Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa globalisasi menuntut adanya perkembangan dan perubahan di segala
bidang salah satu diantaranya adalah bidang kesehatan. Dengan berbagai inovasi
yang dilakukan di bidang kesehatan, perubahan bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka terjadi peningkatan usia harapan hidup warga Indonesia dan ini
memberikan dampak tersendiri dalam upaya peningkatan derajat/status kesehatan
penduduk.
Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh seluruh
komponen bangsa yang bertujuan meningkatkan, kesdaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tinggiya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program, sektor dan upaya-upaya
lain. Pembangunan kesehatan tersebut tercermin dalam program indonesia sehat
yang menjadi salah satu program prioritas dari agenda kelima nawacita
pemerintahan. Adapun rencana pencapainnya telah tercantum dalam rencana
strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui
keputusan menteri kesehatan nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 (Sakti, Kemenkes
RI 2017).
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya
transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat
perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial
budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan
pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa
kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku
yang secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan.
Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005-
2025 atau “Indonesia Sehat 2025” disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang
diharapkan dalam Indonesia Sehat 2025 adalah perilaku yang bersifat proaktif
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan; mencegah risiko terjadinya
penyakit; melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah kesehatan lainnya;
sadar hukum; serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat,
termasuk menyelenggarakan masyarakat sehat dan aman (safe community).
Salah satu misi dari kalurahan pleret adalah Smart People (meningkatkan
sumber daya manusia, masyarakat cerdas dan religious) dan PADES (Peningkatan
Pendapatan Asli Desa dibidang Ekonomi Kreatif, Pertanian, Peternakan,
Perikanan, Budaya dan Pariwisata). serta kalurahan pleret juga memiliki
masterplan dimana pada taun 2023 nanti ingin menjadikan lereng Gunung
Sentono sebagai objek wisata. Dalam rangka turut serta mendukung misi tersebut
tentang meningkatkan sumber daya manusia dibidang kesehatan, maka
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes Surya Global

1
Yogyakarta sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung
jawab dalam rangka mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan yang
berkualitas dimasa depan melalui praktik keperawatan komunitas, yang
dilaksanakan di Dusun Gunung Kelir Pleret Bantul dengan melakukan pengkajian
dan observasi.
Hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok 1 didapatkan
bahwasanya di Dusun Gunung Kelir terdapat tempat wisata Gunung Sentono
yang terletak di Lereng Gunung Sentoso. Menurut kalurahan Pleret Lereng
Gunung Sentono tersebut direncanakan akan dijadikan tempat wisata umum pada
tahun 2023. Namun, Gunung sentono memiliki karakteristik tanah yang licin dan
becek ketika hujan, belum terdapat handrell di sekitar tangga.
Dengan adanya hasil pengkajian ini Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta Angkatan XXVIII kelompok 1
pada Stase KKG (Komunitas, Keluarga, Gerontik) ini merancang program kerja
yang akan dilakukan selama berada di Dusun Gunung Kelir dengan salah satu
kegiatannya adalah melakukan Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD) dimana program ini diharapkan bisa mendukung rencana pengembangan
tempat wisata Gunung Sentoso yang berlandaskan pada Kegawatdaruratan
Pariwisata. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengecekan Kesehatan dan
Pendidikan Kesehatan. Program – program tersebut diharapkan agar masyarakat
sadar dan paham akan pentingnya Kesehatan dan agar dapat meningkatkan
kualitas Kesehatan dan sumber daya masyarakat di kehidupan sehari-hari.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Dusun Gunung Kelir
Pleret Bantul Yogyakarta melalui proses asuhan keperawatan.
2. Tujuan khusus
Menyelesaikan praktek lapangan keperawatan komunitas, mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan komunitas di Dusun Gunung Kelir Pleret
Yogyakarta bersama warga, meliputi :
a. Mengembangkan kapasitas SDM dan Meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Mengidentifikasi adanya masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
c. Membangun kesadaran warga akan perilaku hidup bersih dan sehat.

C. Waktu
Praktik keperawatan komunitas ditempatkan di Dusun Gunung Kelir Pleret Bantul
Yogyakarta yang dimulai pada tanggal 26 Desember 2022 sampai dengan tanggal
14 Januari 2023.

D. Manfaat
1. Untuk warga masyarakat Dusun Gunung kelir
a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam
2
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesain masalah kesehatan
yang dialami masyarakat.
c. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatan di lingkungan sekitar
tempat tinggal mereka dan mempunyai upaya peningkatan status
kesehatan tersebut.
2. Untuk pemerintahan Kalurahan Pleret
a. Pemerintah mampu mengenal, mengerti dan menyadari masalah
kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang
dialami di Kalurahan Pleret.
b. Pemerintah mengetahui gambaran status kesehatan di lingkungan sekitar
Kalurahan Pleret dan mempunyai upaya peningkatan status kesehatan
tersebut.
3. Untuk Puskesmas Pleret
a. Dapat mengenal, mengerti dan menyadari masalah kesehatan dan
mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang dialami di
Kalurahan Pleret.
b. Dapat mengetahui gambaran status kesehatan di lingkungan sekitar
Kalurahan Pleret dan mempunyai upaya peningkatan status kesehatan
tersebut.
c. Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di
Kalurahan Pleret, terkhusus untuk perawat Komunitas.
4. Untuk mahasiswa STIKes Surya Global
a. Mampu mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat Dusun Gunung Kelir.
b. Mampu belajar menjadi roll model atau contoh professional dalam
menerapkan asuhan keperawatan komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan komunitas, kemandirian dan
hubungan interpersonal.
5. Untuk Institusi Pendidikan STIKes Surya Global Yogyakarta
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Pendidikan Profesi
Ners STIKes Surya Global Yogyakarta khususnya dibidang keperawatan
komunitas.
b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model atau
contoh praktik keperawatan komunitas selanjutnya.

E. Sasaran
Praktik Keperawatan Komunitas ditempatkan di Dusun Gunug Kelir Pleret Bantul
Yogyakarta dengan sasaran seluruh warga masyarakat Gunung Kelir.

F. Strategi Pelaksanaan
3
Dalam pelaksaan asuhan keperawatan komunitas ini menggunakan metode
Winshield Survey adapun metodenya sebagai berikut :
1. Wawancara
Untuk mendapatkan informasi ataupun data tahap wawancara melibatkan :
a. Masyarakat
b. Tokoh masyarakat
c. Kader
2. Observasi
Dengan cara pengamatan langsung di Dusun Gunung Kelir yang meliputi :
a. Norma
b. Nilai
c. Keyakinan
d. Struktur kekuatan
e. Proses penyelesaian masalah
f. Dinamika kelompok masyarakat
g. Pola komunikasi
h. Situasi atau kondisi lingkungan wilayah
3. Studi dokumen
Dilakukan untuk mendukung data yang sudah didapat seperti melihat kartu
keluarga disetiap kepala keluarga.
4. Format pengkajian keperawatan komunitas
Format yang digunakan yaitu format pengkajian keperawatan komunitas yang
diberikan dari kampus STIKes Surya Global Yogyakarta. Dimana pengkajian
yang dilakukan sebanyak 70 KK di Dusun Gunung Kelir.

G. Kegiatan yang Dilakukan


Waktu pelaksanaan praktek keperawatan komunitas dilaksanakan selama 3
minggu, yaitu dari tanggal 26 Desember 2022 sampai dengan tanggal 14 Januari
2023 dengan jadwal sebagai berikut :
1. Minggu pertama penyerahan dan orientasi tempat pengkajian, MMD I,
survey dan pengkajian (selama 3 hari), penyusunan penanggulangan masalah.
2. Minggu kedua pelaksanaan MMD II dan implementasi (pelaksanaan program).
3. Minggu ketiga pelaksanaan MMD III, evaluasi implementasi, presentasi
laporan, dan penarikan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keperawatan Komunitas


Komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang ditentukan oleh batas- batas
wilayah, nilai-nilai, keyakinan dan minat yang sama serta ada rasa saling
mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya
(WHO dalam Harnilawati, 2015). Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal
dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan di bawah pemerintahan
yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal dan kelompok
sosial yang mempunyai interest yang sama (Riya dalam Harnilawati, 2015).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk dalam Harnilawati, 2015).
Keperawatan komunitas merupakan suatu upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan lainnya danmasyarakat
untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat lebih
tinggi. Keperawatan komunitas yaitu pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
yang penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan (Pradley dalam Harnilawati, 2015).
Keperawatan komunitas menurut ANA dalam Wijayaningsih (2014), adalah
suatu sintesa dari praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan
kesehatan komunitas bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang
diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan
masyarakat. Adapun dalam hadis HR. Al-Bukhari: 6412, at-Tirmidzi: 2304, Ibnu
Majah: 4170 yang menjelaskan tentang kesehatan yang artinya: “Dua kenikmatan
yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu
luang.
Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse
health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu
masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri serta memecahkan
masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka
sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain (WHO dalam Harnilawati,
2015). Kesatuan yang unik dari praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat
yang ditujukan pada pengembangan serta peningkatan kemampuan kesehatan,
baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,
5
kelompok khusus atau masyarakat (Ruth B. Freeman dalam Harnilawati, 2015).

B. Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri atas empat komponen pokok,
yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins dalam Wijayaningsih, 2016). Sebagai sasaran praktek
keperawatan, klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
1. Individu sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup
kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan dan kurangnya kemauan menuju
kemandirian pasien/klien.
2. Keluarga sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun bersama- sama di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan
manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan
keluarga merupakan salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan di dalam
kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan di dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota
kluarga tersebut.
3. Masyarakat sebagai Klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antara warga, diatur oleh
adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas
yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan
komunitas didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi
dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada
kreatifitas, konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum, ada empat
faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan
fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim dan perumahan. Contoh di suatu
daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang dibawanya
sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling berkaitan
6
dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat
kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan komunitas dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial
yang diberikan oleh perawat kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dengan meggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan dalam
bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif
yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sehat maupun
sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan dalam paradigma
keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana lingkungan dapat
mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan disini meliputi
lingkungan fisik, psikologi, sosial, budaya dan lingkungan spiritual.

C. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction) terhadap
individu, keluarga dan kelompok di dalam konteks komunitas serta perhatian
langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan mempertimbangkan masalah
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat (Jaji, 2014).
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan kelompok masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi
masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut
dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok risiko tinggi
yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di
puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal

7
D. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga dan kelompok yang berisiko tinggi seperti keluarga penduduk
di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau, termasuk
kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut Anderson dalam Wijayaningsih
(2016), sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1. Tingkat Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil dan lain-
lain) yang dijumpai di poli klinik, puskesmas dengan sasaran dan pusat
perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan
mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungn yang
sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga
dengan ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong
oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu dengan penyakit kronis yang
tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit krons
tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (Hb < 8 gr%) ataupun
kurang energi kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil risiko tinggi
seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita BGM,
keluarga dengan neonatus BBLR, keluarga dengan usia lanjut, jompo atau
keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan.
d. Tingkat Komunitas
1) Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
2) Pembinaan kelompok khusus.
3) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

E. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan upaya pelayanan kesehatan baik upaya
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif maupun resosialitatif. Menurut Nurhayati
(2014), upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan
kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan

8
kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekrreasi dan pendidikan seks. Upaya
preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan
rumah, pemberian vitamin A, iodium ataupun pemeriksaan dan pemeliharaan
kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit di rumah, perawatan
orang sakit sebagai tindak lanjut dari puskesmas atau rumah sakit, perawatan ibu
hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada ataupun perawatan tali
pusat bayi baru lahir. Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang
dirawat di rumah atau kelompok- kelompok yang menderita penyakit tertentu
seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada
penderita kusta, patah tulang dan lain sebagainya, kegiatan fisioterapi pada
penderita stroke, batuk efektif pada penderita TB dan lain-lain. Upaya
resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang
karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti penderita AIDS, kusta dan
wanita tuna susila.

F. Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)


Menurut Wijayaningsih (2016), banyak peranan yang dapat dilakukan oleh
perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah:
1. Sebagai Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan autonominya.
Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien. Memberikan pendidikan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah,
puskesmas dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan
perilaku sehat sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses
membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau
masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang, di dalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
2. Sebagai Advokat
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara untuk
dirinya. Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan.
9
3. Sebagai Manajemen Kasus (Case Manager)
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta
meningkatkan kualitas hidup klien. Perawat kesehatan masyarakat diharapkan
dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan
masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
4. Sebagai Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
5. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat mejadi pautan bagi setiap
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan peran yang
diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan rohani dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Sebagai Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi
serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari
praktik keperawatan.
7. Pembawa Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan
pemeliharan kesehatan.
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau
pada sistem. Marriner Torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah
yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien
untuk berubah, menunjukkan alternatif, menggali kemungkinan hasil dari
alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina
dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini.

G. Konsep Model Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor
lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, sosial dan kultural serta spiritual
terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas terhadap strategi
pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya mencapai
tujuan.
10
Adapun model-model keperawatan komunitas adalah sebagai berikut
(Makhfudli, 2009):
1. Model Sistem Imogene M. King (1971)
Fokus sentral kerangka kerja King adalah manusia karena manusia bersifat
dinamis yang memiliki persepsi terhadap objek, orang dan kejadian-kejadian
yang mempengaruhi manusia dalam berperilaku, interaksi social dan
kesehatan. Kerangka kerja konseptual King mencakup 3 sistem interaksi
dengan masing-masing system memiliki keunikan dalam konsep dan
karakteristik kelompok. Sistem ini terdiri dari system personal, interpersonal
dan social. Asumsi yang mendasar pada keperawatan adalah proses melibatkan
caring untuk manusia dengan kesehatan merupakan tujuan utama.

Gambar 2. 1 Model Imogene M. King

2. Model Adaptasi C. Roy (1976)


Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya
adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku
maladaptif pada komunitas. Adapun upaya pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan
perilaku adaptif.

Gambar 2. 2 Model Adaptasi C. Roy

3. Model “Self Care” D. E. Orem (1971)


Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan akhir
11
dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam melakukan
upaya kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah, merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
kesehatan dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara cepat. (Orem
dalam Wijayaningsih, 2013).
a. Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya. Menurut
Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai
dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai keadaan
sehat sakit
b. Sasaran
1) Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri secara terapeutik.
2) Menolong klien bergerak ke arah tindakan asuhan mandiri.
3) Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan.
c. Fokus Asuhan Keperawatan
1) Aspek interpersonal: hubungan di dalam keluarga.
2) Aspek sosial: hubungan keluarga dengan masyarakat yang berada disekitarnya.
3) Aspek prosedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga
mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.
4) Aspek teknis: mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang mampu
dilakukan keluarga di rumah misalnya: mengompres dengan bak dan
benar.

Gambar 2. 3 Model Self Care D. E. Orem

4. Model “Health Care System” Betty Neuman


Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu model health care
system. Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan
aktivitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan penurunan stres dengan
cara memperkuat garis pertahannan diri baik yang bersifat fleksibel, normal
maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak &
12
Chayatin, 2009 dalam Makhfudli, 2009).
Menurut Betty Neuman, tujuan dari asuhan keperawatan adalah
tercapainya keseimbangan sistem klien. Adapun klien sendiri adalah sistem
terbuka (baik individu, keluarga, kelompok dan komunitas) yang terdiri dari
struktur dasar atau faktor kehidupan. Peran perawat menurut Newman adalah
mengidentifikasi stressor yang meliputi stressor interpersonal dan
ekstrapersonal dan membantu klien untuk berespon terhadap stresor. Kesulitan
yang biasanya dialami bersumber dari stresor intersonal, intrapersonal dan
ekstrapersonal yang ada di lingkungan internal maupun eksternal. Evaluasi dari
Betty Newma adalah pergeseran dari status kesehatan ketingkat kesehatan yang
diharapkan dan
adanya kestabilan sistem klien (Akhmadi, 2014).
Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari
paradigma keperawatan yang terkait keperawatan komunitas adalah sebagai
berikut:
a) Manusia
Manusia merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan
dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel fisiologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
b) Lingkungan
Lingkungan meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien
c) Sehat
Sehat merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.
d) Keperawatan
Sehat menurut model Newman adalah suatu keseimbangan bio- psiko-sosio-
kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu fleksibel, normal
dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan
tersebut dengan berfokus pada empat intervensi yaitu intervensi yang
bersifat promosi dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis
pertahanan normal yang terganggu, sedangkan intervensi yang bersifat kurasi
atau rehabilitasi dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada garis pertahanan
yang mengalami gangguan seperti:
1) Intervensi bersifat promosiuntuk gangguan pada garis pertahanan
fleksibel berupa pendidikan kesehatan, mendemonstrasikan ketrampilan
keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien di rumah atau komunitas
yang bertujuan meningkatkan kesehatan. Intervensi bersifat kurasi untuk
gangguan pada garis pertahanan normal.
2) Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada garis
pertahanan resisten.

13
Gambar 2. 4 Model Betty Neuman’s

Untuk mempertahankan sistem klien dalam keadaan stabil melalui pengkajian


yang aktual, potensial stressor dilanjutkan dengan melakukan tindakan yang tepat
seperti:
1) Prevensi primer: memperkuat garis pertahanan dengan menekan faktor risiko
& cegah stres.
2) Prevensi sekunder: dimulai setelah timbul tanda dan gejala, untuk
memperkuat garis pertahanan normal melalui tujuan dan intervensi sesuai.
3) Prevensi tersier: dilakukan setelah terapi, memobilisasi klien untuk cegah
penyulit lebih lanjut
Aplikasi model Neuman pada komunitas yaitu sesuai dengan teori Neuman,
kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Sehat menurut Nueman diklasifikasikan dalam delapan tahapan (Nurhayati,
2014), yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan sosial.
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan
baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya dll).

14
3) Social ill, yaitu secara psikologis dan media baik, tetapi kurang mampu secara
sosial, baik ekonomi maupun interaksi sosial dengan masyarakat.
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan.
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur.
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal daripada menyerah
karena mempertahankan agama/ kepercayaan.
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan sosial sakit, tetapi mempunyai
harapan baik.
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psiklogis,medis dan sosial.

5. Philosophy of Caring dari Jean Watson


Akhmadi (2014), menjelaskan tujuan asuhan keperawatan menurut Watson
adalah memperlakukan klien melalui penggunaan 10 faktor karatif dan
berlandaskan pada aspek spiritual transpersonal-interpersonal. yaitu :
a. Formasi sistem nilai humanistik dan altruistik.
b. Adanya pengharapan dan keyakinan.
c. Pengembangan kepekaan diri dan orang lain.
d. Pengembangan hubungan kepercayaan dan saling membantu.
e. Peningkatan dan penerimaan ekspresi perasaan positif maupun negatif.
f. Penggunaan metode pemecahan masalah ilmiah secara sistematik dalam
mengambil keputusan.
g. Peningkatan proses belajar mengajar secara internasional.
h. Penyediaan lingkungan yang kondusif.
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
j. Penghargaan terhadap eksistensial fenomenologis.

Setiap klien memiliki pikiran dan emosi yang mencerminkan keadaan jiwa
pada saat itu dan dapat berubah sesuai dengan rentang waktu. Peran perawat
adalah memberikan bimbingan pada klien dengan mengajarkan klien tentang
perubahan personal untuk meningkatkan kesehatan, memberi dukungan
situasional, mengajari pemecahan masalah serta mengeditentifikasi koping dan
adaptasi klien.
Fokus dari tindakan adalah adanya masalah interpersonal- transpersonal
yang dialami oleh klien. Intervensi yang diberikan adalah dengan memberikan
respon bahwa klien sebagai individu yang unik, mempersiapkan perasaannya dan
mampu mengenali keunikan orang lain. Di samping itu juga dapat memberikan
bantuan yang membuat klien mencapai dan mempertahankan kesehatan atau
meninggal secara tenang. Evaluasinya adalah kemampuan klien untuk membina
hubungan interpersonal-transpersonal yang harmonis, dinamik dan positif
(Akhmadi, 2014).

H. Asuhan Keperawatan Komunitas


Praktik keperawatan komunitas didasarkan atas sintesa dari praktek
kesehatan komunitas, bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan

15
masyarakat dengan menekankan pada peningkatan peran serta masyarakat dalam
melakukan upaya-upaya pencegahan, peningkatan dan mempertahankan
kesehatan. Dalam konteks ini, keperawatan komunitas merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dimana sifat asuhan yang diberikan
adalah umum dan menyeluruh, lebih banyak tidak langsung dan diberikan secara
terus-menerus melalui kerja sama (Nurhayati, 2014).
Pendekatan yang digunakan dalam asuhan keperawatan komunitas adalah
pendekatan keluarga binaan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang
digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan,
teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah
(Wijayaningsih, 2016).

I. Proses Keperawatan Komunitas


Setelah klien (individu, keluarga dan masyarakat) kontak dengan pelayanan
kesehatan (di rumah atau di puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan
dengan cara menggunakan proses keperawatan. Sesuai dengan teori Betty
Neuman dalam Wijayaningsih (2016), kelompok atau komunitas dilihat sebagai
klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas yang merupakan klien
dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima
tahapan yaitu:
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data yang bertujuan
mengidentifikasi data yang penting mengenai klien, yang perlu dikaji pada
kelompok atau komunitas adalah:
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri dari
umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan
serta riwayat timbulnya atau kelompok komunitas.
b. Subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) yaitu:
1) Perumahan: rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi
dan kepadatan.
2) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan.
3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: apakah tidak
menimbulkan stres.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
6) Sistem komunikasi: sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio, koran atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7) Ekonomi: tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah
16
sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), di bawah UMR atau di
atas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang diberikan dapat
terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis makanan sesuai
status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi: apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk mengurangi stres.
9) Status Kesehatan Komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari bostatistik dan vital
statistik, antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR
serta cakupan imunisasi.
2. Diagnosa Keperawatan Komunitas atau Kelompok dan Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka
kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stresor yang
mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada
masyarakat tersebut. Berdasarkan hal di atas dapat disusun diagnosa
keperawatan komunitas dimana terdiri dari masalah kesehatan, karakteristik
populasi dan karakteristik lingkungan (Wijayaningsih, 2016).
Contoh: risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas
di Dusun Trayeman RT 03 Pleret Bantul berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh.
Masalah kesehatan yang ditemukan masyarakat disampaikan pelaksanaan
lokakarya mini atau istilah lainnya musyawarah masyarakat desa (RW). Data
dapat disajikan dengan menggunakan grafik, tabel atau melalui sosio darma.
3. Perencanaan Intervensi
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa
yang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan
adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan
tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan, maka ada dua faktor
yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut
yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana dan
tenaga yang tersedia. Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan
cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama
dengan masyarakat.
b. Tahap Pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukkan kelompok kerja kesehatan untuk
menemukan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok
kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk
oleh masyarakat secara bergotong royong untuk menolong diri mereka
17
sendiri dalam mengenal dan memecahkan dan masalah atau kebutuhan
kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat
berperan serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahnya.
c. Tahap Pendidikan dan Latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat.
2) Melakukan pengkajian.
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa keperawatan.
4) Melatih kader.
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga atau masyarakat.
d. Tahap Formasi Kepemimpinan
e. Tahap Koordinasi Intersektoral
f. Tahap Akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya,
perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi.
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik.
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda kekurangan gizi.
4) Bekerjasama dengan aparat desa setempat untuk mengamankan lingkungan.
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.
g. Pelaksanaan Implementasi
1) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
2) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
3) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus memfasilitasi
terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan
yang sifatnya yaitu:
Pada kegiatan praktek keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan yaitu:
a. Pencegahan primer, yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan secara umum serta perlindungan
khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan
bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder, yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk
menghambat proses penyakit, contoh: mengkaji keterbelakangan tumbuh
kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan,
seperti: mata, gigi, telinga dan lain-lain.
c. Pencegahan tersier, yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu
pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga,
contoh: membantu keluarga yang mempunyai anak dengan risiko gangguan
18
kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke posyandu.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana berikutnya. Fokus dari evaluasi asuhan keperawatan komunitas adalah:
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan.
b. Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran
staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya, bagaimanakah pencarian sumber dan penggunaannya serta
keuntungan program.
d. Efektifitas kerja, apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat
puas terhadap tindakan yang dilaksanakan. Dampak, apakah status kesehatan
meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6
bulan atau 1 tahun.

J. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas


1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang
secara langsung maupun tidak langsung diduga ikut mempengaruhi tingkat
kehidupan maupun kesehatan dari organisme tersebut. Kesehatan lingkungan
dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia
(Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia).
Menurut WHO (2015), lingkungan merupakan suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia. Kesehatan lingkungan pada hakekatnya
adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga
mempengaruhi dampak positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimal pula (Efendi, 1998). Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan,
Pemerintah menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan
program nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi.
Program nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada
Agustus 2015. Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi
terpadu dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas (Wawan, 2014) sebagai berikut:
a. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
b. Mencuci tangan pakai sabun.
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman.
19
d. Mengelola sampah dengan benar.
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Menurut WHO (2015), terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu


sebagai berikut:
1) Penyediaan air minum.
2) Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran.
3) Pembuangan sampah padat.
4) Pengendalian vector.
5) Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia.
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu.
7) Pengendalian pencemaran udara.
8) Pengendalian radiasi.
9) Kesehatan kerja.
10) Pengendalian kebisingan.
11) Perumahan dan pemukiman.
12) Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara.
13) Perencanaan daerah dan perkotaan.
14) Pencegahan kecelakaan.
15) Rekreasi umum dan pariwisata.
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah),
bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, terdapat
delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
1) Penyehatan air dan udara.
2) Pengamanan limbah padat atau sampah.
3) Pengamanan limbah cair.
4) Pengamanan limbah gas.
5) Pengamanan radiasi.
6) Pengamanan kebisingan.
7) Pengamanan vektor penyakit.
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana.

2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2014). Perilaku kesehatan pada
dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus
atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif
(pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata
20
atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiridari 4 unsur
pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan (Wawan, 2014).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua
kategori (Wawan, 2014) yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar.
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar.
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja
atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2014).

21
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


DUSUN GUNUNG KELIR PLERET BANTUL

Mahasiswa Keperawatan Program Studi Pendidikan Profesi Ners STIKes


Surya Global Yogyakarta Angkatan XXVIII Kelompok I dalam praktek
komunitas di Dusun Gunung Kelir, Pleret, Bantul yang berlangsung pada tanggal
26 Desember 2022 sampai 28 Januari 2023. Pengkajian dilakukan pada tanggal 26
– 30 Desember 2022 dengan menggunakan random sampling 10 RT yang diambil
menjadi 70 KK yang terdiri dari 201 orang yang ada didusun Gunung Kelir.
Pengkajian dilakukan dengan cara observasi dan keliling ke rumah warga, serta
pengkajian dengan wawacara kepada warga Gunung Kelir tentang pelayanan
kesehatan yang digunakan warga dusun Gunung Kelir, penangan pertama yang
dilakukan dalam menangani masalah kesehatan dasar menggunakan metode
pengkajian Winshield Survey dan Kuisioner Survey Mawas Diri (SMD).

A. Pengakajian Komunitas Inti Core, 8 Sub Sistem dan Persepsi dengan Metode
Winshild Survey
No Variabel Hasil Observasi Sumber
Data/
Metode
INTICORE
1 Sejarah berdirinya Gunung kelir dinamakan Web
Dusun Gunung demikian karena terdapatnya
Kelir Pleret tembok pagar makam yang pleret,
gambar wayang dengan cara wawancara, dan
digurat atau ditatah. Gambar- survei lapangan
gambar wayang yang berjajar-
jajar di sepanjang permukaan
tembok pagar inilah yang
dianggap sebagai atau seperti
kelir wayang dalam pementasan
wayang kulit. Berawal dari
situlah bukit ini kemudian
dinamakan gunung kelir. Pada
dinding dalam dan luar tembok
dihiasi dengan relief wayang
kulit, yang di ambil adegan
cerita tertentu.

22
2 Demografi a. Geografis Web pleret,
a. Geografis Luas wilayah dusun Gunung wawancara, dan
(wilayah, Kelir yaitu sekitar 712.892 m2, survei lapangan
luas, jumlah, terdiri dari 10 RT, batas
batas wilayah, wilayah : batas wilayah barat
iklim) kadaton, batas wilayah utara
b. Demografi treyeman sampai kuburan, batas
Jumlah wilayah timur sampai sungai,
warga Dusun batas wilayah selatan sungai
Gunung dan dusun tungiran. Iklim di
Kelir dusun Gunung kelir yaitu tropis
yang terdiri dari musim
kemarau dan musim hujan.
b. Demografis
Dusun gunung kelir memiliki
10 RT dengan jumlah penduduk
700 warga. Hasil pengkajian
yang telah kami lakukan di 10
RT dengan mengambil sampel
70KK terbagi menjadi:
- Balita : 19 orang (9,5%)
- Anak – anak : 21 orang
(10,4%)
- Remaja awal : 13 orang
(6,5%)
- Remaja akhir : 23 orang
(11,4%)
- Dewasa awal : 39 orang
( 19,4%)
- Dewasa akhir : 27 orang
(13,4%)
- Lansia awal : 18 orang
(9,0%)
- Lansia akhir : 29 orang
(14,4%)
- Manula : 12 orang (6,0%)

3 Etnisitas Warga Gunung Kelir sebagian Observasi dan


besar bersuku jawa, cara wawancara
berpakaian sudah modern,
namun beberapa lansia masih
menggunakan baju kemben
23
jawa. Bahasa yang digunakan
Sebagian besar lansia adalah
jawa halus, tetapi ada juga
warga ataupun
remaja yang berbahasa
Indonesia.

4 Nilai, Keyakinan, Seluruh warga dusun gunung Observasi dan


dan tempat Ibadah kelir beragama islam, dengan wawancara
kegiatan pengajian ibu - ibu
rutin setiap hari jum’at siang,
untuk bapak – bapak dilakukan
tiap 2 minggu sekali dimalam
jum’at dan kegiatan ibu- ibu
PKK setiap hari minggu. Ada
juga TPA anak – anak yang
terbagi
menjadi putra di hari selasa
dan sabtu setelah maghrib dan
putri di hari senin, selasa, kamis
di sore hari setelah ashar.
5 Statistik Vital a. Angka kematian dalam 1 Observasi dan
a. Angka bulan terakhir yaitu wawancara
kematian sebanyak 2 orang di di
dalam 1 bulan dusun Gunung Kelir
terakhir b. Warga gunung kelir dalam
b. Angka 3 bulan terakhir rata – rata
kesakitan sakit batuk pilek. Ketika
dalam 3 bulan sakit warga mecoba
terakhir mengobati secara
tradisional seperti
meminum minuman jeruk
atau jahe hangat, kerokan,
dan mengoleskan campuran
bawang merah, minyak
telon ke daerah badan.

SUB - SISTEM

24
1 Lingkungan Fisik - Rata-rata rumah didusun Observasi dan
Dusun Gunung gunung kelir sudah wawancara
Kelir permanen dan sudah
menjadi kepemilikan
pribadi
- Untuk bangunan
perumahan di dusun
gunung kelir kurang tertata
dengan rapi dikarenakan
banyak rumah yang
berdekatan dan hampir
tidak memiliki pekarangan
- Secara keseluruhan untuk
kebersihan di dusun gunung
kelir cukup bersih tetapi
ada beberapa rumah masih
terlihat kurang menjaga
kebersihan..
- Akses jalan yang ada di
dusun gunung kelir
sebagian aspal dan
Sebagian lagi semen yang
sudah rusak dan berlubang.
- Pada lereng gunung
sentono akan dijadikan
tempat rekreasi yang masih
dikembangkan dan
direncanakan oleh
kalurahan.
- Gunung sentono memiliki
karakteristik tanah yang
licin dan becek ketika
hujan, belum terdapat
handrell di sekitar
tangga.
2 Pendidikan Mayoritas warga dusun Observasi dan
Gunung Kelir Pendidikan tamat wawancara
SD dan dilanjut dengan tamat
SMA/SMK.
3 Komunikasi - Media Komunikasi yang Observasi dan
sering dijumpai: Sebagian wawancara
besar media komunikasi
warga dusun gunung kelir
menggunakan handphone
25
- Sumber informasi
kesehatan (media
elektronik, cetak, tenaga
kesehatan, teman
/keluarga, koran, lainnya) :
Mayoritas warga dusun
gunung kelir sudah
memiliki Handphone
masing-masing, untuk
memperoleh informasi
salah satunyatentang
kesehatan
4 Layanan Kesehatan Gunung kelir memiliki Observasi dan
sosial posyandu yang terdiri dari wawancara
posyandu lansia dan posyandu
balita, tetapi posyandu remaja
belum ada di laksanakan di
gunung kelir ini. Sebelumnya
gunung kelir berkeja sama
dengan BAZNAS dari Juni
tahun 2022 dan berakhir
dibulan Desember 2022.
Sekarang posyandu dikelola
oleh ibu kader.
- Kegiatan senam diadakan
oleh BAZNAS, jadi untuk
sekarang tidak ada kegiatan
senam lansia.
- Tidak, dikarenakan
banyak kendala yang
membuat mereka tidak
hadir, seperti jarak yang
jauh dari rumah.

26
5 Keamanan dan - Dusun gunung kelir Observasi
transportasi terdapat pelakasanaan
ronda rutin di Sebagian RT dan wawancara
dan Sebagian RT yang lain
baru melakukan pembuatan
jadwal ronda dan
siskamling.
- Transportasi
yang digunakan warga
dusun gunung kelir
sebagian besar
menggunakan kendaraan
pribadi seperti motor tetapi
tidak menggunakan helm
dan sebagian lainnya
menggunakan mobil.
- Kondisi jalan sekitar di
wilayah dusun gunung kelir
kurang baik dan banyak
terdapat polisi tidur.
- Tidak terdapat penerangan
dijalan.
- Tidak terdapat rambu lalu
lintas dan tulisan larangan
belok kiri/ kanan serta
verboden.
- Tidak terdapat kantor polisi
dan pemadam kebakaran di
wilayah dusun gunung
kelir.
- Tidak terdapat wasilitas
mobil Ambulance di
wilayah dusun
gunung kelir.
6 Ekonomi - Sumber dana yang Observasi dan
didapatkan pada warga wawancara
dusun gunung kelir paling
banyak berasal dari
pekerjaan buruh harian
lepas, dan wiraswasta.
7 Politik dan - Pola pemerintah di dusun Observasi dan
pemerintahan gunung kelir yaitu dipimpin wawancara
oleh kepala dukuh yang
27
dipilih berdasarkan
kesepakatan warga gunung
kelir
- Kegiatan di dusun
gunung
kelir dipimpin oleh kepala
dukuh dan terdapat PKK
dan kader kesehatan di
dusun gunung kelir.
- Peraturan yang berkaitan
dengan kesehatan
kelompok sudah ada seperti
kerja bakti setiap minggu
dan senam
setiap hari sabtu dan
minggu.
8 Rekreasi - Rekreasi yang biasa Observasi dan
dilakukan warga dusun wawancara
gunung kelir dengan
bepergian ke pantai, atau
bepergian ke wisata ke
puncak sosok yang terdekat
dari dusun gunung kelir,
masyarakat biasanya
menggunakan kendaraan
pribadi.
- Dusun gunung kelir
terdapat tempat wisata
gunung sentono yang
terletak di lereng gunung
sentono yang akan
direncakan dijadikan
tempat wisata umum pada
tahun 2023.
- Di wilayah dusun gunung
kelir terdapat situs wisata
tetapi bukan masyarakat
yang
kelola.
PERSEPSI
1 Warga Masyarakat - Warga Dusun Gunung Kelir Observasi dan
sudah cukup aktif dalam wawancara
mengikuti kegiatan yang
diadakan oleh masyarakat

28
tetapi untuk kegiatan yang
berbasis kesehatan belum
cukup aktif dan antusias
seperti kegiatan posyandu
lansia yang hanya di hadiri
sebanyak 7 orang,
posyandu balita di hadiri
sebanyak 30 orang.
2 Persepsi Tenaga Untuk warga Dusun gunung Observasi dan
Kesehatan kelir mereka rata-rata percaya wawancara
kepada tenaga kesehatan dan
jika ada salah satu keluarga
yang sakit keluarga membawa
ke tenaga kesehatan terdekat.
Contohnya Puskesmas Pleret,
RS Rajawali Citra dan juga
Bidan praktek mandiri.

B. Kuesioner Mawas Diri (SMD)


Hasil survey mawas diri yang sudah dilakukan, maka didapatkan hasil :
1. Distribusi Masyarakat Dusun Gunung Kelir berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.1 Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Gunung Kelir
No Jenis %
Kelamin
1. Laki – Laki 48%
2. Perempuan 52%
Total 100
%
Sumber : Data Primer Profesi Ners Desember 2022

Diagram 3.1 Distribusi berdasarkan Jenis Kelamin di Dusun Gunung Kelir

29
Jenis Kelamin

52% 48%

laki - lakiperempuan

Berdasarkan data diatas total masyarakat di Dusun Gunung Kelir


didapatkan hasil bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak
dibandingkan laki - laki yaitu, laki - laki sebanyak 48% dan perempuan
sebanyak 52%.

2. Distribusi Masyarakat Dusun Gunung Kelir berdasarkan Umur

No Umur Percent
1 Balita 9,5
2 Kanak – kanak 10,4
3 Remaja awal 6,5
4 Remaja akhir 11,4
5 Dewasa awal 19,4
6 Dewasa akhir 13,4
7 Lansia awal 9,0
8 Lansia akhir 14,4
9 Manula 6,0
Sumber : Data Primer Profesi Ners Desember 2022

Diagram 3.2 Distribusi berdasarkan umur di Dusun Gunung Kelir

umur
balita
kanak - kanak
6% 9% remaja awal
14% remaja akhir
10%
dewasa awal
6% dewasa akhir
9%
lansia awal
11% lansia akhir
13% manula
19%
30
Berdasarkan data diatas didapatkan hasil mayoritas masyarakat gunung kelir
berkategori umur dewasa awal dan dewasa akhir sebanyak 32,8% ( 66 orang ),
remaja awal dan remaja akhir sebanyak 17,9% (36 orang), lansia awal dan lansia
akhir sebanyak 23% (47 orang).

3. Distribusi Masyarakat Dusun Gunung Kelir berdasarkan Pendidikan


Tabel 3.3 Distribusi Berdasarkan pendidikan di Dusun Gunung Kelir

No Status Presentas
Pendidikan e
1. Tidak sekolah 3,5%
2. Belum sekolah 7,5%
3. TK 5,0%
4. SD 32,3%
5. SMP 15,9%
6. SMA/SMK 29,4%
Sumber : Data Primer Profesi Ners Juli 2022

31
Diagram 3.3 Distrbusi Berdasarkan Pendidikan di Dusun Gunung Kelir

Pendidikan

4%5% 7%
7%

29%

32%

16%

S1SMA/SMKSMPSDBelum SekolahTidak SekolahTK

Berdasarakan data diatas mayoritas pendidikan masyarakat di Gunung


Kelir yaitu SD sebanyak 32%.

4. Distribusi Masyarakat Dusun Gunung Kelir berdasarkan Pekerjaan


Tabel 3.4 Distribusi Masyarakat Dusun Gunung Kelir berdasarkan pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Percent


1. Tidak bekerja 3,0%
2. Ibu Rumah Tangga 13,9%
3. Buruh 23,9%
4. Pedagang 5,0%
5. Karyawan Swasta 6,5%
6. Guru 2,0%
7. POLRI 5%
8. Asisten Rumah 5%
Tangga
9. Pensiunan 1,5%
10. Wiraswasta / 11,9%
Wirausaha
11. Pedagang 5,0%
12. Mahasiswa/Siswa 10,0%
13. Total 100
%
Sumber : Data Primer Profesi Ners Desember 2022

32
Diagram 3.4 Distribusi berdasarkan pekerjaan Masyarakat Dusun Gunung Kelir

Pekerjaan
POLRI

10% Wiraswasta/wirausaha
12%
31% Belum Kerja Pensiunan
2%
% ART
6%
21% Buruh Pedagang IRT
14% Karyawan Swasta
1%
1%
5%
24%

Berdasarkan data diatas mayoritas pekerjaan masyarakat yang ada di Dusun


Gunung Kelir yaitu Buruh sebanyak 24%.

5. Distribusi Masyarakat Dusun Gunung Kelir berdasarkan Penghasilan


Tabel 3.5 Distribusi berdasarkan Penghasilan di Dusun Gunung Kelir

No Penghasilan Percen
t
1. < 500.000 7,5%
2. 500.000 – 1.500.000 32,8%
3. 1.500.000 – 9,5%
3.000.000
4. >3.000.000 5,5%
5. Tidak 44,8%
Berpenghasilan
Sumber : Data Primer Profesi Ners Desember 2022

Diagram 3.5 Distribusi Masyarakat Dusun Gunung Kelir berdasarkan Penghasilan

Penghasilan
7%

45% 33%

6% 9%

<500.000,00 500.000 - 1.500.000,00


1.500.000,00 - 3.000.000,00 >3.000.000,00
Tidak Berpenghasilan

33
Berdasarkan data diatas Mayoritas masyarakat di dusun Gunung Kelir tidak
berpenghasilan yaitu sebanyak 45%.

6. Distribusi Masyarakat Dusun Gunung Kelir berdasarkan Penyakit


Tabel 3.6 Distribusi berdasarkan penyakit di Dusun Gunung Kelir

No Penyakit Percen
t
1. Asam Urat 21%
2. Kolestrol 18%
3. DM 11%
4. Hipertensi 37%
5. Jantung 2%
6. Vertigo 5%
7. Saraf 6%
Kejepit
Sumber : Data Primer Profesi ners Desember2022

Diagram 3.6 Distribusi Masyrakat RT 04 Dusun Gunung Kelir berdasarkan penyakit

Masalah Kesehatan
6%
5% 21%
2%

37% 18%

11%

Asam UratKolesterolDMHipertensiJantungVertigoSaraf Kejepit

Berdasarkan data diatas Mayoritas penyakit yang dialami masyarakat di dusun


Gunung Kelir yaitu Hipertensi sebanyak 37%.

C. Analisa Data
34
No Data Subjektif dan Objektif Etiologi Problem
1 DS: Perilaku upaya Kesiapan
- Pak lurah kalurahan Pleret peningkatan Peningkatan
mengatakan bahwasanya di kesehatan Pengetahuan (D.
Gunung Kelir tepatnya Lereng
0113)
Gunung Sentono di tahun 2023
direncanakan akan dijadikan
tempat pariwisata umum.
Karena dekatnya tempat wisata
dengan area perumahan warga
dusun, diharapkan masyarakat
dapat mendukung rencana
tersebut.
- Namun dari masyarakat sekitar
mengatakan tidak memahami
hal apa yang harus dilakukan
untuk menghadapi perubahan di
lingkungan tersebut.
- Masyarakat mengungkapkan
keinginannya untuk mengetahui
hal – hal yang perlu
dipersiapkan untuk tempat
pariwisata tersebut
DO:
- Masyarakat sekitar kurang
menunjukkan perilaku yang
adaptif terhadap perubahan
lingkungan yang akan terjadi
kedepannya di Dusun Gunung
Kelir
- Masyarakat juga tidak tau cara
dukungan yang perlu
ditunjukkan kemudian juga
tidak adanya sistem pendukung.

35
2 DS: Hambatan akses Defisit Kesehatan
- Lansia dusun Gunung Kelir ke pemberi Komunitas (D. 0110)
mengatakan bahwa mengalami pelayanan
kesulitan untuk ikut posyandu
kesehatan
lansia yang rutin diadakan
perbulan di Padukuhan
dikarenakan akses kendaraan
yang tidak memadai dan jalan
yang jauh, kemudian juga dari
keadaan fisik lansia tidak kuat
jalan jauh-jauh karena kaki yang
mudah sakit dan kram.
- Lansia dusun gunung kelir
mengatakan ketika sakit tengkuk
dan kaki maka dibuat istirahat
saja tidak langsung berobat.
DO:
- Lansia terlihat antusias ingin
dilakukan pemeriksaan kesehatan
apabila pelayanan mudah diakses
karena ingin mengetahui sebab
dari gejala yang dirasakannya.

3 DS: Kurang terpapar Defisit Pengetahuan


- Warga dusun Gunung Kelir informasi tentang
mengatakan bahwa belum pernah
mendapatkan penyuluhan tentang
PHBS (D.0111)
PHBS.
- Waraga dusun Gunung Kelir
mengatakan belum mengerti
tentang PHBS.
DO:
- Terlihat Sebagian rumah warga
dusun Gunung Kelir kurang
memperhatikan kebersihan
lingkungan rumah dan
sekitarnya juga banyak dari
perumahan warga yang
berdekatan dengan hewan
ternaknya.

36
D. Skoring Masalah
No Diagnose Pentingnya Kemungkinan Peningkatan Total
masalah perubahan terhadap
untuk positif jika kualitas hidup
dipecahkan diatasi bila diatasi
1 Kesiapan 3 2 3 8
peningkatan
pengetahuan
2 Defisit kesehatan 2 2 3 7
komunitas
3 Defisit pengetahuan 2 2 2 6
tentang PHBS

Keterangan:
a. Pentingnya masalah untuk dipecahkan dengan kategori 1=rendah,
2=sedang, 3=tinggi
b. Kemungkinan perubahan positif jika diatasi dengan 0=tidak ada,
1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi
c. Peningkatan terhadap kualitas hidup bila diatasi dengan 0=tidak
ada, 1=rendah, 2=sedang, 3=tinggi
d. Diagnosa dengan score tertinggi akan menjadi diagnosa prioritas

E. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


No Masalah Keperawatan Skor Prioritas
1 Kesiapan peningkatan pengetahuan 8 I
berhubungan dengan perilaku upaya
peningkatan
Kesehatan
2 Defisit kesehatan komunitas 7 II
berhubungan dengan hambatan akses
ke pemberi pelayanan
kesehatan
3 Defisit pengetahuan tentang 6 III
kesehatan PHBS berhubungan
dengan kurang terpapar informasi

Hasil skoring masalah dari 3 diagnosa tersebut didapatkan bahwa yang


menjadi prioritas masalah pertama adalah diagnosa dengan kesiapan peningkatan
pengetahuan dengan total skor 8, prioritas diagnosa yang kedua adalah diagnosa
dengan defisit kesehatan komunitas dengan jumlah skor 7, dan untuk prioritas
diagnosa ke tiga adalah defisit pengetahuan tentang PHBS dengan jumlah skor 6.

37
F. Perencanaan Keperawatan
No Tgl/Jam Diagnosa SLKI Kriteria Evaluasi SIKI
Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus
1 14/11/2022 Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Promosi kesiapan
pengetahuan tindakan keperawatan keperawatan selama 1x penerimaan informasi
berhubungan dengan selama 1x pertemuan pertemuan diharapkan: pengetahuan kesehatan (I.12470)
diharapkan dapat - Terjadi peningkatan masyarakat Kriteria
perilaku upaya
menambah ilmu perilaku adaptif evaluasi : Observasi
peningkatan kesehatan kesehatan dengan kriteria - Terjadi peningkatan 1. 90%  Identifikasi informasi
hasil: Tingkat pemahaman masyarakat mampu yang akan disampaikan
Pengetahuan (L. 12111) kesehatan melakukan simulasi  Identifikasi pemahaman
Indikator: - Terjadi peningkatan PPGD tentang kondisi
- Perilaku sesuai pengetahuan tentang 2. 90% kesehatan saat ini
anjuran mengatasi masalah masyarakat mampu
- Verbalisasi minat kesehatan memahami cara Teraupetik
dalam belajar melakukan PPGD  Fasilitasi akses
- Kemampuan pemberian pengetahuan
menjelaskan tentang PPGD
pengetahuan tentang
suatu topik Edukasi
- Perilaku sesuai  Melakukan pelatihan
dengan pengetahuan PPGD
Awal: 3
Target: 5
Keterangan:
1: Menurun
2: Cukup menurun
3: Sedang
4: Cukup meningkat
5: Meningkat

38
2 14/11/2022 Defisit kesehatan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Pengetahuan lansia Pengembangan
komunitas tindakan keperawatan tindakan keperawatan tentang hipertensi dan Kesehatan
berhubungan dengan selama 1x pertemuan selama 1x pertemuan asam urat Kriteria Masyarakat
diharapkan dapat diharapkan: evaluasi : (I.14548)
hambatan akses ke
meningkatkan - Diketahui 1. 90% lansia mampu Observasi
pemberi pelayanan kesehatan lansia permasalahan memahami materi  Identifikasi
kesehatan Status penyakit tentang hipertensi masalah atau isu
di komunitas dan asam urat. kesehatan dan
kesehatan - Terjadi 2. 90% lansia mampu prioritasnya
komunitas peningkatan mengetahui tentang
(L.12109) pengetahuan penyakit yang Teraupetik
Meningkat dengan tentang tanda dan diderita dan bisa  Libatkan
kriteria hasil: gejala penyakit menjalanin anggota
Indikator: pengobatan masyarakat untuk
- Ketersediaan meningkatkan
promosi kesadaran
kesehatan terhadap isudan
- Ketersediaan masalah kesehatan
program yang dihadapi
proteksi
kesehatan Edukasi
- Partisipasi dalam  Pemberian penkes
program hipertensi dan
keshatan asam urat
komunitas
Awal: 3 Kolaborasi
Target: 5  Screaning
Keterangan: pemeriksaan
1: Meningkat
2: Cukup meningkat kesehatan
3: Sedang berkolaborasi
4: Cukup menurun
39
5: Menurun dengan puskesmas

40
3 14/11/2022 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan Pengetahuan remaja Edukasi
tentang PHBS tindakan keperawatan tindakan tentang kesehatan Kesehatan
berhubungan dengan selama 1x pertemuan keperawatan Seksualitas (I.12383)
diharapkan dapat selama 1x Kriteria evaluasi : Observasi
kurang terpapar
meningkatkan pertemuan 1. 90% masyarakat  Identifikasi kesiapan
informasi pengetahuan diharapkan: mampu memahami dan kemampuan
masyarakat - Kemampuan materi tentang menerima informasi
Tingkat Pengetahuan menjelaskan PHBS.  Identifikasi faktor-
(L.12111) Meningkat pengetahuan 2. 90% masyarakat faktor yang dapat
dengan kriteria hasil: tentang suatu topik mampu menerapkan meningkatkan
Indikator: Pertanyaan - Kemampuan kebiasaan dalam motivasi
tentang masalah yang menggambarkan menjaga pola hidup pengetahuan tentang
dihadapi pengalaman sehat. PHBS
sebelumnya
Awal: 3 yang sesuai dengan Teraupetik
Target: 5 topik  Sediakan materi dan
Keterangan: - Pertanyaan media pendidikan
1: Meningkat tentang masalah kesehatan
2: Cukup meningkat yang dihadapi  Jadwalkan penkes
3: Sedang - Terjadi peningkatan sesuai kesepakatan
4: Cukup menurun pengetahuan tentang
5: Menurun tanda dan gejala Edukasi
penyakit  Jelaskan faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan tentang
PHBS.

41
G. POA (Plan of Action)
No Dx. Kep Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu/Tempat Strategi Media Sumber
Dana
Kesiapan Tingkat Pengetahuan - Memberikan Ketua RT Minggu, Demonstrasi PPT dan Iuran
1 peningkatan (L. 12111) meningkat materi dan 15/01/2023 materi PPGD leaflet mahasiswa
pengetahuan dengan kriteria hasil: tentang Pemuda Pukul : 07.00 Dan simulasi
Indikator: PPGD Dusun wib Di dusun
berhubungan Praktik PPGD
- Perilaku - Melakukan Gunung Gunung Kelir Alat PPGD
dengan perilaku sesuai anjuran simulasi Kelir
upaya - Verbalisasi praktik
peningkatan minat dalam PPGD
kesehatan belajar
- Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu topik
- Perilaku
sesuai dengan
pengetahuan
Defisit kesehatan Status kesehatan - Melakukan Lansia Jumat, Screaning Alat Iuran
2 komunitas komunitas screaning cek Dusun 20/01/2023 pengecekan pemeriksaan mahasiswa
berhubungan (L.12109) kesehatan Gunung Pukul : 09.30 kesehatan kesehatan
meningkat dengan asam urat Kelir wib Di Dusun dan penkes
dengan hambatan
kriteria hasil: Gunung Kelir
akses ke pemberi Indikator:
pelayanan - Ketersediaan
kesehatan promosi kesehatan
- Partisipasi
dalam program
keshatan
komunitas

42
Defisit Tingkat Pengetahuan - Melakukan Masyarakat Minggu, Ceramah, PPT Iuran
3 pengetahuan (L.12111) penyuluhan perwakilan 08/01/2023 tanya jawab mahasiswa
tentang PHBS Meningkat tentang dari tiap RT Pukul : 09.00
dengan kriteria PHBS Dusun wib Di Dusun
berhubungan
hasil: Gunung Gunung Kelir
dengan kurang - Kemampuan Kelir
terpapar informasi menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu topik
- Kemampuan
menggambarkan
pengalaman
sebelumnya
yang sesuai dengan
topik
- Pertanyaan
tentang masalah
yang dihadapi
- Terjadi peningkatan
pengetahuan tentang
tanda dan gejala
penyakit

43
H. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa I : Kesiapan peningkatan pengetahuan berhubungan dengan perilaku upaya peningkatan kesehatan
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi proses Evaluasi Hasil Hambatan Solusi Rencana
Tindak Lanjut
1 15/01/2023 Memberikan materi 1. Saat mahasiswa Setelah 1. Peserta 1. Menyelenggarakan Bekerjasama
07.00 dan melakukan melakukan dilakukan yang datang kegiatan diwaktu dengan pihak
Simulasi tentang konfirmasi pelatihan gawat tidak yang tidak ketua RT dan
Pertolongan Pertama kehadiran darurat pada memenuhi bertabrakan pemuda pemudi
Gawat Darurat yang Beberapa masyarakat target yang dengan kegiatan dusun Gunung
bekerjasama dengan peserta gunung kelir ditetapkan desa Kelir yang telah
Pihak PMI Bantul undangan tidak terdapat karena 2. Memberikan mengikuti
hadir dalam peningkatan bertepatan konfirmasi waktu kegiatan
kegiatan dengan pengetahuan dengan kedatangan pada pelatihan PPGD
alasan karena yang baik acara pemateri sebelum untuk
bentrok dengan dengan manten acara dimulai meningkatkan
kegiatan presentase masyarakat. 3. Menyediakan dan sumber daya
lainnya. 70,6% 2. Pemateri mencari alat yang masyarakat
dari Pihak dibutuhkan H-2 khususnya dalam
PMI datang sebelum hal kesehatan
terlambat pelaksanaan agar mampu
3. Persiapan kegiatan menangani
dari panitia keadaan gawat
terkait darurat yang
peminjaman terjadi disekitar
proyektor desa

Diagnosa II : Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan hambatan akses ke pemberi pelayanan kesehatan
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi proses Evaluasi Hasil Hambatan Solusi Rencana Tindak
Lanjut
1 20/01/2023 Melakukan skrinning
Kesehatan dan
pengecekan asam urat
44
Diagnosa III : Defisit pengetahuan tentang PHBS berhubungan dengan kurang terpapar informasi
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi proses Evaluasi Hasil Hambatan Solusi Rencana Tindak
Lanjut
1 8/01/2023 Memberikan 1. Beberapa warga Setelah 1. Peserta 1. Menyelenggarakan 1. Panitia
08.00 Pendidikan tidak hadir pada dilakukan yang kegiatan dengan diharapkan
Kesehatan tentang saat penyuluhan kegiatan datang memperhatikan lebih teliti
PHBS yang tentang PHBS pemberian tidak waktu yang tidak terkait
bekerjasama dengan 2. Kurangnya Pendidikan memenuhi bertepatan dengan dengan
pihak Puskesmas antusias warga Kesehatan target kegiatan di desa penyiapan
Pleret terhadap tentang PHBS karena 2. Menyiapkan dan alat sebelum
penyuluhan pada masyarakat bertepatan mengecek kembali digunakan
yang diberikan. Dusun Gunung dengan alat sebelum 2. Bekerjasama
Kelir terdapat kegiatan digunakan pada dengan pihak
peningkatan rekreasi saat pelaksanaan puskesmas
pengetahuan masyarakat kegiatan. agar
masyarakat gunung kedepannya
tentang PHBS kelir dapat
dengan 2. Kesalahan memantau
presentase teknis Perilaku
sebanyak 50% terjadi Hidup Bersih
pada kabel dan Sehat
HDMI pada
yang tidak masyarakat
berfungsi Dusun
dengan Gunung
baik Kelir.

45
38

Anda mungkin juga menyukai