Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN Acc

25/05/2021
SECTIO CEASAREA DI RUANG IRNA 1

RSU MITRA DELIMA

NAMA : EKO WAHYU PRADANA

NIM : 1920095

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

SEKSIO CEASARE

1. DEFINISI

Seksio cesarea berasal dari perkataan Latin “Caedere” yang artinya

memotong. Seksio Cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Maryuani,

2014)

Seksio Cesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana irisan

dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan

bayi (Maryuani, 2014)

Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada

dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat

janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2010)

2. ETIOLOGI

Indikasi SC :

Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah :

a. Prolog labour sampai neglected labour.

b. Ruptura uteri imminen

c. Fetal distress

d. Janin besar melebihi 4000 gr

e. Perdarahan antepartum

(Manuaba, I.B, 2001)

Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio:

a. Malpersentasi janin

1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara

yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang

janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak

lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada

perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu

ditolong dengan cara lain.

2. Letak belakang

Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila

panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.

b. Plasenta previa sentralis dan lateralis

c. Presentasi lengkap bila reposisi tidak berhasil.

d. Gemeli menurut Eastman, sectio cesarea dianjurkan bila janin pertama letak

lintang atau presentasi bahu, bila terjadi interior (looking of the twins), distosia

karena tumor, gawat janin dan sebagainya.

e. Partus lama

f. Partus tidak maju

g. re-eklamsia dan hipertensi

h. Distosia serviks

3. PATOFISOLOGIS

Seksio cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada

bagian perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin

diatas 500 gram. Selain berasal dari faktor ibu seperti panggul sempit absolut,

kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi, tumor-

tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/vagina, plasenta

previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat, indikasi dilakukannya


sectio caesarea dapat berasal dari janin seperti kelainan letak, gawat janin, prolapsus

plasenta, perkembangan bayi yang terlambat, mencegah hipoksia janin, misalnya

karena preeklamsia.

Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai

dikarenakan lebih aman untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat

mempengaruhi tonus otot pada kandung kemih sehingga mengalami penurunan yang

menyebabkan gangguan eliminasi urin.

Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan

terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah insisi.

Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin. histamin dan

prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang

dirasakan dapat menyebabkan munculnya masalah keperawatan hambatan mobilitas

fisik. Selanjutnya hambatan mobilisasi fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat

menimbulkan masalah keperawatan defisit perawatan diri.

Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko tinggi

terhadap masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi apabila tidak

dilakukan perawatan luka yang baik.


4. PATHWAY

Indikasi Ibu Indikasi bayi

Section ceasare

Luka section ceasare Pengaruh anastesu Adaptasi Post Partum


spinal

Trauma Jaringan Tonus otot Kandung


Kemih Menurun

Jaringan terputus Jaringan terbuka Distensi kandung


kemih

Histamine dan Proteksi Kurang Perubahan eliminasi


prostaglandin keluar urine

Merangsang arean Invasi bakteri Gangguan eliminasi


sensorik urine

Nyeri akut Resiko Infeksi

Hambatan mobilitas
fisik

Defisit perawatan
diri
5. KOMPLIKASI

Komplikasi utama persalinan seksio cesarea adalah kerusakan organ-organ

seperti vesika urinasia dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anestesi,

perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar pada persalinan

seksio cesarea dibandingkan persalinan pervagina (Rasjidi, 2009)

Selain itu juga bisa terjadi komplikasi lain antaranya :

a. Infeksi Puerperalis

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari

dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis, sepsis

dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah

ada gejala – gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang merupakan

predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban

pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan

pemberian antibiotika, tetapitidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC

klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis profunda.

b. Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria

uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri

c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :

Luka kandung kemih

Embolisme paru – paru

d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut

pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea

klasik.

6. PELAKSANAAN POST SECTIO CEASARE

Perawatan post Sectio Caesarea menurut (Rasjidi, 2009) yaitu :

a. Ruang Pemulihan

Dalam ruang pemulihan prosedur yang harus dilakukan yaitu memantau

dengan cermat jumlah perdarahan dari vagina dan palpasi fundus uteri untuk

memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik.

b. Pemberian Cairan Intravena

Perdarahan yang tidak disadari di vagina selama tindakan dan perdarahan

yang tersembunyi didalam uterus atau keduanya, sering menyebabkan

perkiraan kehilangan darah menjadi lebih rendah daripada sebenarnya. Cairan

intravena yang perlu disiapkan untuk memenuhi kebutuhan klien yaitu larutan

Ringer Laktat atau larutan Kristaloid ditambah Dektrosa 5%. Bila kadar Hb

rendah diiberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.

c. Tanda-Tanda Vital

Setelah pulih dari ansetesi, observasi pada klien dilakukan setiap setengah

jam setelah 2 jam pertama dan tiap satu jam selama minimal 4 jam setelah

didapatkan hasil yang stabil. Tanda vital yang perlu dievaluasi yaitu Tekanan

darah, Nadi, Jumlah urin, Jumlah perdarahan, Status fundus uteri, Suhu tubuh.

d. Analgesik

Pemberian analgesik dapat diberikan paling banyak setiap 3 jam untuk

mengurangi nyeri yang dirasakan. Pemberian analgesik dapat berupa

Meperidin 75-100mg intramuskuler dan morfin sulfat 10-15mg intramuskuler.


e. Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus

Kateter vesika urinaria biasanya dapat dilepas dalam waktu 12 jam setelah

operasi dilakukan. Sedangkan untuk makanan padat dapat diberikan kurang

lebih 8 jam stelah operasi, atau jika klien tidak mengalami komplikasi.

f. Pemeriksaan laboratorium

Hematrokit secara rutin diukur pada pagi hari stelah pembedahan.

Pemeriksaan dilakukan lebih dini apabila terdapat kehilangan darah yang

banyak selama operasi atau menunjukkan tanda-tanda lain yang mengarah ke

hipovoemik.

g. Menyusui

Menyusui dilakukan pada hari 0 post Sectio Caesarea. Apabila klien

memutuskan untuk tidak menyusui, dapat diberikan bebat untuk menopang

payudara yang bisa mengurangi rasa nyeri pada payudara.

h. Pencegahan infeksi pasca operasi

Infeksi panggul pasca operasi merupakan penyebab tersering dari demam dan

tetap terjadi pada 20% wanita walaupun telah diberikan antibiotik profilaksis.

Sejumlah uji klinis acak telah membuktikan bahwa antibiotik dosis tunggal

dapat diberikan saat Sectio Caesarea untuk menrunkan angka infeksi.

i. Mobilisasi

Mobilisasai dilakukan secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri dapat

dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi. Hari kedua post operasi penderita

dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam.

Kemudian posisi tidur telentang dapat diubahmenjadi posisi setengah duduk.

Selanjutnya dengan berturrut-turut selama hari demi hari pasien dianjurkan


belajar uduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri

pada hari ketiga sampai hari kelima pasca operasi sectio caesarea

j. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada

penderita, meghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter

biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih


DAFTAR PUSTAKA

Maryuani, A. (2014). Perawatan Luka Seksio Caesarea (SC) dan Luka Kebidanan Terkini. In

Media .

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI .

PPNi. (2018). Standar Itervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi danKriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI.

Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono .

Rasjidi, I. (2009). Komplikasi utama persalinan seksio cesarea adalah kerusakan Adneksa.

Jakarta : C.V Sugeng Seto.


Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Identitas klien dan penanggung

Keluhan utama klien saat ini

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara

Riwayat penyakit keluarga

Keadaan klien meliputi :

a. Sirkulasi

Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan

kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL

b. Integritas egoDapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda

kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.

Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau

kecemasan.

c. Makanan dan cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).

d. Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.

e. Nyeri / ketidaknyamanan

Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi

kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.

f. Pernapasan

Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.

g. Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh


h. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.

2. Diagnose keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin)

akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)

b. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder

terhadap distensi kandung kemih

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas operasi

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,

penyembuhan dan perawatan post operasi

3. Rencana Asukan Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,

prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea).

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan nyeri

klien berkurang / terkontrol dengan kriteria hasil :

Klien melaporkan nyeri berkurang / terkontrol

Wajah tidak tampak meringis

Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan.

Intervensi:

1. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.

2. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis)

terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.

3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur, istirahat,

rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)


4. Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi progresif, latihan napas dalam,

imajinasi, sentuhan terapeutik.)

5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon pasien

terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)

6. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.

b. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder

terhadap distensi kandung kemih

Tujuan: Kebutuhan eliminasi urin dapat terpenuhi dengan kriteria hasil:

Pasien dapat mengosongkan kandung kemih 4-8 jam setelah melahirkan

Pasien tidak merasakan ketegangan pada kandung kemih

Intervensi:

1. Palpasi kandung kemih untuk memastikan adanya distensi kandung kemih

2. Kaji intake cairan pasien mulai terakhir saat pengosongan kandung kemih

3. Anjurkan pasien untuk merangsang BAK dengan menggunakan air hangat

4. Kaji volume urin yang dikeluarkan

5. ika pasien tidak dapat mengeluarkan urin sendiri secara spontan,

kolaborasi pemasangan kateter

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka

bekas

operasi (SC)

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan klien

tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :

Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea) Suhu dan

nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -

100x/ menit)
WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL)

Intervensi:

1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah

ketuban.

2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa)

3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic

4. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai

indikasi

5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh

luka

6. Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel

darah putih

7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah selama

prosedur pembedahan

8. Anjurkan intake nutrisi yang cukup

9. Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi

d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur

pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi

Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x 6 jam diharapkan ansietas

klien berkurang dengan kriteria hasil :

Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah

Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang

Intervensi:

1. Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan ketersediaan sistem pendukung

2. Tetap bersama klien, bersikap tenang dan menunjukkan rasa empati


3. Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah) berkaitan dengan ansietas yang

dirasakan

4. Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping

5. Berikan informasi yang benar mengenai prosedur pembedahan, penyembuhan, dan

perawatan post operasi

6. Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada masa lalu

7. Evaluasi perubahan ansietas yang dialami klien secara verbal

4. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang telah disusun


ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN Ny. I G1 P1001 Ab000 DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SC

PARTUS ATEREM KALA 1 LAMA + POMP DI RUANG IRNA 1

RSU MITRA DELIMA KAB. MALANG

NAMA : EKO WAHYU PRADANA

NIM : 1920095

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2021
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN Ny. I G1 P1001 Ab000 DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST SC

PARTUS ATEREM KALA 1 LAMA + POMP DI RUANG IRNA 1 RSU MITRA

DELIMA KAB. MALANG

Tanggal / Jam MRS : 26 April 2021/ 11.30 WIB

Pengkajian

Tanggal : 27 April 2021

Jam : 08.00

Tempat : Irna 1

A. DATA SUBYEKTIF

1. IDENTITAS

Nama : Ny. I Nama Suami : Tn. S

Umur :23 Th Umur : 24 Th.

Agama :Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan :-

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Kariyawan BUMN

Penghasilan :- Penghasilan :-

Alamat :Turen Alamat : Turen

No Reg : 120471

Diagnosa Medis : G1P1001 Ab000 Post SC Kala 1 Lama + POMP

2. KELUHAN

a. Saat MRS

Pasien mengatakan katang ke poli karena pembukaan terjadi lama mulai hari senin

tanggal 18 april 2021 sampai tanggal 25 april 2021


b. Saat Pengkajian (Keluhan Utama)

Pasien mengatakan nyeri hilang timbul pada bekas operasi, dan asi keluar sedikit

3. RIWAYAT KESEHATAN

3.1 Penyakit yang lalu

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit masa lalu

3.2 Penyakit sekarang

Pasien mengatakan mengalami partus lama

3.3 Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai reiwayat penyakit Dm Dan HT

4. RIWAYAT OBSTETRI / KEBIDANAN

4.1 Riwayat Menstruasi

Amenorhea :- Teratur/tdk : teratur

Menarche :- Dismenorhea: -

Lama : 6-7 hari Flour Albus : -

Banyak :3-4 kali ganti pembalut

Siklus :-

5. RIWAYAT KEHAMILAN,PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU

No Tgl/Bln/ Usia Tempat Jenis Penolo Penyu Anak Nifas Usia Hidu
(Gravid Thn Kehami Persalin Persalin ng lit J BB PB anak p/M
a) Persalina lan an an K ati
n
1 26 april 38 mgg RS SC Dr.Wid - L 3,4 48 - 2 hari Hidu
2021 Mitra iyatnti kg p
Delima
6. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

6.1 Riwayat Kehamilan ini : G1P101 Ab000

6.2 HPHT : 18 juli 2020 HPL : 24 april 2021

6.3 Usia Kehamilan: 38 minggu 2 hari

6.4 Keluhan hamil muda: mual muntah trimester awal

6.5 Kapan terasa gerakan awal : Trimester II

6.6 ANC1x, di RSU Mitra Delima

6.7 Status Tt lengkap

6.8 Terapi yang pernah diberikan: IVFD RL + Oxytocin 10 iu, IV cefli 2x 1 g,

ketorolac, tramadol, cefiliaxame

6.9 Penyuluhan yg pernah didapat : KIE Nutrisi

7. RIWAYAT KB

Tidak melakukan KB.

8. RIWAYAT PERNIKAHAN

Usia 22 th 1 kali

Jarak perkawinan & kehamilan pertama 2 bulan

9. RIWAYAT PSIKOSOSIAL SPIRITUAL & KELUARGA

ketika dilakukan pengkajian, klien tampak tenang, pasien mudah bersosialisasi, orang

terdekat adalah suaminya, pasien selalu membaca doa ketika melakukan tindakan.

10. POLA AKTIFITAS

Kebutuhan Dasar Sebelum Hamil Saat Hamil

1. Cairan & Makanan Makan 3x/ hari, Makan 3x/ hari (suka makanan yang

Minum 8 gelas/ hari manus ),

Minum 8 gelas/ hari (suka minum es )

2. Eliminasi BAB 1x / hari BAB 1x / hari


BAK 3-4x / hari BAK 3-5x / hari

3. Istirahat & Tidur 6 jam / hari Tidak teratur

4. Personal hygiene Mandi 2x sehari Mandi 1x sehari

Cuci rambut 2x / hari Cuci rambut 2x / minggu

Gosok gigi 2x / hari Gosok gigi 2x / hari

5. Aktivitas Kuliah IRT

6. Pola Sexualitas 2-3x / minggu Tidak menentu

B. DATA OBJEKTIF

1. KEADAAN UMUM :

- Kesadaran : Compos Mentis

- TTV : TD : 112/ 67 N: 75 S: 36,4 RR: 21, SpO: 99%

- TB : 160 cm

- BB (sebelum & saat hamil) : Tidak Terkaji

- Lila : Tidak terkaji

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Kepala ( Inspeksi, Palpasi)

- Rambut : rambut pendek, rapi, tidak ada lesi, warna hitam

- Wajah : simetris, tidak ada edema, tidak ada lesi

- Mata:

 Kelengkapan dan Kesimetrisan (+)Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + ),

Kelopak mata cekung ( + ), peradangan ( - ), luka ( - ), benjolan ( - ), Bulu mata

rontok (-)

 Konjungtiva dan selera : Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + ), Kelopak

mata/palpebra oedem ( - ), peradangan ( - ), luka( - ), benjolan ( - ), Bulu mata

rontok (-), Konjunctiva dan sclera perubahan warna (anemis), Warna iris (hitam)
 Pupil :Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis/midriasis), Pupil (isokor)

- Hidung :

 Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : :Tulang hidung simetris dan posisi

septum nasi di tengah

 Lubang Hidung : Perdarahan (- ), Kotoran (- ), Pembengkakan ( - ), pembesaran /

polip (- )

 Cuping Hidung : Pernapasan tidak menggunakan cuping hidung

- Mulut :

 Keadaan Bibir : Mukosa kering ( + ), simetris

 Keadaan Gusi dan Gigi : baik, lengkap

b. Pemeriksaan Leher

normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid meupun peningkatan vena jugularis

c. Pemeriksaan Thorax (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi)

 Payudara

Bentuk simetris, tidak ada benjolan, sedikit mengeras(karena asi keluar sedikit),

areola coklat kehitaman.

 Jantung: Teraba ictus cordis

 Paru : Pergerakan dada simetris, nyeri tekan (-), suara nafas tambahan (-)

d. Pemeriksaan Abdomen (Inspeksi, Palpasi, Auskultasi)

Inspeksi : bentuk simetris, terdapat bekar operasi tertutp kasa.

Palpasi

 Leopold I: letak sungsang

TFU :38 cm

TBJ :-

 Leopold II : posisi punggung kanan


DJJ: 150m

 Leopold III: teraba bokong lunak

 Leopold IV: 5/5

2. Pemeriksaan Ekstremitas : tidak terkaji

3. Pemeriksaan Genetalia : tidak terkaji

4. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher): tidak terkaji

5. Pemeriksaan Integumen: Kulit sawo matang, lesi (-), dan edema (-)

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Laboratorium/USG: terlampir

- Radiologi

2. TERAPI

a. IVFD RL + Oxytocin 10 iu

b. IV cefli 2x 1 g

c. ketorolac

d. tramadol

e. cefiliaxame

3. KESIMPULAN

G1P101Ab000 Usia Kehamilan 38 minggu2 hari Post SC Kala 1 Lama + POMP


4. ANALISA DATA

Nama : Ny. I

Usia : 23 Th

No.reg 120471

NO TANGGAL / ANALISA DATA MASALAH ETIOLOGI


JAM
1 27/4/2021 DS: klien mengatakan ada luka di bagian Resiko infeksi Luka SC
perut bekas operasi sedikit gatal.
DO : Trauma
Post SC Hari pertama terdapat luka pada jaingan
bagian perut, tidak ada rembesan .
TD : 112/67 mmHg Jaringan
N : 75 x/mnt terbuka
S: 36,4oc
RR : 21 x/mnt Invasi
bakteri

Resiko
terjadinya
indeksi
2 27/4/2021 DS : klien mengatakan nyeri jika Gangguan Luka SC
digunakan bergerak mobilitas fisik
DO : Trauma
Paien terbaring di tempar tidur, masih sulit jaringan
untuk bergerak. Jaringan
TD : 112/67 mmHg teputus
N : 75 x/mnt
S: 36,4oc Merangsang
RR : 21 x/mnt arean
sensorik

Nyeri

Gangguan
mobilitas
fisik

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasive

b. Gangguan mobilitas fisik b.d pembatasan gerak d.d nyeri saat bergerak
6. INTERVENSI

Nama : Ny. I

Umur : 23 Th

No.RM : 120471

N Dx Keperawatan SLKI SIKI


o
1. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
d.d efek tindakan keperawatan Observasi
prosedur 2x24 jam diharapkan  Monitor tanda dan
invasive bisa mengurangi resiko gejala infeksi local dan
infeksi dengan kriteria sistemik
hasil Terapeutik
 Cuci tangan sebelum
a. Kemampuan dan sesudah kontak
mencari informasi dengan pasien
tentang faktor resiko Edukasi
b. Kemampuan  Jelaskan tanda gejala
mengidentifikasi infeksi
faktor resiko  Ajarkan cara mencuci
c. Kemampuan tangan yang benar
melakukan strategi  Anjurkan
control resiko meningkatkan asupan
d. Kemampuan nutrisi.
memodifikasi gaya Perawatan luka
hidup Observasi :
 Monitor karakteristik
luka (warna, ukuran,
bau)
 Monitor tanda-tanda
infeksi
Terapeutik :
 Lepaskan balutan
plester secara perlahan
 Bersihkan luka
menggunakan cairan
pembersih nontoksik
 Berikan salep yan
sesuai
 Tutup luka dengan
balutan sesuai dengan
luka
Edukasi:
 Anjurkan konsumsi
makana tinggi kalori
dan protein
Kolaborasi :
 Berikan antibiotic
 Pemberian nutrisi
dengan ahli gizi

6. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi


mobilitas fisik tindakan keperawatan Edukasi :
b.d pembatasan 2x24 jam diharapkan  Identifikasi adanya
gerak d.d nyeri pasien mesa melakukan nyeri atau keluhan fisik
saat bergerak mobilisasi seperti lainya
biasanya, dengan  Monitor kondisi umum
kriteria hasil : selama melakukan
a. Pergerakan ambulasi
ekstremitas Terapeutik :
meningkat  Fasilitassi aktivitas
b. Nyeri menurun ambulasi dengan alat
c. Gerakan bantu
terbatas  Libatkan keluarga
menurun untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan ambulasi
Edukasi :
 Jelaskan tujuan
ambulasi
 Anjurkan melakukan
ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi
sedrhana (miring
kanan,miring kiri,
duduk, berjalan
kekamarmandi)
7. IMPLEMENTASI

Nama : Ny. I
Usia : 23 Th
No.RM : 120471

Tgl / Dx Kep
Implementasi Evaluasi
Jam
27/4/21 Resiko Pencegahan infeksi S:
infeksi d.d Observasi  keluarga bisa
efek  Memonitor tanda dan menjelaskan tanda
prosedur gejala infeksi local dan gejala infeksi
invasive sistemik  keluarga sudah
Terapeutik hafal 6 langkah
 Mencuci tangan sebelum cuci tangan yang
dan sesudah kontak dengan benar
pasien  keluarga mengerti
Edukasi cara meningkatkan
 Menjelaskan tanda gejala asupan nutrisi
infeksi  keluarga mengerti
 Mengajarkan cara mencuci bagai mana cara
tangan yang benar merawat luka yang
 Menganjurkan benar
meningkatkan asupan O:
nutrisi.  keluarga tampak
Perawatan luka mengerti cara
Observasi : perawatan luka dan
 Memonitor karakteristik mengerti cara
luka (warna, ukuran, bau) mengurangi resiko
 Memonitor tanda-tanda infeksi
infeksi  TD : 120/75 mmHg
Terapeutik : N : 83 x/mnt
 Melepaskan balutan plester S: 36,0oc
RR : 20 x/mnt
secara perlahan
 Membersihkan luka
A : masalah teratasi
menggunakan cairan
P : lanjut intervensi
pembersih nontoksik
 Memberikan salep yan
sesuai
 Menutup luka dengan
balutan sesuai dengan luka
Edukasi:
 Menganjurkan konsumsi
makana tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi :
 memberikan antibiotic
27/4/21 Gangguan Dukungan ambulasi S:
mobilitas Edukasi :  keluarga mengerti
fisik b.d  mengidentifikasi adanya cara kondisi umum
pembatasan nyeri atau keluhan fisik selama melakukan
gerak d.d lainya ambulasi
nyeri saat  Memonitor kondisi umum  keluarga mengerti
bergerak selama melakukan tujuan ambulasi
ambulasi  keluarga mengerti
Terapeutik : cara mengajarkan
 memfasilitassi aktivitas ambilasi dini
ambulasi dengan alat bantu (sederhana)
 melibatkan keluarga untuk O :
membantu pasien dalam  keluarga bisa
meningkatkan ambulasi memonitor atau
Edukasi : mendampingi
 menjelaskan tujuan pasien ketika
ambulasi belajar melakukan
 menganjurkan melakukan ambulasi dini
ambulasi dini  TD : 120/75 mmHg
 mengajarkan ambulasi N : 83 x/mnt
sedrhana (miring S: 36,0oc
RR : 20 x/mnt
kanan,miring kiri, duduk,
berjalan kekamarmandi)
A : masalah teratasi
P : intervensi lanjut
28/4/21 Resiko Pencegahan infeksi S:
infeksi d.d Observasi  keluarga bisa
efek  Memonitor tanda dan menjelaskan tanda
prosedur gejala infeksi local dan gejala infeksi
invasive sistemik  keluarga mengerti
Edukasi cara meningkatkan
 Menganjurkan asupan nutrisi
meningkatkan asupan  keluarga mengerti
nutrisi. bagai mana cara
Perawatan luka merawat luka yang
Observasi : benar
 Memonitor karakteristik O:
luka (warna, ukuran, bau)  keluarga tampak
Terapeutik : mengerti cara
 Melepaskan balutan plester perawatan luka dan
secara perlahan mengerti cara
 Membersihkan luka mengurangi resiko
menggunakan cairan infeksi
pembersih nontoksik  TD : 116/85 mmHg
 Memberikan salep yan N : 81 x/mnt
sesuai S: 36,7oc
RR : 21 x/mnt
 Menutup luka dengan
balutan sesuai dengan luka
A : masalah teratasi
Edukasi:
P : lanjut intervensi
 Menganjurkan konsumsi
makana tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi :
memberikan antibiotic
28/4/21 Gangguan Dukungan ambulasi S:
mobilitas Edukasi :  keluarga mengerti
fisik b.d  Memonitor kondisi umum cara kondisi umum
pembatasan selama melakukan selama melakukan
gerak d.d ambulasi ambulasi
nyeri saat Terapeutik :  keluarga mengerti
bergerak  memfasilitassi aktivitas cara mengajarkan
ambulasi dengan alat bantu ambilasi dini
 melibatkan keluarga untuk (sederhana)
membantu pasien dalam O:
meningkatkan ambulasi  keluarga bisa
Edukasi : memonitor atau
 menganjurkan melakukan mendampingi
ambulasi dini pasien ketika
 mengajarkan ambulasi belajar melakukan
sedrhana (miring ambulasi dini
kanan,miring kiri, duduk,  TD : 116/85 mmHg
berjalan kekamarmandi) N : 81 x/mnt
S: 36,7oc
RR : 21 x/mnt

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai