1669966841649pergub Jatim Nomor 66 Tahun 2022 Tentang Pedum 2023
1669966841649pergub Jatim Nomor 66 Tahun 2022 Tentang Pedum 2023
BAB I
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2023
Indikator 2022
2017 2018 2019 2020 2021 (Smt I
c-to-c)
PDRB ADHB
2.012,92 2.189,78 2.352,42 2.299,46 2.454,50 1.327,36
(Triliun Rupiah)
PDRB ADHK
2010 (Triliun 1.482,30 1.563,76 1.650,14 1.610,42 1.669,12 865,85
Rupiah)
Pertumbuhan
5,46 5,47 5,53 -2,33 3,57 5,49
Ekonomi Jatim
Pertumbuhan
Ekonomi 5,07 5,17 5,02 -2,07 3,69 5,23
Nasional
Tahun
No Kab/Kota
2017 2018 2019 2020* 2021**
Tahun
No Kab/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
Indeks Gini
2022
2017 2018 2019 2020 2021
(Maret)
Keterangan :
G < 0,3 = Ketimpangan rendah
0,3 ≤ G ≤ 0,5 = Ketimpangan sedang, dan
G > 0,5 = Ketimpangan tinggi
Tabel 1.7
Indeks Gini Kabupaten/Kota di Jawa Timur (Kondisi Maret)
Tahun
No Kab/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
Tahun
No Kab/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
22 Kab. Bojonegoro 89,78 89,77 89,98 90,17 90,21
23 Kab. Tuban 87,32 87,34 87,63 87,78 88,06
24 Kab. Lamongan 87,98 88,00 88,40 88,59 88,99
25 Kab. Gresik 89,57 89,72 90,05 89,93 90,2
26 Kab. Bangkalan 86,92 86,38 86,93 86,88 86,95
27 Kab. Sampang 84,15 84,33 84,79 85,50 86,32
28 Kab. Pamekasan 85,68 85,50 86,05 86,17 86,5
29 Kab. Sumenep 79,65 80,11 80,72 80,81 81,18
30 Kota Kediri 94,64 94,48 94,53 94,39 94,21
31 Kota Blitar 97,91 97,60 97,80 97,46 97,36
32 Kota Malang 94,96 94,71 94,72 94,97 95,24
33 Kota Probolinggo 96,07 95,56 95,91 95,87 96,01
34 Kota Pasuruan 96,36 96,02 96,18 96,16 96,27
35 Kota Mojokerto 93,40 93,05 93,18 93,26 93,47
36 Kota Madiun 93,66 93,47 94,05 94,38 94,42
37 Kota Surabaya 93,66 93,57 93,60 93,58 93,9
38 Kota Batu 89,27 89,27 89,71 89,72 89,89
Sumber : BPS Pusat
Tabel 1.11
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kab/Kota di Jawa Timur
Tahun
No Kab/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
1 Kab. Pacitan 66,51 67,33 68,16 68,39 68,57
2 Kab. Ponorogo 69,26 69,91 70,56 70,81 71,06
3 Kab. Trenggalek 68,10 68,71 69,46 69,74 70,06
4 Kab. Tulungagung 71,24 71,99 72,62 73,00 73,15
5 Kab. Blitar 69,33 69,93 70,57 70,58 71,05
6 Kab. Kediri 70,47 71,01 71,85 72,05 72,56
7 Kab. Malang 68,47 69,40 70,35 70,36 70,6
8 Kab. Lumajang 64,23 64,83 65,33 65,46 66,07
9 Kab. Jember 64,96 65,96 66,69 67,11 67,32
10 Kab. Banyuwangi 69,64 70,06 70,60 70,62 71,38
11 Kab. Bondowoso 64,75 65,27 66,09 66,43 66,59
12 Kab. Situbondo 68,68 66,42 67,09 67,38 67,78
13 Kab. Probolinggo 64,28 64,85 65,60 66,07 66,26
14 Kab. Pasuruan 66,69 67,41 68,29 68,60 68,93
15 Kab. Sidoarjo 78,70 79,50 80,05 80,29 80,65
16 Kab. Mojokerto 72,36 72,50 73,53 73,83 74,15
17 Kab. Jombang 70,88 72,64 72,85 72,97 73,45
18 Kab. Nganjuk 70,69 71,86 71,71 71,72 71,97
19 Kab. Madiun 70,27 71,23 71,69 71,73 71,88
20 Kab. Magetan 72,60 71,01 73,49 73,92 74,15
21 Kab. Ngawi 69,27 72,91 70,41 70,54 71,04
22 Kab. Bojonegoro 67,28 69,91 68,75 69,04 69,59
23 Kab. Tuban 66,77 67,43 68,37 68,40 68,91
24 Kab. Lamongan 71,11 71,97 72,57 72,58 73,12
25 Kab. Gresik 74,84 75,28 76,10 76,11 76,5
26 Kab. Bangkalan 62,30 62,87 63,79 64,11 64,36
12
Tahun
No Kab/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
27 Kab. Sampang 59,90 61,00 61,94 62,70 62,8
28 Kab. Pamekasan 64,93 65,41 65,94 66,26 66,4
29 Kab. Sumenep 64,28 65,25 66,22 66,43 67,04
30 Kota Kediri 77,13 77,58 78,08 78,23 78,6
31 Kota Blitar 77,10 77,58 78,56 78,57 78,98
32 Kota Malang 80,65 80,89 81,32 81,45 82,04
33 Kota Probolinggo 72,09 72,53 73,27 73,27 73,66
34 Kota Pasuruan 74,39 74,78 75,25 75,26 75,62
35 Kota Mojokerto 76,77 77,14 77,96 78,04 78,43
36 Kota Madiun 80,13 80,33 80,88 80,91 81,25
37 Kota Surabaya 81,07 81,74 82,22 82,23 82,31
38 Kota Batu 74,26 75,04 75,88 75,90 76,28
Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Tabel 1.12
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur dan Nasional
Tahun
Tabel 1.17
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Provinsi Jawa Timur
Tahun
Indikator
2017 2018 2019 2020 2021
Indeks Kualitas Lingkungan
66,29 66,36 67,10 67,70 68,49
Hidup (IKLH)
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur
Tahun
No Kab/Kota
2017 2018 2019 2020 2021
BAB II
AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
B. Penyelenggaraan Akuntansi
Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, transaksi, dan kejadian keuangan,
penyajian laporan serta penginterprestasian atas hasilnya. Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan finansial
berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam
pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBD. Setiap Perangkat Daerah melalui Pejabat Penatausahaan Keuangan
(PPK-SKPD) diwajibkan untuk menyelenggarakan akuntansi atas transaksi-
transaksi pendapatan, belanja, aset, kewajiban dan ekuitas dana serta
menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Atas proses pencatatan transaksi pendapatan LRA, pendapatan LO, belanja,
beban, serta transaksi selain kas pada buku jurnal.
3. Laporan Tahunan
Perangkat Daerah diwajibkan menyerahkan laporan keuangan berupa:
a. Laporan Realisasi APBD;
b. Neraca;
c. Laporan Operasional;
d. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
e. Catatan atas Laporan Keuangan.
Untuk disampaikan kepada BPKAD selaku SKPKD paling lambat
minggu pertama bulan Pebruari setelah tahun anggaran berkenaan
berakhir.
BLUD-SKPD / Unit Kerja wajib menyerahkan laporan keuangan
lengkap berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang disertai
Laporan Kinerja, untuk dikonsolidasikan ke dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah paling lambat minggu pertama bulan Pebruari setelah
tahun anggaran berkenaan berakhir. Untuk BLUD unit kerja laporan
keuangan tersebut diatas untuk dikonsolidasikan dengan Perangkat Daerah
induknya.
Apabila batas akhir tanggal penyampaian laporan keuangan dari
SKPD kepada SKPKD jatuh pada hari libur, maka penyampaian laporan
keuangan tersebut dilakukan satu hari sebelum batas waktu penyampaian
laporan keuangan. BPKAD selaku SKPKD diwajibkan untuk menyusun
laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupa Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
dan Catatan atas Laporan Keuangan dari masing-masing SKPD. Batas
maksimal penyusunan dan penyampaian laporan keuangan Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Timur kepada BPK adalah 3 (tiga) bulan setelah
tahun anggaran berkenaan berakhir.
E. Dokumen Sumber
Dokumen sumber merupakan dokumen yang digunakan sebagai
dasar untuk pencatatan transaksi pada jurnal akuntansi.
1. Dokumen sumber untuk penerimaan kas dari pendapatan daerah
adalah:
a. Surat Tanda Setoran (STS);
b. Nota Kredit;
c. Surat Pengesahan Pendapatan Transfer (SP2T) dana BOS dan Surat
Pengesahan Pendapatan Hibah (SP2H) dana BOS; dan
d. Bukti Penerimaan Lainnya yang Sah,
2. Dokumen sumber untuk pengeluaran kas untuk belanja dan pembiayaan
daerah adalah:
a. Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D-LS);
b. Pembebanan atas Penggunaan SP2D UP/GU/TU berupa Pengesahan
atas realisasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ);
c. Surat Pengesahan Belanja (SPB) Dana BOS Satdikmen/Satdiksus
Negeri; dan
d. Surat Pengesahan Belanja (SPB) Hibah Dana BOS.
24
G. Kebijakan Akuntansi
Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, maka Pemerintah Provinsi Jawa
Timur telah melaksanakan Kebijakan Akuntansi Berbasis Akrual sejak
Tahun Anggaran 2015.
Kebijakan akuntansi diatur dalam Peraturan Gubernur tersendiri
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan serta kebijakan
pemerintah pusat dan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur.
26
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN
TUGAS PEMBANTUAN YANG BERSUMBER DARI APBN
DI JAWA TIMUR
A. Perencanaan
1. Dalam penyusunan usulan rencana dan program kegiatan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang bersumber dari APBN perlu
dilakukan sinkronisasi dengan kegiatan yang dibiayai APBD, yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Bappeda dan Biro Administrasi
Pembangunan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Rencana dan program kegiatan dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan dilaksanakan oleh Menteri melalui Sekretaris Jenderal
melalui koordinasi dengan pejabat eselon I terkait sebagai
penanggung jawab program yang merupakan bagian integral dalam
rencana dan program Kementerian.
b. Mekanisme perubahan rencana program dana dekonsentrasi dan
dana Tugas Pembantuan adalah sebagai berikut:
1) Dana dekonsentrasi diusulkan oleh Pemerintah daerah dan dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari
pejabat eselon I pada instansi vertikal terkait sebagai penanggung
jawab program berdasarkan usulan tertulis dari Gubernur dengan
disertai penjelasan mengenai alasan-alasan kebutuhannya.
2) Dana Tugas pembantuan berdasarkan usulan tertulis dari
Gubernur/Bupati/Walikota yang disertai penjelasan mengenai
alasan-alasannya.
2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen anggaran
lainnya yang berlaku setelah mendapat penetapan/pengesahan oleh
Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) disampaikan kepada Gubernur
cq. Biro Administrasi Pembangunan dan Biro Administrasi
Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur dapat melakukan
kegiatan monitoring dan evaluasi untuk optimalisasi pemanfaatan dana
dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan.
3. Sedangkan Petunjuk Operasional (PO) kegiatan ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Anggaran.
B. Pengorganisasian
1. Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pengelolaan dana APBN dibentuk
Tim Koordinasi Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Provinsi Jawa Timur.
2. Bidang-bidang dalam Tim Koordinasi tersebut dapat membentuk
keanggotaannya sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing OPD;
3. Dalam rangka memperlancar penyusunan laporan keuangan tingkat
wilayah, Gubernur adalah penanggung jawab Unit Akuntansi Pembantu
Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPAW) dan OPD sebagai Sub Unit
UAPPAW.
27
D. Revisi Anggaran
1. Tujuan Revisi Anggaran
a. Antisipasi terhadap perubahan kondisi dan prioritas kebutuhan;
b. Mempercepat pencapaian pelaksanaan kinerja;
c. Meningkatkan efektifitas, kualitas belanja dan optimalisasi
penggunaan anggaran yang efisien.
2. Batasan Revisi
a. Tidak Mengurangi Alokasi Anggaran
1) Biaya operasional Satker kecuali untuk memenuhi kebutuhan
biaya operasional satker lain;
2) Tunjangan profesi dan tunjangan kehormatan kecuali untuk
memenuhi tunjangan profesi dan tunjangan kehormatan satker
lain;
3) Kebutuhan pengadaan bahan makanan untuk
tahanan/narapidana kecuali untuk memenuhi kebutuhan
pengadaan bahan makanan untuk tahanan/narapidana pada
satker lain;
4) Pembayaran berbagai tunggakan;
5) Kegiatan yang bersifat multiyears; dan/atau
6) Paket kerja yang sudah dikontrakan/direalisasikan dananya
sehingga pagu minus,
b. Tidak mengurangi sasaran kinerja
1) Mengurangi volume keluaran (output) Kegiatan Prioritas Nasional
dan/atau Prioritas Bidang; atau
2) Mengurangi spesifikasi keluaran (output).
c. Pelaksanaan revisi disesuaikan dengan peraturan dan perundangan
yang berlaku pada tahun berkenaan.
28
BAB IV
LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN APBD DAN APBN
B. Jenis Pelaporan:
1. Laporan Bulanan
Kepala Perangkat Daerah melaporkan tentang target, realisasi keuangan
dan fisik serta aktivitas pengadaan barang/jasa kepada Gubernur
melalui Tim Evaluasi Percepatan Realisasi Anggaran (TEPRA) Biro
Administrasi Pembangunan selaku Pejabat Penghubung TEPRA Provinsi
dengan TEPRA Pusat.
Selanjutnya, TEPRA Provinsi akan melaporkan rekapitulasinya kepada
Presiden cq. TEPRA Pusat melalui website https://monev.lkpp.go.id
dengan Format TEPRA, yang terdiri dari:
a) Rencana penyerapan keuangan dan fisik komulatif dalam satu tahun
anggaran (disbursment plan);
30
2. Laporan Triwulan
a. Kewajiban laporan triwulan untuk realisasi fisik/keuangan dan
indikator output/outcome oleh Kepala Perangkat Daerah pengelola
anggaran APBN kepada Gubernur melalui Bappeda, disampaikan
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah triwulan yang bersangkutan
berakhir sesuai ketentuan dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah
Nomor 39 Tahun 2006.
Disamping itu pemantauan terhadap input, output dan indikator
kinerja dari masing-masing program dan kegiatan anggaran APBN
dari Kementerian/Lembaga pelaporan disampaikan secara
triwulanan kepada Bappenas paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja setelah triwulan berakhir melalui laporan online e-Monev (pada
website https://e-monev.bappenas.go.id).
b. Selanjutnya sebagai upaya dalam melaksanakan pengendalian
pelaporan dan evaluasi pelaksanaan DAK sejalan dengan Pasal 63
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan dan Peraturan Presiden Nomor 123 Tahun 2016
tentang Petunjuk Teknis DAK Fisik serta Peraturan Presiden Nomor
5 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
31
123 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Dana Alokasi Khusus Fisik
maka Perangkat Daerah penerima DAK fisik berkewajiban untuk
melapor hasil pelaksanaan DAK.
Kewajiban laporan triwulan berupa laporan pelaksanaan kegiatan,
penyerapan dana dan capaian output kegiatan oleh Kepala Perangkat
Daerah pengelola anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada
Gubernur melalui Bappeda, disampaikan paling lambat 14 (empat
belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.
c. UAPPAW wajib melaksanakan rekonsiliasi laporan triwulan ke
Kanwil XV Surabaya Ditjen Perbendaharaan Negara, selanjutnya
disampaikan ke Eselon I Kementerian/Kantor Kementerian Negara
dengan SAI (Sistem Akuntansi Instansi) dan ke Biro Administrasi
Pembangunan melalui SMEP online (Data digital SAI file Kirim
SAKPAD/Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran Daerah)
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah triwulan yang
bersangkutan berakhir (setelah Rekonsiliasi dengan Kanwil XV).
d. Sesuai Pasal 261 ayat (5) Permendagri 86 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan
daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah menyatakan bahwa evaluasi hasil Rencana Kerja
Pemerintahan Daerah dilaksanakan dengan menggunakan hasil
evaluasi Renja Perangkat Daerah yang dilakukan masing-masing
Kepala Perangkat Daerah.
Laporan harus dikirimkan setiap triwulanan kepada Gubernur
melalui Bappeda Provinsi Jawa Timur yang ditandatangani oleh
Kepala Perangkat Daerah 2 (dua) minggu setelah pelaksanakan
rekonsiliasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan APBD yang
dilaksanakan oleh Biro Administrasi Pembangunan dengan format
laporan Evaluasi Hasil Renja sesuai dengan Lampiran Permendagri
86 Tahun 2016.
3. Laporan Semester
UAPPAW wajib melaksanakan rekonsiliasi Laporan Semester ke Kanwil
XV Surabaya Ditjen Perbendaharaan Negara, selanjutnya diteruskan ke
Eselon I Departemen/Kantor Kementerian Negara dengan sistem SAI
dan ke Biro Administrasi Pembangunan dengan Sistem SMEP online
(Data digital SAI file Kirim SAKPAD/Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran Daerah) paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
pada setiap akhir semester.
4. Laporan Tahunan
Jenis pelaporan yang harus dipenuhi oleh setiap Perangkat Daerah tiap
tahunnya adalah:
32
C. Mekanisme Pelaporan
1. Pelaporan Online
a. Pelaksanaan laporan dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan (SMEP) melalui website
www.smep.jatimprov.go.id Sistem aplikasi ini berfungsi sebagai
bahan pengawasan dan pembinaan bagi Inspektorat Provinsi Jawa
Timur karena mempunyai fasilitas login khusus untuk dapat
mengakses data tersebut;
b. Pelaksanaan laporan Evaluasi Hasil Renja Perangkat Daerah dengan
menggunakan aplikasi Sistem Monitoring dan Evaluasi melalui
website Sistem aplikasi ini berfungsi sebagai bahan monitoring dan
evaluasi hasil kinerja Perangkat Daerah sebagaimana telah diatur
dalam Permendagri 86 Tahun 2017.
33
2. Pelaporan Manual
Disamping melaporkan secara online, Kepala Perangkat Daerah
diwajibkan juga melaporkan secara manual. Adapun jenis pelaporan
secara manual adalah sebagai berikut:
a. Triwulanan
1) Setiap Perangkat Daerah wajib mengirim resmi Laporan kinerja
kegiatan APBD atau Laporan Evaluasi Hasil Renja Perangkat
Daerah sesuai Permendagri 86 Tahun 2017 berupa hard copy
cetakan dari aplikasi Sistem Monitoring dan Evaluasi
(http://simona.bappedajatim.id/) yang ditandatangani oleh Kepala
Perangkat Daerah masing-masing serta dikirim melalui email
dengan alamat: jatimdalev@gmail.com;
2) Perangkat daerah yang mendapatkan/mengelola Dana APBN
(Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) mempunyai kewajiban
untuk melaporkan realisasi fisik/keuangan dan indikator
output/outcome kepada Gubernur melalui Bappeda, disampaikan
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah triwulan yang
bersangkutan berakhir sesuai dengan Pasal 7 Peraturan
Pemerintah Nomor 39 tahun 2006;
3) Perangkat daerah yang mendapatkan/mengelola Dana DAK wajib
melaporkan hasil pelaksanaan DAK disampaikan paling lambat 10
(sepuluh) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir kepada
kepala Daerah (Gubernur) melalui Bappeda sebagaimana yang
telah diatur dalam Petunjuk Teknis DAK.
b. Tahunan
1) Laporan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP):
a) Setiap Perangkat Daerah Provinsi Jawa Timur wajib
membentuk tim AKIP (Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah) yang bertugas menyusun:
(1) Pelaporan Kinerja (LAKIP)
(2) Pencapaian Sasaran/Kinerja
b) Pada setiap awal tahun anggaran Perangkat Daerah
menyampaikan capaian penetapan kinerja kepada Gubernur
Jawa Timur melalui Biro Organisasi sebanyak 2 (dua)
eksemplar beserta CD/flash disk dengan format Excel dengan
huruf Arial 12.
c) Pada akhir tahun anggaran, setiap Perangkat Daerah
menyusun Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan
Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) disampaikan kepada
Gubernur Jawa Timur dengan tembusan Biro Organisasi
sebanyak 2 (dua) eksemplar beserta disket dengan format
Excel dan huruf Arial 12 sebagai bahan LPJ Gubernur.
d) Menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a.
kepada Gubernur Jawa Timur selambat-lambatnya bulan
Februari tahun berikutnya melalui Biro Organisasi.
34
E. Kearsipan
Dalam rangka menjamin ketersediaan arsip Perangkat Daerah
Provinsi Jawa Timur yang autentik dan terpercaya, menjamin pelindungan
kepentingan negara dan hak-hak keperdataan masyarakat serta
penyelamatan arsip bernilai guna tinggi sebagai identitas jati diri, bahan
pertanggungjawaban dan memori kolektif bangsa, perlu didukung oleh
penyelenggaraan kearsipan yang sesuai dengan prinsip kaidah dan standar
penyelenggaraan kearsipan. Pengelolaan arsip dinamis harus memenuhi
persyaratan andal, sistematis, utuh, menyeluruh dan sesuai dengan norma,
standar, prosedur, kriteria (NSPK).
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
Pasal 40 sampai dengan Pasal 58 terkait Pengelolaan arsip dinamis menjadi
tanggungjawab Perangkat Daerah selaku pencipta arsip. Pengelolaan arsip
dinamis meliputi pengelolaan arsip aktif, arsip inaktif dan arsip vital.
1. Ruang lingkup kegiatan pengelolaan arsip dinamis di Perangkat Daerah
meliputi kegiatan penciptaan arsip, penggunaan dan pemeliharaan arsip
serta kegiatan penyusutan arsip.
a. Kegiatan Penciptaan arsip, meliputi kegiatan penerimaan dan
pembuatan naskah dinas.
1) kegiatan penerimaan naskah dinas:
a) setiap naskah dinas masuk dan keluar dilakukan
pencatatan/registrasi secara tersentral di unit Tata Usaha.
b) pengarahan dan pengendalian naskah dinas.
c) Pendistribusian naskah dinas ke Unit Pengolah (Bidang/
Bagian).
2) kegiatan pembuatan naskah dinas:
a) kegiatan pembuatan naskah dinas.
b) penomoran surat keluar secara tersentral di Tata Usaha.
c) pendistribusian naskah dinas ke tujuan.
d) pendokumentasian naskah dinas.
Kegiatan penerimaan dan pembuatan naskah dinas harus
berdasarkan pada pedoman tata naskah dinas, klasifikasi arsip
dan sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip (SKKAAD).
b. Kegiatan penggunaan dan pemeliharaan arsip
Arsip dinamis dapat digunakan untuk kepentingan internal dan
eksternal lembaga, karena itu Perangkat Daerah wajib:
1) menyediakan arsip dinamis kepada pengguna yang berhak sesuai
dengan aturan yang berlaku;
2) dapat menutup akses dan penggunaan arsip bersifat tertutup
dengan alasan tertentu;
3) arsip yang dibuat dapat dipinjam untuk kepentingan internal dan
dibuat buku peminjaman arsip.
Pemeliharaan arsip dinamis bertujuan untuk menjamin keamanan
fisik dan informasi arsip, karena itu Perangkat Daerah wajib:
39
5) kode klasifikasi;
6) uraian informasi arsip;
7) kurun waktu;
8) jumlah; dan
9) keterangan (asli, copy, tembusan, dll)
3) Alih media arsip
a) Dilaksanakan dalam bentuk dan media apapun sesuai
kemajuan IT berdasarkan ketentuan perundangan;
b) Arsip yang dialihmediakan adalah arsip yang memiliki nilai
guna tinggi;
c) Arsip yang dialihmediakan dibuatkan berita acara disertai
daftar arsip yang dialihmediakan;
d) Pelaksanaan alihmedia ditetapkan oleh pimpinan Perangkat
Daerah.
2. Penyusutan arsip
Perangkat Daerah wajib melakukan penyusutan arsip dinamis yang
dilakukan berdasarkan Jadwal Retensi Arsip (JRA) atau masa simpan
arsip. Penyusutan arsip dilakukan melalui kegiatan:
a. Memindahkan arsip inaktif dari Unit Pengolah (masing-masing
bidang/bagian) ke Unit Kearsipan (Subbag Tata Usaha).
Tata cara pemindahan arsip inaktif:
1) dilakukan seleksi arsip inaktif yang akan di pindah.
2) penataan arsip inaktif yang di pindah.
3) pembuatan daftar arsip aktif yang dipindah.
4) pembuatan berita acara pemindahan arsip.
5) untuk arsip yang memiliki retensi di bawah 10 (sepuluh) tahun
dilakukan pemindahan dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan
dilingkungan Perangkat Daerah Pencipta.
6) untuk arsip yang memiliki retensi sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun dilakukan oleh Perangkat Daerah pencipta arsip
ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur.
b. Pemusnahan arsip
Perangkat Daerah wajib memusnahkan arsip sesuai prosedur yang
benar.
Ketentuan arsip yang dimusnahkan:
1) arsip yang dimusnahkan adalah arsip yang sudah tidak memiliki
nilai guna, habis masa retensinya dan berketerangan musnah
sesuai Jadwal Retensi Arsip (JRA).
2) tidak ada peraturan perundangan yang melarang.
3) arsip yang tidak terkait penyelesaian satu perkara.
4) merupakan tanggungjawab pimpinan perangkat daerah pencipta
arsip.
41
Prosedur pemusnahan:
1) pembentukan Panitia Penilai Arsip.
2) penyeleksian arsip yang akan dimusnahkan.
3) pembuatan daftar arsip usul musnah oleh arsiparis/pengelola
arsip.
4) penilaian oleh Panitia penilai arsip.
5) penetapan arsip yang akan dimusnahkan.
6) persetujuan tertulis dari Gubernur Jawa Timur untuk arsip yang
memiliki retensi di bawah 10 (sepuluh) tahun.
7) persetujuan kepala ANRI untuk arsip yang memiliki retensi
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
8) Pelaksanaan pemusnahan, disaksikan oleh sekurang-kurangnya
2 (dua) pejabat dari Unit Hukum dan/atau Inspektorat.
c. Penyerahan arsip statis
Perangkat Daerah wajib menyerahkan arsip statis/permanen ke
Lembaga Kearsipan Provinsi (Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Jawa Timur).
Prosedur penyerahan arsip statis:
1) Seleksi arsip statis yang akan diserahkan (proses penilaian oleh
tim penilai arsip statis).
2) Arsip statis yang akan diserahkan wajib ditata dengan baik.
3) Dibuat daftar arsip statis usul serah.
4) Penilaian arsip oleh panitia penilai arsip terhadap arsip usul
serah.
5) Pemberitahuan akan penyerahan arsip statis oleh pimpinan
pencipta arsip ke kepala lembaga kearsipan.
6) Penyerahan arsip statis harus disertai dengan Berita Acara
Penyerahan arsip statis.
7) Pimpinan Perangkat Daerah bertanggungjawab atas
autentisitas, reliabilitas dan keutuhan arsip statis yang
diserahkan ke Dinas perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa
Timur.
3. SDM Kearsipan
a) Pengelolaan arsip dinamis di Perangkat Daerah dilaksanakan oleh
SDM Kearsipan yang meliputi pejabat struktural kearsipan,
arsiparis, pranata kearsipan, para pengelola arsip dan staf Non PNS
yang mengelola arsip.
b) Perangkat Daerah wajib menyediakan SDM Kearsipan sebagai
pelaksana pengelolaan arsip dinamis.
BAB V
PEMBINAAN APARATUR
A. Tunjangan/Gaji
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna serta kesejahteraan
Pegawai ASN, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai ASN sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2019 bagi Pegawai ASN/CPegawai ASN disamping menerima gaji
pokok juga diberikan tunjangan antara lain sebagai berikut :
1. Pegawai ASN/CPegawai ASN yang mempunyai anak (Kandung, Tiri,
Angkat) belum berumur 21 Tahun dan tidak/belum pernah kawin, tidak
mempunyai penghasilan dan menjadi tanggungan Pegawai
ASN/CPegawai ASN yang bersangkutan;
2. Anak Pegawai ASN/CPegawai ASN yang telah berumur 21 tahun s/d 25
tahun, tetapi masih melanjutkan pendidikan formal, yang dibuktikan
dengan Surat Keterangan dari PTN/PTS 3 (tiga) bulan sebelum batas
usia;
3. Diberikan sebanyak-banyaknya untuk 2 (dua) orang anak, kecuali pada
saat tanggal 1 Maret 1994 telah memperoleh tunjangan anak lebih dari
2 (dua) orang anak;
4. Anak kandung adalah anak yang dilahirkan oleh ibu yang terikat
pernikahan yang sah antara suami-istri;
5. Anak tiri adalah anak yang dibawa oleh suami/istri dari pernikahan
yang terdahulu;
6. Anak angkat adalah anak orang lain yang telah diangkat oleh Pegawai
ASN/CPegawai ASN dengan Keputusan Pengadilan Negeri dan hanya
mendapat 1 (satu) tunjangan anak angkat;
7. Setiap Pegawai ASN/CPegawai ASN wajib melaporkan perubahan status
keluarganya berkenaan dengan tunjangan keluarga;
8. Pembuat daftar gaji/pengurus daftar gaji ikut bertanggung jawab atas
kebenaran/ kelengkapan persyaratan/ dokumen pembayaran tunjangan
keluarga Pegawai ASN/CPegawai ASN.
C. Disiplin Kerja
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 94 Tahun 2021 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil, bahwa disiplin adalah kesanggupan Pegawai
Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan
kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman
disiplin.
Dalam rangka mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang handal, profesional
dan bermoral sebagai penyelenggara Pemerintahan yang menerapkan
prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (Good Governance), maka Pegawai
Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara dituntut untuk setia kepada
Pancasila, UUD 1945, NKRI, Pemerintah, bersikap disiplin, jujur, adil,
transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas.
1. Kewajiban PNS (ada 17) antara lain:
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah
yang berwenang;
d. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
i. Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji PNS;
j. Menghadiri dan mengucapkan sumpah/janji jabatan;
k. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan pribadi,
seseorang, dan/atau golongan;
l. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan keamanan negara atau
merugikan keuangan negara;
m. Melaporkan harta kekayaan kepada pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
n. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
o. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
p. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan kompetensi; dan
q. Menolak segala bentuk pemberian yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi kecuali penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
45
2) teguran tertulis bagi Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 4 (empat) sampai
dengan 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) tahun; dan
3) pernyataan tidak puas secara tertulis bagi Pegawai Negeri Sipil
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif
selama 7 (tujuh) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja.
b. Hukuman Disiplin Sedang
1) Pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 6 (enam) bulan bagi PNS yang tidak Masuk Kerja
tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 11 (sebelas)
sampai dengan 13 (tiga belas) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
2) Pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 9 (sembilan) bulan bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 14 (empat
belas) sampai dengan 16 {enam belas) hari kerja dalam 1 (satu)
tahun; dan
3) Pemotongan tunjangan kinerja sebesar 25% (dua puluh lima
persen) selama 12 (dua belas) bulan bagi PNS yang tidak Masuk
Kerja tanpa alasan yang sah secara kumulatif selama 17 (tujuh
belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja dalam 1 (satu)
tahun.
c. Hukuman Disiplin Berat
1) Penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas)
bulan bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang sah
secara kumulatif selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 24
(dua puluh empat) hari kerja dalam 1 (satu) tahun;
2) Pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama
12 (dua belas) bulan bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa
alasan yang sah secara kumulatif selama 25 (dua puluh lima)
sampai dengan 27 (dua puluh tujuh) hari kerja dalam 1 (satu)
tahun;
3) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang
sah secara kumulatif selama 28 (dua puluh delapan) hari kerja
atau lebih dalam 1 (satu) tahun; dan
4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS bagi PNS yang tidak Masuk Kerja tanpa alasan yang
sah secara terus menerus selama 10 (sepuluh) hari kerja.
4. Ketentuan tingkat dan jenis Hukuman Disiplin sedang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dalam Peraturan Pemerintah Nomor 94
Tahun 2021 berlaku setelah Peraturan Pemerintah mengenai Gaji dan
Tunjangan berlaku. Sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah mengenai
Gaji dan Tunjangan, maka penjatuhan hukuman disiplin sedang berlaku
sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin PNS.
5. Untuk melaksanakan sanksi disiplin sebagaimana tersebut di atas,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan
jam kerja dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir tahun
berjalan;
47
D. Disiplin PPPK
1. Bagi PPPK wajib mematuhi semua kewajiban dan larangan bagi PPPK;
2. Kewajiban bagi PPPK antara lain :
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan, dan tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di
luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
i. Membangun dan mengembangkan sikap toleran dan kerjasama
diantara sesama PPPK dan pihak terkait lainnya; dan
j. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
3. Larangan bagi PPPK antara lain :
a. Menyalahgunakan wewenang;
b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
c. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara
lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
d. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing;
e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
50
E. Jam Kerja
1. Terkait dengan penerapan jam kerja Aparatur Sipil Negara (ASN)
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengacu kepada Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2022 tentang hari Kerja dan Jam Kerja di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
2. Pegawai Negeri Sipil Wajib Melaksanakan Senam kesegaran jasmani
yang dimulai pukul 07.00 WIB pada Hari Jumat;
3. Dalam hal tidak diadakan kegiatan senam kesegaran jasmani, maka
perhitungan keterlambatan dimulai berdasarkan jam kerja resmi sesuai
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2022 tentang hari
Kerja dan Jam Kerja di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
14. Setiap atasan dan pejabat yang menerima surat pemberitahuan adanya
gugatan perceraian harus melaksanakan tugas dan wewenangnya
seperti dalam hal menerima permintaan ijin perceraian, yaitu wajib
merukunkan kembali kedua belah pihak dan apabila perlu dapat
memanggil atau meminta keterangan dari pihak-pihak yang
bersangkutan;
15. Apabila usaha untuk merukunkan kembali tidak berhasil dan
perceraian itu terjadi atas kehendak Pegawai Negeri Sipil pria, maka ia
wajib menyerahkan bagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan
anak-anaknya;
16. Apabila perceraian terjadi atas kehendak Pegawai Negeri Sipil pria
maka Pegawai Negeri Sipil tersebut wajib membuat pernyataan tertulis
menyerahkan bagian gajinya untuk penghidupan bekas istri dan anak-
anaknya;
17. Hak atas bagian gaji untuk bekas istri sebagaimana dimaksud tidak
diberikan, apabila perceraian terjadi karena istri terbukti telah berzina
dan atau istri terbukti telah melakukan kekejaman atau penganiayaan
berat baik lahir maupun batin terhadap suami dan atau istri terbukti
menjadi pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan dan
atau istri terbukti telah meninggalkan suami selama dua tahun
berturut-turut tanpa ijin suami dan tanpa alasan yang sah atau karena
hal lain di luar kemampuannya;
18. Meskipun perceraian terjadi atas kehendak istri yang bersangkutan,
haknya atas bagian gaji untuk bekas istri tetap diberikan apabila
ternyata alasan istri mengajukan gugatan cerai karena dimadu, dan
atau karena suami terbukti telah berzina, dan atau suami terbukti
telah melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir
maupun batin terhadap istri, dan atau suami terbukti telah menjadi
pemabuk, pemadat, dan penjudi yang sukar disembuhkan dan atau
suami terbukti telah meninggalkan istri selama dua tahun berturut-
turut tanpa ijin istri dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di
luar kemampuannya;
19. Bendaharawan gaji wajib menyerahkan secara langsung bagian gaji
yang menjadi hak bekas istri dan anak-anaknya sebagai akibat
perceraian, tanpa lebih dahulu menunggu pengambilan gaji dari
Pegawai Negeri Sipil bekas suami yang telah menceraikannya;
20. Bekas istri dapat mengambil bagian gaji yang menjadi haknya secara
langsung dari Bendaharawan gaji, atau dengan surat kuasa, atau
dapat meminta untuk dikirimkan kepadanya;
21. Apabila ada gugatan perceraian yang diajukan oleh pihak istri dan
setelah dilakukan upaya merukunkan kembali oleh Pejabat tidak
berhasil, maka proses pemberian ijin agar diselesaikan secepatnya
mematuhi dan sesuai dengan ketentuan jangka waktu yang telah
ditentukan;
22. Bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah melakukan perceraian tidak
mendapatkan ijin/surat keterangan terlebih dahulu dari pejabat
berwenang akan diberikan sanksi salah satu hukuman disiplin berat
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021;
23. Syarat Kelengkapan Mengajukan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil:
a. Surat Permohonan dari yang bersangkutan melalui instansi;
b. Foto Copy Surat Akta Nikah;
58
J. Pakaian Dinas
Pakaian dinas Pegawai ASN di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19
Tahun 2021 tentang Pakaian Dinas ASN di Lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Timur, merupakan pakaian dinas yang wajib dipakai oleh
setiap pegawai dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Pakaian Dinas Harian (PDH).
Sesuai ketentuan dalam Pasal 6, ditentukan sebagai berikut:
a. Dipakai oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama, Pejabat Administrator, Pejabat Pengawas, Pejabat
Pelaksana dan Pejabat Fungsional di lingkungan Pemerintah
Provinsi;
b. Dipakai setiap hari Senin dan Selasa sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020;
c. Warna khaky dengan atribut dan kelengkapan pakaian dinas;
61
2. Izin Belajar
Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah (Peraturan Gubernur Jawa
Timur Nomor 18 Tahun 2015).
Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya Pegawai Negeri
Sipil sesuai dengan kompetensi keilmuan dan keahlian yang
diperlukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, perlu mengatur Izin
Belajar, Ujian Penyesuaian Ijazah dan Seleksi Kenaikan Pangkat
Pembina bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi
Jawa Timur.
a. Izin Belajar
Izin belajar dapat diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
akan mengikuti pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi (akademik, profesi dan vokasi) linear dengan
pendidikan sebelumnya dan tersedia formasi.
Gubernur berwenang menerbitkan Surat Izin Belajar.
Untuk menerbitkan Surat Izin Belajar tersebut Gubernur
mendelegasikan kepada:
1) Sekretaris Daerah, bagi Pegawai Negeri Sipil yang akan
melanjutkan pendidikan Doktor (S3);
2) Kepala BKD, bagi Pegawai Negeri Sipil yang akan melanjutkan
pendidikan sampai dengan jenjang Strata Dua (S2) atau yang
sederajat.
Ketentuan pemberian Izin belajar :
1) Program studi yang ditempuh bukan merupakan program
pendidikan jarak jauh, kecuali yang diatur menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2) Jadwal kuliah bukan merupakan kelas sabtu-minggu;
3) Kegiatan atau program pendidikan diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan negeri atau swasta yang terakreditasi
BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) minimal
peringkat B untuk jurusan sosial/humaniora dan minimal C
untuk jurusan eksakta;
4) Kegiatan pendidikan tidak mengganggu jam kerja (pelaksanaan
tugas kedinasan);
5) Biaya pendidikan ditanggung sepenuhnya oleh Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan kecuali ditentukan lain berdasarkan
Peraturan Gubernur;
6) Tidak sedang menjalani hukuman disiplin.
66
b. Prosedur Pengajuan
Pegawai Negeri Sipil yang akan mengikuti pendidikan dengan
status izin belajar, harus mengajukan surat permohonan kepada
Gubernur melalui Kepala BKD. dengan dilampiri:
1) Surat pengantar dari pimpinan Perangkat Daerah yang
bersangkutan;
2) Pengajuan izin belajar harus diajukan oleh pengelola
kepegawaian masing-masing Perangkat Daerah;
3) Foto Copy SK Kenaikan Pangkat terakhir yang dilegalisir oleh
instansi yang bersangkutan;
4) Foto Copy Penilaian Prestasi Kerja tahun terakhir dengan
kriteria minimal "cukup" yang dilegalisir oleh instansi yang
bersangkutan;
5) Surat Pernyataan bermaterai Rp10.000,00 yang menyatakan
bersedia mematuhi segala ketentuan tentang izin belajar;
6) Daftar Riwayat Hidup;
7) Jadwal pendidikan/perkuliahan; dan
8) Surat keterangan dari lembaga pendidikan yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan diterima ;
Surat Izin Belajar ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
setelah berkas pengajuan izin belajar telah diverifikasi dan
dinyatakan memenuhi syarat oleh Tim Seleksi BKD.
c. Ujian Penyesuaian Ijazah
Pegawai Negeri Sipil yang telah memiliki ijazah dapat mengajukan
penyesuaian ijazah dengan mengikuti ujian penyesuaian ijazah:
1) Ujian penyesuaian ijazah hanya dapat diikuti oleh Pegawai
Negeri Sipil yang telah memiliki masa kerja golongan ruang
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun pada kepangkatan
minimal, sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri Sipil pangkat Juru Muda Tingkat I (I/b)
yang memiliki ijazah Sekolah Menengah Pertama atau
sederajat dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru (I/c);
b. Pegawai Negeri Sipil pangkat Juru (I/c) yang memiliki
ijazah Sekolah Menengah Atas atau sederajat dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda (II/a);
c. Pegawai Negeri Sipil pangkat Pengatur Muda Tingkat I
(II/b) yang memiliki ijazah D-III atau sederajat dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur (II/c);
d. Pegawai Negeri Sipil pangkat Pengatur (II/c) yang memiliki
ijazah Strata Satu (S1) atau sederajat dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata Muda (III/a);
e. Pegawai Negeri Sipil pangkat Penata Muda (III/a) yang
memiliki ijazah Strata Dua (S2) atau sederajat dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I
(III/b);
f. Pegawai Negeri Sipil pangkat Penata Muda Tingkat I (III/b)
yang memiliki ijazah Strata Tiga (S3) dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Penata (III/c).
67
b. Pelatihan
Sesuai dengan Peraturan LAN Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Pengembangan Kompetensi ASN pelaksanaan pengembangan
kompetensi melalui pelatihan dilakukan melalui jalur klasikal dan non
klasikal. Pelatihan jalur klasikal dilaksanakan dalam bentuk: pelatihan
struktural kepemimpinan, pelatihan manajerial, pelatihan teknis,
pelatihan fungsional, pelatihan sosial kultural,
seminar/konferensi/sarasehan, workshop atau lokakarya, kursus,
penataran, bimbingan teknis, sosialisasi; dan/atau jalur Pengembangan
Kompetensi dalam bentuk pelatihan klasikal lainnya. Sedangkan
pelatihan jalur non klasikal dilaksanakan dalam bentuk: coaching,
mentoring, e-learning, pelatihan jarak jauh, detasering (secondment),
pembelajaran alam terbuka (outbond), patok banding (benchmarking),
pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta/badan usaha milik
negara/ badan usaha milik daerah, belajar mandiri (self development),
komunitas belajar (community of practices), bimbingan di tempat kerja,
magang/praktik kerja dan jalur Pengembangan Kompetensi dalam
bentuk pelatihan non klasikal lainnya.
Adapun bentuk pelatihan yang dilaksanakan di BPSDM Provinsi
Jawa Timur adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II
Penyelenggaraan PKN Tingkat II bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi Peserta dalam rangka memenuhi standar kompetensi
manajerial JPT Pratama sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai standar kompetensi
jabatan. (Peraturan Peraturan Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pelatihan
Kepemimpinan Nasional Tingkat II). Mekanisme penyelenggaraan
Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II adalah sebagai berikut:
a) PKN Tingkat II dilaksanakan dalam bentuk pelatihan klasikal dan
nonklasikal. Pelatihan klasikal merupakan proses pembelajaran
yang dilaksanakan secara tatap muka di dalam kelas sedangkan
Pelatihan non klasikal merupakan proses pembelajaran yang
dilaksanakan melalui e-learning, bimbingan di tempat kerja,
dan/atau metode lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b) Setiap Penyelenggaraan PKN Tingkat II mengusung tema baik
bersifat tematik atau nontematik.
c) PKN Tingkat II dilaksanakan melalui 4 (empat) agenda
pembelajaran, sebagai berikut:
1) agenda mengelola diri;
2) agenda kepemimpinan strategis;
3) agenda manajemen strategis; dan
4) agenda aktualisasi kepemimpinan.
Selain agenda tersebut PKN Tingkat II dilaksanakan melalui
agenda orientasi program.
d) Evaluasi PKN Tingkat II terdiri atas:
1) evaluasi Peserta;
2) evaluasi tenaga pelatihan;
3) evaluasi penyelenggaraan; dan
4) evaluasi pasca pelatihan.
70
e) Kelulusan peserta
a. Kualifikasi penilaian evaluasi akhir sebagai berikut:
1. sangat memuaskan (skor 90,01 – 100);
2. memuaskan (skor 80,01 – 90,0);
3. baik (skor 70,01 – 80,0);
4. kurang baik (skor 60,01 – 70,0); dan
5. tidak memenuhi kualifikasi (skor ≤60).
b. Peserta dinyatakan lulus jika memperoleh kualifikasi paling
rendah baik untuk setiap aspek penilaian evaluasi
c. Peserta dinyatakan ditunda kelulusannya jika memperoleh
kualifikasi kurang baik paling rendah pada 1 (satu) aspek
penilaian pada evaluasi Peserta
d. Peserta dinyatakan tidak lulus jika memperoleh kualifikasi
tidak memenuhi kualifikasi paling rendah pada 1 (satu) aspek
penilaian pada evaluasi Peserta.
f) Peserta diberhentikan dari PKN Tingkat II apabila:
a. melanggar Kode Sikap Perilaku; dan
b. jumlah ketidakhadiran Peserta dimaksud secara akumulatif
paling rendah 18 (delapan belas) JP atau 2 (dua) Hari
Pelatihan.
g) Pendanaan PKN Tingkat II dilakukan melalui:
1) APBD Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
2) Mekanisme retribusi daerah dalam tarif pengiriman
kontribusi dan kemitraan telah di atur berdasarkan
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 23 Tahun 2021
tentang Penyesuaian Tarif Retribusi Daerah.
2. Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA)
Penyelenggaraan PKA bertujuan untuk mengembangkan Kompetensi
Peserta dalam rangka memenuhi standar Kompetensi manajerial
Jabatan Administrator. (Peraturan Lembaga Administrasi Negara
Nomor 16 Tahun 2019 tentang Pelatihan Kepemimpinan
Administrator).
a) Mekanisme PKA dilaksanakan dalam bentuk pelatihan yang
dilakukan melalui jalur pelatihan klasikal dan nonklasikal.
Pelatihan klasikal merupakan proses pembelajaran yang
dilakukan secara tatap muka di dalam kelas.
Pelatihan non klasikal merupakan proses pembelajaran yang
dilakukan melalui e-learning, bimbingan di tempat kerja,
dan/atau metode lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b) Agenda pembelajaran PKA meliputi:
1. agenda kepemimpinan Pancasila dan nasionalisme;
2. agenda kepemimpinan kinerja;
3. agenda manajemen kinerja;
4. agenda aktualisasi kepemimpinan.
Selain agenda tersebut PKA dilaksanakan melalui agenda
orientasi program.
c) Evaluasi Peserta PKA terdiri atas:
a. evaluasi substansi;
b. evaluasi studi lapangan;
c. evaluasi Aksi Perubahan; dan
71
5. Diklat Prajabatan
Tujuan Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, golongan II dan atau
golongan III yang diangkat dari tenaga honorer K1 dan/atau K2
diselenggarakan untuk membentuk CPNS yang memiliki
pengetahuan dan wawasan sebagai pelayan masyarakat yang baik.
(Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun
2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan I, Golongan II dan
atau Golongan III yang diangkat dari tenaga honorer Kategori I
dan/atau kategori II).
1) Diklat Prajabatan CPNS Golongan I, Golongan II, dan/atau
Golongan III yang Diangkat dari Tenaga Honorer K1 dan/atau K2
diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas
wawasan CPNS tersebut tentang bagaimana menjadi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat dengan tujuan untuk membentuk CPNS yang
memiliki pengetahuan dan wawasan sebagai pelayan masyarakat
yang baik.
2) Struktur Kurikulum Prajab terdiri atas 9 (Sembilan) mata diklat,
sebagaimana berikut:
a. Kebijakan Pengembangan Sumber Daya Aparatur;
b. Muatan Teknis Substansi Lembaga (MTSL);
c. Wawasan Kebangsaan Dalam Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI);
d. Percepatan Pemberantasan Korupsi;
e. Manajemen ASN;
f. Pola Pikir ASN Sebagai Pelayan Masyarakat;
g. Overview Kebijakan Penyelenggaraan Diklat;
h. Dinamika Kelompok, dan
i. Review Kebijakan Penyelenggaraan Diklat.
3) Evaluasi terhadap peserta Diklat Prajab
Evaluasi terhadap peserta diklat prajab difokuskan terhadap
evaluasi pemahaman 4 (empat) mata diklat, yaitu:
a. Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI dengan bobot
20%;
b. Percepatan pemberantasan korupsi dengan bobot 30%;
c. Manajemen ASN dengan bobot 10%;
d. Pola pikir ASN sebagai pelayan masyarakat 40%.
4) Kelulusan Peserta
a. sangat memuaskan (skor 90,01 – 100);
b. memuaskan (skor 80,01 – 90,0);
c. Cukup memuaskan (skor 70,01 – 80,0);
d. kurang memuaskan (skor 60,01 – 70,9);
5) Peserta Latsar Tidak lulus apabila:
Peserta Diklat yang memperoleh nilai kurang dari 61 (enam
puluh satu) atau jumlah ketidakhadiran peserta melebihi 2 sesi
atau setara 6 jam pelajaran secara kumulatif dinyatakan tidak
lulus.
75
L. CUTI PNS
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka
waktu tertentu yang diberikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan sebagian
wewenangnya kepada pejabat di lingkungannya untuk memberikan cuti,
kecuali ditentukan lain.
Ketentuan mengenai cuti serta pejabat yang berwenang diatur dalam
Peraturan Gubernur.
Ketentuan mengenai cuti sakit, cuti melahirkan, dan cuti karena
alasan penting berlaku secara mutatis mutandis terhadap Calon PNS.
Cuti terdiri atas:
1. Cuti tahunan;
2. Cuti besar;
3. Cuti sakit;
4. Cuti melahirkan;
5. Cuti karena alasan penting;
6. Cuti bersama; dan
7. Cuti di luar tanggungan negara.
Penjelasan
1. Cuti Tahunan
a) PNS dan Calon PNS yang telah bekerja paling kurang 1 (satu) tahun
secara terus menerus berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua
belas) hari kerja;
b) Permintaan cuti tahunan dapat diberikan untuk paling kurang 1
(satu) hari kerja;
c) Dalam hal hak atas cuti tahunan yang akan digunakan di tempat
yang sulit perhubungannya maka jangka waktu cuti tahunan
tersebut dapat ditambah untuk paling lama 12 (dua belas) hari
kalender;
77
d) Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan dalam tahun yang
bersangkutan, dapat digunakan dalam tahun berikutnya untuk
paling lama 18 (delapan belas) hari kerja termasuk cuti tahunan
dalam tahun berjalan;
e) Hak atas cuti tahunan yang tidak digunakan 2 (dua) tahun atau
lebih berturut-turut, dapat digunakan dalam tahun berikutnya
untuk paling Iama 24 (dua puluh empat) hari kerja termasuk hak
atas cuti tahunan dalam tahun berjalan;
f) PNS yang akan melaksanakan ibadah Umroh atau ibadah
keagamaan bagi agama lainnya dapat menggunakan cuti tahunan;
g) Selama menggunakan hak atas cuti tahunan, PNS yang
bersangkutan menerima penghasilan PNS.
2. Cuti Besar
a) PNS yang telah bekerja paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
menerus berhak atas cuti besar paling lama 3 (tiga) bulan;
b) PNS yang menggunakan hak atas cuti besar tidak berhak atas cuti
tahunan dalam tahun yang bersangkutan;
c) PNS yang telah menggunakan hak atas cuti tahunan pada tahun
yang bersangkutan maka hak atas cuti besar yang bersangkutan
diberikan dengan memperhitungkan hak atas cuti tahunan yang
telah digunakan;
d) PNS yang menggunakan hak atas cuti besar dan masih mempunyai
sisa hak atas cuti tahunan tahun sebelumnya maka dapat
menggunakan sisa hak atas cuti tahunan tersebut.
e) NS yang akan melaksanakan ibadah haji atau ibadah keagamaan
bagi agama lainnya dapat menggunakan cuti besar.
f) Selama menggunakan hak atas cuti besar, PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan PNS
3. Cuti Sakit
a. Setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
b. PNS yang sakit 1 (satu) hari menyampaikan surat keterangan sakit
secara tertulis kepada atasan langsung dengan melampirkan surat
keterangan dokter.
c. PNS yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat
belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS
yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis
kepada Pejabat Yang Berwenang Memberikan Cuti dengan
melampirkan surat keterangan dokter.
d. PNS yang menderita sakit lebih dari 14 (empat belas) hari berhak
atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa PNS yang bersangkutan
harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada Pejabat Yang
Berwenang Memberikan Cuti dengan melampirkan surat keterangan
dokter yang memiliki ijin praktek.
e. Hak atas cuti sakit diberikan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun, dan dapat ditambah untuk paling lama 6 (enam) bulan
apabila diperlukan, berdasarkan surat keterangan tim penguji
kesehatan yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Kesehatan.
78
4. Cuti Melahirkan
a. Untuk kelahiran anak pertama sampai dengan kelahiran anak ketiga
PNS berhak atas cuti melahirkan.
b. Ketentuan terkait cuti melahirkan tersebut dihitung mulai yang
bersangkutan diangkat sebagai CPNS.
c. Untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya kepada PNS diberikan
cuti besar.
d. Cuti besar untuk kelahiran anak keempat dan seterusnya berlaku
ketentuan sebagai berikut :
1) permintaan cuti tersebut tidak dapat ditangguhkan;
2) mengesampingkan ketentuan telah bekerja paling singkat 5 (lima)
tahun secara terus-menerus; dan
3) lamanya cuti besar tersebut sama dengan lamanya cuti
melahirkan.
e. Lamanya cuti melahirkan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
adalah 3 (tiga) bulan.
f. Selama menggunakan hak cuti melahirkan, PNS yang bersangkutan
menerima penghasilan
BAB VI
STANDAR HONORARIUM/UPAH/TARIF
A. PENGELOLA KEUANGAN
(Dalam rupiah/bulan)
NO URAIAN
DI ATAS DI ATAS DI ATAS DI ATAS DI ATAS DI ATAS DI ATAS DI ATAS
DI ATAS 500 JT s/d 1 1 M s/d 2,5 2,5 M s/d 5 5 M s/d 10 10 M s/d 25 M s/d 50 M s/d 100 M s/d DI ATAS
S/D 500 JT M M M M 25 M 50 M 100 M 250 M 250 M
2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
1 Pengguna Anggaran (PA) 2.029.000 2.664.000 3.463.000 3.931.000 4.565.000 5.200.000 5.833.000
2 Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 888.000 1.015.000 1.333.000 1.395.000 1.713.000 1.776.000 2.029.000 2.664.000 3.298.000 3.931.000
3 Pejabat Pembuat Komitmen (PPKOM) 604.000 665.000 762.000 907.000 938.000 1.208.000 1.449.000 1.631.000 1.932.000 2.000.000
4 Bendahara Pengeluaran SKPD 500.000 570.000 670.000 770.000 860.000 1.090.000 1.320.000 1.780.000 2.120.000 2.470.000
5 PPKD - - - - - - - - 3.931.000 4.565.000
6 Kuasa PPKD 762.000 888.000 1.133.000 1.206.000 1.216.000 1.522.000 1.713.000 1.966.000 2.473.000 2.854.000
7 Bendahara Pengeluaran Pembantu 370.000 430.000 500.000 570.000 640.000 810.000 980.000 1.330.000 1.580.000 1.840.000
SKPD/SKPKD
Pejabat Penatausahaan Keuangan 570.000 660.000 770.000 880.000 990.000 1.250.000 1.520.000 1.650.000 2.029.000 2.283.000
8 (PPK) SKPD
9 Pejabat Penatausahaan Keuangan 550.000 635.000 734.000 888.000 869.000 1.142.000 1.332.000 1.586.000 1.776.000 1.966.000
(PPK) Unit
10 PPTK 444.000 508.000 601.000 635.000 696.000 1.015.000 1.269.000 1.395.000 1.650.000 1.839.000
11 Pelaksana Administrasi Keuangan 255.000 318.000 401.000 444.000 464.000 572.000 635.000 699.000 762.000 825.000
12 Kasir 444.000 444.000 444.000 444.000 444.000 444.000 444.000 444.000 444.000 444.000
Catatan: Untuk pengelola keuangan adalah PNS SKPD bersangkutan
Pengelola Penerimaan
(Dalam rupiah/bulan)
NO URAIAN DI
DI ATAS DI ATAS DI ATAS DI ATAS DI ATAS 50 DI ATAS DI ATAS
ATAS DI ATAS
s/d 100 JT 500 JT 1 M S/D 5 M S/D 10 M S/D M S/D 100 100 M S/D 250 M S/D
100 S/D 500 M
S/D 1 M 5M 10 M 50 M M 250 M 500 M
500 JT
2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
1 B PENERIMAAN
340.000 500.000 570.000 770.000 860.000 1.206.000 1.332.000 1.522.000 1.776.000 2.029.000
2 B PENERIMAAN
PEMBANTU
255.000 381.000 572.000 762.000 825.000 952.000 1.079.000 1.206.000 1.522.000 1.776.000
(Dalam rupiah/bulan)
NILAI BARANG YANG DIKELOLA
NO URAIAN s/d Diatas 500 jt Diatas 1 M Diatas 2,5 M Diatas 5 M Diatas 10 M Diatas 25 M Diatas 50 M Diatas 100 M diatas
500jt s/d 1 M s/d 2,5 M s/d 5 M s/d 10 M s/d 25 M s/d 50 M s/d 100 M s/d 500 M 500 M
1 Pejabat
Penatausahaa
n Barang Milik 500.000 550.000 600.000 650.000 700.000 750.000 800.000 850.000 900.000 1.000.000
Daerah
2 Pengurus
Barang Aset 400.000 450.000 500.000 550.000 600.000 650.000 700.000 750.000 850.000 900.000
3 Pengurus
Barang 400.000 450.000 500.000 550.000 600.000 650.000 700.000 750.000 850.000 900.000
Persediaan
4 Pembantu
Pengurus 350.000 400.000 450.000 500.000 550.000 600.000 650.000 700.000 750.000 800.000
Barang Aset
5 Pembantu
Pengurus
Barang 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 550.000 600.000 650.000 700.000 750.000
Persediaan
6 Pengurus
Barang UPT
SKPD Non 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 550.000 600.000 650.000 700.000 750.000
BLUD
3. Tim Teknis
(Dalam rupiah/bulan)
NO URAIAN KETUA SEKRETARIS ANGGOTA
Tim Teknis
1 375.000,00 350.000,00 320.000,00
(Pembantu PPKom)
Catatan: Untuk Tim Teknis adalah PNS SKPD bersangkutan
Catatan:
Penunjukan Pengelola Sistem Informasi adalah ASN SKPD bersangkutan Untuk
Kepala Sub Bagian TU yang membawahi minimal 10 (sepuluh) UPT dan berfungsi
sebagai koordinator kepegawaian, barang daerah mendapatkan honor pengelola
kepegawaian dan barang daerah sebesar Rp1.500.000,00 per bulan.
85
Pelaksanaan Kegiatan
1. Pembayaran Belanja Pegawai bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK) mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2021 tentang Teknis Pemberian Gaji dan
Tunjangan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja Yang Bekerja
Pada Instansi Daerah.
2. Belanja Jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan jasa yang
didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaannya dalam sub kegiatan
memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap pencapaian kinerja
pelaksanaan sub kegiatan.
3. Menganggarkan iuran jaminan kesehatan, iuran jaminan kecelakaan kerja
dan iuran jaminan kematian selaku pemberi kerja untuk Pegawai Non
Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNPNSD) yaitu pekerja/pegawai yang
menerima gaji/upah dianggarkan dalam APBD.
4. Bantuan Ongkos Jahit 1 (satu) stel Pakaian Dinas, meliputi:
a. Pakaian Sipil Lengkap (PSL) sebesar Rp1.000.000,00.
b. Pakaian Sipil Harian (PSH) sebesar Rp750.000,00.
c. Pakaian Sipil Resmi (PSR) sebesar Rp850.000,00.
d. Pakaian KORPRI sebesar Rp450.000,00.
e. Pakaian Dinas Harian (PDH) sebesar Rp450.000,00.
f. Pakaian Dinas Lapangan (PDL) sebesar Rp450.000,00.
b angka 1);
2) Pendaftaran dan Pengambilan Sumpah;
3) Pengumuman kehilangan di media massa, dianggarkan pada kode
rekening Belanja Dokumentasi dan Publikasi;
4) Tahap Pengukuran, dengan pentahapan sebagaimana dimaksud pada
huruf b;
5) Tahap Pengambilan Sertifikat, sebagaimana dimaksud pada huruf e.
g. Untuk tiap tahapan, tim diberikan honorarium sebagai berikut:
1) Pejabat/Perangkat dari Perangkat Daerah/UPT, Instansi
Kelurahan/Desa, Kecamatan serta Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota, diberikan honorarium sebesar Rp400.000,00 per
bidang aset;
2) Untuk tetangga yang berhimpitan (saksi) diberikan honorarium
sebesar Rp200.000,00 per bidang aset.
20. Biaya pengawalan
Untuk kegiatan kunjungan tamu VIP dan VVIP ke Jawa Timur dan kegiatan
pejabat lainnya, maka biaya pengawalan ditetapkan sebagai berikut:
a. Biaya Pengawalan dalam kota:
1) Biaya Pengawalan
1 (satu) unit (2 orang) Rp800.000,00/orang/kegiatan.
2) BBM disesuaikan jarak tempuh dengan perbandingan 1 liter:8 km dan
dipertanggungjawabkan dengan kwitansi resmi dari Pemerintah
Provinsi Jawa Timur serta dilengkapi keterangan bahwa pemberian
BBM dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya.
b. Biaya Pengawalan luar kota:
1) Biaya Pengawalan
1 (satu) unit (2 orang) Rp1.350.000,00/orang/ kegiatan.
2) BBM disesuaikan jarak tempuh dengan perbandingan 1 liter:8 km dan
dipertanggungjawabkan dengan kwitansi resmi dari Pemerintah
Provinsi Jawa Timur serta dilengkapi keterangan bahwa pemberian
BBM dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya.
c. Biaya Pengawalan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b,
dikecualikan untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
21. Berdasarkan Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Penggunaan Dana Siap Pakai,
untuk Petugas Penanganan Darurat Bencana dapat diberikan uang lelah
sebagai imbalan setelah menyelesaikan suatu kegiatan penanganan darurat
bencana. Adapun besarannya adalah Rp100.000,00/orang/hari.
b. Bagi PPPK
Predikat Kinerja Nilai Predikat Besaran TPP Prestasi Kerja
Pegawai Kinerja berdasarkan Penilaian
Pegawai Kinerja
15 38.025.000,00
14 33.225.000,00
13 22.980.000,00
12 20.100.000,00
11 17.820.000,00
10 15.600.000,00
9 13.320.000,00
8 11.100.000,00
7 9.720.000,00
6 8.125.000,00
5 6.500.000,00
4 5.265.000,00
3 4.485.000,00
2 3.770.000,00
1 3.185.000,00
*) Nama jabatan disesuaikan dengan hasil validasi dari Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia.
5. Nilai TPP Prestasi Kerja PPPK adalah sebesar 50% (lima puluh persen) dari
gaji pokok sesuai golongan masing-masing.
6. TPP Prestasi Kerja diberikan kepada ASN dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. ASN yang bekerja dalam segala kegiatan pelaksanaan tugas
Pemerintah Provinsi berhak mendapatkan TPP Prestasi Kerja, kecuali
ditentukan secara lain menurut peraturan perundang-undangan;
b. TPP Prestasi Kerja diberikan kepada ASN berdasarkan penetapan kelas
dan harga jabatan yang ketentuannya diatur dalam Keputusan
Gubernur;
c. Besaran TPP Prestasi Kerja bagi CPNS ditetapkan sebesar 25% (dua
Puluh lima) persen dari kelas jabatannya sampai diangkat menjadi
PNS. (ketentuan ini berlaku saat pengangkatan CPNS Tahun Anggaran
2023);
d. Pegawai kementerian atau instansi lain yang ditugaskan pada
Pemerintah Provinsi, hanya diberikan Tambahan Penghasilan
berdasarkan tingkat kedisiplinan yang besarannya disetarakan kelas
jabatan 2 dan uang makan sepanjang tidak mendapatkan remunerasi
dari instansi asal, Ketentuan tersebut dikecualikan bagi Pejabat
Pimpinan Tinggi dan sesuai kemampuan keuangan daerah;
96
9. Kedisiplinan
a. Kedisiplinan terdiri dari:
1) Ketepatan waktu tiba di tempat tugas/kantor;
2) Kesesuaian waktu pulang dari tempat tugas/kantor sesuai ketentuan
jam kerja;
3) Keberadaan di tempat kerja saat jam kerja;
4) melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, tanggung jawab, jujur, tertib,
cermat, dan bersemangat;
5) Izin tidak masuk kerja, sakit dan tanpa keterangan pada hari kerja;
6) Pelaksanaan peraturan kedinasan.
b. Pegawai yang izin terlambat tiba di tempat tugas/kantor dan/atau lebih
cepat pulang dari tempat tugas/kantor harus tetap melaksanakan
absensi sesuai dengan waktu tiba dan waktu pulang.
10. Pemotongan TPP Prestasi Kerja Berdasarkan Kedisiplinan
Pemotongan TPP Prestasi Kerja berdasarkan kedisiplinan dilakukan
dengan memperhitungkan tingkat ketidakhadiran dan kepatuhan
pegawai;
a. Pemotongan TPP Prestasi Kerja berdasarkan kedisiplinan dikenakan
kepada:
1) Pegawai ASN yang tidak memenuhi ketentuan jam kerja (datang
terlambat atau pulang lebih cepat);
2) Pegawai ASN yang tidak mengisi Daftar Hadir/tidak melakukan
presensi;
3) Pegawai ASN yang tidak mengikuti Upacara Bendera Peringatan
Hari-hari Besar Nasional dan Daerah;
4) Pegawai ASN yang tidak mengikuti senam kesegaran jasmani tanpa
keterangan;
5) Wajib lapor yang terlambat atau tidak melaporkan Laporan Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atau Laporan Harta Kekayaan
Aparatur Sipil Negara.
menganggarkan:
1. Honorarium Panitia Kegiatan/Sosialisasi/Kediklatan/Pelatihan/ dan
sejenisnya;
2. Uang Sidang; dan
3. Uang Lembur.
II. Uang makan ASN, TPP Prestasi Kerja untuk Pendidik dan Tenaga
Kependidikan
1. Uang makan
a. Uang makan diberikan kepada ASN dalam satu bulan maksimal 22 (dua
puluh dua) hari dengan mempertimbangkan tingkat kehadiran dengan
rincian antara lain:
1) Untuk PNS/CPNS:
Gol IV sebesar Rp 41.000,00;
Gol III sebesar Rp 35.000,00;
Gol I dan II sebesar Rp 30.000,00.
2) Untuk PPPK semua golongan sebesar Rp 30.000,00
b. Uang makan sebagaimana huruf a tidak berlaku bagi ASN pendidik dan
pengawas.
2. TPP Prestasi Kerja untuk PNS/CPNS pendidik yang tidak bersertifikat
pendidik:
GOL. A b c d e
I Rp 600.000,00 Rp 650.000,00 Rp 700.000,00 Rp 750.000,00 -
II Rp 800.000,00 Rp 850.000,00 Rp 900.000,00 Rp 950.000,00 -
III Rp1.050.000,00 Rp1.100.000,00 Rp1.150.000,00 Rp1.200.000,00 -
IV Rp1.350.000,00 Rp1,400.000,00 Rp1.450.000,00 Rp1.500.000,00 -
Pemotongan TPP Prestasi Kerja untuk keterlambatan mengikuti jam kerja
bagi pendidik yang tidak bersertifikat pendidik adalah (dalam rupiah
permenit):
Gol. a b c d e
I 15 20 25 30 -
II 35 40 45 50 -
III 50 55 60 65 -
IV 70 75 80 85 -
3. TPP Prestasi Kerja untuk PPPK pendidik yang tidak bersertifikat pendidik
sebesar Rp 1.050.000,00 semua golongan.
4. TPP Prestasi Kerja untuk tenaga kependidikan yang tidak bersertifikat
pendidik:
a. Pejabat Fungsional Arsiparis hasil penyetaraan jabatan yang ditugaskan
pada lembaga sekolah
GOL. A B c d e
III Rp 3.200.000,00 Rp 3.300.000,00 Rp 3.400.000,00 Rp 3.500.000,00 -
IV Rp 3.700.000,00 Rp 3.800.000,00 Rp 3.900.000,00 Rp 4.000.000,00 -
Langganan Telepon
Bagi Pejabat Eselon II ke atas pada instansi di lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur, karena kedudukan dan tanggung jawabnya dapat
diberikan bantuan pembayaran rekening telepon sebesar Rp500.000,00 per
bulan.
Bahan Bakar
Bantuan bahan bakar dapat diberikan kepada pemegang kendaraan dinas
yang ditunjuk/ditetapkan oleh Kepala Perangkat Daerah yang bersangkutan
dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan dari masing-masing Perangkat
Daerah tersebut.
BAB VII
PERJALANAN DINAS
b. Perjalanan dinas di dalam kota yang kurang dari 8 (delapan) jam hanya
dapat diberikan transport lokal sebesar Rp100.000,00.
c. Uang harian pendidikan dan pelatihan diberikan dalam rangka
menjalankan tugas untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan
yang diselenggarakan di dalam kota yang melebihi 8 (delapan) jam
pelatihan atau diselenggarakan di luar kota.
PEJABAT NEGARA,
1 OH Rp250.000,00 Rp125.000,00
PEJABAT DAERAH
2 PEJABAT ESELON I OH Rp200.000,00 Rp100.000,00
3 PEJABAT ESELON II OH Rp150.000,00 Rp 75.000,00
4. Biaya Transport
a. Satuan Biaya Tiket Pesawat Perjalanan Dinas Dalam Negeri Pergi Pulang
(PP)
KOTA SATUAN BIAYA TIKET
NO.
ASAL TUJUAN BISNIS EKONOMI
1 2 3 4 5
1 SURABAYA JAKARTA Rp 5.466.000,00 Rp2.674.000,00
2 SURABAYA AMBON Rp 8.803.000,00 Rp4.845.000,00
3 SURABAYA BALIKPAPAN Rp10.889.000,00 Rp5.113.000,00
4 SURABAYA BANDA ACEH Rp10.985.000,00 Rp5.744.000,00
5 SURABAYA BANDAR LAMPUNG Rp 6.386.000,00 Rp3.123.000,00
6 SURABAYA BANDUNG Rp 4.824.000,00 Rp2.856.000,00
7 SURABAYA BANJARMASIN Rp 8.942.000,00 Rp4.385.000,00
8 SURABAYA BATAM Rp 8.600.000,00 Rp4.300.000,00
9 SURABAYA BIAK Rp12.782.000,00 Rp7.081.000,00
111
Apabila ada undangan rapat atau kegiatan sejenis yang diadakan oleh
kementerian teknis atau lembaga (K/L) yang diadakan di luar Provinsi
Jawa Timur dan dibutuhkan transportasi darat dari ibu kota provinsi ke
kabupaten/kota maka Satuan Biaya Transportasi Darat dari Ibu Kota
Provinsi ke Kabupaten/Kota dalam Provinsi yang sama (One Way)
mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2020 tentang Standar Harga Satuan Regional.
d. Satuan Biaya Transportasi Darat antar Kabupaten/Kota selain Ibu Kota
Provinsi
Satuan biaya Transportasi Darat antar Kabupaten/Kota selain Ibu Kota
Provinsi dipertanggungjawabkan secara riil dari tempat kedudukan ke
tempat tujuan maksimal Rp450.000,00 PP.
e. Satuan Biaya Transportasi yang Menggunakan Pesawat/Kapal Laut/
Kereta Api antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi:
1) Tarif angkutan (laut dan udara) untuk perjalanan dinas dalam
provinsi maksimal sebesar Rp1.750.000,00 PP.
2) Tarif angkutan kereta api Rp900.000,00 PP.
3) Biaya transport (di luar tiket) dari tempat kedudukan ke tempat
tujuan maksimal Rp400.000,00 PP.
4) Khusus untuk perjalanan dinas ke kepulauan terpencil biaya
transport dapat di SPJ kan secara riil.
f. Sewa Kendaraan
Perjalanan dinas yang dilaksanakan di luar kota lebih dari 8 (delapan)
jam secara bersama-sama atau rombongan dapat menyewa kendaraan
yang dipertanggungjawabkan secara riil dari tempat kedudukan ke
tempat tujuan sebagai pengganti biaya transport, sedangkan untuk
Gubernur/ Wakil Gubernur, Eselon I, dan Eselon II dapat menyewa
kendaraan secara tidak bersama-sama atau rombongan.
1) Standar Sewa kendaraan di dalam Daerah/Provinsi (dari tempat
kedudukan sampai tempat tujuan) dipertanggungjawabkan secara
riil dengan mempertimbangkan asas kepatutan dan kewajaran serta
berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
115
Tulungagung
Banyuwangi
Probolinggo
Bondowoso
Bojonegoro
Pamekasan
Mojokerto
Trenggalek
Lamongan
Situbondo
Bangkalan
Ponorogo
Lumajang
Pasuruan
Sumenep
Surabaya
Sampang
Jombang
Magetan
Nganjuk
Sidoarjo
Madiun
X
Malang
Jember
Pacitan
Ngawi
Tuban
Gresik
Kediri
Blitar
Batu
Surabaya 0 18 23 49 79 108 45 103 169 181 193 198 278 123 119 154 167 196 89 60 99 146 191 194 197 288 28 90 123 175 105
Gresik 18 0 41 67 97 90 27 95 187 199 211 216 294 141 137 172 185 204 107 78 117 163 209 212 216 306 46 108 141 193 119
Sidoarjo 23 41 0 72 102 131 68 126 192 264 216 221 298 145 142 177 144 298 66 37 76 122 168 171 174 285 51 113 146 198 81
Mojokerto 49 67 72 0 30 115 57 110 128 132 144 149 227 74 70 105 118 137 89 61 100 146 192 195 198 289 77 139 172 224 61
Jombang 79 97 102 30 0 85 80 82 90 102 114 119 197 44 40 75 88 107 119 91 130 176 222 225 228 319 107 169 202 254 78
Bojonegoro 108 90 131 115 85 0 63 65 110 78 113 139 217 129 125 160 173 192 197 168 207 253 299 302 305 396 136 198 231 283 165
Lamongan 45 27 68 57 80 63 0 58 177 189 281 206 284 131 127 162 175 194 134 105 144 190 236 239 243 333 73 135 168 220 145
Tuban 103 95 126 110 82 65 58 0 172 184 190 201 279 126 122 157 170 189 192 163 202 248 294 297 300 391 131 193 226 278 201
Madiun 169 187 192 128 90 110 177 172 0 32 24 29 107 78 50 109 122 82 178 181 220 266 312 345 338 407 197 259 292 344 152
Ngawi 181 199 264 132 102 78 189 184 32 0 34 61 139 90 62 121 134 114 190 193 232 278 324 327 330 421 249 271 304 356 182
Magetan 193 211 216 144 114 113 281 190 24 34 0 53 131 102 74 133 146 166 202 205 244 290 336 339 342 433 221 283 321 368 235
Ponorogo 198 216 221 149 119 139 206 201 29 61 53 0 18 115 79 84 117 52 195 210 249 211 431 344 347 438 226 283 321 373 214
Pacitan 278 294 298 227 197 217 284 279 107 139 131 18 0 180 157 149 182 117 290 313 352 276 390 421 358 462 304 366 399 451 259
Kediri 123 141 146 74 44 129 131 126 78 90 102 115 180 0 82 31 44 63 100 156 194 217 386 289 299 383 151 213 246 296 67
Nganjuk 119 137 142 70 40 125 127 122 50 62 74 79 157 82 0 59 72 96 128 131 170 216 362 285 268 389 147 209 242 294 104
Tulungagung 154 172 177 105 75 160 162 157 109 121 133 84 149 31 59 0 33 32 111 166 205 205 297 300 303 394 182 244 277 329 104
Blitar 167 185 144 118 88 173 175 170 122 134 146 117 182 44 72 33 0 64 78 133 172 172 264 267 278 361 195 257 290 361 75
Trenggalek 196 204 298 137 107 192 194 189 82 114 166 52 117 63 96 32 64 0 142 197 236 236 328 331 334 426 214 278 359 361 144
Malang 89 107 66 89 119 197 134 192 178 190 202 195 290 100 128 111 78 142 0 55 94 117 194 189 192 259 117 179 212 264 17
Pasuruan 60 78 37 61 91 168 105 163 181 193 205 210 313 156 131 166 133 197 55 0 39 85 131 134 137 228 86 150 183 274 61
Probolinggo 99 117 76 100 130 207 144 202 220 232 244 249 352 194 170 205 172 236 94 39 0 46 92 95 96 189 127 189 222 320 99
Lumajang 146 163 122 146 176 253 190 248 266 278 290 211 276 217 216 205 172 236 117 85 46 0 105 140 72 177 173 235 286 396 142
Bondowoso 191 209 168 192 222 299 236 294 312 324 336 431 390 386 362 297 264 328 194 131 92 105 0 35 32 136 219 281 314 396 189
Situbondo 194 212 171 195 225 302 239 297 345 327 339 344 421 289 285 300 267 331 189 134 95 140 35 0 67 94 222 294 317 463 194
Jember 197 216 174 198 228 305 243 300 338 330 342 347 358 299 268 303 278 334 192 137 96 72 32 67 0 165 225 287 322 372 193
Banyuwangi 288 306 285 289 319 396 333 391 407 421 433 438 462 383 389 394 361 426 259 228 189 177 136 94 165 0 316 375 411 493 301
Bangkalan 28 46 51 77 107 136 73 131 197 249 221 226 304 151 147 182 195 214 117 86 127 173 219 222 225 316 0 62 96 147 137
Sampang 90 108 113 139 169 198 135 193 259 271 283 283 366 213 209 244 257 278 179 150 189 235 281 294 287 375 62 0 33 85 189
Pamekasan 123 141 145 172 202 231 168 226 292 304 321 321 399 246 242 277 290 359 212 183 222 286 314 317 322 411 96 33 0 52 223
Sumenep 175 193 198 224 254 283 220 278 344 356 368 373 451 296 294 329 361 361 264 274 320 396 396 463 372 493 147 85 52 0 283
Batu 105 119 81 61 78 165 145 201 152 182 235 214 259 67 104 104 75 144 17 61 99 142 189 194 193 301 137 189 223 283 0
Catatan:
1. Untuk jarak total adalah jarak tersebut dalam tabel dikalikan 2 (dua).
2. Jumlah liter BBM, jarak total dibagi 8.
3. Penggantian BBM untuk perjalanan dinas dibebankan pada kode
rekening Perjalanan Dinas Dalam Negeri.
4. Untuk lokasi tujuan yang berada di luar Provinsi dan atau luar pusat
Kabupaten/Kota (tidak tercantum pada tabel di atas) pemberian BBM
dapat diperhitungkan berdasarkan jarak tempuh dari tempat
kedudukan ke tempat tujuan (PP) dibagi 8 (1 liter per 8 km) dengan
melampirkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
D.I
15 OH 5.017.000,00 2.695.000,00 1.384.000,00 845.000,00 845.000,00
YOGYAKARTA
TARIF HOTEL
KEPALA
DAERAH/
WAKIL
KEPALA ANGGOTA PEJABAT
NO. PROVINSI SATUAN PEJABAT
DAERAH/ DPRD/ ESELON
ESELON III/ GOL. I/II
KETUA DPRD/ PEJABAT IV/ GOL.
GOL. IV
WAKIL KETUA ESELON II III
DPRD
PEJABAT
ESELON I
1 2 3 4 5 6 7 8
MALUKU
32 OH 3.440.000,00 3.175.000,00 1.073.000,00 600.000,00 600.000,00
UTARA
6. Ketentuan Tambahan
a. Tiket kereta api, angkutan darat, laut dan udara merupakan
kelengkapan SPJ.
b. Bagi Golongan III dan IV dapat menggunakan sarana angkutan darat
atau angkutan udara, sedangkan untuk Golongan II dan I PPPK,
PNPNSD, dan pihak lain menggunakan angkutan darat/laut (bus, kereta
api, kapal) kecuali ditentukan lain oleh pejabat yang berwenang sesuai
tingkat urgensinya.
c. Untuk lembaga Non Perangkat Daerah yang mendapatkan sumber
pendanaan dari APBD dengan mengacu pada ketentuan yang diatur
dalam Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas ini memperhatikan
tingkat pendidikan yang dimiliki dan ditetapkan oleh Kepala Non
Perangkat Daerah maksimal setara Golongan III.
d. Bagi Perangkat Daerah yang dalam kegiatannya melakukan perjalanan
dinas dengan melibatkan tenaga ahli yang dibuktikan dengan dokumen
yang relevan, dapat diberikan perjalanan dinas dengan mengacu pada
ketentuan yang diatur dalam Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas ini
yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan maksimum setara
Golongan IV.
e. Untuk Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang melakukan perjalanan
dinas beserta istri/suami dan Pejabat Eselon I/Eselon II yang ditunjuk/
mendampingi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan
mengikutsertakan istri/suami, hak dan kewajibannya diatur dengan
ketentuan sebagai berikut:
119
BAB VIII
PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
14. Pengurus Gaji adalah pegawai yang bertugas untuk menyiapkan dokumen
kelengkapan pembayaran gaji dan menyiapkan dokumen kelengkapan SPJ
Gaji.
15. Penghubung Gaji adalah pegawai yang ditunjuk untuk menyiapkan
dokumen kelengkapan pembayaran gaji serta menyiapkan dokumen
kelengkapan SPJ Gaji
16. dan menyerahkannya pada Pengurus Gaji.
13. Untuk SKPD yang memiliki Unit SKPD dapat membentuk PPK–Unit
SKPD yang berfungsi sebagai verifikator atas belanja dan/atau
pendapatan (untuk dinas penghasil) yang dilakukan oleh Bendahara
Pengeluaran Pembantu/Bendahara Penerimaan Pembantu. 1 (satu) Unit
SKPD hanya dapat membentuk 1 (satu) PPK–Unit SKPD. Pembentukan
PPK–Unit SKPD ini mempertimbangkan kompleksitas anggaran yang
dikelola dan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki di masing-masing
SKPD.
14. PPK–Unit SKPD merupakan Pegawai ASN yang menduduki jabatan
struktural untuk menjalankan fungsi penatausahaan keuangan unit
SKPD.
15. Dalam hal tidak terdapat jabatan struktural, PPK–Unit SKPD dapat
dijabat oleh Jabatan Fungsional Ahli Muda selaku Sub Koordinator
sesuai tugas dan fungsi penatausahaan keuangan pada unit SKPD
16. Untuk pelaksanaan dan pengendalian program, kegiatan atau
subkegiatan SKPD maka yang ditunjuk sebagai PPTK adalah pejabat
struktural satu tingkat dibawah PA (jika SKPD tidak memiliki KPA), atau
satu tingkat dibawah KPA (jika SKPD menunjuk KPA). Ketentuan ini
dikecualikan untuk UPT yang hanya memiliki 2 (dua) pejabat struktural.
Dalam hal tidak terdapat pegawai ASN yang menduduki jabatan
struktural, PA/KPA dapat menetapkan pejabat fungsional selaku PPTK.
17. Dalam hal tidak ada penetapan PPKom pada pengadaan Barang/Jasa,
PA/KPA menugaskan PPTK untuk melakanakan tugas PPKom, PPTK
yang melaksanakan tugas PPKom wajib memiliki sertifikasi kompetensi
dibidang pengadaan barang/jasa. Dalam hal PPTK belum memiliki
sertifikasi kompetensi di bidang pengadaan barang/jasa, wajib memiliki
sertifikat kompetensi pengadaan barang/jasa, tingkat dasar/level 1.
18. Terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan/ subkegiatan, tugas dari
PPTK adalah menyiapkan dokumen kelengkapan untuk proses
pencairan atau pembayaran baik melalui mekanisme LS maupun
melalui dana UP/GU/TU. Setelah dokumen lengkap, PPTK menyerahkan
kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
untuk diproses pencairan/pembayarannya.
19. Khusus untuk pembayaran melalui dana UP/GU/TU, selain menyiapkan
dokumen kelengkapan, PPTK juga membuat Nota Pencairan Dana (NPD)
untuk ditandatangani oleh PA (jika SKPD tidak membentuk KPA) atau
KPA. Berdasarkan NPD tersebut, Bendahara Pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu membayarkan kepada pihak yang dimaksud
dalam NPD.
20. Bendahara Pengeluaran harus membuat laporan pertanggungjawaban
belanja minimal 1 (satu) bulan sekali kepada PA dan setiap bulan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban fungsional kepada BPKAD
selaku BUD. Laporan yang dimaksud dikirimkan maksimal tanggal 10
bulan berikutnya.
21. Bendahara Penerimaan harus membuat laporan pertanggungjawaban
pendapatan setiap bulan kepada PA berdasarkan data dari masing-
masing Bendahara Penerimaan Pembantu, dan mengirimkan laporan
realisasi pendapatan kepada BPKAD selaku BUD sebagai bentuk
pertanggungjawaban fungsional. Laporan yang dimaksud dikirimkan
maksimal tanggal 10 bulan berikutnya.
132
13. Pada Biro Umum ditunjuk Pengurus Gaji, sedangkan pada Biro lainnya
ditunjuk pelaksana administrasi keuangan sebagai Penghubung Gaji
yang dalam melaksanakan tugasnya wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban gaji berupa bukti penerimaan pembayaran gaji
setiap bulan kepada Pengurus Gaji.
14. Bendahara Pengeluaran Pembantu/Bendahara Penerimaan Pembantu
setiap bulan mengirimkan Laporan Penyerapan Belanja/Realisasi
Pendapatan kepada Bendahara Pengeluaran/Bendahara Penerimaan
pada Biro Umum untuk direkap menjadi Laporan Penyerapan/Realisasi
Pendapatan Sekretariat Daerah.
15. Bendahara Pengeluaran Pembantu harus membuat Laporan Penyerapan
Belanja setiap bulan kepada Kepala Biro selaku KPA.
16. Bendahara Pengeluaran SKPD harus membuat Laporan Penyerapan
Belanja setiap bulan berdasarkan data dari masing-masing Bendahara
Pengeluaran Pembantu yang ditanda tangani oleh Pengguna Anggaran.
17. Bendahara Penerimaan SKPD harus membuat Laporan Realisasi
Pendapatan secara periodik setiap bulan berdasarkan data dari masing-
masing Bendahara Penerimaan Pembantu yang ditanda tangani oleh
Pengguna Anggaran.
18. PPK–SKPD harus membuat Laporan Realisasi Anggaran secara periodik
setiap bulan sekali kepada PA berdasarkan data dari masing-masing
PPK–Unit SKPD.
19. Bendahara Pengeluaran Pembantu dengan persetujuan KPA membuka
rekening bank pada PT. Bank Jatim setelah mendapat izin dari
Gubernur dan dituangkan dalam Keputusan Gubernur.
20. Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Pengelola APBD lainnya
(misalnya: dana bergulir dan lain-lain) harus memberikan kuasa kepada
PT. Bank Jatim untuk memindahbukukan Jasa Giro atas uang yang
dikelolanya ke rekening Kas Umum Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor:
0011000477.
21. Bendahara Penerimaan Pembantu yang memiliki rekening pada PT.
Bank Jatim harus memberikan kuasa kepada PT. Bank Jatim guna
(memindahbukukan) Jasa Giro atas uang yang dikelolanya ke rekening
Kas Umum Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor: 0011000477.
BAB IX
PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH
4. Ketentuan Khusus
a. Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran (PA) dapat mengajukan izin
membuka Rekening Bendahara Penerimaan pada PT. Bank Jatim
kepada Gubernur, jika diperlukan untuk percepatan pelayanan ke
masyarakat, UPT/Bidang dapat membuka Rekening Bendahara
Penerimaan Pembantu di Bank Umum yang sehat sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
selaku Bendahara Umum Daerah (BUD), untuk ditetapkan SK
Gubernur.
b. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku Bendahara Umum
Daerah (BUD) dapat mendepositokan dan/atau melakukan investasi
jangka pendek atas uang daerah yang sementara belum digunakan
sepanjang tidak mengganggu likuiditas keuangan daerah, tugas
daerah, dan kualitas pelayanan, serta dapat ditarik sebagian atau
seluruhnya ke RKUD oleh BUD setiap saat diperlukan.
c. Pemerintah Daerah melakukan penempatan kas daerah dalam bentuk
deposito pada Bank yang ditunjuk sebagai penempatan RKUD yang
menjadi Bank Persepsi atau Bank Pembangunan Daerah.
d. Deposito dan/atau investasi jangka pendek harus disetor ke RKUD
paling lambat per 31 Desember tahun anggaran berkenaan.
e. Ketentuan teknis lebih lanjut tentang mekanisme/tata cara
penerimaan dan penyetoran serta pertanggungjawaban penerimaan
PAD diatur dalam Keputusan Kepala SKPD sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
f. Apabila terjadi kurang setor/lebih setor atas penyetoran yang
dilakukan oleh Bendahara Penerimaan/Bendahara Penerimaan
Pembantu, maka:
1) Bila terjadi kurang setor, BP/BPP harus menyetorkan kekurangan
tersebut, selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya setelah
diketahui kesalahan tersebut dengan menggunakan Surat Tanda
Setoran (STS); dan
2) Bila terjadi lebih setor dapat diperhitungkan oleh BP/BPP pada
penyetoran berikutnya dengan memberikan keterangan pada
Surat Tanda Setoran (STS).
148
5. Restitusi
a. Restitusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rutin, Berulang, dan Tahun
Berjalan.
Kelebihan pembayaran Pendapatan Asli Daerah (meliputi Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang Sah) oleh wajib bayar dapat
diminta kembali dengan mengajukan permohonan restitusi PAD
secara tertulis kepada PA/KPA Biro/KPA BLUD Unit SKPD/KPPKD di
SKPD/Biro/BLUD/SKPKD terkait.
Prosedur restitusi PAD yang sifatnya berulang baik untuk kelebihan
penyetoran pendapatan tahun berjalan atau tahun sebelumnya dan
yang sifatnya tidak berulang untuk kelebihan penyetoran pendapatan
tahun berjalan sebagai berikut:
1) Wajib Bayar Retribusi mengajukan permohonan tertulis kepada
PA/KPA Biro/KPA BLUD Unit SKPD/KPPKD terkait melalui
bendahara penerimaan/bendahara penerimaan pembantu dengan
menggunakan form Surat Permohonan Restitusi beserta
lampirannya, yaitu:
a) Fotocopy jati diri yang berlaku;
b) Fotocopy Tanda Lunas Pembayaran.
2) Selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya
permohonan secara lengkap, SKPD/Biro/BLUD/SKPKD terkait
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar
(SKPDLB)/Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar
(SKRDLB)/dokumen yang dipersamakan.
3) Dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tanggal diterbitkannya
SKPDLB/SKRDLB/dokumen yang dipersamakan, PA/KPA Biro/
KPA BLUD Unit SKPD/KPPKD terkait menerbitkan Surat
Pemohonan Restitusi Pendapatan.
4) Surat Pemohonan Restitusi Pendapatan dibuat rangkap 3 (tiga):
a) Lembar 1 : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah.
b) Lembar 2 : Bendahara Penerimaan.
c) Lembar 3 : Arsip.
5) Berdasarkan Surat Pemohonan Restitusi Pendapatan beserta
dokumen pendukung, PPKD menerbitkan Surat Penyediaan Dana
(SPD) Non Anggaran sebagai dasar pembuatan SPP oleh
Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu Biro.
6) Berdasarkan SPD, bendahara pengeluaran/Bendahara
Pengeluaran Pembantu SKPD/Biro/BLUD unit SKPD/SKPKD
terkait membuat SPP LS, menggunakan kode rekening pendapatan
atau retribusi terkait.
7) Berdasarkan SPP LS, PPK–SKPD/PPK-Biro/PPK-BLUD unit
SKPD/PPK–Unit SKPD SKPKD memverifikasi SPP LS dan
mengotorisasi SPP LS tersebut.
8) PA/KPA Biro/KPA BLUD Unit SKPD/KPPKD menandatangani SPM
LS secara digital.
9) Kuasa BUD Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah menguji
dokumen SPM LS, bila telah sesuai akan diterbitkan SP2D LS
secara daring.
149
4. Dokumentasi/foto kegiatan;
5. Banquet Bill (untuk paket halfday, fullday,
halfboard);
6. Guest Bill (untuk paket fullboard);
7. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
8. Surat Pernyataan sesuai Peraturan Gubernur
Jawa Timur Nomor 38 Tahun 2015 tentang
Petunjuk Teknis dan Standar Operasional
Prosedur Tata Kelola, Tata Cara Pengawasan dan
Evaluasi Kegiatan Pertemuan/Rapat di luar
Kantor;
9. Berita Acara Pembayaran.
(b) Asuransi:
1. Polis;
2. Rekapitulasi per polis (bila polis lebih dari satu);
3. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
(Penyerahan Polis);
4. Berita Acara Pembayaran.
(c) Pemeliharaan Barang Inventaris/Cleaning Service/
Pemeliharaan Taman:
1. Untuk pembayaran yang dilakukan per termin
dilampiri:
a. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan;
b. Berita Acara Pembayaran.
2. Untuk pembayaran langsung 100% dilampiri:
a. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
b. Berita Acara Pembayaran.
(d) Jasa Outsourcing:
1. Untuk pembayaran yang dilakukan per termin
dilampiri:
a. Laporan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan;
b. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan;
c. Berita Acara Pembayaran.
2. Untuk pembayaran langsung 100% dilampiri:
a. Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
b. Berita Acara Pembayaran.
(e) Jasa Pensertifikatan Tanah:
1. Pembayaran tahap I maksimum 50% pada saat
pendaftaran ukur dengan dilampiri:
a. Foto copy Bukti Pendaftaran Ukur;
b. Berita Acara Penyerahan Bukti pendaftaran
ukur;
c. Berita Acara Pembayaran.
2. Pembayaran tahap II sebesar 40% dengan
dilampiri:
a. Foto copy SK Hak Atas Tanah dari Pejabat
Pertanahan yang berwenang;
b. Berita Acara Penyerahan SK Hak Atas Tanah;
c. Berita Acara Pembayaran.
162
e. SPM-Gaji
1) SPM Gaji;
2) Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja/Pembiayaan
PA/KPA/KPPKD;
3) Laporan Penelitian Kelengkapan Dokumen Penerbitan SPM Gaji
(PPK-3.1);
4) Rekap Gaji per Golongan;
5) Daftar penerima gaji dan rekap gaji per lembar untuk selain gaji
induk, sedangkan gaji induk tidak perlu melampirkan daftar
penerima gaji dan rekap per lembar;
6) e-Billing;
7) Untuk pengajuan masing-masing jenis SPM Gaji ditambah
persyaratan khusus pada masing-masing SPP Gaji.
l. Mekanisme Pembayaran:
1) Penggantian Uang Persediaan dari Bendahara Pengeluaran kepada
Bendahara Pengeluaran Pembantu dilakukan dengan pindah
buku/transfer berdasarkan DKKB yang telah ditandatangani oleh
PA/KPA.
2) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
melakukan Pembayaran secara non tunai (pindah buku/transfer)
kepada Penyedia Barang/Jasa setelah ada Nota Pencairan Dana
(NPD) yang disiapkan oleh PPTK dan ditandatangani oleh PA/KPA.
3) Apabila tidak memungkinkan dibayarkan secara non tunai, maka
dapat dibayarkan secara tunai untuk:
a) Pembayaran kepada penyedia barang/jasa dengan nilai
transaksi maksimal Rp 2.000.000 (dua juta rupiah);
b) Pembayaran kepada penyedia barang/jasa untuk pengadaan
barang/jasa yang bersifat darurat bencana; dan
c) Pembayaran kegiatan reses dan/atau Sosialisasi Perundang-
undangan yang difasilitasi oleh Sekretariat DPRD dengan nilai
transaksi maksimal Rp5.000.000 (lima juta rupiah).
4) Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu
melakukan pembayaran hak atas gaji dan selain gaji kepada
Pejabat Negara, Pimpinan dan Anggota DPRD, Pejabat Daerah dan
Pegawai secara non tunai (pindah buku/transfer).
m. Pembayaran Biaya Penunjang Operasional Gubernur, Wakil Gubernur
dan Pimpinan DPRD dapat dibayarkan secara non tunai/tunai sesuai
kebutuhan.
n. Setiap hari Bendahara Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran
Pembantu Biro/Bendahara UOBK dapat menyimpan uang tunai
maksimal Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sedangkan
Bendahara Pengeluaran Pembantu di Unit SKPD maksimal
Rp5.000.000 (lima juta rupiah). PA/KPA wajib melakukan
pengawasan melekat terhadap posisi uang tunai yang ada pada
Bendahara Pengeluaran/ Bendahara Pengeluaran Pembantu,
dikecualikan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT).
o. Nilai pada huruf l tidak termasuk pajak yang belum disetor dan
panjar/uang muka kerja.
p. Bidang Perbendaharaan pada Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Provinsi Jawa Timur mengotorisasi Pengesahan SPJ yang
dilakukan oleh PA/KPA setelah memeriksa:
1) Pengesahan SPJ (PPK-2.1);
2) Laporan Pertanggungjawaban Fungsional Bendahara Pengeluaran
(BP-4.1); dan/atau
3) Berita Acara Pemeriksaan Kas masing-masing KPA, untuk yang
tidak memiliki KPA maka dilakukan oleh PA.
179
BAB X
PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
A. Jenis BLUD
BLUD di Pemerintah Provinsi Jawa Timur dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu:
1. BLUD Unit–SKPD
BLUD Unit–SKPD adalah unit pelaksana teknis dinas yang melaksanakan
kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu
yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD.
2. BLUD Unit Organisasi Bersifat Khusus (disingkat UOBK)
BLUD UOBK adalah rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur
yang memberikan layanan secara professional melalui pemberian otonomi
dalam pengelolaan keuangan dan barang milik daerah serta bidang
kepegawaian.
Pada BLUD diberikan fleksibilitas dalam hal pengelolaan keuangan dan
pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
B. Penganggaran BLUD
1. Tahun Anggaran yang berlaku bagi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD), mengikuti Tahun Anggaran APBD Provinsi Jawa Timur.
2. Setiap Tahun Anggaran, Pemimpin BLUD wajib menyusun Rencana Bisnis
dan Anggaran (RBA) yang berbasis kinerja dengan mengacu pada Rencana
Strategi (Renstra) sebagai bahan penyusunan RKA SKPD.
3. Format RBA terdiri dari:
• Lembar Pengesahan
• Ringkasan Eksekutif
I. Pendahuluan:
1.1 Latar Belakang.
1.2 Tujuan Penyusunan RBA.
1.3 Susunan Pejabat Pengelola dan Dewan. Pengawas.
1.4 Uraian Tugas pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas.
1.5 Produk Layanan BLUD.
II. Realisasi, Prognosis, dan Target Kinerja
2.1 Realisasi, Prognosis dan target Kinerja pelayanan.
2.2 Realisasi, Prognosis dan target Kinerja Pengelolaan SDM.
2.3 Realisasi, Prognosis dan target Kinerja Pengelolaan
Sarana/Prasarana.
2.4 Realisasi, Prognosis dan target Kinerja Keuangan.
2.5 Realisasi, Prognosis dan target Kinerja Unit Kerja (opsional).
III. Rencana Bisnis dan Anggaran
3.1 Ringkasan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.
3.2 Rincian Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.
3.3 Perkiraan Harga.
3.4 Besaran Persentase Ambang Batas.
3.5 Perkiraan Maju Atau/Forward Estimate.
187
IV. Penutup
Lampiran:
1. RBA – Pendapatan.
2. RBA - Belanja per sumberdana.
3. RBA -Pembiayaan.
4. RKA – BLUD unit kerja.
5. Tarif layanan.
6. Standar Pelayanan Minimal (SPM).
4. RBA BLUD Unit–SKPD dan BLUD UOBK menjadi dasar dalam
penyusunan RKA Unit SKPD dan RKA UOBK untuk kemudian
dikonsolidasikan dengan RKA-SKPD.
5. RBA BLUD UOBK beserta RKA UOBK wajib disampaikan kepada PPKD
dan BAPPEDA.
6. RBA BLUD Unit–SKPD menjadi bagian dari RKA SKPD yang wajib
disampaikan kepada PPKD dan BAPPEDA.
7. Mekanisme penyusunan RKA menjadi DPA mengikuti mekanisme dan
jadwal penyusunan APBD
8. BLUD Unit Kerja SKPD dan BLUD UOBK wajib menyusun RBA Definitif
menyesuaikan dengan pagu APBD yang telah ditetapkan dan menjadi
dasar dalam penyusunan DPA
9. BLUD dapat menganggarkan Pembiayaan untuk menampung:
a. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
(SiLPA);
b. Penerimaan Utang/Pinjaman;
c. Pembayaran Pokok Utang/Pinjaman;
d. Investasi/Divestasi.
10. Penggunaan pelampauan target pendapatan BLUD:
a. Jika pelampauan target pendapatan terjadi sebelum P-APBD maka
BLUD dapat menggunakan langsung pelampauan target
pendapatan tersebut selama masih dalam ambang batas yang
tertuang dalam RBA masing-masing BLUD melalui tahapan
penyesuaian RBA sebelum penetapan P-APBD. Penggunaan
pelampauan target pendapatan tersebut harus dituangkan dalam P-
APBD;
b. Jika pelampauan target pendapatan terjadi setelah P-APBD maka
BLUD dapat menggunakan langsung pelampauan target
pendapatan tersebut selama masih dalam ambang batas
fleksibilitas yang tertuang dalam RBA masing-masing BLUD dan
dipertanggungjawabkan dalam tahun berkenaan dan
melaporkannya dalam LRA;
c. Penggunaan pendapatan yang melampaui ambang batas fleksibilitas
dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Gubernur.
11. Pengelolaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) BLUD
a. SiLPA BLUD merupakan selisih lebih antara realisasi penerimaan
dan pengeluaran BLUD selama 1 (satu) tahun anggaran.
b. SiLPA BLUD dihitung berdasarkan laporan realisasi anggaran pada
1 (satu) periode anggaran.
c. SiLPA Tahun Anggaran berkenaan dapat dimanfaatkan pada awal
tahun anggaran berikutnya dengan memperhitungkan Perkiraan
SiLPA berasal dari prediksi saldo kas akhir tahun berjalan dalam
188
C. Pergeseran Belanja
Pergeseran belanja dalam rangka pemanfaatan pendapatan fungsional
BLUD hanya dapat dilakukan antar rekening belanja dalam 1 (satu) kegiatan
dalam jenis belanja yang sama. Pergeseran tersebut tidak diperkenankan
melampaui total anggaran belanja satu tahun dalam DPA APBD
1) menyusun RBA;
2) menyusun RKA;
3) menyusun DPA;
4) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas
beban anggaran belanja;
5) melaksanakan anggaran Unit SKPD yang dipimpinnya;
6) melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
7) mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
8) melaksanakan pemungutan pendapatan BLUD;
9) mengelola utang dan piutang daerah yang menjadi tanggung
jawab Unit SKPD yang dipimpinnya;
10) mengawasi pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung
jawabnya;
11) menandatangani SPM;
12) mengesahkan SPJ UP/GU;
13) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan BLUD Unit–
SKPD yang dipimpinnya;
14) melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
b. Untuk membantu melaksanakan fungsinya, KPA BLUD Unit–SKPD
dibantu oleh 1 (satu) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) BLUD
Unit–SKPD untuk menatausahaan belanja subsidi dan belanja dari
pendapatan BLUD, 1 (satu) Bendahara Penerimaan Pembantu.
c. Khusus untuk Gaji, BPP BLUD Unit–SKPD dibantu pelaksana
administrasi keuangan sebagai Pengurus Gaji yang dalam
melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh Pelaksana Administrasi
Keuangan yang berfungsi membantu Pengurus Gaji.
d. Untuk mendukung kelancaran pengelolaan keuangan daerah,
masing-masing BLUD Unit–SKPD dapat menunjuk Operator SIPD,
yang bertanggung jawab kepada PPK-BLUD Unit–SKPD.
e. Untuk mempercepat proses penyelesaian administrasi keuangan
daerah, maka yang ditunjuk sebagai PPK–Unit SKPD adalah pejabat
struktural yang memahami pengelolaan dan penatausahaan
keuangan daerah.
f. Untuk pelaksanaan dan pengendalian program, kegiatan atau sub
kegiatan, KPA BLUD Unit–SKPD dibantu oleh pejabat satu tingkat
dibawah KPA BLUD Unit–SKPD sebagai PPTK. Ketentuan ini
dikecualikan untuk UPT yang hanya memiliki 2 (dua) pejabat
struktural.
g. Terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan/ subkegiatan, tugas
dari PPTK adalah menyiapkan dokumen kelengkapan untuk proses
pencairan atau pembayaran baik melalui mekanisme LS maupun
melalui dana UP/GU Fungsional. Setelah dokumen lengkap, PPTK
menyerahkan kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu BLUD Unit–
SKPD untuk diproses pencairan/pembayarannya.
h. Khusus untuk pembayaran melalui dana UP/GU Fungsional, selain
menyiapkan dokumen kelengkapan, PPTK juga membuat Nota
Pencairan Dana (NPD) untuk ditandatangani oleh KPA BLUD Unit–
190
I. Investasi
1. Dalam rangka tujuan manajemen kas, BLUD dapat melakukan
penempatan pada Deposito atas dana yang belum termanfaatkan untuk
kebutuhan pengeluaran BLUD. Penempatan deposito tersebut dapat
dilakukan pada bank persepsi yang bekerjasama dengan BLUD dengan
jangka waktu deposito kurang dari 3 bulan dan dapat diperpanjang
secara otomatis;
2. Penempatan deposito sebagaimana dimaksud pada butir (1) tidak
dianggarkan dalam pembiayaan dan diperlakukan sebagai Setara Kas.
Dalam laporan SP3BP bulanan wajib dilaporkan menjadi bagian dari
daftar saldo kas dan/setara kas bulanan BLUD;
3. Pelaksanaan investasi tersebut dilakukan dengan persetujuan Pemimpin
BLUD dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan likuiditas dan risiko
yang rendah.
J. Utang/Pinjaman
1. Dalam Rangka meningkatkan kualitas pelayanan BLUD dapat
melakukan pinjaman/utang jangka pendek atau jangka panjang.
201
BAB XI
ADMINISTRASI PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH
203
204
204
205
205
206
206
207
207
208
C. Perencanaan Kebutuhan
1. Pengguna Barang menyusun Rencana Kebutuhan Barang (RKB) dengan
mengacu pada Standar Kebutuhan Perangkat Daerah, dengan
mempertimbangkan:
a. jumlah Aset Tetap, Aset Lain-lain yang rusak berat maupun idle,
serta data usulan penghapusan;
b. jumlah persediaan akhir, mutasi tambah (pembelian) dan mutasi
kurang (pemakaian 1 tahun terakhir), serta data usulan
penghapusan, dibandingkan dengan jumlah personil Perangkat
Daerah dan jumlah volume kegiatan pada Perangkat Daerah (per
unit satuan kerja/KPA).
2. Penetapan Standar Kebutuhan Perangkat Daerah berdasarkan usulan
Pengguna Barang yang telah dianalisa dan dikaji oleh Tim yang
ditetapkan oleh Gubernur, terdiri dari:
a. Unsur dari BPKAD terkait data aset dan persediaan, serta data
Anggaran Perangkat Daerah 3 (tiga) tahun terakhir;
b. Unsur dari Biro Organisasi terkait SKP dan ABK;
c. Unsur dari BKD terkait jumlah Pegawai Perangkat Daerah dan UPT
(per unit satuan kerja/KPA);
d. Unsur dari BAPPEDA terkait program kerja atau kegiatan Perangkat
Daerah;
e. Unsur dari Biro Hukum terkait aspek hukum.
3. Dalam rangka menyusun Rencana Kebutuhan Barang (RKB) setiap
tahun anggaran, harus dilakukan koordinasi secara terpadu dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengguna Barang merencanakan dan menyusun kebutuhan barang
dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perangkat Daerah (RKA-
Perangkat Daerah) sebagai bahan penyusunan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
b. Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang (RKB) Perangkat Daerah
harus mengacu pada:
1) Standarisasi sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah
berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2009;
2) Standarisasi Barang dan Harga Satuan Barang yang telah
ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur;
208
209
D. Penatausahaan Barang
1. Barang diakui sebagai aset sejak diterima oleh Pejabat Penandatangan
Kontrak/Pengurus Barang Aset/Pengurus Barang Persediaan/Pengurus
Barang Pembantu, dan dicatat/dibukukan sesuai dokumen pendukung
perolehan barang, dengan ketentuan:
a. Hasil pengadaan/realisasi belanja, dicatat sebesar nilai yang akan
dibayarkan/dikeluarkan, termasuk pajak-pajak, berdasarkan
dokumen penyerahan yang sah, antara lain Surat Perintah Kerja,
Surat Perjanjian, Berita Acara Kemajuan Hasil Pekerjaan, Berita
Acara Hasil Pembelian langsung, Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan, dan sebagainya.
b. Hasil perolehan lain yang sah, dicatat sebesar nilai pada dokumen
pendukung perolehan barang tersebut, antara lain Berita Acara
Serah Terima Penggunaan, Berita Acara Serah Terima Hibah, dan
sebagainya.
Khusus hasil perolehan lain yang sah berupa hibah dari masyarakat
dengan dokumen pendukung perolehan barang tanpa
mencantumkan harga perolehan, dapat dilakukan penilaian sendiri
oleh SKPD penerima berdasarkan harga wajar dengan menerbitkan
berita acara.
2. Pencatatan Barang Inventaris dan Barang Pakai Habis dinilai dengan
menggunakan metode harga perolehan (Acquisition Cost).
3. Pencatatan Barang Inventaris dan Barang Pakai Habis dikoordinir oleh
Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang, yang dilaksanakan oleh
Pengurus Barang Aset, Pengurus Barang Persediaan, dan Pengurus
Barang Pembantu.
4. Pengurangan nilai barang pakai habis dari daftar barang Pengurus
Barang Persediaan dilakukan sebesar nilai perolehan barang dimaksud,
termasuk PPN-nya, dan dilaksanakan pada saat Bukti Pengambilan
Barang dari Gudang telah ditandatangani Pengurus Barang Persediaan
serta Pihak Penerima Barang.
5. Dalam menyusun neraca Perangkat Daerah agar dilakukan secara
konsisten, di mana nilai akhir tahun sebelumnya menjadi nilai awal
tahun berjalan. Seluruh perubahan akibat pengurangan dilakukan
selama tahun berjalan beserta penjelasan dan dokumen pendukungnya.
209
210
210
211
13. Aset Tetap adalah barang inventaris yang memiliki masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan dan memenuhi kriteria batasan nilai/material
aset tetap.
a. Penambahan aset tetap dalam Daftar Aset Tetap dapat berasal dari:
1) Realisasi Belanja Modal DPA-Perangkat Daerah tahun anggaran
berjalan;
2) Realisasi Belanja Barang dan Jasa DPA-Perangkat Daerah tahun
anggaran berjalan yang menjadi aset tetap;
3) Pengalihan status penggunaan barang dari Perangkat Daerah
lain dicatat sebesar nilai buku barang tersebut pada saat adanya
transaksi pengalihan penggunaan (tanggal Berita Acara Serah
Terima Penggunaan). Berita Acara Serah Terima Penggunaan
harus dilampiri profil barang yang diserahterimakan, sebagai
dasar entry data barang pada Perangkat Daerah Penerima agar
nilai dan keberadaan aset konsisten;
4) Hibah dari Pihak Lain (Pemerintah Pusat, Pemkab/Kota, swasta
maupun perorangan);
5) Perolehan aset tahun-tahun sebelumnya yang belum tercatat
dalam daftar aset Perangkat Daerah;
6) Pengalihan antar bidang barang yang disebabkan oleh adanya
kesalahan penempatan bidang barang maupun konstruksi dalam
pengerjaan yang sudah selesai, dicatat sebesar nilai buku barang
yang dipindahkan maupun konstruksi dalam pengerjaan yang
sudah selesai pada saat adanya transaksi pengalihan bidang
barang. Hal ini dibuktikan dengan profil barang yang masih
berada pada bidang barang yang salah maupun konstruksi
dalam pengerjaan yang sudah selesai, juga profil barang setelah
ditempatkan pada bidang barang yang benar. Penambahan aset
tetap yang hanya menambah nilai aset pada suatu barang, tidak
boleh dicatat sebagai data/barang baru, namun harus dicatat
sebagai penambahan nilai aset pada barang tersebut.
7) Koreksi tambah sebagai tindak lanjut hasil audit/pemeriksaan
internal dan eksternal.
b. Pengurangan Aset Tetap dari Daftar Aset Tetap dapat terjadi karena:
1) Pengalihan ke Pos Aset Lain-lain bagi barang-barang yang sudah
tidak dipergunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi, antara lain disebabkan oleh kondisinya rusak berat,
proses TP-TGR, proses hibah ke Pihak Lain (Pemerintah Pusat,
Pemkab/kota, swasta, perorangan), dan sebab lainnya;
2) Pengalihan status penggunaan barang pada Perangkat Daerah
lain, dicatat sebesar nilai buku barang tersebut pada saat adanya
transaksi pengalihan penggunaan (tanggal Berita Acara Serah
Terima Penggunaan).
Berita Acara Serah Terima Penggunaan harus dilampiri profil
barang yang diserahterimakan, sebagai dasar entry data barang
pada Perangkat Daerah Penerima agar nilai dan keberadaan aset
konsisten;
211
212
212
213
213
214
16. Penambahan aset tetap, aset ekstrakomtabel, dan aset tidak berwujud
akibat perolehan aset tahun-tahun sebelumnya dan pengalihan antar
bidang barang harus dilampiri dengan Berita Acara Pengecekan Barang
Inventaris yang ditandatangani oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna
Barang dan Pengurus Barang Aset;
17. Pengurangan aset tetap, aset ekstrakomtabel, dan aset tidak berwujud
akibat Pengalihan ke Pos Aset Lain-lain dan pengalihan antar bidang
barang harus dilampiri dengan Berita Acara Pengecekan Barang
Inventaris yang ditandatangani oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna
Barang dan Pengurus Barang Aset.
18. Aset Lain-lain adalah barang-barang inventaris maupun Aset tidak
berwujud yang sudah rusak berat dan/atau sudah tidak dipergunakan
lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi.
a. Penambahan Aset Lain-lain berasal dari pengalihan dari Pos Aktiva
Tetap, Ekstrakomtabel maupun Aset tidak berwujud bagi barang-
barang yang sudah tidak dipergunakan lagi dalam penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi, antara lain disebabkan oleh kondisinya
rusak berat, proses TP-TGR, proses hibah ke Pihak Lain (Pemerintah
Pusat, Pemkab/kota, swasta, perorangan), dan sebab lainnya;
b. Pengurangan nilai Aset Lain-lain terjadi karena:
1) Penghapusan, dicatat sebesar nilai buku barang yang dihapus
pada saat adanya transaksi pemindahtanganan (tanggal Berita
Acara Serah Terima) atau pemusnahan (tanggal Berita Acara
Pemusnahan);
2) Pengalihan kembali menjadi aset tetap, aset ekstrakomtabel, dan
aset tidak berwujud karena adanya kegiatan pemeliharaan yang
mengakibatkan kondisi Aset Lain-lain tersebut menjadi baik dan
difungsikan lagi.
c. Penambahan aset lain-lain akibat pengalihan dari aset tetap, aset
ekstrakomtabel, dan aset tidak berwujud harus dilampiri dengan
Berita Acara Pengecekan Barang Inventaris yang ditandatangani oleh
Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang dan Pengurus Barang
Aset;
d. Pengurangan aset lain-lain karena pengalihan kembali menjadi aset
tetap, aset ekstrakomtabel, dan aset tidak berwujud harus dilampiri
dengan Berita Acara Pengecekan Barang Inventaris yang
ditandatangani oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang dan
Pengurus Barang Aset.
19. Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Akumulasi Penyusutan adalah
akumulasi nilai penyusutan suatu aset sejak aset tersebut diperoleh
sampai dengan tahun anggaran yang dilaporkan sesuai Peraturan
Gubernur Nomor 94 Tahun 2013 tentang Kebijakan Penyusutan Aset
Tetap Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 64 Tahun 2015 tentang
perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 94 Tahun 2013 tentang
Kebijakan Penyusutan Aset Tetap Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Timur.
214
215
215
216
216
217
F. Status Penggunaan
1. Barang milik daerah yang sebelumnya telah tercantum dalam neraca
Perangkat Daerah, maka tidak perlu ditetapkan status penggunaannya,
karena secara langsung statusnya berada pada Perangkat Daerah yang
bersangkutan;
2. Hasil realisasi belanja DPA-Perangkat Daerah berupa barang inventaris
yang tergolong Aktiva Tetap dan dipergunakan oleh Perangkat Daerah
sendiri, wajib dicatat dalam Daftar Aktiva Tetap dan dicantumkan dalam
Neraca Perangkat Daerah akhir tahun sebagai tambahan aset pada
tahun yang bersangkutan.
Sedangkan Hasil Realisasi Belanja DPA-Perangkat Daerah berupa
barang inventaris yang tergolong Aset Ekstrakomtabel, tidak perlu
dicantumkan dalam Neraca, namun cukup dijelaskan dalam Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK). Seluruh barang inventaris hasil realisasi
belanja DPA- Perangkat Daerah dimaksud secara langsung statusnya di
bawah penggunaan Perangkat Daerah yang bersangkutan, tanpa perlu
proses penetapan status penggunaan;
3. Hasil realisasi belanja DPA-Perangkat Daerah berupa barang inventaris
yang direncanakan akan dipergunakan oleh Perangkat Daerah lain,
sebelumnya wajib dicatat dalam Buku Inventaris Perangkat Daerah
sebagai tambahan aset pada tahun yang bersangkutan. Selanjutnya
Pengguna Barang wajib mengusulkan penetapan status penggunaannya
kepada Gubernur melalui Pengelola Barang, untuk ditindaklanjuti:
a. Pelaksanaan pengalihan status penggunaannya berdasarkan Berita
Acara Serah Terima Penggunaan disertai dokumen perolehan yang
sah dari Pengguna Asal kepada Calon Pengguna.
b. Pengguna Asal menghapus barang dimaksud dalam Buku Inventaris
dan Pengguna Baru mencatat barang dimaksud dalam Buku
Inventaris-nya.
217
218
G. Pengamanan
1. Barang milik daerah yang dipergunakan oleh Perangkat Daerah harus
digunakan secara optimal untuk kepentingan dinas;
2. Pengguna Barang berkewajiban melaksanakan pengamanan terhadap
barang milik daerah yang dikelolanya, antara lain dengan melakukan
tindakan:
a. pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan,
inventarisasi, pelaporan, kelengkapan dokumen kepemilikan barang
milik daerah berupa sertifikat hak atas tanah, IMB bagi
gedung/bangunan, dan BPKB bagi kendaraan bermotor serta
dokumen lain berikut penyimpanannya;
b. pengamanan fisik meliputi kegiatan penyimpanan dan pemeliharaan
untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi, penurunan jumlah
barang dan hilangnya barang. Khusus untuk tanah dan bangunan
juga meliputi pemagaran, pematokan/tanda batas dan tanda
kepemilikan;
c. pengamanan hukum melalui upaya hukum apabila terjadi
pelanggaran hak atas barang milik daerah atau yang dikuasai
Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
d. Untuk pelaksanaan kegiatan sebagaimana huruf a, b, dan c di atas,
dapat dianggarkan pada DPA-Perangkat Daerah masing-masing.
3. Mekanisme pencatatan/pembukuan dan penanganan barang inventaris:
a. Pengurus Barang Aset/Pengurus Barang Pembantu/ Pembantu
Pengurus Barang Aset mencatat/ membukukan barang inventaris
yang diterimanya dalam Daftar Kekayaan Perangkat Daerah/UPTD
dengan berdasarkan pada:
1) Bukti Pembelian/Kwitansi/Berita Acara Hasil Pembelian
langsung/Berita Acara Kemajuan Hasil Pekerjaan/Berita Acara
Serah Terima Hasil Pekerjaan/Berita Acara Penerimaan Barang
Inventaris yang mengacu pada Kontrak (Surat Perintah
Kerja/Surat Perjanjian);
2) Berita Acara Serah Terima Barang Inventaris dari Perangkat
Daerah induk kepada UPTD-nya;
3) Berita Acara Serah Terima Penggunaan Barang Inventaris dari
Perangkat Daerah lain di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur;
4) Berita Acara Serah Terima Hibah dari Pihak Lain di luar
Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
5) Dokumen lain yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Dalam waktu 1 (satu) minggu sejak barang inventaris diterima, maka
Pengurus Barang Aset/Pengurus Barang Pembantu/Pembantu
Pengurus Barang Aset wajib memberikan labelisasi nomor kode
barang dan kode lokasi sebagai identitas barang dimaksud;
c. Melaksanakan pemasangan plang (tanah) dan plat nomor
bangunan/gedung;
d. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang melakukan pengawasan
melekat terhadap pelaksanaan tugas Pengurus Barang
Aset/Pengurus Barang Pembantu/ Pembantu Pengurus Barang Aset
sebagaimana huruf a dan b diatas.
218
219
219
220
220
221
221
222
I. Penghapusan
1. Pengguna Barang berkewajiban melaporkan/mengusulkan pada
Gubernur melalui Pengelola Barang untuk barang milik daerah dalam
lingkungan wewenangnya yang kondisinya rusak, hilang, mati (hewan
dan tanaman), susut, berlebih, membahayakan keselamatan/
keamanan/lingkungan, terkena rencana tata ruang kota dan tidak
efisien lagi, agar diproses penghapusannya. Laporan tersebut harus
menyebutkan nama, jumlah barang, lokasi, nomor, kode barang, harga
perolehan dan lain-lain yang diperlukan.
2. Pengguna Barang wajib mengusulkan penghapusan gedung yang harus
segera dibangun kembali (rehab total) sesuai dengan peruntukannya
semula, serta yang bersifat mendesak dan membahayakan bagi
penggunanya, setelah mengetahui secara pasti bahwa anggaran
pembangunannya telah tersedia. Tertundanya pelaksanaan
pembongkaran gedung yang diakibatkan oleh terlambatnya usulan
penghapusan dari Pengguna Barang, maka kepada Pengguna Barang
yang bersangkutan disampaikan teguran tertulis.
3. Penghapusan barang milik daerah berupa barang tidak bergerak seperti
tanah dan/atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur
setelah mendapat persetujuan DPRD, sedangkan untuk barang-barang
inventaris lainnya selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai sampai
dengan Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dilakukan oleh
Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur.
4. Penghapusan barang milik daerah berupa barang pakai habis dan
barang bekas bongkaran sebagian gedung, pelaksanaannya ditetapkan
dengan Keputusan Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang, sedangkan untuk keperluan proses penghapusannya
perlu dibentuk Panitia Penghapusan Perangkat Daerah dengan
Keputusan Pengguna Barang.
5. Penghapusan barang bergerak karena rusak berat seperti alat kantor
dan alat rumah tangga yang sejenis, termasuk alat angkutan berupa
kendaraan bermotor yang telah berupa rongsokan, penghapusannya
dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan
Gubernur.
6. Pelaksanaan penghapusan gedung yang harus segera dibangun kembali
(renovasi) sesuai dengan peruntukannya semula serta bersifat mendesak
dan membahayakan bagi penggunanya, penghapusannya dilakukan
oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Gubernur.
7. Usulan penghapusan milik barang daerah dari Pengguna Barang harus
melalui aplikasi Simbada Inventaris sebagai dasar proses penghapusan.
Usulan dimaksud harus mencantumkan nilai buku atas barang yang
diusulkan dihapus dan ditandatangani oleh Pengguna Barang.
8. Khusus usulan penghapusan kendaraan dinas harus melampirkan
Kartu Inventaris Barang kendaraan bermotor sebagai bahan
pertimbangan persetujuan penghapusan berkaitan dengan kebutuhan
kendaraan bermotor bagi Pengguna Barang yang mengusulkan.
9. Untuk barang yang bersifat teknis, usulan penghapusan harus dilampiri
rekomendasi pemeriksaan dari Instansi Teknis yaitu:
222
223
223
224
224
225
2. Penertiban
a. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban
sebagai tindak lanjut dari:
1) hasil pemantauan, apabila diketahui adanya ketidaksesuaian
antara pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Pemindahtanganan, Penatausahaan, pemeliharaan dan
pengamanan BMD dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan/atau
2) surat permintaan penertiban BMD dari Pengelola Barang, sebagai
tindak lanjut dari hasil pemantauan dan/atau Investigasi
Pengelola Barang dan/atau hasil audit aparat pengawasan intern
Pemerintah.
b. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban
terhadap Penggunaan apabila dari hasil pemantauan ditemukan
kondisi sebagai berikut:
1) BMD belum diusulkan penetapan status Penggunaannya kepada
Pengelola Barang;
2) BMD belum ditetapkan status Penggunaannya oleh Pengguna
Barang sesuai dengan batas kewenangannya;
3) BMD digunakan tidak sesuai dengan penetapan status
Penggunaannya; dan/atau
4) BMD tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi
instansinya.
c. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban
terhadap Pemanfaatan apabila dari hasil pemantauan ditemukan
kondisi sebagai berikut:
1) bentuk Pemanfaatan tidak sesuai dengan persetujuan Pengelola
Barang;
2) jenis usaha untuk sewa atau kerjasama Pemanfaatan tidak sesuai
dengan keputusan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
dan/atau perjanjian/kontrak;
3) jangka waktu pelaksanaan Pemanfaatan melampaui jangka waktu
yang diatur dalam keputusan Pemanfaatan dari Pengguna
Barang/Kuasa Pengguna Barang dan/atau perjanjian/kontrak;
4) penerimaan daerah dari Pemanfaatan tidak dilaksanakan sesuai
dengan materi dalam surat persetujuan dari Pengelola Barang;
dan/atau
225
226
226
227
BAB XII
PENGADAAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pemberlakuan BAB XII ini meliputi:
1. Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Perangkat Daerah yang
menggunakan anggaran belanja dari APBN/APBD;
2. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari
APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada angka 1., termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari pinjaman dalam negeri dan/atau hibah dalam negeri
yang diterima oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; dan/atau
3. Pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan anggaran belanja dari
APBN/APBD sebagaimana dimaksud pada angka 1., termasuk
Pengadaan Barang/Jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri.
c. Tim Ahli atau Tenaga Ahli ditetapkan oleh PPKom dapat berbentuk
tim atau perorangan dalam rangka memberi masukan dan
penjelasan/pendampingan/pengawasan terhadap sebagian atau
seluruh pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang memiliki
kompetensi keahlian sesuai bidangnya.
d. Tim Pendukung ditetapkan oleh PPKom dalam rangka membantu
untuk urusan yang bersifat administrasi/keuangan kepada
PA/KPA/ PPKom/Pokja Pemilihan.
c. Competitive Catalogue
Competitive Catalogue memuat data dan informasi yang
ditawarkan oleh Penyedia dalam lingkup pekerjaan konstruksi
berupa komponen dasar konstruksi yang kemudian
dikompetisikan melalui sistem.
Tata Cara pelaksanaan E-purchasing Katalog diatur dalam
panduan penggunaan aplikasi E-purchasing.
F. Pengadaan Lain-Lain
1. Pengadaan Kegiatan Pemeliharaan
a. Pengadaan Pemeliharaan/Perbaikan Gedung yang tidak mengubah
bentuk, desain dan fungsinya:
1) Nilai sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pemeriksaannya dilakukan tanpa melibatkan/verifikasi Dinas
Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya
Provinsi Jawa Timur;
2) Nilai di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), mulai
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pemeriksaannya dilakukan dengan melibatkan/verifikasi Dinas
Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya
Provinsi Jawa Timur.
b. Pengadaan Jasa Pemeliharaan/Perbaikan Kendaraan Bermotor:
1) Nilai per unit kendaraan sampai dengan Rp25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah) proses administrasi pengadaannya
dilakukan secara langsung oleh Perangkat Daerah sesuai
prosedur yang berlaku tanpa melibatkan/verifikasi dari instansi
teknis terkait;
2) Nilai per unit kendaraan di atas Rp25.000.000,00 (dua puluh
lima juta rupiah) dilakukan secara langsung oleh Perangkat
Daerah sesuai prosedur yang berlaku dengan melibatkan/
verifikasi dari Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur.
2. Penyelenggaraan Pembangunan Gedung dan Prasarananya
Mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeriksaan
melibatkan/verifikasi oleh instansi teknis terkait (Dinas Pekerjaan
Umum Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya).
G. Kontrak
1. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak
adalah perjanjian tertulis antara PA/KPA/PPKom dengan Penyedia
Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
2. Bentuk Kontrak terdiri atas:
a. Bukti pembelian/pembayaran
Bukti pembelian/pembayaran digunakan untuk Pengadaan
Barang/ Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah).
248
b. Kwitansi
Kwitansi digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa Lainnya
dengan nilai paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
c. Surat Perintah Kerja (SPK)
Surat Perintah Kerja (SPK) digunakan untuk Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah), Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling
sedikit di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah), dan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
d. Surat perjanjian
Surat perjanjian digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan untuk Pengadaan
Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit di atas
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
e. Surat pesanan
Surat pesanan digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui
E-purchasing atau pembelian melalui Toko Daring.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk kontrak sebagaimana
dimaksud pada angka 2 dan dokumen pendukung Kontrak, diatur
dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara dan/atau menteri yang
menyelenggarakan urusan di bidang pemerintahan dalam negeri.
4. Penandatanganan Kontrak.
a. Untuk Kontrak berupa Kwitansi, Surat Perintah Kerja (SPK) dan
Surat Perjanjian dilakukan sebagai berikut:
1) Pengadaan Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) yang menggunakan
kontrak berupa kwitansi bilamana perlu kwitansi dilampiri
faktur atau rincian kwitansi dengan ditandatangani oleh
Penyedia barang/jasa dan Pejabat Penandatangan Kontrak;
2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), Pengadaan
Barang/Jasa Lainnya dengan nilai paling sedikit di atas
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan nilai
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dan
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Surat Perintah Kerja
ditandatangani oleh Pejabat Penandatangan Kontrak dengan
Penyedia barang/jasa;
3) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya dengan
nilai paling sedikit di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai paling sedikit
di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta juta rupiah) Surat
Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa yang ditandatangani oleh
Pejabat Penandatangan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa.
249
I. Penelitian
1. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan
keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian
kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan
ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.
2. Penelitian dilakukan oleh:
a. PA/KPA Perangkat Daerah sebagai penyelenggara penelitian,
memiliki kewenangan:
1) menetapkan rencana strategis penelitian yang mengacu pada
arah pengembangan penelitian nasional;
2) menetapkan program penelitian tahunan yang mengacu pada
rencana strategis penelitian dan/atau untuk mendukung
perumusan dan penyusunan kebijakan pembangunan nasional;
dan
3) melakukan penjaminan mutu pelaksanaan penelitian.
b. Pelaksana penelitian ditetapkan berdasarkan hasil kompetisi yang
dilaksanakan melalui seleksi proposal atau penugasan yang
ditetapkan oleh penyelenggara penelitian untuk penelitian yang
bersifat khusus, meliputi:
1) Individu/kumpulan individu meliputi Pegawai Aparatur Sipil
Negara/non-Pegawai Aparatur Sipil Negara;
2) Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah;
3) Perguruan Tinggi;
4) Organisasi Masyarakat; dan/atau
5) Badan Usaha.
3. Penelitian dapat menggunakan anggaran belanja dan/atau fasilitas yang
berasal dari 1 (satu) atau lebih dari 1 (satu) penyelenggara penelitian
dan dapat dilakukan dengan kontrak penelitian selama 1 (satu) Tahun
Anggaran atau melebihi 1 (satu) Tahun Anggaran.
262
J. Konsolidasi
1. Konsolidasi adalah strategi Pengadaan Barang/Jasa yang
menggabungkan beberapa paket Pengadaan Barang/Jasa sejenis.
2. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan pada:
a) Tahap perencanaan pengadaan;
b) Persiapan Pengadaan melalui Penyedia; dan/atau
c) Persiapan pemilihan Penyedia.
3. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan oleh:
a) PA/KPA;
b) PPKom; dan/atau
c) UKPBJ.
4. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dapat dilakukan sebelum atau
sesudah pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP).
5. Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa dilakukan dengan memperhatikan
kebijakan pemaketan.
6. Tata cara konsolidasi lebih lanjut berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
263
BAB XIII
PEDOMAN DAN TATA CARA PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
BAB XIV
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DAN PERTANAHAN
B. Penyelenggaraan Pertanahan
Penyelenggaraan Aspek Pertanahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Provinsi meliputi:
a. Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dengan
luasan lebih dari 5 hektar dilakukan melalui:
1) Verifikasi Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) yang
diselenggarakan oleh Tim Verifikasi DPPT melalui Keputusan
Gubernur;
2) Persiapan Pengadaan Tanah yang diselenggarakan oleh Tim Persiapan
Pengadaan Tanah melalui Keputusan Gubernur dengan tahapan:
a) Pemberitahuan rencana pembangunan;
b) Pendataan awal lokasi rencana pembangunan;
c) Konsultasi publik rencana pembangunan;
d) Penetapan lokasi pembangunan;
e) Pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan
umum;
f) Tugas lain yang terkait pengadaan tanah.
b. Dalam rangka percepatan proses penyelesaian perubahan status atas
Objek Pengadaan Tanah yang berstatus tanah kas desa, setelah kegiatan
pendataan awal pada tahapan persiapan Pengadaan Tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum, selanjutnya akan diterbitkan
surat Gubernur tentang Pengajuan Izin Tukar Menukar Tanah Kas Desa
(TKD) untuk Pembangunan Bagi Kepentingan Umum.
c. Fasilitasi/koordinasi terkait pengaduan dalam rangka penyelesaian
sengketa tanah Garapan lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu)
Daerah Provinsi dilaksanakan oleh perangkat daerah yang melakukan
urusan pertanahan. Jika kegiatan fasilitasi/koordinasi masih belum
memperoleh penyelesaian maka dapat ditempuh jalur hukum oleh pihak
pemohon atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
d. Penyelenggaraan fasilitasi penyelesaian permasalahan pertanahan
dilaksanakan oleh perangkat daerah yang menangani urusan tersebut;
e. Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam rangka Penyediaan
tanah untuk Pembangunan Nasional dilaksanakan oleh Perangkat
daerah yang menangani urusan tersebut sesuai peraturan perundangan
yang berlaku jika dibutuhkan berkoordinasi dengan Tim Gugus Tugas
Reforma Agraria Provinsi Jawa Timur;
f. Terkait Persetujuan Pelepasan Hak Atas Tanah dan/atau tukar menukar
tanah kas desa untuk kepentingan umum, merupakan kewenangan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dengan kelengkapan dokumen persyaratan sesuai Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa, serta
dilengkapi dengan pakta integritas yang menerangkan bahwa antara
Pihak yang membutuhkan Tanah dengan Pemilik Tanah Menyatakan
Tanah Tersebut Tidak diperjualbelikan/dijaminkan yang ditanda tangani
bermaterai oleh kedua belah pihak.
278
BAB XV
PENANGANAN DARURAT STATUS TANGGAP DARURAT BENCANA
2. Tanggap Darurat
Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, pelayanan kesehatan, pelayanan
psikososial, penampungan/tempat hunian/ tempat hunian Sementara
serta pemulihan prasarana dan sarana.
Kegiatan pada Status Tanggap Darurat Bencana meliputi:
a. Pencarian dan penyelamatan korban bencana meliputi:
1) Perjalanan Dinas dalam rangka pencarian dan pertolongan
korban.
2) Honorarium/Uang lelah dalam pencarian penyelamatan korban.
3) Transportasi Tim pencarian dan pertolongan korban berupa sewa
sarana transportasi darat, sungai/laut, udara dan/atau
pembelian bakar minyak.
4) Peralatan berupa pembelian dan atau sewa peralatan pencarian
dan penyelamatan berupa:
a) Peralatan pencarian dan penyelamatan yang dapat dibeli
antara lain : sepatu bot, masker, tali temali, lampu senter,
kabel, lampu, senso, alat komunikasi, peralatan pencarian
dan penyelamatan lainnya.
b) Peralatan pencarian dan penyelamatan yang dapat disewa
adalah perahu karet, genset dan alat berat pendukung
pencarian dan penyelamatan lainnya.
b. Pertolongan darurat.
Yang dimaksud pertolongan darurat adalah segala upaya yang
dilakukan dengan segera untuk mencegah meluasnya dampak
bencana. Untuk pertolongan darurat bencana dapat berupa:
1) Sewa peralatan darurat termasuk alat transportasi darat laut,
udara dan udara;
2) Pengadaan atau sewa peralatan dan/atau bahan serta jasa yang
diperlukan diperlukan untuk pembersihan puing/longsor,
perbaikan tanggul, serta perbaikan/pengadaan rintisan
jalan/jembatan/ dermaga/heliped darurat dan peralatan lainnya
yang bersifat sementara dan tidak permanen;
3) Bantuan stimulan perbaikan rumah/ hunian yang rusak
berat/total/hancur;
4) Pengadaan barang dan jasa/sewa bahan, peralatan untuk
penanganan darurat bencana asap akibat kebakaran hutan
lahan, permukiman, pasar yang meliputi pemadaman darat dan
udara;
5) Pengadaan barang dan jasa/sewa bahan, peralatan untuk
penanganan darurat bencana Bencana Alam/Bencana Non Alam;
6) Pengadaan bahan bantuan benih, pupuk, dan pestisida bagi
korban bencana yang lahan pertaniannya mengalami puso akibat
bencana;
7) Pengadaan barang dan jasa/sewa bahan, peralatan untuk
penanganan darurat bencana Kejadian Luar Biasa (KLB);
280
g. Pelayanan kesehatan
1) Pengadaan obat obatan dan bahan habis pakai
2) Pengadaan peralatan hygiene (sabun, shampoo, sikat gigi, pasta
gigi dan sejenisnya);
3) Pengadaan alat kesehatan;
4) Biaya perawatan korban;
5) Pengadaan vaksin;
6) Pengadaan alat dan bahan untuk pengendalian vektor penyakit;
7) Transportasi untuk distribusi bantuan obat-obatan dari tempat
lain ke lokasi kejadian.
h. Penampungan/tempat hunian/tempat hunian sementara:
1) Pengadaan tenda (Misal tenda khusus kelompok rentan,
perlengkapan tidur (Misal bantal, guling, alas tidur, selimut dan
sarana penerangan lapangan (Misal : genset, kabel, lampu, solar
cell).
2) Pengadaan alat dan bahan untuk pembuatan tempat
penampungan dan tempat hunian/tempat hunian sementara.
3) Transportasi dalam rangka distribusi peralatan untuk pengadaan
tempat penampungan tempat hunian/tempat hunian sementara.
4) Bantuan sewa/kontrak rumah/hunian sementara bagi
pengungsi.
BAB XVI
PEDOMAN KERJA PLID - PPID PERANGKAT DAERAH
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
II. Bidang-bidang
1. Bidang Pendukung/Sekretariat PLID.
2. Bidang Pengolah Data dan Klasifikasi Informasi.
3. Bidang Pelayanan Informasi dan Dokumentasi.
4. Bidang Fasilitasi Sengketa Informasi.
5. Dibantu Pejabat Fungsional.
III. Bagan/Struktur Kelembagaan Terlampir.
Pembina
Gubernur
Wakil Gubernur
Pejabat Fungsional
287
Pembina
Gubernur
Wakil Gubernur
Pengarah
Sekretaris Daerah
Selaku Atasan PPID
Ketua
PPID Utama
Struktur Organisasi
PLID PPID Pelaksana
Ketua
PPID Pelaksana
C. Klasifikasi Informasi
Dalam proses pengklasifikasian, informasi dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu informasi yang bersifat publik dan informasi yang
dikecualikan.
1. Informasi yang bersifat publik
Dikelompokkan berdasarkan subjek informasi sesuai dengan tugas
pokok, fungsi dan kegiatan setiap satuan kerja meliputi:
a. Informasi yang bersifat terbuka, yaitu informasi yang wajib
disediakan dan diumumkan secara berkala, meliputi:
1) Informasi tentang profil Badan Publik;
2) ringkasan Informasi tentang program dan/atau kegiatan yang
sedang dijalankan dalam lingkup Badan Publik;
3) ringkasan Informasi tentang kinerja dalam lingkup Badan Publik;
4) ringkasan laporan keuangan yang telah diaudit;
5) ringkasan laporan akses Informasi Publik;
6) Informasi tentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan
yang mengikat dan/atau berdampak bagi publik yang
dikeluarkan oleh Badan Publik;
7) Informasi tentang prosedur memperoleh Informasi Publik;
8) Informasi tentang tata cara pengaduan penyalahgunaan
wewenang atau pelanggaran oleh Badan Publik;
9) Informasi tentang pengadaan barang dan jasa;
10) Informasi tentang ketenagakerjaan; dan
11) Informasi tentang prosedur peringatan dini dan prosedur
evakuasi keadaan darurat di setiap kantor Badan Publik.
b. Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta, meliputi:
1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta suatu
Informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan
ketertiban umum.
2) Informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan
ketertiban umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. Informasi bencana alam;
b. Informasi keadaan bencana nonalam;
c. Informasi bencana sosial;
d. Informasi tentang jenis, persebaran dan daerah yang menjadi
sumber penyakit yang berpotensi menular;
e. Informasi tentang racun pada bahan makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat; dan/atau
f. Informasi tentang rencana gangguan terhadap utilitas publik.
c. Informasi publik yang wajib tersedia setiap saat, meliputi:
1) Daftar Informasi Publik;
2) Informasi tentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan
Badan Publik;
3) Informasi tentang organisasi, administrasi, kepegawaian, dan
keuangan;
4) surat-surat perjanjian dengan pihak ketiga berikut dokumen
pendukungnya;
289
D. Pelayanan Informasi
1. Mekanisme Pelayanan Informasi
Untuk memenuhi dan melayani permintaan dan kebutuhan
pemohon/pengguna informasi publik, PPID melalui desk layanan
informasi publik, memberikan layanan langsung dan layanan melalui
online website PPID Provinsi Jawa Timur
a. Layanan informasi secara langsung, yaitu layanan informasi publik
yang dikategorikan wajib tersedia setiap saat, dengan mekanisme
pelayanan sebagai berikut:
1. Pemohon informasi datang ke desk layanan informasi dan
mengisi formulir permintaan informasi dengan melampirkan
fotocopy KTP pemohon dan pengguna informasi.
291
* Format ini adalah format Daftar Informasi secara manual. Badan Publik dapat
mengembangkan dalam format lain, misalnya secara komputerisasi yang harus tetap
dapat diakses oleh publik serta mencakup unsur-unsur yang termuat dalam format ini.
K. Bantuan Kedinasan
Badan Publik dapat memberikan bantuan kedinasan di bidang
layanan Informasi Publik kepada Badan Publik lainnya yang meminta
dengan syarat:
a. tindakan yang diambil oleh Badan Publik tidak dapat dilaksanakan
tanpa memperoleh Informasi dari Badan Publik lainnya;
b. penyelenggaraan pemerintahan oleh Badan publik tidak dapat
dilaksanakan tanpa memperoleh Informasi dari Badan Publik lainnya;
dan/atau;
c. penyelenggaraan pelayanan publik oleh Badan Publik tidak dapat
dilaksanakan tanpa memperoleh Informasi dari Badan Publik lainnya;
Bantuan Kedinasan dilaksanakan dengan cara bagi-pakai Informasi
antar Badan Publik. Bagi-pakai Informasi antar Badan Publik dilaksanakan
dengan ketentuan:
294
L. Ketentuan Pidana
Setiap Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak
memberikan, dan/atau tidak menerbitkan informasi publik, dapat
dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam Pasal 52 s/d Pasal 57 Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
BAB XVII
PEDOMAN SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK (SPBE)
4. Virtual Machine
Virtual machine adalah program yang berguna untuk melakukan
simulasi suatu sistem PC lengkap. Yang dimaksud ‘lengkap disini
adalah RAM, hard disk, floppy disk, prosesor, graphics card dan
beberapa device lain yang umumnya terdapat pada PC.
Perangkat Daerah yang belum siap dengan infrastruktur untuk
aplikasi yang berbasis web dan online bisa difasilitasi dengan virtual
machine sehingga Perangkat Daerah akan mudah untuk maintenance-
nya.
5. Dedicated Server
Dedicated server adalah sebuah server hosting yang disediakan sendiri
oleh sang pemilik website atau dengan kata lain pemilik website
menggunakan komputernya sendiri sebagai hosting server.
Dedicated server digunakan bagi Perangkat Daerah yang belum
mempunyai sarana server yang dipakai untuk penempatan
aplikasinya, dengan demikian Kominfo Provinsi Jawa Timur akan
menyediakan Server tersebut dan dikelola untuk Perangkat Daerah
namun di-maintenance oleh Dinas Kominfo Prov. Jawa Timur.
3. Topologi Jaringan
a. Topologi WAN (Wide Area Network)
WAN menghubungkan antar Perangkat Daerah di lingkungan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Secara fisik, Perangkat Daerah
tidak secara langsung terhubung dengan Perangkat Daerah yang
lain. Namun secara virtual, jaringan Perangkat Daerah terkoneksi
secara langsung dengan Perangkat Daerah yang biasa dikenal
dengan topologi mesh. Antar Perangkat Daerah hanya bisa
berkomunikasi pada perangkat jaringan menggunakan alamat WAN
yang telah ditentukan. Alamat yang digunakan adalah
172.16.xxx.xxx/24. Setiap Perangkat Daerah memiliki alamat yang
berbeda. Setiap Perangkat Daerah tidak bisa mengakses perangkat
yang ada di internal Perangkat Daerah lain.
Perangkat Daerah
Perangkat Daerah
7. Sistem Keamanan
Untuk mencegah kerusakan dan penyalahgunaan data atau informasi
yang bersifat rahasia diperlukan sistem keamanan yang handal melalui
kode akses (password), identitas pengguna (account), tingkat otoritas
(authorization level), dan alat proteksi (block protection). Dilihat dari
fungsinya dalam sebuah sistem informasi, keamanan dapat dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu network security, sistem pengamanan
yang terfokus pada media pembawa informasi/data, misalnya firewall
dan lainnya; computer security, sistem pengamanan yang terfokus
pada komputer (server, workstation, terminal), termasuk di dalamnya
masalah yang berhubungan dengan operating system; dan application
security,sistem pengamanan yang terfokus pada program aplikasi
(software) dan database.
Penggunaan perangkat pengamanan seperti firewall dan IDS/IPS
membantu mengamankan serangan dari luar (internet). Sedangkan
dari internal, setiap komputer disarankan mengaktifkan antivirus dan
firewall. Selain itu, untuk menghindari penggunaan jaringan oleh
pihak yang tidak berwenang, jaringan wireless disarankan untuk
menggunakan kunci pengaman sehingga tidak semua orang bisa
menggunakannya. Jika terdapat jaringan wireless yang dibuka untuk
umum, disarankan untuk memisahkan jaringan dengan jaringan
internal Perangkat Daerah sehingga tidak bisa mengakses perangkat
yang ada di dalam Perangkat Daerah.
D. PENGELOLAAN WEBSITE
1. Konten Website
a. Informasi yang disediakan di situs web Perangkat Daerah minimal
terdiri dari:
1) Profil
Informasi tentang profil Perangkat Daerah yang meliputi alamat
domisili, nomor telepon, fax, e-mail, kelembagaan yang terdiri
dari dasar hukum, susunan organisasi yang dirinci sampai unit
kerja terkecil, fungsi dan tugas pokok organisasi, visi, misi,
tujuan dan sasaran ,profil pimpinan instansi, pejabat
struktural serta data kepegawaian.
2) Program kegiatan
Berisi tentang Rencana Strategis, Indikator Kinerja Utama,
Penilaian Kinerja serta Perencanaan Anggaran.
3) Laporan Kinerja
Berisi tentang Laporan Akuntabilitas, Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca Keuangan, Laporan Arus Kas serta Aset.
4) PPID
Ketentuan tentang konten PPID sebagaimana disebutkan dalam
Surat Edaran Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor:
065 /1703/105/2015.
305
5) Layanan
Informasi tentang prosedur berbagai jenis layanan teknis sesuai
fungsi dan tugas pokok Perangkat Daerah termasuk layanan
pengaduan.
6) Data pendukung
Menyediakan data pendukung dalam bentuk tabel, grafik,
narasi tekstual atau gambar yang dapat melengkapi informasi
lainnya.
7) Pengadaan barang dan Jasa
Link dengan situs LPSE Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan
Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan LKPP.
8) Informasi berbentuk berita.
b. Home page
Home page situs web Perangkat Daerah minimal menyangkut hal-
hal berikut:
1) Nama Perangkat Daerah.
2) Logo Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
3) Alamat kantor, nomor telepon dan fax, alamat email Perangkat
Daerah.
4) Teks yang berhubungan dengan keberadaan situs web
Perangkat Daerah.
5) Link dengan isi yang tersedia pada situs web.
6) Link eksternal dengan instansi terkait.
7) Fasilitas Pencarian.
8) Fitur interaktif.
c. Struktur Organisasi
Organisasi pengelola website Perangkat Daerah minimal terdiri
dari:
1) Web designer;
2) Pengelola berita;
3) Data entry.
2. Desain Format
a. Kriteria Desain Website:
1) Tidak Memiliki halaman antara.
2) Tidak memuat File Multimedia yang terlalu banyak.
3) Navigasi Informasi:
Pengelolaan website sebaiknya memberikan informasi yang
cukup pada halaman website Perangkat Daerah yang
bersangkutan, seperti judul yang cukup jelas dibaca dan
informasi isi halaman website, pemberian tautan (link) yang
menuju halaman-halaman lain pada website .
4) Layout/Blocking
Struktur penempatan konten website seperti header, footer,
menu navigasi, agar ditempatkan pada struktur yang tepat dan
mudah dimengerti.
306
5) Pemilihan Warna
Untuk pemilihan warna, beberapa hal yang harap diperhatikan,
yaitu:
a) Warna yang sesuai dengan Karakter.
b) Kombinasi Warna.
6) Penempatan Logo
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang penempatan Logo
Website Perangkat Daerah di Lingkup Prov. Jatim:
a) Untuk desain logo website Perangkat Daerah di Lingkup
Provinsi Jawa Timur adalah Lambang Pemerintah Provinsi
Jawa Timur;
b) Penempatan logo di sebelah pojok kiri atas;
c) Untuk ukuran logo agar memperhatikan desain dari website
itu sendiri dan memperhatikan struktur dari website itu
sendiri.
7) Tipografi
Perancangan teks pada tipografi dilakukan melalui typesetting,
yaitu pengaturan komposisi huruf dan teks. Komposisi pada
typesetting mencakup jenis huruf yang digunakan, ukuran
huruf, panjang baris, jarak antar baris, jarak antar kata, dan
jarak antar huruf.
8) Grafik/Gambar
Agar koneksi ke website bisa lebih cepat, perlu memahami
beberapa format file yang sering digunakan pada sebuah
website, diantaranya:
a) GIF (Graphics Interchange Format, GIF berukuran kecil
karena membatasi jumlah warnanya sebanyak 256 warna
sehingga dapat menghemat ukuran berkas).
b) JPG (Joint Photographic Expert Group, suatu file yang
mempunyai konversi bersifat lossy).
c) PNG (Portable Network Graphics, adalah salah satu format
penyimpanan citra yang menggunakan metode pemadatan
yang tidak menghilangkan bagian dari citra).
Dalam pemilihan format file, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
▪ Usahakan ukuran file seminimal mungkin.
▪ Selalu gunakan mode warna RGB.
▪ Gunakan web palette (216 web – safe colour).
3. Media
Jenis media yang dapat dipakai untuk penyebaran informasi melalui:
a. Video Streaming
Video streaming adalah istilah gunakan saat melihat video di
internet melalui browser dimana kita tidak perlu men-download file
video tersebut untuk dapat memutarnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan Video
Streaming:
307
1) Durasi
a) Durasi pendek antara 1-3 menit.
b) Durasi menengah antara 3-5 menit.
c) Durasi panjang antara 5-10 menit.
2) Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka bandwidth harus
diperbesar sesuai dengan kebutuhan di masing-masing
Perangkat Daerah.
b. Video on Demand (VoD)
Video on demand memiliki arti sebuah penyajian video yang dapat
diakses secara online melalui jaringan internet maupun dengan
menggunakan fasilitas intranet dimana para pemakainya dapat
melihatnya kapan pun sepuasnya dan dapat dilihat berulang-ulang
baik secara live streaming maupun dengan cara mendownload file
video yang mereka inginkan.
c. Media Visual
Media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan diraba.
Media ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai
jenis media ini sangat mudah untuk didapatkan. Contoh Media
visual yang biasa ditampilkan pada website adalah foto.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan foto:
1) Foto yang ditampilkan di website antara 2-3 foto, yaitu foto yang
berkaitan dengan kegiatan yang sedang berlangsung atau event-
event yang menjadi topik utama dari instansi terkait;
2) Foto-foto kegiatan lain, bisa dimasukkan di Gallery foto dengan
membuat list foto kegiatan.
d. Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog,
jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling
umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Permohonan penerbitan SE
• Surat Permohonan Jika permohonan disetujui,
Registration Authority
• Dilampirkan scan KTP, scan SK maka pengguna akan
(Lembaga Penerbit SE)
Jabatan Terakhir dan email dinas menerima email notifikasi
pribadi melakukan verifikasi akhir
bahwa SE telah diterbitkan
Pengguna menerima
Jika syarat permohonan
tautan set passphrase
lengkap, maka Diskominfo
melalui email dan
membuat akun pengguna
melakukan pengaturan
pada AMS
passphrase
Pengguna menerima
tautan melalui email untuk Diskominfo Jatim
dapat melakukan aktivasi melakukan Proses
dengan cara pindai KTP dan Verifikasi Data Pengguna
swafoto
Keterangan:
1. Nama pengguna harus sesuai dengan KTP, sebab verifikasi data
Pemohon merujuk pada basis data Dukcapil Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia.
2. Surat permohonan penerbitan Tanda Tangan Elektronik/Sertifikat
Elektronik diajukan oleh Kepala/Pimpinan Organisasi Perangkat
Daerah bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menjadi
kewenangannya.
3. Proses aktivasi hingga penerbitan Tanda Tangan Elektronik/Sertifikat
Elektronik setelah verifikasi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika
dilakukan oleh Pemohon/Calon Pengguna melalui Email Dinas Pribadi
dan tidak dapat diwakilkan.
310
Diskominfo Jatim
menyiapkan akun pada
Proses Integrasi dan
Server eSign Gateway
Penyesuaian Sistem
Jatimprov untuk proses
integrasi
Keterangan:
1. Pada bagian Analisis Kebutuhan dijelaskan terkait proses bisnis Sistem
Elektronik instansi yang bersangkutan.
2. Disampaikan kebutuhan terkait Tanda Tangan Elektronik serta beberapa
penyesuaian pada Sistem Elektronik instansi yang bersangkutan
3. Server eSign Gateway berisikan dokumentasi API (Application Programming
Interface) untuk melakukan integrasi sistem.
4. Pada bagian Proses Integrasi dan penyesuaian sistem, dilakukan oleh
pemilik Sistem Elektronik
H. E-PEDUM
Dalam rangka mendukung efektifitas dan efisiensi penyusunan Pedoman
Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka
dalam pengajuan dan pengusulan substansi Pedoman Kerja ini dapat
dilaksanakan melalui aplikasi E-PEDUM baik dalam bentuk website atau
aplikasi berbasis android.
312
BAB XVIII
PENUTUP
ttd