Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

DENGAN PNEUMONIA DI IGD RSUD CENGKARENG

DISUSUN OLEH:

Mellynia Eka Pratiwy


202207001

PROGRAM PROFESI NERS STIKES IMC BINTARO


Kompleks RS IMC Jl. Raya Jombang No. 56 Ciputat-
Tangerang Selatan 2021
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran nafas akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala
batuk disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus,
bakteri mycoplasma, dan substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambara radiologi (Nurarif,
2015).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru)
tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus,
bakteri, jamur maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran
pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini
diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi),
dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak
berawan) pada paru-paru (Abdjul & Herlina, 2020).

B. Etiologi
Menurut (Padila, 2013), etiologi pneumonia terdiri dari :
1. Bacteria
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti : streptococcus pneumonia dan streptococcus pyogenesis.
2. Virus
Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet citomegalo,
virus ini dikenal sebagai penyebab utama kejadian pneumonia virus.
3. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan
udara mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP)
biasanya mengjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

C. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsolidasi
karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian
bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan
nafas. Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti
menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila
suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral.
Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme
pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui
aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka
terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah
besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem
limpatik dapat mencapai bakteri sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru
menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran
darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis righ-
to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia.
Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan
hiperkapnia.

D. Pathway
E. Tanda dan Gejala
Menurut (Gumelar & Universa, 2020) tanda dan gejala pneumonia termasuk :
1. Nyeri dada saat bernapas atau batuk
2. Batuk, batuk berdahak
3. Demam tinggi, berkeringat dan menggigil
4. Lebih rendah dari suhu tubuh normal (pada orang dewasa yang lebih tua dari
usia 65 tahun dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah), hal unik ini
bisa terjadi
5. Mual, muntah atau diare
6. Sesak napas
7. Mudah lelah dan kelelahan
8. Bayi baru lahir dan bayi mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Atau mereka mungkin munta, demam dan batuk, tampak gelisah atau lelah dan
tanpa energi, atau mengalami kesulitan bernapas dan makan
9. Kebingungan atau perubahan kesadaran mental (pada orang dewasa usia 65
tahun ke atas)

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang pada pasien dengan
pneumonia adalah :
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi structural (misal : labor, bronchial), dapat juga
menyatakan abses.
2. Biopsy paru
Untuk menetapkan diagnosis.
3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu
diagnosis keadaan.
6. Spirometrik static
Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi
Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nursalam (2015) penatalaksanaan umum yang diberikan antara lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit
2. IVFD dekstrosa 10% NaCl 0,9% = 3:1,+ KCL 10mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogatrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosillier.

Terapi lain dari pneumonia adalah :


1. Medikamentosa
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk ditentukan sehingga
pemberian antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman
tersering yaitu Sterptococcus pneumonia dan haemophilus influenza.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Untuk bayi di
bawah 3 bulan diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia
>3 bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan
pertama. Bila keadaan pasien memberat atau terdapat empisema, antibiotik
pilihan adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai
48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian peroral selama
7-10 hari.
2. Bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi
komplikasi pneumotoraks/pneumomediastinum.
3. Suportif
Pemberian oksigen sesuai dengan derajat sesaknya. Nutrisi parenteral
diberikan selama pasien masih sesak.

Anda mungkin juga menyukai