Anda di halaman 1dari 5

1

BAGIAN III.2. KASUS MIKRO

Petunjuk:
1. Ujian bersifat open book, diperbolehkan membuka modul atau buku lainnya yang relevan
2. Alat komunikasi (telepon, pesan singkat, panggilan video) dengan tujuan kerja sama antar
mahasiswa tidak boleh dipergunakan selama ujian berlangsung
3. Tuliskan jawaban pada dokumen ini!
4. Pilih salah satu kasus diantara 2 kasus mikro yang disediakan!
5. Waktu yang digunakan menjawab kasus ini adalah 30 menit

Kasus 1.
Dari hasil survei pelanggan yang dilakukan pada 50 pasien yang partus di rumah sakit bulan
kemarin diperoleh hasil: Kepuasan pasien = 70 %, sedangkan 30 % dari pasien yang disurvei
kurang puas karena yang memberi pertolongan persalinan adalah bukan dokter spesialis, tetapi
bidan jaga. Pasien merasa kurang kesempatan untuk dapat berbicara dengan dokter yang
merawatnya.
Dari catatan yang ada di register rawat inap 15 dari 50 pasien tersebut mengalami seksio
caesaria, 5 dari antaranya mengalami infeksi luka operasi. Audit maternal perinatal pernah
dilakukan di rumah sakit tersebut, tetapi terhenti sejak 3 tahun yang lalu, karena terjadi
perubahan kebijakan direktur dan komite medis untuk tidak melakukan audit maternal perinatal
secara periodik.
Dua pasien didiagnosis eklampsia sedang, satu diantaranya meninggal 2 jam sesudah partus.
Dokter spesialis kebidanan mengeluh karena kasus kebidanan dan gynecology sering kali
dinomor-duakan oleh Instalasi bedah sentral: operasi elektif kebidanan dan gynecology sering
kali dijadwalkan akhir. Mereka juga mengeluhkan sering kali operasi harus ditunda karena hasil
lab belum tersedia, demikian juga karena tidak tersedia darah yang dibutuhkan.
Dua minggu yang lalu pada hari Minggu, terjadi kasus emergency di kamar bersalin pada kasus
kehamilan ektopik terganggu dengan demam tinggi yang hampir saja tidak tertolong, akibat
reaksi alergi terhadap antibiotika yang diberikan. Oleh karena tidak tersedia buffer stock obat
emergency, bidan harus meminjam obat emergency ke ICU yang kebetulan letaknya berdekatan.
Kampanye clean care is safer care telah dilakukan sejak 7 bulan yang lalu, tetapi bidan-bidan
senior kurang peduli dalam mempraktikkan di tempat kerja.

Pertanyaan:
1. Susun satu indikator kinerja pelayanan kebidanan dan buat rincian indikatornya ?
Salah satunya penyimpangan kinerja melalui indikator kinerja klinis adalah satu bagian
penting dari dalam peningkatan kinerja. Ada dua jenis penyimpangan, yaitu

1) Pertama penyebab umum terjadinya penyimpangan, erat kaitannya dengan penyimpangan


minor yang terjadi dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan tanpa memperdulikan sistem
yang sudah mapan. Penyebab penyimpangan kinerja staf juga bisa terjadi karena, sistem
atau prosedur yang tidak jelas, keterbatasan fasilitas. Oleh karena itu, keterbatasan sumber-
sumber untuk mendeteksi penyebab dalam setiap penyimpangan minor masih dapat
ditoleransi.

2
2) Kedua penyebab khusus: terjadinya penyimpangan kinerja disebabkan karena, kesalahan
staf itu sendiri, kurang pengetahuan dan ketrampilan, kemampuan yang kurang dalam
pemeliharaan peralatan.
2. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien merupakan salah satu pilar penerapan clinical
governance di rumah sakit. Pada kasus tsb di atas, apakah tepat dilakukan untuk solusi
permasalahan yang ada ?
a. Setiap upaya medik yang dilakukan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah, moral dan etik. Dalam keadaan tertentu maka resiko yang diakibatkan oleh
kelalaian, ketidaktahuan atau ketidaksengajaan sering tidak dapat dihindari. Kondisi
pasien yang semakin memburuk karena keterlambatan penanganan, timbulnya
komplikasi akibat kekeliruan terapi, pengambilan keputusan klinik yang merugikan
pasien adalah beberapa contoh dari resiko medik. Kejadiankejadian ini harus
digunakan sebagai lesson learned, dan jika perlu disertai dengan sangsi untuk
mencegah terulangnya kekeliruan yang sama. Dengan clinical governance maka
setiap petugas yang terlibat dalam pelayanan klinik harus memahami
prosedurprosedur yang dapat mencegah terjadinya resiko akibat penatalaksanaan
klinik.
b. Selain itu pada bagian Managing Poor Performance yang merupakan bagian tersulit
dari clinical governance, maka kita harus secara jujur menunjukkan bahwa kinerja
seorang atau sekelompok klinisi amat buruk, dan perlu dikoreksi. Namun telaah
lanjut juga perlu dilakukan untuk menghindari bias yang menyebabkan penilaian
menjadi misleading (misalnya, tingginya kematian disebabkan oleh lebih beratnya
kasus-kasus rujukan yang harus ditangani).

3. Saudara sebagai anggota komite medis diminta oleh ketua komite medis untuk menyusun
rencana audit klinis di bagian kebidanan agar dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.
Susun garis besar rencana audit klinis yang akan saudara lakukan bersama dengan tim audit.
Audit medis terdiri dari audit internal dan ekstemal. Audit yang dilakukan oleh rumah sakit
dalam pedoman ini adalah audit internal yang merupakan kegiatan yang sistemik dan
dilakukan oleh peer yang terdiri dari kegiatan review, surveillance dan assessment terhadap
pelayanan medis.
Secara garis besar:
a. Pemilihan topik yang diteliti
b. Penetapan standar dan kriteria
c. Penetapan jumlah kasus
d. Membandingkan standar dengan pelayanan
e. Melakukan analisa kasus yang tidak sesuai kriteria
f. Tindakan korektif
g. Rencana re-audit

4. Jelaskan konsep dan aplikasi dari konsep tersebut untuk mengatasi permasalahan kasus
kebidanan dan gynecology yang dinomorduakan oleh IBS.
Pemilihan topik kasus yang harus diprioritaskan adalah mengenai kasus kebidanan dan
gynecology, kemudian dilakukan penentapan standar pelayanan minimal beserta kriteria-
keriteria yang harus dilengkapi sesuai dengan persyaratan yang telah diatur dan ditetapkan.

3
Kemudian dilakukannya pengkajian antara standar yang sudah ada dengan pelayanan yang
dilakukan oleh pelayanan kesehatan, jika terdapat kasus yang tidak sesuai kriteria maka
perlu dilakukannya tindakan korektif sebagai perbaikan atau solusi dari permasalahan kasus
tersebut guna mengutamakan keselamatan pasien serta meningkatkan mutu dan
mempertahankan standar pelayanan yang telah ditetapkan.

5. Adakah permasalahan manajemen sumber daya manusia yang terkait dengan kasus tersebut
di atas. Jelaskan.
Permasalahan manajemen sumber daya manusia pada kasus diatas adalah permasalahan
yang timbul dikarenakan lambatnya penanganan serta adanya ketidaksesuaian penanganan
yang dilakukan oleh tenaga medis, sehingga mayoritas menimbulkan risiko yang dapat
membahayakan keselamatan pasien. Hal tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan
kualitas pendidikan tenaga medis, mengikutsertakan pada kegiatan pelatihan keterampilan,
serta memotivasi tenaga medis untuk bekerja secara profesional.

6. Solusi apa yang perlu dilakukan agar selalu tersedia buffer stock obat emergency ?
Dalam melakukan perencanaan obat dipegaruhi oleh kecepatan pergerakan obat, yaitu fast
moving dan slow moving. Dalam menentukan obat yang tergolong fast moving atau slow
moving juga harus dilakukan perhitungan. Perhitungan yang sesuai dengan data riil
kebutuhan pasien mengenai jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang tepat bertujuan
agar obat dapat tersedia dalam jumlah yang tepat dan pada waktu yang dibutuhkan serta
diperoleh dengan harga yang serendah mungkin.

4
Kasus 2:
Seorang ibu usia 70 tahun baru saja mengalami operasi batu empedu di RS X yang
telah lulus akreditasi 12 pelayanan. Ibu tersebut mengalami keluhan sakit pada perut pada daerah
epigastrium sejak tiga minggu yang lalu. Saat dirujuk ke rumah sakit, ibu tersebut dalam keadaan
sangat kurus, akibat tidak suka makan selama tiga minggu. Pada waktu persiapan operasi telah
dilakukan konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam, dan kondisi baik untuk dilakukan
operasi. Operasi berjalan dengan lancar, batu berhasil dikeluarkan, kondisi ibu tersebut stabil
setelah fase pemilihan di ruang recovery kamar bedah, dan selang 12 jam dipindahkan ke ruang
VIP.
Selama di ruang perawatan pasca operasi, ibu tersebut mendapat infus protein dengan
kecepatan 24 tetes per menit, dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan. 12 jam di ruang
perawatan, kesadaran ibu tersebut menurun. Perawat memperlakukan ibu tersebut dengan baik
sesuai prosedur perawatan post operatif.
Hari ke dua di ruang perawatan, ibu tersebut mengalami sesak nafas. Urin tampung
hari ke dua 500 cc (sedikit). Pada waktu visite dokter bedah, dokter bedah memberikan instruksi
infus diteruskan tetapi diminta konsultasi ke dokter paru. Kemudian dikonsulkan ke dokter paru,
dan dicurigai terjadi infeksi nosokomial. Oleh karenanya diberikan injeksi antibiotika, dan
diperintahkan untuk kultur lendir jalan nafas. Hasil kultur lendir yang diambil dari jalan nafas
terbukti dijumpai adanya tiga jenis bakteri yang resisten terhadap hampir semua jenis antibiotika
jumlah urin hari ke 3 hanya sebatas 250 cc/hari. Infus tetap diberikan, perawat tidak berani
mengubah kecepatan, karena perintah dokter untuk meneruskan pemberian infus.
Pada hari ke empat, sesak nafas berlanjut, tidak ada perubahan, pada pukul 13.00
kesadaran pasien semakin menurun dan terjadi koma. Dilakukan konsultasi ke dokter spesialis
penyakit dalam dan dokter paru. Ketika dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan kimia
darah, ternyata terjadi hyponatremia, dan kemudian diberikan bolus Natrium dosis tinggi.
Kesadaran tidak membaik, sesak nafas bertambah, dan akhirnya ibu tersebut harus mengalami
tracheostomi dan dirawat di ruang ICU.

Pertanyaan:
1. Dengan menggunakan rantai efek dari Berwick, lakukan analisis terhadap masalah mutu yang
ada pada kasus tersebut!
2. Apa permasalahan utama (menurut Saudara) sehingga kasus tersebut terjadi
3. Upaya internal apa yang dapat dilakukan agar kasus tersebut tidak terjadi lagi
4. Apa yang dapat dilakukan oleh komite medik untuk mencegah terulangnya kasus tersebut ?
5. Regulasi sebagai upaya eksternal dalam mengendalikan mutu pelayanan rumah sakit dapatkah
mencegah terulangnya kasus tersebut, atau mencegah terjadinya kasus yang sama di rumah
sakit lain ?

Anda mungkin juga menyukai