Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEPERAWATAN MATERNITAS
RETENSIO PLASENTA
ENDAH PUTRI
2210149011274
( ) ( )
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2016).
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lahir ½ jam sesudah bayi lahir.
Pada proses persalinan, kelahiran plasenta kadang mengalami hambatan yang dapat
berpengaruh bagi ibu bersalin. Dimana terjadi keterlambatan bisa timbul perdarahan yang
merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada masa post partum. (Sastrawinata,
2008).
2
2. Etiologi
Penyebab terjadinya Retensio Placenta adalah
1) Placenta belum lepas dari dinding uterus
Placenta yang belum lepas dari dinding uterus. Hal ini dapat terjadi karena
a) kontraksii uterus kurang kuat untuk melepaskan placenta,
b) placenta yang tumbuh melekat erat lebih dalam. Pada keadaan ini tidak terjadi
perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
2) Placenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan.
Keadaan ini dapat terjadi karena atonia uteri dan dapat menyebabkan perdarahan
yang banyak dan adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim. Hal ini dapat
disebabkan karena
a) penanganan kala III yang keliru/salah
b) terjadinya kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi placenta
Penyebab Retentio Plasenta menurut Sastrawinata (2008) adalah
Sebab fungsional
1) His kurang kuat (penyebab terpenting)
2) Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba)
3) ukuran plasenta yang sangat kecil
4) Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam.
Menurut tingkat perlekatannya :
a) Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
b) Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
c) Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
d) Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding
rahim.
3
3. Maninfestasi Klinik
a. Waktu hamil
a) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
b) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai
plasenta previa
c) Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan
d) Kadang terjadi ruptur uterib.
b. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c. Persalinan kala III
a) Retresio plasenta menjadi ciri utama
b) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan
plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia
mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual
c) Komplikasi yang serius tetapi sering dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini
dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk
mengeluarkan plasenta
d) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta
4
4. Klasifikasi Stage
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian l
apisan miometrium.
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki
miometrium.
4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan
oleh konstruksi ostium uteri.
5. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi
otototot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel
miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan
kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum
uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai
mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta
berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding
uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang
longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah
yang terdapat di uterus berada di antara serat- serat oto miometrium yang saling
bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini
mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah di dalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinussinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
menutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan
akan terhenti. Pada kondisi retensio plasenta, lepasnya plasenta tidak terjadi secara
5
bersamaan dengan janin, karena melekat pada tempat implantasinya. Menyebabkan
terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap
terbuka serta menimbulkan perdarahan.
6. Komplikasi
a. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga
kontaksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membat luka tidak menutup
b. Infeksi
Karena sebagian benda mati yang tertinggal didalam Rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan plasenta
c. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan kontraksi
pada ostium baik hingga yang terjadi
d. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat
berubah menjadi patologik dan pada akhirnya menjadi karsinoma invasive. Sekali
menjadi mikro invasive atau invasive proses keganasan akan terus berjalan. Sel ini
tampak abnormal tapi tidak ganas. Perubahan abnormal pada sel merupakan langkah
awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun bias
menyebabkan kangker.
e. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak
selanjutnya
7. Pemeriksaan dignostik
1) Hitung darah lengkap Untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit
(Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang
disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
2) Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin Time (PT) dan
Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk
menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
8. Penatalaksanaan
1) Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang
berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau
6
larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang
dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2) Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl
0.9% (normal saline) sampai uterus ber atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus
berkontraksi. traksi.
3) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan
drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
4) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual
plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio
plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan persalinan buatan yang sulit
seperti seperti forsep tinggi, tinggi, versi ekstraksi, ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk ek perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan l splorasi jalan
lahir, tali pusat putus. ahir, tali pusat putus.
5) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan
dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuretage sisa plasenta. plasenta. Pada
umumnya umumnya pengeluaran pengeluaran sisa plasenta plasenta dilakukan
dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati
karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian
obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.
7) Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi
sekunder
7
9. Pathway
Sebab fungsional Sebab patologik Plasenta belum lepas Plasenta sudah lepas
(perlekatan abnormal) Dari dinding rahim tetapi belum dilahirkan
Pembuluh darah
terbuka
Perdarahan
Ansietas pervaginaan Resiko infeksi
Penurunan
volume darah
8
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang klien yang dibutuhkan dan
dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Adapun dalam pengkajian yang
harus dilakukan adalah :
1) Pengumpulan data Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan
informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-
masalah serta kebutuhan dan kesehatan klien meliputi :
a. Identitas
a) Klien : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan akhir, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, no rm, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
b) Identitas Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama Merupakan keluhan yang paling dirasakan klien saat itu. Pada
klien post manual plasenta mengeluh pusing karena perdarahan akibat dari
komplikasi retensio plasenta. (Manuaba, 2007)
b) Riwayat kesehatan sekarang Mengenai penyakit yang dirasakan klien pada
saat di rumah sampai klien harus di rawat di rumah sakit dengan
menggunakan teknik PQRST. Pada umumnya klien di bawa ke rumah sakit
dengan alasan perdarahan post partum akibat retensio plasenta atau
terlambatnya kelahiran plasenta dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Penanganan pertama pada klien retensio plasenta yaitu dilakukannya
dilakukannya tindakan manual plasenta. Pada klien post manual plasenta
mengeluh pusing karena perdarahan akibat dari komplikasi retensio plasenta,
9
plasenta, pusing dirasakan bertambah apabila banyak melakukan aktivitas dan
berkurang apabila di istirahatkan.
c) Riwayat kesehatan dahulu Mengenai penyakit yang pernah dialami oleh klien
yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang dan dapat
memperberat/diperberat karena kehamilan misalnya penyakit diabetes
mellitus, penyakit ginjal, penyakit jantung dan hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Mengenai penyakit-penyakit yang pernah dialami oleh keluarga klien yang
lain seperti kehamilan kembar, gangguan mental, penyakit yang dapat
diturunkan dan penyakit yang dapat ditularkan.
c. Riwayat Ginekologi dan Obstetri
a) Riwayat Ginekologi
Riwayat Menstruasi Meliputi siklus haid, lamanya haid, sifat darah
(warna, bau, gumpalan), gumpalan), dismenorhoe, dismenorhoe, HPHT,
dan taksiran taksiran persalinan.
Riwayat perkawinan Status perkawinan, umur pada waktu menikah, lama
perkawinan dan berapa kali kawin.
Riwayat KB Pernah menjadi akseptor, jenis konrtasepsi yang digunakan
sebelum hamil, waktu dan lamanya penggunaan, masalah yang didapati
dengan penggunaan kontrasepsi tersebut, jenis kontrasepsi yang
direncanakan dan jumlah anak yang direncanakan keluarga.
b) Riwayat Obstetri
Riwayat kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu Meliputi umur
kehamilan, tanggal melahirkan, jenis persalinan, tempat persalinan, berat
anak waktu anak waktu lahir, masalah yang terjadi dan keadaan anak.
Riwayat Kehamilan Sekarang Usia kehamilan, keluhan selama hamil,
gerakan anak pertama dirasakan oleh klien. Apakah klien mendapatkan
imunisasi TT, perubahan berat badan selama hamil, tempat pemeriksaan
kehamilan dan frekuensi memeriksakan kehamilannya.
Riwayat Persalinan Sekarang Merupakan persalinan yang keberapa bagi
klien, tanggal melahirkan, jenis pesalinan, apakah terjadi perdarahan,
10
banyaknya perdarahan, jenis kelamin bayi, berat badan bayi, dan APGAR
skor, serta keadaan masa nifas.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran Klien dapat terjadi penurunan kesadaran/tidak akibat perdarahan.
b) Keadaan umum Dikaji tentang keadaan klien secara keseluruhan, pada klien
post manual plasenta biasanya ditemukan keadaan yang lemah.
c) Tanda vital Dikaji tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan tindakan manual
plasenta.
d) Pemeriksaan fisik head to toe
Kepala, wajah, mta, hidung, telinga, mulut, leher, dada, payudara, abdomen,
genitalia, anus, ekstremitas
e. Aspek Psikososial dan Spiritual
a) Pola pikir Kaji tentang eksplorasi pengetahuan klien, cara perawatan diri
dan bayinya, yang meliputi : Pemberian ASI, rencana pemberian ASI, nutrisi
yang baik untuk menyusui dan makanan yang terbaik untuk bayinya, rencana
imunisasi bayi.
b) Persepsi Persepsi diri Dikaji hal yang amat difikirkan oleh klien saat
dilakukan pengkajian, harapan setelah mengalami perawatan dan perubahan
yang dirasa setelah melahirkan.
c) Konsep diri
Gambaran diri Apakah klien merasakan perubahan dirinya dan
tubuhnya selama periode post partum, apakah perubahan yang
disadari tersebut mempengaruhi perilaku dan adaptasinya terhadap
pengasuhan bayinya.
Ideal diri Apakah yang diharpkan klien setelah kelahiaran bayi
tersebut, tersebut, apakah upaya klien untuk meningkatkan
meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri sendiri dan bayi.
Peran Bagaimana sikap ibu dengan kelahiran anaknya. Kaji kesiapan
klien untuk menjadi seorang ibu baru atau perubahan peran dengan
penambahan anggota keluarga yang baru.
11
Identitas diri Adakah kepuasan klien menjadi seorang wanita yang
telah melahirkan anak.
Harga diri Adakah rasa bangga pada klien, bagaimana kepuasan klien
terhadap kelahiran tersesbut. Harga klien terhadap kelahiran tersesbut.
Harga diri klien akan meningkat karena klien sudah mempunyai
keturunan dan menjadi seorang ibu.
d) Hubungan komunikasi Kejelasan klien dalam kebiasaan berbicara, bahasa
utama yang digunakan oleh klien.
Pola Aktivitas Sehari-hari Dikaji mengenai pola nutrisi, pola eliminasi
eliminasi BAK dan BAB, pola istirahat istirahat tidur dan personal
hygiene.
Pemeriksaan diagnostic Dalam pemeriksaan penunjang meliputi
pemeriksaan darah (Hb, Ht, leukosit, trombosit). Pada kasus post
manual plasenta terjadi penurunan jumlah Hb dan Ht, terjadi
peningkatan jumlah leukosit.
Analisa data
Terjadi hipovolemik
efektif
12
Perdarahan
Hipovolemia
Ambang nyeri
Nyeri melahirkan
4. DS : Klien mengatakan lelah, dan Plasenta sudah lepas tapi Intoleransi aktivitas
badan terasa lemah
belum dilahirkan
Klien mengatakan saat dan
Melahirkan plasenta
setelah beraktivitas
DO : Ku lemah secara manual
Sianosis
Tarikan tali pusat
Tampak lemah dan letih
Insersio uteri
Aktivitas lemah
Intoleransi aktivitas
13
5. DS : klien mengatakan perdarahan Plasenta tidak dapat Resiko infeksi
DO : tampak kemerahan
berkontraksi secara
Tampak bengkak
efektif
Leukosit tinggi
Pembuluh darah terbuka
Perdarahan pervaginaan
Resiko infeksi
2. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume cairan
2. Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan
3. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Resiko infeksi
6. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Intervensi
14
1 Perfusi perifer Kriteria hasil untuk Observasi
tidak efektif membuktikan bahwa Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi
berhubungan perfusi perifer perifer, edema, pengisian kapiler,
dengan kekurangan meningkat adalah: warna, suhu, ankle-brachial index)
volume cairan 1. Kekuatan nadi Identifikasi faktor risiko gangguan
perifer sirkulasi (mis: diabetes, perokok,
meningkat orang tua, hipertensi, dan kadar
2. Warna kulit kolesterol tinggi)
pucat menurun Monitor panas, kemerahan, nyeri,
3. Pengisian atau bengkak pada ekstremitas
kapiler Terapeutik
membaik Hindari pemasangan infus, atau
4. Akral membaik pengambilan darah di area
5. Turgor kulit keterbatasan perfusi
membaik Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada area
yang cidera
Edukasi
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah, dan
penurun kolesterol
2 Hipovolemia Kriteria hasil untuk Observasi
berhubungan membuktikan bahwa Periksa tanda dan gejala
dengan perdarahan status cairan membaik hipovolemia (mis: frekuensi nadi
15
adalah: meningkat, nadi teraba lemah,
1. Kekuatan nadi tekanan darah menurun, tekanan
meningkat nadi menyempit, turgor kulit
2. Output urin menurun, membran mukosa kering,
meningkat volume urin menurun, hematokrit
3. Membran meningkat, haus, lemah)
mukosa lembab Monitor intake dan output cairan
meningkat Terapeutik
4. Ortopnea Hitung kebutuhan cairan
menurun Berikan posisi modified
5. Dispnea Trendelenburg
menurun Berikan asupan cairan oral
6. Edema perifer Edukasi
menurun Anjurkan memperbanyak asupan
7. Frekuensi nadi cairan oral
membaik Anjurkan menghindari perubahan
8. Tekanan darah posisi mendadak
membaik Kolaborasi
9. Turgor kulit Kolaborasi pemberian cairan IV
membaik isotonis (mis: NaCL, RL)
10. membaik Kolaborasi pemberian cairan IV
11. Hemoglobin hipotonis (mis: glukosa 2,5%,
membaik NaCl 0,4%)
12. Hematokrit Kolaborasi pemberian cairan
membaik koloid (albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk
darah
16
pengeluaran janin adalah: intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri Identifikasi skala nyeri
menurun Idenfitikasi respon nyeri non verbal
2. Perineum terasa Terapeutik
tertekan Berikan Teknik nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi nyeri (mis:
3. Meringis TENS, hypnosis, akupresur, terapi
menurun music, biofeedback, terapi pijat,
4. Berfokus pada aromaterapi, Teknik imajinasi
diri sendiri terbimbing, kompres
menurun hangat/dingin, terapi bermain)
5. Uterus teraba Kontrol lingkungan yang
membulat memperberat rasa nyeri (mis: suhu
menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
17
meningkat adalah: Monitor pola dan jam tidur
1. Keluhan Lelah Monitor lokasi dan
menurun ketidaknyamanan selama
2. Dispnea saat melakukan aktivitas
aktivitas Terapeutik
menurun Sediakan lingkungan nyaman dan
3. Dispnea setelah rendah stimulus (mis: cahaya,
aktivitas suara, kunjungan)
menurun Lakukan latihan rentang gerak
4. Frekuensi nadi pasif dan/atau aktif
membaik Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
18
1. Demam pemberian imunisasi (mis: reaksi
menurun anafilaksis terhadap vaksin
2. Kemerahan sebelumnya dan/atau sakit parah
menurun dengan atau tanpa demam)
3. Nyeri menurun Identifikasi status imunisasi setiap
4. Bengkak kunjungan ke pelayanan kesehatan
menurun Terapeutik
5. Kadar sel darah Berikan suntikan pada bayi di
putih membaik bagian paha anterolateral
Dokumentasikan informasi
vaksinasi (mis: nama produsen,
tanggal kadaluarsa)
Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah (mis:
hepatitis B, BCG, difteri, tetanus,
pertussis, H. influenza, polio,
campak, measles, rubela)
19
2. Verbalisasi (verbal dan nonverbal)
khawatir akibat Terapeutik
kondisi yang Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi menumbuhkan kepercayaan
menurun Temani pasien untuk mengurangi
3. Perilaku gelisah kecemasan, jika memungkinkan
menurun Pahami situasi yang membuat
4. Perilaku tegang ansietas
menurun Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Konsentrasi Gunakan pendekatan yang tenang
membaik dan meyakinkan
6. Pola tidur Tempatkan barang pribadi yang
membaik memberikan kenyamanan
Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara faktual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
20
Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
21
keterbatasan perfusi
6. menghindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area yang
cidera
7. menganjurkan berhenti
merokok
8. menganjurkan
berolahraga rutin
9. menganjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
10. menganjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan darah,
dan penurun kolesterol
2 Hipovolemia 1. memeriksa tanda dan S : Klien mengatakan lemah
berhubungan dengan gejala hipovolemia (mis: O :-Tampak perdarahan
perdarahan frekuensi nadi meningkat, -Membrane mukosa
nadi teraba lemah, kering
tekanan darah menurun, -Pengisian kapiler
tekanan nadi menyempit, dibawah batasan normal
turgor kulit menurun, A : masalah keperawatan
membran mukosa kering, hipovolemia belum
volume urin menurun, teratasi
hematokrit meningkat, P : intervensi dilajunjutkan
haus, lemah)
2. Memonitor intake dan
output cairan
3. menghitung kebutuhan
22
cairan
4. memberikan posisi
modified Trendelenburg
5. memberikan asupan
cairan oral
6. menganjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
7. menganjurkan
menghindari perubahan
posisi mendadak
8. memberikan cairan IV
isotonis (mis: NaCL, RL)
9. memberikan cairan IV
hipotonis (mis: glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
10. memberikan cairan koloid
(albumin, plasmanate)
pemberian produk darah
23
kompres hangat/dingin,
5. mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
6. memfasilitasi istirahat dan
tidur
7. menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
8. menjelaskan strategi
meredakan nyeri
9. menganjurkan
menggunakan analgesik
secara tepat
10. mengajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
11. memberikan analgetik
4 Intoleransi aktivitas 1. mengidentifikasi S : -Klien mengatakan lelah,
berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh dan badan terasa lemah
kelemahan yang mengakibatkan -Klien mengatakan saat
kelelahan dan setelah beraktivitas
2. Memonitor pola dan jam O : -Ku lemah
tidur -Sianosis
3. Memonitor lokasi dan -Tampak lemah
ketidaknyamanan selama - tampk letih
melakukan aktivitas -Adl tampak dibantu
4. menyediakan lingkungan Keluarga
nyaman dan rendah A : masalah keperawatan
stimulus (mis: cahaya, intoleransi aktivitas
suara, kunjungan) belum tetatasi
24
5. melakukan latihan P : intervensi dilanjutkan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
6. mamfasilitasi duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau
berjalan
7. menganjurkan tirah
baring
8. menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
9. menganjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
10. mengajarkan strategi
koping untuk mengurangi
kelelahan
11. meningkatkan asupan
makanan
25
4. memberikan suntikan
pada bayi di bagian paha
anterolateral
5. mendokumentasikan
informasi vaksinasi (mis:
nama produsen, tanggal
kadaluarsa)
6. menjadwalkan imunisasi
pada interval waktu yang
tepat
7. menjelaskan tujuan,
manfaat, reaksi yang
terjadi, jadwal, dan efek
samping
6 Ansietas berhubungan 1. mengidentifikasi saat S : klien merasa bingung
dengan kurang terpapar tingkat ansietas berubah Klien mengatakan
informasi 2. mengidentifikasi khawatir akibat dari
kemampuan mengambil kondisi yang dihadapi
keputusan Klien mengatakan
3. memonitor tanda-tanda pusing
ansietas (verbal dan O : klien tampak tegang
nonverbal) Klien tampak gelisah
4. menciptakan suasana muka tampak pucat
terapeutik untuk tekanan darah,
menumbuhkan frekuensi nadi dan
kepercayaan napas meningkat
5. menemani pasien untuk pasien tampak cemas
mengurangi kecemasan, A : masalah ansietas belum
jika memungkinkan Teratasi
6. menjelaskan prosedur, P : intervensi dilanjutkan
termasuk sensasi yang
26
mungkin dialami
7. menganjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
8. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
DAFTAR PUSTAKA
Joseph, H.K dan Nugroho, M. 2010. Catatan Kuliah Ginekologi Dan Obstetri (Obsgyn).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba, I.A.C. dkk. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial
Untuk Bidan. Jakarta : EGC.
Prawihardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo.
Callahan MDMPP. 2005. Benign Benign Dissorders Dissorders of The Upper Genital Genital
Trac in Blueprins Blueprins Obstetric Obstetric dan Ginekologi Ginekologi. Boston : Blackwell
Publishing.
Crum MD. 2003. Tumors of The Miometrium In Diagnostic Gynecology and Obstetric
Pathology. Boston: Elcevier Saunders.
Juanto T. 2005. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol.
III No. 12. Farmacia. Vol. III No. 12. Juli 2005. Juli 2005. Jakarta.
27
Manuaba. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Ob Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric
dan \gineko stetric dan \ginekologi. Edisi 2 logi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
28