongan/sub
golongan/kelompok atau kualifikasi lapangan usaha.
b. Untuk usaha perorangan tidak diperlukan izin usaha.
c. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
d. Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun
pajak terakhir (SPT tahunan).
e. Mempunyai atau menguasai tempat usaha/kantor dengan alamat
yang benar, tetap dan jelas berupa milik sendiri atau sewa.
f. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada
Kontrak yang dibuktikan dengan:
1) Akta Pendirian Perusahaan dan/atau perubahannya;
2) Surat Kuasa (apabila dikuasakan); dan
3) Kartu Tanda Penduduk.
g. Surat Pernyataan Pakta Integritas meliputi:
1) Tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
2) Akan melaporkan kepada PA/KPA jika mengetahui terjadinya
praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam proses pengadaan
ini.
3) Akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan,
dan profesional untuk memberikan hasil kerja terbaik sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
4) Apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam angka 1), 2)
dan 3) maka bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
h. Surat pernyataan yang ditandatangani Peserta yang berisi:
1) yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam
pengawasan pengadilan, tidak pailit, dan kegiatan usahanya
tidak sedang dihentikan;
2) yang bersangkutan berikut pengurus badan usaha tidak sedang
dikenakan sanksi daftar hitam;
3) yang bertindak untuk dan atas nama badan usaha tidak
sedang dalam menjalani sanksi pidana;

jdih.lkpp.go.id
- 31 -

4) pimpinan dan pengurus badan usaha bukan sebagai pegawai


Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah atau pimpinan dan
214
pengurus badan usaha sebagai pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang sedang
mengambil cuti diluar tanggungan Negara;
5) Pernyataan lain yang menjadi syarat kualifikasi yang tercantum
dalam Dokumen Pemilihan; dan
6) data kualifikasi yang diisikan dan dokumen penawaran yang
disampaikan benar, dan jika dikemudian hari ditemukan
bahwa data/dokumen yang disampaikan tidak benar dan ada
pemalsuan maka direktur utama/pimpinan
perusahaan/pimpinan koperasi, atau kepala cabang, dari
seluruh anggota konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain bersedia dikenakan
sanksi administratif, sanksi pencantuman dalam daftar hitam,
gugatan secara perdata, dan/atau pelaporan secara pidana
kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan.
i. Dalam hal Peserta akan melakukan konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain harus mempunyai
perjanjian konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk
kerjasama lain.
Evaluasi persyaratan pada huruf h angka 1 sampai dengan angka 5
dilakukan untuk setiap Badan Usaha yang menjadi bagian dari
konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain.
Untuk Usaha Mikro, bentuk perizinan berupa Izin Usaha Mikro Kecil
(IUMK) dan tidak disyaratkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
Persyaratan kualifikasi Administrasi/Legalitas untuk Penyedia
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Konstruksi berdasarkan
ketentuan peraturan Perundang-undangan di bidang Jasa Konstruksi
beserta pedoman pelaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri yang
membidangi Jasa Konstruksi.
Persyaratan kualifikasi Administrasi/Legalitas untuk Penyedia
Barang/Jasa Perorangan, meliputi:
a. memiliki identitas kewarganegaraan Indonesia seperti Kartu
Tanda Penduduk (KTP)/Paspor/Surat Keterangan Domisili
Tinggal;
b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi
kewajiban perpajakan tahun terakhir;
c. menandatangani Pakta Integritas; dan
d. Surat pernyataan yang ditandatangani berisi:

1) tidak dikenakan Sanksi Daftar Hitam;

jdih.lkpp.go.id
- 32 -

2) keikutsertaannya tidak menimbulkan pertentangan


kepentingan pihak yang terkait;
215
3) tidak dalam pengawasan pengadilan dan/atau sedang
menjalani sanksi pidana; dan
4) tidak berstatus Aparatur Sipil Negara, kecuali yang
bersangkutan mengambil cuti diluar tanggungan Negara.

3.4.2 Syarat Kualifikasi Teknis Penyedia


a. Syarat Kualifikasi Teknis Penyedia Barang
Persyaratan kualifikasi teknis untuk Penyedia Barang, meliputi :
1) Memiliki pengalaman:
a) Penyediaan barang pada divisi yang sama 1 paling kurang
1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir
baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk
pengalaman subkontrak; dan
b) Penyediaan barang sekurang-kurangnya dalam kelompok/grup
yang sama paling kurang 1 (satu) pekerjaan dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir baik di lingkungan pemerintah
maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak.
2) Memiliki kemampuan untuk menyediakan sumber daya manusia
dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses penyediaan termasuk
layanan purna jual (jika diperlukan).

b. Syarat Kualifikasi Teknis Penyedia Jasa Lainnya


Persyaratan kualifikasi teknis untuk Penyedia Jasa Lainnya, meliputi:
1) Memiliki pengalaman:
a) Penyediaan jasa pada divisi yang sama2 paling kurang
1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir
baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk
pengalaman subkontrak;
b) Penyediaan jasa sekurang-kurangnya dalam kelompok/grup
yang sama paling kurang 1 (satu) pekerjaan dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir baik di lingkungan pemerintah
maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak; dan
c) Nilai pekerjaan sejenis tertinggi dalam kurun waktu 10
(sepuluh) tahun terakhir untuk usaha non kecil paling kurang
sama dengan 50% (lima puluh persen) nilai total HPS/Pagu
Anggaran.

1 Klasifikasi Baku Komoditas Indonesia Buku 1, Badan Pusat Statistik, 2012


2 Ibid

jdih.lkpp.go.id
- 33 -

2) Memiliki kemampuan untuk menyediakan sumber daya manusia


dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses penyediaan termasuk
216
layanan purna jual (jika diperlukan).

c. Syarat Kualifikasi Teknis Penyedia Pekerjaan Konstruksi dan Jasa


Konsultansi Konstruksi
Persyaratan kualifikasi teknis untuk Penyedia Pekerjaan Konstruksi
dan Jasa Konsultansi Konstruksi berdasarkan ketentuan peraturan
Perundang-undangan di bidang Jasa Konstruksi beserta pedoman
pelaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri yang membidangi Jasa
Konstruksi.

d. Syarat Kualifikasi Teknis Penyedia Jasa Konsultansi Badan Usaha


Persyaratan kualifikasi teknis untuk Penyedia Jasa Konsultansi Badan
Usaha, meliputi:
1) Memiliki pengalaman:
a) Pekerjaan di bidang Jasa Konsultansi paling kurang 1 (satu)
pekerjaan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir baik di
lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman
subkontrak;
b) Pekerjaan yang serupa (similar) berdasarkan jenis pekerjaan,
kompleksitas pekerjaan, metodologi, teknologi, atau
karakteristik lainnya yang bisa menggambarkan kesamaan,
paling kurang 1 (satu) pekerjaan dalam kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir baik di lingkungan pemerintah maupun swasta,
termasuk pengalaman subkontrak; dan
c) Nilai pekerjaan sejenis tertinggi dalam kurun waktu 10
(sepuluh) tahun terakhir paling kurang sama dengan 50% (lima
puluh persen) nilai total HPS/Pagu Anggaran.
2) Memiliki sumber daya manusia:
a) Manajerial; dan
b) tenaga kerja (jika diperlukan).
3) Memiliki kemampuan untuk menyediakan peralatan (jika
diperlukan).

e. Syarat Kualifikasi Teknis Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan


Persyaratan kualifikasi teknis untuk Penyedia Jasa Konsultansi
Perorangan, meliputi:
1) Memiliki pengalaman:

jdih.lkpp.go.id
- 34 -

a) Pekerjaan sejenis (jenis pekerjaan, kompleksitas pekerjaan,


metodologi, teknologi, atau karakteristik lainnya yang bisa
217
menggambarkan kesamaan); dan
b) Nilai pekerjaan sejenis tertinggi dalam kurun waktu 10 (sepuluh)
tahun terakhir paling kurang sama dengan 50% (lima puluh
persen) nilai total HPS/Pagu Anggaran.
2) Jenjang pendidikan;
3) Memiliki sertifikat keahlian/teknis;
4) Pernah mengikuti pelatihan/kursus; dan/atau
5) Memiliki kompetensi sesuai bidangnya.

3.4.3 Syarat Kualifikasi Kemampuan Keuangan


a. Syarat Kualifikasi Kemampuan Keuangan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya/Jasa Konsultansi
Untuk Penyedia Non Kecil harus memiliki kemampuan keuangan
berupa Sisa Kemampuan Nyata (SKN) yang disertai dengan laporan
keuangan. Kemampuan Nyata adalah kemampuan penuh/keseluruhan
Peserta saat penilaian kualifikasi meliputi kemampuan keuangan dan
kemampuan permodalan untuk melaksanakan paket pekerjaan yang
sedang/akan dikerjakan.
SKN dikecualikan untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil.
Rumusan perhitungan Sisa Kemampuan Nyata (SKN) adalah sebagai
berikut :

SKN = KN - Σ nilai paket pekerjaan yang sedang dikerjakan


KN = fp . MK
MK = fl . KB

Keterangan :
KN = Kemampuan Nyata
MK = Modal Kerja
fp = faktor perputaran modal
fp untuk Usaha Non-Kecil (Menengah dan Besar) = 7
fl = faktor likuiditas
fl untuk Usaha Non-Kecil = 0.6
KB = Kekayaan Bersih
total ekuitas yang dilihat dari neraca keuangan tahun terakhir

jdih.lkpp.go.id
- 35 -

b. Syarat Kualifikasi Kemampuan Keuangan Penyedia Pekerjaan


Konstruksi
218
Persyaratan kualifikasi kemampuan keuangan untuk Penyedia
Pekerjaan Konstruksi berdasarkan ketentuan peraturan Perundang-
undangan di bidang Jasa Konstruksi beserta pedoman pelaksanaan
yang ditetapkan oleh Menteri yang membidangi Jasa Konstruksi.

3.5 Kemitraan
Dalam hal sifat dan lingkup pekerjaan yang terlalu luas, atau jenis
keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tidak
dapat dilakukan oleh 1 (satu) Penyedia, maka:
a. diberikan kesempatan yang memungkinkan para Penyedia saling
bergabung dalam suatu konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain; dan/atau
b. diberikan kesempatan yang memungkinkan Penyedia atau
konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain
Penyedia untuk menggunakan tenaga ahli asing.
Tenaga ahli asing digunakan sepanjang diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan jenis keahlian yang belum dimiliki dan untuk
meningkatkan kemampuan teknis guna menangani kegiatan atau
pekerjaan.

3.6 Penetapan Metode Evaluasi Penawaran


Pokja Pemilihan menetapkan Metode Evaluasi Penawaran dengan
memperhatikan jenis Barang/Jasa, ruang lingkup/kompleksitas
pekerjaan, dan metode pemilihan Penyedia.
Metode Evaluasi Penawaran menjadi acuan bagi Pokja Pemilihan
dalam mengevaluasi dokumen penawaran dan bagi Peserta Pemilihan
menjadi acuan dalam menyusun/menyiapkan dokumen penawaran.

3.6.1 Metode Evaluasi Penawaran untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya
Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dapat dilakukan dengan
menggunakan:
a. Sistem Nilai
Metode evaluasi Sistem Nilai digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya harga penawarannya
dipengaruhi oleh kualitas teknis, sehingga penetapan pemenang
berdasarkan kombinasi perhitungan penilaian teknis dan harga.

jdih.lkpp.go.id
- 36 -

Evaluasi penawaran dilakukan dengan memberikan bobot penilaian


terhadap teknis dan harga. Besaran bobot harga antara 30% (tiga
219
puluh persen) sampai dengan 40% (empat puluh persen),
sedangkan besaran bobot teknis antara 60% (enam puluh persen)
sampai dengan 70% (tujuh puluh persen).
Evaluasi administrasi menggunakan sistem gugur (pass and fail).
Penilaian teknis dilakukan dengan memberikan bobot terhadap
masing-masing unsur penilaian dengan nilai masing-masing unsur
dan/atau nilai total keseluruhan unsur memenuhi ambang batas
minimal. Nilai angka/bobot ditetapkan dalam kriteria evaluasi yang
menjadi bagian dari dokumen Tender. Unsur/sub unsur yang dinilai
harus bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan.
Penilaian penawaran harga dengan cara memberikan nilai tertinggi
kepada penawar terendah. Nilai penawaran Peserta yang lain dihitung
dengan menggunakan perbandingan harga penawarannya dengan
harga penawaran terendah.
b. Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis
Metode evaluasi Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis digunakan
untuk Pengadaan Barang yang memperhitungkan faktor umur
ekonomis, harga, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan nilai sisa
dalam jangka waktu operasi tertentu.
Evaluasi administrasi dan teknis menggunakan sistem gugur (pass
and fail).
Evaluasi harga dilakukan dengan memperhitungkan total biaya
perolehan (total cost of ownership) selama jangka waktu operasi/umur
ekonomis yang dikonversikan ke dalam harga sekarang (present
value).
Penentuan Pemenang berdasarkan nilai Biaya Selama Umur Ekonomis
yang terendah.
c. Harga Terendah
Metode evaluasi Harga Terendah digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam hal harga menjadi
dasar penetapan pemenang di antara penawaran yang memenuhi
persyaratan teknis.
Pada sistem Harga Terendah, penetapan pemenang dilakukan
terhadap Peserta Tender yang memenuhi persyaratan administrasi,
teknis dan penawaran harga terendah.
Evaluasi administrasi menggunakan sistem gugur (pass and fail).
Evaluasi teknis menggunakan sistem gugur (pass and fail) atau sistem
gugur dengan ambang batas.
Sistem harga terendah dapat digunakan untuk Pengadaan
Barang/Jasa di mana:

jdih.lkpp.go.id
- 37 -

1) Spesifikasi/KAK jelas dan standar;


2) Persyaratan teknis mudah dipenuhi; dan
220
3) Harga/biaya adalah kriteria evaluasi utama.
Metode evaluasi Harga Terendah digunakan misalnya untuk
barang/jasa standar seperti peralatan kantor, peralatan komunikasi,
bahan kimia, mesin sederhana atau bahan baku.

3.6.2 Metode Evaluasi Penawaran untuk Jasa Konsultansi


Metode evaluasi penawaran dalam pemilihan Penyedia Jasa
Konsultansi dilakukan dengan menggunakan:
a. Kualitas dan Biaya
Metode evaluasi Kualitas dan Biaya digunakan untuk pekerjaan:
1) ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu
penyelesaian pekerjaan dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK;
dan
2) besarnya biaya dapat ditentukan dengan jelas dan tepat.

Metode evaluasi Kualitas dan Biaya digunakan misalnya untuk desain


jaringan irigasi primer, desain jalan, studi kelayakan, konsultansi
manajemen, atau supervisi bangunan non-gedung.
Evaluasi kualitas dan biaya menggunakan pembobotan kualitas
penawaran teknis dan biaya dengan ketentuan:
1) bobot kualitas penawaran teknis antara 0,60 sampai 0,80; dan
2) bobot penawaran biaya antara 0,20 sampai 0,40.
Evaluasi kualitas teknis dilakukan dengan memberikan bobot
terhadap masing-masing unsur penilaian dengan nilai masing-masing
unsur dan/atau nilai total keseluruhan unsur memenuhi ambang
batas minimal. Nilai angka/bobot ditetapkan dalam kriteria evaluasi
yang menjadi bagian dari dokumen Seleksi. Unsur/sub unsur yang
dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan.
Penilaian penawaran harga dengan cara memberikan nilai tertinggi
kepada penawar terendah. Nilai penawaran Peserta yang lain dihitung
dengan menggunakan perbandingan harga penawarannya dengan
harga penawaran terendah.
Penentuan Pemenang berdasarkan nilai kombinasi terbaik kualitas
penawaran teknis dan biaya, yang dilanjutkan dengan klarifikasi dan
negosiasi teknis dan biaya.

b. Kualitas
Metode evaluasi Kualitas digunakan untuk pekerjaan yang ruang
lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu penyelesaian pekerjaan

jdih.lkpp.go.id
- 38 -

tidak dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK atau untuk pekerjaan
Penyedia Jasa Konsultansi Perorangan.
221
Metode evaluasi kualitas digunakan untuk pekerjaan yang
mengutamakan kualitas penawaran teknis sebagai faktor yang
menentukan terhadap hasil/manfaat (outcome) secara keseluruhan.
Metode evaluasi Kualitas digunakan misalnya untuk Jasa Konsultansi
yang bersifat kajian makro (masterplan roadmap), penasihatan
(advisory), perencanaan dan pengawasan pekerjaan kompleks, seperti
desain pembuatan pembangkit tenaga listrik, perencanaan
terowongan di bawah laut, dan desain pembangunan bandar udara
internasional.
Penentuan Pemenang berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik,
dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya kepada
penawar dengan nilai kualitas terbaik.

c. Pagu Anggaran
Metode evaluasi Pagu Anggaran hanya digunakan untuk ruang lingkup
pekerjaan sederhana yang dapat diuraikan dengan pasti dalam KAK
dan penawaran tidak boleh melebihi Pagu Anggaran.
Metode evaluasi Pagu Anggaran digunakan untuk pekerjaan yang
dapat dirinci dengan tepat meliputi waktu penugasan, kebutuhan
tenaga ahli dan ruang lingkupnya serta penawaran tidak melampaui
Pagu Anggaran.
Metode evaluasi Pagu Anggaran digunakan misalnya untuk pekerjaan
desain, supervisi bangunan gedung, dan pekerjaan survei/pemetaan
skala kecil.
Evaluasi kualitas teknis dilakukan dengan memberikan bobot
terhadap masing-masing unsur penilaian dengan nilai masing-masing
unsur dan/atau nilai total keseluruhan unsur memenuhi ambang
batas minimal. Nilai angka/bobot ditetapkan dalam kriteria evaluasi
yang menjadi bagian dari dokumen Seleksi. Unsur/sub unsur yang
dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan.
Penentuan Pemenang berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik
dari peserta yang penawaran biaya terkoreksinya lebih kecil atau sama
dengan Pagu Anggaran, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi
teknis dan biaya.

d. Biaya Terendah
Metode evaluasi Biaya Terendah hanya digunakan untuk pekerjaan
standar atau bersifat rutin yang praktik dan standar pelaksanaan
pekerjaannya sudah mapan, yang dapat mengacu kepada ketentuan
tertentu.

jdih.lkpp.go.id
- 39 -

Metode evaluasi Biaya Terendah digunakan misalnya untuk desain


bangunan sederhana, supervisi pembangunan sederhana, dan
222
survei/pengukuran skala kecil.
Evaluasi kualitas teknis dilakukan dengan memberikan bobot
terhadap masing-masing unsur penilaian dengan nilai masing-masing
unsur dan/atau nilai total keseluruhan unsur memenuhi ambang
batas minimal. Nilai angka/bobot ditetapkan dalam kriteria evaluasi
yang menjadi bagian dari dokumen Seleksi. Unsur/sub unsur yang
dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan.
Penentuan Pemenang berdasarkan penawaran yang biaya
terkoreksinya terendah diantara penawaran yang lulus evaluasi
teknis, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.

3.6.3 Unsur-unsur Penilaian Teknis Jasa Konsultansi


Pokja Pemilihan menetapkan unsur-unsur yang akan dinilai dalam
evaluasi teknis. Unsur-unsur pokok yang dinilai antara lain meliputi
pengalaman Badan Usaha/Perorangan, proposal teknis, dan kualifikasi
tenaga ahli.
Pokja Pemilihan menentukan bobot nilai dari masing-masing unsur.
Acuan yang digunakan untuk pembobotan sebagai berikut:
a. pengalaman (10 – 20%);
b. proposal teknis (20 – 40%);
c. kualifikasi tenaga ahli (50 – 70%); dan
d. jumlah bobot a+b+c=100%.
Penetapan bobot yang digunakan untuk masing-masing unsur, dalam
rentang tersebut di atas didasarkan pada jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Pokja Pemilihan menentukan ambang batas nilai teknis (passing grade)
untuk masing-masing unsur dan nilai total dan ditetapkan dalam
Dokumen Pemilihan.
a. Pengalaman dapat dihitung dengan sub-unsur:
1) pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis dengan
pekerjaan yang dipersyaratkan dalam KAK dilihat dari ruang
lingkup, kompleksitas dan nilai pekerjaan;
2) pengalaman bekerja di lokasi pekerjaan; dan
3) pengalaman manajerial dan fasilitas utama.

b. Proposal Teknis dapat dihitung dengan sub-unsur:

1) pendekatan teknis dan metodologi;


2) rencana kerja; dan
3) organisasi dan rencana penggunaan tenaga ahli.

jdih.lkpp.go.id
- 40 -

c. Kualifikasi Tenaga Ahli dapat dihitung dengan sub-unsur:


1) pendidikan; 223
2) pengalaman profesional;
3) sertifikat profesional;
4) penguasaan bahasa; dan
5) penguasaan situasi dan kondisi di lokasi pekerjaan.

3.7 Penetapan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran


Pokja Pemilihan menetapkan Metode Penyampaian Dokumen
Penawaran dengan memperhatikan jenis pengadaan barang/jasa,
metode pemilihan Penyedia, metode evaluasi penawaran, dan ruang
lingkup/kompleksitas pekerjaan.
Metode Penyampaian Dokumen Penawaran menjadi acuan bagi Pokja
Pemilihan dalam menyusun jadwal pemilihan dan bagi Peserta
Pemilihan dalam menyampaikan dokumen penawaran.
Metode Penyampaian Dokumen Penawaran dalam pemilihan dalam
pengadaan barang/jasa dapat dilakukan dengan menggunakan:
a. Metode Satu File
Metode satu file digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang menggunakan metode evaluasi Harga
Terendah dengan menggunakan Sistem Gugur, Pengadaan Langsung
dan Penunjukan Langsung.
Metode satu file digunakan pada pemilihan Penyedia Jasa
Konsultansi melalui Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung.
b. Metode Dua File

Metode dua file digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya yang memerlukan penilaian teknis terlebih
dahulu yaitu metode evaluasi Sistem Nilai, metode evaluasi Penilaian
Biaya Selama Umur Ekonomis dan metode evaluasi Harga Terendah
yang menggunakan pembobotan ambang batas.
Metode dua file digunakan untuk penyampaian dokumen penawaran
pada pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi Badan Usaha dan
Perorangan melalui Seleksi.
c. Metode Dua Tahap
Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) spesifikasi teknisnya belum bisa ditentukan dengan pasti pada
Dokumen Pemilihan;
2) mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain
penerapan teknologi yang berbeda;

jdih.lkpp.go.id
- 41 -

3) dimungkinkan perubahan spesifikasi teknis berdasarkan


klarifikasi penawaran teknis yang diajukan; dan/atau
224
4) membutuhkan penyetaraan teknis.
Pada tabel berikut dapat menjadi acuan dalam menentukan metode
penyampaian Dokumen Penawaran berdasarkan metode evaluasi
Pengadaan Barang/Pekerjaaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa
Konsultansi.
Tabel 1 Metode Penyampaian Dokumen Penawaran Pengadaan Barang/Pekerjaaan Konstruksi/Jasa
Lainnya/Jasa Konsultansi

Metode Penyampaian Dokumen


Jenis Pengadaan Metode Evaluasi
1 File 2 File 2 Tahap

Sistem Nilai × √ √

Penilaian Biaya Selama


× √ √
Barang/Pekerjaan Umur Ekonomis
Konstruksi/Jasa Lainnya
Harga Terendah Ambang
× √ ×
Batas

Harga Terendah Sistem


√ × ×
Gugur

Jasa Konsultansi Badan Kualitas dan Biaya


Usaha
Kualitas
× √ ×
Pagu Anggaran

Biaya Terendah

Jasa Konsultansi
Kualitas × √ ×
Perorangan

Keterangan:
× : tidak dapat digunakan
√ : dapat digunakan

3.8 E-reverse Auction


E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara berulang.
E-reverse Auction dapat dilaksanakan:

a. sebagai tindak lanjut tender yang hanya terdapat 2 (dua)


penawaran yang lulus evaluasi teknis untuk berkompetisi kembali
dengan cara menyampaikan penawaran harga lebih dari 1 (satu)
kali dan bersifat lebih rendah dari penawaran sebelumnya.

b. Sebagai metode penyampaian penawaran harga berulang dalam


Tender Cepat yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan.

E-reverse Auction dapat digunakan antara lain:


a. Barang/Jasa rutin, volume besar, dan resikonya rendah;
b. Barang/Jasa yang memiliki spesifikasi sederhana dan tidak ada
perbedaan spesifikasi antar Pelaku Usaha;

jdih.lkpp.go.id
- 42 -

c. Tidak ada tambahan layanan atau pekerjaan lain yang spesifik,


misalnya tidak ada penambahan pekerjaan instalasi; dan/atau
225
d. Pada pasar persaingan kompetitif dengan jumlah sekurang-
kurangnya 2 (dua) peserta yang mampu dan bersedia berpartisipasi
pada E-reverse Auction;
Contoh produk/komoditas yang bisa diadakan melalui E-reverse
Auction:
a. bahan bangunan seperti baja, besi, beton, pipa tembaga;
b. peralatan teknologi informasi standar seperti komputer desktop,
perangkat lunak standar, modem, toner catridge;
c. alat tulis kantor;
d. bahan kimia dan beberapa produk farmasi umum; atau
e. pakaian dan seragam dengan ukuran, warna, dan volume yang
standar.
Selama dalam proses E-reverse Auction, identitas penawar
dirahasiakan.
Peserta yang mengikuti E-reverse Auction adalah peserta yang
memenuhi persyaratan teknis dan tidak dapat mengubah substansi
penawaran teknis yang telah disampaikan/dievaluasi.
Aplikasi menampilkan informasi urutan posisi penawaran (positional
bidding). Jangka waktu pelaksanaan E-reverse Auction ditentukan
berdasarkan kompleksitas pekerjaan dan/atau persaingan pasar.

3.9 Penyusunan Tahapan dan Penetapan Jadwal Pemilihan

3.9.1 Tender untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya

a. Tender Prakualifikasi terdiri dari:


1) Tahap Kualifikasi
a) Pengumuman prakualifikasi;
b) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen kualifikasi;
c) Pemberian penjelasan (apabila diperlukan);
d) Penyampaian dokumen kualifikasi;
e) Evaluasi kualifikasi;
f) Pembuktian kualifikasi;
g) Penetapan dan pengumuman hasil kualifikasi; dan
h) Sanggah kualifikasi.

2) Tahap Pemilihan menggunakan 2 (dua) tahap


a) Undangan Tender;
b) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen;
c) Pemberian penjelasan;
d) Penyampaian dokumen penawaran administrasi dan teknis
(tahap I);

jdih.lkpp.go.id
- 43 -

e) Pembukaan dokumen penawaran administrasi dan teknis;


f) Evaluasi dokumen penawaran administrasi;
226
g) Evaluasi teknis dan negosiasi teknis bagi yang lulus evaluasi
teknis;
h) Pengumuman hasil evaluasi administrasi dan teknis;
i) Penyampaian dokumen penawaran teknis (revisi) dan harga
(tahap II);
j) Pembukaan dokumen penawaran teknis dan harga;
k) Evaluasi harga;
l) Penetapan dan pengumuman pemenang;
m) Masa sanggah;
n) Masa sanggah banding untuk Pekerjaan Konstruksi; dan
o) Laporan Pokja Pemilihan kepada PPK.

3) Tahap Pemilihan menggunakan 2 (dua) file


a) Undangan Tender;
b) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen;
c) Pemberian penjelasan;
d) Penyampaian dokumen penawaran;
e) Pembukaan dokumen penawaran administrasi dan teknis (file I);
f) Evaluasi administrasi dan teknis;
g) Pengumuman hasil evaluasi administrasi dan teknis;
h) Pembukaan dokumen penawaran harga (file II);
i) Evaluasi harga;
j) Penetapan dan pengumuman pemenang;
k) Masa sanggah;
l) Masa sanggah banding untuk Pekerjaan Konstruksi; dan
m) Laporan Pokja Pemilihan kepada PPK.

b. Tender Pascakualifikasi metode 2 (dua) file dengan tahapan meliputi:


1) Pengumuman Tender;
2) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen;
3) Pemberian penjelasan;
4) Penyampaian dokumen penawaran;
5) Pembukaan dokumen penawaran administrasi, teknis dan
dokumen kualifikasi (file I);
6) Evaluasi administrasi, teknis dan kualifikasi;
7) Pengumuman hasil evaluasi administrasi dan teknis;
8) Pembukaan dokumen penawaran harga (file II);
9) Evaluasi harga;
10) Pembuktian kualifikasi;
11) Penetapan dan pengumuman pemenang;
12) Masa sanggah;
13) Masa sanggah banding untuk Pekerjaan Konstruksi; dan
14) Laporan Pokja Pemilihan kepada PPK.

jdih.lkpp.go.id
- 44 -

c. Tender Pascakualifikasi metode 1 (satu) file dengan tahapan meliputi:


1) Pengumuman Tender;
227
2) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen;
3) Pemberian penjelasan;
4) Penyampaian dokumen penawaran;
5) Pembukaan dokumen penawaran administrasi, teknis, harga dan
dokumen kualifikasi;
6) Evaluasi administrasi, teknis, harga dan kualifikasi;
7) Pembuktian kualifikasi;
8) Penetapan dan pengumuman pemenang;
9) Masa sanggah;
10) Masa sanggah banding untuk Pekerjaan Konstruksi; dan
11) Laporan Pokja Pemilihan kepada PPK.

d. Tender Cepat
Penyusunan jadwal pelaksanaan Tender Cepat diserahkan kepada
Pokja Pemilihan berdasarkan hari kalender, dengan waktu proses
pemilihan paling cepat 3 (tiga) hari dengan batas akhir penyampaian
penawaran pada hari dan jam kerja. Tahapan Tender Cepat meliputi:
1) Undangan;
2) Penyampaian dokumen penawaran;
3) Pembukaan dokumen penawaran;
4) Pengumuman hasil pembukaan penawaran;
5) Verifikasi; dan
6) Pengumuman pemenang.

3.9.2 Seleksi Jasa Konsultansi


Seleksi Jasa Konsultansi terdiri dari:
a. Seleksi Badan Usaha
1) Tahap Prakualifikasi terdiri dari:
a) Pengumuman prakualifikasi;
b) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen kualifikasi;
c) Pemberian penjelasan (apabila diperlukan);
d) Penyampaian dokumen kualifikasi;
e) Evaluasi kualifikasi;
f) Pembuktian kualifikasi;
g) Penetapan dan pengumuman hasil kualifikasi dan daftar
pendek; dan
h) Sanggah kualifikasi.

2) Tahapan Pemilihan untuk Seleksi dengan Metode Kualitas terdiri


dari:
a) Undangan;
b) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen;
c) Pemberian penjelasan;
d) Penyampaian dokumen penawaran;

jdih.lkpp.go.id
- 45 -

e) Pembukaan dokumen penawaran administrasi dan teknis (file


I);
228
f) Evaluasi administrasi dan teknis;
g) Pengumuman peringkat teknis;
h) Masa sanggah;
i) Pembukaan dokumen penawaran biaya untuk peringkat 1 (file
II);
j) Evaluasi dan negosiasi teknis dan biaya;
k) Penetapan dan pengumuman pemenang; dan
l) Laporan Pokja Pemilihan kepada PPK.

3) Tahapan Pemilihan untuk Seleksi dengan Metode Kualitas dan


Biaya, Pagu Anggaran dan Biaya Terendah terdiri dari:
a) Undangan;
b) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen;
c) Pemberian penjelasan;
d) Penyampaian dokumen penawaran;
e) Pembukaan dokumen penawaran administrasi dan teknis (file
I);
f) Evaluasi administrasi dan teknis;
g) Pengumuman hasil evaluasi administrasi dan teknis;
h) Pembukaan dokumen penawaran biaya untuk bagi penawaran
yang lulus evaluasi administrasi dan teknis (file II);
i) Evaluasi biaya;
j) Penetapan dan pengumuman pemenang;
k) Masa sanggah;
l) Negosiasi teknis dan biaya; dan
m) Laporan Pokja Pemilihan kepada PPK.

4) Tahapan Pemilihan untuk Seleksi Perorangan terdiri dari:


a) Pengumuman;
b) Pendaftaran dan pengunduhan dokumen;
c) Pemberian penjelasan;
d) Penyampaian dokumen penawaran;
e) Pembukaan dokumen penawaran administrasi dan teknis (file
I);
f) Evaluasi administrasi dan teknis;
g) Pengumuman hasil evaluasi administrasi dan teknis;
h) Masa sanggah;
i) Pembukaan dokumen penawaran biaya untuk peringkat teknis
1 (file II);
j) Evaluasi dan negosiasi teknis dan biaya;
k) Penetapan dan pengumuman pemenang; dan
l) Laporan Pokja Pemilihan kepada PPK.

jdih.lkpp.go.id
- 46 -

3.9.3 Jadwal Pemilihan

a. Pemilihan dengan Prakualifikasi 229

1) Tahap kualifikasi
Tahapan Waktu
a. pengumuman prakualifikasi paling kurang 7 (tujuh) hari kerja
b. pendaftaran dan pengunduhan sampai dengan 1 (satu) hari kerja
Dokumen Kualifikasi sebelum batas akhir penyampaian
dokumen penawaran

c. pemberian penjelasan (apabila paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak


diperlukan) tanggal pengumuman prakualifikasi

d. penyampaian Dokumen Kualifikasi sampai dengan paling kurang 3 (tiga)


hari kerja setelah berakhirnya
penayangan pengumuman
prakualifikasi
e. evaluasi Kualifikasi disesuaikan dengan kebutuhan
f. pembuktian kualifikasi disesuaikan dengan kebutuhan
g. penetapan dan pengumuman hasil 1 (satu) hari kerja setelah pembuktian
kualifikasi kualifikasi
h. masa sanggah kualifikasi dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman hasil kualifikasi
jawaban sanggah paling lambat 3 (tiga)
hari setelah akhir masa sanggah

2) Tahap Pemilihan untuk Metode Penyampaian 2 (dua) tahap


Tahapan Waktu
a. Undangan Tender 1 (satu) hari kerja setelah selesai masa
sanggah kualifikasi jika tidak ada
sanggah atau 1 (satu) hari kerja
setelah semua sanggah dijawab
b. Pendaftaran dan pengunduhan sampai dengan 1 (satu) hari kerja
dokumen sebelum batas akhir Penyampaian
Dokumen Penawaran
c. pemberian penjelasan paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak
tanggal undangan Tender
d. penyampaian Dokumen Penawaran disesuaikan dengan kebutuhan
administrasi dan teknis (tahap I)
e. pembukaan Dokumen Penawaran 1 (satu) hari kerja setelah masa
administrasi dan teknis penyampaian Dokumen Penawaran
administrasi dan teknis (tahap I)
berakhir
f. evaluasi administrasi disesuaikan dengan kebutuhan

g. evaluasi teknis dan negosiasi teknis disesuaikan dengan kebutuhan


bagi yang lulus evaluasi teknis;
h. pengumuman peserta yang lulus 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
evaluasi administrasi dan teknis penawaran
(tahap I)
i. penyampaian Dokumen Penawaran disesuaikan dengan kebutuhan
teknis (revisi) dan harga (tahap II)
j. pembukaan Dokumen Penawaran setelah masa penyampaian Dokumen
(tahap II) Penawaran tahap II berakhir

jdih.lkpp.go.id
- 47 -

Tahapan Waktu
k. evaluasi Dokumen Penawaran harga disesuaikan dengan kebutuhan
230
l. penetapan dan pengumuman 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
pemenang
m. masa Sanggah Selama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman Pemenang dan jawaban
sanggah paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah akhir masa sanggah
n. masa Sanggah Banding selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
(untuk Pekerjaan Konstruksi) setelah jawaban sanggah dimuat dalam
aplikasi SPSE dan jawaban Sanggah
Banding paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja setelah menerima
klarifikasi Jaminan Sanggah Banding

3) Tahap Pemilihan untuk Metode Penyampaian 2 (dua) file


Tahapan Waktu
a. Undangan Tender 1 (satu) hari kerja setelah selesai masa
sanggah kualifikasi jika tidak ada
sanggah atau 1 (satu) hari setelah
semua sanggah dijawab
b. Pendaftaran dan pengunduhan Sampai dengan 1 (satu) hari kerja
dokumen sebelum batas akhir Penyampaian
Dokumen Penawaran
c. pemberian penjelasan paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak
tanggal undangan Tender
d. penyampaian Dokumen Penawaran disesuaikan dengan kebutuhan

e. pembukaan Dokumen Penawaran Setelah masa penyampaian Dokumen


administrasi dan teknis (file I) Penawaran berakhir
f. evaluasi administrasi disesuaikan dengan kebutuhan
g. evaluasi teknis bagi yang lulus disesuaikan dengan kebutuhan
evaluasi administrasi
h. pengumuman peserta yang lulus 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
evaluasi administrasi dan teknis (file penawaran
I)
i. pembukaan Dokumen Penawaran 1 (satu) hari kerja setelah
(file II) bagi yang lulus evaluasi teknis pengumuman peserta yang lulus
evaluasi administrasi dan teknis
j. evaluasi harga disesuaikan dengan kebutuhan
k. penetapan dan pengumuman 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
pemenang
l. masa Sanggah Selama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman Pemenang dan jawaban
sanggah paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah akhir masa sanggah
m. masa Sanggah Banding Selama 5 (lima) hari kerja setelah
(untuk Pekerjaan Konstruksi) jawaban sanggah dan jawaban
Sanggah Banding paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah
menerima klarifikasi Jaminan Sanggah
Banding

jdih.lkpp.go.id
- 48 -

b. Pemilihan dengan Pascakualifikasi

1) Tahap Pemilihan untuk Metode Penyampaian Pascakualifikasi


231 2
(dua) file
Tahapan Waktu
a. Pengumuman Tender paling kurang 5 (lima) hari kerja
b. Pendaftaran dan pengunduhan Sampai dengan 1 (satu) hari kerja
dokumen sebelum batas akhir Penyampaian
Dokumen Penawaran
c. pemberian penjelasan paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak
tanggal pengumuman Tender
d. penyampaian Dokumen Penawaran disesuaikan dengan kebutuhan dan
paling kurang 3 (tiga) hari kerja setelah
Berita Acara Hasil Pemberian
Penjelasan
e. Pembukaan dokumen penawaran Setelah masa penyampaian Dokumen
administrasi, teknis dan dokumen Penawaran berakhir
kualifikasi (file I);
f. evaluasi administrasi dan kualifikasi disesuaikan dengan kebutuhan

g. evaluasi teknis bagi yang lulus disesuaikan dengan kebutuhan


evaluasi teknis administrasi
h. pengumuman peserta yang lulus 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
evaluasi administrasi dan teknis penawaran
(file I)
i. pembukaan Dokumen Penawaran 1 (satu) hari kerja setelah
harga (file II) bagi yang lulus evaluasi pengumuman peserta yang lulus
teknis evaluasi administrasi dan teknis
j. evaluasi harga disesuaikan dengan kebutuhan
k. pembuktian kualifikasi kepada calon disesuaikan dengan kebutuhan
Pemenang
l. penetapan dan pengumuman 1 (satu) hari kerja setelah klarifikasi
pemenang kualifikasi
m. masa Sanggah Selama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman Pemenang dan jawaban
sanggah paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah akhir masa sanggah
n. masa Sanggah Banding Selama 5 (lima) hari kerja setelah
(untuk Pekerjaan Konstruksi) jawaban sanggah dan jawaban
Sanggah Banding paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah
menerima klarifikasi Jaminan Sanggah
Banding

2) Tahap Pemilihan untuk Metode Penyampaian Pascakualifikasi 1


(satu) file
Tahapan Waktu
a. Pengumuman Tender paling kurang 5 (lima) hari kerja
b. Pendaftaran dan pengunduhan Sampai dengan 1 (satu) hari kerja
dokumen sebelum batas akhir Penyampaian
Dokumen Penawaran
c. pemberian penjelasan paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak
tanggal pengumuman Tender

jdih.lkpp.go.id
- 49 -

Tahapan Waktu
d. penyampaian Dokumen Penawaran disesuaikan dengan kebutuhan dan
232
paling kurang 3 (tiga) hari kerja setelah
Berita Acara Hasil Pemberian
Penjelasan
e. pembukaan Dokumen Penawaran Setelah masa penyampaian Dokumen
Penawaran berakhir
f. evaluasi administrasi, teknis, harga disesuaikan dengan kebutuhan
dan kualifikasi
g. pembuktian kualifikasi kepada disesuaikan dengan kebutuhan
calon Pemenang
h. penetapan pemenang dan 1 (satu) hari kerja setelah klarifikasi
pengumuman kualifikasi
i. masa Sanggah Selama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman Pemenang dan jawaban
sanggah paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah akhir masa sanggah
j. masa Sanggah Banding (untuk Selama 5 (lima) hari kerja setelah
Pekerjaan Konstruksi) jawaban sanggah dan dan jawaban
Sanggah Banding paling lambat 14
(empat belas) hari kerja setelah
menerima klarifikasi Jaminan Sanggah
Banding

c. Tender Cepat

Tahapan Waktu
a. Undangan Tender -
b. penyampaian Dokumen Penawaran paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
undangan Tender
c. pembukaan Dokumen Penawaran Setelah masa penyampaian Dokumen
Penawaran berakhir
d. pengumuman hasil pembukaan Setelah pembukaan Dokumen
Dokumen Penawaran Penawaran
e. klarifikasi kualifikasi kepada calon disesuaikan dengan kebutuhan
Pemenang
f. penetapan pemenang dan 1 (satu) hari kerja setelah klarifikasi
pengumuman kualifikasi

d. Seleksi Jasa Konsultansi Badan Usaha


1) Tahapan Prakualifikasi

Tahapan Waktu
a. pengumuman prakualifikasi paling kurang 7 (tujuh) hari kerja
b. pendaftaran dan pengunduhan sampai dengan 1 (satu) hari kerja
Dokumen Kualifikasi sebelum batas akhir penyampaian
dokumen penawaran
c. pemberian penjelasan (apabila paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak
diperlukan) tanggal pengumuman prakualifikasi
d. penyampaian Dokumen Kualifikasi paling kurang 3 (tiga) hari kerja setelah
berakhirnya penayangan pengumuman
prakualifikasi

jdih.lkpp.go.id
- 50 -

e. evaluasi Kualifikasi disesuaikan dengan kebutuhan


f. pembuktian kualifikasi disesuaikan dengan kebutuhan
233
g. penetapan dan pengumuman hasil 1 (satu) hari setelah pembuktian
kualifikasi serta daftar pendek kualifikasi
h. masa sanggah kualifikasi 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman hasil kualifikasi
(jawaban sanggah paling lambat 3
(tiga) hari kerja setelah akhir masa
sanggah)

2) Tahap Pemilihan dengan Metode Evaluasi Kualitas

Tahapan Waktu
a. Undangan Seleksi 1 (satu) hari kerja setelah selesai masa
sanggah kualifikasi jika tidak ada
sanggah atau 1 (satu) hari setelah
semua sanggah dijawab
b. Pendaftaran dan pengunduhan Sampai dengan 1 (satu) hari kerja
dokumen sebelum batas akhir Penyampaian
Dokumen Penawaran
c. pemberian penjelasan paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak
tanggal undangan Seleksi
d. penyampaian Dokumen Penawaran disesuaikan dengan kebutuhan

e. pembukaan Dokumen Penawaran Setelah masa penyampaian Dokumen


administrasi dan teknis (file I) Penawaran berakhir
f. evaluasi administrasi disesuaikan dengan kebutuhan

g. evaluasi teknis bagi yang lulus disesuaikan dengan kebutuhan


evaluasi administrasi
h. pengumuman peringkat teknis 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
penawaran
i. masa Sanggah Selama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman Pemenang dan jawaban
sanggah paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah akhir masa sanggah
j. pembukaan Dokumen Penawaran setelah masa sanggah berakhir atau
biaya (file II) bagi yang lulus evaluasi sanggah telah dijawab
teknis
k. evaluasi dan negosiasi teknis dan disesuaikan dengan kebutuhan
biaya
l. penetapan dan pengumuman 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
pemenang

3) Tahap Pemilihan dengan Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya, Pagu


Anggaran dan Biaya Terendah

Tahapan Waktu
a. Undangan Seleksi 1 (satu) hari kerja setelah selesai masa
sanggah kualifikasi jika tidak ada
sanggah atau 1 (satu) hari setelah
semua sanggah dijawab
b. Pendaftaran dan pengunduhan Sampai dengan 1 (satu) hari kerja

jdih.lkpp.go.id
- 51 -

dokumen sebelum batas akhir Penyampaian


Dokumen Penawaran
c. pemberian penjelasan paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak
234
tanggal undangan Seleksi
d. penyampaian Dokumen Penawaran disesuaikan dengan kebutuhan

e. pembukaan Dokumen Penawaran Setelah masa penyampaian Dokumen


administrasi dan teknis (file I) Penawaran berakhir
f. evaluasi administrasi disesuaikan dengan kebutuhan

g. evaluasi teknis bagi yang lulus disesuaikan dengan kebutuhan


evaluasi administrasi
h. pengumuman hasil evaluasi 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
administrasi dan teknis penawaran
i. pembukaan Dokumen Penawaran 1 (satu) hari setelah pengumuman
(file II) bagi yang lulus evaluasi teknis hasil evaluasi administrasi dan teknis
j. evaluasi biaya disesuaikan dengan kebutuhan
k. penetapan dan pengumuman 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
pemenang
l. masa Sanggah Selama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman Pemenang dan jawaban
sanggah paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah akhir masa sanggah
m. Negosiasi teknis dan biaya Setelah masa sanggah berakhir

jdih.lkpp.go.id
- 52 -

e. Seleksi Jasa Konsultansi Perorangan 235

1) Tahapan Pemilihan
Tahapan Waktu
a. Pengumuman seleksi Paling kurang 5 (lima) hari kerja
b. Pendaftaran dan pengunduhan Sampai dengan 1 (satu) hari kerja
dokumen sebelum batas akhir Penyampaian
Dokumen Penawaran
c. pemberian penjelasan paling cepat 3 (tiga) hari kerja sejak
tanggal undangan Seleksi
d. penyampaian Dokumen Penawaran disesuaikan dengan kebutuhan
e. pembukaan Dokumen Penawaran Setelah masa penyampaian Dokumen
administrasi dan teknis (file I) dan Penawaran berakhir
kualifikasi
f. evaluasi administrasi dan kualifikasi disesuaikan dengan kebutuhan

g. evaluasi teknis bagi yang lulus disesuaikan dengan kebutuhan


evaluasi administrasi
h. pembuktian kualifikasi disesuaikan dengan kebutuhan
i. pengumuman hasil evaluasi 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
administrasi dan teknis penawaran
j. masa Sanggah selama 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman Pemenang dan jawaban
sanggah paling lambat 3 (tiga) hari
kerja setelah akhir masa sanggah
k. pembukaan Dokumen Penawaran 1 (satu) hari setelah masa sanggah
(file II) bagi yang lulus evaluasi teknis berakhir
l. evaluasi dan negosiasi teknis dan disesuaikan dengan kebutuhan
biaya
m. penetapan dan pengumuman 1 (satu) hari kerja setelah evaluasi
pemenang

3.10 Penyusunan Dokumen Pemilihan

Pokja Pemilihan menyusun Dokumen Pemilihan berdasarkan dokumen


persiapan pengadaan yang ditetapkan oleh PPK dan telah direviu oleh
Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan.

Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan oleh Pokja


Pemilihan/Pejabat Pengadaan yang memuat informasi dan ketentuan
yang harus ditaati oleh para pihak dalam pemilihan Penyedia.
Dokumen Pemilihan terdiri atas:
a. Dokumen Kualifikasi; dan
b. Dokumen Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung/Pengadaan
Langsung.

3.10.1 Dokumen Kualifikasi

Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun Dokumen Kualifikasi


yang memuat informasi dan ketentuan tentang persyaratan kualifikasi
Penyedia, digunakan sebagai pedoman oleh Pokja Pemilihan/Pejabat

jdih.lkpp.go.id
- 53 -

Pengadaan dan Peserta untuk memenuhi kualifikasi yang


dipersyaratkan.
236

Isi Dokumen Kualifikasi meliputi:


a. petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi;
b. formulir isian kualifikasi;
c. instruksi kepada peserta, termasuk tata cara penyampaian
Dokumen Kualifikasi;
d. lembar data kualifikasi;
e. pakta integritas; dan/atau
f. tata cara evaluasi kualifikasi.
Untuk pemilihan Penyedia dengan prakualifikasi, Dokumen Kualifikasi
disampaikan sebelum penyampaian penawaran.

Untuk pemilihan Penyedia dengan pascakualifikasi, Dokumen


Kualifikasi disampaikan bersamaan dengan Dokumen Tender/Seleksi.

3.10.2 Dokumen Tender/Penunjukan Langsung untuk Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya

Pokja Pemilihan menyusun Dokumen Tender/Penunjukan Langsung


yang memuat paling sedikit meliputi:
a. undangan/pengumuman;
b. Instruksi Kepada Peserta;
c. Lembar Data Pemilihan (LDP);
d. Rancangan Kontrak terdiri dari:
1) pokok-pokok perjanjian;
2) syarat umum Kontrak;
3) syarat khusus Kontrak; dan
4) dokumen lain yang merupakan bagian dari Kontrak;
e. Daftar Kuantitas dan Harga;
f. spesifikasi teknis/KAK dan/atau gambar, brosur;
g. bentuk surat penawaran;
h. bentuk Jaminan Pengadaan; dan/atau
i.contoh-contoh formulir yang perlu diisi.

3.10.3 Dokumen Seleksi/Penunjukan Langsung untuk Jasa Konsultansi

Pokja Pemilihan menyusun Dokumen Seleksi/Penunjukan Langsung


yang memuat paling sedikit meliputi:

a. undangan/pengumuman;
b. Instruksi Kepada Peserta;

jdih.lkpp.go.id
- 54 -

c. Lembar Data Pemilihan (LDP);


d. Rancangan Kontrak terdiri dari: 237
1) pokok-pokok perjanjian;
2) syarat umum Kontrak;
3) syarat khusus Kontrak; dan
4) dokumen lain yang merupakan bagian dari Kontrak;
e. Daftar Kuantitas dan Harga;
f. KAK;
g. bentuk surat penawaran;
h. bentuk Jaminan Pengadaan; dan/atau
i.contoh-contoh formulir yang perlu diisi.

3.10.4 Dokumen Penunjukan Langsung menggunakan Surat Perintah


Kerja (SPK)

Pejabat Pengadaan menyusun Dokumen Penunjukan Langsung paling


sedikit meliputi:
a. undangan; (apabila diperlukan)
b. Instruksi Kepada Peserta;
c. Rancangan Surat Perintah Kerja terdiri dari:
1) Pokok-pokok perjanjian;
2) syarat umum Kontrak;
3) syarat khusus Kontrak; dan
4) dokumen lain yang merupakan bagian dari Surat Perintah
Kerja;
d. Daftar Kuantitas dan Harga;
e. spesifikasi teknis/KAK dan/atau gambar, brosur;
f. bentuk surat penawaran; dan/atau
g. contoh-contoh formulir yang perlu diisi.

jdih.lkpp.go.id
- 55 -

IV. PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA MELALUI TENDER/SELEKSI


238

Gambar 4 Proses Kualifikasi dan Proses Pemilihan dalam Prakualifikasi

Gambar 5 Proses Kualifikasi dan Proses Pemilihan dalam Pascakualifikasi

4.1 Pelaksanaan Kualifikasi


Pelaksanaan kualifikasi dilakukan melalui SPSE menggunakan
prakualifikasi atau pascakualifikasi.

4.1.1 Pelaksanaan Prakualifikasi


a. Pengumuman Prakualifikasi
Pengumuman dilakukan melalui SPSE dan dapat ditambahkan dalam
situs web Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, papan
pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar, dan/atau media
lainnya.
Pengumuman prakualifikasi paling sedikit memuat:
1) nama dan alamat Pokja Pemilihan;
2) uraian singkat pekerjaan;
3) nilai HPS dan nilai Pagu Anggaran;
4) persyaratan kualifikasi;
5) jadwal pengunduhan dokumen kualifikasi; dan
6) jadwal penyampaian dokumen kualifikasi.
b. Pendaftaran Dan Pengunduhan Dokumen Kualifikasi
Pelaku Usaha yang berminat mengikuti proses Prakualifikasi dapat
mengunduh dokumen kualifikasi setelah melakukan pendaftaran
sebagai peserta kualifikasi.

jdih.lkpp.go.id
- 56 -

c. Pemberian Penjelasan Kualifikasi (apabila diperlukan)


Pemberian penjelasan kualifikasi dilakukan melalui fasilitas
239 yang
disediakan dalam aplikasi SPSE.

d. Penyampaian Dokumen Kualifikasi


Peserta menyampaikan dokumen kualifikasi melalui formulir isian
elektronik kualifikasi yang tersedia pada SPSE sesuai jadwal yang
ditetapkan.
Dalam hal formulir isian elektronik kualifikasi yang tersedia pada
SPSE belum mengakomodir data kualifikasi yang disyaratkan, maka
data persyaratan kualifikasi tersebut disampaikan pada fasilitas
pengunggahan lain yang tersedia pada SPSE.
Dengan menyampaikan data kualifikasi pada formulir isian elektronik
kualifikasi, peserta menyetujui pernyataan sebagai berikut:
1) Pernyataan yang tercantum dalam Pakta Integritas meliputi:
a) Tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
b) Akan melaporkan kepada PA/KPA jika mengetahui terjadinya
praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam proses
pengadaan ini;
c) Akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan,
dan profesional untuk memberikan hasil kerja terbaik sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d) Apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam angka 1)
huruf a dan b, dan c maka bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2) yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan
pengadilan, tidak pailit, dan kegiatan usahanya tidak sedang
dihentikan;
3) yang bersangkutan berikut pengurus badan usaha tidak sedang
dikenakan sanksi daftar hitam;
4) yang bertindak untuk dan atas nama badan usaha tidak sedang
dalam menjalani sanksi pidana;
5) pimpinan dan pengurus badan usaha bukan sebagai pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah atau pimpinan dan
pengurus badan usaha sebagai pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang sedang mengambil
cuti diluar tanggungan Negara;
6) Pernyataan lain yang menjadi syarat kualifikasi yang tercantum
dalam Dokumen Pemilihan; dan
7) data kualifikasi yang diisikan dan dokumen penawaran yang
disampaikan benar, dan jika dikemudian hari ditemukan bahwa

jdih.lkpp.go.id
- 57 -

data/dokumen yang disampaikan tidak benar dan ada pemalsuan,


maka direktur utama/pimpinan perusahaan/pimpinan koperasi,
240
atau kepala cabang, atau pejabat yang menurut perjanjian kerja
sama berhak mewakili badan usaha yang bekerja sama dan badan
usaha yang diwakili bersedia dikenakan sanksi administratif,
sanksi pencantuman dalam daftar hitam, gugatan secara perdata,
dan/atau pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk peserta yang berbentuk konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain, penyampaian kualifikasi
pada formulir elektonik isian kualifikasi dilakukan oleh badan usaha
yang ditunjuk mewakili konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain. Anggota konsorsium/kerja
sama operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain menyampaikan file
formulir isian kualifikasi melalui fasilitas lain yang tersedia pada SPSE.
Dalam hal sampai batas akhir penyampaian dokumen kualifikasi tidak
ada peserta yang menyampaikan dokumen kualifikasi, maka Pokja
Pemilihan dapat memberikan waktu perpanjangan penyampaian
dokumen kualifikasi.
Setelah pemberian waktu perpanjangan penyampaian kualifikasi,
peserta yang menyampaikan dokumen kualifikasi kurang dari 3 (tiga),
maka prakualifikasi dinyatakan gagal.

e. Evaluasi Dokumen Kualifikasi


Pokja Pemilihan melakukan evaluasi kualifikasi terhadap dokumen
kualifikasi yang disampaikan oleh peserta setelah jadwal penyampaian
dokumen kualifikasi selesai. Evaluasi kualifikasi dilakukan terhadap
peserta yang mendaftar dan memasukkan dokumen kualifikasi
meliputi:
1) evaluasi kualifikasi administrasi/legalitas;
2) evaluasi kualifikasi teknis; dan/atau
3) evaluasi kualifikasi keuangan.
Untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya,
pelaksanaan evaluasi kualifikasi administrasi/legalitas dan evaluasi
kualifikasi teknis menggunakan sistem gugur, dengan membandingkan
persyaratan yang tercantum dalam dokumen kualifikasi dengan
dokumen kualifikasi peserta. Untuk pengadaan Jasa Konsultansi
pelaksanaan evaluasi kualifikasi administrasi/legalitas menggunakan
sistem gugur, sedangkan evaluasi kualifikasi teknis menggunakan
sistem pembobotan dengan ambang batas.
Untuk evaluasi kualifikasi keuangan dilaksanakan menggunakan
sistem gugur.

jdih.lkpp.go.id
- 58 -

Prakualifikasi belum merupakan ajang kompetisi maka data yang


kurang masih dapat dilengkapi sampai dengan 3 (tiga) hari setelah
241
Pokja Pemilihan menyampaikan hasil evaluasi.
Dalam hal jumlah peserta yang lulus evaluasi dokumen kualifikasi
kurang dari 3 (tiga) peserta, maka prakualifikasi dinyatakan gagal.

f. Pembuktian Kualifikasi

Pokja Pemilihan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap peserta


pemilihan yang memenuhi persyaratan kualifikasi, dengan
mengundang dan memverifikasi/mengklarifikasi kesesuaian data pada
informasi formulir elektronik isian kualifikasi pada SPSE atau SIKaP
yang disediakan dengan dokumen asli.

Pokja Pemilihan dapat melakukan verifikasi/klarifikasi kepada


penerbit dokumen asli, kunjungan lapangan terhadap kebenaran
lokasi (kantor, pabrik, gudang, dan/atau fasilitas lainnya), tenaga
kerja, dan peralatan.

Dalam hal jumlah peserta yang lulus pembuktian kualifikasi kurang


dari 3 (tiga) peserta, maka prakualifikasi dinyatakan gagal.

g. Penetapan Hasil Kualifikasi


1) Untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya ditetapkan
daftar peserta tender yang lulus prakualifikasi paling kurang 3
(tiga) peserta.
2) Untuk Jasa Konsultansi ditetapkan Daftar Pendek peserta seleksi
yang lulus prakualifikasi berjumlah 3 (tiga) sampai 7 (tujuh).

h. Pengumuman Hasil Kualifikasi


Hasil kualifikasi diumumkan melalui aplikasi SPSE dan dapat
ditambahkan dalam situs web Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar,
dan/atau media lainnya.
Pengumuman hasil kualifikasi memuat paling sedikit:
1) nama dan alamat Pokja Pemilihan yang mengadakan
tender/seleksi;
2) nama paket pengadaan;
3) nama, NPWP, dan alamat peserta baik yang lulus maupun tidak
lulus kualifikasi beserta alasan tidak lulus; dan
4) nama peserta yang masuk dalam daftar pendek untuk Jasa
Konsultansi Badan Usaha.

jdih.lkpp.go.id
- 59 -

i. Sanggah Kualifikasi

Peserta yang menyampaikan dokumen kualifikasi dapat mengajukan


242
sanggah melalui aplikasi SPSE apabila menemukan:
1) kesalahan dalam melakukan evaluasi;
2) penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Dokumen Pemilihan;
3) rekayasa/persekongkolan sehingga menghalangi terjadinya
persaingan usaha yang sehat; dan/atau
4) penyalahgunaan wewenang oleh Pokja Pemilihan, pimpinan
UKPBJ, PPK, PA/KPA, dan/atau kepala daerah.
Sanggah disampaikan kepada Pokja Pemilihan dalam waktu 5 (lima)
hari kerja setelah pengumuman hasil kualifikasi.
Pokja Pemilihan memberikan jawaban tertulis atas semua sanggah
paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah masa sanggah berakhir.
Apabila sanggah dinyatakan salah/tidak diterima, maka Pokja
Pemilihan melanjutkan proses Prakualifikasi.
Apabila sanggah dinyatakan benar/diterima, Pokja Pemilihan
melakukan evaluasi kualifikasi ulang atau prakualifikasi ulang.
Sanggah yang disampaikan kepada Pejabat Penandatangan Kontrak,
PA/KPA, dan APIP Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah, atau
disampaikan diluar masa sanggah, dianggap sebagai pengaduan dan
diproses sebagaimana penanganan pengaduan.

j. Tindak Lanjut Prakualifikasi Gagal

Dalam hal prakualifikasi gagal maka Pokja Pemilihan melakukan


evaluasi penyebab kegagalan, antara lain:
Tabel 2 Evaluasi Prakualifikasi Gagal

No Contoh Penyebab Tindak Lanjut


1 a. Evaluasi tidak sesuai dengan ketentuan evaluasi dan pembuktian
yang tercantum dalam dokumen kualifikasi kualifikasi ulang
b. Kesalahan dalam mengevaluasi dokumen
kualifikasi
2 a. Terjadi gangguan pada aplikasi SPSE penyampaian dokumen
b. Kesalahan dokumen kualifikasi dari Pokja kualifikasi ulang
Pemilihan
3 a. Indikasi terjadi persekongkolan prakualifikasi ulang
b. Adanya persyaratan kualifikasi yang
diskriminatif
c. Kecurangan dalam pengumuman
d. Tidak ada peserta yang menyampaikan
Dokumen Kualifikasi
e. Jumlah peserta yang lulus prakualifikasi
kurang dari 3 (tiga) peserta

jdih.lkpp.go.id
- 60 -

Dalam hal prakualifikasi ulang maka Pokja Pemilihan243segera


melakukan prakualifikasi kembali dengan ketentuan:
1) Apabila hasil prakualifikasi ulang jumlah peserta yang lulus 2 (dua)
peserta, maka dilanjutkan dengan proses Tender/Seleksi; atau
2) Apabila hasil prakualifikasi ulang jumlah peserta yang lulus 1
(satu) peserta, maka dilanjutkan dengan proses Penunjukan
Langsung.
Dalam hal prakualifikasi ulang dinyatakan gagal, Pokja Pemilihan
mengumumkan hasil prakualifikasi ulang dan menyampaikan hasil
prakualifikasi kepada Pejabat Penandatangan Kontrak dan selanjutnya
Pokja Pemilihan melakukan evaluasi penyebab kegagalan
prakualifikasi.

4.1.2 Pelaksanaan Pascakualifikasi


Proses Pelaksanaan Pascakualifikasi dilakukan bersamaan dengan
proses pemilihan. Pemberian penjelasan kualifikasi dilakukan
bersamaan dengan pemberian penjelasan Dokumen Pemilihan.
Peserta menyampaikan dokumen pascakualifikasi melalui formulir
isian elektronik kualifikasi yang tersedia pada aplikasi SPSE
bersamaan dengan penyampaian dokumen penawaran.
Jika formulir isian elektronik kualifikasi yang tersedia pada aplikasi
SPSE belum mengakomodir data kualifikasi yang disyaratkan, maka
data persyaratan kualifikasi tersebut disampaikan pada fasilitas lain
yang tersedia pada aplikasi SPSE.
Dengan menyampaikan data kualifikasi pada formulir isian elektronik
kualifikasi, peserta menyetujui pernyataan sebagai berikut:
1) Pernyataan yang tercantum dalam Pakta Integritas meliputi:
a) Tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
b) Akan melaporkan kepada PA/KPA jika mengetahui terjadinya
praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam proses
pengadaan ini;
c) Akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan,
dan profesional untuk memberikan hasil kerja terbaik sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d) Apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam angka 1)
huruf a dan b, dan c maka bersedia menerima sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

jdih.lkpp.go.id
- 61 -

2) yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan


pengadilan, tidak pailit, dan kegiatan usahanya tidak sedang
244
dihentikan;
3) yang bersangkutan berikut pengurus badan usaha tidak sedang
dikenakan sanksi daftar hitam;
4) yang bertindak untuk dan atas nama badan usaha tidak sedang
dalam menjalani sanksi pidana;
5) pimpinan dan pengurus badan usaha bukan sebagai pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah atau pimpinan dan
pengurus badan usaha sebagai pegawai
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang sedang mengambil
cuti diluar tanggungan Negara;
6) Pernyataan lain yang menjadi syarat kualifikasi yang tercantum
dalam Dokumen Pemilihan; dan
7) data kualifikasi yang diisikan dan dokumen penawaran yang
disampaikan benar, dan jika dikemudian hari ditemukan bahwa
data/dokumen yang disampaikan tidak benar dan ada pemalsuan,
maka direktur utama/pimpinan perusahaan/pimpinan koperasi,
atau kepala cabang, atau pejabat yang menurut perjanjian kerja
sama berhak mewakili badan usaha yang bekerja sama dan badan
usaha yang diwakili bersedia dikenakan sanksi administratif,
sanksi pencantuman dalam daftar hitam, gugatan secara perdata,
dan/atau pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk peserta yang berbentuk konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain, penyampaian kualifikasi
pada formulir elektonik isian kualifikasi dilakukan oleh badan usaha
yang ditunjuk mewakili konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain. Anggota konsorsium/kerja
sama operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain menyampaikan file
formulir isian kualifikasi melalui fasilitas lain yang tersedia pada SPSE.
Evaluasi kualifikasi dapat dilaksanakan bersamaan dengan evaluasi
dokumen penawaran (administrasi, teknis, dan harga).
Pembuktian pascakualifikasi dilakukan terhadap calon pemenang dan
calon pemenang cadangan. Dalam hal calon pemenang tidak lulus
pembuktian kualifikasi maka dilanjutkan dengan pembuktian
kualifikasi terhadap peserta dengan peringkat selanjutnya (apabila
ada).
Apabila tidak ada peserta yang lulus evaluasi kualifikasi dan
pembuktian kualifikasi, maka Tender dinyatakan gagal.

jdih.lkpp.go.id
- 62 -

4.1.3 Pelaksanaan Kualifikasi melalui SIKaP

Dalam hal peserta yang menjadi calon pemenang telah terkualifikasi


245
dalam SIKaP, maka proses pembuktian kualifikasi dilakukan melalui
aplikasi SIKaP.

4.2 Pelaksanaan Pemilihan

4.2.1 Undangan Tender/Seleksi

Pokja Pemilihan mengundang semua peserta tender yang telah lulus


prakualifikasi atau peserta seleksi yang masuk dalam Daftar Pendek
untuk mengikuti proses Tender/Seleksi. Undangan mencantumkan
hari, tanggal, dan waktu pendaftaran dan pengunduhan Dokumen
Tender/Seleksi.

4.2.2 Pengumuman Tender/Seleksi Jasa Konsultansi Perorangan


Pengumuman merupakan awal proses pemilihan pada Tender
Pascakualifikasi atau Seleksi Jasa Konsultansi Perorangan.
Pokja Pemilihan mengumumkan melalui aplikasi SPSE dan dapat
ditambahkan dalam situs web Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, surat kabar,
dan/atau media lainnya.
Pengumuman pascakualifikasi paling sedikit memuat:
a. nama dan alamat Pokja Pemilihan;
b. uraian singkat pekerjaan;
c. nilai total Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan/atau nilai pagu
anggaran;
d. persyaratan peserta;
e. waktu pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pemilihan; dan
f. waktu penyampaian dokumen penawaran.

4.2.3 Pendaftaran dan Pengunduhan Dokumen Pemilihan


Semua Pelaku Usaha yang diundang atau yang berminat untuk
mengikuti Tender/Seleksi melakukan pendaftaran dan mengunduh
Dokumen Pemilihan melalui aplikasi SPSE.

4.2.4 Pemberian Penjelasan


Pokja Pemilihan melaksanakan pemberian penjelasan pemilihan
Penyedia melalui aplikasi SPSE sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Pemberian penjelasan merupakan media/forum tanya
jawab antara Peserta Tender/Seleksi dengan Pokja Pemilihan mengenai

jdih.lkpp.go.id
- 63 -

ruang lingkup paket pengadaan serta syarat dan ketentuan yang


tercantum dalam Dokumen Pemilihan.
246
Tujuan pemberian penjelasan adalah untuk memperjelas ruang
lingkup paket pengadaan serta syarat dan ketentuan yang tercantum
dalam Dokumen Pemilihan, sehingga terdapat kesamaan pemahaman
antara Pokja Pemilihan dan Peserta, sekaligus untuk mendapatkan
masukan kemungkinan adanya koreksi atas Dokumen Pemilihan.
Lama waktu/durasi pemberian penjelasan disesuaikan dengan
kompleksitas pekerjaan. Pokja Pemilihan menjawab setiap pertanyaan
yang masuk. Pada saat berlangsungnya pemberian penjelasan, Pokja
Pemilihan dapat menambah waktu pemberian penjelasan sesuai
dengan kebutuhan.
Pokja Pemilihan segera menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh Peserta sampai dengan batas akhir pemberian penjelasan. Namun
demikian, Pokja Pemilihan masih dapat menjawab seluruh pertanyaan
setelah waktu pemberian penjelasan telah berakhir.
Kumpulan tanya jawab dan keterangan lain pada saat pemberian
penjelasan merupakan Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP).
Jika dibutuhkan peninjauan lapangan, Pokja Pemilihan dapat
melakukan peninjauan lapangan bersama-sama dengan Peserta dan
dilanjutkan dengan pemberian penjelasan di lapangan. Berita Acara
Pemberian Penjelasan (BAPP) Lapangan menjadi bagian dari Berita
Acara Pemberian Penjelasan (BAPP). Biaya yang timbul atas
peninjauan lapangan dibebankan pada masing-masing pihak.
Dalam hal hasil pemberian penjelasan dan/atau pertanyaan tertulis
yang disampaikan oleh Peserta mengakibatkan perubahan Dokumen
Pemilihan, maka perubahan tersebut harus dituangkan dalam
Adendum Dokumen Pemilihan. Dalam hal perubahan Dokumen
Pemilihan terkait Spesifikasi Teknis/KAK, HPS atau Rancangan
Kontrak maka perubahan tersebut harus disetujui oleh PPK.
Apabila perubahan tidak dituangkan dalam Adendum Dokumen
Pemilihan atau tidak disetujui oleh PPK, maka perubahan tersebut
dianggap tidak ada dan ketentuan yang berlaku adalah Dokumen
Pemilihan awal. Adendum Dokumen Pemilihan dapat dilakukan secara
berulang dengan menyampaikan Adendum Dokumen Pemilihan
melalui aplikasi SPSE paling kurang 3 (tiga) hari kerja sebelum batas
akhir penyampaian dokumen penawaran. Apabila Adendum Dokumen
Pemilihan mengakibatkan kebutuhan penambahan waktu penyiapan
kembali Dokumen Pemilihan, maka Pokja Pemilihan memperpanjang
batas akhir penyampaian penawaran.

4.2.5 Penyampaian Dokumen Penawaran


Peserta pemilihan menyampaikan dokumen penawaran berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Tender/Seleksi.

jdih.lkpp.go.id
- 64 -

Peserta dapat menyampaikan ulang file penawaran untuk mengganti


atau menimpa file penawaran sebelumnya, sampai dengan batas akhir
247
penyampaian penawaran.
Untuk peserta yang berbentuk konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain, penyampaian penawaran
dilakukan oleh badan usaha yang ditunjuk mewakili peserta yang
berbentuk konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk
kerjasama lain.
Pokja Pemilihan dapat melakukan perubahan jadwal penyampaian
dokumen penawaran disertai dengan penjelasan alasan perubahan
jadwal.
Pokja Pemilihan dapat memperpanjang waktu batas akhir
penyampaian penawaran dalam hal sebelum batas akhir penawaran
tidak ada Peserta yang menyampaikan penawaran. Perpanjangan
waktu dilakukan pada hari yang sama dengan batas akhir
penyampaian penawaran. Apabila tidak ada peserta yang
menyampaikan dokumen penawaran setelah waktu perpanjangan,
Tender/Seleksi dinyatakan gagal.
Tender Pekerjaan Konstruksi dengan nilai total HPS paling sedikit di
atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), Jaminan
Penawaran disampaikan dengan ketentuan:
a. Softcopy Jaminan Penawaran disampaikan sebagai bagian dari
dokumen administrasi; dan
b. Jaminan Penawaran asli disampaikan secara langsung atau
melalui pos/jasa pengiriman dan diterima UKPBJ 1 (satu) hari
kerja sebelum batas akhir penyampaian penawaran dan paling
lambat 1 (satu) jam sebelum batas akhir penyampaian penawaran.
Dalam hal Jaminan Penawaran asli tidak diterima UKPBJ sampai
dengan batas waktu yang ditentukan, maka penawaran dinyatakan
gugur. Segala resiko keterlambatan dan kerusakan pengiriman
Jaminan Penawaran asli menjadi resiko peserta.

4.2.6 Pembukaan Dokumen Penawaran

a. Pada tahap pembukaan dokumen penawaran, Pokja Pemilihan


mengunduh file penawaran sesuai waktu yang telah ditetapkan.
b. Terhadap file penawaran yang tidak dapat dibuka, Pokja Pemilihan
menyampaikan file penawaran tersebut kepada layanan pengadaan
secara elektronik untuk mendapat keterangan bahwa file yang
bersangkutan tidak dapat dibuka. Apabila diperlukan layanan
pengadaan secara elektronik dapat menyampaikan file penawaran
tersebut kepada LKPP.
c. Apabila berdasarkan keterangan dari layanan pengadaan secara
elektronik atau LKPP file penawaran tidak dapat dibuka, maka

jdih.lkpp.go.id
- 65 -

Pokja Pemilihan dapat menetapkan bahwa file penawaran tersebut


tidak memenuhi syarat. Sehingga penawaran dinyatakan tidak
248
memenuhi syarat. Namun apabila berdasarkan layanan pengadaan
secara elektronik atau LKPP dapat dibuka, maka Pokja Pemilihan
melanjutkan proses evaluasi atas dokumen penawaran tersebut.
d. Pokja Pemilihan tidak boleh menggugurkan penawaran pada waktu
pembukaan penawaran, kecuali untuk file penawaran yang sudah
dipastikan tidak dapat dibuka berdasarkan keterangan layanan
pengadaan secara elektronik atau LKPP.
e. Pokja Pemilihan tidak diperkenankan mengubah waktu batas akhir
penyampaian penawaran (melakukan perpanjangan waktu) kecuali:
1) terjadi keadaan kahar;
2) terjadi gangguan teknis SPSE;
3) perubahan dokumen pemilihan yang mengakibatkan
kebutuhan penambahan waktu penyiapan dokumen
penawaran; atau
4) tidak ada peserta yang memasukkan penawaran sampai dengan
batas akhir penyampaian penawaran.
f. Dalam hal Pokja Pemilihan mengubah waktu batas akhir
penyampaian penawaran maka Pokja Pemilihan
menyampaikan/menginformasikan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan pada SPSE.

4.2.7 Evaluasi Dokumen Penawaran


Pokja Pemilihan melakukan evaluasi dokumen penawaran dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. berpedoman pada ketentuan dan syarat-syarat yang ditetapkan
dalam Dokumen Pemilihan;
b. Pokja Pemilihan dan/atau peserta dilarang melakukan post bidding
pada setiap tahapan dalam evaluasi penawaran. Post bidding
adalah tindakan menambah, mengurangi, mengganti dan/atau
mengubah kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan dalam
Dokumen Pemilihan dan/atau substansi dokumen penawaran;
c. Dokumen penawaran yang memenuhi syarat adalah dokumen
penawaran yang sesuai/memenuhi ketentuan dan syarat-syarat
yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan, tanpa ada
ketidaksesuaian/penyimpangan yang bersifat penting/pokok atau
penawaran bersyarat. Ketidaksesuaian/penyimpangan yang
bersifat penting/pokok atau penawaran bersyarat adalah:
1) Ketidaksesuaian/penyimpangan dari Dokumen Pemilihan yang
mempengaruhi lingkup, spesifikasi teknis/KAK dan
hasil/kinerja pekerjaan; dan/atau

jdih.lkpp.go.id
- 66 -

2) penawaran dari peserta dengan persyaratan tambahan di luar


ketentuan dan syarat-syarat dalam Dokumen Pemilihan yang
249
akan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau
tidak adil.
d. Pokja Pemilihan dilarang menggugurkan penawaran dengan alasan
kesalahan penawaran yang tidak substansial (contoh kesalahan
pengetikan, penyebutan sebagian nama atau keterangan, surat
penawaran tidak berkop perusahaan, dan/atau tidak distempel);
e. apabila dalam evaluasi dokumen penawaran ditemukan
bukti/indikasi terjadi persaingan usaha tidak sehat dan/atau
terjadi pengaturan bersama (kolusi/persekongkolan) antar peserta
dengan tujuan untuk memenangkan salah satu peserta, maka:
1) evaluasi dokumen penawaran dilanjutkan terhadap peserta
lainnya yang tidak terlibat (bila ada); dan
2) apabila tidak ada peserta lain sebagaimana dimaksud pada
angka 1), Tender/Seleksi dinyatakan gagal.
f. Indikasi persekongkolan antar Peserta harus dipenuhi sekurang-
kurangnya 2 (dua) indikasi di bawah ini:
1) Terdapat kesamaan dokumen teknis, antara lain: metode
kerja, bahan, alat, analisa pendekatan teknis, harga satuan,
dan/atau spesifkasi barang yang ditawarkan (merek/tipe/jenis)
dan/atau dukungan teknis.
2) seluruh penawaran dari Peserta mendekati HPS.
3) adanya keikutsertaan beberapa Peserta yang berada dalam 1
(satu) kendali.
4) adanya kesamaan/kesalahan isi dokumen penawaran, antara
lain kesamaan/kesalahan pengetikan, susunan, dan format
penulisan.
5) jaminan penawaran dikeluarkan dari penjamin yang sama
dengan nomor seri yang berurutan.

Evaluasi Dokumen Penawaran meliputi:


a. Koreksi Aritmatik

1) Untuk Kontrak Harga Satuan, item pekerjaan dengan harga satuan


pada Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan, dan Kontrak
Waktu Penugasan dilakukan koreksi aritmatik. Koreksi aritmatik
dilakukan secara otomatis menggunakan SPSE. Apabila terdapat
kendala atau tidak dapat menggunakan SPSE, maka koreksi
aritmatik dilakukan secara manual.
2) Koreksi aritmatik dilaksanakan pada tahap awal evaluasi sebelum
evaluasi administrasi pada Tender yang menggunakan metode
penyampaian penawaran 1 (satu) file.

jdih.lkpp.go.id
- 67 -

3) Koreksi aritmatik dilaksanakan setelah pembukaan penawaran


harga untuk Tender yang menggunakan metode penyampaian 2
250
(dua) file dan 2 (dua) tahap dan Seleksi.
4) Hasil koreksi aritmatik mengubah nilai penawaran. Untuk
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dan untuk
pengadaan Jasa Konsultansi dengan metode Pagu Anggaran,
apabila hasil koreksi aritmatik melebihi HPS maka penawaran
dinyatakan gugur.
5) Tata cara koreksi aritmatik adalah sebagai berikut:
a) volume dan/atau jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga dalam penawaran harga disesuaikan
dengan volume dan/atau jenis pekerjaan yang tercantum dalam
Dokumen Pemilihan;
b) apabila terjadi kesalahan hasil perkalian antara volume dengan
harga satuan pekerjaan, dilakukan pembetulan dan harga yang
berlaku adalah hasil perkalian sebenarnya. Dengan ketentuan
harga satuan pekerjaan yang ditawarkan tidak boleh diubah;
c) jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang lain dan harga
satuan pada daftar kuantitas dan harga tetap dibiarkan kosong;
d) jenis pekerjaan yang tidak tercantum dalam daftar kuantitas
dan harga disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang tercantum
dalam Dokumen Pemilihan dan harga satuan pekerjaan
dimaksud dianggap nol; dan
e) hasil koreksi aritmatik dapat mengubah urutan peringkat.
6) Berdasarkan hasil koreksi aritmatik Pokja Pemilihan menyusun
peringkat/urutan dari penawaran terendah.
b. Evaluasi Administrasi

1) Evaluasi administrasi dilakukan untuk semua penawaran yang


masuk, kecuali pada Tender yang menggunakan 1 (satu) file,
evaluasi administrasi hanya dilakukan terhadap 3 (tiga) penawar
terendah. Apabila dari ketiga penawaran terendah tidak lulus
evaluasi administrasi, maka dilanjutkan kepada peserta dengan
harga penawaran terendah berikutnya. Untuk Kontrak Harga
Satuan dan Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan yang
dimaksud dengan harga terendah adalah harga setelah koreksi
aritmatik. Untuk Kontrak Lumsum yang dimaksud harga terendah
adalah harga penawaran.
2) Evaluasi administrasi dilakukan terhadap kelengkapan dan
pemenuhan dokumen penawaran administrasi sesuai dengan
ketentuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Pemilihan.

jdih.lkpp.go.id
- 68 -

3) Penawaran dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi,


apabila:
251
a) surat penawaran memenuhi ketentuan sebagai berikut:
(1) jangka waktu berlakunya surat penawaran tidak kurang
dari waktu yang ditetapkan; dan
(2) bertanggal.
b) Jaminan Penawaran (apabila ada) memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
(1) diterbitkan oleh Bank Umum, Perusahaan Penjaminan,
Perusahaan Asuransi, atau lembaga keuangan khusus
yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan,
penjaminan, dan asuransi untuk mendorong ekspor
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang lembaga pembiayaan ekspor
Indonesia;
(2) Jaminan Penawaran berlaku tidak kurang sampai dengan
tanggal yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan;
(3) nama peserta sama dengan nama yang tercantum dalam
surat Jaminan Penawaran;
(4) besaran nilai Jaminan Penawaran tidak kurang dari nilai
jaminan yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan;
(5) besaran nilai Jaminan Penawaran dicantumkan dalam
angka dan huruf;
(6) nama Pokja Pemilihan yang menerima Jaminan Penawaran
sama dengan nama Pokja Pemilihan yang mengadakan
Tender;
(7) paket pekerjaan yang dijamin sama dengan paket
pekerjaan yang ditenderkan;
(8) Jaminan Penawaran harus dapat dicairkan tanpa syarat
(unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja, setelah surat
pernyataan wanprestasi dari Pokja Pemilihan diterima oleh
Penerbit Jaminan;
(9) Jaminan Penawaran atas nama perusahaan
konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk
kerjasama lain harus ditulis atas nama perusahaan
konsorsium/kerja sama operasi/kemitraan/bentuk
kerjasama lain; dan
(10) substansi dan keabsahan/keaslian Jaminan Penawaran
telah dikonfirmasi dan diklarifikasi secara tertulis oleh
Pokja Pemilihan kepada penerbit jaminan apabila kurang
jelas dan meragukan.

jdih.lkpp.go.id
- 69 -

4) Klarifikasi secara tertulis dilakukan terhadap hal-hal yang kurang


jelas dan meragukan.
252
5) Penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dilanjutkan
dengan evaluasi teknis.
6) Apabila tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan
administrasi, maka Tender/Seleksi dinyatakan gagal.
c. Evaluasi Teknis

Evaluasi teknis dilakukan terhadap penawaran yang dinyatakan lulus


evaluasi administrasi. Evaluasi teknis bertujuan untuk menilai apakah
penawaran teknis peserta Tender/Seleksi memenuhi persyaratan
teknis yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan. Evaluasi
teknis dapat menggunakan sistem gugur atau pembobotan dengan
menggunakan ambang batas.
1) Pengadaan Barang
a) Dalam hal terdapat produk yang memiliki TKDN+BMP paling
rendah 40% (empat puluh persen) maka produk dari luar negeri
digugurkan. Hal ini dapat dilakukan dalam hal hanya terdapat
1 (satu) jenis barang dalam 1 (satu) paket.
b) Pokja Pemilihan memeriksa pemenuhan spesifikasi yang
meliputi:
(1) Spesifikasi teknis barang (karakteristik fisik, detail desain,
toleransi, material yang digunakan, persyaratan
pemeliharaan dan persyaratan operasi), dilengkapi dengan
contoh, brosur, dan gambar-gambar;
(2) Standar produk yang digunakan;
(3) Garansi;
(4) Asuransi;
(5) Sertifikat/izin/hasil uji mutu/teknis;
(6) Layanan purna jual;
(7) Tenaga teknis;
(8) Jangka waktu pelaksanaan/pengiriman barang;
(9) Identitas (merek, jenis, tipe); dan/atau
(10) Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan.
c) Dalam hal Tender menggunakan metode evaluasi penawaran
Sistem Nilai maka penilaian teknis dengan memberikan bobot
pada masing-masing unsur.
d) Penawaran teknis dinyatakan lulus apabila nilai masing-masing
unsur dan/atau nilai total memenuhi ambang batas yang
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan.

jdih.lkpp.go.id
- 70 -

2) Pekerjaan Konstruksi
Pelaksanaan evaluasi teknis pekerjaan konstruksi diatur
253dalam
Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang jasa konstruksi.
3) Jasa Lainnya
a) Pokja Pemilihan memeriksa pemenuhan spesifikasi/KAK yang
meliputi:
(1) Spesifikasi teknis barang/bahan (karakteristik fisik, detail
desain, toleransi, material yang digunakan, persyaratan
pemeliharaan dan persyaratan operasi), dilengkapi dengan
contoh, brosur, dan gambar-gambar;
(2) Metode pelaksanaan pekerjaan;
(3) Jenis, kapasitas, dan komposisi dan jumlah peralatan yang
disediakan;
(4) Standar produk yang digunakan;
(5) Garansi;
(6) Asuransi;
(7) Sertifikat/izin/hasil uji mutu/teknis;
(8) Layanan purna jual;
(9) Tenaga teknis/terampil;
(10) Jangka waktu pelaksanaan;
(11) Identitas (merek, jenis, tipe); dan/atau
(12) Bagian pekerjaan yang akan disubkontrakkan.
b) Dalam hal Tender menggunakan metode evaluasi sistem nilai,
maka penilaian teknis dengan memberikan bobot pada masing-
masing unsur.
c) Penawaran teknis dinyatakan lulus apabila nilai masing-masing
unsur dan/atau nilai total memenuhi ambang batas yang
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan.
4) Jasa Konsultansi
a) Pokja Pemilihan menilai penawaran teknis berdasarkan KAK
dan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan dalam Dokumen
Seleksi dilengkapi dengan bukti pendukung, meliputi:
(1) pengalaman:
(a) pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan sejenis
dengan pekerjaan yang dipersyaratkan dalam KAK
dilihat dari ruang lingkup, kompleksitas, dan nilai
pekerjaan;
(b) pengalaman bekerja di lokasi pekerjaan; dan/atau

jdih.lkpp.go.id
- 71 -

(c) pengalaman manajerial dan fasilitas utama.


(2) proposal teknis: 254
(a) pendekatan teknis dan metodologi;
(b) rencana kerja; dan/atau
(c) organisasi dan rencana penggunaan tenaga ahli.
(3) kualifikasi tenaga ahli:
(a) pendidikan;
(b) pengalaman profesional;
(c) sertifikat profesional;
(d) penguasaan bahasa; dan/atau
(e) penguasaan situasi dan kondisi di lokasi pekerjaan.
b) Penilaian teknis dilakukan dengan memberikan bobot pada
masing-masing unsur.
c) Penawaran teknis dinyatakan lulus apabila nilai masing-masing
unsur dan/atau nilai total memenuhi ambang batas yang
ditetapkan dalam dokumen pemilihan.
d. Evaluasi Harga

Pokja Pemilihan sebelum melakukan evaluasi harga harus melakukan:

• Untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya


melakukan koreksi aritmatik, kewajaran harga, dan harga satuan
timpang untuk Kontrak Harga Satuan dan Kontrak Gabungan
Lumsum Dan Harga Satuan; dan

• Untuk pengadaan Jasa Konsultansi melakukan koreksi aritmatik


untuk Kontrak Waktu Penugasan dan Kontrak Payung.

1) Koreksi Aritmatik
a) Untuk Kontrak Harga Satuan, item pekerjaan dengan harga
satuan pada Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan,
dan Kontrak Waktu Penugasan dilakukan koreksi aritmatik.
Koreksi aritmatik dilakukan secara otomatis menggunakan
SPSE. Apabila terdapat kendala atau tidak dapat menggunakan
SPSE, maka koreksi aritmatik dilakukan secara manual.
b) Koreksi aritmatik dilaksanakan pada tahap awal evaluasi
sebelum evaluasi administrasi pada Tender yang menggunakan
metode penyampaian penawaran 1 (satu) file.
c) Koreksi aritmatik dilaksanakan setelah pembukaan penawaran
harga untuk Tender yang menggunakan metode penyampaian 2
(dua) file dan 2 (dua) tahap dan Seleksi.

jdih.lkpp.go.id
- 72 -

d) Hasil koreksi aritmatik mengubah nilai penawaran. Untuk


Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dan
255
Untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dengan metode Pagu
Anggaran, apabila hasil koreksi aritmatik melebihi HPS maka
penawaran dinyatakan gugur.
e) Tata cara koreksi aritmatik adalah sebagai berikut:
(1) volume dan/atau jenis pekerjaan yang tercantum dalam
daftar kuantitas dan harga dalam penawaran harga
disesuaikan dengan volume dan/atau jenis pekerjaan yang
tercantum dalam Dokumen Pemilihan;
(2) apabila terjadi kesalahan hasil perkalian antara volume
dengan harga satuan pekerjaan, dilakukan pembetulan
dan harga yang berlaku adalah hasil perkalian sebenarnya.
Dengan ketentuan harga satuan pekerjaan yang
ditawarkan tidak boleh diubah;
(3) jenis pekerjaan yang tidak diberi harga satuan dianggap
sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan yang lain
dan harga satuan pada daftar kuantitas dan harga tetap
dibiarkan kosong;
(4) jenis pekerjaan yang tidak tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga disesuaikan dengan jenis pekerjaan
yang tercantum dalam Dokumen Pemilihan dan harga
satuan pekerjaan dimaksud dianggap nol; dan
(5) hasil koreksi aritmatik dapat mengubah urutan peringkat.
f) Berdasarkan hasil koreksi aritmatik Pokja Pemilihan menyusun
peringkat/urutan dari penawaran terendah.
g) Penawaran harga memenuhi syarat apabila :
(1) Untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya, total penawaran harga terkoreksi paling banyak
sama dengan HPS; atau
(2) Untuk Pengadaan Jasa Konsultansi, total penawaran harga
terkoreksi dapat lebih banyak dari HPS, kecuali untuk
metode Pagu Anggaran.
h) Apabila diperlukan Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi hasil
Koreksi aritmatik kepada Peserta.
2) Evaluasi Kewajaran Harga
Pokja Pemilihan melakukan evaluasi kewajaran harga apabila
harga penawaran lebih rendah dari 80% (delapan puluh persen)
HPS, dengan ketentuan:
a) pada Pengadaan Pekerjaan Konstruksi:
(1) meneliti dan menilai kewajaran harga satuan dasar
meliputi harga upah, bahan dan peralatan dari harga

jdih.lkpp.go.id
- 73 -

satuan penawaran, sekurang-kurangnya pada setiap mata


pembayaran utama;
256
(2) meneliti dan menilai kewajaran kuantitas/koefisien dari
unsur upah, bahan, dan peralatan dalam Analisa Harga
Satuan;

(3) hasil penelitian butir (1) dan butir (2) digunakan untuk
menghitung harga satuan yang dinilai wajar tanpa
memperhitungkan keuntungan yang ditawarkan;

(4) harga satuan yang dinilai wajar digunakan untuk


menghitung harga penawaran yang dinilai wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan;

(5) harga penawaran dihitung berdasarkan volume yang ada


dalam daftar kuantitas/keluaran dan harga; dan

(6) apabila harga penawaran lebih kecil dari hasil


evaluasi/perhitungan maka harga penawaran dinyatakan
tidak wajar dan gugur harga.
b) pada Pengadaan Barang/Jasa Lainnya:
(1) meneliti dan menilai kewajaran harga berdasarakan
informasi terkini harga penawaran dan/atau harga satuan
di pasar;
(2) mengevaluasi alasan harga penawaran dan/atau harga
satuan produk yang tidak wajar;
(3) harga satuan yang dinilai wajar digunakan untuk
menghitung harga penawaran yang dinilai wajar dan dapat
dipertanggungjawabkan;
(4) harga penawaran dihitung berdasarkan volume yang ada
dalam daftar kuantitas/keluaran dan harga; dan

(5) Apabila harga penawaran lebih kecil dari hasil


evaluasi/perhitungan maka harga penawaran dinyatakan
tidak wajar dan gugur harga.

3) Evaluasi Harga Satuan Timpang


a) Untuk Kontrak Harga Satuan atau Kontrak Gabungan Lumsum
dan Harga Satuan, Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi
terhadap harga satuan yang nilainya lebih besar dari 110%
(seratus sepuluh persen) dari harga satuan yang tercantum
dalam HPS.
b) Apabila setelah dilakukan klarifikasi, ternyata harga satuan
tersebut dapat dipertanggungjawabkan/sesuai dengan harga
pasar maka harga satuan tersebut dinyatakan tidak timpang.
c) Apabila setelah dilakukan klarifikasi Harga Satuan tersebut
dinyatakan timpang, maka harga satuan timpang hanya

jdih.lkpp.go.id
- 74 -

berlaku untuk volume sesuai daftar kuantitas dan harga. Jika


terjadi penambahan volume terhadap harga satuan yang
257
dinyatakan timpang, maka pembayaran terhadap tambahan
volume tersebut berdasarkan harga satuan yang tercantum
dalam HPS.
4) Evaluasi Harga Pengadaan Barang
a) Untuk pengadaan dengan nilai paling sedikit di atas
Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) diperhitungkan preferensi
untuk produk yang memiliki TKDN paling sedikit 25% (dua
puluh lima persen).

dimana:
HEAi : Hasil Evaluasi Akhir Penawaran PT. i

b) Untuk metode evaluasi sistem nilai, nilai penawaran harga


dihitung dengan membandingkan harga penawar dengan harga
penawaran terendah.

dimana :
NPi : Nilai Penawaran Harga PT. i
Hargai : HEAi (jika memperhitungkan preferensi)

Tabel 3 Contoh Evaluasi Harga

Nama Harga TKDN Nilai Penawaran


No HEA
Peserta Penawaran (%) Harga

1 PT. TS 3.000.000.000 20 3.000.000.000 96


2 PT. YP 3.300.000.000 40 2.970.000.000 97
3 PT. ES 3.100.000.000 30 2.867.500.000 100
catatan:
PT. TS tidak mendapatkan preferensi karena TKDN kurang dari 25%

5) Evaluasi Harga Pekerjaan Konstruksi


a) Untuk Pekerjaan Konstruksi dengan Tender Internasional
memperhitungkan preferensi harga sebesar 7,5 % (tujuh
setengah persen).
b) Untuk metode evaluasi sistem nilai, nilai penawaran harga
dihitung dengan membandingkan harga penawar dengan harga
penawaran terendah.

dimana :
NPi : Nilai Penawaran Harga PT. i
Hargai : HEAi (jika memperhitungkan preferensi)

jdih.lkpp.go.id
- 75 -

6) Evaluasi Harga Jasa Lainnya


a) Untuk pengadaan dengan nilai paling sedikit di atas
258
Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah) diperhitungkan preferensi
untuk produk yang memiliki TKDN paling sedikit 25% (dua
puluh lima persen).

dimana:
HEAi : Hasil Evaluasi Akhir Penawaran PT. i
b) Untuk metode evaluasi sistem nilai, nilai penawaran harga
dihitung dengan membandingkan harga penawar dengan harga
penawaran terendah.

dimana :
NPi : Nilai Penawaran Harga PT. i
Hargai : HEAi (jika memperhitungkan preferensi)

7) Evaluasi Harga Jasa Konsultansi


a) Jenis Kontrak Lumsum
(1) Evaluasi harga untuk jenis kontrak lumsum, Pokja
Pemilihan memeriksa harga penawaran berdasarkan surat
penawaran harga.
(2) Menghitung nilai penawaran harga untuk Metode Evaluasi
Kualitas Dan Biaya dengan cara membandingkan harga
penawaran dengan harga penawaran terendah.

dimana :
NPi : Nilai Penawaran Harga PT. i

b) Jenis Kontrak Berdasarkan Waktu Penugasan


(1) Evaluasi harga untuk jenis kontrak berdasarkan waktu
penugasan, Pokja Pemilihan melakukan koreksi aritmatik.
(2) Menghitung nilai penawaran harga untuk Metode Evaluasi
Kualitas dan Biaya dengan cara membandingkan harga
penawaran dengan harga penawaran terendah.

dimana :
NPi : Nilai Penawaran Harga PT. i

jdih.lkpp.go.id
- 76 -

c) Jenis Kontrak Payung


(1) Evaluasi harga untuk jenis kontrak payung, Pokja
259
Pemilihan melakukan koreksi aritmatik.
(2) Menghitung nilai penawaran harga untuk Metode Evaluasi
Kualitas Dan Biaya dengan cara membandingkan harga
penawaran dengan harga penawaran terendah.

dimana :
NPi : Nilai Penawaran Harga PT. i

4.2.8 E-reverse Auction


Dalam hal terdapat 2 (dua) penawaran yang lulus administrasi teknis,
Peserta dapat diberikan kesempatan untuk berkompetisi kembali
dengan cara menyampaikan penawaran harga lebih dari 1 (satu) kali
dan bersifat lebih rendah dari penawaran sebelumnya.

Pokja Pemilihan mengundang Peserta melakukan E-reverse Auction


dengan mencantumkan jadwal pelaksanaan. Peserta menyampaikan
penawaran berulang dalam kurun waktu yang telah ditetapkan.

Peserta menyampaikan penawaran harga melalui fitur penyampaian


penawaran pada aplikasi SPSE atau sistem pengaman dokumen
berdasarkan alokasi waktu (batch) atau secara real time sebagaimana
yang ditetapkan dalam dokumen.

Setelah masa penyampaian penawaran berakhir maka sistem akan


menginformasikan peringkat dapat berdasarkan Urutan Posisi
Penawaran (positional bidding) secara real time sebagaimana yang
ditetapkan dalam dokumen.

4.2.9 Penetapan Calon Pemenang


a. Ketentuan Umum
1) Penetapan calon pemenang berdasarkan pada metode evaluasi
yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan. Pokja Pemilihan
dapat menetapkan calon pemenang lebih dari 1 (satu) dalam hal
terdapat keterbatasan kapasitas/layanan dan keragaman item
dalam satu paket pengadaan atau satu paket Tender sesuai
ketentuan dalam Dokumen Pemilihan.
2) Apabila terjadi keterlambatan dalam menetapkan pemenang dan
akan mengakibatkan Surat Penawaran dan/atau Jaminan
Penawaran habis masa berlakunya, maka Pokja Pemilihan
melakukan konfirmasi secara tertulis kepada calon Pemenang
untuk memperpanjang Surat Penawaran dan/atau Jaminan
Penawaran sampai dengan perkiraan jadwal penandatanganan
Kontrak sebelum dilakukan penetapan Pemenang.

jdih.lkpp.go.id
- 77 -

3) Calon pemenang yang tidak bersedia memperpanjang masa berlaku


surat penawaran dan Jaminan Penawaran, dianggap
260
mengundurkan diri dan tidak dikenakan sanksi.

b. Penetapan Calon Pemenang Pengadaan Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya
1) Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Sistem Nilai
a) Pokja Pemilihan menghitung nilai kombinasi hasil penilaian
harga dan teknis berdasarkan bobot penilaian yang telah
ditetapkan dalam kriteria evaluasi.
b) Calon Pemenang adalah peserta yang memiliki nilai kombinasi
tertinggi, dan calon pemenang cadangan adalah peserta yang
memiliki nilai kombinasi peringkat dibawahnya.
Tabel 4 Contoh Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Sistem Nilai

Nilai Teknis (60%) Nilai Harga (40%)


Nama Nilai Nilai
No Nilai Nilai Peringkat
Peserta Penawaran Nilai Harga Kombinasi
Evaluasi Teknis
Harga
1 PT. TS 80 48 96 38,2 86,2 2
2 PT. YP 75 45 97 38,6 83,6 3
3 PT. ES 85 51 100 40,0 91,0 1

2) Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Biaya Selama Umur


Ekonomis
a) Pokja Pemilihan menghitung Biaya Selama Umur Ekonomis
berdasarkan data yang disampaikan dalam penawaran teknis.
b) Calon Pemenang adalah peserta yang memiliki Biaya Selama
Umur Ekonomis yang terendah, dan calon pemenang cadangan
adalah peserta yang memiliki peringkat di bawahnya.

Tabel 5 Contoh Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Biaya


Selama Umur Ekonomis

No Komposisi Biaya PT. IA PT. SH PT. AP PT. MR

1 Harga Penawaran 180.000.000 175.000.000 178.500.000 185.000.000


2 Biaya Suku Cadang 4.960.000 5.125.000 4.780.000 5.056.500

3 Biaya Operasional 32.500.000 34.560.000 33.520.000 31.750.000


4 Biaya Pemeliharaan 7.550.000 6.850.000 7.230.000 6.980.000
5 Biaya Perawatan 6.230.000 5.890.000 5.975.000 5.875.000

6 Nilai Sisa (90.000.000) (87.500.000) (90.650.000) (92.500.000)


Biaya Selama Umur
141.240.000 139.925.000 139.355.000 142.161.500
Ekonomis
Peringkat 3 2 1 4
Calon Calon
Calon
Pemenang Pemenang Pemenang
Pemenang
Cadangan 2 Cadangan 1

jdih.lkpp.go.id
- 78 -

3) Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Harga Terendah


261
Pokja Pemilihan menetapkan calon pemenang dan calon pemenang
cadangan berdasarkan peringkat dari harga penawaran yang paling
rendah berdasarkan hasil evaluasi harga.
Tabel 6 Contoh Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Harga Terendah

Nama Harga
No TKDN (%) HEA Peringkat
Peserta Penawaran

1 PT. TS 3.000.000.000 20 3.000.000.000 3


2 PT. IA 3.300.000.000 40 2.970.000.000 2
3 PT. ES 3.100.000.000 30 2.867.500.000 1

c. Penetapan Calon Pemenang Jasa Konsultansi


1) Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Kualitas dan Biaya
a) Pokja Pemilihan menghitung nilai kombinasi hasil penilaian
Biaya dan Teknis berdasarkan bobot penilaian yang telah
ditetapkan dalam Kriteria Evaluasi.
b) Calon Pemenang adalah peserta yang memiliki nilai kombinasi
tertinggi, dan calon pemenang cadangan adalah peserta yang
memiliki nilai kombinasi peringkat dibawahnya.

Tabel 7 Contoh Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Sistem Nilai

Nilai Teknis (60%) Nilai Biaya (40%)


Nama Nilai Nilai
No Nilai Nilai Nilai Peringkat
Peserta Penawaran Kombinasi
Evaluasi Teknis Biaya
Biaya
1 PT. DL 75 45 80 32 77 3
2 PT. HA 85 51 90 36 87 1
3 PT. AF 80 48 95 38 86 2

2) Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Kualitas


Pokja Pemilihan menetapkan pemenang terhadap penawaran
dengan peringkat teknis terbaik yang lulus ambang batas nilai
teknis.
3) Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Pagu Anggaran
Pokja Pemilihan menetapkan pemenang terhadap penawaran yang
memiliki nilai teknis paling tinggi diantara peserta yang memiliki
penawaran biaya terkoreksi sama dengan atau lebih kecil dari nilai
Pagu Anggaran.

jdih.lkpp.go.id
- 79 -

Tabel 8 Contoh Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Pagu Anggaran

Nilai
Nama 262
No Teknis Biaya Kelulusan Peringkat
Peserta

1 PT. AR 78 415.000.000 Lulus 1

2 PT. DK 70 402.000.500 Lulus 2

3 PT. ES 80 428.000.500 Tidak Lulus -


Catatan :
• Nilai Ambang Batas 65
• Pagu Anggaran Rp 420.000.000,00

4) Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Biaya Terendah


Pokja Pemilihan menetapkan pemenang terhadap penawaran yang
memiliki:
a) nilai teknis diatas ambang batas nilai teknis (passing grade);
dan
b) penawaran biaya terkoreksinya paling rendah.
Tabel 9 Contoh Penetapan Calon Pemenang dengan Metode Biaya Terendah

Nama Nilai
No Biaya Peringkat
Peserta Teknis

1 PT. WW 78 415.000.000 2

2 PT. TS 78 402.000.500 1

3 PT. HA 80 428.000.500 3
Catatan :
• Nilai Ambang Batas 65

4.2.10 Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Harga/Biaya


a. Ketentuan Umum
1) Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi dalam pengadaan
barang/jasa atas Dokumen Kualifikasi untuk pengadaan
barang/jasa melalui pascakualifikasi kepada calon pemenang
peringkat pertama dan klarifikasi atas kejelasan substansi teknis
dan harga/biaya.
2) Khusus untuk pengadaan jasa konsultansi dilakukan negosiasi
teknis dan biaya kepada calon pemenang peringkat pertama.
3) Wakil peserta yang hadir merupakan personel yang berkedudukan
sebagai:
a) direktur utama/pimpinan perusahaan/pengurus koperasi;
b) penerima kuasa dari direktur utama/pimpinan
perusahaan/pengurus koperasi/manajer koperasi yang nama
penerima kuasanya tercantum dalam akta pendirian anggaran
dasar;

jdih.lkpp.go.id
- 80 -

c) pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan


perusahaan/pengurus koperasi yang namanya tidak
263
tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang
pihak lain tersebut adalah pengurus/karyawan
perusahaan/karyawan koperasi yang berstatus sebagai tenaga
kerja tetap dan mendapat kuasa atau pendelegasian
wewenang yang sah dari direktur utama/pimpinan
perusahaan/pengurus koperasi berdasarkan akta
pendirian/anggaran dasar;
d) kepala cabang perusahaan yang diangkat oleh kantor pusat
yang dibuktikan dengan dokumen otentik; atau
e) pejabat yang menurut Perjanjian konsorsium/kerja sama
operasi/kemitraan/bentuk kerjasama lain yang berhak
mewakili.
4) Apabila klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya dengan peserta
dengan nilai tertinggi dalam peringkat teknis atau peserta yang
ditetapkan sebagai pemenang pemilihan/Penyedia tidak
menghasilkan kesepakatan, Pokja Pemilihan melanjutkan dengan
mengundang peserta yang memiliki peringkat teknis/pemenang
cadangan dibawahnya untuk melaksanakan klarifikasi dan
negosiasi teknis dan biaya, dan seterusnya.
5) Apabila klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya dengan seluruh
peserta dalam peringkat teknis/pemenang cadangan tidak
menghasilkan/tercapai kesepakatan, Seleksi dinyatakan gagal.
6) Apabila terjadi keterlambatan jadwal sampai dengan tahapan
klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya, dan akan
mengakibatkan surat penawaran habis masa berlakunya maka
dilakukan konfirmasi kepada peserta, untuk memperpanjang masa
berlaku surat penawaran secara tertulis sampai dengan perkiraan
jadwal penandatanganan kontrak.
7) Hasil klarifikasi negosiasi teknis dan biaya tersebut dituangkan
dalam Berita Acara Klarifikasi dan Negoisasi Teknis dan Biaya.

b. Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya Jasa Konsultansi


1) Pokja Pemilihan mengundang calon pemenang peringkat pertama
untuk menghadiri klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.
2) Tujuan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya untuk:
a) meyakinkan kejelasan substansi teknis, metode, dan biaya
dengan memperhatikan kesesuaian antara bobot pekerjaan
dengan tenaga ahli dan/atau tenaga pendukung yang
ditugaskan, serta mempertimbangkan kebutuhan
perangkat/fasilitas pendukung yang proporsional guna
pencapaian hasil kerja yang optimal; dan

jdih.lkpp.go.id
- 81 -

b) memperoleh kesepakatan biaya yang efisien dan efektif dengan


tetap mempertahankan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan
264
penawaran teknis.
3) Aspek-aspek teknis yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasi
terutama mencerminkan kesesuaian dengan KAK/TOR:
a) lingkup dan sasaran jasa konsultansi;
b) metodologi pelaksanaan pekerjaan;
c) kualifikasi tenaga ahli dan tenaga pendukung;
d) organisasi pelaksanaan;
e) program alih pengetahuan;
f) jadwal pelaksanaan pekerjaan;
g) jadwal penugasan personel; dan/atau
h) fasilitas penunjang.
4) Kualifikasi tenaga ahli harus dipastikan ketersediaannya oleh calon
pemenang.
5) Aspek-aspek biaya yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasi
terutama:
a) Tenaga ahli;
b) kesesuaian rencana kerja, metodologi dan jenis pengeluaran;
dan
c) volume kegiatan dan jenis pengeluaran.
6) Untuk Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan dan Kontrak
Payung perlu diklarifikasi dan dinegosiasi biaya satuan
dibandingkan dengan biaya yang berlaku di pasaran dan/atau
HPS.
7) Biaya satuan yang dapat dinegosiasikan :
a) Biaya langsung personel (remunerasi tenaga ahli); dan
b) Biaya langsung non-personel baik yang bersifat lumsum, harga
satuan, maupun at cost.
8) Klarifikasi dan negosiasi terhadap remunerasi tenaga ahli
dilakukan berdasarkan:
a) daftar gaji yang telah diaudit dan/atau bukti setor pajak
penghasilan tenaga ahli konsultan yang bersangkutan;
b) unit biaya personel dihitung berdasarkan satuan waktu yang
dihitung berdasarkan tingkat kehadiran dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) 1 (satu) bulan dihitung minimal 22 (dua puluh dua) hari
kerja; dan
(2) 1 (satu) hari kerja dihitung minimal 8 (delapan) jam kerja;
dan/atau

jdih.lkpp.go.id
- 82 -

c) kontrak pekerjaan sejenis yang pernah dilaksanakan


sebelumnya.
265
9) Klarifikasi dan negosiasi terhadap biaya personel (tenaga
pendukung/tenaga teknik dan penunjang/administrasi), seperti:
tenaga survei, sekretaris, atau manajer kantor, dilakukan
berdasarkan harga pasar tenaga pendukung tersebut.
10) Biaya Non Personel dapat dibayarkan sesuai dengan pengeluaran
(at cost), Harga Satuan, dan/atau Lumsum.
11) Biaya Langsung Non-Personel yang diganti sesuai dengan
pengeluaran (at cost) meliputi biaya untuk biaya perjalanan, biaya
pengurusan surat ijin.
12) Biaya Langsung Non-Personel yang didasarkan Harga Satuan
meliputi biaya untuk pembelian ATK, sewa peralatan, biaya
pengiriman dokumen, biaya komunikasi, biaya pencetakan laporan,
sewa kendaraan, sewa kantor.
13) Biaya Langsung Non-Personel yang didasarkan Lumsum meliputi
biaya untuk biaya penyelenggaraan seminar/workshop/lokakarya.
14) Biaya Langsung Non Personel pada prinsipnya tidak melebihi 40%
(empat puluh persen) dari total biaya, kecuali untuk jenis
pekerjaan konsultansi yang bersifat khusus, seperti: pekerjaan
penilaian aset, survei untuk memetakan cadangan minyak bumi,
pemetaan udara, survei lapangan, pengukuran, penyelidikan tanah
dan lain-lain.
15) Negosiasi teknis dan biaya dilakukan terhadap penawaran biaya
terkoreksi yang melebihi pagu anggaran dengan menggunakan
acuan HPS.
16) Untuk metode evaluasi kualitas, evaluasi kualitas dan biaya, dan
evaluasi biaya terendah, apabila total penawaran biaya tidak
ditemukan hal-hal yang tidak wajar, maka total penawaran biaya
dapat diterima sepanjang tidak melebihi pagu anggaran.

4.2.11 Penetapan Pemenang


a. Pokja Pemilihan menetapkan Pemenang Tender/Seleksi dan
Pemenang cadangan 1 (satu) dan Pemenang cadangan 2 (dua).
Pemenang cadangan ditetapkan apabila ada.
b. Sebelum penetapan Pemenang, apabila terjadi keterlambatan
dalam proses pemilihan dan akan mengakibatkan Surat Penawaran
dan/atau Jaminan Penawaran habis masa berlakunya, maka Pokja
Pemilihan melakukan konfirmasi secara tertulis kepada calon
Pemenang untuk memperpanjang Surat Penawaran dan/atau
Jaminan Penawaran sampai dengan perkiraan jadwal
penandatanganan Kontrak.

jdih.lkpp.go.id
- 83 -

c. Calon pemenang yang tidak bersedia memperpanjang masa berlaku


surat penawaran dan Jaminan Penawaran, dianggap
266
mengundurkan diri dan tidak dikenakan sanksi. Pokja Pemilihan
menetapkan kembali calon Pemenang.
d. Pokja Pemilihan membuat Berita Acara Hasil Pemilihan (BAHP).
e. Untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit diatas
Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dan Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit diatas
Rp10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah), Pokja Pemilihan
mengusulkan penetapan pemenang pemilihan kepada PA/KPA
melalui UKBPJ yang ditembuskan kepada PPK dan APIP
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
f. PA/KPA menetapkan pemenang pemilihan berdasarkan usulan
Pokja Pemilihan. Apabila PA/KPA tidak sependapat dengan usulan
Pokja Pemilihan, maka PA/KPA menolak untuk menetapkan
Pemenang pemilihan dan menyatakan Tender/Seleksi gagal.
g. PA/KPA menyampaikan surat penetapan Pemenang atau
penolakan kepada UKPBJ paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
setelah usulan penetapan pemenang diterima. Dalam hal PA/KPA
tidak memberikan penetapan/penolakan maka PA/KPA dianggap
menyetujui usulan Pokja Pemilihan.3
h. Dalam hal PA/KPA tidak sependapat selanjutnya UKPBJ
memerintahkan Pokja Pemilihan bersangkutan untuk
menindaklanjuti penolakan tersebut.

4.2.12 Pengumuman
a. Pokja Pemilihan mengumumkan Pemenang pemilihan melalui
aplikasi SPSE.
b. Isi dan format pengumuman Pemenang sesuai dengan fitur yang
terdapat aplikasi SPSE.

4.2.13 Sanggah

Sanggah merupakan protes dari peserta pemilihan yang merasa


dirugikan atas penetapan hasil pemilihan Penyedia dengan ketentuan:

a. Peserta yang menyampaikan Dokumen Penawaran dapat


mengajukan sanggah melalui aplikasi SPSE apabila menemukan:
1) kesalahan dalam melakukan evaluasi;
2) penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan;

3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2017 tentang Pedoman Beracara untuk
Memperoleh Putusan Atas Penerimaan Permohonan Guna Mendapatkan Keputusan
dan/atau Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintah

jdih.lkpp.go.id
- 84 -

3) rekayasa/persekongkolan sehingga menghalangi terjadinya


persaingan usaha yang sehat; dan/atau
267
4) penyalahgunaan wewenang oleh Pokja Pemilihan, pimpinan
UKPBJ, PPK, PA/KPA, dan/atau kepala daerah.
b. Sanggah disampaikan dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah
pengumuman.
c. Jawaban sanggah diberikan melalui aplikasi SPSE atas semua
sanggah paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah akhir masa
sanggah.
d. Apabila sanggah dinyatakan benar/diterima, Pokja Pemilihan
melakukan evaluasi ulang, pemasukan dokumen penawaran ulang,
atau pemilihan Penyedia ulang.
e. Apabila sanggah dinyatakan salah/tidak diterima, maka:
1) Untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi,
Pokja Pemilihan melanjutkan proses pemilihan dengan
menyampaikan hasil pemilihan kepada Pejabat Penandatangan
Kontrak.
2) Untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi, dalam hal
penyanggah tidak setuju dengan jawaban sanggah maka
penyanggah dapat menyampaikan sanggah banding.

4.2.14 Sanggah Banding

Sanggah Banding merupakan protes dari penyanggah kepada KPA


pada pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang tidak setuju atas jawaban
sanggah. Dalam hal tidak ada KPA, Sanggah Banding ditujukan
kepada PA. Penyampaian Sanggah Banding diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Penyanggah menyampaikan Sanggah Banding secara tertulis


kepada KPA selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah
jawaban sanggah dimuat dalam aplikasi SPSE. Tembusan Sanggah
Banding disampaikan kepada APIP yang bersangkutan.

b. Penyanggah Banding harus menyerahkan Jaminan Sanggah


Banding yang ditujukan kepada Pokja Pemilihan sebesar 1% (satu
persen) dari nilai total HPS dengan masa berlaku 30 (tiga puluh)
hari kalender sejak tanggal pengajuan Sanggah Banding. Untuk
pekerjaan konstruksi terintegrasi, Jaminan Sanggah Banding
besarnya 1% (satu persen) dari nilai Pagu Anggaran.

c. Pokja Pemilihan mengklarifikasi atas kebenaran Jaminan Sanggah


Banding kepada penerbit jaminan dan KPA tidak akan
menindaklanjuti Sanggah Banding sebelum mendapatkan hasil
klarifikasi Pokja Pemilihan.

d. KPA menyampaikan jawaban Sanggah Banding, dengan tembusan


kepada UKPBJ paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah

jdih.lkpp.go.id
- 85 -

menerima klarifikasi dari Pokja Pemilihan. Dalam hal KPA tidak


memberikan jawaban Sanggah Banding maka KPA dianggap
268
menerima Sanggah Banding.4

e. Apabila Sanggah Banding dinyatakan benar/diterima, UKPBJ


memerintahkan Pokja Pemilihan melakukan evaluasi ulang atau
pemilihan Penyedia ulang.

f. Apabila Sanggah Banding dinyatakan salah/tidak diterima, maka:

1) Pokja Pemilihan melanjutkan proses pemilihan dengan


menyampaikan hasil pemilihan kepada Pejabat Penandatangan
Kontrak; dan

2) UKPBJ mencairkan Jaminan Sanggah Banding dan disetorkan


ke kas negara/daerah;

g. Sanggah Banding menghentikan proses Tender.

h. Sanggah Banding yang disampaikan bukan kepada KPA, atau


disampaikan diluar masa Sanggah Banding, dianggap sebagai
pengaduan dan diproses sebagaimana penanganan pengaduan.

4.2.15 Tender/Seleksi Gagal


a. Penyebab Tender/Seleksi dinyatakan gagal
1) Tender/Seleksi dinyatakan gagal dalam hal:
a) terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;
b) tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran
setelah ada pemberian waktu perpanjangan;
c) tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran;
d) ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau
Dokumen Pemilihan tidak sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah beserta petunjuk teknisnya;
e) seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN);
f) seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat;
g) seluruh penawaran harga pada Tender Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya di atas HPS;
h) negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai; dan/atau
i) KKN melibatkan Pokja Pemilihan/PPK.
2) Kesalahan dalam proses evaluasi berdasarkan sanggahan dan
sanggahan banding.

4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2017 tentang Pedoman Beracara untuk
Memperoleh Putusan Atas Penerimaan Permohonan Guna Mendapatkan Keputusan
dan/atau Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintah

jdih.lkpp.go.id
- 86 -

3) Yang dimaksud dengan seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi,


dan Nepotisme (KKN) pada angka 1 huruf e dan KKN yang
269
melibatkan Pokja Pemilihan/PPK pada angka 1 huruf i berdasarkan
indikasi atau bukti.
4) Yang dimaksud dengan seluruh peserta terlibat persaingan usaha
tidak sehat pada angka 1 huruf f adalah berdasarkan hasil evaluasi
penawaran.
5) Tender/Seleksi gagal yang disebabkan seluruh penawaran harga
pada Tender Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya di atas
HPS juga berlaku apabila seluruh penawaran biaya pada Seleksi
Jasa Konsultansi dengan Metode Evaluasi Pagu Anggaran diatas
HPS.
6) Tender/Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a
sampai dengan huruf h ditetapkan oleh Pokja Pemilihan.
7) Tender/Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf i
ditetapkan oleh PA/KPA.
b. Tindak Lanjut Tender/Seleksi gagal
1) Tindak lanjut dari Tender/Seleksi gagal segera melakukan evaluasi
penawaran ulang, penyampaian penawaran ulang, atau Tender
ulang/Seleksi ulang.
2) Sebelum dilakukan tindak lanjut dari Tender/Seleksi gagal Pokja
Pemilihan melakukan reviu penyebab Tender/Seleksi gagal.
3) Pokja Pemilihan melakukan evaluasi penawaran ulang apabila
dalam evaluasi terdapat kesalahan.
4) Pokja Pemilihan mengundang Peserta untuk menyampaikan
penawaran ulang, apabila :
a) ditemukan kesalahan dalam Dokumen Pemilihan atau tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
dengan terlebih dahulu melakukan perbaikan Dokumen
Pemilihan; atau
b) negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai.
5) Pokja Pemilihan melakukan Tender/Seleksi ulang, apabila :
a) tidak ada peserta yang menyampaikan dokumen penawaran
setelah ada pemberian waktu perpanjangan;
b) tidak ada peserta yang lulus evaluasi penawaran;
c) seluruh peserta terlibat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
d) seluruh peserta terlibat persaingan usaha tidak sehat;
e) seluruh penawaran harga Tender Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya di atas HPS; atau

jdih.lkpp.go.id
- 87 -

f) KKN melibatkan Pokja Pemilihan/PPK.


6) Dalam hal Tender/Seleksi ulang yang disebabkan oleh KKN
270 yang
melibatkan Pokja Pemilihan/PPK, Tender/Seleksi ulang dilakukan
oleh Pokja Pemilihan/PPK yang baru.
c. Tindak Lanjut Tender/Seleksi Ulang Gagal
Dalam hal Tender/Seleksi ulang gagal, Pokja Pemilihan dengan
persetujuan PA/KPA melakukan Penunjukan Langsung dengan
kriteria:
1) kebutuhan tidak dapat ditunda; dan
2) tidak cukup waktu untuk melaksanakan Tender/Seleksi.

4.2.16 Laporan Hasil Pemilihan

Pokja Pemilihan menyampaikan laporan hasil pemilihan kepada PPK


melalui aplikasi SPSE.

jdih.lkpp.go.id
- 88 -

V. PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA SELAIN TENDER/SELEKSI


Pelaksanaan pemilihan Penyedia selain melalui Tender/Seleksi,
271
meliputi:
a. E-purchasing;
b. Pembelian Melalui Daring;
c. Penunjukan Langsung;
d. Pengadaan Langsung; dan
e. Tender Cepat;

5.1 E-purchasing
5.1.1 Persiapan Pengadaan
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dalam pasal
50 ayat (5), bahwa pelaksanaan E-purchasing wajib dilakukan untuk
barang/jasa yang menyangkut pemenuhan kebutuhan nasional
dan/atau strategis yang ditetapkan oleh menteri, kepala lembaga, atau
kepala daerah.
Oleh karena itu, untuk barang/jasa yang diluar kriteria pemenuhan
kebutuhan nasional dan/atau strategis, pengadaan barang/jasanya
tidak wajib dilakukan melalui metode E-purchasing.
Dalam hal barang/jasa yang dibutuhkan tidak termasuk kriteria wajib
namun terdapat dalam Katalog Elektronik, keputusan pembelian
melalui E-purchasing harus mempertimbangkan pemerataan ekonomi
dengan memberikan kesempatan pada usaha mikro, kecil dan
menengah serta Pelaku Usaha lokal. E-Purchasing mengutamakan
pembelian barang/jasa Produk Dalam Negeri sesuai kebutuhan
K/L/PD.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dalam pasal
65 ayat (4), nilai paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
rupiah), dicadangkan dan peruntukannya bagi usaha kecil, kecuali
untuk paket pekerjaan yang menuntut kemampuan teknis yang tidak
dapat dipenuhi oleh usaha kecil.
Memperhatikan hal tersebut di atas, untuk paket pengadaan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) yang
kompetensinya dapat dipenuhi oleh Usaha Kecil dan/atau Pelaku
Usaha Lokal, maka paket tersebut diprioritaskan untuk Usaha Kecil
dan/atau Pelaku Usaha Lokal.

jdih.lkpp.go.id
- 89 -

Persiapan Pengadaan melalui E-purchasing oleh PPK, meliputi:


a. Penyusunan Spesifikasi Teknis 272
Dalam penyusunan Spesifikasi Teknis dimungkinkan penyebutan
merek barang/jasa yang dimuat dalam katalog elektronik, dengan
didukung justifikasi teknis secara tertulis yang ditetapkan PPK.
b. Perkiraan harga
Penyusunan HPS tidak diwajibkan dalam E-Purchasing. PPK
mencari referensi harga barang/jasa yang akan diadakan,
termasuk biaya pendukung seperti : ongkos kirim, instalasi,
dan/atau training (apabila diperlukan).

c. Penyusunan rancangan Surat Pesanan


Rancangan Surat Pesanan memuat antara lain tetapi tidak terbatas
pada : hak dan kewajiban para pihak, waktu dan alamat
pengiriman barang/pelaksanaan pekerjaan, harga, pembayaran,
sanksi, denda keterlambatan, keadaan kahar, penyelesaian
perselisihan, dan larangan pemberian komisi.
E-purchasing untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
Pagu Anggarannya bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan.
E-purchasing untuk Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
Pagu Anggarannya bernilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dilaksanakan oleh PPK. Dalam hal nilai
E-purchasing dengan Pagu Anggarannya bernilai paling sedikit di atas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah), PPK mengusulkan
penetapan kepada PA/KPA.
Dalam hal PPK menyerahkan proses E-purchasing kepada Pejabat
Pengadaan maka PPK menyampaikan spesifikasi teknis,
perkiraan/referensi harga, dan rancangan Surat Pesanan kepada
Pejabat Pengadaan.

5.1.2 Persiapan dan Pelaksanaan E-purchasing


Persiapan E-Purchasing dilakukan oleh PPK/Pejabat Pengadaan
dengan melakukan pencarian pada portal katalog elektronik dan
membandingkan barang/jasa yang tercantum dalam katalog
elektronik, dengan memperhatikan antara lain : gambar, fungsi,
spesifikasi teknis, asal barang, TKDN (apabila ada), harga barang, dan
biaya ongkos kirim/instalasi/training (apabila diperlukan).
Untuk pengadaan barang yang kompleks/teknologi tinggi melalui E-
Purchasing, PPK dapat meminta calon Penyedia untuk melakukan
presentasi/demo produk.

jdih.lkpp.go.id
- 90 -

Pelaksanaan E-purchasing mengacu pada:


a. Prosedur untuk E-purchasing; 273
b. Syarat dan ketentuan penggunaan pada aplikasi E-Purchasing; dan
c. Panduan pengguna aplikasi E-purchasing (user guide).
Prosedur E-purchasing, syarat dan ketentuan penggunaan pada
aplikasi E-purchasing dan panduan pengguna (user guide) aplikasi
E-purchasing ditetapkan oleh Deputi Bidang Monitoring Evaluasi dan
Pengembangan Sistem Informasi LKPP.
Prosedur E-purchasing meliputi:
a. PPK/Pejabat Pengadaan melakukan pemesanan barang/jasa pada
katalog elektronik;
b. Calon Penyedia menanggapi pesanan dari PPK/Pejabat Pengadaan;
c. PPK/Pejabat Pengadaan dan calon Penyedia dapat melakukan
negosiasi teknis dan harga, kecuali untuk barang/jasa yang tidak
dapat dinegosiasikan. Negosiasi harga dilakukan terhadap harga
satuan barang/jasa dengan mempertimbangkan kuantitas
barang/jasa yang diadakan, ongkos kirim (apabila ada), biaya
instalasi/training (apabila diperlukan);
d. PPK/Pejabat Pengadaan dan calon Penyedia
menyetujui/menyepakati pembelian barang/jasa; dan
e. Penerbitan Surat Pesanan.
Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih Penyedia yang dapat
menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan, maka untuk mendapat
harga barang/jasa terbaik dapat dilakukan:
a. Negosiasi kepada penyedia yang harga barang/jasanya paling
murah dan telah memperhitungkan ongkos kirim, instalasi, training
(apabila diperlukan); atau
b. E-Reverse Auction.

Tata cara dan panduan pengguna (user guide) aplikasi E-reverse


Auction dalam E-purchasing ditetapkan oleh Deputi Bidang Monitoring
Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi LKPP.

jdih.lkpp.go.id
- 91 -

5.2 Pembelian Melalui Toko Daring


274
Pelaksanaan pembelian melalui Toko Daring sesuai dengan ketentuan
pelaksanaan pengadaan dengan metode E-purchasing.

5.3 Penunjukan Langsung


PPK menyerahkan dokumen persiapan pengadaan kepada Pejabat
Pengadaan atau UKPBJ.
Penunjukan langsung dilakukan oleh Pejabat Pengadaan untuk
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk
pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
Penunjukan langsung dilakukan oleh Pokja Pemilihan untuk
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai
paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling sedikit di atas
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

5.3.1 Perencanaan Pengadaan


Untuk pengadaan barang/jasa yang belum masuk dalam perencanaan
pengadaan karena keadaan tertentu yaitu penyelenggaraan penyiapan
kegiatan yang mendadak untuk menindaklanjuti komitmen
internasional yang dihadiri oleh Presiden/Wakil Presiden, maka
perencanaan pengadaan dilakukan segera untuk mendapatkan
persetujuan anggaran. Setelah anggaran disetujui rencana pengadaan
barang/jasa diumumkan ke dalam Rencana Umum Pengadaan melalui
aplikasi SIRUP. Pelaksanaan penunjukan langsung dilakukan setelah
RUP diumumkan terlebih dahulu melalui aplikasi SIRUP.

5.3.2 Persiapan Pengadaan


Pelaksanaan persiapan pengadaan dengan metode Penunjukan
Langsung sesuai dengan ketentuan persiapan pengadaan yang diatur
pada Bagian II (Persiapan Pengadaan Barang/Jasa).
Dikecualikan dari ketentuan persiapan pengadaan yang diatur pada
Bagian II, dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK, HPS, dan
rancangan Kontrak untuk Penunjukan Langsung dapat dilakukan
bersama calon Penyedia yang akan ditunjuk.

jdih.lkpp.go.id
- 92 -

5.3.3 Persiapan Pemilihan

Setelah dokumen persiapan pengadaan diterima dan dinyatakan 275


lengkap, Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan persiapan
pemilihan Penyedia sesuai dengan ketentuan persiapan pemilihan
Penyedia yang diatur pada Bagian III (Persiapan Pemilihan Penyedia).
Dikecualikan dari ketentuan persiapan pemilihan Penyedia yang
diatur pada Bagian III, dalam persiapan Penunjukan Langsung Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan menetapkan :
a. Metode kualifikasi dengan prakualifikasi;
b. Metode penyampaian penawaran dengan 1 (satu) file; dan
c. Evaluasi teknis dan harga dengan klarifikasi dan negosiasi.
Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun jadwal dan dokumen
Penunjukan Langsung.
a. Penyusunan Tahapan Penunjukan Langsung
1) Undangan prakualifikasi;
2) Penyampaian dan Evaluasi dokumen kualifikasi;
3) Pembuktian kualifikasi;
4) Penetapan hasil kualifikasi dan penyampaian undangan (apabila
lulus kualifikasi);
5) Pemberian penjelasan;
6) Penyampaian dan Pembukaan dokumen penawaran;
7) Evaluasi dokumen penawaran;
8) Klarifikasi dan negosiasi teknis dan harga; dan
9) Penetapan dan pengumuman.
Pokja Pemilihan menyusun jadwal pemilihan sesuai dengan
kebutuhan.
b. Penyusunan Dokumen Penunjukan Langsung
Penyusunan dokumen Penunjukan Langsung mengacu pada angka
3.10.2, 3.10.3 dan 3.10.4.

5.3.4 Pelaksanaan Pemilihan


a. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan mengundang sekaligus
menyampaikan Dokumen Kualifikasi untuk Penunjukan Langsung
kepada Pelaku Usaha yang dianggap mampu untuk menyediakan
Barang/Jasa.
b. Pelaku Usaha yang diundang menyampaikan Dokumen Kualifikasi.

jdih.lkpp.go.id
- 93 -

c. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan evaluasi


kualifikasi.
276
d. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan pembuktian
kualifikasi.

e. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan penetapan hasil


kualifikasi dan penyampaian undangan (apabila lulus kualifikasi);

f. Pokja Pemilihan memberikan penjelasan.

g. Pelaku Usaha menyampaikan Dokumen Penawaran dalam 1


(satu) file yang berisi dokumen administrasi, teknis, dan harga.

h. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan membuka Dokumen


Penawaran, melakukan evaluasi administrasi, teknis, koreksi
aritmatik, dan harga.

i. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan klarifikasi dan


negosiasi teknis dan harga.

j. Apabila hasil evaluasi administrasi, teknis, atau harga


dinyatakan tidak memenuhi syarat, Pokja Pemilihan
mengundang calon Penyedia lain (jika ada). Jika tidak ada calon
Penyedia lain Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan melaporkan
kepada PPK.

k. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyusun Berita Acara Hasil


Penunjukan Langsung.

l. Pokja Pemilihan mengumumkan hasil Penunjukan Langsung di


dalam aplikasi SPSE.

m. Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan menyampaikan hasil


Penunjukan Langsung kepada Kepala UKPBJ untuk disampaikan
kepada PPK.

5.4 Pengadaan Langsung

5.4.1 Pelaksanaan Pemilihan


a. Pengadaan Langsung untuk Barang/Jasa Lainnya yang harganya
sudah pasti dengan nilai paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah), dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Pejabat Pengadaan melakukan pemesanan Barang/Jasa


Lainnya ke Penyedia;

2) Penyedia dan PPK melakukan serah terima Barang/Jasa


Lainnya;

3) Penyedia menyerahkan bukti pembelian/pembayaran atau


kuitansi kepada PPK; dan/atau

jdih.lkpp.go.id
- 94 -

4) PPK melakukan pembayaran.

PPK dalam melaksanakan tahapan Pengadaan Langsung


277 dapat
dibantu oleh tim pendukung.

b. Pengadaan Langsung untuk :

1) Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak Rp100.000.000,00


(seratus juta rupiah);

2) Barang/Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp50.000.000,00


(lima puluh juta rupiah) sampai dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan

3) Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak


Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);

dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait pekerjaan yang


akan dilaksanakan dan harga, antara lain melalui media
elektronik dan/atau non-elektronik.

2) Dalam hal informasi sebagaimana dimaksud dalam butir 1


tersedia, Pejabat Pengadaan membandingkan harga dan
kualitas paling sedikit dari 2 (dua) sumber informasi yang
berbeda.

3) Pejabat Pengadaan mengundang calon Penyedia yang diyakini


mampu untuk menyampaikan penawaran administrasi, teknis,
harga dan kualifikasi.

4) Undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta


dokumen-dokumen lain yang menggambarkan jenis pekerjaan
yang dibutuhkan.

5) Calon Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran


administrasi, teknis, harga dan kualifikasi secara langsung
sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam undangan.

6) Pejabat Pengadaan membuka penawaran dan mengevaluasi


administrasi, teknis dan kualifikasi dengan sistem gugur,
melakukan klarifikasi teknis dan negosiasi harga untuk
mendapatkan Penyedia dengan harga yang wajar serta dapat
dipertanggungjawabkan.

7) negosiasi harga dilakukan berdasarkan HPS dan/atau


informasi lain sebagaimana dimaksud dalam butir 1.

8) dalam hal negosiasi harga tidak menghasilkan kesepakatan,


Pengadaan Langsung dinyatakan gagal dan dilakukan
Pengadaan Langsung ulang dengan mengundang Pelaku Usaha
lain.

jdih.lkpp.go.id
- 95 -

9) Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan


Langsung yang terdiri dari:
278
a) nama dan alamat Penyedia;

b) harga penawaran terkoreksi dan harga hasil negosiasi;

c) unsur-unsur yang dievaluasi (apabila ada);

d) hasil negosiasi harga (apabila ada);

e) keterangan lain yang dianggap perlu; dan

f) tanggal dibuatnya Berita Acara.

10) Pejabat Pengadaan melaporkan hasil Pengadaan Langsung


kepada PPK.

c. Calon Penyedia tidak diwajibkan untuk menyampaikan formulir


isian kualifikasi, apabila menurut pertimbangan Pejabat
Pengadaan, Pelaku Usaha dimaksud memiliki kemampuan untuk
melaksanakan pekerjaan.

5.5 Tender Cepat


Tender Cepat dilaksanakan dengan metode penyampaian penawaran
harga secara berulang (E-reverse Auction).
Pelaksanaan Tender Cepat dengan tahapan sebagai berikut:
a. Persiapan Pemilihan Tender Cepat
1) Pokja Pemilihan menyusun jadwal pelaksanaan pemilihan
berdasarkan hari kerja, dengan waktu proses pemilihan
paling cepat 3 (tiga) hari pada hari kerja.
2) Pokja Pemilihan dapat melakukan perubahan jadwal tahap
pemilihan dan wajib mengisi alasan perubahan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3) Pokja Pemilihan menyusun kriteria kualifikasi dan/atau kinerja
Pelaku Usaha.
4) Penyusunan dokumen pemilihan secara elektronik melekat
pada aplikasi SPSE dan diunggah (upload) pada aplikasi SPSE.
b. Undangan

1) Peserta yang terkualifikasi dalam SIKaP dan memenuhi kriteria


menerima undangan untuk mengikuti pelaksanaan Tender
Cepat.
2) Apabila diperlukan Pokja Pemilihan dapat melakukan
pemberian penjelasan setelah undangan dikirimkan sampai
dengan sebelum batas akhir penyampaian penawaran.

jdih.lkpp.go.id
- 96 -

3) Proses pemberian penjelasan dilakukan secara daring tanpa


tatap muka melalui aplikasi SPSE.
279
c. Penyampaian dan Pembukaan Penawaran
1) Peserta menyampaikan penawaran harga melalui fitur
penyampaian penawaran pada aplikasi SPSE atau sistem
pengaman dokumen berdasarkan alokasi waktu (batch) atau
secara real time sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen.
2) Setelah masa penyampaian penawaran berakhir maka sistem
akan menginformasikan peringkat dapat berdasarkan Urutan
Posisi Penawaran (positional bidding) secara real time
sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen.
3) Peserta diberikan kesempatan menyampaikan penawaran
berulang (e-reverse auction) dalam kurun waktu yang telah
ditetapkan dalam dokumen pemilihan. Penyampaian penawaran
berulang dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali selama kurun
waktu yang telah ditetapkan tersebut.
4) Pengumuman pemenang dengan penawaran harga terendah.
5) Dalam hal setelah batas akhir penyampaian penawaran tidak
ada peserta yang memasukkan penawaran, Pokja Pemilihan
dapat memperpanjang batas akhir jadwal penyampaian
penawaran. Perpanjangan jangka waktu jadwal penyampaian
penawaran dilakukan pada hari yang sama dengan batas akhir
penyampaian penawaran.

jdih.lkpp.go.id
- 97 -

VI. KONSOLIDASI 280

6.1 Konsolidasi oleh PPK

Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa oleh PPK dengan menggabungkan


paket-paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis menjadi satu atau
beberapa paket yang dilaksanakan bersamaan dengan persiapan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia.

Paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis merupakan paket yang terdiri


dari barang/jasa dengan memperhatikan Klasifikasi Baku Komoditas
Indonesia (seksi, divisi, kelompok, kelas, sub kelas, kelompok
komoditas, dan/atau komoditas) yang sama. Konsolidasi juga dengan
memperhatikan kondisi pasar Pelaku Usaha antara lain Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (kategori, golongan pokok, golongan,
sub golongan, dan/atau kelompok), kapasitas suplai/produksi lokasi
pekerjaan, dan/atau lokasi Pelaku Usaha.

Konsolidasi oleh PPK sebagai berikut:

a. PPK menerima Dokumen Perencanaan Pengadaan dari PA/KPA.


b. PPK melakukan reviu Dokumen Perencanaan Pengadaan untuk
mendapatkan data/informasi paket Pengadaan Barang/Jasa
sejenis.
c. PPK melaksanakan strategi penggabungan beberapa paket
Pengadaan Barang/Jasa sejenis apabila terdapat indikasi
pemecahan paket untuk menghindari Tender/Seleksi.
d. PPK melakukan Konsolidasi untuk paket Pengadaan Barang/Jasa
sejenis yang dicadangkan untuk usaha mikro atau usaha kecil
sampai dengan nilai maksimum hasil konsolidasi sebesar
Rp2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah).
e. PPK dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa paket
Pengadaan Barang/Jasa yang tersebar di beberapa lokasi/daerah
yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya
dilaksanakan/dikerjakan di beberapa lokasi/daerah masing-
masing.
f. PPK mengusulkan perubahan pemaketan kepada PA/KPA.
g. Dalam hal usulan perubahan pemaketan disetujui oleh PA/KPA,
maka ditindaklanjuti dengan perubahan RUP. Selanjutnya PPK
menyampaikan hasil Konsolidasi kepada Pejabat
Pengadaan/UKPBJ untuk dilakukan pemilihan Penyedia.

6.2 Konsolidasi oleh UKPBJ

Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa oleh UKPBJ dengan


menggabungkan paket-paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis menjadi
satu atau beberapa paket yang dilakukan sebelum persiapan
pemilihan Penyedia oleh Pokja Pemilihan.

jdih.lkpp.go.id
- 98 -

Paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis merupakan paket yang terdiri


dari barang/jasa dengan memperhatikan Klasifikasi Baku Komoditas
281
Indonesia (seksi, divisi, kelompok, kelas, sub kelas, kelompok
komoditas, dan/atau komoditas) yang sama. Konsolidasi juga dengan
memperhatikan kondisi pasar Pelaku Usaha antara lain Klasifikasi
Baku Lapangan Usaha Indonesia (kategori, golongan pokok, golongan,
sub golongan, dan/atau kelompok), kapasitas suplai/produksi lokasi
pekerjaan, dan/atau lokasi Pelaku Usaha.

Konsolidasi oleh UKPBJ sebagai berikut:

a. UKPBJ menerima Dokumen Persiapan Pengadaan melalui Penyedia


dari PPK.
b. UKPBJ melakukan reviu Dokumen Persiapan Pengadaan untuk
mendapatkan data/informasi paket-paket Pengadaan Barang/Jasa
sejenis.
c. UKPBJ dapat mengusulkan perubahan spesifikasi teknis/KAK,
HPS, dan/atau rancangan kontrak kepada PPK.
d. UKPBJ melakukan koordinasi kepada PPK untuk melaksanakan
strategi Tender/Seleksi bersama/Tender itemized atas beberapa
paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis.
e. UKPBJ melaksanakan strategi penggabungan beberapa paket
Pengadaan Barang/Jasa sejenis apabila terdapat indikasi
pemecahan paket untuk menghindari Tender/Seleksi.
f. UKPBJ melakukan Konsolidasi untuk paket Pengadaan
Barang/Jasa sejenis yang dicadangkan untuk usaha mikro atau
usaha kecil sampai dengan nilai maksimum hasil konsolidasi
sebesar Rp2.500.000.000,- (dua miliar lima ratus juta rupiah)
g. UKPBJ dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa paket
Pengadaan Barang/Jasa yang tersebar di beberapa lokasi/daerah
yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya
dilaksanakan/dikerjakan di beberapa lokasi/daerah masing-
masing.
h. UKPBJ mengusulkan perubahan pemaketan kepada PPK/PA/KPA.
i. Dalam hal usulan perubahan pemaketan disetujui oleh PA/KPA,
maka ditindaklanjuti dengan perubahan RUP. Selanjutnya
PPK/PA/KPA menyampaikan hasil Konsolidasi kepada Pejabat
Pengadaan/UKPBJ untuk dilakukan pemilihan Penyedia.

jdih.lkpp.go.id
- 99 -

VII. PELAKSANAAN KONTRAK 282


Secara ringkas, pelaksanaan Kontrak meliputi:
a. Penetapan SPPBJ
b. Penandatanganan Kontrak
c. Penyerahan Lokasi Kerja
d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman
(SPP)
e. Pemberian Uang Muka
f. Penyusunan Program Mutu
g. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
h. Mobilisasi
i. Pemeriksaan Bersama
j. Pengendalian Kontrak
k. Inspeksi Pabrikasi
l. Pembayaran Prestasi Pekerjaan
m. Perubahan Kontrak
n. Penyesuaian Harga
o. Keadaan Kahar
p. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak
q. Pemutusan Kontrak
r. Pemberian Kesempatan
s. Denda dan Ganti Rugi

7.1 Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)


Pejabat Penandatangan Kontrak sebelum menetapkan SPPBJ
melakukan reviu atas laporan hasil pemilihan Penyedia dari Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk memastikan:
a. bahwa proses pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan berdasarkan
prosedur yang ditetapkan; dan
b. bahwa pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki kemampuan
untuk melaksanakan Kontrak.
Berdasarkan hasil reviu, Pejabat Penandatangan Kontrak memutuskan
untuk menerima atau menolak hasil pemilihan Penyedia tersebut.

7.1.1 Perselisihan Pendapat atas Hasil Pemilihan


Dalam hal PPK yang bertindak sebagai Pejabat Penandatangan Kontrak
tidak menyetujui hasil pemilihan Penyedia, maka PPK menyampaikan
penolakan tersebut kepada Pokja Pemilihan/Pejabat Pengadaan
disertai dengan alasan dan bukti. Selanjutnya, PPK dan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan melakukan pembahasan bersama terkait
perbedaan pendapat atas hasil pemilihan Penyedia. Dalam hal tidak
tercapai kesepakatan, maka pengambilan keputusan diserahkan
kepada PA/KPA paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah tidak
tercapai kesepakatan.

jdih.lkpp.go.id
- 100 -

PA/KPA dapat memutuskan: 283


a. Menyetujui penolakan oleh PPK, PA/KPA memerintahkan Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk melakukan evaluasi ulang,
penawaran ulang, atau Tender ulang; atau
b. Menyetujui hasil pemilihan Penyedia, PA/KPA memerintahkan PPK
untuk menerbitkan SPPBJ paling lambat 5 (lima) hari kerja.
Keputusan PA/KPA tersebut bersifat final.
Dalam hal PA/KPA yang bertindak sebagai Pejabat Penandatangan
Kontrak tidak menyetujui hasil pemilihan Penyedia, PA/KPA
menyampaikan penolakan tersebut kepada Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan disertai dengan alasan dan bukti dan memerintahkan
untuk melakukan evaluasi ulang, penawaran ulang, atau Tender ulang
paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah hasil pemilihan Penyedia
diterima.

7.1.2 Pengunduran Diri Calon Penyedia


Apabila pemenang pemilihan/calon Penyedia yang ditunjuk
mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh PPK,
dan masa penawarannya masih berlaku, maka calon Penyedia tersebut
dikenakan sanksi Daftar Hitam selama 1 (satu) tahun dan Jaminan
Penawarannya dicairkan dan disetorkan pada Kas Negara/Daerah.
Selanjutnya penunjukan Penyedia dilakukan kepada peserta dengan
peringkat dibawahnya (jika ada).
Dalam hal tidak ada calon pemenang cadangan, PPK melaporkan ke
Pokja Pemilihan untuk kemudian dilakukan Tender/Seleksi Ulang atau
Evaluasi Ulang.

7.1.3 Waktu Penerbitan SPPBJ


Dalam hal Tender/Seleksi dilakukan mendahului tahun anggaran,
SPPBJ dapat diterbitkan setelah persetujuan Rencana Kerja dan
Anggaran atau Rencana Kerja Anggaran Perangkat Daerah sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

7.2 Penandatanganan Kontrak


Penandatanganan Kontrak dapat dilakukan setelah DIPA/DPA
disahkan. Dalam hal penandatangan kontrak dilakukan sebelum
tahun anggaran, maka Kontrak mulai berlaku dan dilaksanakan
setelah DIPA/DPA berlaku efektif.

jdih.lkpp.go.id
- 101 -

7.2.1 Persiapan Penandatanganan Kontrak


Sebelum penandatanganan Kontrak dilakukan rapat persiapan
284
penandatanganan Kontrak antara Pejabat Penandatangan Kontrak
dengan Penyedia yang membahas hal-hal sebagai berikut:
a. finalisasi rancangan Kontrak;
b. kelengkapan dokumen pendukung Kontrak, seperti Jaminan
Pelaksanaan telah diterima sebelum penandatanganan Kontrak,
asuransi, dsb;
c. rencana penandatanganan Kontrak; dan/atau
d. hal-hal yang telah diklarifikasi dan/atau dikonfirmasi pada saat
evaluasi penawaran.
Nilai Jaminan Pelaksanaan (apabila ada), dengan ketentuan:
a. untuk nilai penawaran antara 80% (delapan puluh persen) sampai
dengan 100% (seratus persen) dari nilai HPS atau Pagu Anggaran,
Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima persen) dari nilai
kontrak; atau
b. untuk nilai penawaran di bawah 80% (delapan puluh persen) dari
nilai HPS atau Pagu Anggaran, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5%
(lima persen) dari nilai HPS atau Pagu Anggaran.
Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan verifikasi secara tertulis
kepada penerbit jaminan sebelum penandatanganan Kontrak. Setelah
Jaminan Pelaksanaan dinyatakan sah dan diterima, Pokja Pemilihan
dapat mengembalikan Jaminan Penawaran (apabila ada).
Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia tidak diperkenankan
mengubah substansi hasil pemilihan Penyedia sampai dengan
penandatanganan Kontrak, kecuali mempersingkat waktu pelaksanaan
pekerjaan.
Dalam hal penetapan SPPBJ dilakukan sebelum DIPA/DPA disahkan,
dan ternyata alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau
kurang dari rencana nilai Kontrak, maka penandatanganan Kontrak
dapat dilakukan setelah Pagu Anggaran cukup tersedia melalui revisi
DIPA/DPA. Jika penambahan Pagu Anggaran melalui revisi DIPA/DPA
tidak tercapai maka penetapan pemenang dibatalkan dan kepada calon
Penyedia Barang/Jasa tidak diberikan ganti rugi.
Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks
dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak.

7.2.2 Pelaksanaan Penandatanganan Kontrak


Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia wajib memeriksa
kembali rancangan Kontrak meliputi substansi, bahasa, redaksional,
angka, dan huruf serta membubuhkan paraf pada setiap lembar
Dokumen Kontrak.

jdih.lkpp.go.id
- 102 -

Kontrak ditandatangani dengan ketentuan:


a. DIPA/DPA telah ditetapkan; 285
b. penandatangan kontrak dilakukan paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja setelah diterbitkan SPBBJ, kecuali apabila DIPA/DPA
belum disahkan; dan
c. ditandatangani oleh Pihak yang berwenang menandatangani
Kontrak.
Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak atas nama Penyedia
adalah Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi
yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar,
yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
atau Penyedia perorangan. Selain pihak yang disebut di atas, pihak
lain yang dapat menandatangani Kontrak adalah pihak yang
mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari
Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi atau pihak
yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk
menandatangani Kontrak sepanjang pihak lain tersebut merupakan
pengurus/karyawan perusahaan/karyawan koperasi yang berstatus
sebagai tenaga kerja tetap.
Kontrak dibuat sesuai dengan kebutuhan yang terdiri dari :
a. sekurang-kurangnya 2 (dua) Kontrak asli, terdiri dari:
1) Kontrak asli pertama untuk Pejabat Penandatangan Kontrak
dibubuhi materai pada bagian yang ditandatangani oleh
Penyedia; dan
2) Kontrak asli kedua untuk Penyedia dibubuhi materai pada
bagian yang ditandatangani oleh Pejabat Penandatangan
Kontrak;
b. Rangkap/salinan Kontrak tanpa dibubuhi materai apabila
diperlukan.
Kontrak mulai berlaku pada tanggal penandatanganan Kontrak oleh
Para Pihak atau pada tanggal yang ditetapkan dalam Kontrak.

7.3 Penyerahan Lokasi Kerja


Apabila diperlukan Pejabat Penandatangan Kontrak menyerahkan
lokasi kerja kepada Penyedia. Penyerahan lokasi kerja dilakukan
setelah sebelumnya dilakukan peninjauan lapangan oleh para pihak
dan pihak terkait yang dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan
Lokasi Kerja.
Penyerahan lokasi kerja dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
Lokasi Kerja yang ditandatangani oleh para pihak.

jdih.lkpp.go.id
- 103 -

Apabila Pejabat Penandatangan Kontrak tidak dapat menyerahkan


seluruh lokasi kerja sesuai kebutuhan Penyedia yang tercantum dalam
286
rencana kerja untuk melaksanakan pekerjaan sesuai Kontrak, maka
Pejabat Penandatangan Kontrak menetapkan kondisi ini sebagai
Peristiwa Kompensasi dan dibuat Berita Acara.

7.4 Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman


(SPP)
7.4.1 SPMK untuk Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah surat perintah dari Pejabat
Penandatangan Kontrak kepada Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya/Jasa Konsultansi untuk segera memulai pelaksanaan
pekerjaan sesuai Kontrak.
SPMK diterbitkan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja
setelah tandatangan Kontrak atau 14 (empat belas) hari kerja sejak
penyerahan lokasi pekerjaan.
Dalam SPMK dicantumkan seluruh lingkup pekerjaan dan tanggal
mulai kerja yang merupakan waktu dimulainya pelaksanaan pekerjaan
sesuai Kontrak.

7.4.2 SPP untuk Barang


Surat Perintah Pengiriman (SPP) adalah surat perintah tertulis dari
Pejabat Penandatangan Kontrak kepada Penyedia Barang untuk mulai
melaksanakan pekerjaan penyediaan barang sesuai Kontrak.
Pejabat Penandatangan Kontrak menerbitkan SPP selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal penandatanganan Kontrak.
SPP harus sudah disetujui/ditandatangani oleh Penyedia sesuai
dengan yang dipersyaratkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
sejak tanggal penerbitan SPP.
Tanggal penandatanganan SPP oleh Penyedia ditetapkan sebagai
tanggal awal perhitungan waktu pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan serah terima Barang.
Untuk pekerjaan yang pengiriman barangnya dijadwalkan tidak
dilaksanakan sekaligus tetapi secara berkala/bertahap sesuai rencana
kebutuhan, harus dinyatakan dalam Kontrak.

7.5 Pemberian Uang Muka


Penyedia dapat mengajukan permohonan uang muka secara tertulis
kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai dengan rencana
penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
Kontrak dan rencana pengembaliannya.

jdih.lkpp.go.id
- 104 -

Nilai besaran uang muka paling tinggi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam Kontrak. Uang Muka dibayar setelah Penyedia menyerahkan
287
Jaminan Uang Muka senilai uang muka yang diterima. Besarnya
Jaminan Uang Muka adalah senilai uang muka yang diterima
Penyedia.
Pengembalian uang muka dapat dilakukan dengan diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada setiap pembayaran
prestasi pekerjaan atau sesuai kesepakatan yang diatur dalam Kontrak
dan paling lambat harus lunas pada saat pekerjaan mencapai prestasi
100% (seratus persen).

7.6 Penyusunan Program Mutu


Program mutu disusun oleh Penyedia sebelum rapat persiapan
pelaksanaan Kontrak, yang paling sedikit berisi:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. organisasi kerja Penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan/atau
f. pelaksana kerja.
Program mutu disesuaikan dengan jenis barang/jasa, karakteristik
dan kompleksitas pekerjaan.

7.7 Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak


Sebelum melaksanakan Kontrak yang bernilai besar atau kompleks,
Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia harus melakukan rapat
secara tatap muka untuk mendiskusikan kesamaan pemahaman dan
administrasi Kontrak. Rapat tatap muka harus dilaksanakan secara:
a. formal;
b. agenda rapat diketahui secara bersama sebelum pelaksanaan
rapat; dan
c. para pihak masing-masing harus menunjuk narahubung selama
pelaksanaan kontrak;
Hal-hal yang dibahas dalam rapat persiapan pelaksanaan kontrak:
a. reviu kontrak, dan pembagian tugas dan tanggung jawab dari
kedua belah pihak;
b. pemutakhiran/pembaharuan rencana pekerjaan seperti tanggal
efektif pelaksanaan, dan tahapan pelaksanaan kontrak;

jdih.lkpp.go.id
- 105 -

c. reviu rencana penilaian kinerja pekerjaan sebagai dasar melakukan


evaluasi kemajuan pekerjaan;
288
d. diskusi bagaimana dan kapan dilakukan pelaporan pekerjaan;
e. Tata cara, waktu dan frekuensi pengukuran dan pelaporan yang
disesuaikan dengan kondisi pekerjaan;
f. melakukan klarifikasi hal-hal yang masih kurang jelas dan
mendiskusikan prosedur untuk manajemen perubahan; dan
g. melakukan klarifikasi rencana koordinasi antar para pihak selama
pelaksanaan pekerjaan.

7.8 Mobilisasi
a. Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan sesuai
waktu yang ditetapkan.
b. Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, mobilisasi
dilakukan sesuai dengan lingkup pekerjaan, meliputi:
1) mendatangkan bahan/material dan peralatan terkait yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
2) mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung
laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya; dan/atau
3) mendatangkan personil.
c. Untuk Jasa Konsultansi, mobilisasi dilakukan sesuai dengan
lingkup pekerjaan, meliputi:
1) mendatangkan tenaga ahli;
2) mendatangkan tenaga pendukung; dan/atau
3) menyiapkan peralatan pendukung.
d. Mobilisasi bahan/material, peralatan dan personil dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.

7.9 Pemeriksaan Bersama


a. Apabila diperlukan,pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, para
pihak bersama-sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan
dengan melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi
lokasi pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan dan rencana mata
pembayaran.
b. Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat menetapkan tim
teknis dan PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli.
c. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara.
Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi
Kontrak, maka harus dituangkan dalam adendum Kontrak.

jdih.lkpp.go.id
- 106 -

7.10 Pengendalian Kontrak


Para pihak melakukan pengawasan/pengendalian terhadap
289
pelaksanaan Kontrak baik secara langsung atau melalui pihak lain
yang ditunjuk. Pengawasan/pengendalian Kontrak dapat dilaksanakan
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh :
a. Pejabat Penandatangan Kontrak;
b. pihak ketiga yang independen;
c. Penyedia; dan/atau
d. pengguna akhir.
Dalam hal terjadi deviasi antara realisasi dengan target pelaksanaan
Kontrak atau terjadi Kontrak Kritis maka para pihak melakukan Rapat
Pembuktian (Show Cause Meeting/SCM). Pejabat Penandatangan
Kontrak memerintahkan Penyedia untuk melaksanakan perbaikan
target dan realisasi pelaksanaan pekerjaan.
Apabila Penyedia tidak mampu mencapai target yang ditetapkan pada
SCM maka Pejabat Penandatangan Kontrak mengeluarkan Surat
Peringatan (SP) kepada Penyedia.

Dalam hal telah dikeluarkan SP ketiga dan Penyedia dinilai tidak


mampu mencapai target yang ditetapkan, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak dapat melakukan pemutusan Kontrak secara
sepihak dan memberikan sanksi kepada Penyedia sesuai ketentuan
yang berlaku.

7.11 Inspeksi Pabrikasi


Para pihak dapat melakukan inspeksi atas proses pabrikasi
barang/peralatan khusus. Jadwal, tempat dan ruang lingkup inspeksi
harus sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak.

7.12 Pembayaran Prestasi Pekerjaan


Penyedia mengajukan permohonan pembayaran prestasi pekerjaan
secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai laporan
kemajuan/output pekerjaan sesuai Kontrak.
Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan ketentuan:
a. Pembayaran dilakukan dengan mengacu ketentuan dalam Kontrak
dan tidak boleh melebihi kemajuan hasil pekerjaan yang telah
dicapai dan diterima oleh Pejabat Penandatangan Kontrak.
b. Pembayaran dilakukan terhadap pekerjaan yang sudah terpasang,
tidak termasuk bahan/material dan peralatan yang ada di lokasi
pekerjaan.

jdih.lkpp.go.id
- 107 -

c. Pembayaran dilakukan dengan sistem bulanan atau sistem termin


atau pembayaran secara sekaligus setelah kemajuan hasil
290
pekerjaan dinyatakan diterima sesuai ketentuan dalam Kontrak.
d. Pembayaran bulanan/termin dipotong angsuran uang muka, uang
retensi (untuk pekerjaan yang mensyaratkan masa pemeliharaan)
dan pajak. Untuk pembayaran akhir, dapat ditambahkan potongan
denda apabila ada.
e. Untuk pekerjaan yang di subkontrakkan, permintaan pembayaran
dilengkapi bukti pembayaran kepada subpenyedia/subkontraktor
sesuai dengan kemajuan hasil pekerjaan.
f. Dikecualikan pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi
pekerjaan diterima/terpasang untuk:
1) Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dibayar terlebih
dahulu sebelum Barang/Jasa diterima;
2) pembayaran bahan/material dan/atau peralatan yang menjadi
bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan,
namun belum terpasang; atau
3) pembayaran pekerjaan yang belum selesai 100% (seratus
persen) pada saat batas akhir pengajuan pembayaran dengan
menyerahkan jaminan atas pembayaran.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran termasuk
bentuk jaminan diatur oleh peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
negara.
Pembayaran termin terakhir hanya dapat dilakukan setelah seluruh
pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan ketentuan yang
termuat dalam Kontrak dan para pihak menandatangani Berita Acara
Serah Terima pekerjaan. Untuk pekerjaan yang mensyaratkan masa
pemeliharaan, uang retensi dibayarkan setelah masa pemeliharaan
berakhir (serah terima kedua/FHO). Dalam hal masa pemeliharaan
berakhir pada tahun anggaran berikutnya yang menyebabkan retensi
tidak dapat dibayarkan, maka uang retensi dapat dibayarkan dengan
syarat Penyedia menyampaikan Jaminan Pemeliharaan senilai uang
retensi tersebut.

7.13 Perubahan Kontrak


7.13.1 Perubahan Kontrak Karena Perbedaan Kondisi Lapangan Pada Saat
Pelaksanaan dengan Gambar dan/atau Spesifikasi Teknis/KAK
dalam Dokumen Kontrak
Perubahan Kontrak karena perbedaan kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK dalam
dokumen kontrak diberlakukan untuk Kontrak Lumsum, Kontrak
Harga Satuan, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan, dan
Kontrak Terima Jadi (Turnkey).

jdih.lkpp.go.id
- 108 -

Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat


pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang
291
ditentukan dalam dokumen Kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak
bersama Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak, yang
meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam
Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
c. mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan;
dan/atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan.
Perubahan Kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat
dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak. Masalah
administrasi yang dimaksud antara lain pergantian PPK, perubahan
rekening penerima.
Pekerjaan tambah dilaksanakan dengan ketentuan:
a. tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum
dalam perjanjian/Kontrak awal; dan
b. tersedia anggaran untuk pekerjaan tambah.
Untuk pemeriksaan dalam rangka perubahan kontrak, Pejabat
Penandatangan Kontrak dapat menetapkan tim atau tenaga ahli.
Perubahan Kontrak tidak dapat dilakukan pada masa tambahan waktu
penyelesaian pekerjaan (masa denda) akibat dari keterlambatan setelah
waktu pelaksanaan kontrak berakhir.
7.14 Penyesuaian Harga
Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak yang
berbentuk Kontrak Harga Satuan atau berdasarkan Waktu Penugasan
yang masa pelaksanaan pekerjaannya lebih dari 18 (delapan belas)
bulan, dengan ketentuan:
a. Ketentuan, persyaratan, dan tata cara perhitungan penyesuaian
harga dicantumkan dalam Dokumen Pemilihan (rancangan
Kontrak) dan/atau perubahan Dokumen Pemilihan, yang
selanjutnya dituangkan dalam Kontrak.
b. Persyaratan perhitungan penyesuaian harga meliputi:
1) penyesuaian diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak
pelaksanaan pekerjaan;
2) penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata
pembayaran, kecuali komponen keuntungan, biaya overhead,
dan harga satuan timpang sebagaimana tercantum dalam
penawaran;
3) penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal

jdih.lkpp.go.id
- 109 -

pelaksanaan yang tercantum dalam Kontrak/adendum kontrak;


4) penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan292 yang
berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian
harga dari negara asal barang tersebut;
5) jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai akibat
adanya adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga
mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak adendum kontrak tersebut
ditandatangani; dan
6) Indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan kontrak
terlambat disebabkan oleh kesalahan Penyedia adalah indeks
terendah antara jadwal kontrak dan realisasi pekerjaan.
c. Rumusan penyesuaian nilai kontrak ditetapkan sebagai berikut:

Pn = Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian harga


satuan;
Hn = harga satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan
setelah dilakukan penyesuaian harga menggunakan
rumusan penyesuaian Harga Satuan;
V = Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang
dilaksanakan.
7.15 Keadaan Kahar
Keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak
para pihak dalam Kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak
dapat dipenuhi.
Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal merugikan yang
disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, Pejabat Penandatangan Kontrak atau
Penyedia memberitahukan tentang terjadinya Keadaan kahar kepada
salah satu pihak secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari kalender sejak menyadari atau seharusnya menyadari atas
kejadian atau keadaan yang merupakan keadaan kahar.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, pelaksanaan Kontrak dapat
dihentikan atau dilanjutkan setelah kondisi kahar berakhir.
Dalam hal pelaksanaan Kontrak dilanjutkan, para pihak dapat
melakukan perubahan kontrak. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan
dapat diperpanjang sekurang-kurangnya sama dengan jangka waktu
terhentinya Kontrak akibat keadaan kahar. Perpanjangan waktu untuk
penyelesaian Kontrak dapat melewati Tahun Anggaran.
Dalam hal pelaksanaan Kontrak dihentikan, para pihak menyelesaikan
kewajiban yang telah dilaksanakan. Penyedia berhak untuk menerima

jdih.lkpp.go.id
- 110 -

pembayaran sesuai dengan prestasi atau kemajuan pelaksanaan


pekerjaan yang telah dicapai.
293
Selama masa keadaan kahar, jika Pejabat Penandatangan Kontrak
memerintahkan secara tertulis kepada Penyedia untuk sedapat
mungkin meneruskan pekerjaan, maka Penyedia berhak untuk
menerima pembayaran sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan
mendapat penggantian biaya yang wajar sesuai dengan kondisi yang
telah dikeluarkan untuk bekerja dalam keadaan kahar. Penggantian
biaya ini harus diatur dalam suatu adendum Kontrak.
Kegagalan salah satu pihak memenuhi kewajiban yang disebutkan
dalam Kontrak bukan merupakan cidera janji/wanprestasi jika
disebabkan oleh karena keadaan kahar.
Contoh keadaan kahar dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa tidak
terbatas pada: bencana alam, bencana non alam, bencana sosial,
pemogokan, kebakaran, kondisi cuaca ekstrim, dan gangguan industri
lainnya.

7.16 Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak

7.16.1 Penghentian Kontrak

Kontrak berhenti apabila terjadi keadaan kahar.


Penghentian Kontrak karena keadaan kahar dilakukan secara tertulis
oleh Pejabat Penandatangan Kontrak dengan disertai alasan
penghentian pekerjaan.
Penghentian kontrak karena keadaan kahar dapat bersifat:
a. sementara hingga Keadaan Kahar berakhir; atau
b. permanen apabila akibat keadaan kahar tidak memungkinkan
dilanjutkan/diselesaikannya pekerjaan.
Dalam hal Kontrak dihentikan karena keadaan kahar, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak wajib membayar kepada Penyedia sesuai
dengan kemajuan hasil pekerjaan yang telah dicapai setelah dilakukan
pemeriksaan bersama atau berdasarkan hasil audit.

7.16.2 Berakhirnya Kontrak

Kontrak berakhir apabila pekerjaan telah selesai dan hak dan


kewajiban para pihak yang terdapat dalam Kontrak sudah terpenuhi.
Terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak adalah terkait dengan
pembayaran yang seharusnya dilakukan akibat dari pelaksanaan
kontrak. Sebagai contoh meskipun kontrak telah berhenti karena
pekerjaan telah selesai 100% (seratus persen) namun kontrak belum
berakhir apabila masih terdapat sisa pembayaran yang belum
dibayarkan oleh PPK kepada Penyedia. Misalnya pembayaran atas sisa

jdih.lkpp.go.id
- 111 -

pekerjaan akibat keterlambatan yang melewati tahun anggaran atau


pembayaran atas penyesuaian harga.
294

7.17 Pemutusan Kontrak

Pemutusan Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat


Penandatangan Kontrak atau Penyedia untuk mengakhiri berlakunya
Kontrak karena alasan tertentu.

7.17.1 Pemutusan Kontrak oleh Pejabat Penandatangan Kontrak


Pejabat Penandatangan Kontrak melakukan pemutusan Kontrak
apabila:
a. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau
pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh Instansi
yang berwenang.
b. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN
dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh Instansi yang
berwenang;
c. Penyedia berada dalam keadaan pailit;
d. Penyedia terbukti dikenakan Sanksi Daftar Hitam sebelum
penandatangan Kontrak;
e. Penyedia gagal memperbaiki kinerja setelah mendapat Surat
Peringatan sebanyak 3 (tiga) kali;
f. Penyedia tidak mempertahankan berlakunya Jaminan
Pelaksanaan;
g. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan
tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan;
h. berdasarkan penelitian Pejabat Penandatangan Kontrak, Penyedia
tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan
walaupun diberikan kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh)
hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan
untuk menyelesaikan pekerjaan;
i. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai
dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan; atau
j. Penyedia menghentikan pekerjaan selama waktu yang ditentukan
dalam Kontrak dan penghentian ini tidak tercantum dalam
program mutu serta tanpa persetujuan pengawas pekerjaan.

jdih.lkpp.go.id
- 112 -

Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia:


a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan; 295
b. Sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia atau Jaminan Uang
Muka dicairkan (apabila diberikan); dan
c. Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.
Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak karena kesalahan Penyedia, maka Pokja
Pemilihan dapat menunjuk pemenang cadangan berikutnya pada paket
pekerjaan yang sama atau Penyedia yang mampu dan memenuhi
syarat.

7.17.2 Pemutusan Kontrak oleh Penyedia


Penyedia melakukan pemutusan Kontrak apabila:
a. Setelah mendapatkan persetujuan Pejabat Penandatangan Kontrak,
Pengawas pekerjaan memerintahkan Penyedia untuk menunda
pelaksanaan pekerjaan atau kelanjutan pekerjaan, dan perintah
tersebut tidak ditarik selama waktu yang ditentukan dalam
Kontrak.
b. Pejabat Penandatangan Kontrak tidak menerbitkan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembayaran tagihan
angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana tercantum
dalam Syarat-syarat Kontrak.

7.18 Pemberian Kesempatan

Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa


pelaksanaan kontrak berakhir, namun Pejabat Penandatangan Kontrak
menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan, Pejabat
Penandatangan Kontrak memberikan kesempatan Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan pengenaan sanksi denda
keterlambatan.

Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan


pekerjaan dituangkan dalam adendum kontrak yang didalamnya
mengatur pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia
dan perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).

Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan pekerjaan


sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan. Pemberian kesempatan kepada Penyedia
untuk menyelesaikan pekerjaan dapat melampaui Tahun Anggaran.

jdih.lkpp.go.id
- 113 -

7.19 Denda dan Ganti Rugi

a. Sanksi finansial yang dikenakan kepada Penyedia sesuai ketentuan


296
yang berlaku karena terjadinya cidera janji/wanprestasi yang
tercantum dalam Kontrak.
b. Sanksi finansial dapat berupa sanksi ganti rugi atau denda
keterlambatan.
c. Cidera janji/wanprestasi dapat berupa kegagalan bangunan,
menyerahkan jaminan yang tidak bisa dicairkan, melakukan
kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan berdasarkan
hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak
sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit, dan keterlambatan
penyelesaian pekerjaan.
d. Sanksi ganti rugi apabila terjadi; kegagalan bangunan,
menyerahkan jaminan yang tidak bisa dicairkan, melakukan
kesalahan dalam perhitungan volume hasil pekerjaan berdasarkan
hasil audit, menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak
sesuai dengan Kontrak berdasarkan hasil audit. Besarnya sanksi
ganti rugi adalah sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan.
e. Denda keterlambatan apabila terjadi keterlambatan penyelesaian
pekerjaan. Besarnya denda keterlambatan adalah:
1) 1‰ (satu permil) per hari dari harga bagian Kontrak yang
tercantum dalam Kontrak; atau
2) 1‰ (satu permil) per hari dari harga Kontrak.
f. Bagian Kontrak adalah bagian pekerjaan dari satu pekerjaan yang
ditetapkan dalam dokumen pemilihan
g. Tata cara pembayaran denda diatur di dalam Dokumen Kontrak.

jdih.lkpp.go.id
- 114 -

VIII. SERAH TERIMA 297


Pelaksanaan penyerahan hasil pekerjaan 100% (seratus persen) dari
Penyedia kepada Pejabat Penandatangan Kontrak sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan kepada PA/KPA dijelaskan dalam bagan alur
berikut:

Gambar 6 Bagan Alur Serah Terima

8.1 Serah Terima Hasil Pekerjaan


a. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai dengan
ketentuan yang tertuang dalam Kontrak, Penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak
untuk penyerahan hasil pekerjaan.
b. Sebelum dilakukan serah terima, Pejabat Penandatangan Kontrak
melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan, yang dapat
dibantu oleh Konsultan Pengawas atau tim ahli dan tim teknis.
c. Pemeriksaan dilakukan terhadap kesesuaian hasil pekerjaan
terhadap kriteria/spesifikasi yang tercantum dalam Kontrak.
d. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak dan/atau cacat hasil
pekerjaan, Pejabat Penandatangan Kontrak memerintahkan
Penyedia untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan
pekerjaan.
e. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak maka Pejabat
Penandatangan Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita
Acara Serah Terima.
f. Setelah penandatanganan Berita Acara Serah Terima, Pejabat
Penandatangan Kontrak menyerahkan barang/hasil pekerjaan
kepada PA/KPA.
g. PA/KPA meminta PjPHP/PPHP untuk melakukan pemeriksaan
administratif terhadap barang/hasil pekerjaan yang
diserahterimakan.
h. PjPHP/PPHP melakukan pemeriksaan administratif proses

jdih.lkpp.go.id
- 115 -

pengadaan barang/jasa sejak perencanaan pengadaan sampai


dengan serah terima hasil pekerjaan, meliputi dokumen
298
program/penganggaran, surat penetapan PPK, dokumen
perencanaan pengadaan, RUP/SIRUP, dokumen persiapan
pengadaan, dokumen pemilihan Penyedia, dokumen Kontrak dan
perubahannya serta pengendaliannya, dan dokumen serah terima
hasil pekerjaan.
i. Apabila hasil pemeriksaan administrasi ditemukan
ketidaksesuaian/kekurangan, PjPHP/PPHP melalui PA/KPA
memerintahkan Pejabat Penandatanganan Kontrak untuk
memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan dokumen
administratif.
j. Hasil pemeriksaan administratif dituangkan dalam Berita Acara.

8.2 Masa Pemeliharaan


a. Penyedia wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan
pertama pekerjaan.
b. Setelah masa pemeliharaan berakhir, Penyedia mengajukan
permintaan secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak
untuk penyerahan akhir pekerjaan.
c. Pejabat Penandatangan Kontrak menerima penyerahan akhir
pekerjaan setelah Penyedia melaksanakan semua kewajibannya
selama masa pemeliharaan dengan baik. Pejabat Penandatangan
Kontrak wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang
belum dibayar atau mengembalikan Jaminan Pemeliharaan.
d. Khusus Pekerjaan Konstruksi:
1) masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen
selama 6 (enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi
permanen selama 3 (tiga) bulan; dan
2) masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
e. Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai
kesepakatan para pihak dalam Kontrak.
f. Apabila Penyedia tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan
sebagaimana mestinya, maka Pejabat Penandatangan Kontrak
berhak untuk tidak membayar retensi atau mencairkan Jaminan
Pemeliharaan untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan, serta
Penyedia dikenakan sanksi Daftar Hitam.
g. Dalam hal terdapat nilai sisa penggunaan uang retensi atau uang
pencairan Jaminan Pemeliharaan untuk membiayai
Pembiayaan/Pemeliharaan maka Pejabat Penandatangan Kontrak
wajib menyetorkan kepada Kas Negara.
h. Apabila dalam pemeriksaan hasil pekerjaan telah sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam Kontrak maka Pejabat

jdih.lkpp.go.id
- 116 -

Penandatangan Kontrak dan Penyedia menandatangani Berita


Acara Serah Terima akhir.
299
i. PA/KPA mengalokasikan anggaran untuk keperluan operasional
PPK selama masa pemeliharaan oleh Penyedia.
j. Jaminan Pemeliharaan dikembalikan 14 (empat belas) hari kerja
setelah masa pemeliharaan selesai.

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH,

AGUS PRABOWO

jdih.lkpp.go.id
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
300
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TENDER/SELEKSI INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 91 huruf r


Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, perlu menetapkan Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
tentang Pedoman Pelaksanaan Tender/Seleksi Internasional;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang


Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 314);
2. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII

jdih.lkpp.go.id
-2-

MEMUTUSKAN:
301
Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN
PELAKSANAAN TENDER/SELEKSI INTERNASIONAL.

Pasal 1
Dalam Peraturan Lembaga ini yang dimaksud dengan:
1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah yang dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah yang prosesnya sejak identifikasi
kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
2. Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
3. Seleksi adalah metode pemilihan untuk mendapatkan
Penyedia Jasa Konsultansi.
4. Tender/Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia
Barang/Jasa dengan peserta pemilihan dapat berasal
dari pelaku usaha nasional dan pelaku usaha asing.
5. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut
Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
6. Lembaga adalah organisasi non-Kementerian Negara dan
instansi lain pengguna anggaran yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau peraturan perundang-undangan lainnya.
7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII

jdih.lkpp.go.id
-3-

8. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur


302
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
9. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
yang selanjutnya disingkat LKPP adalah lembaga
Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan
merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
10. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA
adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat
Daerah.
11. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya
disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa
dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
12. Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran
dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
Perangkat Daerah.
13. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA
untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.
14. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut
Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang
ditetapkan oleh pimpinan Unit Kerja Pengadaan
Barang/Jasa (UKPBJ) untuk mengelola pemilihan
Penyedia.
15. Tahun Anggaran adalah masa satu tahun terhitung dari
1 Januari sampai dengan 31 Desember.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII

jdih.lkpp.go.id
-4-

16. Pinjaman Luar Negeri adalah setiap pembiayaan melalui


303
utang yang diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman
Luar Negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman
dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
17. Pemberi Pinjaman Luar Negeri adalah kreditor yang
memberikan pinjaman kepada Pemerintah.
18. Perjanjian Pinjaman Luar Negeri/Loan Agreement adalah
kesepakatan tertulis mengenai pinjaman antara
Pemerintah dan Pemberi Pinjaman Luar Negeri.
19. Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara
dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah,
barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari
Pemberi Hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang
berasal dari luar negeri.
20. Pemberi Hibah Luar Negeri adalah pihak yang berasal
dari luar negeri yang memberikan Hibah kepada
Pemerintah.
21. Perjanjian Hibah/Letter of Grant adalah kesepakatan
tertulis mengenai Hibah (grant) antara Pemerintah dan
Pemberi Hibah yang dituangkan dalam dokumen
perjanjian pemberian hibah atau dokumen lain yang
dipersamakan.
22. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau
dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
23. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian,
pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan
kembali suatu bangunan.
24. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang
membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang
keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII

jdih.lkpp.go.id
-5-

25. Jasa Lainnya adalah jasa non-konsultansi atau jasa yang


304
membutuhkan peralatan, metodologi khusus, dan/atau
keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
26. Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk
dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum
internasional yang dibuat secara tertulis serta
menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum
publik.
27. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau
badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
28. Pelaku Usaha Nasional adalah Pelaku Usaha yang
memenuhi ketentuan yang dijelaskan dalam Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
ini.
29. Pelaku Usaha Asing adalah Pelaku Usaha yang tidak
memenuhi ketentuan yang dijelaskan dalam Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
ini.
30. Peserta Pemilihan adalah calon Penyedia yang
mengajukan penawaran dan mengikuti tahapan
Tender/Seleksi.
31. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut Penyedia adalah Pelaku Usaha Nasional maupun
Pelaku Usaha Asing yang menyediakan barang/jasa
berdasarkan perjanjian.
32. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat
SIUP adalah Surat Izin untuk dapat melaksanakan
kegiatan usaha perdagangan yang diterbitkan oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII

jdih.lkpp.go.id
-6-

33. Tanda Daftar Perusahaan yang selanjutnya disingkat TDP


305
adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan undang-undang atau peraturan-
peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang
wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan
oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
34. Izin Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat
IUJK adalah izin untuk melakukan usaha di bidang jasa
konstruksi oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
35. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat
SNI adalah Standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional dan berlaku di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
36. Joint Venture adalah sebuah asosiasi orang-orang
dan/atau perusahaan-perusahaan yang secara bersama-
sama melakukan beberapa usaha komersial dengan
membentuk perusahaan baru.
37. Joint Operation adalah dua orang/perusahaan atau lebih
yang melakukan kerjasama operasional dalam
menyelesaikan suatu proyek.
38. Subkontrak adalah sebuah kontrak yang berada di
bawah kontrak lain, dibuat atau dimaksudkan untuk
dibuat antara pihak yang berkontrak, pada satu bagian,
atau beberapa dari mereka, dan pihak di luar kontrak.
39. Subkontraktor adalah pihak ketiga yang dilibatkan oleh
Pelaku Usaha utama dalam suatu pekerjaan untuk
melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
40. Tingkat Komponen Dalam Negeri yang selanjutnya
disingkat TKDN adalah besarnya komponen dalam negeri
pada barang, gabungan barang, jasa, gabungan jasa,
serta gabungan barang dan jasa.
41. Harga Perkiraan Sendiri yang selanjutnya disingkat HPS
adalah perkiraan harga barang/jasa yang ditetapkan oleh
PPK.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII

jdih.lkpp.go.id
-7-

42. Hari Kerja adalah hari yang digunakan orang untuk


306
bekerja di Indonesia, yaitu mulai hari Senin sampai
dengan Jumat tiap minggunya, tidak termasuk hari
Sabtu, Minggu, dan hari libur yang ditetapkan oleh
pemerintah Indonesia.
43. Hari Kalender adalah setiap hari dalam 1 (satu) tahun
sesuai dengan kalender Masehi tanpa kecuali.
44. Dokumen Pemilihan adalah dokumen yang ditetapkan
oleh Pokja Pemilihan yang memuat informasi dan
ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam
pemilihan Penyedia.
45. Proposal adalah Dokumen Penawaran pada Seleksi
Internasional.
46. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya
disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PA/
KPA/PPK dengan Penyedia Barang/Jasa.
47. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa yang
selanjutnya disingkat SPPBJ adalah surat yang
dikeluarkan oleh PPK yang menyatakan Penyedia yang
ditunjuk sebagai pemenang Tender/Seleksi.

Pasal 2
(1) Pelaksanaaan Tender/Seleksi Internasional dilakukan
sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah
yang mengatur tentang pelaksanaan pengadaan
barang/jasa melalui penyedia, kecuali diatur lain dalam
Peraturan Lembaga ini.
(2) Pedoman Pelaksanaan Tender Internasional untuk
Pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, dan Jasa
Lainnya diatur dalam Lampiran I yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Peraturan Lembaga ini.
(3) Pedoman Pelaksanaan Seleksi Internasional untuk
Pengadaan Jasa Konsultansi diatur dalam Lampiran II
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Lembaga ini.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII

jdih.lkpp.go.id
-8-

Pasal 3
307
Penyelenggaraan Tender/Seleksi Internasional dilakukan
secara manual sampai dengan Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE) dan sistem pendukungnya siap digunakan.

Pasal 4
Peraturan Lembaga ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli
2018.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII

jdih.lkpp.go.id
308

jdih.lkpp.go.id
1

LAMPIRAN I
PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN
309
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TENDER/
SELEKSI INTERNASIONAL

PEDOMAN PELAKSANAAN TENDER INTERNASIONAL UNTUK PENGADAAN


BARANG, PEKERJAAN KONSTRUKSI, DAN JASA LAINNYA

1. KETENTUAN UMUM

1.1 Tujuan Peraturan


1.1.1 Peraturan ini menjelaskan kebijakan dan prosedur bagi
pemangku kepentingan dalam melakukan Pengadaan Barang,
Pekerjaan Konstruksi, dan Jasa Lainnya (tidak termasuk Jasa
Konsultansi) melalui Tender Internasional.
1.1.2 Peraturan ini juga bertujuan untuk membantu:
a. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah untuk
mendapatkan layanan kualitas yang terbaik dari Penyedia
pada pekerjaan yang dilaksanakan melalui Tender
Internasional;
b. Pokja Pemilihan untuk melaksanakan pengadaan melalui
Tender Internasional dengan tetap memperhatikan prinsip
dan ketentuan umum Pengadaan Barang/Jasa; dan
c. Peserta Pemilihan dalam menyiapkan penawaran dan
melaksanakan pekerjaan yang memenuhi persyaratan untuk
pekerjaan yang pemilihannya dilaksanakan melalui Tender
Internasional.

1.2 Pemberlakuan Peraturan


1.2.1 Peraturan ini berlaku untuk melaksanakan pengadaan Barang,
Pekerjaan Konstruksi, dan Jasa Lainnya melalui Tender
Internasional dengan ketentuan:
a. Pengadaan Barang, Pekerjaan Konstruksi, dan Jasa Lainnya
di lingkungan Kementerian/Lembaga/ Perangkat Daerah yang

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


2

menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


(APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
310 (APBD);
dan
b. nilai paket pengadaan yang memenuhi ketentuan pada butir
1.3.1 dan 1.3.2 atau Perjanjian Internasional di bidang
perdagangan.
1.2.2 Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada butir 1.2.1. huruf a
termasuk pembiayaan yang sebagian atau seluruhnya melalui
Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri, kecuali jika diatur
lain dalam perjanjian Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar
Negeri.

1.3 Ambang Batas (Thresholds)


1.3.1 Tender Internasional dapat dilaksanakan untuk:
a. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling sedikit di
atas Rp1.000.000.000.000 (satu triliun rupiah); atau
b. Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di
atas Rp50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah).
1.3.2 Tender Internasional dapat dilaksanakan untuk nilai kurang dari
batasan sebagaimana dimaksud pada butir 1.3.1, dalam hal tidak
ada Pelaku Usaha Nasional yang mampu dan memenuhi
persyaratan.

1.4 Negara Asal Peserta Pemilihan yang Memenuhi Persyaratan (Eligibility)


1.4.1 Tender Internasional pada prinsipnya terbuka untuk seluruh
Peserta Pemilihan dari seluruh negara, dengan tujuan untuk
mendorong terjadinya persaingan yang sehat.
1.4.2 Peserta Pemilihan dari suatu negara atau produk yang diproduksi
suatu negara dapat dikecualikan dari ketentuan pada butir 1.4.1
dengan dasar:
a. Peraturan perundang-undangan yang melarang adanya
hubungan dagang antara Indonesia dengan negara tersebut;
b. Perjanjian Internasional di bidang perdagangan;
c. Perjanjian Pinjaman Luar Negeri dan/atau Hibah Luar
Negeri; atau
d. hubungan diplomatik Indonesia (khusus untuk Barang/Jasa
yang dibiayai oleh APBN/APBD).

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


3

1.4.3 Peserta Pemilihan sebagaimana dimaksud butir 1.4.1 tidak boleh


termasuk dalam daftar hitam yang dibuktikan dengan
311 surat
pernyataan yang menyatakan bahwa Peserta Pemilihan tersebut
tidak sedang dikenakan sanksi daftar hitam, daftar hitam di
negara asal Peserta Pemilihan Tender, dan daftar hitam Pemberi
Pinjaman/Hibah Luar Negeri.

1.5 Pertentangan Kepentingan


1.5.1 Peserta Pemilihan tidak diperkenankan untuk memiliki
pertentangan kepentingan secara langsung maupun tidak dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Direksi, Dewan Komisaris, atau personel inti pada suatu
badan usaha, merangkap sebagai Direksi, Dewan Komisaris,
atau personel inti pada badan usaha lain yang mengikuti
Tender yang sama;
b. Satu penyedia memasukkan penawaran lebih dari satu, baik
secara sendiri-sendiri maupun sebagai anggota dari suatu
kerjasama usaha (Joint Venture, Joint Operation, dan/atau
Subkontrak).
c. konsultan perencana/pengawas dalam Pekerjaan
Konstruksi bertindak sebagai pelaksana Pekerjaan Konstruksi
yang direncanakannya/diawasinya, kecuali dalam
pelaksanaan pengadaan pekerjaan terintegrasi;
d. konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai konsultan
perencana;
e. pengurus/manajer koperasi merangkap sebagai
PPK/Pokja Pemilihan pada pelaksanaan Tender di
Kementerian/ Lembaga/Perangkat Daerah;
f. PPK/Pokja Pemilihan baik langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau menjalankan badan usaha Penyedia;
dan/atau
g. beberapa badan usaha yang mengikuti Tender yang sama,
dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung oleh
pihak yang sama,dan/atau kepemilikan sahamnya lebih dari
50% (lima puluh persen) dikuasai oleh pemegang saham yang
sama.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


4

1.6 Kecurangan dan Korupsi


1.6.1 Ketentuan tentang kecurangan dan korupsi yang terjadi
312 dalam
Tender Internasional mengacu pada peraturan perundang-
undangan Indonesia tentang anti-korupsi.

1.7 Kerahasiaan Proses


1.7.1 Setelah pembukaan penawaran, informasi yang menurut sifatnya
harus dirahasiakan, antara lain terkait dengan pemeriksaan,
klarifikasi dan evaluasi penawaran serta rekomendasi mengenai
pemenang Tender, tidak boleh disampaikan kepada Peserta
Pemilihan yang memasukkan penawaran dan/atau kepada pihak
lain yang tidak berwenang/tidak berkepentingan sampai pemenang
Tender diumumkan.
1.7.2 Informasi yang bersifat rahasia sebagaimana dimaksud dalam butir
1.7.1 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

1.8 Bahasa
1.8.1 Semua dokumen yang dikeluarkan oleh Pokja Pemilihan dibuat
dalam Bahasa Indonesia dan dapat dibuat dalam terjemahan
Bahasa Inggris;
1.8.2 Dokumen Penawaran yang diajukan oleh Peserta Pemilihan dibuat
dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
1.8.3 Kontrak dengan pihak asing harus dibuat dalam Bahasa Indonesia
dan dapat dibuat terjemahannya dalam Bahasa Inggris;
1.8.4 Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan Kontrak
sebagaimana dimaksud pada butir 1.8.3, maka yang dijadikan
acuan adalah Bahasa Indonesia.

1.9 Pengembangan dan Pemberdayaan Pelaku Usaha Nasional


1.9.1 Khusus untuk Peraturan ini, yang dimaksud dengan:
a. Pelaku Usaha Nasional perorangan adalah warga negara
Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
b. Pelaku Usaha Nasional berbentuk badan usaha terbagi atas:
1. Pelaku Usaha Nasional berbentuk badan usaha berbadan
hukum yang selanjutnya disebut sebagai Perusahaan
Nasional; dan

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


5

2. Pelaku Usaha Nasional berbentuk badan usaha tidak


berbadan hukum. 313
c. Perusahaan Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf b
angka 1 dibuktikan dengan:
1. didirikan berdasarkan hukum negara Republik
Indonesia;
2. terdaftar dan/atau memiliki izin untuk melakukan
kegiatan usaha di Indonesia, contohnya dibuktikan
dengan SIUP, TDP, atau IUJK, dan lain-lain;
3. memiliki kantor pusat yang berlokasi di Indonesia;
4. minimal 51% (lima puluh satu persen) dari saham yang
memiliki hak suara, hak dividen dan hak kendali
manajemen dimiliki oleh perseorangan WNI, Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Pemerintah Daerah dan/atau negara Republik Indonesia
serta minimal 2/3 (dua per tiga) anggota direksi,
termasuk pimpinan tertinggi perusahaan dan anggota
direksi yang bertanggungjawab atas pengelolaan
keuangan dan strategi bisnis, adalah WNI; dan
5. memiliki komposisi pegawai dalam negeri dan asing
sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia
di bidang Ketenagakerjaan.
d. Pelaku Usaha Nasional berbentuk badan usaha tidak
berbadan hukum sebagaimana dimaksud dalam huruf b
angka 2 adalah badan usaha berbentuk Firma atau
Commanditaire Vennootschap (CV) yang dibuktikan dengan:
1. memiliki akta pendirian badan usaha yang diterbitkan
oleh notaris Indonesia;
2. terdaftar dan/atau memiliki izin untuk melakukan
kegiatan usaha di Indonesia, contohnya dibuktikan
dengan SIUP, TDP, dan/atau IUJK;
3. memiliki kantor pusat yang berlokasi di Indonesia; dan
4. memiliki komposisi pegawai dalam negeri dan asing
sesuai dengan peraturan perundang-undangan Indonesia
di bidang Ketenagakerjaan.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


6

1.9.2 Pelaku Usaha Asing adalah Pelaku Usaha di luar ketentuan pada
butir 1.9.1. 314
1.9.3 Para pihak yang terlibat dalam Pengadaan Barang/Jasa wajib
memaksimalkan partisipasi dari Pelaku Usaha Nasional yang
memenuhi syarat dan dinilai mampu melaksanakan paket
pekerjaan, baik secara sendiri maupun bekerjasama dengan
Pelaku Usaha Asing.
1.9.4 Untuk memaksimalkan partisipasi Pelaku Usaha Nasional
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.9.3, Pokja Pemilihan wajib
menentukan dalam Dokumen Tender mengenai jumlah persentase
kepemilikan modal dalam bentuk Joint Ventures (JV), serta
menentukan peran dan tanggung jawab para pihak yang
membentuk kerjasama usaha dalam bentuk Joint Operations (JO),
maupun Subkontrak.

1.10 Kerjasama Usaha (Joint Venture, Joint Operation dan Subkontrak)


1.10.1 Peserta Pemilihan dapat membentuk perjanjian kerjasama usaha,
baik untuk jangka panjang atau hanya untuk pekerjaan tertentu.
Kerjasama usaha yang dimaksud dapat berbentuk:
a. Joint Venture, yaitu bentuk kerjasama antara 2 (dua)
perusahaan atau lebih (yang terdiri atas Pelaku Usaha
Nasional dan Pelaku Usaha Asing) yang secara bersama-
sama membentuk satu perusahaan baru, dimana
perusahaan baru tersebut bertanggung jawab untuk
keseluruhan Kontrak, dan pengurus perusahaan bentukan
baru diharuskan untuk menandatangani Kontrak dengan
PPK:
b. Joint operation (JO), yaitu bentuk kerjasama usaha antara 2
(dua) perusahaan atau lebih (yang terdiri atas Pelaku Usaha
Nasional dan Pelaku Usaha Asing) dimana seluruh anggota
kerjasama secara bersama-sama menandatangani satu (1)
Kontrak dengan PPK untuk suatu paket pekerjaan dan
tanggung jawab secara bersama-sama pada seluruh anggota
Joint Operation, bukan pada masing-masing anggota;
c. Subkontrak, yaitu bentuk kerjasama usaha antara 2 (dua)
perusahaan atau lebih (yang terdiri atas Pelaku Usaha
Nasional dan Pelaku Usaha Asing), dimana Pelaku Usaha

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


7

utama bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan,


mengkoordinasikan pekerjaan dengan subkontraktor,
315 dan
menandatangani Kontrak dengan PPK. Subkontraktor
melaksanakan bagian dari Kontrak yang ditugaskan
kepadanya berdasarkan Kontrak dari Pelaku Usaha utama.

1.11 Preferensi Harga


1.11.1 Preferensi harga merupakan insentif bagi Peserta Pemilihan yang
menyediakan Barang/Jasa yang berasal dari dalam negeri.
Insentif tersebut diberikan dalam proses pemilihan Penyedia
berupa kelebihan harga yang dapat diterima jika dibandingkan
dengan harga penawaran terendah yang telah memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis.
1.11.2 Preferensi harga diberlakukan untuk Pengadaan Barang/Jasa
yang bernilai paling sedikit di atasRp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
1.11.3 Preferensi harga diberikan terhadap Barang/Jasa yang memiliki
TKDN paling rendah 25% (dua puluh lima persen).
1.11.4 Preferensi harga dapat diberikan untuk Pengadaan Barang atau
Jasa Lainnya dengan nilai paling tinggi 25% (dua puluh lima
persen).
1.11.5 Preferensi harga dapat diberikan untuk Pekerjaan Konstruksi
yang dikerjakan oleh Pelaku Usaha Nasional dengan nilai paling
tinggi 7,5% (tujuh koma lima persen) di atas harga penawaran
terendah dari Pelaku Usaha Asing.
1.11.6 Penetapan pemenang berdasarkan urutan harga terendah Hasil
Evaluasi Akhir (HEA).
1.11.7 HEA dihitung dengan rumus HEA = (1 — KP) x HP dengan:
KP = TKDN x preferensi tertinggi
KP adalah Koefisien Preferensi
HP adalah Harga Penawaran setelah koreksi aritmatik.
1.11.8 Untuk metode evaluasi harga terendah, dalam hal terdapat 2
(dua) atau lebih penawaran dengan HEA terendah yang sama,
penawar dengan nilai TKDN lebih besar ditetapkan sebagai
pemenang.
1.11.9 Jika menggunakan metode evaluasi sistem nilai maka penetapan
pemenang berdasarkan nilai kombinasi teknis dan harga (HEA).

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


8

2. TENDER INTERNASIONAL

316
A. PRINSIP TENDER INTERNASIONAL

2.1 Metode Pengadaan Barang/Jasa


2.1.1 Metode Pengadaan Barang/Jasa untuk Tender Internasional
dilaksanakan melalui Tender terbuka dengan metode 2 (dua)
sampul atau 2 (dua) tahap setelah dilakukan proses
kualifikasi.

2.2 Pengumuman Tender


2.2.1 Tender harus diumumkan dalam jangka waktu yang cukup
agar banyak Pelaku Usaha yang mendapatkan informasi
untuk mengajukan penawaran sehingga Pokja Pemilihan
dapat memperoleh Penyedia terbaik dan memenuhi
persyaratan untuk pekerjaan tertentu.
2.2.2 Pengumuman diumumkan secara luas minimal 30 (tiga
puluh) Hari Kalender dan maksimal 60 (enam puluh) Hari
Kalender, melalui:
a. Situs web Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah;
b. Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE;
c. Situs resmi negara/lembaga mitra;
d. Situs web komunitas internasional;
e. Surat kabar Internasional; dan/atau
f. Media lain apabila diperlukan.

2.3 Tata Cara Pelaksanaan Tender


2.3.1 Pada prinsipnya tata cara pelaksanaan Tender Internasional
menggunakan metode pemilihan Tender sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan LKPP
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
melalui Penyedia kecuali diatur lain dalam Peraturan ini.
2.3.2 Penyelenggaraan Tender Internasional dilakukan secara
manual sampai dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik
(SPSE) dan sistem pendukungnya siap digunakan.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


9

2.4 Tender Sebelum Disetujuinya Anggaran


2.4.1 Proses pemilihan Penyedia melalui Tender Internasional
317
sampai dengan penetapan pemenang dapat dilakukan
sebelum disetujuinya anggaran.
2.4.2 Penandatanganan Kontrak untuk proses pemilihan
sebagaimana dimaksud pada butir 2.4.1 dilaksanakan setelah
anggaran sudah tersedia.
2.4.3 Proses Pemilihan sebagaimana dimaksud pada butir 2.4.1
dapat dilaksanakan paling cepat setelah penetapan Pagu
Indikatif.

2.5 Metode Penawaran dengan Dua Sampul dan Dua Tahap


2.5.1 Tender Internasional secara umum menggunakan metode dua
sampul, namun juga dapat dilaksanakan dengan metode dua
tahap.
2.5.2 Dalam metode dua sampul, Dokumen Penawaran terdiri dari 1
(satu) sampul berisi dokumen administrasi dan dokumen
teknis, kemudian 1 (satu) sampul lainnya berisi dokumen
harga. Kedua file tersebut disampaikan secara bersama kepada
Pokja Pemlilihan.
2.5.3 Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan Barang/
Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. spesifikasi teknis belum dapat ditentukan dengan pasti;
b. memiliki beberapa alternatif penggunaan sistem dan
desain penerapan teknologi yang berbeda;
c. dimungkinkan perubahan spesifikasi teknis berdasarkan
klarifikasi penawaran teknis yang diajukan; dan/atau
d. membutuhkan penyetaraan teknis.
2.5.4 Dalam metode dua tahap dilakukan proses berikut:
a. Tahap pertama, 1 (satu) sampul berisi dokumen
administrasi dan dokumen teknis disampaikan secara
bersama kepada Pokja Pemilihan; dan
b. Tahap kedua, terhadap penawaran yang dinyatakan lulus
evaluasi administrasi dan teknis, maka 1 (satu) sampul
yang berisi dokumen harga disampaikan kepada Pokja
Pemilihan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


10

2.6 Metode Kualifikasi


2.6.1 Pelaksanaan Tender Internasional harus dilakukan
318 dengan
proses prakualifikasi untuk memastikan bahwa hanya Peserta
Pemilihan yang memiliki kemampuan teknis yang sesuai dan
mempunyai sumber daya yang cukup yang akan memasukkan
penawaran.
2.6.2 Penilaian kualifikasi untuk mengetahui kemampuan Peserta
Pemilihan untuk melaksanakan pekerjaan yang dimintakan
dengan sebaik-baiknya. Penilaian kualifikasi meliputi:
a. pengalaman dan kinerja Peserta Pemilihan dalam
melaksanakan Kontrak yang sama;
b. kapabiltas Peserta Pemilihan terkait dengan personil,
peralatan, dan fasilitas produksi;
c. komitmen terhadap Kontrak lain yang sedang
dilaksanakan saat ini dan kemajuannya/progress; dan
d. kondisi keuangan 3 – 5 tahun terakhir.
2.6.3 Pelaksanaan prakualifikasi harus diumumkan sebagaimana
diatur pada butir 2.2.2.
2.6.4 Ruang lingkup pekerjaan, ringkasan spesifikasi pekerjaan dan
persyaratan kualifikasi harus dimasukkan dalam Dokumen
Kualifikasi.
2.6.5 Setelah prakualifikasi dilakukan, semua Peserta Pemilihan
yang lulus kualifikasi diundang untuk memasukkan
penawaran.

2.7 Jenis Kontrak dan Bentuk Kontrak dalam Dokumen Tender


2.7.1 Dokumen Tender harus mencantumkan dengan jelas terkait
jenis dan bentuk Kontrak yang akan digunakan serta
ketentuan Kontrak yang diusulkan.
2.7.2 Jenis Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya terdiri atas:
a. Lumsum;
b. Harga Satuan;
c. Gabungan Lumsum dan Harga Satuan; dan
d. Terima Jadi (Turnkey).
2.7.3 Kontrak Lumsum sebagaimana dimaksud pada butir 2.7.2
huruf a merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


11

Konstruksi/Jasa Lainnya dengan ruang lingkup pekerjaan


dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas
319 waktu
tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia;
b. berorientasi kepada keluaran; dan
c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran
yang dihasilkan sesuai dengan Kontrak.

2.7.4 Kontrak Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada butir


2.7.2 huruf b merupakan Kontrak Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan harga
satuan yang tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan
dengan spesifikasi teknis tertentu atas penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat
perkiraan pada saat Kontrak ditandatangani;
b. pembayaran berdasarkan hasil pengukuran bersama atas
realisasi volume pekerjaan; dan
c. nilai akhir Kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan
diselesaikan.
2.7.5 Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan sebagaimana
dimaksud pada butir 2.7.2 huruf c merupakan Kontrak
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
gabungan Lumsum dan Harga Satuan dalam 1 (satu)
pekerjaan yang diperjanjikan.
2.7.6 Kontrak Terima Jadi (Turnkey) sebagaimana dimaksud pada
butir 2.7.2 huruf d merupakan Kontrak Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas
waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut:
a. jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan
selesai dilaksanakan; dan
b. pembayaran dapat dilakukan berdasarkan termin sesuai
kesepakatan dalam Kontrak.
2.7.7 Bentuk Kontrak yang digunakan adalah surat perjanjian.
2.7.8 Kontrak dalam Tender Internasional dapat dilaksanakan
dengan tahun jamak. Kontrak tahun jamak adalah Kontrak

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


12

Pengadaan Barang/Jasa yang membebani lebih dari satu


Tahun Anggaran dan dilakukan setelah mendapat persetujuan
320
dari pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Kontrak tahun jamak dapat
berupa pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua
belas) bulan atau kurang dari 12 (dua belas) bulan namun
melebihi dari 1 (satu) Tahun Anggaran.
2.7.9 Ukuran dan ruang lingkup setiap Kontrak akan tergantung
pada besar, sifat, dan lokasi pekerjaan. Untuk pekerjaan yang
membutuhkan berbagai jenis Barang dan Pekerjaan
Konstruksi, umumnya digunakan Kontrak terpisah untuk
pengadaan Barang dan/atau instalasinya dengan Kontrak
untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi.
2.7.10 Dalam kasus-kasus tertentu, khususnya pekerjaan kompleks
yang memerlukan Kontrak tanggung jawab tunggal dimana
Barang dan Pekerjaan Konstruksi dapat dikelompokkan ke
dalam paket Kontrak, Kontrak tanggung jawab tunggal dapat
menjadi Kontrak Terima Jadi di mana satu Penyedia
menanggung tanggung jawab penuh untuk menyediakan
Barang yang dibutuhkan beserta konstruksinya sampai siap
untuk dioperasikan.

2.8 Harga Perkiraan Sendiri (HPS)


2.8.1 HPS bersifat rahasia, baik total ataupun rinciannya.
2.8.2 Total HPS merupakan hasil perhitungan seluruh biaya yang
dibutuhkan untuk mendapatkan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya termasuk Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
2.8.3 Tata cara penyusunan HPS diatur lebih lanjut dalam
Peraturan LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


13

B. ELEMEN PENTING DALAM DOKUMEN PEMILIHAN

321
2.9 Isi Dokumen Pemilihan
2.9.1 Dokumen Pemilihan harus berisi semua informasi yang
dibutuhkan oleh Peserta Pemilihan untuk menyiapkan
penawaran. Kompleksitas dan tingkat kedalaman dari suatu
Dokumen Pemilihan sangat tergantung dari ukuran dan
sifat dari pekerjaan yang akan dilakukan dan Kontrak yang
diusulkan.
2.9.2 Dokumen Pemilihan terdiri atas Dokumen Kualifikasi dan
Dokumen Tender.
2.9.3 Dokumen Kualifikasi pada umumnya berisi:
a. petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi,
b. formulir isian kualifikasi,
c. instruksi kepada Peserta Pemilihan,
d. lembar data kualifikasi,
e. pakta integritas, dan
f. tata cara evaluasi kualifikasi.
2.9.4 Dokumen Tender pada umumnya berisi:
a. undangan/pengumuman;
b. instruksi kepada Peserta Pemilihan;
c. Rancangan Kontrak;
d. Daftar Kuantitas dan Harga;
e. spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja dan/atau
gambar, brosur;
f. bentuk surat penawaran;
g. bentuk Jaminan Pengadaan; dan/atau
h. contoh-contoh formulir yang perlu diisi.
2.9.5 Rancangan Kontrak sebagaimana dimaksud pada butir
2.9.4 huruf c terdiri dari:
a. pokok-pokok perjanjian;
b. syarat umum Kontrak;
c. syarat khusus Kontrak; dan
d. dokumen lain yang merupakan bagian dari Kontrak.
2.9.6 Dasar untuk melakukan evaluasi penawaran dan dasar
untuk memilih penawaran dengan harga evaluasi terendah

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


14

harus diuraikan secara jelas dalam instruksi kepada Peserta


Pemilihan. 322

2.10 Kejelasan Isi Dokumen Tender


2.10.1 Dokumen Tender harus:
a. dibuat secara jelas dan spesifik mengenai:
1. pekerjaan yang harus dilakukan;
2. Barang, Pekerjaan Konstruksi, dan Jasa Lainnya
yang harus disediakan;
3. lokasi pengiriman atau pemasangan;
4. garansi dan perawatan;
5. waktu pekerjaan; dan
6. persyaratan serta ketentuan terkait lainnya.
b. mendefinisikan secara jelas standar dan metode yang
akan digunakan untuk menilai kesesuaian spesifikasi
keaslian peralatan, kualitas, waktu
pengiriman,dan/atau gambar yang sesuai dengan
spesifikasi teknis.
c. secara jelas menguraikan:
1. semua faktor, termasuk harga, yang akan
diperhitungkan dalam mengevaluasi dan
membandingkan penawaran; dan
2. kriteria evaluasi, termasuk bagaimana faktor-
faktor ini akan diukur atau dievaluasi (metode,
syarat dan ketentuan evaluasi penawaran).
2.10.2 Semua Peserta Pemilihan harus diberikan kesempatan yang
sama untuk mendapatkan dan mengakses informasi yang
tersedia terkait Dokumen Tender.

2.11 Spesifikasi dan Standar


2.11.1 Spesifikasi teknis dan standar yang tercantum dalam
Dokumen Tender harus mempersyaratkan SNI sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2.11.2 Apabila tidak terdapat produk Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan SNI wajib, maka dapat
menggunakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
yang memiliki standar yang berlaku internasional.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


15

2.12 Spesifikasi untuk Peralatan dan Penggunaan Nama Merek


2.12.1 Spesifikasi harus berdasarkan pada karakteristik,
323kinerja,
kemampuan, dan kualitas yang relevan, dan tidak boleh
menuliskan nama merek, nomor katalog atau produk dari
produsen tertentu.
2.12.2 Dalam penyusunan spesifikasi teknis/ kerangka acuan kerja
dimungkinkan untuk menyebutkan nama merek terhadap:
a. komponen barang/jasa;
b. suku cadang; atau
c. bagian dari satu sistem yang sudah ada.

2.13 Asal Barang,Pekerjaan Konstruksi, dan Jasa Lainnya


2.13.1 Dokumen Tender harus menjelaskan secara rinci tentang:
a. definisi dan kriteria dari negara asal Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya;
b. negara asal Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
sesuai dengan butir 1.4.1 dan 1.4.2; dan
c. kewajiban Peserta Pemilihan terkait memberikan
informasi yang sesuai terkait asal Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.

2.14 Masa Berlaku Penawaran


2.14.1 Peserta Pemilihan diharuskan mengajukan penawaran yang
berlaku selama jangka waktu yang ditentukan dalam
Dokumen Tender. Hal ini bertujuan agar Pokja Pemilihan
memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan evaluasi
penawaran sehingga Kontrak dapat ditandantangani dalam
jangka waktu yang ditetapkan. Masa berlaku penawaran
umumnya berkisar antara 30 (tiga puluh) sampai 60 (enam
puluh) Hari Kalender dan berlaku sejak batas akhir
pemasukan penawaran. Untuk pekerjaan kompleks, masa
berlaku penawaran sampai dengan 90 (sembilan puluh) Hari
Kalender setelah batas akhir pemasukan penawaran.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


16

2.15 Jaminan Penawaran


2.15.1 Pokja Pemilihan harus mensyaratkan Peserta 324
Pemilihan
untuk menyerahkan jaminan penawaran untuk menjamin
masa berlaku penawaran sesuai dengan yang tercantum
dalam Dokumen Tender.
2.15.2 Jaminan penawaran harus dalam bentuk dan nilai
sebagaimana tercantum dalam Dokumen Tender.
2.15.3 Jaminan penawaran dikeluarkan oleh Bank umum,
perusahaan penjamin, asuransi, dan lembaga keuangan
khusus yang memiliki kantor perwakilan di Indonesia.
2.15.4 Lembaga keuangan khusus sebagaimana diatur dalam butir
2.15.3 adalah lembaga keuangan yang menjalankan usaha di
bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk
mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga
pembiayaan ekspor Indonesia. Lembaga keuangan khusus
tersebut antara lain adalah Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia.
2.15.5 Besaran jaminan penawaran maksimal 5% (lima persen) dari
total HPS dan nilai jaminan penawaran ditetapkan sama
untuk semua penawar.
2.15.6 Jaminan penawaran harus tetap berlaku sampai dengan 4
(empat) minggu setelah berakhirnya masa berlakunya
penawaran. Hal ini untuk memberikan waktu kepada Pokja
Pemilihan untuk melakukan tindakan jika pemenang Tender
menolak menandatangani Kontrak atau sampai dengan
diserahkannya jaminan pelaksanaan oleh pemenang Tender.
2.15.7 Jaminan Penawaran harus dapat dicairkan tanpa syarat oleh
Pokja Pemilihan dengan nilai jaminan dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 14 (empat belas) Hari Kerja setelah
surat perintah pencairan dari Pokja Pemilihan/Pihak yang
diberi kuasa oleh Pokja Pemilihan diterima.

2.16 Harga
2.16.1 Dalam menentukan harga untuk pengadaan Barang:
a. Pokja Pemilihan meminta Peserta Pemilihan untuk
memasukkan penawaran Barang dengan ketentuan

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


17

penawaran untuk semua Barang yang ditawarkan dan


diproduksi dari luar negeri maupun yang diproduksi
325 di
dalam negeri, termasuk Barang yang sebelumnya diimpor
disusun berdasarkan Delivered Duty Paid/DDP (sampai
dengan tujuan lokasi); atau
b. Peserta Pemilihan dapat menggunakan pengiriman
Barang melalui laut dan transportasi lainnya serta
asuransi terkait yang memenuhi syarat sesuai dengan
persyaratan yang diberikan Pokja Pemilihan.
c. Apabila diperlukan adanya jasa instalasi, commissioning
atau jasa serupa lainnya yang harus dilaksanakan oleh
Peserta Pemilihan, maka Peserta Pemilihan harus
memberikan penawaran tambahan untuk jasa-jasa
tersebut.
2.16.2 Dalam Kontrak terima jadi:
a. Peserta Pemilihan diwajibkan untuk mencantumkan
harga yang terpasang di lokasi pembangunan, termasuk
semua biaya peralatan, transportasi laut dan transportasi
lokal, asuransi, instalasi, dan commissioning, serta
pekerjaan dan jasa terkait lainnya yang termasuk dalam
lingkup Kontrak seperti desain, perawatan, dan
pengoperasian selama commissioning.
b. Harga terima jadi harus mencakup semua tugas, pajak,
dan biaya lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Dokumen Tender.
2.16.3 Peserta Pemilihan untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa
Lainnya diminta untuk memasukkan penawaran harga
lumsum atau harga satuan untuk melaksanakan pekerjaan,
harga tersebut termasuk pajak dan biaya lainnya. Peserta
Pemilihan harus menyediakan semua barang/pekerjaan
(kecuali tenaga kerja tidak terampil) dari sumber yang
memenuhi syarat, sesuai dengan persyaratan yang diberikan
oleh Pokja Pemilihan, sehingga mereka dapat memberikan
penawaran yang paling kompetitif.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


18

2.17 Penyesuaian Harga


2.17.1 Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak
326 Tahun
Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam
Dokumen Tender dan/atau perubahan Dokumen Tender.
2.17.2 Dokumen Tender harus menyatakan apakah harga
penawaran merupakan harga tetap atau dapat dilakukan
penyesuaian harga untuk menyesuaikan dengan perubahan
harga pada komponen utama Kontrak, seperti tenaga kerja,
peralatan, material dan transportasi.
2.17.3 Persyaratan dan tata cara penghitungan penyesuaian harga
sebagaimana dimaksud pada butir 2.17.2 terdiri atas:
a. penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun
Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 18
(delapan belas) bulan;
b. penyesuaian harga sebagaimana dimaksud pada huruf a
diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak
pelaksanaan pekerjaan;
c. penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh
kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen
keuntungan, biaya tidak langsung (overhead cost), dan
harga satuan timpang sebagaimana tercantum dalam
penawaran;
d. penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan
jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam Kontrak;
e. penyesuaian harga satuan bagi komponen pekerjaan
yang berasal dari luar negeri, menggunakan indeks
penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut;
f. jenis pekerjaan baru dengan harga satuan baru sebagai
akibat adanya adendum Kontrak dapat diberikan
penyesuaian harga mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak
adendum Kontrak tersebut ditandatangani; dan
g. indeks yang digunakan dalam hal pelaksanaan Kontrak
terlambat disebabkan oleh kesalahan Penyedia adalah
indeks terendah antara jadwal Kontrak dan realisasi
pekerjaan.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


19

2.17.4 Tata cara penyesuaian harga diatur lebih lanjut dalam


Peraturan LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
327
Barang/Jasa melalui Penyedia.

2.18 Mata Uang yang Digunakan dalam Penawaran


2.18.1 Dokumen Tender harus menyatakan mata uang yang akan
digunakan oleh Peserta Pemilihan dalam menyampaikan
penawaran, prosedur konversi harga yang dinyatakan dalam
mata uang asing ke dalam satu jenis mata uang untuk
tujuan evaluasi/membandingkan nilai penawaran, dan mata
uang yang akan digunakan untuk pembayaran. Hal ini
bertujuan untuk:
a. memastikan bahwa Peserta Pemilihan mempunyai
kesempatan untuk meminimalkan risiko selisih kurs
antara mata uang pada saat penawaran dan pada saat
pembayaran, sehingga mereka bisa menyampaikan
penawaran terbaik;
b. memberikan pilihan kepada Peserta Pemilihan dari
negara dengan nilai tukar mata uang yang lemah untuk
menggunakan mata uang dengan nilai tukar yang lebih
kuat, sehingga memberikan kepastian terhadap harga
penawarannya; dan
c. untuk memastikan keadilan dan transparansi dalam
proses evaluasi.
2.18.2 Peserta Pemilihan dapat mengajukan penawaran dengan
menggunakan 2 (dua) mata uang, yaitu Rupiah dan mata
uang yang berlaku di negara lain sesuai dengan kebutuhan
dan tingkat resiko. Transaksi yang dilaksanakan dalam
negara Republik Indonesia wajib menggunakan mata uang
Rupiah, sedangkan mata uang lain dipergunakan untuk
transaksi di luar wilayah Indonesia.

2.19 Nilai Tukar Mata Uang untuk Perbandingan Penawaran


2.19.1 Harga penawaran adalah jumlah semua yang harus dibayar
dalam mata uang yang ditetapkan dalam Dokumen Tender.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


20

2.19.2 Untuk tujuan evaluasi harga, maka harga penawaran harus


dikonversi ke mata uang tunggal Rupiah dan dinyatakan
328 di
dalam Dokumen Tender.
2.19.3 Dalam melakukan konversi, Pokja Pemilihan menggunakan
kurs jual mata uang asing ke rupiah berdasarkan sumber
resmi (seperti Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) atau oleh
bank umum.
2.19.4 Tanggal konversi tidak boleh lebih cepat dari 4 (empat)
minggu sebelum batas akhir pemasukan penawaran dan
tidak melebihi tanggal berakhirnya masa berlakunya
penawaran.
2.19.5 Informasi terkait sumber nilai tukar mata uang yang
digunakan dan tanggal konversi harus dicantumkan dalam
Dokumen Tender.

2.20 Mata Uang Pembayaran


2.20.1 Pembayaran Kontrak dilakukan dalam mata uang yang
dinyatakan dalam Dokumen Tender.
2.20.2 Apabila harga penawaran dimintakan untuk dinyatakan
dalam mata uang Rupiah dan Peserta Pemilihan meminta
pembayaran dalam mata uang asing yang dinyatakan dalam
persentase dari total harga penawaran, maka nilai tukar
untuk tujuan pembayaran harus dinyatakan oleh Peserta
Pemilihan, untuk memastikan nilai dari mata uang asing
yang harus dibayarkan.

2.21 Transportasi dan Asuransi


2.21.1 Dokumen Tender harus menyebutkan jenis dan persyaratan
asuransi dari negara yang memenuhi syarat yang akan
diberikan oleh Peserta Pemilihan dan harus menentukan
jenis risiko yang di jamin, hal-hal yang ditanggung, dan
lamanya masa asuransi.
2.21.2 Untuk barang, jumlah ganti rugi yang dibayar untuk
asuransi transportasi minimal 110% (seratus sepuluh
persen) dari nilai barang yang ditransportasikan dalam mata
uang yang tersebut dalam Kontrak. Hal ini dimaksudkan
untuk mengganti barang hilang atau rusak dalam
perjalanan.
Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII
21

2.21.3 Untuk pekerjaan konstruksi, semua kebijakan terhadap


risiko Penyedia ditentukan dalam Dokumen Tender.329

2.22 Penetapan dan Pengumuman Pemenang


2.22.1 Penetapan pemenang dilakukan oleh:
a. Pokja Pemilihan untuk Tender dengan nilai kontrak
paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); dan
b. PA/KPA untuk Tender dengan nilai kontak diatas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
2.22.2 Pengumuman pemenang dilakukan oleh Pokja Pemilihan.

2.23 Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)


2.23.1 SPPBJ adalah surat yang dikeluarkan oleh PPK yang
menyatakan Penyedia yang ditunjuk sebagai pemenang
Tender.
2.23.2 PPK menerbitkan (SPPBJ) paling lambat 12 (dua belas) Hari
Kerja setelah pengumuman pemenang Tender.

C. ELEMEN-ELEMEN PENTING DALAM DOKUMEN KONTRAK

2.24 Dokumen Kontrak


2.24.1 Dokumen Kontrak harus secara jelas mendefinisikan ruang
lingkup pekerjaan barang yang akan diadakan, hak dan
kewajiban dari PPK dan penyedia, dan fungsi serta
kewenangan tenaga ahli, arsitek, manajer konstruksi,
pembayaran dan uang muka jika ada. Kontrak harus
memberikan risiko dan tanggung jawab yag seimbang
antara penyedia dan PPK.
2.24.2 Dokumen Kontrak ditandatangani paling lama 30 (tiga
puluh) Hari Kalender setelah SPPBJ diterbitkan.

2.25 Syarat dan Metode Pembayaran


2.25.1 Ketentuan mengenai tata cara pembayaran Kontrak
dilakukan sesuai dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


22

Negara dan/atau menteri yang menyelenggarakan urusan di


bidang pemerintahan dalam negeri. 330
2.25.2 Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia
setelah dikurangi angsuran pengembalian uang muka,
retensi, dan denda.
2.25.3 Kontrak pengadaan barang umumnya menyatakan bahwa
pembayaran dilakukan setelah serah terima barang dan
inspeksi jika ada. Kecuali jika Kontrak barang tersebut
termasuk instalasi dan commissioning, maka pembayaran
dilakukan setelah penyedia menyelesaikan semua pekerjaan
yang tercantum dalam Kontrak.
2.25.4 Kontrak untuk pengadaan Pekerjaan Konstruksi
mencantumkan pemberian uang muka (jika ada) untuk
mobilisasi peralatan dan meterial, tata cara pembayaran
yang regular dan juga nilai uang retensi yang akan di bayar
setelah penyedia menyelesaikan semua pekerjaannya.

2.26 Uang Muka


2.26.1 Jumlah uang muka yang diberikan (apabila ada) paling tinggi
15% (lima belas persen) dari total Kontrak.
2.26.2 PPK mencantumkan dalam Dokumen Tender bahwa:
a. uang muka dapat digunakan untuk penyediaan peralatan
dan mesin, mobilisasi, atau pengiriman material yang
terkait dengan pekerjaan konstruksi dan nilainya tidak
boleh lebih tinggi dari 80% (delapan puluh persen) dari
nilai material tersebut;
b. uang muka tersebut harus disertai dengan jaminan uang
muka. Jaminan uang muka harus dicairkan oleh
penerbit jaminan, tanpa syarat paling lambat 14 (empat
belas) Hari Kerja setelah surat perintah pencairan dari
PPK/pihak yang diberi kuasa oleh PPK diterima; dan
c. syarat dan ketentuan dimana jaminan akan
dikembalikan atau dicairkan.
2.26.3 Jaminan uang muka diterbitkan oleh penerbit jaminan
sebagaimana diatur pada butir 2.15.3.
2.26.4 Jaminan uang muka bertahap dapat dikurangi secara
proporsional sesuai dengan sisa uang muka yang diterima.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


23

2.27 Perubahan Kontrak


2.27.1 Dalam pelaksanaan Kontrak dapat terjadi perubahan
331
kuantitas pekerjaan yang dilakukan yang membutuhkan
perubahan Kontrak. Ketentuan tentang perubahan Kontrak
harus dimasukkan dalam syarat-syarat Kontrak.
2.27.2 Ketentuan mengenai perubahan kontrak diatur dalam
Peraturan LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia.

2.28 Jaminan Pelaksanaan dan Jaminan Pemeliharaan atau Uang Retensi


2.28.1 Dokumen Tender harus mempersyaratkan jaminan
pelaksanaan maksimal 5% (lima persen) dari nilai Kontrak.
2.28.2 Jaminan Pelaksanaan berlaku sampai dengan serah terima
pekerjaan pengadaan Barang/Jasa Lainnya atau serah
terima pertama Pekerjaan Konstruksi.
2.28.3 Dalam Kontrak pengadaan barang, dapat dipersyaratkan
garansi untuk melindungi PPK terhadap kontra prestasi oleh
Penyedia.
2.28.4 Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya yang
membutuhkan masa pemeliharaan, maka jaminan
pemeliharaan dapat diganti dengan uang retensi.
2.28.5 Jaminan pemeliharaan/uang retensi dapat dipergunakan
untuk memperbaiki pekerjaan yang cacat atau untuk
pemeliharaan sampai dengan diterimanya pekerjaan oleh
PPK. Dalam pengadaan barang, uang retensi digunakan
untuk mengganti kewajiban uang garansi atau instalasi dan
commissioning.
2.28.6 Besaran jaminan pemeliharaan/uang retensi maksimal 5%
dari total Kontrak.
2.28.7 Jaminan pelaksanaan dan jaminan pemeliharaan diterbitkan
oleh penerbit jaminan sebagaimana diatur pada butir 2.15.3

2.29 Keadaan Kahar


2.29.1 Dalam syarat-syarat umum Kontrak harus dinyatakan
bahwa kegagalan para pihak untuk memenuhi kewajibannya
sesuai Kontrak tidak akan dinyatakan sebagai gagal/default,
jika kegagalan itu disebabkan oleh kahar.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


24

2.29.2 Tindak lanjut setelah terjadinya keadaan kahar diatur dalam


Kontrak. 332
2.29.3 Dalam kondisi kahar, pelaksanaan Kontrak dapat
dihentikan.
2.29.4 Apabila Kontrak dilanjutkan, maka para pihak dapat
membuat perubahan Kontrak.
2.29.5 Untuk perubahan Kontrak terkait perpanjangan waktu,
penyelesaian Kontrak dalam keadaan kahar dapat melewati
Tahun Anggaran dengan tetap memperhatikan ketentuan
persetujuan Kontrak Tahun Jamak.

2.30 Hukum yang Berlaku dan Penyelesaian Sengketa


2.30.1 Penyelesaian perselisihan Kontrak menggunakan Hukum
Indonesia.
2.30.2 Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan Kontrak
dilakukan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2.30.3 Tata cara penyelesaian perselisihan ditetapkan dalam
Kontrak.

D. PROSEDUR PEMASUKAN DOKUMEN, PEMBUKAAN DOKUMEN,


EVALUASI, DAN PENGUMUMAN PEMENANG

2.31 Jangka Waktu Pemasukan Penawaran


2.31.1 Waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan penawaran
sangat tergantung dari besaran dan kompleksitas dari
pekerjaan. Lamanya waktu antara pengumuman Tender dan
batas akhir pemasukan penawaran umumnya paling sedikit
60 (enam puluh) Hari Kalender, kecuali untuk pekerjaan
kompleks paling sedikit 90 (sembilan puluh) Hari Kalender.
Untuk pekerjaan kompleks disarankan untuk melakukan
pemberian penjelasan dan peninjauan lapangan.
2.32 Pemberian Penjelasan dan Peninjauan Lapangan
2.32.1 Untuk memperjelas Dokumen Tender, Pokja Pemilihan wajib
mengadakan pemberian penjelasan kepada Peserta
Pemilihan.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


25

2.32.2 Batas akhir pemberian penjelasan 7 (tujuh) Hari Kalender


sebelum batas akhir pemasukan Dokumen Penawaran.
333
2.32.3 Pemberian penjelasan harus dituangkan dalam Berita Acara
pemberian penjelasan yang ditandatangani oleh perwakilan
Pokja Pemilihan dan minimal 1 (satu) wakil dari Peserta
Pemilihan yang hadir.
2.32.4 Apabila tidak ada satupun peserta yang hadir atau yang
bersedia menandatangani Berita Acara pemberian
penjelasan, maka Berita Acara pemberian penjelasan
ditandatangani oleh Pokja Pemilihan yang hadir .
2.32.5 Pokja Pemilihan dapat memberikan penjelasan lanjutan
dengan cara melakukan peninjauan lapangan.
2.32.6 Peninjauan lapangan harus dituangkan dalam Berita Acara
peninjauan lapangan.
2.32.7 Peserta Pemilihan dapat melaksanakan peninjauan lapangan
secara mandiri sebelum pemasukan Dokumen Penawaran.
2.32.8 Pokja Pemilihan memberikan salinan Berita Acara pemberian
penjelasan, dan/atau Berita Acara peninjauan lapangan,
serta apabila ada adendum Dokumen Tender kepada seluruh
Peserta Pemilihan, baik yang menghadiri atau tidak
menghadiri pemberian penjelasan.

2.33 Pembukaan Dokumen Penawaran dan Prosedur Evaluasi


2.33.1 Informasi mengenai tanggal, jam dan lokasi untuk
penerimaan Dokumen Penawaran dan pembukaan Dokumen
Penawaran diumumkan dalam pengumuman Tender.
2.33.2 Waktu pembukaan Dokumen Penawaran sama dengan batas
akhir penerimaan Dokumen Penawaran.
2.33.3 Dokumen Penawaran harus dibawa sesegera mungkin ke
lokasi pengumuman untuk pembukaan Dokumen
Penawaran jika penawaran diterima di lokasi yang berbeda
dengan lokasi pembukaan Dokumen Penawaran.
2.33.4 Pokja Pemilihan harus menjamin tidak terjadi post bidding
dan perubahan isi Dokumen Penawaran ketika Dokumen
Penawaran dibuka pada lokasi yang berbeda dengan lokasi
Dokumen Penawaran diterima.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


26

2.33.5 Dokumen Penawaran harus dibuka di tempat umum dan


Peserta Pemilihan atau perwakilan mereka diperbolehkan
334
untuk hadir.
2.33.6 Dokumen Penawaran harus dibuka di tempat umum dan
dihadiri paling kurang 2 (dua) Peserta Pemilihan atau
perwakilan mereka sebagai saksi.
2.33.7 Apabila hanya ada 1 (satu) atau tidak ada Peserta Pemilihan
sebagai saksi, maka pembukaan Dokumen Penawaran tetap
dilanjutkan dengan menunjuk saksi tambahan di luar Pokja
Pemilihan yang ditunjuk oleh Pokja Pemilihan.
2.33.8 Apabila hanya ada 1 (satu) atau tidak ada Peserta Pemilihan
yang hadir, maka pembukaan Dokumen Penawaran tetap
dilanjutkan dengan menunjuk saksi tambahan di luar
Kelompok Kerja ULP yang ditunjuk oleh Kelompok Kerja ULP.
2.33.9 Dokumen Penawaran yang diterima setelah batas akhir
pembukaan Dokumen Penawaran harus dikembalikan tanpa
dibuka.
2.33.10 Nama dari penawar dan jumlah total setiap penawaran harus
dibaca dengan suara lantang dan didokumentasikan dalam
Berita Acara pembukaan penawaran.

2.34 Klarifikasi dan Perubahan Penawaran


2.34.1 Peserta Pemilihan tidak diperbolehkan untuk mengubah
penawaran mereka setelah batas akhir pemasukan Dokumen
Penawaran.
2.34.2 Untuk tujuan evaluasi penawaran, Pokja Pemilihan dapat
meminta klarifikasi dari Peserta Pemilihan. Permintaan
klarifikasi kepada Peserta Pemilihan harus dibuat dalam
dokumen tertulis. Apabila terjadi perbedaan antara Dokumen
Penawaran dengan hasil klarifikasi, maka hasil klarifikasi
dari Peserta Pemilihan harus dicatat dalam Berita Acara hasil
evaluasi.
2.34.3 Klarifikasi tidak boleh mengubah substansi dan harga
penawaran.
2.34.4 Perubahan penawaran harga hanya diperbolehkan karena
adanya koreksi aritmatik.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


27

2.35 Evaluasi
335
2.35.1 Pokja Pemilihan harus melaksanakan evaluasi penawaran
dalam dua tahap:
a. Evaluasi Administrasi; dan
b. Evaluasi Teknis.
2.35.2 Ketentuan mengenai Evaluasi Administrasi adalah sebagai
berikut:
a. Pelaksanaan Evaluasi Administrasi dilakukan terhadap
kelengkapan dan pemenuhan Dokumen Penawaran
administrasi sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat
yang telah ditetapkan dalam Dokumen Tender, antara
lain penawaran sudah:
1. ditandatangani oleh pihak yang berwenang;
2. dilengkapi dengan jaminan penawaran yang sudah
memenuhi ketentuan;
3. lengkap dan cukup; dan
4. memuat harga penawaran.
b. Peserta Pemilihan yang memenuhi persyaratan
administrasi dilanjutkan dengan evaluasi teknis.
2.35.3 Dalam hal Evaluasi Administrasi, jika :
a. Hanya ada 1 (satu) atau 2 (dua) Peserta Pemilihan yang
memenuhi persyaratan administrasi, maka evaluasi tetap
dilanjutkan dengan evaluasi teknis; atau
b. Tidak ada Peserta Pemilihan yang memenuhi persyaratan
administrasi, Tender dinyatakan gagal.
2.35.4 Evaluasi teknis dilaksanakan dengan metode sebagai
berikut:
a. Evaluasi Penawaran Metode Sistem Nilai;
b. Evaluasi Penawaran Metode Penilaian Biaya Selama
Umur Ekonomis; atau
c. Evaluasi Penawaran Metode Harga Terendah.
2.35.5 Metode evaluasi Sistem Nilai digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memperhitungkan penilaian teknis dan harga.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


28

2.35.6 Metode evaluasi Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis


digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/
336
Jasa Lainnya yang memperhitungkan faktor umur ekonomis,
harga, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan nilai sisa
dalam jangka waktu operasi tertentu.
2.35.7 Metode evaluasi Harga Terendah digunakan untuk
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dalam hal harga menjadi dasar penetapan pemenang di
antara penawaran yang memenuhi persyaratan teknis.
2.35.8 Dalam melaksanakan evaluasi teknis, perlu
mempertimbangkan hal-hal antara lain: koreksi aritmatik
terhadap harga penawaran, waktu penyelesaian pekerjaan,
metode konstruksi yang digunakan, jadwal pembayaran,
waktu pengiriman, biaya operasional atau efisiensi, peralatan
yang digunakan, ketersediaan jasa dan suku cadang, dan
pelatihan terkait untuk transfer teknologi dan keamanan.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan
evaluasi teknis ditentukan dalam Dokumen Tender.
2.35.9 Untuk penyediaan barang impor, evaluasi, dan perbandingan
penawaran dilakukan berdasarkan harga DDP. Harga DDP
adalah harga barang dan seluruh biaya yang dibutuhkan
untuk mengirimkan barang sampai ke tempat tujuan kecuali
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2.35.10 Pelaksanaan evaluasi penawaran harus sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam Dokumen
Tender.
2.35.11 Total evaluasi harga penawaran terkoreksi yang melebihi
Pagu Anggaran akan digugurkan penawarannya sebelum
dilakukan evaluasi teknis.
2.35.12 Untuk Kontrak terima jadi, Peserta Pemilihan bertanggung
jawab atas semua beban biaya, pajak, dan pungutan lainnya.
Evaluasi dan perbandingan penawaran dilakukan atas dasar
biaya-biaya tersebut. Jika waktu penyelesaian merupakan
faktor penting, maka penawaran untuk penyelesaian
pekerjaan lebih awal dapat diperhitungkan sebagai preferensi
dengan kriteria yang tercantum dalam Dokumen Tender.

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


29

2.36 Preferensi
2.36.1 Pokja Pemilihan harus menjelaskan secara rinci jika
337 ada
pemberian preferensi dalam Dokumen Tender.
2.36.2 Ketentuan mengenai pemberian preferensi harga diatur
dalam butir 1.11.

2.37 Perpanjangan Masa Berlaku Penawaran


2.37.1 Perpanjangan masa berlaku penawaran hanya dapat
dilakukan dalam hal Pokja Pemilihan masih memerlukan
waktu untuk menyelesaikan evaluasi penawaran dan
pengumuman pemenang.
2.37.2 Ketika terjadi perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud
dalam butir 2.37.1, maka Peserta Pemilihan tidak diizinkan
untuk mengubah substansi dan harga penawaran dari
penawaran mereka.
2.37.3 Peserta Pemilihan berhak menolak perpanjangan waktu agar
tidak kehilangan Jaminan Penawaran. Namun, Peserta
Pemilihan yang bersedia harus menyesuaikan masa berlaku
jaminan penawaran mereka.

2.38 Pengembalian Jaminan Penawaran


2.38.1 Jaminan Penawaran dikembalikan kepada Peserta Pemilihan
setelah PPK menerima Jaminan Pelaksanaan untuk
penandatanganan Kontrak. Peserta Pemilihan yang tidak
memenangkan Tender, jaminan penawarannya dikembalikan
segera setelah SPPBJ diterbitkan.

2.39 Tender/Kualifikasi Gagal


2.39.1 Prakualifikasi dinyatakan gagal dalam hal:
a. Tidak ada Pelaku Usaha yang mengajukan Dokumen
Kualifikasi setelah pemberian perpanjangan waktu; atau
b. Jumlah Peserta Pemilihan yang lulus prakualifikasi
kurang dari 3 (tiga) peserta.

2.39.2 Tender gagal dalam hal:


a. terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


30

b. tidak ada Peserta Pemilihan yang menyampaikan


Dokumen Penawaran setelah ada pemberian
338 waktu
perpanjangan;
c. tidak ada Peserta Pemilihan yang lulus evaluasi
penawaran;
d. ditemukan kesalahan dalam Dokumen Tender atau tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
e. seluruh Peserta Pemilihan terlibat Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN);
f. seluruh Peserta Pemilihan terlibat persaingan usaha
tidak sehat;
g. seluruh penawaran harga Tender Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya di atas Pagu Anggaran;
dan/atau
h. KKN melibatkan Pokja Pemilihan/PPK.
2.39.3 Prakualifikasi gagal sebagaimana dimaksud pada butir
2.39.1 dan Tender gagal sebagaimana dimaksud pada butir
2.39.2 huruf a,b, c, f, dan g dinyatakan oleh Pokja Pemilihan.
2.39.4 Tender gagal sebagaimana dimaksud pada butir 2.39.2 huruf
d, e, dan h dinyatakan oleh PA/KPA.
2.39.5 Tindak lanjut dari prakualifikasi gagal sebagaimana
dimaksud pada butir 2.39.1, Pokja Pemilihan segera
melakukan prakualifikasi ulang dengan ketentuan:
a. setelah prakualifikasi ulang jumlah Peserta Pemilihan
yang lulus 2 (dua) peserta, proses Tender dilanjutkan;
atau
b. setelah prakualifikasi ulang jumlah Peserta Pemilihan
yang lulus 1 (satu) peserta, proses Tender tetap
dilanjutkan dengan negosiasi.
2.39.6 Tindak lanjut Tender gagal sebagaimana dimaksud pada
butir 2.39.2, Pokja Pemilihan harus segera:
a. Melakukan evaluasi Dokumen Pemilihan apabila tidak
ada Peserta Pemilihan yang lulus evaluasi penawaran;
b. Melakukan evaluasi penawaran ulang jika terjadi
kesalahan dalam proses evaluasi;

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


31

c. meminta Peserta Pemilihan menyampaikan penawaran


ulang jika seluruh harga penawaran di atas
339 Pagu
Anggaran; atau
d. Tender ulang.

2.40 Mekanisme Sanggah Kualifikasi, Sanggah, dan Sanggah Banding


2.40.1 Sanggah Kualifikasi dilaksanakan 10 (sepuluh) Hari Kalender
setelah pengumuman hasil kualifikasi dan jawaban Sanggah
Kualifikasi paling lambat 7 (tujuh) Hari Kalender sejak
Sanggah Kualifikasi diterima.
2.40.2 Sanggah dilaksanakan 14 (empat belas) Hari Kalender
setelah pengumuman pemenang dan jawaban Sanggah
paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kalender sejak Sanggah
diterima.
2.40.3 Ketentuan mengenai Sanggah Banding adalah sebagai
berikut:
a. Sanggah Banding dilaksanakan 14 (empat belas) Hari
Kalender setelah jawaban Sanggah dan jawaban sanggah
banding paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kalender sejak
Sanggah Banding diterima;
b. Sanggah Banding hanya diperbolehkan untuk Pekerjaan
Konstruksi; dan
c. dalam Sanggah Banding diperlukan adanya Jaminan
Sanggah Banding, yang besarnya 1% (satu persen) dari
nilai Pagu Anggaran untuk Pekerjaan Konstruksi
terintegrasi.
2.40.4 Mekanisme Sanggah Kualifikasi, Sanggah, dan Sanggah
Banding diatur lebih lanjut dalam Peraturan LKPP tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui
Penyedia.

2.41 Penjelasan Kepada Peserta Pemilihan Yang Tidak Terpilih (Debriefing)


2.41.1 Jika diminta, Pokja Pemilihan harus menjelaskan alasan
tidak terpilihnya suatu penawaran kepada Peserta Pemilihan
yang meminta penjelasan.
2.41.2 Penjelasan kepada Peserta Pemilihan yang tidak terpilih
(Debriefing) hanya menjelaskan mengenai penawaran dari

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


32

Peserta Pemilihan yang bersangkutan dan bukan penawaran


dari Peserta Pemilihan yang lain. 340
2.41.3 Debriefing diberikan dalam bentuk tertulis atau dituangkan
dalam berita acara.
2.41.4 Batas akhir permintaan Debriefing dari Peserta Pemilihan
kepada Pokja Pemilihan paling lambat 7 (tujuh) Hari
Kalender setelah pengumuman pemenang dan jawaban
Debriefing paling lambat 7 (tujuh) Hari Kalender sejak
permintaan Debriefing diterima.

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH,

AGUS PRABOWO

Paraf I Paraf II Paraf III Paraf IV Paraf V Paraf VI Paraf VII


1

LAMPIRAN II
PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN
341
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN TENDER/
SELEKSI INTERNASIONAL

PEDOMAN PELAKSANAAN SELEKSI INTERNASIONAL UNTUK PENGADAAN


JASA KONSULTANSI

1. KETENTUAN UMUM

1.1 Tujuan Peraturan


1.1.1 Peraturan ini menjelaskan kebijakan dan prosedur bagi
pemangku kepentingan dalam melakukan Pengadaan Jasa
Konsultansi melalui Seleksi Internasional.
1.1.2 Peraturan ini membantu:
a. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah untuk
mendapatkan layanan kualitas yang terbaik dari penyedia
Jasa Konsultansi pada pekerjaan yang pengadaannya
dilaksanakan melalui Seleksi Internasional;
b. Pokja Pemilihan untuk melaksanakan pengadaan melalui
Seleksi Internasional dengan tetap memperhatikan prinsip-
prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Indonesia;
dan
c. Peserta Pemilihan dalam menyiapkan Proposal dan
melaksanakan pekerjaan yang memenuhi persyaratan untuk
pekerjaan yang pemilihannya dilakukan melalui Seleksi
Internasional.

1.2 Pemberlakuan Peraturan


1.2.1 Peraturan ini berlaku untuk melaksanakan pengadaan Jasa
Konsultansi melalui Seleksi Internasional dengan ketentuan:
a. Pengadaan Jasa Konsultansi di lingkungan Kementerian/
Lembaga/ Perangkat Daerah yang menggunakan anggaran
belanja dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

jdih.lkpp.go.id
2

dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);


dan/atau 342
b. nilai paket pengadaan yang memenuhi ketentuan pada butir
1.3.1 atau Perjanjian Internasional di bidang perdagangan.
1.2.2 Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada butir 1.2.1. huruf a
termasuk pembiayaan sebagian atau seluruhnya melalui Pinjaman
Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri, kecuali jika diatur lain dalam
perjanjian Pinjaman Luar Negeri atau Hibah Luar Negeri.

1.3 Ambang batas (Thresholds)


1.3.1 Seleksi Internasional dapat dilaksanakan untuk pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai paling sedikit diatas Rp.25.000.000.000
(dua puluh lima miliar rupiah).
1.3.2 Seleksi Internasional dapat dilaksanakan untuk nilai kurang dari
batasan sebagaimana dimaksud pada butir 1.3.1, dalam hal tidak
ada Pelaku Usaha Nasional yang mampu dan memenuhi
persyaratan.

1.4 Negara Asal Peserta Pemilihan yang Memenuhi Persyaratan (Eligibility)


1.4.1 Seleksi Internasional pada prinsipnya terbuka untuk seluruh
Peserta Pemilihan dari seluruh Negara dengan tujuan untuk
mendorong terjadinya persaingan yang sehat.
1.4.2 Peserta Pemilihan dari suatu negara tertentu dapat dikecualikan
dari ketentuan pada butir 1.4.1 dengan dasar:
a. Peraturan perundang-undangan yang melarang adanya
hubungan dagang antara Indonesia dengan negara tersebut;
b. Perjanjian Internasional dibidang perdagangan;
c. Perjanjian Pinjaman Luar Negeri dan/atau Hibah Luar Negeri;
atau
d. Hubungan diplomatik Indonesia (khusus untuk barang/jasa
yang dibiayai oleh APBN/APBD).
1.4.3 Peserta Pemilihan sebagaimana dimaksud butir 1.4.1 tidak boleh
termasuk dalam daftar hitam yang dibuktikan dengan surat
pernyataan yang menyatakan bahwa Peserta Pemilihan tersebut
tidak sedang dikenakan sanksi daftar hitam, daftar hitam di
negara asal Peserta Pemilihan Seleksi dan daftar hitam Pemberi
Pinjaman/Hibah Luar Negeri.

jdih.lkpp.go.id
3

1.5 Pertentangan Kepentingan


1.5.1 Peserta pemilihan tidak diperkenankan untuk 343
memiliki
pertentangan kepentingan secara langsung maupun tidak
langsung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Direksi, Dewan Komisaris, atau personel inti pada suatu badan
usaha, merangkap sebagai Direksi, Dewan Komisaris, atau
personel inti pada badan usaha lain yang mengikuti Seleksi
yang sama;
b. satu penyedia memasukkan Proposal lebih dari satu, baik
secara sendiri-sendiri maupun sebagai anggota dari suatu
kerjasama usaha (Joint Venture, Joint Operation, dan/atau
Subkontrak);
c. konsultan perencana/pengawas dalam Pekerjaan
Konstruksi bertindak sebagai pelaksana Pekerjaan Konstruksi
yang direncanakannya/diawasinya, kecuali dalam pelaksanaan
pengadaan pekerjaan terintegrasi;
d. konsultan manajemen konstruksi berperan sebagai konsultan
perencana;
e. pengurus/manajer koperasi merangkap sebagai PPK/Pokja
Pemilihan pada pelaksanaan Seleksi di Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah;
f. PPK/Pokja Pemilihan baik langsung maupun tidak langsung
mengendalikan atau menjalankan badan usaha Penyedia;
dan/atau
g. beberapa badan usaha yang mengikuti Seleksi yang sama,
dikendalikan baik langsung maupun tidak langsung oleh pihak
yang sama, dan/atau kepemilikan sahamnya lebih dari 50%
(lima puluh persen) dikuasai oleh pemegang saham yang sama.

1.6 Kecurangan dan Korupsi


1.6.1 Ketentuan tentang kecurangan dan korupsi yang terjadi dalam
Seleksi Internasional mengacu pada peraturan perundang-
undangan Indonesia tentang anti-korupsi.

jdih.lkpp.go.id
4

1.7 Kerahasiaan Proses


1.7.1 Setelah pembukaan proposal, informasi yang menurut
344sifatnya
harus dirahasiakan, antara lain terkait dengan pemeriksaan,
klarifikasi dan evaluasi Proposal serta rekomendasi mengenai
pemenang Seleksi, tidak boleh disampaikan kepada Peserta
Pemilihan yang memasukkan Proposal dan/atau kepada pihak lain
yang tidak berwenang/tidak berkepentingan sampai pemenang
Seleksi diumumkan.
1.7.2 Informasi yang bersifat rahasia sebagaimana dimaksud dalam butir
1.7.1 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

1.8 Bahasa
1.8.1 Semua dokumen yang dikeluarkan oleh Pokja Pemilihan dibuat
dalam Bahasa Indonesia dan dapat dibuat dalam terjemahan
Bahasa Inggris.
1.8.2 Proposal yang diajukan oleh Peserta Pemilihan dibuat dalam
Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
1.8.3 Kontrak dengan pihak asing harus dibuat dalam Bahasa Indonesia
dan dapat dibuat terjemahannya dalam Bahasa Inggris.
1.8.4 Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan Kontrak
sebagaimana dimaksud pada butir 1.8.3, maka yang dijadikan
acuan adalah Bahasa Indonesia.

1.9 Pengembangan dan Pemberdayaan Pelaku Usaha Nasional


1.9.1 Khusus untuk Peraturan ini, yang dimaksud dengan:
a. Pelaku Usaha Nasional perorangan adalah Warga Negara
Indonesia (WNI) yang dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
b. Pelaku Usaha Nasional berbentuk badan usaha terbagi atas:
1. Pelaku Usaha Nasional berbentuk badan usaha berbadan
hukum yang selanjutnya disebut sebagai Perusahaan
Nasional; dan
2. Pelaku Usaha Nasional berbentuk badan usaha tidak
berbadan hukum.
c. Perusahaan Nasional sebagaimana dimaksud pada huruf b
angka 1 dibuktikan dengan:
1. didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia;

jdih.lkpp.go.id
5

2. terdaftar dan/atau memiliki izin untuk melakukan kegiatan


usaha di Indonesia; 345
3. memiliki kantor pusat yang berlokasi di Indonesia;
4. minimal 51% (lima puluh satu persen) dari saham yang
memiliki hak suara, hak dividen dan hak kendali
manajemen dimiliki oleh perseorangan WNI, Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Pemerintah
Daerah dan/atau negara Republik Indonesia serta minimal
2/3 (dua per tiga) anggota direksi, termasuk pimpinan
tertinggi perusahaan dan anggota direksi yang
bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan dan strategi
bisnis, adalah WNI; dan
5. memiliki komposisi pegawai dalam negeri dan asing sesuai
dengan peraturan perundang-undangan Indonesia di
bidang Ketenagakerjaan.
d. Pelaku Usaha Nasional berbentuk badan usaha tidak berbadan
hukum sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2 adalah
badan usaha berbentuk Firma atau Commanditaire
Vennootschap (CV) yang dibuktikan dengan:
1. memiliki akta pendirian badan usaha yang diterbitkan
notaris Indonesia;
2. terdaftar dan/atau memiliki izin untuk melakukan kegiatan
usaha di Indonesia;
3. memiliki kantor pusat yang berlokasi di Indonesia; dan
4. memiliki komposisi pegawai dalam negeri dan asing sesuai
dengan peraturan perundang-undangan Indonesia di
bidang Ketenagakerjaan.
1.9.2 Pelaku Usaha Asing adalah Pelaku Usaha di luar ketentuan pada
butir 1.9.1.
1.9.3 Para pihak yang terlibat dalam Pengadaan Jasa Konsultansi wajib
memaksimalkan partisipasi dari Pelaku Usaha Nasional yang
memenuhi syarat dan dinilai mampu melaksanakan paket
pekerjaan, baik secara sendiri maupun bekerjasama dengan
Pelaku Usaha Asing.
1.9.4 Untuk memaksimalkan partisipasi Pelaku Usaha Nasional
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.9.3, Pokja Pemilihan wajib
menentukan dalam Dokumen Seleksi mengenai jumlah persentase

jdih.lkpp.go.id
6

kepemilikan modal dalam bentuk Joint Ventures (JV), serta


menentukan peran dan tanggung jawab para pihak
346 yang
membentuk kerja sama usaha dalam bentuk Joint Operations (JO),
maupun Subkontrak.

1.10 Kerjasama Usaha (Joint Ventures, Joint Operations dan Subkontrak)


1.10.1 Peserta Pemilihan dapat membentuk perjanjian kerjasama usaha,
baik untuk jangka panjang atau untuk hanya untuk pekerjaan
tertentu. Kerja sama usaha yang dimaksud dapat berbentuk:
a. Joint Venture, yaitu bentuk kerjasama antara 2 (dua)
perusahaan atau lebih (yang terdiri atas Pelaku Usaha Nasional
dan Pelaku Usaha Asing) yang secara bersama-sama
membentuk satu perusahaan baru, dimana perusahaan baru
tersebut bertanggung jawab untuk keseluruhan Kontrak, dan
pengurus perusahaan bentukan baru diharuskan untuk
menandatangani Kontrak dengan PPK;
b. Joint operation yaitu bentuk kerjasama usaha antara 2 (dua)
perusahaan atau lebih (yang terdiri atas Pelaku Usaha Nasional
dan Pelaku Usaha Asing) dimana seluruh anggota kerjasama
secara bersama-sama menandatangani satu (1) Kontrak dengan
PPK untuk suatu paket pekerjaan dan tanggung jawab secara
bersama-sama pada seluruh anggota Joint operation, bukan
pada masing-masing anggota.
c. Subkontrak, yaitu bentuk kerjasama usaha antara 2 (dua)
perusahaan atau lebih (yang terdiri atas Pelaku Usaha Nasional
dan Pelaku Usaha Asing), dimana Pelaku Usaha utama
bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan,
mengkoordinasikan pekerjaan dengan subkontraktor, dan
menandatangani Kontrak dengan PPK. Subkontraktor
melaksanakan bagian dari Kontrak yang ditugaskan kepadanya
berdasarkan Kontrak dari Pelaku Usaha utama.

1.11 Preferensi Harga


1.11.1 Pemberian Preferensi harga merupakan insentif bagi penyedia
yang menyediakan produk dalam negeri. Insentif tersebut
diberikan dalam proses pemilihan Penyedia berupa kelebihan
harga yang dapat diterima jika dibandingkan dengan harga

jdih.lkpp.go.id
7

Proposal terendah yang telah memenuhi persyaratan administrasi


dan teknis. 347
1.11.2 Preferensi harga diberlakukan untuk Pengadaan Jasa Konsultansi
yang bernilai paling sedikit di atas Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
1.11.3 Preferensi harga diberikan terhadap Jasa Konsultansi yang
memiliki TKDN paling rendah 25% (dua puluh lima persen).
1.11.4 Preferensi harga dapat diberikan untuk untuk Jasa Konsultansi
dengan nilai paling tinggi 25% (dua puluh lima persen).
1.11.5 Penetapan pemenang berdasarkan urutan terendah Hasil Evaluasi
akhir (HEA).
1.11.6 HEA dihitung dengan rumus HEA = (1 — KP) x HP dengan:
KP = TKDN x preferensi tertinggi
KP adalah Koefisien Preferensi
HP adalah Harga Proposal setelah koreksi aritmatik.
1.11.7 Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih Proposal dengan HEA
terendah yang sama, penawar dengan TKDN lebih besar
ditetapkan sebagai pemenang.
1.11.8 Jika menggunakan metode evaluasi kualitas biaya maka
penetapan pemenang berdasarkan nilai kombinasi teknis dan
harga (HEA).

1.12 Tata Cara Pelaksanaan Seleksi Internasional


1.12.1 Pada prinsipnya tata cara pelaksanaan Seleksi Internasional
menggunakan metode Seleksi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia kecuali
diatur lain dalam Peraturan ini.
1.12.2 Pelaksanaan Seleksi Internasional dilakukan secara manual
sampai dengan Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dan
sistem pendukungnya siap digunakan.

1.13 Penyedia Jasa Konsultansi


1.13.1 Penyedia Jasa Konsultansi dibagi menjadi dua (2) kategori, yaitu:
a. Penyedia Jasa Konsultansi Badan Usaha; dan

jdih.lkpp.go.id
8

b. Penyedia Jasa Konsultansi Perseorangan.


1.13.2 Pada prinsipnya, Seleksi Internasional dilakukan melalui348
Penyedia
Jasa Konsultansi Badan Usaha.
1.13.3 Ketentuan tambahan untuk Seleksi Internasional Penyedia Jasa
Konsultansi Perorangan diatur dalam butir 2.36.

1.14 Jenis Pekerjaan Jasa Konsultansi


1.14.1 Secara umum, jenis pekerjaan Jasa Konsultansi terdiri dari 5
(lima) kategori, yaitu:
a. Jasa Konsultansi Studi Kelayakan terdiri dari namun tidak
terbatas pada: 1) studi dan/atau rekomendasi yang berkaitan
dengan masalah lingkungan dan sosial, termasuk
implementasi/peninjauan penilaian dampak lingkungan; 2)
studi terkait perkiraan biaya pelaksanaan pekerjaan; dan 3)
studi tentang rekomendasi mengenai implementasi pekerjaan.
b. Jasa Konsultansi Studi Persiapan Pekerjaan terdiri dari namun
tidak terbatas pada: 1) investigasi terperinci dan peninjauan
kembali studi kelayakan; 2) evaluasi Proposal dan rekomendasi
tentang pemberian kontrak; 3) studi dan/atau rekomendasi
yang berkaitan dengan masalah lingkungan dan sosial,
termasuk implementasi/peninjauan penilaian dampak
lingkungan.
c. Jasa Konsultansi Pelaksanaan Pekerjaan terdiri dari namun
tidak terbatas pada: 1) pengawasan pekerjaan konstruksi; 2)
layanan teknis dan administratif untuk implementasi dan
pengelolaan proyek; dan 3) studi dan/atau rekomendasi yang
berkaitan dengan masalah lingkungan dan sosial, termasuk
manajemen lingkungan, pemantauan dan audit.
d. Jasa Konsultansi Pemeliharaan Fasilitas dan Operasional
terdiri dari namun tidak terbatas pada bantuan dalam
pemeliharaan fasilitas dan operasional setelah penyelesaian
pekerjaan.
e. Jasa Konsultansi lain yang dibutuhkan Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah.

jdih.lkpp.go.id
9

2. SELEKSI INTERNASIONAL

349
A. Persiapan Seleksi Internasional
2.1 Kerangka Acuan Kerja (KAK)
2.1.1 Pada persiapan Seleksi Internasional, PPK menetapkan
spesifikasi teknis/KAK.
2.1.2 KAK Seleksi Internasional sekurang-kurangnya meliputi:
a. ruang lingkup dan tujuan pekerjaan;
b. latar belakang yang relevan, termasuk studi yang tersedia,
tentang pekerjaan dan lembaga terkait;
c. kategori penyedia dan jenis Jasa Konsultansi yang
dibutuhkan;
d. jadwal pelaksanaan dan hasil yang diharapkan (laporan
berkala, dokumen dan/atau produk akhir);
e. ruang lingkup dan ketentuan alih teknologi dan pelatihan,
jika diperlukan;
f. metode pembayaran prestasi pekerjaan Jasa Konsultansi;
g. tanggung jawab masing-masing pihak pelaksana
pengadaan;
h. deskripsi spesifikasi teknis yang dibutuhkan;
i. Perkiraan jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan;
dan
j. semua elemen penting lainnya yang dianggap perlu, agar
penyedia Jasa Konsultansi dapat mengajukan Proposal
yang komprehensif dan responsif terhadap tujuan Seleksi.
2.1.3 Untuk pekerjaan Jasa Konsultansi yang bersifat kompleks atau
membutuhkan kreativitas dan inovasi, KAK harus
menggambarkan kebutuhan tersebut sejauh yang diketahui
atau teridentifikasi dan tidak terlalu detail sehingga
memberikan ruang kreativitas bagi Peserta Pemilihan dalam
mengajukan Proposal.

2.2 Spesifikasi dan Standar


2.2.1 Dokumen Seleksi harus mempersyaratkan SNI wajib untuk
Jasa Konsultansi (apabila ada) sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

jdih.lkpp.go.id
10

2.2.2 Apabila tidak terdapat Jasa Konsultansi dengan SNI wajib,


maka dapat menggunakan Jasa Konsultansi yang350
memiliki
standar yang berlaku secara internasional.

2.3 Asal Penyedia Jasa Konsultansi


2.3.1 Dokumen Seleksi harus menjelaskan secara rinci tentang:
a. definisi dan kriteria dari negara asal Penyedia Jasa
Konsultansi;
b. negara asal Penyedia Jasa Konsultansi sesuai dengan
butir 1.4.1 dan 1.4.2; dan
c. kewajiban Peserta Pemilihan untuk memberikan
informasi yang sesuai mengenai asal Penyedia Jasa
Konsultansi.

2.4 Harga Perkiraan Sendiri (HPS)


2.4.1 Total HPS merupakan hasil perhitungan seluruh biaya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan Jasa
Konsultansi yang ditetapkan oleh PPK.
2.4.2 PPK memperkirakan biaya yang langsung berkaitan dengan
pelaksanaan Jasa Konsultansi berdasarkan perkiraan
sumber daya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan
seperti Biaya Personel, waktu penyelesaian pekerjaan dan
biaya non personel.
2.4.3 Biaya yang langsung berkaitan dengan pelaksanaan Jasa
Konsultansi dibagi dalam 3 (tiga) kategori terpisah:
a. Biaya Personel;
b. Biaya Non Personel; dan
c. Pajak.
2.4.4 Biaya Personel dihitung berdasarkan gaji dasar (basic salary)
(termasuk PPh), beban biaya sosial (social charge), beban
biaya umum (overhead), tunjangan yang berkaitan dengan
penugasan dan keuntungan. Contoh penghitungan Biaya
Personel sebagai berikut:

jdih.lkpp.go.id
11

BLP=GD+BBS+BBU+TP+K
Komponen Biaya Personel 351
Gaji Dasar 1 x GD
Beban Biaya Sosial (0,3 - 0,6)* x GD

Beban biaya umum (0,7 -1,4)* x GD


Tunjangan penugasan (0,1 - 0,3)* x GD
Keuntungan 0,1 x(GD+BBJ+BBU)
TOTAL (2,4 - 3,6)* x GD
*rentang

2.4.5 Biaya Non Personel dapat terdiri dari:


a. biaya penyewaan, persediaan dan peralatan kantor
(termasuk fasilitas komputer, perangkat lunak dan
pembayaran royalti untuk program yang dipergunakan);
b. biaya perjalanan dinas, termasuk kelebihan bagasi
dan/atau bagasi yang tidak dibawa sendiri;
c. biaya penyusunan laporan;
d. biaya penerjemahan;
e. biaya layanan kesekretariatan; dan/atau
f. biaya lainnya.
2.4.6 HPS tersebut bersifat rahasia, baik total ataupun rinciannya.
2.4.7 Ketentuan tentang tata cara penyusunan HPS yang diatur
dalam Peraturan LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia tetap berlaku
selama tidak bertentangan dengan butir 2.4.

2.5 Jenis Kontrak dan Bentuk Kontrak dalam Dokumen Pemilihan


2.5.1 Dokumen Seleksi harus mencantumkan dengan jelas terkait
jenis dan bentuk Kontrak yang akan digunakan serta
ketentuan Kontrak yang diusulkan.
2.5.2 Jenis Kontrak yang digunakan dalam Seleksi Internasional
terdiri atas:
a. Lumsum; atau
b. Waktu Penugasan.
2.5.3 Kontrak Lumsum sebagaimana dimaksud pada butir 2.5.2
huruf a merupakan Kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan

jdih.lkpp.go.id
12

dan jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu
tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut: 352
a. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia;
b. berorientasi kepada keluaran; dan
c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran
yang dihasilkan sesuai dengan Kontrak.
2.5.4 Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan sebagaimana
dimaksud pada butir 2.5.2 huruf b merupakan Kontrak Jasa
Konsultansi untuk pekerjaan yang ruang lingkupnya belum
bisa didefinisikan dengan rinci dan/atau waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan belum bisa
dipastikan.
2.5.5 Pembayaran dalam kontrak Lumsum dapat dilakukan secara
termin berdasarkan laporan kemajuan pekerjaan atau sesuai
kesepakatan dalam kontrak. Total pembayaran dalam kontrak
Lumsum sudah termasuk Biaya Personel dan Biaya Non
Personel.
2.5.6 Pembayaran Biaya Personel dalam kontrak Waktu Penugasan
dilakukan berdasarkan durasi waktu penugasan dan Biaya Non
Personel yang dibutuhkan sesuai kesepakatan dalam kontrak.
Biaya Personel dibayarkan berdasarkan unit rate yang pasti dan
tetap sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak untuk
setiap waktu penugasan. Biaya Non Personel dapat dibayarkan
secara harga satuan, dan/atau penggantian biaya (reimbursable
cost/at cost). Total pembayaran dalam kontrak Waktu
Penugasan terdiri atas Biaya Personel dan Biaya Non Personel.
2.5.7 Kontrak dalam Seleksi Internasional dapat dilaksanakan
dengan tahun jamak. Kontrak tahun jamak adalah Kontrak
Pengadaan Jasa Konsultansi yang membebani lebih dari 12
(dua belas) bulan atau lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran dan
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pejabat yang
berwenang sesuai peraturan perundang-undangan. Kontrak
tahun jamak dapat berupa pekerjaan yang penyelesaiannya
lebih dari 12 (dua belas) bulan atau kurang dari 12 (dua) bulan
namun melebihi dari 1 (satu) Tahun Anggaran.
2.5.8 Bentuk Kontrak yang digunakan adalah surat perjanjian. Jenis
dan bentuk Kontrak yang akan digunakan serta ketentuan

jdih.lkpp.go.id
13

kontrak yang diusulkan harus dicantumkan dengan jelas


dalam Dokumen Seleksi. 353

2.6 Uang Muka dan Jaminan Uang Muka


2.6.1 Dalam persiapan seleksi Jasa Konsultansi, PPK dapat
menetapkan uang muka dengan ketentuan bahwa:
a. jumlah nilai total uang muka yang diberikan paling tinggi
15% (lima belas persen) dari total kontrak.
b. uang muka dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan
pekerjaan.
c. uang muka dapat digunakan sebagai biaya mobilisasi
penyedia Jasa Konsultansi. Nilai uang muka yang diberikan
untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan tidak boleh
melebihi 80% (delapan puluh persen) dari biaya mobilisasi
yang dibutuhkan.
d. pemberian uang muka (apabila ada) dicantumkan pada
rancangan kontrak yang terdapat dalam Dokumen
Pemilihan.
e. uang muka tersebut harus disertai dengan jaminan uang
muka.
f. ketentuan mengenai pemberian uang muka dicantumkan
secara jelas dalam Kontrak.
2.6.2 Jaminan uang muka harus dicairkan oleh penerbit jaminan,
tanpa syarat paling lambat 14 (empat belas) Hari Kerja setelah
surat perintah pencairan dari PPK/Pihak yang diberi kuasa
oleh PPK diterima.
2.6.3 Jaminan uang muka diterbitkan oleh Bank umum, Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Penjamin, dan lembaga keuangan
khusus yang menjalankan usaha di bidang pembiayaan,
penjaminan, dan asuransi yang memiliki kantor perwakilan di
Indonesia.
2.6.4 Lembaga keuangan khusus sebagaimana diatur dalam butir
2.6.3 adalah lembaga keuangan yang menjalankan usaha di
bidang pembiayaan, penjaminan, dan asuransi untuk
mendorong ekspor Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang lembaga pembiayaan
ekspor Indonesia. Lembaga keuangan khusus tersebut antara
lain adalah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia.

jdih.lkpp.go.id
14

2.6.5 Jaminan uang muka bertahap dapat dikurangi secara


proporsional sesuai dengan sisa uang muka yang diterima.
354

2.7 Metode Kualifikasi


2.7.1 Kualifikasi merupakan evaluasi kompetensi, kemampuan
usaha, dan pemenuhan persyaratan sebagai penyedia.
2.7.2 Kualifikasi Peserta Pemilihan Seleksi Internasional untuk
Penyedia Jasa Konsultansi baik Badan Usaha dan Perorangan
dilakukan dengan prakualifikasi.
2.7.3 Kualifikasi pada prakualifikasi dilakukan sebelum pemasukan
proposal dengan menggunakan metode sistem pembobotan
dengan ambang batas.
2.7.4 Kualifikasi Peserta Pemilihan dalam Seleksi internasional
sekurang-kurangnya meliputi:
a. reputasi profesional yang baik, kredibilitas dan kompetensi
peserta pemilihan untuk melaksanakan pekerjaan;
b. pengalaman dan kinerja Peserta Pemilihan dalam
melaksanakan kontrak yang sejenis;
c. kemampuan keuangan Peserta Pemilihan apabila
dibutuhkan dapat diperhitungkan;
d. Peserta Pemilihan bebas dari konflik kepentingan; dan/atau
e. elemen penting lainnya sesuai dengan ruang lingkup dan
kompleksitas pekerjaan.
2.7.5 Pelaksanaan prakualifikasi harus diumumkan sebagaimana
diatur pada butir 2.13.2.
2.7.6 Ruang lingkup pekerjaan, ringkasan spesifikasi tenaga ahli dan
persyaratan kualifikasi harus dimasukkan dalam Dokumen
Kualifikasi.
2.7.7 Setelah prakualifikasi dilakukan, semua Peserta Pemilihan
yang lulus kualifikasi diundang untuk memasukkan Proposal.

2.8 Metode Penyampaian Proposal


2.8.1 Metode penyampaian Proposal pada pemilihan Penyedia Jasa
Konsultansi melalui Seleksi Internasional menggunakan
metode 2 (dua) sampul.
2.8.2 Metode 2 (dua) sampul adalah penyampaian Proposal yang
persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalam

jdih.lkpp.go.id
15

sampul tertutup I, sedangkan harga Proposal dimasukkan ke


dalam sampul tertutup II, selanjutnya sampul I dan 355
sampul II
dimasukkan ke dalam sampul ke III yang digunakan sebagai
sampul penutup. Kemudian sampul ke III tersebut
disampaikan kepada Pokja Pemilihan sebelum batas waktu
penyampaian Proposal. Setiap pengajuan Proposal yang
diterima setelah batas waktu pengajuan Proposal akan
dikembalikan dalam keadaan tertutup.
2.8.3 Dalam metode 2 (dua) sampul, faktor teknis menjadi
pertimbangan utama dalam melakukan evaluasi Proposal. Oleh
karena itu, Pokja Pemilihan harus melakukan evaluasi Proposal
teknis terlebih dahulu secara terpisah dari Proposal biaya.

2.9 Metode Evaluasi Proposal


2.9.1 Pokja Pemilihan menetapkan Metode evaluasi Proposal
Penyedia Jasa Konsultansi untuk Seleksi Internasional yang
dilakukan dengan:
a. Kualitas dan Biaya; atau
b. Kualitas.
2.9.2 Metode Evaluasi Kualitas dan Biaya:
a. metode evaluasi kualitas dan biaya adalah metode evaluasi
Proposal berdasarkan nilai kombinasi terbaik Proposal
teknis dan biaya terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi
dan negosiasi teknis serta biaya.
b. metode evaluasi ini, digunakan untuk pekerjaan yang:
1) ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, keluaran
(output), waktu penugasan dan hal-hal lain dapat
diperkirakan dan diuraikan dengan baik dalam KAK;
dan
2) besarnya biaya dapat ditentukan dengan jelas dan
tepat.
c. Pokja Pemilihan menetapkan pembobotan nilai teknis dan
biaya dalam metode evaluasi berdasarkan kualitas dan
biaya dengan ketentuan:
1) bobot Proposal teknis antara 0,60 sampai 0,80.
2) bobot Proposal biaya antara 0,20 sampai 0,40.

jdih.lkpp.go.id
16

3) nilai bobot yang diberikan untuk Proposal teknis dan


biaya sesuai dengan kebutuhan dan kompleksitas
356
pekerjaan.

2.9.3 Metode Evaluasi Kualitas:


a. metode evaluasi kualitas adalah metode evaluasi Proposal
berdasarkan kualitas Proposal teknis terbaik, yang
dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta
biaya.
b. Metode evaluasi ini digunakan untuk pekerjaan yang:
1) mengutamakan kualitas Proposal teknis sebagai faktor
yang menentukan terhadap hasil/manfaat (outcome)
secara keseluruhan; dan/atau
2) ruang lingkup pekerjaan, jenis tenaga ahli, dan waktu
penyelesaian pekerjaan tidak dapat diuraikan dengan
pasti dalam KAK.

2.10 Penyesuaian Harga


2.10.1 Penyesuaian harga merupakan penyesuaian terhadap biaya
yang tercantum dalam Kontrak.
2.10.2 Penyesuaian harga dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak
berdasarkan jenis kontrak waktu penugasan sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum
dalam Dokumen Seleksi dan/atau perubahan
Dokumen Seleksi; dan
b. tata cara penghitungan penyesuaian harga harus
dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen Seleksi
dan/atau perubahan Dokumen Seleksi yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Kontrak.
2.10.3 Persyaratan dan tata cara penyesuaian harga diatur lebih
lanjut dalam Peraturan LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia.

jdih.lkpp.go.id
17

2.11 Seleksi Sebelum Disetujuinya Anggaran


2.11.1 Proses pemilihan penyedia melalui Seleksi Internasional
357
sampai dengan penetapan pemenang dapat dilakukan
sebelum disetujuinya anggaran.
2.11.2 Penandatanganan kontrak untuk proses pemilihan
sebagaimana dimaksud pada butir 2.11.1 dilaksanakan
setelah anggaran sudah tersedia.
2.11.3 Proses pemilihan sebagaimana dimaksud pada butir 2.11.1
dapat dilaksanakan paling cepat setelah penetapan pagu
indikatif.

B. Pelaksanaan Seleksi Internasional


2.12 Tahapan Pelaksanaan Seleksi Internasional
2.12.1 Pelaksanaan Pemilihan melalui Seleksi Internasional meliputi:
a. Pengumuman Seleksi Internasional;
b. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen Pemilihan;
c. Pelaksanaan Kualifikasi Peserta Seleksi Internasional;
d. Penyusunan daftar pendek;
e. Penyampaian Undangan Proposal;
f. Pemberian Penjelasan;
g. Penyampaian Proposal;
h. Evaluasi Proposal Teknis;
i. Evaluasi Proposal Biaya;
j. Penetapan dan Pengumuman Pemenang;
k. Sanggah;
l. Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya; dan
m. Penandatanganan Kontrak kepada Pemenang Seleksi
Internasional.

2.13 Pengumuman Seleksi Internasional


2.13.1 Pengumuman Seleksi Internasional harus diumumkan dalam
waktu yang cukup agar cukup banyak Pelaku Usaha yang
mendapatkan informasi untuk mengajukan Proposal sehingga
Pokja Pemilihan dapat memperoleh penyedia terbaik dan
memenuhi persyaratan untuk pekerjaan tertentu.

jdih.lkpp.go.id
18

2.13.2 Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam butir 2.13.1


dilaksanakan untuk mendapatkan pernyataan
358 minat
(expression of interests).
2.13.3 Pengumuman diumumkan secara luas minimal 30 (tiga
puluh) Hari Kalender dan maksimal 60 (enam puluh) Hari
Kalender, melalui:
a. Situs resmi Pemerintah/Pemerintah Daerah;
b. Portal Pengadaan Nasional melalui LPSE;
c. Situs resmi negara/lembaga mitra;
d. Situs web komunitas internasional;
e. Surat Kabar Internasional; dan/atau
f. Media lain apabila diperlukan.

2.14 Isi Dokumen Pemilihan


2.14.1 Dokumen Pemilihan berisi semua informasi yang
dibutuhkan oleh Peserta Pemilihan untuk menyiapkan
Proposal. Kompleksitas dan tingkat kedalaman informasi
dari suatu Dokumen Pemilihan sangat tergantung dari
ukuran dan sifat pekerjaan yang akan dilakukan dan
Kontrak yang diusulkan.
2.14.2 Dokumen Pemilihan terdiri atas Dokumen Kualifikasi dan
Dokumen Seleksi.
2.14.3 Dokumen Kualifikasi digunakan sebagai pedoman oleh
Pokja Pemilihan dan Peserta Pemilihan untuk memenuhi
kualifikasi yang dipersyaratkan;
2.14.4 Isi Dokumen Kualifikasi paling sedikit berisi:
a. petunjuk pengisian formulir isian kualifikasi;
b. formulir isian kualifikasi;
c. instruksi kepada peserta, lembar data kualifikasi;
d. pakta integritas; dan
e. tata cara evaluasi kualifikasi.
2.14.5 Isi Dokumen Seleksi paling sedikit berisi:
a. undangan/pengumuman;
b. Instruksi Kepada Peserta;
c. bentuk surat Proposal;
d. bentuk Jaminan; dan
e. contoh-contoh formulir yang perlu diisi

jdih.lkpp.go.id
19

2.14.6 Rancangan Kontrak terdiri dari:


a. Pokok-pokok perjanjian; 359
b. syarat umum Kontrak;
c. syarat khusus Kontrak; dan
d. dokumen lain yang merupakan bagian dari Kontrak.
2.14.7 Dokumen Seleksi sebagaimana dimaksud butir 2.14.5
harus secara jelas menguraikan:
a. semua faktor, termasuk komponen biaya, yang akan
diperhitungkan dalam mengevaluasi dan
membandingkan Proposal; dan
b. kriteria evaluasi, termasuk bagaimana faktor-faktor ini
akan diukur atau dievaluasi (metode, syarat, tata cara
dan ketentuan evaluasi Proposal).
2.14.8 Informasi sebagaimana dimaksud pada butir 2.14.7
diuraikan secara jelas dalam Instruksi Kepada Peserta
dalam Dokumen Seleksi.
2.14.9 Semua Peserta Pemilihan harus diberikan kesempatan yang
sama untuk mendapatkan dan mengakses informasi yang
tersedia terkait Dokumen Pemilihan.

2.15 Evaluasi Kualifikasi Peserta Seleksi Internasional


2.15.1 Pokja Pemilihan melakukan evaluasi kualifikasi terhadap
Dokumen Kualifikasi yang disampaikan oleh Peserta
Pemilihan melalui form isian kualifikasi, yang dilakukan
setelah tahap/waktu penyampaian dokumen kualifikasi
selesai atau pada tahap/waktu evaluasi dokumen
kualifikasi.
2.15.2 Evaluasi kualifikasi dilakukan terhadap peserta yang
mendaftar dan memasukan Dokumen Kualifikasi meliputi:
a. evaluasi kualifikasi administrasi/legalitas;
b. evaluasi kualifikasi teknis; dan
c. evaluasi kualifikasi keuangan.
2.15.3 Pelaksanaan evaluasi kualifikasi administrasi/legalitas dan
keuangan menggunakan sistem gugur, sedangkan evaluasi
kualifikasi teknis menggunakan sistem pembobotan dengan
ambang batas.

jdih.lkpp.go.id
20

2.15.4 Kriteria evaluasi kualifikasi teknis Jasa Konsultansi dapat


menggunakan unsur penilaian antara lain: 360
a. pengalaman pekerjaan sejenis;
b. pengalaman pekerjaan di lokasi kerja;
c. ketersediaan tenaga ahli; dan/atau
d. ketersediaan peralatan.
2.15.5 Kriteria evaluasi kualifikasi keuangan menggunakan unsur
penilaian terhadap laporan keuangan.

2.16 Daftar Pendek


2.16.1 Prakualifikasi dalam Seleksi Internasional menghasilkan
daftar pendek sejumlah 6 – 8 Penyedia Jasa Konsultansi.
2.16.2 Peserta Pemilihan yang masuk dalam daftar pendek dapat
mengunjungi lokasi pekerjaan sebelum pemasukan dokumen
Proposal dengan memberitahu terlebih dahulu pemilik
pekerjaan.
2.16.3 Peserta Pemilihan sebagaimana dimaksud pada butir 2.16.2
dapat mengunjungi lokasi pekerjaan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi setempat
dan menilai sejauh mana Jasa Konsultansi tersebut untuk
menyusun Proposal.

2.17 Undangan Seleksi


2.1.71 Pokja Pemilihan mengirimkan Surat Undangan kepada Peserta
Pemilihan yang lulus evaluasi kualifikasi dan terdaftar dalam
daftar pendek untuk mengikuti proses Seleksi. Isi dalam Surat
Undangan tersebut setidaknya meliputi:
a. ruang lingkup penugasan;
b. metode evaluasi Proposal;
c. nama-nama Peserta Pemilihan yang lulus kualifikasi dan
terdaftar dalam daftar pendek;
d. daftar Dokumen Seleksi yang dilampirkan
e. batas waktu pemasukan Proposal; dan
f. pernyataan bahwa konsultan yang diundang tertarik untuk
mengajukan Proposal.

2.18 Jangka Waktu Pemasukan Proposal

jdih.lkpp.go.id
21

2.18.1 Waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan Proposal sangat


tergantung dari besaran dan kompleksitas dari pekerjaan.
361
Lamanya waktu antara undangan dan batas akhir
pemasukan Proposal umumnya paling sedikit 60 (enam
puluh) Hari Kalender, kecuali untuk pekerjaan kompleks
paling sedikit 90 (sembilan puluh) Hari Kalender. Untuk
pekerjaan kompleks disarankan untuk melakukan pemberian
penjelasan dan peninjauan lapangan.

2.19 Pemberian Penjelasan dan Peninjauan Lapangan


2.19.1 Untuk memperjelas Dokumen Seleksi, Pokja Pemilihan wajib
mengadakan pemberian penjelasan kepada Peserta
Pemilihan.
2.19.2 Batas akhir pemberian penjelasan 7 (tujuh) Hari Kalender
sebelum batas akhir pemasukan Proposal.
2.19.3 Pemberian penjelasan harus dituangkan dalam Berita Acara
pemberian penjelasan yang ditandatangani oleh perwakilan
Pokja Pemilihan dan minimal 1 (satu) wakil dari peserta yang
hadir.
2.19.4 Apabila tidak ada satupun peserta yang hadir atau yang
bersedia menandatangani Berita Acara pemberian
penjelasan, maka Berita Acara pemberian penjelasan
ditandatangani oleh Pokja Pemilihan yang hadir.
2.19.5 Pokja Pemilihan dapat memberikan penjelasan lanjutan
dengan cara melakukan peninjauan lapangan.
2.19.6 Peninjauan lapangan harus dituangkan dalam Berita Acara
peninjauan lapangan.
2.19.7 Peserta Pemilihan dapat melaksanakan peninjauan lapangan
secara mandiri sebelum pemasukan Proposal.
2.19.8 Pokja Pemilihan memberikan salinan Berita Acara pemberian
penjelasan, dan/atau Berita Acara peninjauan lapangan,
serta apabila ada adendum Dokumen Seleksi kepada seluruh
peserta, baik yang menghadiri atau tidak menghadiri
pemberian penjelasan.

jdih.lkpp.go.id
22

2.20 Isi DokumenProposal


2.20.1 Dalam Seleksi Internasional untuk Jasa Konsultansi,
362
dokumen Proposal dibagi menjadi Proposal teknis dan
Proposal biaya.
2.20.2 Proposal teknis mencakup hal-hal berikut:
a. latar belakang, organisasi, dan pengalaman dari Peserta
Pemilihan yang lulus evaluasi kualifikasi dan terdaftar
dalam daftar pendek:
b. pengalaman pekerjaan yang sama minimal selama 5
(lima) tahun terakhir;
c. pendekatan teknis dan program kerja yang diusulkan
termasuk:
1. tanggapan terhadap KAK;
2. pendekatan umum yang diusulkan untuk
melaksanakan pekerjaan, termasuk organisasi dan
jadwal waktu pelaksanaan yang diusulkan;
3. grafik yang menunjukkan dengan jelas perkiraan
durasi (secara terpisah di kantor pusat dan di
lapangan) dan perkiraan waktu penugasan setiap
tenaga ahli;
4. uraian rinci seputar tugas-tugas khusus untuk setiap
anggota tim yang diusulkan;
5. dalam hal kerjasama, rincian perjanjian yang
mendefinisikan peran masing-masing perusahaan.
a) nama, usia, kebangsaan, latar belakang,
pendidikan, catatan pekerjaan dan pengalaman
profesional yang terperinci dari setiap tenaga ahli
yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pekerjaan.
b) pengaturan untuk ruang kantor, kendaraan,
kantor dan lapangan, peralatan lainnya apabila
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
2.20.3 Proposal biaya mencakup hal-hal berikut:
a. untuk Kontrak Lumsum: ringkasan Proposal biaya yang
terdiri dari biaya yang dibutuhkan dan pajak terkait.

jdih.lkpp.go.id
23

b. untuk Kontrak Waktu Penugasan: ringkasan Propsal


biaya, rincian Biaya Personel, rincian Biaya Non363
Personel,
dan rincian pajak terkait.

2.21 Pembukaan Proposal


2.21.1 Informasi mengenai tanggal, jam dan lokasi untuk penerimaan
dan pembukaan Proposal diumumkan dalam pengumuman
Seleksi.
2.21.2 Waktu pembukaan Proposal sama dengan batas akhir
penerimaan Proposal.
2.21.3 Proposal harus dibawa sesegera mungkin ke lokasi
pengumuman untuk pembukaan Proposal jika Proposal
diterima di lokasi yang berbeda dengan lokasi pembukaan
Proposal.
2.21.4 Pokja Pemilihan harus menjamin tidak terjadi post bidding
dan perubahan isi Proposal ketika Proposal dibuka pada
lokasi yang berbeda dengan lokasi Proposal diterima.
2.21.5 Proposal harus dibuka di tempat umum dan Peserta
Pemilihan atau perwakilan mereka diperbolehkan untuk
hadir.
2.21.6 Proposal harus dibuka di tempat umum dan dihadiri paling
kurang 2 (dua) Peserta Pemilihan atau perwakilan mereka
sebagai saksi.
2.21.7 Apabila hanya ada 1 (satu) atau tidak ada Peserta Pemilihan
sebagai saksi, maka pembukaan Dokumen Penawaran tetap
dilanjutkan dengan menunjuk saksi tambahan di luar Pokja
Pemilihan yang ditunjuk oleh Pokja Pemilihan.
2.21.8 Proposal yang diterima setelah batas akhir pembukaan
Proposal harus dikembalikan tanpa dibuka.
2.21.9 Nama dari penawar dan total penawaran setiap Proposal
harus dibaca dengan suara lantang dan
didokumentasikan dalam Berita Acara Pembukaan Proposal.

2.22 Klarifikasi atau Perubahan Proposal


2.22.1 Peserta Pemilihan tidak diperbolehkan untuk mengubah
Proposal mereka setelah batas akhir pemasukan Proposal.

jdih.lkpp.go.id
24

2.22.2 Untuk tujuan evaluasi Proposal, Pokja Pemilihan dapat


meminta klarifikasi dari Peserta Pemilihan. Permintaan
364
klarifikasi kepada Peserta Pemilihan harus dibuat dalam
dokumen tertulis. Apabila terjadi perbedaan antara Proposal
dengan hasil klarifikasi, maka hasil klarifikasi dari Peserta
Pemilihan harus dicatat dalam Berita Acara Hasil Evaluasi.
2.22.3 Permintaan klarifikasi sebagaimana tercantum dalam 2.22.2
para pihak tidak diperbolehkan untuk mengubah substansi
dan harga penawaran setelah pembukaan Proposal.
2.22.4 Perubahan Proposal biaya hanya diperbolehkan karena
adanya koreksi aritmatik.

2.23 Masa Berlaku dan Perpanjangan Masa Berlaku Penawaran


2.23.1 Peserta Pemilihan diharuskan mengajukan penawaran dengan
masa berlaku sesuai jangka waktu yang ditentukan dalam
Dokumen Seleksi. Hal ini bertujuan agar Pokja Pemilihan
memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan evaluasi
Proposal sehingga Kontrak dapat ditandatangani dalam jangka
waktu yang ditetapkan. Masa berlaku Proposal umumnya
berkisar antara 30 (tiga puluh) sampai 60 (enam puluh) Hari
Kalender dan berlaku sejak batas akhir pemasukan Proposal.
2.23.2 Perpanjangan masa berlaku penawaran hanya dapat
dilakukan dalam hal Pokja Pemilihan masih memerlukan
waktu untuk menyelesaikan evaluasi Proposal dan
pengumuman pemenang.
2.23.3 Ketika terjadi perpanjangan waktu sebagaimana dimaksud
dalam butir 2.23.2, maka Peserta Pemilihan tidak diizinkan
untuk mengubah substansi dan harga penawaran dari
penawaran mereka.
2.23.4 Peserta Pemilihan berhak menolak perpanjangan masa
berlaku penawaran.

2.24 Mata Uang dalam Proposal


2.24.1 Dokumen Seleksi harus menyatakan mata uang yang akan
digunakan oleh Peserta Pemilihan dalam menyampaikan
Proposal, prosedur konversi harga yang dinyatakan dalam
mata uang asing kedalam satu jenis mata uang untuk tujuan

jdih.lkpp.go.id
25

evaluasi/membandingkan nilai Proposal, dan mata uang yang


akan digunakan untuk pembayaran. Hal ini bertujuan
365 untuk:
a. memastikan bahwa Peserta Pemilihan mempunyai
kesempatan untuk meminimalkan risiko selisih kurs
antara mata uang pada saat penyampaian Proposal dan
pada saat pembayaran, sehingga mereka bisa
menyampaikan Proposal terbaik;
b. memberikan pilihan kepada Peserta Pemilihan dari negara
dengan nilai tukar mata uang yang lemah untuk
menggunakan mata uang dengan nilai tukar yang lebih
kuat, sehingga memberikan kepastian terhadap harga
penawarannya; dan
c. untuk memastikan keadilan dan transparansi dalam
proses evaluasi.
2.24.2 Peserta Pemilihan dapat mengajukan Proposal dengan
menggunakan 2 (dua) mata uang, yaitu Rupiah dan mata
uang yang berlaku di negara lain sesuai dengan kebutuhan
dan tingkat resiko. Transaksi yang dilaksanakan dalam
negara Republik Indonesia wajib menggunakan mata uang
Rupiah, sedangkan mata uang lain dipergunakan untuk
transaksi di luar wilayah Indonesia.

2.25 Nilai Tukar Mata Uang untuk Perbandingan Proposal


2.25.1 Harga penawaran adalah jumlah semua biaya yang harus
dibayar dalam mata uang yang ditetapkan dalam Dokumen
Seleksi.
2.25.2 Untuk tujuan evaluasi biaya, maka penawaran dalam Proposal
harus dikonversi ke mata uang rupiah yang sebelumnya
dinyatakan dalam Dokumen Seleksi.
2.25.3 Dalam melakukan konversi, Pokja Pemilihan menggunakan
kurs jual mata uang asing ke rupiah berdasarkan sumber
resmi (seperti Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) atau oleh
bank umum.
2.25.4 Tanggal konversi tidak boleh lebih cepat dari 4 (empat) minggu
sebelum batas akhir pemasukan Proposal dan tidak boleh
melebihi tanggal berakhirnya masa berlakunya penawaran.

jdih.lkpp.go.id
26

2.25.5 Informasi terkait sumber nilai tukar mata uang yang


digunakan dan tanggal konversi harus dicantumkan
366 dalam
Dokumen Seleksi.

2.26 Mata Uang Pembayaran


2.26.1 Pembayaran kontrak dilakukan dalam mata uang yang
dinyatakan dalam Dokumen Seleksi.
2.26.2 Apabila harga penawaran di mintakan untuk dinyatakan
dalam mata uang Rupiah dan Peserta Pemilihan meminta
pembayaran dalam mata uang asing yang dinyatakan dalam
persentase dari total harga penawaran, maka nilai tukar
untuk tujuan pembayaran harus dinyatakan oleh Peserta
Pemilihan, untuk memastikan nilai dari mata uang asing yang
harus dibayarkan.

2.27 Evaluasi Proposal Teknis


2.27.1 Pokja Pemilihan melakukan evaluasi Proposal teknis
terhadap unsur/sub-unsur yang dinilai, antara lain meliputi:
a. kualifikasi tenaga ahli dan pengalaman perusahaan,
termasuk wilayah geografis yang serupa dengan pekerjaan
yang akan dilaksanakan apabila diperlukan;
b. metodologi dan pendekatan konsultan, termasuk
tanggapan terhadap KAK;
c. kualifikasi dan keahlian staf yang diusulkan untuk
melaksanakan pekerjaan; dan
d. preferensi terhadap konsultan dalam negeri untuk
melaksanakan pekerjaan.
2.27.2 Dalam pengalokasian poin untuk pembobotan penilaian
teknis, Pokja Pemilihan dapat menyusun kriteria
sebagaimana dimaksud pada butir 2.27.3. Bobot ideal pada
kriteria penilaian teknis dapat berbeda sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan Jasa Konsultansi. Pada contoh 1,
adalah pekerjaan yang membutuhkan perekayasaan dan
desain yang detail. Oleh karena itu, bobot yang lebih besar
diberikan untuk kriteria pengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan yang sama sebelumnya, dan bobot yang lebih
rendah diberikan untuk kriteria kualifikasi personel staf

jdih.lkpp.go.id
27

utama. Sebaliknya, pada contoh 2, dalam pekerjaan jasa


supervisi dan implementasi konstruksi, kualifikasi 367
personel
utama menjadi kriteria yang penting karena memiliki
pengaruh langsung pada pengawasan dan pengelolaan
pekerjaan dan pengendalian terhadap kualitas.
2.27.3 Setiap kriteria dalam evaluasi teknis dinilai dalam skala 0
hingga 100 poin, yang telah ditentukan dalam Dokumen
Pemilihan, dan harus dikonversi menjadi skor. Berikut
contoh skala penilaian kualitas teknis:

Kriteria Penilaian Bobot Contoh Contoh


Teknis Ideal Pekerjaan Pekerjaan
1 2
Pengalaman konsultan 0-10 poin 05 05
relevan dengan tugas
Metodologi dan 20-50 poin 50 30
Pendekatan
(Pemahaman terhadap
KAK), Rencana Kerja
Kualifikasi personel 30-60 poin 30 45
(staf) inti
Transfer Teknologi 5-10 poin 05 10
(pelatihan)
Penggunaan 0-10 poin 10 10
Konsultan Dalam
Negeri
Total (tidak melebihi) 100 poin 100 100

2.27.4 Apabila dalam evaluasi teknis terdapat hal-hal yang kurang


jelas atau meragukan, dilakukan klarifikasi teknis tertulis
kepada peserta dan pihak terkait. Dalam klarifikasi teknis
tidak diperkenankan untuk melakukan post-bidding.
2.27.5 Hasil uji mutu/teknis/fungsi untuk bahan/peralatan
tertentu dapat dilakukan dan/atau diminta sesuai dengan
ketentuan dalam Dokumen Pemilihan;
2.27.6 Apabila tidak ada peserta yang lulus evaluasi teknis, Seleksi
dinyatakan gagal.

jdih.lkpp.go.id
28

2.27.7 Evaluasi Proposal teknis mempertimbangkan Penggunaan


Produk dalam Negeri yang memiliki Tingkat Komponen
368
Dalam Negeri (TKDN) ditambah nilai Bobot Manfaat
Perusahaan (BMP) paling sedikit 40% (empat puluh persen).
TKDN mengacu pada Daftar Inventarisasi Jasa Produksi
Dalam Negeri yang diterbitkan oleh Kementerian yang
membidangi urusan perindustrian.
2.27.8 Dalam hal terdapat 1 (satu) atau lebih Proposal Jasa
Konsultansi yang memenuhi ketentuan TKDN ditambah BMP
paling sedikit 40%, Seleksi hanya dapat diikuti oleh
penyedia Jasa Konsultansi dalam negeri sepanjang Jasa
Konsultansi tersebut, harga yang wajar dan kemampuan
penyediaanJasa Konsultansi sesuai dengan yang
dibutuhkan.
2.27.9 Dalam hal Dokumen Pemilihan mensyaratkan penggunaan
produk dalam negeri, peserta yang tidak menyampaikan
formulir Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) maka
Proposalnya tidak digugurkan dan nilai TKDN-nya dianggap
0 (nol).

2.28 Evaluasi Proposal Biaya


2.28.1 Pokja Pemilihan melakukan evaluasi Proposal biaya terhadap
peserta yang menyampaikan dokumen Proposal biaya dan
dinyatakan lulus evaluasi Proposal teknis dalam metode
evaluasi kualitas dan biaya.
2.28.2 Untuk Seleksi Jasa Konsultansi, nilai total Proposal biaya
terkoreksi dapat melebihi pagu anggaran.
2.28.3 Pokja Pemilihan dapat melakukan klarifikasi dalam hal
Proposal komponen dalam negeri berbeda dibandingkan
dengan perkiraan Pokja Pemilihan dan/atau Daftar
Inventarisasi Jasa Produksi Dalam Negeri (apabila
dipersyaratkan) dan telah memperhitungkan preferensi harga
atas penggunaan produksi dalam negeri (apabila
dipersyaratkan).

2.29 Penetapan dan Pengumuman Pemenang


2.29.1 Penetapan pemenang dilakukan oleh:

jdih.lkpp.go.id
29

a. Pokja Pemilihan untuk Seleksi dengan nilai kontrak paling


banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);
369 dan
b. PA/KPA untuk Seleksi dengan nilai Kontrak paling sedikit
diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

2.29.2 Penetapan Pemenang berdasarkan metode evaluasi Proposal


Jasa Konsultansi:
a. Kualitas dan Biaya
1. Pokja Pemilihan/PA/KPA menetapkan pemenang
terhadap Proposal yang memperoleh nilai kombinasi
Proposal teknis dan Proposal biaya yang
terbesar/tertinggi.
2. Pokja Pemilihan kemudian melakukan klarifikasi dan
negosiasi teknis serta biaya kepada Peserta Pemilihan
yang terpilih.
3. apabila negosiasi teknis serta biaya gagal, Pokja
Pemilihan akan mengundang Peserta Pemilihan, yang
memiliki kombinasi Proposal teknis dan biaya
terbesar/tertinggi kedua untuk kemudian dilakukan
negosiasi teknis serta biaya.
b. Kualitas
1. Pokja Pemilihan/PA/KPA menetapkan pemenang
terhadap Proposal dengan peringkat teknis terbaik
yang lulus ambang batas nilai teknis.
2. Pokja Pemilihan kemudian melakukan klarifikasi dan
negosiasi teknis dan biaya kepada Peserta Pemilihan
yang terpilih.
3. apabila negosiasi teknis serta biaya gagal, Pokja
Pemilihan akan menyatakan bahwa Seleksi Gagal.
4. setelah tercapainya kesepakatan dalam klarifikasi dan
negosiasi, Pokja Pemilihan memberitahukan dan
mengembalikan dokumen Proposal biaya yang belum
dibuka kepada Peserta Pemilihan yang tidak
dipertimbangkan setelah evaluasi teknis.
2.29.3 Pengumuman pemenang Seleksi dilakukan oleh Pokja
Pemilihan.

jdih.lkpp.go.id
30

2.30 Sanggah
2.30.1 Sanggah Kualifikasi dilaksanakan 10 (sepuluh) Hari 370
Kalender
setelah pengumuman hasil kualifikasi dan jawaban Sanggah
Kualifikasi paling lambat 7 (tujuh) Hari Kalender sejak
Sanggah Kualifikasi diterima.
2.30.2 Sanggah dilaksanakan 14 (empat belas) Hari Kalender
setelah pengumuman pemenang dan jawaban Sanggah
paling lambat 10 (sepuluh) Hari Kalender sejak Sanggah
diterima.
2.30.3 Sanggah disampaikan ke Pokja Pemilihan ditembuskan ke
PPK setelah tahap:
a. pengumuman Peringkat Teknis pada Prakualifikasi dengan
metode evaluasi kualitas; atau
b. pengumuman Pemenang Seleksi pada Prakualifikasi
dengan metode evaluasi kualitas dan biaya;
2.30.4 Apabila sanggah dari peserta dinyatakan benar dan diterima,
Seleksi dinyatakan gagal.
2.30.5 Apabila sanggah dinyatakan tidak benar dan ditolak, hasil
pemilihan disampaikan kepada PPK.
2.30.6 Mekanisme mengenai sanggah diatur lebih lanjut dalam
Peraturan LKPP yang mengatur tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia.

2.31 Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya


2.31.1 Pokja Pemilihan melakukan klarifikasi dan negosiasi dalam
Seleksi Internasional terhadap Proposal teknis dan biaya
setelah masa sanggah selesai.
2.31.2 Aspek-aspek teknis yang perlu diklarifikasi terutama
mencerminkan kesesuaian dengan KAK:
a. lingkup dan sasaran Jasa Konsultansi;
b. metode pelaksanaan pekerjaan;
c. kualifikasi tenaga ahli;
d. organisasi pelaksanaan;
e. program alih pengetahuan;
f. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
g. jadwal penugasan personel; dan/atau
h. fasilitas penunjang.

jdih.lkpp.go.id
31

2.31.3 Kualifikasi tenaga ahli inti yang memenuhi syarat harus


dipastikan ketersediaannya oleh Peserta Pemilihan,
371namun
apabila Peserta Pemilihan tidak dapat memenuhi
ketersediaan tenaga ahli inti dikarenakan force majeure,
Peserta Pemilihan dapat mengusulkan penggantian tenaga
ahli inti dengan kualifikasi yang sama atau lebih baik.
2.31.4 Aspek-aspek biaya yang perlu diklarifikasi dan dinegosiasi
terutama:
a. kesesuaian rencana kerja dengan jenis pengeluaran
biaya;
b. volume kegiatan dan jenis pengeluaran;
c. kewajaran biaya pada rincian Biaya Personel;
d. kewajaran biaya penugasan tenaga ahli sesuai Proposal
Teknis;
e. kewajaran biaya penugasan tenaga pendukung; dan
f. kewajaran biaya pada Total atau Rincian Biaya Non-
Personel.
2.31.5 Klarifikasi terhadap kepatuhan terhadap kewajiban
perpajakan.

2.32 Seleksi/Kualifikasi Gagal


2.32.1 Prakualifikasi dinyatakan gagal dalam hal:
a. tidak ada Pelaku Usaha yang mengajukan Dokumen
Kualifikasi setelah pemberian perpanjangan waktu; atau
b. jumlah peserta yang lolos prakualifikasi kurang dari 6
(enam) peserta.
2.32.2 Seleksi gagal dalam hal:
a. terdapat kesalahan dalam proses evaluasi;
b. tidak ada Peserta Pemilihan yang menyampaikan Proposal
setelah ada pemberian waktu perpanjangan;
c. tidak ada Peserta Pemilihan yang lulus evaluasi Proposal;
d. ditemukan kesalahan dalam Dokumen Seleksi atau tidak
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
e. seluruh Peserta Pemilihan terlibat Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN);

jdih.lkpp.go.id
32

f. seluruh Peserta Pemilihan terlibat persaingan usaha tidak


sehat; 372
g. negosiasi biaya pada Seleksi tidak tercapai; atau
h. KKN melibatkan Pokja Pemilihan/PPK.
2.32.3 Prakualifikasi gagal sebagaimana dimaksud pada butir 2.32.1
dan Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada butir 2.32.2
huruf a, b, c, f, dan g dinyatakan oleh Pokja Pemilihan.
2.32.4 Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada butir 2.32.2 huruf
d, e, dan h dinyatakan oleh PA/KPA.
2.32.5 Tindak lanjut dari prakualifikasi gagal sebagaimana dimaksud
pada butir 2.32.1, Pokja Pemilihan segera melakukan
prakualifikasi ulang dengan ketentuan:
a. setelah prakualifikasi ulang jumlah peserta yang lulus 2
(dua) peserta, proses Seleksi dilanjutkan; atau
b. setelah prakualifikasi ulang jumlah peserta yang lulus 1
(satu) peserta, dilanjutkan dengan proses Penunjukan
Langsung.
2.32.6 Tindak lanjut dari Seleksi gagal sebagaimana dimaksud pada
butir 2.32.4, Pokja Pemilihan segera melakukan:
a. melakukan evaluasi Dokumen Pemilihan apabila tdak ada
Peserta Pemilihan yang lulus evaluasi Proposal;
b. melakukan evaluasi Proposal ulang jika terjadi kesalahan
dalam proses evaluasi;
c. meminta Peserta Pemilihan menyampaikan penawaran
ulang jika seluruh harga penawaran diatas Pagu
Anggaran; atau
d. Seleksi ulang.
2.32.7 Dalam hal Seleksi ulang, Pokja Pemilihan dengan persetujuan
PA/KPA melakukan Penunjukan Langsung dengan kriteria:
a. kebutuhan tidak dapat ditunda; dan
b. tidak cukup waktu untuk melaksanakan Seleksi.

2.33 Penjelasan Kepada Peserta Pemilihan yang Tidak Terpilih (Debriefing)


2.33.1 Jika diminta, Pokja Pemilihan harus menjelaskan alasan tidak
terpilihnya suatu Proposal kepada Peserta Pemilihan yang
meminta penjelasan.

jdih.lkpp.go.id
33

2.33.2 Penjelasan kepada Peserta Pemilihan yang tidak terpilih


(Debriefing) hanya menjelaskan mengenai Proposal
373 dari
peserta yang bersangkutan dan bukan Proposal dari peserta
lain.
2.33.3 Debriefing diberikan dalam bentuk tertulis atau dituangkan
dalam berita acara.
2.33.4 Batas akhir permintaan Debriefing dari Peserta Pemilihan
kepada Pokja Pemilihan paling lambat 7 (tujuh) Hari Kalender
setelah pengumuman pemenang dan jawaban Debriefing
paling lambat 7 (tujuh) Hari Kalender sejak permintaan
Debriefing diterima.

2.34 Alih Pengetahuan


2.34.1 Sebelum masa Kontrak berakhir, Penyedia berkewajiban
untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada pemilik pekerjaan. Kewajiban
tersebut harus disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja dan
Kontrak. Biaya untuk alih pengetahuan dimasukkan dalam
biaya Kontrak konsultan, termasuk apabila ada pelatihan
yang berhubungan dengan hasil pekerjaan.

2.35 Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)


2.35.1 SPPBJ adalah surat yang dikeluarkan oleh PPK yang
menyatakan Penyedia yang ditunjuk sebagai pemenang
Seleksi.
2.35.2 Pejabat Pembuat Komitmen menerbitkan Surat Penunjukan
Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) paling lambat 12 (dua belas)
Hari Kerja setelah pengumuman pemenang Seleksi.

2.36 Ketentuan Seleksi Internasional Konsultan Perseorangan


2.36.1 Ketentuan Umum
Apabila suatu pekerjaan Jasa Konsultansi tidak
membutuhkan Penyedia Jasa konsultansi Badan Usaha,
maka Pokja Pemilihan dapat melaksanakan Seleksi
Internasional untuk Jasa Konsultansi Perorangan sesuai
dengan pengalaman dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk
pekerjaan tertentu.

jdih.lkpp.go.id
34

2.36.2 Pelaksanaan Seleksi


a. PPK harus mengidentifikasi dan memperhitungkan
374 biaya
yang dibutuhkan sejak tahap persiapan sampai dengan
pada saat pelaksanaan pekerjaan penyedia Jasa
Konsultansi perorangan.
b. pelaksanaan Pemilihan harus dilaksanakan berdasarkan
prakualifikasi untuk menghasilkan daftar pendek peserta
dengan kriteria latar belakang pendidikan, pengalaman,
dan apabila dibutuhkan dalam pekerjaan, pengetahuan
terhadap kondisi dan bahasa Indonesia.
c. apabila kualitas pekerjaan menjadi kebutuhan yang
utama, Seleksi dilaksanakan berdasarkan metode evaluasi
kualitas. Pokja Pemilihan memanggil peserta dengan nilai
teknis tertinggi dan apabila memungkinkan dapat
dilaksanakan negosiasi harga serta syarat dan ketentuan
lainnya.
d. apabila pekerjaan mempertimbangkan faktor kualitas dan
biaya, maka Pokja Pemilihan menetapkan pemenang
dengan nilai kombinasi antara teknis dan biaya yang
paling tinggi.
e. penilaian teknis dapat disesuaikan berdasarkan
kebutuhan pekerjaan. Nilai total penilaian teknis harus
berjumlah 100 dengan beberapa kriteria yang dinilai,
sebagai contoh:

Kriteria Teknis Nilai Bobot


Ideal
Kualifikasi 30
Kemampuan Pelaksanaan Pekerjaan 50
Pengalaman 15
Bahasa 5
Total 100

jdih.lkpp.go.id
35

C. Pelaksanaan Kontrak
3.1 Dokumen Kontrak 375
3.1.1 Dokumen Kontrak secara jelas mendefinisikan ruang lingkup
pekerjaan Jasa Konsultansi yang akan di adakan, hak dan
kewajiban dari PPK dan penyedia dan fungsi serta kewenangan
tenaga ahli, pembayaran dan uang muka jika ada. Kontrak
harus memberikan risiko dan tanggung jawab yang seimbang
antara penyedia dan PPK.
3.1.2 Dokumen Kontrak ditandatangani paling lama 30 (tiga puluh)
Hari Kalender setelah SPPBJ diterbitkan.

3.2 Elemen Penting Dalam Kontrak


3.2.1 Dokumen Kontrak untuk Jasa Konsultansi, setidaknya memuat
ketentuan, elemen atau persyaratan sebagai berikut:
a. pembukaan yang berisi penjelasan tentang kebutuhan Pokja
Pemilihan untuk Jasa Konsultansi dan informasi untuk
memastikan kesiapan dan kemampuan penyedia untuk jasa
tersebut;
b. persyaratan negara asal penyedia;
c. daftar dokumen dalam Kontrak;
d. definisi dan Interpretasi dari istilah-istilah dasar yang
digunakan dalam Kontrak;
e. tanggal dimulainya dan waktu penyelesaian pekerjaan;
f. ketentuan penundaan dan pengakhiran Kontrak, atau dalam
kasus keadaan kahar, beserta hak dan kewajiban berikutnya
dari masing-masing pihak;
g. mulai berlakunya Kontrak;
h. ketentuan modifikasi Kontrak;
i. hak, kewajiban, dan tanggung jawab para pihak, termasuk
ketentuan ganti rugi oleh satu pihak ke pihak lainnya;
j. ketentuan mengenai perubahan status atau organisasi
penyedia Jasa Konsultansi selama berlangsungnya Kontrak;
k. persyaratan perpajakan yang berlaku untuk penyedia Jasa
Konsultansi di Indonesia;
l. asuransi yang dibutuhkan dalam penyelesaian pekerjaan.
m. ketentuan mengenai kepemilikan Dokumen;

jdih.lkpp.go.id
36

n. daftar personel dan mitra penyedia Jasa Konsultansi


(Subkontrak); 376
o. bagian pekerjaan yang ditugaskan kepada subkontrak;
p. Biaya Personel penyedia jasa konsultansi dan metode
pembayaran;
q. prosedur dalam penyelesaian sengketa Kontrak;
r. bahasa Kontrak dan hukum yang berlaku; dan
s. alamat penyedia Jasa Konsultansi untuk tujuan
pemberitahuan resmi.

3.3 Syarat dan Metode Pembayaran


3.3.1 Ketentuan mengenai tata cara pembayaran Kontrak dilakukan
sesuai dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan Negara dan/atau
menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan
dalam negeri.
3.3.2 Pembayaran prestasi pekerjaan sesuai kesepakatan dalam
Kontrak dan diberikan kepada Penyedia setelah dikurangi
angsuran pengembalian uang muka.
3.3.3 Syarat dan metode pembayaran diatur dengan jelas dalam
kontrak, termasuk mata uang yang akan digunakan dalam
pembayaran dan disertai dengan nilai tukar yang relevan, dan
proporsi pembayaran yang dilakukan dalam rupiah dan/atau
mata uang asing.

3.4 Perubahan Kontrak


3.4.1 Dalam pelaksanaan Kontrak dapat terjadi perubahan Kontrak.
Ketentuan tentang perubahan Kontrak harus dimasukkan dalam
syarat-syarat Kontrak.
3.4.2 Ketentuan mengenai perubahan Kontrak sesuai dengan
Peraturan LKPP tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa melalui Penyedia.

3.5 Hukum yang Berlaku dan Penyelesaian sengketa


3.5.1 Penyelesaian perselisihan Kontrak menggunakan Hukum
Indonesia.

jdih.lkpp.go.id
37

3.5.2 Penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan Kontrak dilakukan


berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
377Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
3.5.3 Tata cara penyelesaian perselisihan ditetapkan dalam Kontrak.

3.6 Keadaan Kahar


3.6.1 Dalam syarat-syarat Kontrak harus dinyatakan bahwa kegagalan
para pihak untuk memenuhi kewajibannya sesuai Kontrak tidak
akan dinyatakan sebagai gagal/default, jika kegagalan itu
disebabkan oleh kahar.
3.6.2 Tindak lanjut setelah terjadinya keadaan kahar diatur dalam
Kontrak.
3.6.3 Dalam kondisi kahar, pelaksanaan Kontrak dapat dihentikan.
3.6.4 Apabila Kontrak dilanjutkan, maka para pihak dapat membuat
perubahan pada Kontrak.
3.6.5 Untuk perubahan Kontrak terkait perpanjangan waktu,
penyelesaian Kontrak dalam keadaan kahar dapat melewati
Tahun Anggaran dengan tetap memperhatikan ketentuan
persetujuan kontrak tahun jamak.

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN


PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH,

AGUS PRABOWO

jdih.lkpp.go.id
378
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 11 TAHUN 2018
TENTANG
KATALOG ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 72 ayat (5)


dan Pasal 91 ayat (1) huruf s Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah diperlukan pengaturan tentang Katalog
Elektronik;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
tentang Katalog Elektronik;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang


Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 314);

jdih.lkpp.go.id
-2-

2. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang


379
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);
3. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1372).

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG KATALOG
ELEKTRONIK.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Lembaga ini yang dimaksud dengan:
1. Barang/Jasa Standar atau dapat distandarkan adalah
barang/jasa yang memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan sebagai acuan.
2. Competitive Catalogue adalah Katalog Elektronik
tertutup yang memuat data dan informasi yang
ditawarkan oleh Penyedia terkualifikasi dalam lingkup
pekerjaan konstruksi berupa komponen dasar
konstruksi dan harga dasar dalam batasan harga
tertentu yang kemudian dikompetisikan secara otomatis
melalui sistem aplikasi yang dikembangkan oleh
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
3. Katalog Elektronik adalah sistem informasi elektronik
yang memuat informasi berupa daftar, jenis, spesifikasi
teknis, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), produk
dalam negeri, produk Standar Nasional Indonesia (SNI),
produk industri hijau, negara asal, harga, Penyedia, dan
informasi lainnya terkait barang/jasa.

jdih.lkpp.go.id
-3-

4. Katalog Elektronik Nasional adalah Katalog Elektronik


380
yang disusun dan dikelola oleh Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
5. Katalog Elektronik Sektoral adalah Katalog Elektronik
yang disusun dan dikelola oleh Kementerian/Lembaga.
6. Katalog Elektronik Lokal adalah Katalog Elektronik yang
disusun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah.
7. Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya
disingkat UKPBJ adalah unit kerja di Kementerian/
Lembaga/Pemerintah Daerah yang menjadi pusat
keunggulan Pengadaan Barang/Jasa.
8. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut
Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang
ditetapkan oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola
pemilihan Penyedia.
9. Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang
melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan
Pengadaan Barang/Jasa yang diberi kepercayaan oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah sebagai pihak
pemberi pekerjaan.
10. Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang
selanjutnya disebut K/L/PD adalah instansi/institusi
yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
11. Kontrak Katalog adalah perjanjian kerjasama antara
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah atau LKPP
dengan Penyedia untuk pencantuman Barang/Jasa
dalam Katalog Elektronik.
12. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang selanjutnya disingkat LKPP adalah
lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan
merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

jdih.lkpp.go.id
-4-

13. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat


381
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/
KPA untuk mengambil keputusan dan/ atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran be1anja negara/anggaran belanja daerah.
14. Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan
E-purchasing yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
15. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah pada Katalog
Elektronik yang selanjutnya disebut Penyedia adalah
Pelaku Usaha yang menyediakan barang/jasa
berdasarkan Kontrak Katalog.
16. Prinsipal adalah perorangan atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum di
luar negeri atau di dalam negeri yang menunjuk agen
atau distributor untuk melakukan penjualan barang
dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai. Prinsipal
dibedakan menjadi prinsipal produsen dan prinsipal
supplier.
17. Prinsipal produsen adalah perorangan atau badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan
hukum, berstatus sebagai produsen yang menunjuk
badan usaha lain sebagai agen, agen tunggal, distributor
atau distributor tunggal untuk melakukan penjualan
atas barang hasil produksi dan/atau jasa yang
dimiliki/dikuasai.
18. Prinsipal supplier adalah perorangan atau badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum
yang ditunjuk oleh prinsipal produsen untuk menunjuk
badan usaha lain sebagai agen, agen tunggal, distributor
atau distributor tunggal sesuai dengan kewenangan yang
diberikan oleh prinsipal produsen.

jdih.lkpp.go.id
-5-

19. Satuan Kerja adalah unit organisasi lini


382
Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Kementerian
atau unit organisasi Pemerintah Daerah yang
melaksanakan kegiatan Kementerian / Lembaga
Pemerintah Non Kementerian serta memiliki kewenangan
dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
20. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah.
21. Sistem Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa yang
selanjutnya disebut SIKaP adalah aplikasi yang
merupakan sub sistem dari Sistem Pengadaan Secara
Elektronik yang digunakan untuk mengelola Informasi
Kinerja Penyedia Barang/Jasa yang dikembangkan oleh
LKPP.

BAB II
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN

Bagian Kesatu
Ruang Lingkup

Pasal 2
Ruang Lingkup pengaturan dari Peraturan Lembaga ini
meliputi:
1. pengembangan, pengelolaan, pembinaan, dan
pengawasan penyelenggaraan Katalog Elektronik; dan
2. penyelenggaraan sistem Katalog Elektronik;

jdih.lkpp.go.id
-6-

Bagian Kedua
383
Tujuan

Pasal 3
Peraturan Lembaga ini bertujuan untuk memberikan
pedoman bagi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dan
Penyedia dalam melaksanakan pengembangan, pengelolaan,
pembinaan, dan pengawasan penyelenggaraan Katalog
Elektronik.

BAB III
KATALOG ELEKTRONIK

Bagian Kesatu
Jenis Katalog Elektronik

Pasal 4
(1) Katalog Elektronik terdiri atas:
a. katalog elektronik nasional;
b. katalog elektronik sektoral; dan
c. katalog elektronik lokal.
(2) Katalog Elektronik Nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, disusun dan dikelola oleh LKPP
dan berlaku secara nasional, meliputi:
a. barang;
b. pekerjaan konstruksi; dan/atau
c. jasa lainnya.
(3) Katalog Elektronik Sektoral sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, disusun dan dikelola oleh
Kementerian/Lembaga, meliputi:
a. barang;
b. pekerjaan konstruksi; dan/atau
c. jasa lainnya.

jdih.lkpp.go.id
-7-

(4) Katalog Elektronik Lokal sebagaimana dimaksud pada


384
ayat (1) huruf c, disusun dan dikelola oleh pemerintah
daerah, meliputi:
a. barang;
b. pekerjaan konstruksi;
1) umum; dan
2) umum melalui Competitive Catalogue; dan/atau
c. jasa lainnya.

Bagian Kedua
Pelaku

Pasal 5
Pelaku dalam sistem Katalog Elektronik terdiri atas:
a. Kepala LKPP/menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah;
b. Sekretaris Kementerian/Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama/Sekretaris Daerah;
c. Deputi Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pengembangan
Sistem Informasi LKPP;
d. Kepala UKPBJ;
e. Kelompok Kerja Pemilihan; dan
f. Penyedia.

Paragraf 1
Kepala LKPP

Pasal 6
(1) Tugas dan kewenangan Kepala LKPP dalam sistem
Katalog Elektronik, meliputi:
a. pengembangan, pembinaan, dan pengawasan
Katalog Elektronik;
b. pengelolaan Katalog Elektronik Nasional, meliputi:
1) melakukan kajian terhadap barang/jasa
untuk:

jdih.lkpp.go.id
-8-

a) memperluas peran serta usaha kecil


385
dengan mencantumkan barang/jasa
produksi usaha kecil;
b) memperbanyak pencantuman produk
dalam negeri;
c) mendukung pelaksanaan penelitian dan
pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian;
d) meningkatkan keikutsertaan industri
kreatif;
e) mendorong Pengadaan Berkelanjutan;
f) meningkatkan persaingan usaha dalam
Katalog Elektronik nasional; dan
g) meningkatkan jumlah produk dalam
Katalog Elektronik Nasional;
2) melakukan evaluasi terhadap barang/jasa yang
diusulkan Kementerian/Lembaga/Pemerintah
Daerah;
3) menetapkan pemenang untuk Katalog
Elektronik Nasional pada proses pemilihan
yang menggunakan metode Tender dengan
negosiasi/tanpa negosiasi dengan nilai Item
Barang/Jasa paling sedikit di atas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
4) melakukan Kontrak Katalog untuk Katalog
Elektronik Nasional dengan Penyedia;
5) memberikan dan/atau mencabut sanksi
kepada Penyedia dalam Katalog Elektronik
Nasional; dan/atau
6) melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Kontrak Katalog Nasional.
c. pembinaan dan pengawasan atas pengelolaan
Katalog Elektronik Sektoral dan Katalog Elektronik
Lokal, meliputi:

jdih.lkpp.go.id
-9-

1) memberikan persetujuan pengelolaan Katalog


386
Elektronik Sektoral dan Katalog Elektronik
Lokal;
2) memberikan pendampingan, monitoring dan
evaluasi atas pengelolaan Katalog Elektronik
Sektoral dan Katalog Elektronik Lokal;
dan/atau
3) memberikan sanksi terhadap pengelola Katalog
Elektronik Sektoral dan Katalog Elektronik
Lokal;
d. penyelenggaraan sistem Katalog Elektronik;
dan/atau
e. penyelenggaraan sistem E-Purchasing.
(2) Tugas dan kewenangan Kepala LKPP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan sebagian
atau seluruhnya kepada Deputi Bidang Monitoring-
Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi.

Paragraf 2
Menteri/Pimpinan Lembaga

Pasal 7
(1) Tugas dan kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga
dalam sistem Katalog Elektronik sebagai Pengelola
Katalog Elektronik Sektoral, meliputi:
a. melakukan evaluasi/kajian terhadap:
1) barang/jasa untuk:
i. memperluas peran serta usaha kecil
dengan mencantumkan barang/jasa
produksi usaha kecil;
ii. memperbanyak pencantuman produk
dalam negeri;
iii. mendukung pelaksanaan penelitian dan
pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian;

jdih.lkpp.go.id
- 10 -

iv. meningkatkan keikutsertaan industri


387
kreatif; dan
v. mendorong Pengadaan Berkelanjutan.
2) barang/jasa yang diusulkan Satuan Kerja;
3) kebutuhan barang/jasa yang belum diusulkan
oleh Satuan Kerja; dan
4) barang/jasa yang perlu ditingkatkan
persaingan usaha dalam katalog elektronik
sektoral;
b. menetapkan pemenang untuk Katalog Elektronik
Sektoral pada proses pemilihan yang menggunakan
metode Tender dengan negosiasi/tanpa negosiasi
dengan nilai Item Barang/Jasa paling sedikit di atas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
c. melakukan perikatan Kontrak Katalog untuk
Katalog Elektronik Sektoral dengan Penyedia;
d. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Kontrak Katalog Sektoral; dan
e. memberikan dan/atau mencabut sanksi kepada
Penyedia dalam Katalog Elektronik Sektoral;
(3) Tugas dan kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
didelegasikan sebagian atau seluruhnya kepada
Sekretaris Kementerian/Sekretaris Jenderal /Sekretaris
Utama atau pejabat dengan tingkat eselon yang sama,
atau satu tingkat dibawahnya yang mempunyai
kewenangan pengelolaan pengadaan barang/jasa dan
bertanggungjawab langsung kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga.

jdih.lkpp.go.id
- 11 -

Paragraf 3
388
Kepala Daerah

Pasal 8
(1) Tugas dan kewenangan Kepala Daerah dalam sistem
Katalog Elektronik sebagai Pengelola Katalog Elektronik
Lokal, meliputi:
a. melakukan evaluasi/kajian terhadap:
1) barang/jasa untuk:
i. memperluas peran serta usaha kecil
dengan mencantumkan barang/jasa
produksi usaha kecil;
ii. memperbanyak pencantuman produk
dalam negeri;
iii. mendukung pelaksanaan penelitian dan
pemanfaatan barang/jasa hasil penelitian;
iv. meningkatkan keikutsertaan industri
kreatif; dan
v. mendorong Pengadaan Berkelanjutan;
2) barang/jasa yang diusulkan Perangkat
Daerah;
3) kebutuhan barang/jasa yang belum diusulkan
oleh Perangkat Daerah; dan
4) barang/jasa yang perlu ditingkatkan
persaingan usaha dalam katalog elektronik
lokal;
b. menetapkan pemenang untuk Katalog Elektronik
Lokal pada proses pemilihan yang menggunakan
metode Tender dengan negosiasi/tanpa negosiasi
dengan nilai Item Barang/Jasa paling sedikit
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);
c. melakukan perikatan Kontrak Katalog untuk
Katalog Elektronik Lokal dengan Penyedia;
d. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan Kontrak Katalog Lokal;

jdih.lkpp.go.id
- 12 -

e. Menetapkan batasan (koridor) harga atas dan/atau


389
bawah komponen dasar konstruksi pada sistem
Competitive Catalogue; dan
f. memberikan dan/atau mencabut sanksi kepada
Penyedia dalam Katalog Elektronik Lokal.
(2) Tugas dan kewenangan Kepala Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan sebagian
atau seluruhnya kepada Sekretaris Daerah atau pejabat
satu tingkat dibawahnya yang mempunyai kewenangan
pengelolaan pengadaan barang/jasa dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Daerah.

Paragraf 4
Sekretaris Kementerian/Sekretaris Jenderal/
Sekretaris Utama/Sekretaris Daerah

Pasal 9
Tugas dan kewenangan Sekretaris Kementerian/Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris Daerah dalam sistem
Katalog Elektronik mengajukan surat usulan pencantuman
barang/jasa ke dalam Katalog Elektronik Nasional;

Paragraf 5
Deputi Bidang Monitoring, Evaluasi dan Pengembangan Sistem
Informasi LKPP

Pasal 10
(1) Tugas dan kewenangan Deputi Bidang Monitoring,
Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi LKPP
dalam sistem Katalog Elektronik Nasional, meliputi:
a. membentuk Kelompok Kerja Pemilihan; dan
b. melakukan reviu terhadap hasil pemilihan yang
dilakukan oleh Kelompok Kerja Pemilihan dalam
Katalog Elektronik Nasional;

jdih.lkpp.go.id
- 13 -

(2) Dalam melaksanakan Tugas dan Kewenangan Deputi


390
Bidang Monitoring, Evaluasi, dan Pengembangan Sistem
Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dapat dibentuk tim.

Paragraf 6
Kepala Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ)

Pasal 11
(1) Tugas dan kewenangan Kepala UKPBJ dalam sistem
Katalog Elektronik, meliputi:
a. membentuk Kelompok Kerja Pemilihan;
b. melakukan reviu terhadap hasil pemilihan yang
dilakukan oleh Kelompok Kerja Pemilihan dalam
Katalog Elektronik Sektoral/Katalog Elektronik
Lokal;
c. menayangkan daftar, merek, jenis, spesifikasi
teknis, harga dan jumlah ketersediaan pada Katalog
Elektronik melalui aplikasi yang dikembangkan
oleh LKPP pada https://e-katalog.lkpp.go.id;
d. menyelenggarakan kesekretariatan pengelolaan
Katalog Elektronik Sektoral atau Katalog Elektronik
Lokal;
e. mengusulkan pengenaan sanksi terhadap
pelanggaran pelaksanaan Kontrak Katalog; dan
f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah.
(2) Dalam melaksanakan Tugas dan Kewenangan Kepala
UKPBJ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b)
dan huruf (c) dapat membentuk suatu tim.

jdih.lkpp.go.id
- 14 -

Paragraf 6
391
Kelompok Kerja Pemilihan

Pasal 12
(1) Kelompok Kerja Pemilihan terdiri dari:
a) anggota UKPBJ dan/atau pegawai Aparatur Sipil
Negara (ASN)/Tentara Nasional Indonesia/
Kepolisian Negara Republik Indonesia di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia; atau
b) agen pengadaan.
(2) Kelompok Kerja Pemilihan memiliki tugas dan
kewenangan sebagai berikut:
a. menyusun dan menetapkan dokumen pemilihan;
b. mengumumkan pelaksanaan pemilihan;
c. memberikan penjelasan sesuai dengan metode
pemilihan yang digunakan;
d. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan/atau
harga sesuai dengan metode pemilihan yang
digunakan;
e. melakukan evaluasi kualifikasi sesuai dengan
metode pemilihan yang digunakan;
f. melakukan pembuktian kualifikasi;
g. melakukan negosiasi sesuai dengan metode
pemilihan yang digunakan;
h. membuat Berita Acara Hasil Evaluasi Administrasi,
Teknis, Harga, dan/atau Kualifikasi sesuai dengan
metode pemilihan yang digunakan;
i. membuat Berita Acara Hasil Pemilihan Penyedia;
j. menetapkan pemenang/Penyedia untuk:
1) proses pemilihan yang menggunakan
metode Tender dengan negosiasi/tanpa
negosiasi untuk nilai Item Barang/Jasa sampai
dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah); dan

jdih.lkpp.go.id
- 15 -

2) proses pemilihan yang menggunakan


392
metode Negosiasi;
k. menjawab sanggahan/keberatan dari Penyedia pada
saat proses pemilihan;
l. menyampaikan hasil pemilihan kepada Deputi Bidang
Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem
Informasi LKPP/Kepala UKPBJ;
m. menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia
kepada Direktur Pengembangan Sistem Katalog pada
Katalog Elektronik Nasional atau Kepala UKPBJ
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang
bersangkutan pada Katalog Elektronik
Sektoral/Lokal; dan/atau
n. mengusulkan pengenaan sanksi dalam proses
pemilihan apabila terjadi pelanggaran yang
dilakukan oleh peserta pemilihan.
(3) Kelompok Kerja Pemilihan berjumlah gasal, paling
sedikit 3 (tiga) orang dan dapat ditambah sesuai dengan
kompleksitas pekerjaan.
(4) Kelompok Kerja Pemilihan dapat dibantu oleh Tim
Teknis yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Monitoring-
Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi pada
Katalog Elektronik Nasional atau Kepala UKPBJ
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah yang
bersangkutan pada Katalog Elektronik Sektoral/Lokal.

Paragraf 7
Penyedia

Pasal 13
Persyaratan Penyedia dalam Katalog Elektronik terdiri atas:
a. memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa yang
diadakan dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;

jdih.lkpp.go.id
- 16 -

b. memiliki ijin terkait produksi dan/atau perdagangan


393
barang atau pelaksanaan jasa sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. tidak sedang dikenakan sanksi Daftar Hitam;
d. tidak sedang dikenakan sanksi penurunan pencantuman
dari katalog elektronik;
e. memiliki keterangan asal barang/jasa yang jelas serta
dapat dipertanggungjawabkan;
f. dalam hal Penyedia Katalog Elektronik berbentuk Badan
Usaha/perorangan maka Penyedia merupakan Prinsipal
Produsen atau mata rantai pasok terdekat dari Prinsipal
Produsen; dan
g. khusus untuk Penyedia Competitive Catalogue selain
harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
huruf a sampai dengan huruf e, juga harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
1) memiliki alamat tetap/domisili jelas atau kantor
cabang di daerah dimana sistem Competitve
Catalogue digunakan;
2) memiliki atau menguasai peralatan utama; dan
3) memiliki tenaga tetap untuk tenaga ahli dan tenaga
terampil.

BAB IV
KATALOG ELEKTRONIK NASIONAL

Bagian Kesatu
Kriteria Barang/Jasa Katalog Elektronik Nasional

Pasal 14
Kriteria barang/jasa Katalog Elektronik Nasional meliputi:
a. barang/jasa dibutuhkan oleh beberapa Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah;
b. barang/jasa standar atau dapat distandarkan; dan
c. kebutuhan barang/jasa bersifat berulang.

jdih.lkpp.go.id
- 17 -

Bagian Kedua
394
Kajian dan Evaluasi Usulan Pencantuman Barang/Jasa

Pasal 15
(1) Pencantuman barang/jasa untuk Katalog Elektronik
dapat diproses berdasarkan hasil kajian yang dilakukan
oleh Kepala LKPP melalui Deputi Bidang Monitoring-
Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi dan/atau
berdasarkan hasil evaluasi usulan dari Sekretaris
Kementerian/Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/
Sekretaris Daerah pada Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah.
(2) Usulan dari Sekretaris Kementerian/Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditujukan
kepada Kepala LKPP Cq. Deputi Bidang Monitoring-
Evaluasi dan Pengembangan Sistem Informasi dengan
dilengkapi:
a. jenis;
b. perkiraan waktu penggunaan;
c. referensi harga atau HPS;
d. informasi produksi (dalam negeri dan/atau luar
negeri); dan
e. persyaratan Penyedia.
(3) Kepala LKPP melalui Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi
dan Pengembangan Sistem Informasi melakukan evaluasi
terhadap kelayakan usulan barang/jasa sesuai dengan
kriteria barang/jasa Katalog Elektronik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14.
(4) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) menyatakan barang/jasa memenuhi kriteria,
Deputi Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem
Informasi menetapkan Kelompok Kerja Pemilihan.

jdih.lkpp.go.id
- 18 -

(5) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada


395
ayat (3) menyatakan barang/jasa tidak memenuhi
kriteria, Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi dan
Pengembangan Sistem Informasi mengirimkan surat
pemberitahuan kepada pihak pengusul.

Bagian Ketiga
Pemilihan Penyedia

Pasal 16
(1) Pemilihan Penyedia dilakukan oleh Kelompok Kerja
Pemilihan dengan metode:
a. tender; atau
b. negosiasi.
(2) Metode pemilihan Penyedia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara negosiasi atau
tanpa negosiasi.
(3) Metode pemilihan Penyedia melalui Tender dengan
negosiasi digunakan untuk mendapatkan lebih dari 1
(satu) pemenang untuk menjamin pemenuhan
kebutuhan barang/jasa.
(4) Metode pemilihan Penyedia melalui Negosiasi digunakan
untuk barang/jasa yang memiliki kriteria terdiri atas:
a. kebutuhan barang/jasa melebihi kemampuan dari
1 (satu) Penyedia;
b. spesifikasi teknis dan kualitas barang/jasa beragam;
c. barang/jasa yang harganya sudah dipublikasi
melalui media cetak dan elektronik;
d. penyedia tunggal; dan/atau
e. barang/jasa lain selain yang dimaksud dalam
huruf a sampai huruf d, berdasarkan penilaian
Kelompok Kerja Pemilihan bahwa pelaksanaan
pemilihan akan lebih efektif/efisien/mudah apabila
menggunakan metode Negosiasi.

jdih.lkpp.go.id
- 19 -

Pasal 17
396
Metode pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ditentukan oleh Kelompok Kerja Pemilihan dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip dan etika pengadaan.

Pasal 18
(1) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Tender tanpa negosiasi mengacu pada tahapan proses
pemilihan yang diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia.
(2) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode
pemilihan Tender dengan negosiasi mengacu pada
tahapan proses pemilihan yang diatur dalam Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Melalui Penyedia, dengan ketentuan bahwa sebelum
penetapan pemenang, Kelompok Kerja Pemilihan
melakukan negosiasi harga terhadap penyedia yang
memenuhi persyaratan.
(3) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Tender tanpa negosiasi atau dengan negosiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tidak
diperlukan penerbitan Surat Penetapan Penyedia
Barang/Jasa.
(4) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Tender tanpa negosiasi atau dengan negosiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
ditambahkan tahapan:
a) setelah masa sanggah untuk barang/jasa lainya
atau sanggah banding untuk pekerjaan konstruksi,
berupa penyampaian hasil pemilihan Penyedia
kepada Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi dan
Pengembangan Sistem Informasi untuk dilakukan
reviu; dan

jdih.lkpp.go.id
- 20 -

b) setelah penandatanganan kontrak katalog, berupa


397
pencantuman barang/jasa ke dalam Katalog
Elektronik Nasional.
(5) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
melalui Negosiasi adalah sebagai berikut:
a. pengumuman;
b. pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan;
c. pemasukan Dokumen Penawaran;
d. evaluasi Kualifikasi dan administrasi;
e. pembuktian Kualifikasi;
f. pembuatan Berita Acara Hasil Evaluasi
Kualifikasi, Evaluasi Administrasi dan Pembuktian
Kualifikasi;
g. evaluasi dan klarifikasi teknis serta harga;
h. negosiasi Teknis dan Harga;
i. pembuatan Berita Acara Hasil Evaluasi dan
Klarifikasi Teknis serta Negosiasi Teknis dan Harga;
j. pembuatan Berita Acara Hasil Pemilihan Penyedia;
k. penetapan Penyedia;
l. penyampaian hasil pemilihan Penyedia kepada
Deputi Bidang Monitoring-Evaluasi dan
Pengembangan Sistem Informasi untuk dilakukan
reviu;
m. penandatanganan Kontrak Katalog; dan
n. pencantuman barang/jasa ke dalam Katalog
Elektronik Nasional.

Bagian Keempat
Kontrak Katalog Nasional

Pasal 19
Berdasarkan hasil pemilihan Kepala LKPP menandatangani
Kontrak Katalog dengan ketentuan:

jdih.lkpp.go.id
- 21 -

a. hasil reviu oleh Deputi Bidang Monitoring- Evaluasi dan


398
Pengembangan Sistem Informasi menyatakan bahwa
pemilihan telah memenuhi prosedur dan layak
diteruskan dengan penandatanganan Kontrak Katalog;
dan
b. dalam hal hasil reviu menyatakan proses pemilihan tidak
memenuhi prosedur pemilihan sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 18 Deputi Bidang
Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem
Informasi memerintahkan kepada Kelompok Kerja
Pemilihan untuk melakukan pemilihan ulang, evaluasi
ulang, pemasukan penawaran ulang, atau pembatalan
pemilihan.

Bagian Kelima
Penayangan Katalog Elektronik Nasional

Pasal 20
(1) Berdasarkan Kontrak Katalog yang telah ditandatangani
oleh Kepala LKPP dengan Penyedia maka Direktur
Pengembangan Sistem Katalog menayangkan daftar,
merek, jenis, spesifikasi teknis, harga dan jumlah
ketersediaan pada Katalog Elektronik Nasional melalui
aplikasi yang dikembangkan oleh LKPP pada https://e-
katalog.lkpp.go.id.
(2) Penayangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pemasukan daftar, merek, jenis, spesifikasi
teknis, harga dan jumlah ketersediaan tertentu
secara manual ke dalam aplikasi Katalog Elektronik;
b. penarikan/agregasi daftar, merek, jenis,
spesifikasi teknis, harga dan jumlah ketersediaan
tertentu ke dalam aplikasi Katalog Elektronik; atau
c. pelekatan aplikasi Penyedia ke dalam aplikasi
Katalog Elektronik.

jdih.lkpp.go.id
- 22 -

BAB V
399
KATALOG ELEKTRONIK SEKTORAL

Bagian Kesatu
Kriteria Barang/Jasa Katalog Elektronik Sektoral

Pasal 21
Kriteria barang/jasa Katalog Elektronik Sektoral meliputi:
a. barang/jasa dibutuhkan oleh Kementerian/Lembaga;
b. barang/Jasa standar atau dapat distandarkan; dan
c. kebutuhan barang/jasa bersifat berulang.

Bagian Kedua
Kajian dan Evaluasi Usulan Pencantuman Barang/Jasa

Pasal 22
(1) Pencantuman barang/jasa untuk Katalog Elektronik
dapat diproses berdasarkan hasil kajian yang dilakukan
oleh Menteri/Pimpinan Lembaga melalui Sekretaris
Kementerian/Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama
dan/atau berdasarkan hasil evaluasi usulan dari
pimpinan Satuan Kerja pada Kementerian/Lembaga.
(2) Usulan dari Pimpinan Satuan Kerja di Kementerian/
Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
ditujukan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga Cq.
Sekretaris Kementerian/Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama dengan dilengkapi:
a. jenis;
b. perkiraan waktu penggunaan;
c. referensi harga atau HPS;
d. informasi produksi (dalam negeri dan/atau luar
negeri); dan
e. persyaratan Penyedia.

jdih.lkpp.go.id
- 23 -

(3) Menteri/Pimpinan Lembaga melalui Sekretaris


400
Kementerian/Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama
melakukan evaluasi terhadap kelayakan usulan
barang/jasa sesuai dengan kriteria barang/jasa Katalog
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
(4) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) menyatakan barang/jasa memenuhi kriteria,
Sekretaris Kementerian/Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama memerintahkan Kepala UKPBJ untuk
menetapkan Kelompok Kerja Pemilihan.
(5) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) menyatakan barang/jasa tidak memenuhi
kriteria, Sekretaris Kementerian/Sekretaris Jenderal/
Sekretaris Utama mengirimkan surat pemberitahuan
kepada pihak pengusul.

Bagian Ketiga
Pemilihan Penyedia

Pasal 23
(1) Pemilihan Penyedia dilakukan oleh Kelompok Kerja
Pemilihan dengan metode:
a. tender; atau
b. negosiasi.
(2) Metode pemilihan Penyedia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan cara negosiasi atau tanpa
negosiasi.
(3) Metode pemilihan Penyedia melalui Tender dengan
negosiasi digunakan untuk mendapatkan lebih dari 1
(satu) pemenang untuk menjamin pemenuhan kebutuhan
barang/jasa.
(4) Metode pemilihan Penyedia melalui Negosiasi digunakan
untuk barang/jasa yang memiliki kriteria terdiri atas:

jdih.lkpp.go.id
- 24 -

a. kebutuhan barang/jasa melebihi kemampuan dari


401
1 (satu) Penyedia;
b. spesifikasi teknis dan kualitas barang/jasa beragam;
c. barang/jasa yang harganya sudah dipublikasi
melalui media cetak dan elektronik;
d. penyedia tunggal; dan/atau
e. barang/jasa lain selain yang dimaksud dalam
huruf a sampai huruf d, berdasarkan penilaian
Kelompok Kerja Pemilihan bahwa pelaksanaan
pemilihan akan lebih efektif/efisien/mudah apabila
menggunakan metode Negosiasi.

Pasal 24
Metode pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ditentukan oleh Kelompok Kerja Pemilihan dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip dan etika pengadaan.

Pasal 25
(1) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Tender tanpa negosiasi mengacu pada tahapan proses
pemilihan yang diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia.
(2) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode
pemilihan Tender dengan negosiasi mengacu pada
tahapan proses pemilihan yang diatur dalam Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Melalui Penyedia, dengan ketentuan bahwa sebelum
penetapan pemenang, Kelompok Kerja Pemilihan
melakukan negosiasi harga terhadap penyedia yang
memenuhi persyaratan.

jdih.lkpp.go.id
- 25 -

(3) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode


402
pemilihan Tender tanpa negosiasi atau dengan negosiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tidak
diperlukan penerbitan Surat Penetapan Penyedia
Barang/Jasa.
(4) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Tender tanpa negosiasi atau dengan negosiasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
ditambahkan tahapan:
a) setelah masa sanggah untuk barang/jasa lainya
atau sanggah banding untuk pekerjaan konstruksi,
berupa penyampaian hasil pemilihan Penyedia
kepada Kepala UKPBJ untuk dilakukan reviu; dan
b) setelah penandatanganan kontrak katalog, berupa
pencantuman barang/jasa ke dalam Katalog
Elektronik Sektoral.
(5) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
melalui Negosiasi sebagai berikut:
a. pengumuman;
b. pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan;
c. pemasukan Dokumen Penawaran;
d. evaluasi Kualifikasi dan administrasi;
e. pembuktian Kualifikasi;
f. pembuatan Berita Acara Hasil Evaluasi
Kualifikasi, Evaluasi Administrasi dan Pembuktian
Kualifikasi;
g. evaluasi dan klarifikasi teknis serta harga;
h. negosiasi Teknis dan Harga;
i. pembuatan Berita Acara Hasil Evaluasi dan
Klarifikasi Teknis serta Negosiasi Teknis dan Harga;
j. pembuatan Berita Acara Hasil Pemilihan Penyedia;
k. penetapan Penyedia;
l. penyampaian hasil pemilihan Penyedia kepada
Kepala UKPBJ untuk dilakukan reviu;

jdih.lkpp.go.id
- 26 -

m. penyampaian hasil reviu dari Kepala UKPBJ kepada


403
Sekretaris Jenderal/Sekretaris Kementerian/
Sekretaris Utama;
n. penandatanganan Kontrak Katalog; dan
o. pencantuman barang/jasa ke dalam Katalog
Elektronik Sektoral.

Bagian Keempat
Kontrak Katalog Sektoral

Pasal 26
Berdasarkan hasil pemilihan, Menteri/Pimpinan Lembaga
menandatangani Kontrak Katalog dengan ketentuan:
a. hasil reviu oleh Kepala UKPBJ menyatakan bahwa
pemilihan telah memenuhi prosedur dan layak
diteruskan dengan penandatanganan Kontrak Katalog;
b. hasil reviu sebagaimana dimaksud dalam huruf a telah
disampaikan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Kementerian/Sekretaris Utama kepada Menteri/
Pimpinan Lembaga;
c. dalam hal hasil reviu menyatakan proses pemilihan tidak
memenuhi prosedur pemilihan sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 25 maka:
1) Kepala UKPBJ menyampaikan kepada Sekretaris
Jenderal/Sekretaris Kementerian/Sekretaris Utama;
dan
2) Kepala UKPBJ memerintahkan kepada Kelompok
Kerja Pemilihan untuk melakukan pemilihan ulang,
evaluasi ulang, pemasukan penawaran ulang, atau
pembatalan pemilihan.

jdih.lkpp.go.id
- 27 -

Bagian Kelima
404
Penayangan Katalog Elektronik Sektoral

Pasal 27
(1) Berdasarkan Kontrak Katalog yang telah ditandatangani
oleh Menteri dengan Penyedia maka Kepala UKPBJ
menayangkan daftar barang/jasa beserta spesifikasi
teknis, harga, dan jumlah ketersediaan barang/jasa pada
Katalog Elektronik Sektoral melalui aplikasi yang
dikembangkan oleh LKPP pada https://e-
katalog.lkpp.go.id.
(2) Penayangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pemasukan daftar, merek, jenis, spesifikasi
teknis, harga dan jumlah ketersediaan tertentu
secara manual ke dalam aplikasi Katalog Elektronik;
b. penarikan/agregasi daftar, merek, jenis,
spesifikasi teknis, harga dan jumlah ketersediaan
tertentu ke dalam aplikasi Katalog Elektronik; atau
c. pelekatan aplikasi Penyedia ke dalam aplikasi
Katalog Elektronik.

BAB VI
KATALOG ELEKTRONIK LOKAL

Bagian Kesatu
Kriteria Barang/Jasa Katalog Elektronik Lokal

Pasal 28
Kriteria barang/jasa Katalog Elektronik Lokal meliputi:
a. barang/jasa dibutuhkan oleh Perangkat Daerah;
b. barang/jasa standar atau dapat distandarkan; dan
c. kebutuhan barang/jasa bersifat berulang.

jdih.lkpp.go.id
- 28 -

Bagian Kedua
405
Kajian dan Evaluasi Usulan Pencantuman Barang/Jasa

Pasal 29
(1) Pencantuman barang/jasa untuk Katalog Elektronik
dapat diproses berdasarkan hasil kajian yang dilakukan
oleh Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah dan/atau
berdasarkan hasil evaluasi usulan dari Kepala
Organisasi Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah.
(2) Usulan dari Kepala Organisasi Perangkat Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada
Kepala Daerah Cq. Sekretaris Daerah dengan dilengkapi :
a. jenis;
b. perkiraan waktu penggunaan;
c. referensi harga atau HPS;
d. informasi produksi (dalam negeri dan/atau luar
negeri); dan
e. persyaratan Penyedia.
(3) Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah melakukan
evaluasi terhadap kelayakan usulan barang/jasa sesuai
dengan kriteria barang/jasa Katalog Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.
(4) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) menyatakan barang/jasa memenuhi kriteria,
Sekretaris Daerah memerintahkan Kepala UKPBJ untuk
menetapkan Kelompok Kerja Pemilihan.
(5) Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) menyatakan barang/jasa tidak memenuhi
kriteria, Sekretaris Daerah mengirimkan surat
pemberitahuan kepada pihak pengusul.

jdih.lkpp.go.id
- 29 -

Bagian Ketiga
406
Pemilihan Penyedia

Pasal 30
(1) Pemilihan Penyedia dilakukan oleh Kelompok Kerja
Pemilihan dengan metode:
a. tender; atau
b. negosiasi.
(2) Metode pemilihan Penyedia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan cara negosiasi atau tanpa
negosiasi.
(3) Selain metode pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) untuk metode Negosiasi dapat
dilakukan dengan prakualifikasi tanpa negosiasi
(Competitive Catalogue), dengan ketentuan:
a. penawaran harga dasar yang disampaikan oleh
Penyedia melalui aplikasi Competitive Catalogue
yang dikembangkan oleh LKPP merupakan harga
penawaran yang merupakan nilai harga diantara
harga batas atas dan batas bawah;
b. harga batas atas dan batas bawah sebagaimana
dimaksud dalam huruf a ditetapkan oleh Kepala
Daerah; dan
c. data penawaran harga sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b terekam dalam database
Competitive Catalogue dan tidak terbuka.
(4) Metode pemilihan Penyedia Tender dengan negosiasi
digunakan untuk mendapatkan lebih dari 1 (satu)
pemenang untuk menjamin pemenuhan kebutuhan
barang/jasa.
(5) Metode pemilihan Penyedia Negosiasi digunakan untuk
barang/jasa yang memiliki kriteria terdiri atas:
a. kebutuhan barang/jasa melebihi kemampuan dari 1
(satu) Penyedia;

jdih.lkpp.go.id
- 30 -

b. spesifikasi teknis dan kualitas barang/jasa beragam;


407
c. barang/jasa yang harganya sudah dipublikasi
melalui media cetak dan elektronik;
d. penyedia tunggal; dan/atau
e. barang/jasa selain yang dimaksud dalam huruf
a sampai huruf d, berdasarkan penilaian Kelompok
Kerja Pemilihan bahwa pelaksanaan pemilihan akan
lebih efektif/efisien/mudah apabila menggunakan
metode Negosiasi.

Pasal 31
Metode pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ditentukan oleh Kelompok Kerja Pemilihan dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip dan etika pengadaan.

Pasal 32
(1) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Tender tanpa negosiasi mengacu pada tahapan proses
pemilihan yang diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia.
(2) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Tender dengan negosiasi mengacu pada tahapan
proses pemilihan yang diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui
Penyedia, dengan ketentuan sebelum penetapan
pemenang Kelompok Kerja Pemilihan melakukan
negosiasi harga terhadap penyedia yang memenuhi
persyaratan.
(3) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Tender tanpa atau dengan negosiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tidak diperlukan
penerbitan Surat Penetapan Penyedia Barang/Jasa.

jdih.lkpp.go.id
- 31 -

(4) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan


408
Tender tanpa atau dengan negosiasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditambahkan
tahapan:
a) setelah masa sanggah untuk barang/jasa lainya
atau sanggah banding untuk pekerjaan konstruksi,
berupa penyampaian hasil pemilihan Penyedia
kepada Kepala UKPBJ untuk dilakukan reviu; dan
b) setelah penandatanganan kontrak katalog, berupa
pencantuman barang/jasa ke dalam Katalog
Elektronik Lokal.
(5) Tahapan pemilihan Penyedia dengan metode pemilihan
Negosiasi adalah sebagai berikut:
a. pengumuman;
b. pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan;
c. pemasukan Dokumen Penawaran;
d. evaluasi Kualifikasi dan administrasi;
e. pembuktian Kualifikasi;
f. pembuatan Berita Acara Hasil Evaluasi
Kualifikasi, Evaluasi Administrasi dan Pembuktian
Kualifikasi;
g. evaluasi dan klarifikasi teknis serta harga;
h. negosiasi Teknis dan Harga;
i. pembuatan Berita Acara Hasil Evaluasi dan
Klarifikasi teknis serta Negosiasi Teknis dan Harga;
j. pembuatan Berita Acara Hasil Pemilihan Penyedia;
k. penetapan Penyedia;
l. penyampaian hasil pemilihan Penyedia kepada
Kepala UKPBJ untuk dilakukan reviu;
m. penyampaian hasil reviu dari Kepala UKPBJ kepada
Sekretaris Daerah;
n. penandatanganan Kontrak Katalog; dan
o. pencantuman barang/jasa ke dalam Katalog
Elektronik Lokal.

jdih.lkpp.go.id
- 32 -

(6) Tahapan pemilihan penyedia dengan Negosiasi melalui


409
metode prakualifikasi (Competitive Catalogue)
sebagaimana dimaksud Pasal 30 ayat (3) sebagai berikut:
a. pengumuman;
b. pendaftaran dan Pengambilan Dokumen pemilihan;
c. persetujuan disclaimer;
d. pemasukan Dokumen Kualifikasi;
e. pemasukan dokumen penawaran teknis, tenaga ahli,
tenaga terampil, alat utama dan bahan konstruksi;
f. pemasukan harga tenaga ahli, tenaga terampil, alat
utama dan bahan konstruksi dalam batas koridor
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah;
g. evaluasi Dokumen Kualifikasi dan data teknis
tenaga ahli, tenaga terampil, alat utama dan bahan
konstruksi;
h. pembuktian Kualifikasi dan penawaran teknis,
tenaga ahli, tenaga terampil, alat utama dan bahan
konstruksi;
i. Kepala UKPBJ menolak/memberikan persetujuan
data tenaga ahli, tenaga terampil dan/atau alat
utama;
j. pembuatan Berita Acara Hasil Evaluasi
Kualifikasi dan Teknis serta Pembuktian Kualifikasi
dan teknis;
k. penyampaian Berita Acara Hasil Evaluasi
Kualifikasi dan Penawaran Teknis kepada Sekretaris
Daerah;
l. penetapan Penyedia;
m. penandatanganan/persetujuan Kontrak Competitive
Catalogue secara online; dan
n. pencantuman Penyedia Jasa ke dalam Katalog
Elektronik;

jdih.lkpp.go.id
- 33 -

Bagian Keempat
410
Kontrak Katalog Daerah

Pasal 33
Berdasarkan hasil pemilihan, Kepala Daerah
menandatangani Kontrak Katalog dengan ketentuan:
a. hasil reviu oleh Kepala UKPBJ menyatakan bahwa
pemilihan telah memenuhi prosedur dan layak
diteruskan dengan penandatanganan Kontrak Katalog;
b. hasil reviu sebagaimana dimaksud dalam huruf a diatas
telah disampaikan oleh Sekretaris Daerah kepada Kepala
Daerah;
c. dalam hal hasil reviu menyatakan proses pemilihan tidak
memenuhi prosedur pemilihan sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 32 maka:
1) Kepala UKPBJ menyampaikan kepada Sekretaris
Daerah; dan
2) Kepala UKPBJ memerintahkan kepada Kelompok
Kerja Pemilihan untuk melakukan pemilihan ulang,
evaluasi ulang, pemasukan penawaran ulang, atau
pembatalan pemilihan;
d. Khusus kontrak Competitive Catalogue, Kontrak Katalog
berupa standar kontrak yang berisi Syarat-Syarat Umum
Kontrak (SSUK) yang harus disetujui dan dipenuhi oleh
Penyedia.

jdih.lkpp.go.id
- 34 -

Bagian Kelima
411
Penayangan Katalog Elektronik Lokal

Pasal 34
(1) Berdasarkan Kontrak Katalog yang telah ditandatangani
oleh Kepala Daerah dengan Penyedia maka Kepala
UKPBJ/Kepala Unit yang menangani Pengadaan
menayangkan daftar barang/jasa beserta spesifikasi
teknis, harga, dan jumlah ketersediaan barang/jasa pada
Katalog Elektronik Lokal melalui aplikasi yang
dikembangkan oleh LKPP pada
https://e-katalog.lkpp.go.id.
(2) Penayangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pemasukan daftar, merek, jenis, spesifikasi
teknis, harga dan jumlah ketersediaan tertentu
secara manual ke dalam aplikasi Katalog Elektronik;
b. penarikan/agregasi daftar, merek, jenis,
spesifikasi teknis, harga dan jumlah ketersediaan
tertentu ke dalam aplikasi Katalog Elektronik;
c. pelekatan aplikasi Penyedia ke dalam aplikasi
Katalog Elektronik; atau
d. penayangan data penyedia barang/jasa untuk
Competitive Catalogue direkam dalam database
sistem Competitive Catalogue.

BAB VII
PERUBAHAN KONTRAK KATALOG

Pasal 35
(1) Usulan perubahan Kontrak Katalog diajukan oleh para
pihak yang menandatangani Kontrak Katalog.
(2) Pihak lain dapat mengusulkan perubahan Kontrak
Katalog melalui para pihak yang menandatangani
Kontrak Katalog.

jdih.lkpp.go.id
- 35 -

(3) Perubahan Kontrak Katalog dilakukan sesuai dengan


412
kesepakatan para pihak yang menandatangani Kontrak
Katalog meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a) masa berlaku Kontrak Katalog;
b) perubahan harga;
c) penggantian barang/jasa discontinued; dan/atau
d) perubahan yang bersifat administrasi, seperti:
pindah alamat kantor, pergantian pengurus,
pergantian korespondensi;
(4) Khusus untuk Competitive Catalogue, selain mengacu
pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2) dan ayat (3), terkait perubahan menyangkut
penambahan, pengurangan, atau penggantian
alat/tenaga ahli/tenaga terampil atau harga
satuan dasar, harus mengacu pada keputusan Kepala
Daerah/Pejabat yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

BAB VIII
SANKSI

Pasal 36
(1) Perbuatan atau tindakan peserta pemilihan yang
dikenakan sanksi dalam proses katalog berupa :
a. menyampaikan dokumen atau keterangan
palsu/tidak benar untuk memenuhi persyaratan
yang ditentukan dalam Dokumen Pemilihan;
b. terindikasi melakukan persekongkolan dengan
peserta lain untuk mengatur harga penawaran;
c. terindikasi melakukan Korupsi, Kolusi, Nepotisme
(KKN) dalam pemilihan Penyedia;
d. mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat
diterima Pokja Pemilihan/Agen Pengadaan; atau
e. mengundurkan diri atau tidak menandatangani
kontrak katalog.

jdih.lkpp.go.id
- 36 -

(2) Perbuatan atau tindakan Penyedia yang dikenakan


413
sanksi dalam proses E-purchasing berupa tidak
memenuhi kewajiban dalam kontrak pada katalog
elektronik atau surat pesanan.
(3) Perbuatan atau tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dikenakan:
a. sanksi digugurkan dalam pemilihan;
b. sanksi Daftar Hitam;
c. sanksi penghentian sementara dalam sistem
transaksi E-purchasing; dan/atau
d. sanksi penurunan pencantuman Penyedia dari
katalog elektronik.
(4) Pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud
pada:
a. ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c dikenakan
sanksi digugurkan dalam pemilihan dan Sanksi
Daftar Hitam selama 2 (dua) tahun;
b. ayat (1) huruf d dan huruf e dikenakan Sanksi
Daftar Hitam selama 1 (satu) tahun;
c. ayat (2) atas pelanggaran surat pesanan dikenakan
sanksi penghentian sementara dalam sistem
transaksi E-purchasing selama 6 (enam) bulan; atau
d. ayat (2) atas pelanggaran kontrak pada katalog
elektronik dikenakan sanksi penurunan
pencantuman Penyedia dari katalog elektronik
selama 1 (satu) tahun.
(5) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan oleh Kementerian/ Lembaga/ Perangkat
Daerah atas usulan Pokja Pemilihan/Pejabat
Pengadaan/Agen Pengadaan dan/atau PPK.

jdih.lkpp.go.id
- 37 -

BAB IX
414
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 37
(1) Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kontrak
Katalog.
(2) Tata cara monitoring dan evaluasi pelaksanaan Kontrak
Katalog ditetapkan dengan Keputusan Deputi Bidang
Monitoring-Evaluasi dan Pengembangan Sistem
Informasi LKPP.

Pasal 38
(1) LKPP melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan sistem Katalog Elektronik dan
penyelenggaraan sistem E-Purchasing.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi melakukan pengawasan, pengendalian,
dan evaluasi terhadap:
a. kinerja Penyedia;
b. pelaksanaan proses pemilihan Penyedia dalam
rangka Katalog Elektronik;
c. pelaksanaan kontrak Katalog;
d. kewajaran harga yang tercantum di dalam
Katalog Elektronik, termasuk pemeriksaan terhadap
harga jual barang/jasa di dalam Katalog Elektronik
dengan harga jual barang/jasa yang ditawarkan oleh
Penyedia kepada pembeli non pemerintah; dan
e. pelaksanaan transaksi E-Purchasing.
(3) Hasil monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan oleh LKPP sebagai
bahan analisa dalam memperbaiki dan/atau
mengembangkan sistem Katalog Elektronik dan/atau
sistem E-Purchasing.

jdih.lkpp.go.id
- 38 -

BAB X
415
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 39
(1) Katalog Elektronik Nasional sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (2), dapat digunakan oleh Badan
Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD)/Badan Layanan Umum (BLU)/Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD)/Perguruan Tinggi Negeri Badan
Hukum (PTN-BH) setelah mendapat persetujuan dari
Kepala LKPP.
(2) Katalog Elektronik Sektoral sebagaimana dimaksud
dalam pasal 4 ayat (3), dapat digunakan oleh
Kementerian/Lembaga lain, Perangkat Daerah, BUMN/
BUMD/BLU/BLUD/PTN-BH setelah mendapat
persetujuan dari Menteri/Pimpinan Lembaga pengelola
Katalog Elektronik Sektoral yang bersangkutan.
(3) Katalog Elektronik Lokal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 ayat (4), dapat digunakan oleh Pemerintah
Daerah lain, Kementerian/Lembaga, BUMN/BUMD/
BLU/BLUD/PTN-BH setelah mendapat persetujuan dari
Kepala Daerah pengelola Katalog Elektronik Lokal yang
bersangkutan.
(4) Dalam hal belum terbentuk UKPBJ, Menteri/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah dapat menunjuk pejabat yang
diberikan kewenangan untuk melaksanakan tugas dan
kewenangan Kepala UKPBJ sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11.
(5) LKPP dapat melakukan intergrasi data SIKaP, sistem
E-Purchasing, dan/atau E-Tendering untuk optimalisasi
Katalog Elektronik.

jdih.lkpp.go.id
- 39 -

BAB XI
416
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40
(1) Barang/Jasa yang telah diusulkan oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah kepada LKPP
untuk dicantumkan pada Katalog Elektronik sebelum
berlakunya Peraturan Lembaga ini maka tetap
dilanjutkan prosesnya dengan berpedoman pada
Peraturan Kepala LKPP Nomor 6 Tahun 2016 tentang
Katalog Elektroik dan E-Purchasing.
(2) Proses pemilihan yang masih berlangsung pada saat
Peraturan Lembaga ini diberlakukan tetap dilanjutkan
prosesnya dengan berpedoman pada Peraturan Kepala
LKPP Nomor 6 Tahun 2016 tentang Katalog Elektroik
dan E-Purchasing.
(3) Kontrak Katalog yang ditandatangani sebelum
berlakunya Peraturan Lembaga ini, tetap berlaku sampai
dengan berakhirnya masa berlaku Kontrak Katalog.
(4) Khusus untuk penyedia online shop yang kontrak katalog
masih berlaku, akan dipisahkan/dikeluarkan dari
Katalog Elektronik setelah perangkat pendukung
dinyatakan sudah tersedia.
(5) Dengan mempertimbangkan pemberian kesempatan yang
sama dan meningkatkan persaingan yang sehat diantara
penyedia online shop, LKPP dapat melakukan proses
pemilihan penyedia online shop sebelum pemisahan
penyedia online shop dari Katalog Elektronik.

jdih.lkpp.go.id
- 40 -

BAB XII
417
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41
Pada saat Peraturan Lembaga ini mulai berlaku, Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Katalog Elektronik
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
1652) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2
Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 6
Tahun 2016 tentang Pengelolaan Katalog Elektronik (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 753),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 42
Peraturan Lembaga ini berlaku pada tanggal diundangkan.

jdih.lkpp.go.id
418

jdih.lkpp.go.id
419
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN
LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
NOMOR 12 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA YANG DIKECUALIKAN
PADA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 61 ayat (3) dan


Pasal 91 ayat (1) huruf q Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, perlu
menetapkan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Pengadaan
Barang/Jasa yang dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;

Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang


Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 314);

jdih.lkpp.go.id
-2-

2. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang


420
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 33);
3. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1372);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG PEDOMAN
PENGADAAN BARANG/JASA YANG DIKECUALIKAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Lembaga ini yang dimaksud dengan:
1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa oleh Kementerian/
Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang prosesnya
sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah
terima hasil pekerjaan.
2. Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah Pengadaan
Barang/Jasa yang ketentuannya dikecualikan baik
sebagian atau seluruhnya dari ketentuan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

jdih.lkpp.go.id
-3-

3. Badan Layanan Umum yang selanjutnya disingkat BLU


421
adalah Badan Layanan Umum di lingkungan Pemerintah
Pusat atau Badan Layanan Umum di lingkungan
Pemerintah Daerah.
4. Pengadaan Barang/Jasa pada BLU adalah kegiatan
pengadaan barang/jasa oleh BLU.
5. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan
tarif barang/jasa yang dipublikasikan secara luas kepada
masyarakat adalah pengadaan barang/jasa yang telah
memiliki harga satuan barang/jasa, pungutan, atau bea
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
6. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai
dengan praktik bisnis yang sudah mapan adalah
pengadaan barang/jasa yang pelaksanaan praktik
transaksinya berlaku secara umum dan terbuka sesuai
dengan kondisi pasar yang telah memiliki mekanisme
transaksi tersendiri.
7. Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan lainnya adalah
Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan
tersendiri dalam peraturan perundang-undangan.
8. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA
adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan
anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Perangkat
Daerah.
9. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang selanjutnya
disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa
dari PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan
tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
10. Kuasa Pengguna Anggaran pada pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang selanjutnya
disingkat KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran
dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
Perangkat Daerah.

jdih.lkpp.go.id
-4-

11. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat


422
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA
untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja negara/anggaran belanja daerah.
12. Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya disebut Pokja
Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan
oleh pimpinan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
(UKPBJ) untuk mengelola pemilihan Penyedia.
13. Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan
Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan/atau
E-purchasing.
14. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut Penyedia adalah Pelaku Usaha yang menyediakan
barang/jasa berdasarkan kontrak.
15. Peserta Pemilihan adalah Pelaku Usaha yang mengikuti
proses pemilihan Penyedia.
16. Personel Lain adalah pejabat fungsional/pejabat
administrasi/personel yang ditugaskan untuk
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.

Pasal 2
(1) Peraturan Lembaga ini merupakan pedoman bagi
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang
Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
(2) Pedoman Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan
pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Lembaga ini.

jdih.lkpp.go.id
-5-

Pasal 3
423
Ruang lingkup pemberlakuan Peraturan Lembaga ini meliputi:
a. Pengadaan Barang/Jasa pada BLU;
b. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan
tarif barang/jasa yang dipublikasikan secara luas kepada
masyarakat;
c. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai
dengan praktik bisnis yang sudah mapan; dan/atau
d. Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya.

BAB II
PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA

Pasal 4
(1) Pelaku Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa yang
Dikecualikan pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
meliputi:
a. PA/KPA;
b. PPK;
c. Pejabat Pengadaan;
d. Pokja Pemilihan;
e. Penyedia; dan
f. pihak lainnya.
(2) Pihak lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
f meliputi:
a. komite/tim teknis/panitia lainnya yang dibentuk
berdasarkan peraturan perundangan-undangan
yang mengatur Pengadaan Barang/Jasa yang
dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf d;
b. Menteri atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan
peraturan perundangan-undangan yang mengatur
Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d;

jdih.lkpp.go.id
-6-

c. pejabat umum;
424
d. sanggar/Kelompok Seni Budaya;
e. Pelaku Usaha yang menyediakan jurnal ilmiah
daring; atau
f. bentuk lain sesuai dengan kebutuhan.

BAB III
PENGADAAN BARANG/JASA PADA BLU

Pasal 5
(1) Pengadaan Barang/Jasa pada BLU diatur tersendiri
dengan peraturan pimpinan BLU.
(2) Pengaturan Pengadaan Barang/Jasa dalam peraturan
pimpinan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan,
persiapan pemilihan, pelaksanaan pemilihan, dan
pelaksanaan kontrak.
(3) BLU mengumumkan rencana Pengadaan Barang/Jasa
kedalam aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum
Pengadaan (SIRUP).
(4) BLU menyampaikan data Kontrak dalam aplikasi SPSE.
(5) Dalam hal BLU belum menetapkan peraturan pimpinan
BLU, pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa pada BLU
berpedoman pada peraturan perundang-undangan
dibidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

BAB IV
PENGADAAN BARANG/JASA YANG DILAKSANAKAN
BERDASARKAN TARIF BARANG/JASA YANG
DIPUBLIKASIKAN SECARA LUAS KEPADA MASYARAKAT

Pasal 6
(1) Pada tahapan perencanaan pengadaan, PA/KPA
menyusun perkiraan biaya/RAB berdasarkan perkiraan
jumlah kebutuhan dan tarif barang/jasa.

jdih.lkpp.go.id
-7-

(2) Pada tahapan persiapan pengadaan, PPK menetapkan


425
mekanisme pembayaran melalui pembayaran secara
berlangganan/periodik atau pembayaran keseluruhan
atas pembelian barang/jasa.
(3) Tahapan persiapan dan pelaksanaan pemilihan tidak
perlukan.
(4) Tata cara pelaksanaan Kontrak dan pembayaran
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Penyedia.

BAB V
PENGADAAN BARANG/JASA YANG DILAKSANAKAN
BERDASARKAN PRAKTIK BISNIS YANG SUDAH MAPAN

Pasal 7
(1) Pemilihan Penyedia dilaksanakan melalui kompetisi,
nonkompetisi, atau mengikuti lelang.
(2) Pada tahapan persiapan pengadaan, PPK dapat
menetapkan HPS untuk pemilihan Penyedia yang
dilakukan melalui kompetisi.
(3) Pokja Pemilihan melakukan persiapan dan pelaksanaan
pemilihan untuk:
a. pemilihan penyedia yang dilaksanakan melalui
kompetisi;
b. pemilihan penyedia yang dilaksanakan melalui
nonkompetisi dengan nilai pagu anggaran paling
sedikit diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah); atau
c. pemilihan penyedia yang dilaksanakan melalui
mengikuti lelang dengan nilai pagu anggaran paling
sedikit diatas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
(4) Pejabat Pengadaan melakukan persiapan pemilihan dan
pelaksanaan pemilihan melalui nonkompetisi dan melalui
mengikuti lelang dengan nilai pagu anggaran paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
(5) Tata cara pelaksanaan Kontrak dan pembayaran
dilakukan sesuai dengan mekanisme pasar.

jdih.lkpp.go.id
-8-

BAB VI
426
PENGADAAN BARANG/JASA YANG DIATUR DENGAN
KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
LAINNYA

Pasal 8
Perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan dan pemilihan
Penyedia dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.

BAB VII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 9
Ketentuan mengenai Perencanaan Pengadaan, Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa melalui Penyedia, Swakelola, Daftar
Hitam, Pelaku Pengadaan, Agen Pengadaan, dan Katalog
Elektronik sebagaimana diatur dalam Peraturan Lembaga
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tetap
berlaku sepanjang tidak diatur lain dalam Peraturan Lembaga
ini.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10
Peraturan Lembaga ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

jdih.lkpp.go.id
427

jdih.lkpp.go.id
-1-

LAMPIRAN I
PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN
428
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH
NOMOR 12 TAHUN 2018
TENTANG
PEDOMAN PENGADAAN BARANG/
JASA YANG DIKECUALIKAN PADA
PENGADAAN BARANG/JASA
PEMERINTAH

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka pelaksanaan Pasal 61 Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah perlu
disusun Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah tentang Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan dari
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.

Maksud disusunnya Peraturan Lembaga ini sebagai pedoman bagi


Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah dalam rangka pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan dari Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Tujuan disusunnya Peraturan Lembaga ini untuk mewujudkan
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan yang
mudah dengan tata kelola yang jelas dan memberikan value for
money.

Pedoman ini memuat pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang


dikecualikan mulai dari tahap perencanaan pengadaan, persiapan
pengadaan, persiapan pemilihan, pelaksanaan pemilihan, sampai
dengan pelaksanaan kontrak, serta pelaku pengadaan dan
penggunaan SPSE.

jdih.lkpp.go.id
-2-

1.2 Pengertian Pengecualian


Pengadaan Barang/Jasa yang Dikecualikan pada Pengadaan
429
Barang/Jasa Pemerintah adalah Pengadaan Barang/Jasa yang
ketentuannya dikecualikan baik sebagian atau seluruhnya dari
ketentuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan pada Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah meliputi:
a. Pengadaan Barang/Jasa pada BLU;
b. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif
barang/jasa yang dipublikasikan secara luas kepada
masyarakat;
c. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan
praktik bisnis yang sudah mapan; dan/atau
d. Pengadaan Barang/Jasa yang diatur dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya.

1.3 Pelaku Pengadaan


Pelaku pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan
pada Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi:
a. PA/KPA;
b. PPK;
c. Pejabat Pengadaan;
d. Pokja Pemilihan;
e. Penyedia; dan
f. Pihak lainnya, meliputi:
1) Komite/Tim Teknis/panitia lainnya yang dibentuk
berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang
mengatur Pengadaan Barang/Jasa yang dikecualikan.
Contoh dari Komite/Tim Teknis/panitia lainnya yang
dibentuk berdasarkan peraturan perundangan-undangan
diantaranya:
a) Komite Kebijakan Industri Pertahanan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Industri Pertahanan.

jdih.lkpp.go.id
-3-

b) Tim Pengadaan berdasarkan Peraturan Presiden


Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pembaruan
430 Sistem
Administrasi Perpajakan.
c) Komite Percepatan Proyek Infrastruktur Prioritas
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun
2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Prioritas.
2) Menteri atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan peraturan
perundangan-undangan yang mengatur Pengadaan
Barang/Jasa yang dikecualikan. Contoh dari ketentuan ini
diantaranya:
a) Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk untuk
pengadaan paspor biasa berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
b) Menteri Keuangan untuk pengadaan pita cukai dan
tanda pelunasan cukai lainnya berdasarkan Undang-
Undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai.
3) Pejabat Umum diantaranya Notaris, Pejabat Pembuat Akta
Tanah;
4) Sanggar/Kelompok Seni Budaya;
5) Pelaku Usaha yang menyediakan jurnal ilmiah daring; atau
6) Bentuk lain sesuai kebutuhan.

2. PENGADAAN BARANG/JASA PADA BLU


Pengadaan barang/Jasa di BLU dilaksanakan berdasarkan peraturan
pimpinan BLU.

3. PENGADAAN BARANG/JASA YANG DILAKSANAKAN BERDASARKAN


TARIF BARANG/JASA YANG DIPUBLIKASIKAN SECARA LUAS KEPADA
MASYARAKAT
3.1 Umum
Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif
barang/jasa yang dipublikasikan secara luas kepada masyarakat
merupakan Pengadaan Barang/Jasa yang telah memiliki harga
satuan barang/jasa, pungutan, atau bea yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

jdih.lkpp.go.id
-4-

Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan tarif


barang/jasa yang dipublikasikan secara luas kepada masyarakat
431
meliputi namun tidak terbatas pada:
a. Listrik;
b. Telepon/komunikasi;
c. Air bersih;
d. Bahan Bakar Gas; atau
e. Bahan Bakar Minyak.

3.2 Tahapan Pengadaan


Pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan berdasarkan tarif yang
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat dilaksanakan
sekurang-kurangnya melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahapan Perencanaan
Secara umum, perencanaan pengadaan dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah tentang Pedoman Perencanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Pada tahap perencanaan pengadaan, PA/KPA menyusun
perkiraan biaya/RAB berdasarkan perkiraan volume dan tarif
barang/jasa. Perkiraan volume diidentifikasi berdasarkan
realisasi volume pada tahun-tahun sebelumnya dan
proyeksi/perkiraan peningkatan kebutuhan pada tahun
selanjutnya.
b. Tahapan Persiapan Pengadaan
Pada tahapan persiapan pengadaan, PPK tidak menyusun HPS
dan spesifikasi. PPK menetapkan mekanisme pembayaran
melalui pembayaran secara berlangganan/periodik atau
pembayaran secara total penggunaan.
Dalam hal mekanisme pembayaran melalui pembayaran secara
berlangganan/periodik, PPK tidak perlu menyusun rancangan
kontrak. Dalam hal mekanisme pembayaran secara total
penggunaan, PPK dapat menyusun rancangan kontrak.
Penetapan mekanisme pembayaran dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan dengan memperhatikan pagu anggaran.

jdih.lkpp.go.id
-5-

c. Tahapan Pelaksanaan Kontrak


Serah terima pekerjaan dan pembayaran dalam pelaksanaan
432
kontrak dilakukan sesuai dengan mekanisme pasar/yang
ditetapkan penyedia.
Bentuk kontrak dapat berupa bukti pembayaran/SPK/Surat
Perjanjian.
Pembayaran pelaksanaan kontrak sesuai dengan mekanisme
pembayaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. PENGADAAN BARANG/JASA YANG DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN


PRAKTIK BISNIS YANG SUDAH MAPAN
4.1 Umum
Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai dengan praktik
bisnis yang sudah mapan merupakan Pengadaan Barang/Jasa yang
pelaksanaan praktik transaksinya berlaku secara umum dan terbuka
sesuai dengan kondisi pasar yang telah memiliki mekanisme
transaksi tersendiri. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan
sesuai dengan praktik bisnis yang sudah mapan, meliputi:
a. Pelaksanaan transaksi dan usahanya telah berlaku secara
umum dalam persaingan usaha yang sehat, terbuka dan
pemerintah telah menetapkan standar biaya untuk harga
satuan barang/jasa tersebut;
b. Jumlah permintaan atas barang/jasa lebih besar daripada
jumlah penawaran (excess demand) dan/atau memiliki
mekanisme pasar tersendiri sehingga pihak pembeli yang
menyampaikan penawaran kepada pihak penjual;
c. Jasa profesi tertentu yang standar remunerasi/imbalan jasa/
honorarium, layanan keahlian, praktik pemasaran, dan kode
etik telah ditetapkan oleh perkumpulan profesinya; dan/atau
d. Barang/jasa yang merupakan karya seni dan budaya dan/atau
industri kreatif.

jdih.lkpp.go.id
-6-

4.2 Tahapan Pengadaan


Tahapan Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan sesuai
433 dengan
praktik bisnis yang sudah mapan terdiri atas tahapan perencanaan,
persiapan pengadaan, persiapan dan pelaksanaan pemilihan
Penyedia, dan pelaksanaan kontrak.
a. Pengadaan Barang/Jasa yang pelaksanaan transaksi dan
usahanya telah berlaku secara umum dalam persaingan usaha
yang sehat, terbuka dan Pemerintah telah menetapkan standar
biaya untuk harga barang/jasa tersebut.
Pengadaan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Tahapan Perencanaan
Perencanaan pengadaan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang
Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
2) Tahapan Persiapan Pengadaan
Pada tahapan persiapan pengadaan:
a) PPK menyusun perkiraan biaya/RAB dengan
memperhatikan standar biaya barang/jasa yang telah
ditetapkan pemerintah;
b) PPK menyusun spesifikasi/kriteria teknis; dan
c) Dalam hal dibutuhkan, PPK dapat menyusun
rancangan kontrak.
Perkiraan biaya/RAB, spesifikasi/kriteria teknis, dan
rancangan kontrak (bila ada) selanjutnya disampaikan
kepada Pejabat Pengadaan/UKPBJ.
3) Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
a) Pemilihan penyedia dilakukan melalui nonkompetisi.
b) Pemilihan penyedia melalui nonkompetisi dilakukan
melalui negosiasi atau pemesanan.
c) Pejabat Pengadaan/Personel Lain melakukan
persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia yang
dilaksanakan melalui nonkompetisi dengan nilai pagu
anggaran paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).

jdih.lkpp.go.id
-7-

434
d) Pokja Pemilihan melakukan persiapan dan
pelaksanaan pemilihan Penyedia yang dilaksanakan
melalui nonkompetisi dengan nilai pagu anggaran
paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
e) Persiapan dan Pelaksanaan Pemilihan penyedia
melalui nonkompetisi dilakukan sekurang-kurangnya
melalui tahap sebagai berikut:
(1) Berdasarkan spesifikasi teknis/kriteria teknis dan
anggaran biaya, Pejabat Pengadaan/Personel
Lain/Pokja Pemilihan mengidentifikasi Pelaku
Usaha yang dianggap mampu.
(2) Pejabat Pengadaan/Personel Lain/Pokja
Pemilihan dapat melakukan pemesanan kepada
Pelaku Usaha yang dianggap mampu, atau
mengundang 1 (satu) Pelaku Usaha yang
dianggap mampu untuk menyampaikan
penawaran.
(3) Pejabat Pengadaan/Personel Lain/Pokja
Pemilihan dapat melakukan negosiasi teknis dan
harga kepada Pelaku Usaha yang dianggap
mampu.
4) Tahapan Pelaksanaan Kontrak
a) Serah terima pekerjaan dan pembayaran dalam
pelaksanaan kontrak dilakukan sesuai dengan
mekanisme pasar/yang ditetapkan penyedia. Bentuk
kontrak dapat berupa bukti pembayaran/SPK/Surat
Perjanjian.
b) Pelaksanaan kontrak dilakukan dengan:
(1) pembelian/pembayaran langsung kepada
Penyedia berdasarkan perhitungan nilai transaksi
dan jumlah/volume barang/jasa yang digunakan;
atau
(2) pembayaran kepada Penyedia berdasarkan
SPK/Surat Perjanjian.

jdih.lkpp.go.id
-8-

b. Jumlah permintaan atas barang/jasa lebih besar 435


daripada
jumlah penawaran (excess demand) dan/atau memiliki
mekanisme pasar tersendiri sehingga pihak pembeli yang
menyampaikan penawaran kepada pihak penjual.
Pengadaan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Tahapan Perencanaan
Perencanaan pengadaan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang
Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
2) Tahapan Persiapan Pengadaan
Pada tahapan persiapan pengadaan:
a) PPK menyusun RAB dengan memperhatikan pagu
anggaran;
b) PPK dapat menyusun rancangan kontrak;
c) PPK dan Tim teknis menyusun spesifikasi/kriteria
teknis; dan
d) PPK dan Tim teknis menyusun perkiraan harga pasar
barang/jasa.
Perkiraan biaya, spesifikasi/kriteria teknis, serta rancangan
kontrak (bila ada) selanjutnya disampaikan kepada Pejabat
Pengadaan/UKPBJ.
3) Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
a) Pelaksanaan pemilihan penyedia dilaksanakan dengan
mengikuti lelang di mana Pejabat Pengadaan/Pokja
Pemilihan menyampaikan penawaran kepada
Penyedia.
b) Dalam melakukan persiapan dan pelaksanaan
pemilihan, Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan
dibantu oleh Tim Teknis.
c) Pejabat Pengadaan melaksanakan pemilihan penyedia
untuk Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai pagu
anggaran paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).

jdih.lkpp.go.id
-9-

d) Pokja Pemilihan melaksanakan pemilihan 436


penyedia
untuk Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai pagu
anggaran paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
e) Tim Teknis menilai kelayakan teknis/spesifikasi dan
perkiraan harga pasar barang/jasa.
f) Persiapan dan Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
dengan mengikuti lelang dilakukan sekurang-
kurangnya melalui tahap sebagai berikut:
(1) Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan dan Tim
Teknis mengidentifikasi barang/jasa yang sesuai
dengan spesifikasi/kriteria teknis.
(2) Tim teknis memeriksa kesesuaian teknis dan
melakukan penilaian harga atas barang/jasa.
(3) Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan
menyampaikan penawaran.
g) Mekanisme Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
mekanisme lelang yang ditetapkan oleh Penyedia.
4) Tahapan Pelaksanaan Kontrak
Pelaksanaan kontrak dapat dilaksanakan dengan:
a) pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedia
berdasarkan hasil klarifikasi dan negosiasi;
b) pembayaran kepada Penyedia berdasarkan SPK/Surat
Perjanjian berdasarkan hasil klarifikasi dan negosiasi;
atau
c) Pembayaran secara daring dengan menggunakan
kartu kredit.

jdih.lkpp.go.id
- 10 -

c. Pengadaan Jasa profesi tertentu yang standar


remunerasi/imbalan jasa/honorarium, layanan keahlian,
437
praktik pemasaran, dan kode etik telah ditetapkan oleh
perkumpulan profesinya.
Pengadaan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Tahapan Perencanaan
a) Perencanaan pengadaan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
b) Penyusunan perkiraan biaya/RAB dengan
memperhatikan standar remunerasi yang diterbitkan
oleh Asosiasi Jasa Profesi.
2) Tahapan Persiapan Pengadaan
Pada tahapan persiapan pengadaan:
a) PPK menyusun perkiraan biaya/RAB dengan
memperhatikan Pagu Anggaran dan standar
remunerasi yang diterbitkan oleh Asosiasi Jasa Profesi;
b) PPK menyusun KAK pekerjaan; dan
c) PPK menyusun rancangan kontrak.
Perkiraan biaya, KAK Pekerjaan, dan rancangan kontrak
selanjutnya disampaikan kepada Pejabat
Pengadaan/UKPBJ.
3) Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
a) Pelaksanaan pemilihan penyedia dilakukan melalui
kompetisi dan nonkompetisi.
b) Pemilihan penyedia melalui kompetisi dilaksanakan
untuk Pengadaan Barang/Jasa dengan nilai pagu
anggaran paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah).
c) Pemilihan penyedia untuk Pengadaan Barang/Jasa
dengan nilai pagu anggaran paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dapat
dilaksanakan melalui nonkompetisi dalam hal
portfolio/reputasi/hak ekslusif yang disediakan/

jdih.lkpp.go.id
- 11 -

dimiliki jasa profesi yang dibutuhkan hanya dapat


disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha. 438
d) Pemilihan penyedia melalui nonkompetisi
dilaksanakan untuk Pengadaan Barang/Jasa dengan
nilai pagu anggaran paling banyak Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).
e) Pelaksanaan pemilihan dilakukan oleh Pejabat
Pengadaan/Pokja Pemilihan dan Tim Teknis.
f) Pokja Pemilihan melakukan persiapan dan
pelaksanaan pemilihan Penyedia untuk:
(1) Pemilihan penyedia yang dilaksanakan melalui
Kompetisi; atau
(2) Pemilihan penyedia yang dilaksanakan melalui
Nonkompetisi dengan nilai pagu anggaran paling
sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
g) Pejabat Pengadaan melaksanakan pemilihan Penyedia
untuk Pengadaan Barang/Jasa nonkompetisi dengan
nilai pagu anggaran paling banyak Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).
h) Tim Teknis membantu Pejabat Pengadaan/Pokja
Pemilihan dalam menyusun kriteria teknis dan
perkiraan harga pasar barang/jasa.
i) Persiapan dan pelaksanaan pemilihan melalui
kompetisi dilakukan sekurang-kurangnya melalui
tahapan sebagai berikut:
(1) Pokja Pemilihan dan Tim Teknis melaksanakan
survei pasar ketersediaan jasa profesi sesuai
kriteria yang ditetapkan;
(2) Pokja Pemilihan mengumumkan pengadaan jasa
profesi dan dapat mengundang Peserta untuk
menyampaikan proposal;
(3) Pokja Pemilihan dibantu Tim Teknis melakukan
evaluasi proposal berbasis kualitas;
(4) Pokja Pemilihan dapat mengundang Peserta
untuk menyampaikan paparan/wawancara;

jdih.lkpp.go.id
- 12 -

(5) Pokja Pemilihan dan Tim Teknis melakukan


penilaian atas proposal dan439 hasil
paparan/wawancara;
(6) Peserta dengan nilai tertinggi ditetapkan sebagai
Peserta terpilih; dan
(7) Pokja Pemilihan dapat melakukan negosiasi
teknis dan harga kepada Peserta terpilih.
j) Persiapan dan Pemilihan penyedia melalui
nonkompetisi dilakukan sekurang-kurangnya melalui
tahap sebagai berikut:
(1) Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan dan Tim
Teknis mengidentifikasi pelaku usaha yang
dianggap mampu;
(2) Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan mengundang
1 (satu) pelaku usaha yang dianggap mampu
untuk menyampaikan proposal;
(3) Pejabat Pengadaan/Pokja Pemilihan dapat
mengundang Peserta untuk menyampaikan
paparan/wawancara;
(4) Tim Teknis melakukan penilaian atas proposal
dan hasil wawancara;
(5) Tim Teknis menyampaikan hasil penilaian
proposal kepada Pejabat Pengadaan/Pokja
Pemilihan; dan
(6) Dalam hal hasil penilaian proposal memenuhi
kriteria teknis, Pejabat Pengadaan/Pokja
Pemilihan melakukan negosiasi harga.
4) Tahapan Pelaksanaan Kontrak
Pembayaran kepada Penyedia berdasarkan SPK/Surat
Perjanjian.

jdih.lkpp.go.id
- 13 -

d. Pengadaan Barang/Jasa yang merupakan karya seni dan


budaya dan/atau industri kreatif. 440
Pengadaan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
1) Tahapan Perencanaan
Perencanaan pengadaan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang
Pedoman Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa