Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Komunikasi Massa
Ruang Lingkup Konvergensi Media

Fakultas : Ilmu Sosial 01 Kode Mata Kuliah : W2119015


Program Stdi : Ilmu Komunikasi Disusun Oleh : Linda Dwi Astuti, S.Sos., M.I.Kom

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai ruang 1. Mampu menjelaskan dan memetakan
lingkup perkembangan media massa dan komunikasi massa yang mengalami
komunikasi massa di era konvergensi media perubahan di era konvergensi
2. Mampu menjelaskan dan memahami
konvergensi media
PEMBAHASAN
1. Media Massa dan Komunikasi Massa
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, membuat
pola perilaku masyarakat turut berubah dalam berkomunikasi dan mencari
informasi. Kebutuhan manusia akan informasi tak lepas dari keberadaan media
massa sebagai pihak ketiga, yaitu sebagai medium untuk menyampaikan pesan.
Tanpa bantuan media massa, manusia akan sulit berpartisipasi dalam kehidupan.
Media massa adalah alal-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan
secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan
media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi
hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan
hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Media massa seperti radio, televisi,
majalah, koran, buku dan Internet, berkaitan erat dengan komunikasi Massa.

Mengutip Ardianto dkk (2007), ciri-ciri media massa bisa dilihat dari
gambar berikut di bawah ini :
Oleh karenanya, modul ini dibuat agar mahasiswa memahami apa itu
media massa, komunikasi massa dan bagaimana perkembangan media massa dan
komunikasi massa akan hadirnya Internet dan perubahan yang dialami berkaitan
dengan konvergensi. Mengutip dari Nurudin (2013), komunikasi massa adalah
studi tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/ pendengar/
penonton yang akan diraihnya dan efeknya terhadap mereka. Komunikasi massa
merupakan disiplin kajian ilmu sosial yang relatif muda dibandingkan dengan ilmu
psikologi,sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa


baik cetak atau elektronik. Namun sejumlah definisi mengenai komunikasi massa
banyak dijumpai, antara lain menurut :
1. Pearce, K.J. (2009), Media and Mass Communication Theories. In
Encyclopedia of Communication Theory (p. 624-628). SAGE
Publications, Mass communication is "the process by which a person,
group of people, or organization creates a message and transmits it
through some type of medium to a large, anonymous, heterogeneous
audience”;
2. Bittner (1996) mengatakan bahwa “mass communications as messages
communicated trough a mass medium to a large number of people”;
3. Sambe (2005), mengatakan bahwa mass communication as “a device by
which a group of people working together transmits information to a large,
heterogeneous and anonymous audience simultaneously. It is process by
which information originates from the source to the receiver, having been
troughly filtered and transmitted trough a channel”;
4. Wright (Rakhmat, 2003 : 189), mengatakan bahwa komunikasi massa
adalah bentuk baru komunikasi yang dapat dibedakan dari tipe yang lama
karena memiliki karakteristik utama berupa: diarahkan pada khalayak
yang lebih besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara
terbuka dan seringkali secara serentak, bersifat sekilas; komunikator
cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks dan
melibatkan biaya besar; dan seterusnya

Adapun karakteristik komunikasi massa menurut Ardianto, el (2014),


adalah sebagai berikut :
1. Komunikator terlembaga
2. Pesan bersifat umum (fakta, peristiwa & opini)
3. Komunikannya anonim & heterogen
4. Media massa menimbulkan keserempakan
5. Komunikasi mementingkan isi daripada hubungan
6. Komunikasi bersifat satu arah
7. Stimulasi alat indera terbatas
8. Umpan balik tertunda dan tidak langsung
Fungsi Komunikasi Massa menurut Joseph R. Dominick, (The dynamicsof
mass communication (2001) dalam (Ardianto, el, 2014) :
1. Surveillance
a. Warning or beware surveillance Informasi yang diberikan berupa
peringatan dan atau ancaman kepada masyarakat
b. Instrumental surveillance
Penyampaian informasi yang memiliki kegunaan untuk membantu
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
2. Interpretation
Media massa tidak hanya menyampaikan fakta dan data tetapi juga
memberikan penafsiran pada kejadian-kejadian penting. Tujuannya untuk
mengajak masyarakat memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut
dalam komunikasi antarpesona atau komunikasi kelompok
3. Lingkage
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam
sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang
sama tentang sesuatu
4. Transmission of Values
Tanpa disadari media massa memperlihatkan kepada masyarakat
bagaimana mereka bertindak dan apa yang mereka harapkan. Fungsi ini
disebut sosialisasi, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai
kelompok
5. Entertainment
Media massa tidak hanya menyampaikan informasi berita namun juga
memberi penghibutan kepada masyarakat luas mengenai program-program
atau tulisan yang menghibur, seperti wisata, film, memasak dan sebagainya.

Menurut Turow (2017), kekuatan komunikasi massa memungkinkan


konsumen media untuk berbagi materi yang mereka baca dan dengarkan dengan
jutaan orang. Pembagian ini dimungkinkan, tentu saja, karena sifat industri
kegiatan dan teknologi produksi dan distribusinya, yaitu ketika organisasi
kompleks terdiri dari banyak orang. Para pekerja bergabung untuk menggunakan
teknologi terkini untuk memproduksi media, organisasi-organisasi tersebut
berpotensi untuk mendistribusikan pesan yang sama kepada banyak orang.

Elemen komunikasi pada komunikasi secara umum juga berlaku pada


komunikasi massa (Nurudin, 2013), yaitu :
1. Komunikator
Komunikator dalam komunikasi massa merupakan gabungan dari
berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. Komunikator
dalam komunikasi massa tidak dalam bentuk individu, melainkan
sekumpulan orang yang bekerja sama satu sama lain. Kumpulan orang
itu bisa disebut organisasi, lembaga, institusi atau jaringan. Jadi, apa yang
dikerjakan oleh komunikator dalam komunikasi massa adalah „atas
nama‟ lembaga dan bukan atas nama masing-masing individu dalam
lembaga tersebut
2. Isi
Masing-masing media massa mempunyai kebijakan dalam pengelolaan
isinya. Sebab, masing-masing media melayani masyarakat yang beragam,
juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Adapun kategori isi
media menurut Ray Eldon Hiebert dkk (1985) adalah 1) berita dan
informasi, 2) analisis dan interpretasi, 3) pendidikan dan sosialisasi, 4)
hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain,
dan 6) hiburan
3. Audiens
Audiens dalam komunikasi massa sangat beragam, mulai dari jutaan
penonton televise, pendengar radio, ratusan ribu pembaca buku, koran
dan majalah. Masing-masing audiens berbeda satu sama lain
diantaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang
diterimanya, pengalaman dan orientasi hidupnya. Akan tetapi masing-
masing individu saling mereaksi pesan yang diterimanya
4. Umpan balik
Ada dua umpan balik yaitu 1) umpang balik langsung (immediate
feedback), yang terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan
langsung atau ada kemungkinan berbicara langsung, dan 2) umpan balik
tidak langsung (delayed feedback), artinya antara komunikator dan
komunikan tidak terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka
mengadakan reaksi langsung satu sama lain
5. Gangguan
Gangguan selalu saja ada dalam komunikasi massa. Dalam mediamassa,
gangguan tersebut misalnya kesalahan cetak, paragraph yang hilang, kata
yang dihilangkan dari surat kabar. Atau suara yang tidak jernih, gambar
yang buram pada televisi
6. Gatekeeper
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Kurt Lewin dalam bukunya
Human Relations (1947), seorang ahli psikologi dari Australia. Kata
tersebut merupakan istilah yang berasal dari lapangan sosiologi, tetapi
kemudian lebih banyak digunakan dalam penelitian komunikasi massa.
Gatekeeper menunjuk pada orang atau organisasi uang member izin
suatu kegiatan, tetapi memengaruhi keluar masuknya „sesuatu‟. Di
dalam komunikasi massa, dengan salah satu elemennya adalah
informasi, maka mereka yang bertugas memengaruhi informasi itu
(dalam media massa) bisa disebut gatekeeper. Dengan kata lain,
gatekeeper-lah yang memberi izin bagi tersebarnya sebuah berita.

Komunikasi massa y a n g tak lagi stagnan sejak hadirnya Internet


mendorong media massa harus segera beralih ke media baru, agar tetap bisa
dinikmati dan diakui keberadaannya. Media baru adalah teka teki besar yang
membuat banyak orang dan perusahaan bertanya-tanya. Fiddler (1997) bahkan
menekankan bahwa media telah mengalami apa yang disebut mediamorfosis,
bahwa Internet memberi suara kepada mereka yang tidak memiliki frekuensi
radio atau televisi atau mesin cetak. Internet telah meniadakan perbatasan-
perbatasan, bahkan sebagian orang menganggap Internet adalah sumber
perpecahan, meski sebenarnya Internet adalah sumber persatuan.

2. Internet dan Media Baru


Para peneliti menempatkan Internet layaknya media massa konvensional,
seperti yang diungkapkan oleh Ohiagu (2011) dalam jurnalnya The Internet as
Medium of The Mass Media, bahwa Internet memiliki sifat dan kriteria yang
sama bahkan melebihi media massa seperti televisi, radio dan media cetak, yaitu
dari segi jangkauan, dapat mengirim pesan secara serentak (simultaneity),
ditujukan pada masyarakat yang heterogen dan tak dikenal, serta memiliki
keuntungan lebih, yaitu memasarkan secara global dan menyebarkan informasi
dan konten bagi masyarakat khusus yang dijadikan target (narrowcasting).

Memiliki sifat dan kriteria yang melebihi media massa, Internet sudah
menjadi cara alternatif masyarakat untuk berkomunikasi dan mencari informasi.
Perkembangannya yang sangat pesat, menjadikan Internet menurut Arens (2006)
sebagai bentuk dari media global yang mampu menjangkau setiap orang di dunia,
“that with an audience of some 800 million people worldwide, the Internet is also the
only true global medium, providing information and commerce opportunities that are
immediately accessible around the world” (Arens, 2006:558). Oleh karenanya,
Internet yang menghubungkan jaringan komputer di seluruh dunia,
memungkinkan pertukaran informasi baik secara pribadi ataupun massif kepada
masyarakat luas.
Istilah „media baru‟ telah digunakan sejak tahun 1960-an, mencakup
seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang dan
beragam. Menurut McQuail (2010), ciri utama media baru adalah adanya saling
keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun
pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang
terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana. Lahirnya media baru sebagai
tempat dimana seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi, membuat distribusi
pesan melalui satelit meningkatkan penggunaan jaringan kabel dan komputer,
membuat keterlibatan audiens dalam proses komunikasi semakin meningkat.

Menurut McQuail (2010), ciri utama media baru adalah adanya saling
keterhubungan, aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun
pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang
terbuka, dan sifatnya yang ada di mana-mana. Lahirnya Internet sebagai media
baru sebagai tempat dimana seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi,
membuat distribusi pesan melalui satelit meningkatkan penggunaan jaringan
kabel dan komputer, membuat keterlibatan audiens dalam proses komunikasi
semakin meningkat.

Internet menjadi sahabat sebagian besar masyarakat, terlebih dengan


lahirnya media sosial. Menurut Mayfield, A. (2007:5), “social media is best
understood as a group of new kind of online media, which share most or all of the
following characteristics: participation, openness, conversation, community,
connectedness”. Mayoritas individu dan institusi menggunakan media sosial
untuk saling berbagi ide, bekerja sama dan berkolaborasi untuk menciptakan
kreasi, berpikir, berinteraksi, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik,
hingga menemukan pasangan dan membangun sebuah komunitas. Beberapa
bentuk media sosial yang digunakan dan dikenal saat ini, antara lain Facebook,
Twitter, YouTube, Path, Instagram, MySpace, dan masih banyak lagi lainnya.
Sebagai contoh kehadiran YouTube yang seperti televisi, sejalan dengan
konsep mediamorfosis yang dikatakan Fidler (2003), bahwa munculnya media
baru merupakan perwujudan dari media lama yang berubah bentuk dan
beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan komunikasi. Menurut Fidler,
media lama tidak mati atau menghilang begitu saja dalam dunia komunikasi,
namun beradaptasi dan bertransformasi melalui suatu rangkaian proses yang
disebut dengan mediamorfosis.

Fidler juga mengatakan, bahwa bentuk media berasal dari satu kesatuan
yang berubah dan membentuk pola serta sistem sendiri. Hal ini menunjukan
media baru tidak muncul secara spontan dan independen, melainkan muncul
dari media lama yang bermetamorfosis. Metamorfosis media baru, tidak muncul
begitu saja dan terlepas dari yang lain, semua muncul secara bertahap dari
metamorfosis media terdahulu. Metamorfosis adalah suatu perubahan. Menurut
Jakob Oetama, dalam Sularto (2011), perubahan merupakan jati diri media dan
perubahan tidak saja demi survival, tetapi juga demi pelayanan yang lebih baik,
yang dipicu oleh kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat, dan terutama oleh
perkembangan pesat teknologi informasi.

3. Konvergensi Media
Internet begitu powerfull. Internet dapat dikatakan sebagai medianya
media massa, karena dapat menjadi saluran bagi media lain seperti televisi, radio,
buku, majalah dan surat kabar, untuk meningkatkan keterbatasan dalam hal
frekuensi dan sirkulasi, sehingga informasi dapat disebar ke masyarakat yang lebih
luas. Sebagai medianya media massa, manfaat Internet menurut Ohiagu (2011),
adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja media massa lain,
sehingga menjadikan Internet bagian dari radio, televisi, koran dan majalah
menjadi bertahan dan lebih efektif;
2. Fleksibilitas penggunaan, yaitu Internet memiliki potensi untuk berfungsi
sebagai radio, televisi, surat kabar dan majalah, tergantung dari
penggunanya;
3. Kemampuan menggabungkan fitur media lain. Karena sifatnya yang
fleksibel, maka Internet mampu menggabungkan semua kekuatan media
massa lama, seperti antara televisi dengan media cetak, antara kemampuan
suara radio, televisi dan film;
4. Kemampuan memberdayakan masyarakat sebagai pengguna yang aktif.
Keberadaan Internet, membuat seseorang tak hanya mampu memilih
media yang digunakan tetapi juga mengonsumsi seluruh isi pesan;
5. Sebagai medium untuk komunikasi dua arah. Pengguna Internet sama-
sama terlibat aktif dalam aspek produksi dari proses komunikasi. Mereka
menanggapi pesan dan juga membuat pesan mereka sendiri;
6. Internet telah membalik semua pemahaman tentang media konvensional,
yang sifatnya teroganisir, memiliki sistem, kompleks dan mahal;
7. Internet memiliki pengguna dari seluruh dunia. Semakin berkembangnya
waktu, Internet menjadi media massa utama bagi semua orang, seperti
halnya radio.

Kehadiran Internet memungkinkan setiap orang berpartisipasi sebagai


konsumen sekaligus sebagai produsen, yang menurut Rogers (1986) , membawa
implikasi pada model komunikasi, yaitu model komunikasi konvergensi yang
menjabarkan proses pertukaran pesan di antara dua atau lebih pesertakomunikasi.
Kehadiran media sosial, juga menjadi penggerak dari konvergensi itu sendiri, karena
media sosial mengacu pada teknologi, platform, dan layanan yang
memungkinkan setiap individu untuk dapat berkomunikasi dari individu ke
individu, dari individu ke banyak dan dari banyak ke banyak (Flew, 2014).

Konvergensi menurut Flew adalah fenomena yang melibatkan interkoneksi


antara teknologi informasi dan komunikasi, yaitu jaringan komputer dan konten
media, yang menyatukan apa yang disebut "tiga C", yaitu computing,
communication, and content (komputer, komunikasi dan konten), yang
merupakan konsekuensi langsung dari adanya digitalisasi konten media dan
kepopuleran Internet. Bahkan Turow (2017) mengatakan, bahwa orang Amerika
rata-rata memiliki tiga bahkan lebih perangkat yang terhubung dengan Internet.

Secara luas Jenkins (2006) juga mengatakan, bahwa konvergensi media


menyatukan 3C yaitu Computing (proses memasukan data ke dalam komputer),
Communication (proses komunikasi), dan Content (materi isi atau konten).
Konsep konvergensi media yang diteliti oleh Henry Jenkins adalah sebuah proses
yang terjadi sesuai dengan perkembangan budaya dari manusia itu sendiri,
khususnya dalam bidang media komunikasi. Kemunculan fenomena konvergensi
media membuat masyarakat bebas memilih informasi mana yang ingin diaksesnya
dan bebas untuk bersikap apapun terhadap informasi tersebut, baik menerima,
mengubah, menolak, mengarsipkannya, bahkan bersikap tidak peduli terhadap
informasi tersebut.

Penggabungan atau konvergensi antara computing, communication dan


content telah mengubah cara penyajian siaran dan mempengaruhi konten siaran.
Tidak hanya semakin banyak orang "mengonsumsi konten" di perangkat yang
berbeda, bahkan mereka membaca, mendengarkan dan melihat konten yang
sama di perangkat yang berbeda. Misalnya saja televisi, bagaimana masyarakat
berlangganan televisi kabel atau satelit, atau menonton berbagai saluran secara
langsung atau bahkan sesuai permintaan di mana saja melalui berbagai perangkat,
seperti komputer desktop, laptop, tablet, ponsel cerdas, konsol video game Xbox,
Apple TV, dan lainnya.

Dalam Turow (2017) beberapa perusahaan menyebut pendekatan ini


"televisi di mana-mana". Jika tidak berlangganan kabel atau layanan satelit,
masyarakat mungkin tahu bagaimana menggabungkan versi televisi mereka sendiri
di mana-mana. Konvergensi media terjadi ketika produk yang biasanya ditautkan
ke satu media muncul di banyak media. Tak hanya masalah perangkat,
konvergensi media juga berlangsung di banyak media, sehingga menjadi cara
tercepat bagaimana para eksekutif di berbagai perusahaan melakukan pekerjaan
mereka.

Bagi orang-orang yang terlibat dalam bisnis media, perubahan ini menarik
dan menakutkan pada saat yang bersamaan. Banyak para eksekutif menyadari
bahwa mereka sedang bergerak ke dunia yang tidak ada duanya dalam sejarah.
Mereka semakin melihat dunia tidak hanya televise dimana-mana, tetapi jua surat
kabar dimana-mana, buku di mana-mana, majalah di mana-mana, film di mana
saja, dan banyak lagi. Banyak perusahaan berebut membentuk dunia baru dan
mendefinisikan diri mereka di dalamnya.

Namun Turow (2017) menjelaskan lebih lanjut, bahwa konvergensi erat


kaitannya dengan 3C lainnya, yaitu content, corporations dan computers. Dua C
pertama mencerminkan definisi komunikasi massa yang disajikan sebelumnya.
Konten mengacu pada pesan, korporasi mengacu pada perusahaan yang
berinteraksi untuk membuat dan mendistribusikan konten atau pesan tersebut,
sedangkan C terakhir adalah penggunaan komputer oleh perusahaan untuk
membuat dan mendistribusikan konten yang menghasilkan konvergensi ke dalam
gambar komunikasi massa, antara media massa yang berpusat pada komputer
seperti internet dan teknologi media yang tidak bergantung komputer untuk
produksi dan distribusi konten.

Sedangkan konvergensi media, menurut Meikle & Young (2011), dapat


dipahami dalam empat dimensi, yaitu : (1) teknologi, yaitu kombinasi komputasi,
komunikasi dan konten seputar jaringan digital platform media; (2) industri, yaitu
keterlibatan lembaga media di ruang digital media dan munculnya perusahaan
berbasis digital seperti Google, Apple, Microsoft dan lain-lain sebagai penyedia
konten media yang signifikan; Ketiga, sosial, yaitu munculnya media jaringan
sosial seperti Facebook, Twitter dan YouTube, dan pertumbuhan konten yang
dibuat pengguna; dan keempat, tekstual, yaitu menggunakan kembali dan
menyampur atau menjadikan satu, media ke dalam apa yang disebut model
Transmedia, di mana cerita dan konten media (misalnya, suara, gambar, teks
tertulis ) dapat disebar di beberapa platform media

Sementara Burnett dan Marshall (2003) mengungkapkan konsep


konvergensi media sebagai penggabungan industri media, telekomunikasi, dan
komputer yang menjadi satu kesatuan dan fungsinya adalah sebagai media
komunikasi dalam bentuk digital. Pusat konvergensi media terletak pada Internet,
yang memungkinan untuk saling menyambung (linkage) dan berhubungan.
Contoh bentuk konvergensi adalah industri televisi yang melakukan siaran di web
atau televisi kabel yang menyiarkan program melalui jaringan Internet.
DAFTAR PUSTAKA

I. BUKU
Ardianto, E., Komala, L., & Karlinah, S. (2014). Komunikasi Massa : Suatu Pengantar Edisi Revisi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Arens, W. F. (2006). Contemporary Advertising. Boston: McGraw Hill Irwin.
Burnett, R., & Marshall, P. D. (2003). Web Theory : an Introduction. London : Routledge
Taylor & Francis Group.
Fidler, R. (2003). Mediamorfosis. In H. Hadikusumo, Mediamorfosis : Memahami Media Baru.
Yogyakarta: Bentang Budaya.
Nurudin. (2013). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Oetama, Jacob. (2011). Syukur Tiada Akhir : Jejak Langkah Jacob Oetama. Jakarta :
Kompas Media Nusantara
Jenkins, H. (2006). Convergence Culture : Where Old and New Media Collide. New York:
New York University Press.
Mayfield, A. (2007). What is Social Media? e-book.
McQuail, D. (2010). Mass Communication Theory, 6th Edition. London: Sage
Publication. Turow, Joseph. (2017). Media Today : Mass Communications in a
Converging World. New York :
Routledge

II. JURNAL
Ohiagu, O. P. (2011). The Internet as Medium of The Mass Media. Kiabra Journal of
Humanities, 225- 232.

III. INTERNET
Flew, T. (2014, August 1). Media Convergence. Retrieved from Encyclopaedia
Brtitannica: http://www.britannica.com/topic/media-convergence

Anda mungkin juga menyukai