Anda di halaman 1dari 2

Resume Pancasila: Pancasila sebagai Ideologi terbuka

Ideologi: Suatu gagasan berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran


filsafat.

Jenis2 Ideologi:

1. Ideologi tertutup: dianggap sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi,
melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi. Tidak boleh
dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain. Isinya dogmatis
dan apriori.
2. Ideologi terbuka: hanya berisi nilai/prinsip dasar, sedangkan implementasinya dalam
kehidupan masyarakat selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai yang
berkembang di masyarakat. Ideologi terbuka Bersifat inklusif

- Pancasila sebgai ideology terbuka


1. Sifat dinamis Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara
2. Pancasila bisa menyesuaikan diri menghadapi berbagai zaman tanpa harus mengubah nilai
fundamentalnya.
3. Dengan nilai dasar (yang disebutkan universal) dan norma-norma normatif yang bisa diubah,
Pancasila bisa diterapkan dalam kehidupan nyata menghadapi berbagai dinamika masyarakat
Indonesia.

Pancasila bisa dikatakan sebagai ideologi total yang beroperasi dalam ranah negara, namun bukan
suatu sistem pemikiran yang tertutup seperti halnya fasisme, komunisme, dan fundamentalisme.
Diharapkan Pancasila memiliki daya sintas yang senantiasa dapat merespons berbagai tantangan
dan perkembangan. Soekarno menyebut Pancasila sebagai “leitstar (bintang penuntun) yang
dinamis sehingga mengarahkan pergerakan bangsa ke depan

- Syarat Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


1. Dimensi idealistis:
Menyangkut nilai dasar (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan)
- Soeryanto bahwa Pancasila sebagai Ideologi Ditinjau dari Segi Pandangan Hidup Bersama,
dalam “Pancasila Sebagai Indonesia” (1991:59) sebagai ideologi yang bersumber pada nilai
filosofis.
- Koento Wibisono dalam Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Makalah pada Lokakarya
Dosen-dosen Pancasila di PTN dan PTS se Kopertis Wilayah V (1989) menerangkan, idealistis
dari Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme, dan memotivasi masyarakat sesuai
cita-cita bangsa.
2. Dimensi Normatil
Nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila mesti diperjelas dengan aturan atau sistem norma
negara. Pancasila bisa mengatur sesuatu secara mendalam untuk pelaksanaannya melalui
norma yang dibuat atau diubah.
3. Dimensi Realistis
Berkat dimensi ini, realita yang ada di Indonesia bisa diselesaikan dengan keterbukaan ideologi
negara.
- Faktor pendorong pemikiran keterbukaan ideologi Pancasila:
1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional berencana dan dinamika masyarakat yang
berkembang secara cepat
2. Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku cenderung
meredupkan perkembangan dirinya
3. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau yang pernah dialami bangsa

- Arti Pancasila sebagai ideology terbuka


Melalui artikel “Relevansi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka di Era Reformasi” dalam Jurnal
Office  (Vol.2, No.2, 2016), A. Aco Agus mengungkapkan, ideologi Pancasila tidak kaku dan tidak
tertutup, akan tetapi reformatif, dinamis, dan terbuka. (Terbuka bukan berarti mengubha nilai tapi
berkembang)

- NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA


(Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila : Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis dan
Aktualisasinya, 2013)
Pertama, nilai dasar yang mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Kelima hal ini adalah pedoman fundamental yang sifatnya universal, mengandung
cita-cita negara, dan tujuan yang baik dan benar.
Kedua, nilai instrumental yang mencakup arahan, kebijakan, strategi, sasaran, dan lembaga
yang melaksanakannya.
Konsep ini merupakan perkembangan dari yang sebelumnya dasar. Berkatnya, penyesuaian
pelaksanaan dari sesuatu yang dasar akan lebih jelas untuk bisa menyelesaikan masalah
yang terjadi.
 Ketiga, nilai praksis, meliputi realisasi dari instrumental yang sifatnya nyata dan bisa
digunakan utuk kehidupan bernegara. Dengan nilai terakhir ini, Pancasila bisa melakukan
pengembangan serta perubahan agar bisa sesuai jika diterapkan dalam kondisi masyarakat
Indonesia yang berubah.
 Nilai Dasar: yang merupakan representasi nilai dan norma dalam masyarakat, bangsa, dan
negara Indonesia. Tidak berubah-ubah sepanjang nilai tersebut dipedomani, yaitu sila-sila yang
tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan 18 Agustus 1945
 Nilai Instrumental: yang merupakan pendukung utama nilai dasar, mengikuti perkembangan
zaman dalam dan luar negeri, dapat berubah. Berupa Tap MPR, UU, PP dan peraturan
perundangan lainnya sebagai tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila yang merupakan
pegangan berkehidupan berbangsa dan bernegara.
 Nilai Praktis: yang harus ada dalam praktik penyelenggaraan negara, sifatnya abstrak. Berupa
semangat dalam pelaksanaan negara dari pusat hingga tingkat terbawah dalam struktur sistem
pemerintahan negara Indonesia. Semangat penyelenggara dalam membangun sila-sila dalam
Pancasila secara konsekuen dan istiqamah, misalnya keteladanan antikorupsi (Srijanti dkk, 2009)

Anda mungkin juga menyukai