Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dea Selviayana

Npm :2070233014

Prod /smtri : Komunikasi dan penyiaran islam/IV(empat)

Mata Kuliah : Manajemen Media Masa dan Periklanan

Usaha Memproduksi tempe

Kebun tebeng kecamatan Ratu Agung, terdapat sebuah usaha industri rumah yang kita kenal
sebagai “home industry”  .  Industri tersebut memproduksi tempe dan dimiliki oleh pengusaha yang
bernama Bapak Kabul. Usaha yang telah dijalaninya selama ini telah menarik perhatian kami untuk
menggali informasi dari pengusaha tersebut.

Berikut wawancara kami dengan seorang pengusaha tersebut.

(D): “ Mengapa Bapak memilih usaha tempe ini ?”

(K): “ Karena bekal keterampilan saya. Saya pernah diajarkan membuat tempe oleh saudara saya di
kampung. Maka itu, saya mencoba membuka usaha tempe ini.”

(D) : “ Apa saja bahan dan alat dasar yang dibutuhkan untuk membuat  tempe ini, Pak?”

(K) : “ Bahan – bahan yang dibutuhkan untuk membuat tempe ini  seperti: air, kacang kedelai, dan 
juga harus ada ragi. Nah, untuk alat- alat kami memakai kayu dan drum minyak untuk merebus, daun
pisang dan plastik untuk membungkus, serta plastic yang kami pakai berukuran sekitar 30×20 cm,
Kajang, Kerey untuk menyimpan tempe saat didiamkan, alat gilingan, dan alat penyaring, dan juga
tong plastik yang besar untuk mewadahi bahan-bahan tempe.”

(D) : “Wah, ternyata banyak sekali ya, alat-alat yang dibutuhkan. Sementara bahan-bahannya hanya
tiga macam. Berapa lama yang dibutuhkan untuk proses pembuatan tempe?”

(K): “ Kurang lebih selama 4 hari, dari sebelum sampai setelah menjadi tempe.”
 

(D) : “ Tadi Bapak telah menyebutkan bahan yang dibutuhkan termasuk ragi. Apa sebenarnya fungsi
dari ragi itu, Pak?”

(K) : “ Fungsi dari ragi itu sangat penting, untuk mengembangkan jamur.” 

(D) : “ Saya ingin mengetahui cara pembuatan tempe . Bisa Bapak jelaskan bagaimana tahap-tahap
pembuatan tempe ini, Pak?”

(K) : “ Pertama-tama kacang kedelainya direbus dulu selama 2 jam. Kemudian direndam 1 malam.
Besok pagi digiling, dicuci sampai bersih, setelah itu diberi ragi, ditiriskan, dicetak atau dibuat tempe.
Lalu didiamkan selama 2 hari 2 malam. Paginya siap dijual.”

(D): “ Dimana Bapak mendapatkan kacang kedelai ini, Pak?”

(K): “Dulu saya mendapatkan itu dari koperasi usaha kecil, tapi sekarang dari impor.”

(D) : “ Bagaimana cara Bapak menjualkan tempe-tempe ini?”

(D): “ Tergantung dari panjang dan lebarnya tempe. Kalau tempe yang panjang 20 cm lebar 6 cm,
3000 rupiah. Kalau yang panjang 40 cm dan lebar 6 cm, itu dijual seharga 5000 rupiah dan yang
ukurannya kecil, seharga 500 rupiah.”

(D): “ Memangnya dalam sehari, Bapak membutuhkan berapa kilogram kacang kedelai ?”

(K): “ Kami membutuhkan 70 kilogram kacang kedelai untuk membuat tempe dalam sehari.”

(D): “ Wah, banyak sekali ya, Pak. Kalau boleh saya tahu berapa modal untuk membeli bahan-bahan
dalam sehari, Pak?”

(K): “ Modalnya dalam sehari sekitar 500 ribu rupiah untuk bahan- bahannya seperti : kacang kedelai,
ragi, daun pisang dan plastic berukuran besar.”

(D): “ Bagaimana dengan untung yang didapatkan?”

(K) : “ Tergantung dari pemasarannya, rame atau tidak. Kadang-kadang kalau rame sekitar 700 ribu
sampai 750 ribu dan kalau sepi sekitar 600 ribu per hari. Kadang-kadang tidak menguntungkan.”

(D): “ Dimana saja Bapak menjualkan tempe-tempe ini?”

(K): “ Di pasar, di warung-warung sayur, sayur keliling, dan menjual langsung disini.”

(D): “ Siapa saja yang bekerja di tempat usaha bapak?”

(K): “ Tidak tetap. Kebanyakan pekerja – pekerjanya dari tetangga bapak sendiri.”

Demikianlah hasil wawancara kami terhadap pengusaha tempe tersebut, dari wawancara ini kami
mendapatkan informasi banyak emngenai usaha tempe, dari cara pembuatan tempe, modal untuk
bahan-bahannya, keuntungan dari penjualan tempe dan sebagainya. Semoga wawancara yang kami
sajikan dapat bermanfaat bagi kita semua.
 

KET:

C: Dea Selviayana (Reporter)

K: Bapak Kabul (Narasumber

Usaha Memproduksi Tempe

Kebun tebeng kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu, terdapat sebuah usaha industri rumah yang kita
kenal sebagai “home industry”  .  Industri tersebut memproduksi tempe dan dimiliki oleh pengusaha
yang bernama Bapak Kabul. Usaha yang telah dijalaninya selama ini telah menarik perhatian kami
untuk menggali informasi dari pengusaha tersebut.

Bapak Kabul memilih usaha tempe ini karena berkat keterampilannya dalam membuat tempe. Beliau
diajarkan oleh saudaranya di kampung. Maka dari itu, beliau memutuskan untuk membuka usaha
tempe ini di tempat tinggalnya di daerah Bojong Tua. Berikut adalah isi hasil wawancara kami
terhadap pengusaha tersebut.

Bahan- bahan dibutuhkan untuk membuat tempe pada usaha yang dijalankan oleh pengusaha tersebut
tidak terlalu banyak. Seperti kacang kedelai, air, dan ragi. Sementara alat- alat yang harus dibutuhkan
cukup banyak yaitu kayu sebagai bahan bakar , drum minyak untuk tempat merebus, daun pisang dan
plastic yang berukuran sekitar 30 x 20 cm. Ada juga kajang, kerey untuk tempat tempe saat
didiamkan, alat penyaring, alat penggiling, dan tong plastic yang berukuran besar untuk mewadahi
kacang kedelai. Ragi termasuk bahan-bahan yang diperlukan dan sangat penting sekali karena
berguna untuk mengembangkan jamur.

Menurutnya, cara pembuatan tempe cukup sederhana tetapi membutuhkan waktu cukup panjang,
yaitu sekitar 4 hari. Waktu proses ini berlangsung dari sebelum sampai sesudah menjadi tempe yang
siap untuk dipasarkan. Proses pembuatan tempe diawali dengan merebus kacang kedelai kurang lebih
selama 2 jam. Setelah itu, direndam selama 12 jam pada malam hari. Esok paginya, kacang kedelai
tersebut digiling, lalu dicuci sampai bersih. Kemudian diberi ragi, ditiriskan , dan dilanjutkan dengan
dibuat atau dicetak menjadi tempe. Setelah itu didiamkan selama 2 hari 2 malam dan keesokan
paginya siap dijual.

Pengusaha tersebut mendapatkan kacang kedelai yang berasal dari impor, padahal sebelumnya ia
mendapatkannya dari koperasi untuk usaha kecil. Cara penjualan bapak pengusaha ini tergantung dari
ukuran tempe yang ia tentukan. Misalnya untuk tempe yang berukuran panjang 20 cm dan lebar 6 cm
seharga Rp. 3000,00 .  Untuk tempe yang berukuran panjang 40 cm dan lebar 6 cm seharga Rp.
5000,00. Sedangkan tempe yang ukurannya paling kecil seharga Rp. 500,00.

Dalam sehari, kacang kedelai yang dibutuhkan usaha beliau cukup banyak yaitu sekitar 70 kilogram
untuk pembuatan temped an modal yang dikeluarkan dalam sehari membutuhkan untuk membeli
bahan-bahan sepert kacang kedelai, ragi, plastic dan daun pisang. Untuk yang didapatkan dalam
sehari bermacam-macam, tergantung dari sepi atau tidaknya pemasaran. Jika sedang ramai, bapak ini
mendapatkan untung sekitar Rp. 700.000 sampai dengan Rp. 750.000. Sementara jika sedang sepi,
hanya mendapatkan untung sekitar Rp. 600.000, bahkan terkadang tidak mendapatkan keuntungan
sama sekali.
 

Bapak pengusaha tempe ini memasarkan hasil produksinya ke pasar-pasar, warung-warung sayur,
pedagang sayur keliling, dan di rumahnya. Pekerja yang bekerja disana tidak tetap, terkadang
berganti-ganti dan sebagian besar pekerjanya merupakan orang yang merupakan tetangganya sendiri.

Demikianlah hasil wawancara kami terhadap pengusaha tempe tersebut, dari wawancara ini kami
mendapatkan informasi banyak emngenai usaha tempe, dari cara pembuatan tempe, modal untuk
bahan-bahannya, keuntungan dari penjualan tempe dan sebagainya. Semoga wawancara yang kami
sajikan dalam berbagai metode tersebut dapat bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai