Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENILAIAN DAN EVALUASI PEMAHAMAN UBD (TOPIK 4)

Dosen Pembimbing : Drs. Sunarno, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 3 :


Amalia Ihsana
Erma
Makhfika Nur Safitri
Muhammad Ilham Majidi
Nurul Hikmah

Kelas : C (PGSD 3)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN
BANJARMASIN
2022
A. Pemahaman Peserta Didik dalam Understanding by Design
Konsep Pemahaman pada Siswa dalam UbD, bisa saja disamakan sebagai wujud
gagasan siswa, namun memang berbeda dengan konsep "pengetahuan." Jika ditinjau dari
bahasa, maka artinya bagaimana pembelajaran dapat membingkai tujuan
pembelajaran hingga dapat terkait dengan pemahaman. Kata pemahaman
memiliki berbagai makna, terutama menunjukkan bahwa pemahaman bukanlah satu
pencapaian tetapi membutuhkan beberapa pencapaian, dan untuk pencapaian dalam
UbD pemahaman perlu diungkapkan melalui berbagai jenis bukti.
Untuk mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan sistem
student centered dan kemudian dapat membuat evaluasi dan penilaian dengan baik,
diterapkan suatu strategi yang disebut “Understanding by Design”. Salah satu aspeknya
adalah konsep backward design, dimana kita sebagai guru mesti pertama-tama
menentukan hasil yang diharapkan dari siswa dari suatu proses belajar sebelum
menentukan proses belajarnya sendiri. Penilaian terhadap hasil belajar siswa mesti
memperhitungkan keseluruhan proses yang mencakup tiga unsur, yakni produk, proses,
dan progress. Karena itu penilaian yang dilakukan di sekolah mesti fair dan dapat
dipertanggung-jawabkan kepada para pihak itu. Artinya semua pihak memahami makna,
isi, dan cakupan penilaian dari nilai yang diperoleh peserta didik yang dikuatkan dengan
bukti-bukti yang memadai.
Filosofi Pembelajaran Penilaian dan evaluasi belajar hanyalah salah satu aspek dari
sistem pembelajaran. Ia tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian integral dari
keseluruhan proses belajar dalam ruangan kelas. Oleh karena itu penilaian dan evaluasi
belajar sangat terkait dan dijiwai oleh filosofi yang dianut lembaga pendidikan dalam
menyelenggarakan pendidikan. Untuk mayoritas sekolah yang menganut
sistem teachers-centered ( menjadikan kurikulum sebagai pusat dari seluruh proses
belajar ), penuntasan materi yang diperintahkan oleh kurikulum menjadi hal yang utama.
Untuk sekolah model ini hasil akhir dalam arti target pencapaian siswa menjadi satu-
satunya yang penting. Di sini proses menjadi tidak terlalu penting, melainkan hasil akhir,
yakni berapa nilai yang didapat siswa dari evaluasi belajar yang diadakan. Di pihak guru,
yang penting target pengajaran (penuntasan materi) tercapai. Siswa mengerti atau tidak
soal lain. Sistem belajar macam ini (teachers-centered) melihat belajar sebagai kompetisi
dan bukan peziarahan, pergulatan atau pergumulan menuju penguasaan ilmu
pengetahuan.
B. Pengertian Penilaian
Penilaian secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non
pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu.
Dan juga dapat diartkan sebagai penafsiran data hasil pengukuran berdasarkan kriteria
maupun aturan aturan tertentu.
Penilaian merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Penilaian merupakan
tahap lanjutan setelah pengukuran. Penilaian secara umum dapat diartikan sebagai proses
untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar
pengambilan keputusan tentang siswa baik menyangkut kurikulum, program
pembelajaran iklim sekolah, maupun kebijakan sekolah.
Penilaian secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan non
pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan aturan tertentu.
Dan juga dapat diartkan sebagai penafsiran data hasil pengukuran berdasarkan kriteria
maupun aturan aturan tertentu.
Menurut Djemari Mardapi ada 2 acuan yang dapat digunakan dalam proses
penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Acuan norma berpendapat bahwa
kemampuan orang itu berbeda-beda tetapi bisa digambarkan. Dan acuan kriteria
berasumsi bahwa apapun dapat dipelajari oleh semua orang tetapi massanya yang beda.
Untuk acuan norna ini dipergunakan untuk menentukan posisi seorang tersebut di dalam
kelompok. Sedangka kriteria digunakan intuk menentukan kelulusan seseorang
berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Dengan adanya acuan norma dan kriteria
pengukuran dan penilaian pun dapat ditafsirkan berbeda-beda tergantung kriteria yang
sudah ditentukan sejak awal.
Menurut Chittenden (Djemari, 2008:6) dalam S. Eko Putro Widoyoko (2009)
kegiatan penilaian dalam proses pembelajaran perlu diarahkan pada empat hal, yaitu :
1. Penelusuran, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menelusuri apakah proses
pembelajaran telah berlangsung sesuai yang direncanakan atau tidak. Untuk
kepentingan ini pendidik mengumpulkan berbagai informasi sepanjang semester atau
tahun pelajaran melalui berbagai bentuk pengukuran untuk memperoleh gambaran
tentang pencapaian kemajuan belajar siswa.
2. Pengecekan, yaitu untuk mencari informasi apakah terdapat kekurangan-kekurangan
pada peserta didik pada proses pembelajaran.
3. Pencarian, yaitu untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul
selama proses pembelajaran berlangsung.
4. Penyimpulan, yaitu untuk menyimpulkan tentang tingkat pencaapaian belajar yang
telah dimiliki peserta didik.
C. Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari bahasa inggris yaitu evaluation yang mengandung kata dasar
value yang berarti nilai. Dalam istilah evaluasi berkaitan dengan baik atau buruknya
sesuatu hal. Evaluasi dapat diartikan sebagai proses untuk menentukan kriteria standar
dalam melakukan pengukuran dan penilaian serta dalam mengambil keputusan
berdasarkan kriteria tersebut. Terdapat berbagai pendapat mengenai evaluasi dalam
pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto evaluasi merupakan kegiatan menilai dan
mengukur yang dilakukan oleh guru terhadap pekerjaan siswa.
Evaluasi menurut Slavin yaitu ukuran kinerja atau pekerjaan siswa secara akademik
maupun non akademik yang digunakan untuk menentukan strategi pembelajaran.
Subyek evaluasi yaitu guru dan siswa. Terkait subyek evaluasi Slavin juga
mengemukakan tiga bentuk pengertian evaluasi (1) evaluasi sebagai umpan balik, (2)
evaluasi sebagai intensif, (3)evaluasi sebagai informasi. Evaluasi dapat dijadikan umpan
balik antar guru dan siswa untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa. Dari
umpan balik tersebuat juga bisa menghasilkan informasi mengenai pengajaran yang
dilakukan guru dan dampak bagi siswa. Setelah keduanya mengetahui informasi mereka
akan memperbaiki dengan cara atau trik tertentu. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau baik
buruknya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun siswa melalui
pengukuran dan penilaian.
Proses evaluasi juga dapat dijadikan dasar untuk siswa dalam membuat keputusan
dalam memilih peran di masyarakat. Contoh evaluasi dalam pembelajaran :
1. tes formatif yaitu tes dalam jangka pendek atau tes yang dilakukan pada saat proses
pembelajaran atau akhir pembelajaran.
2. tes sumatif yaitu tes yang dilakukan pada saat selesainya semua unit pelajaran. Yang
bertujuan untuk mengevaluasi peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran
dalam waktu tertentu.
Penilaian dan evaluasi dalam UbD memiliki beberapa aspek seperti mampu
menerapkan (kemampuan aplikasi) diantaranya :
1. Efektif
Merujuk dari KBBI daring Kemendikbud, efektif artinya dapat membawa hasil;
berhasil guna (tentang usaha, tindakan); mangkus. Menurut SP. Siagian, efektif adalah
tercapainya berbagai sasaran yang ditentukan tepat pada waktunya dengan
menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan
kegiatan tertentu. Efektivitas adalah tentang melakukan tugas yang benar,
menyelesaikan aktivitas, dan mencapai tujuan. Kata efektif berfokus pada apakah
sesuatu tercapai atau tidak. Itu tidak fokus pada bagaimana sesuatu dilakukan,
melainkan, jika itu berhasil dilakukan.
Jadi, efektif dalam penilaian dan evaluasi dalam UbD adalah assesment yang
diberikan dapat memberikan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirancang.
Penerapan penilaian dan evaluasi dalam konteks kemampuan mengaplikasikan
sebagai berikut:
Di suatu kelas terdapat 10 siswa dan guru ingin memberikan sebuah tes essay
dengan tujuan atau hasil yang diharapkan Siswa mampu menerapkan konsep
penjumlahan pecahan dalam konteks kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
rancangan yang sudah dibuat dalam modul beserta assesmentnya. Sebagai contoh
misalnya guru memberikan soal essay tentang penerapan penjumlahan dalam
kehidupan sehari-hari.Soal essay tersebut terdiri dari 5 item soal cerita. Kemudian
hasil tes seluruh siswa menunjukan hasil sebagai berikut :
Nomor 1 siswa yang dapat mengerjakannya sebanyak 8 orang
Nomor 2 siswa yang dapat mengerjakannya sebanyak 9 orang
Nomor 3 siswa yang dapat mengerjakannya sebanyak 7 orang
Nomor 4 siswa yang dapat mengerjakannya sebanyak 8 orang
Nomor 5 siswa yang dapat mengerjakannya sebanyak 5 orang
Sehingga dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa modul yang telah dirancang
beserta assesment yang diberikan guru sudah efektif sesuai dengan tujuan atau hasil
yang diharapkan. Dikarenakan rata-rata siswa mampu menjawab soal-soal yang
berkenaan dengan penerapan atau pengaplikasian konsep penjumlahan pecahan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Efisien
Efisiensi merupakan aspek yang sangat penting dalam manajemen sekolah
karena sekolah umumnya dihadapkan pada masalah kelangkaan sumber dana, dan
secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan manajemen. Kalau efektivitas
membandingkan antara rencana dengan tujuan yang dicapai, efisiensi lebih
ditekankan pada perbandingan antara input atau sumber daya dengan output. Suatu
kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal. Pemanfaatan sumber dana
secara optimal terhadap tercapainya tujuan merupakan maksud dari efisiensi tersebut.
(Darma, 2016) mengemukakan bahwa efisiensi mengacu pada ukuran
penggunaan sumber daya yang langka oleh organisasi. Efisiensi juga merupakan
perbandingan antara input dan output tenaga dan hasil, perbelanjaan dan masukan,
biaya, serta kesenangan yang dihasilkan.
Salah satu cara dalam mengukur kinerja adalah dengan menggunakan konsep
efisiensi. Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang mendasari seluruh
kinerja suatu organisasi. Pengukuran parameter kinerja tersebut diharapkan dapat
menghasikan output semaksimal mungkin dengan input yang tersedia. Pada saat
pengukuran efisiensi dilakukan dengan menghitung tingkat output yang optimal
dengan tingkat input yang tersedia atau dengan menilai tingkat input yang minimum
untuk menghasilkan output tertentu. Dalam proses tersebut akan dapat
mengidentifikasi penyebab inefisien dari suatu proses aktivitas. Efisiensi mengacu
pada filosofi bahwa kemampuan menghasilkan suatu output yang paling optimal dari
input yang tersedia Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu kegiatan
dengan hasilnya. Menurut definisi ini, efisiensi terdiri atas 2 (dua) unsur yaitu
kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut. Efisiensi merupakan suatu ukuran
keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil
dari kegiatan yang dijalankan. Pengertian efisiensi menurut (Mulyamah, 1987),
efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan
yang sebenarnya.
(Hasibuan, 1984) menyatakan bahwa efisiensi merupakan perbandingan
yang terbaik antara input (masukan) dan output (luaran), efisiensi merupakan sesuatu
yang kita kerjakan berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak
membuang banyak waktu dalam proses pengerjaannya. Efektif belum tentu efisien
dan begitu sebaliknya.
Efisiensi berkaitan dengan cara membuat sesuatu dengan benar, sedangkan
efektivitas berkaitan dengan tujuan. Dengan kata lain, efektivitas adalah perbandingan
antara rencana dan tujuan yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih ditekankan pada
perbandingan input/ sumber daya dengan output. Suatu kegiatan dikatakan efisien
apabila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan sumber daya yang
minimal. Efisien pendidikan merupakan cara mencapai tujuan pendidikan dengan
memerhatikan tingkat efisiensi waktu, biaya, tenaga, dan sarana. sehingga dapat
disimpukan bahwa Efisien merupakan pencapaian suatu tujuan dengan menggunakan
sumber daya seminimal mungkin.
 Salah satu bentuk penerapan efisiensi dalam produktivitas pendidikan yaitu :
 Menggunakan fasilitas sebaik mungkin.
 Tenaga kependidikan.
 Biaya dan waktu seminimal mungkin tetapi dengan hasil yang baik.
3. Fasih
Kata fasih menurut KBBI berarti lancar, bersih, dan baik lafalnya. Hal ini lebih
pada kemampuan tentang berbahasa, membaca, bercakap-cakap, mengaji,
menyampaikan pendapat dan sebagainya. Contoh: 'pada umur delapan tahun ia sudah
tamat Juz Amma dan dapat mengaji dengan fasih ia dapat berpidato dalam bahasa
Inggris dengan lancar dan fasih. Hal yang bisa kita nilai dari Fasih ini salah satunya
yaitu Kefasihan dalam membaca yang dapat diartikan sebagai kemampuan membaca
teks dengan mudah, cepat, dan ekspresif tanpa banyak usaha dan dengan sedikit
kesulitan untuk memahami arti dari teks yang dibaca. Saat mengevaluasi kefasihan
membaca anak secara keseluruhan, ada dua jenis kefasihan, yaitu kefasihan membaca
secara lisan dan kefasihan membaca dalam hati.
a. Kefasihan Membaca Secara Lisan
Mungkin sebagian orang menganggap bahwa kefasihan membaca secara
lisan mengacu pada seberapa lancer seorang anak dapat membaca dengan lantang.
Jenis kefasihan ini bukan tentang seberapa baik seorang anak memahami dan
mengingat apa yang mereka baca, tetapi lebih kearah bagaimana mereka lebih
banyak dan mampu mengerti isi atau makna dari teks tersebut. Jika si kecil adalah
pembaca lisan yang fasih, mereka harus dapat membaca bagian teks tertentu tanpa
ragu-ragu, menggunakan intonasi dan ekspresi yang tepat dan mengucapkan
sebagian besar kata dengan benar.
b. Kefasihan membaca dalam hati
Kefasihan membaca dalam hati sedikit lebih rumit daripada kefasihan
membaca secara lisan. Sementara, seorang silent reader yang fasih harus bisa
membaca apa yang ada di hadapan mereka tanpa ragu-ragu. Mereka juga harus
bisa membacanya lebih dari sekedar kata demi kata. Pembaca diharapkan dapat
membaca tanpa mengucapkan atau mengucapkan kata-kata dengan lantang,
sambil secara visual menyerap dan memahami lebih dari satu kata pada satu
waktu. Banyak anak yang dianggap sebagai pembaca yang fasih ternyata tidak
selancar kelihatannya ketika membaca dalam hati. Hal ini karena mereka
membaca teks dengan kecepatan yang baik dan secara mekanis tanpa masalah.
Mereka justru tidak memperoleh pemahaman akan teks yang mereka baca. Hal ini
sering ditunjukkan oleh anak yang membaca buku dengan mudah tetapi tidak
dapat memberi tahu tentang isi dari teks yang dibaca.
Alasan paling sederhana dalam kefasihan membaca adalah tanpa kefasihan,
membaca menjadi tidak menyenangkan. Kelancaran dalam membaca akan
mengarahkan anak untuk lebih mahir ketika menulis dan memiliki keterampilan kosa
kata yang lebih baik lagi sehingga mereka akan lebih mudah menyerap makna dari
bacaan tersebut.
4. Adaptif
Secara istilah atau terminologi, pembelajaran adaptif adalah pembelajaran yang
dilakukan dengan melibatkan peserta didik sebagai subyek Pendidikan yang aktif.
Peserta didik mampu melakukan kegiatan aktif yang lebih memicu peningkatan
kecerdasan dalam pembelajaran.
Sedangkan menurut bahasa atau harfiah bahwasanya pembelajaran adaptif
berasal dari dua kata yakni pembelajaran dan adaptif. Pembelajaran adalah proses
mendapatkan ilmu pengetahuan secara ilmiah. Adapun menurut KBBI bahwa adaptif
adalah gampang menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.
Pembelajaran adaptif merupakan proses pembelajaran dengan menyesuaikan
kondisi, kebutuhan dan lingkungan siswa sehingga terjadi penguasaan pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
(Hosni, 2003) menyebutkan bahwa pembelajaran adaptif merupakan
pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
dipelajari dan dilaksanakan sesuai kebutuhan.
Adapun contoh penerapan pembelajaran adaptif adalah pembelajaran yang
menyesuaikan dengan perkembangan perangkat teknologi yang canggih dan sistem
kurikulum yang ditetapkan pada suatu sekolah. Untuk lebih lengkapnya yang
menjadi fokus utama dan terkait dalam pembelajaran ini yaitu teknologi pendidikan
terbaru, kurikulum yang dijalankan, gaya belajar siswa dan lain sebagainya.
Metode adaptive learning banyak macam dan rupanya. Salah satu contoh
pembelajaran adaptif adalah seorang guru melayani kebutuhan pendidikan pada
seorang anak sesuai kebutuhannya. Karena setiap siswa tentu mempunyai kebutuhan
berbeda-beda dalam aspek pendidikan. Guru harus cepat tanggap dalam melayani
kebutuhan pendidikan yang terbaik bagi siswa bersangkutan.
Pembelajaran dan pendidikan adaptif adalah suatu rangkaian bagian dari proses
revolusi belajar yang digemakan di seluruh dunia. Pengajaran seorang guru kepada
siswa harus sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan siswa bersangkutan. Setiap
siswa juga harus menyesuaikan dengan teknologi yang ada dalam proses belajar di
sekolah dan rumah.
Selama ini di setiap sekolah umum ya diterapkan satu metode mengajar yang
berlaku untuk semua gaya belajar siswa. Hal tersebut kurang efektif dan tidak cocok
bagi setiap peserta didik. Pembelajaran adaptif mengakomodasi setiap kebutuhan
siswa. Guru yang harus menyesuaikan dengan kondisi dan karakter anak. Bukan
anak didik yang menyesuaikan dengan gaya mengajar guru.
5. Anggun (graceful)
Anggun dalam bahasa Inggris graceful yang memiliki arti lemah gemulai,
lemah lembut, jelita, sopan santun, berbudi bahasa. Anggun berhubungan dengan
suatu sifat dan juga dapat dimaknai dengan tingkah laku yang apik atau bagus.
Dalam konsep pemahaman UbD salah satunya adalah siswa mampu
mengaplikasikan atau menerapkan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga dalam hal ini, anggun yang dimaksudkan dalam kriteria
penilaian yaitu bagaimana siswa tidak hanya sekedar mampu menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya namun juga mampu menerapkannya dengan adanya
sikap atau bawaan yang baik dari pribadinya. Seperti digunakan untuk hal yang
bermanfaat bukan malah menggunakan untuk hal-hal yang negatif, apalagi sampai
merugikan orang lain. Misalnya ada siswa yang cerdas dan pengetahuannya lebih
luas daripada temannya, maka dia dapat berbagi ilmu dengan temannya seperti
mengajari temannya yang belum mengerti atau membantu teman dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA

Darma. (2016). Pengaruh Efisiensi Dan Kemandirian Keuangan Daerah Terhadap Belanja
Modal. Jurnal Adminika, 2(2).
Hasibuan. (1984). Manajemen dasar, pengertian dan masalah. Jakarta: Penerbit Gunung
Agung.
Hosni, I. (2003). Pembelajaran Adaptif. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa.
Mulyamah. (1987). Manajemen Perubahan. Jakarta: Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai