Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jailani 1077 M/470 H, Pecetus Tarekat Qadiriyah
Surau.co – Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memang sudah sangat familiar di telinga
para umat muslim di seluruh penjuru duni, khususnya di Nusantara ini.
Abdul Qadir al-Jailani tidak hanya dikenal sebagai ulama yang masyhur dalam
satu bidang keilmuan saja, bahkan para tokoh dan juga sejarawan sepakat
bahwa al-Jailani merupakan ulam sufi yang pengaruhnya terhadap
perkembangan keilmuan begitu sangat terasa hingga saat ini.
Hal itu kemudian menjadi sangat wajar ketika banyak orang yang kemudian
penasaran dengan sosok dan kepridian al-Jailani, disamping kepintarannya, Ia
juga sangat terkenal dengan nuansa kehidupannya yang sederhana.
Oleh karena itu, berikut akan kami ulas seputar riwayat hidupnya dan juga
lingkungan yang menyebabkan al-Jalani begitu sangat masyhur di kalanagan
masyarakat muslim di berbagai belahan dunia.
Daftar Isi
Ia lahir di Jaelan, sebelah selatan laut kaspia Iran, pada tahun 1077 M/470 H.
Sedangkan dalam literatur lain disebutkan Ia lahir di Banq yang termasuk
wilayah Jailan.
Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang kepastian tanggal lahir al-Jailani.
Namun demikian, mayoritas ahli sejarah menyebut bahwa Syekh Abdul Qadir al-
Jailani lahir di tahun 470 H atau 471 H. sebagian yang lain menyebutkan bahwa
Ia lahir pada tahun 491 H.
Akan tetapi dari sekian pendapat itu, yang diyakini paling shahih adalah
pendapat Ibn al-Jauzi, yang menyebut bahwa Syekh Abdul Qadir al-Jailani lahr
pada 1 Ramadhan 471 H.
Para ahli sejarah beranggapan bahwa ibn al-Jauzi adalah ulama yang semasa
dengan al-Jailani. Selain disebut Syekh, Wali dan sebutan lain dalam tarekat, al-
Jailani juga disebut sebagai Sayyid.
Hal itu lantaran dari pihak ibunya, Ia ada keturunan Sayyidina Husain (cucu Nabi
Muhammad SAW), sedangkan dari pihak ayah masih keturunan sayyidina Hasan
(cucu Nabi Muhammad SAW).
Dengan begitu, Syekh Abdul Qadir al-Jailani dapat dibilang lahir ditengah-tengah
keluarga yang hidup sederhana dan sholih. Diriwayatkan juga bahwa, kakek dari
ibunya bernama Abdullah Saumi, yang merupakan seorang Sufi pada masa itu.
Di sisi lain, Baghdad juga merupakan pusat ilmu pengetahuan dan budaya di
bawah dinasti Abbasiyah yang berkuasa, jadi, al-Jailani sangat ingin belajar di
Baghdad.
Dalam dunia kajian tasawuf, al-Jailani adalah sosok yang familiar, bahkan bisa
dikatakan sebagai kiblat bagi para pecinta kajian tasawuf. Hal ini mungkin
karena anggapan bahwa al-Jailani adalah pendiri tarekat sufi pertama yang
kemudian dikenal dengan tarekat Qadariah.
Di Bagdad, Abdul Qadir al-Jailani menjumpai para ulama, belajar dengan mereka
dan berteman dengan mereka, dimana ia berhasil menguasai ilmu lahir dan
batin. Ini adalah ilmu alam yang dipahami oleh para sufi. Kemudian, ia menjadi
sosok yang disegani sebagai ahli Fiqih dan dihormati sebagai seorang sufi. Salah
satu mentornya dalam tasawuf adalah ad-Dabbas.
Setelah belajar dengan para ulama besar dan para sufi, ia menjelajahi gurun
Sahara Irak selama 25 tahun, melintasi rumput berduri dan tanah kering
bebatuan miring. Petualangan ini merupakan jawaban atas derita melihat
kehancuran moral sebagian orang pada saat itu, serta kesempurnaan spiritual
mereka.
Dari keempat istri itu, ia mempunyai empat puluh Sembilan anak, dua puluh
putra dan selebihnya putri. Diantara empat puluh Sembilan dari putranya itu,
ada empat yang termasyhur yakni;
Syekh Abdul Wahab putra tertua, adalah seorang alim besar, penerus dan
pengelola madrasah almarhum ayahnya, Ia juga seorang pemimpin sebuah
kantor Negara terkenal.
Syekh Isa, seorang guru hadist dan hakim besar, Ia dikenal juga sebagai
penyair, bermukim di Mesir hingga akhir hayatnya
Syekh Abdul Razaq, seorang alim dan ahli hadist yang mewarisi
kecendrungan ayahnya yang manshur di Bagdhad.
Syekh Musa yang hijrah ke Damaskus hingga akhir hayatnya.
Biografi Ibnu Rusyd 510 H/126 M, Filosof Muslim Ternama Dari Cordoba
Al-Jailani Wafat
Setiap manusia tentu akan kembali kepadanya, karena yang abadi hanyalah Dia,
begitu juga dengan Al-Jailani yang menghembuskan nafas terakhirnya pada
malam Sabtu, tanggal 10 Rabiul al-Tsani 561 H, bertepatan dengan 13 Februari
1166 M, pada usianya yang ke- 91 tahun. Selama hidupnya, Al-Jailani tidak
pernah menderita sakit keras kecuali menjelang wafatnya.
Wafatnya Al-Jailani tentu membawa kesedihan bagi segenap umat manusia dan
juga pengikutnya, namun demikian, meski jasadnya telah tiada, namun Ia
mewariskan pemikiran-pemikirannya dalam berbagai kitab. Keturunan dan
muridnya kemudian mendirikan suatu tarekat yang dikenal dengan tarekat
Qadiriyah, tarekat yang kini memiliki pengikut dan pengaruh besar di dunia
Islam termasuk Indonesia.
Riwayat pendidikan
Selama belajar, al-Jailani tidak diketahui secara pasti tetapi dapat diketahui
melalui sedikit sejarah tentangnya. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya
dalam pengasingan di padang pasir atau tepi sungai, bertelanjang kaki, tidur di
gubuk yang hampir runtuh, sehingga al-Jailani cenderung dijuluki al-Majnun
(orang gila).
Ada riwayat yang menceritakan bagaimana dia disebut gila, Al-Jailani berkata:
“….. aku pergi ke gurun, lalu berteriak dan menutup wajahku. Orang-orang Abbar
mendengarku. Mereka takut, lalu datang dan mengetahuiku. Mereka berkata, “
Abdul Qadir gila! Kau telah membuat kami ketakutan.” Lalu aku menjawab “ beban
yang banyak akan segera diberikan kepadaku. Seandainya diberikan kepada gunung
pasti akan hancur. Jika beban itu semakin berat, kuletakkan pinggangku ke tanah,
lalu aku membaca: sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” Lalu
kuangkat kepalaku dan sesungguhnya beban itu hilang dariku”.
Syaikh Abu al-Wafa Ali bin Aqil bin Muhammad bin Aqil bin Abdullah al
Baghdadi al-Zari d
Syaikh Abu al- Khatab bin Ahmad bin Hasan bin Hasan al-Iraqi al-
Kalwazani.19
4. Dalam ilmu sastra dan bahasa Ia belajar kepada Abu Zakariya Yahya bin Ali at-
Tabrizi.
Murid-murid Al Jailani
Al-Jailani dikenal sebagai sosok seorang guru besar yang masyhur. Ia mengajar
begitu banyak orang-orang pintar maupun awam. Setiap tahun lulusan dari
madrasah dan ribat al-Jailani mencapai 3.000 orang murid dan pengikut. Dan
dalam 33 tahun menjadi pengajar, Ia telah melahirkan ratusan ribu orang murid.
Di antara para ulama yang pernah menjadi muridnya adalah :
Karya-karya Al-Jailani
Al-Gunyah li Thalibi Thariq al-Haqiqi „Azza wa Jalla
Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faid ar-Rahmani
Yawakit al-Hikam
Ar-Rasail
Tafsir al-Jailani
Sirr al-Asrar fi Ma Yahtaj ilayh al-Abrar
Futuh al-Ghaib
Jalla al-Khatir
Asrar al-Asrar
Ash-Shalawat wa al-Aurad
Al-Amr al-Muhkam
Ushul as-Saba
Mukhtashar Ulumuddin
Ushul ad-Din
Al-mawahib ar-Rahmaniyya wa al-Futuh ar-Rabbaniyya fi Maratib al-Akhlaq as-
Saniya wa al-Maqamat al-Irfaniyya
Al-Fuyudat ar-Rabbaniyyah fi al-Aurad al-Qadiriyyah
Bahjah al-Asrar
Aurad Syaikh Abdul Qadir
Malfuzdat
Khamsata Asyara Maktuban
Ad-Diwan dan lain-lain
Tidak ada yang meramalkan bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menulis buku
tafsir Al-Qur’an 30 juz, yang memodifikasi ayat-ayat Al-Qur’an. Seolah-olah
sedang mempelajari lautan tasawuf dari kalimat ke kalimat. Dan Alhamdulillah,
Tafsir al-Jailani dalam bahasa Arab diterbitkan oleh Markaz al-Jailanii Turki.
Tafsir al-Jailani, karena penciptanya sangat menyukai tasawuf, maka tafsir yang
dibawakannya sangat kental dengan tasawuf. Untuk lebih memahami tafsir al-
Jailani, kita akan membahas secara singkat ciri-ciri Tafsir al-Jailani.
Render ini berjudul “Tafsir Al Jailani” dilihat dari sampul demo ini. Ini
menegaskan bahwa interpretasi ini dikaitkan dengan Sheikh Abdul Qadir al-
Jailani.
Akan tetapi, dalam pengantar kitab tafsir, penerbit menyatakan bahwa nama asli
kitab tersebut adalah “al-Fawatih al-Illahiyyah wa al-Mafatih al-Ghaibiyyah al-
Muwaddihah lil al-Kalim al-Qur’ aniyyah wa al-Hikam al-Furqaniyyah.”
Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1998 oleh markaz al-Jilani li al-
Buhuts al-Ilmiyyah wa Tab’a wa al-Nasyr Istanbul Turki. Diterbitkan, manuskrip
penjelasan al-Jailani telah melalui penelitian yang cermat dan penyuntingan
yang melelahkan.
Itu dia sederet keahlian dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani, namun yang perlu
digarisbawahi semua keilmuan dan keahlian yang diperoleh olehnya, semata
karena do’a dan juga proses yang panjang. Wallahua’lam!
Abdul Qadir Jailani Riwayat Hidup Abdul Qadir Jailani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Ulama Sufi
Penulis: EnolEditor: Nurul Hidayat
Baca Juga
Riwayat Hidup Abu Ayyub Al Anshari (w. 674 M), Sahabat yang Ditangisi Nabi Karena
Kebaikannya
Riwayat Hidup Thalhah bin Ubaidillah (595 M), Sahabat Nabi yang Dijuluki “Syahid yang Hidup”
Biografi Abu Darda’ (Wafat 32 H), Sahabat Nabi yang Zuhud
Riwayat Hidup Umair bin Wahab (W. sekitar 584 – 644), dan Perjalanannya dalam Memeluk Islam
Riwayat Hidup Qais bin Sa’ad bin Ubadah (w. 59 H), Sahabat Nabi yang Dijuluki Sebagai Ajudan
yang Pemberani
Biografi Khalid Bin Walid (592 M), Sahabat Nabi yang Ahli Dalam Dunia Militer
Riwayat Hidup Abu Ayyub Al Anshari (w. 674 M), Sahabat yang Ditangisi Nabi Karena
Kebaikannya
Riwayat Hidup Thalhah bin Ubaidillah (595 M), Sahabat Nabi yang Dijuluki “Syahid yang Hidup”
Riwayat Hidup Umair bin Wahab (W. sekitar 584 – 644), dan Perjalanannya dalam Memeluk Islam
Riwayat Hidup Qais bin Sa’ad bin Ubadah (w. 59 H), Sahabat Nabi yang Dijuluki Sebagai Ajudan
yang Pemberani
Biografi Khalid Bin Walid (592 M), Sahabat Nabi yang Ahli Dalam Dunia Militer
Mengenal Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Sabtu 26 Sep 2020 15:00 WIB
Rep: Syahruddin El Fikri/ Red: Muhammad Hafil
Mengenal Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Foto: Sheikh Abdul Qadir Jailani
Foto: IST
Jika mujaddid Islam pada abad ke-11 M/5 H adalah Imam al-Ghazali
dan mendapat julukan hujjatul Islam karena keberhasilannya
menggabungkan syariat dan tarekat secara teoritis, mutiara sejarah
abad ke-12 M/6 H diduduki oleh seorang ulama yang berhasil
memadukan antara syariat dan sufisme secara praktis-aplikatif. Karena
itu, ia mendapat julukan quthubul auliya' serta ghautsul a'dzam, orang
suci terbesar dalam Islam. Dia adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Jika nama al-Ghazali dikenal dalam studi-studi tasawuf secara akademik
melalui kitab-kitab teori sufinya, nama al-Jailani lebih membumi karena
ajaran amaliahnya. Sehingga, dalam masyarakat Muslim, namanya
sangat populer, dijadikan sarana wushuliyyah, serta selalu disebut
dalam setiap acara-acara keagamaan, di samping manakib-nya yang
juga banyak dibaca tentang riwayat hidup sang tokoh.
Menurut Walter Braune dalam bukunya Die 'Futuh al-Ghaib' des Abdul
Qadir (Berlin & Leipzig, 1933), ia adalah wali yang paling terkenal di
dunia Islam. Sedangkan, penulis Muslim Jerman, Mehmed Ali Aini (Un
Grand Saint del Islam: Abd al-Kadir Guilani, Paris, 1967), menyebut al-
Jailani sebagai orang suci terbesar di dunia Islam.
Ia lahir sebagai anak yatim (di mana ayahnya telah wafat sewaktu
beliau masih dalam kandungan enam bulan) di tengah keluarga yang
hidup sederhana dan saleh. Ayahnya, al-Imam Sayyid Abi Shalih Musa
Zangi Dausat, adalah ulama fuqaha ternama, Mazhab Hambali, dan
garis silsilahnya berujung pada Hasan bin Ali bin Abi Thalib, menantu
Rasulullah SAW.
Di samping itu, ia juga dikenal sangat alim dan wara. Hal ini berkaitan
dengan ajaran sufi yang dipelajarinya. Ia suka tirakat, melakukan
riyadhah dan mujahadah melawan hawa nafsu.
Selain penguasaannya dalam bidang ilmu fikih, Syekh Abdul Qadir al-
Jailani juga dikenal sebagai peletak dasar ajaran tarekat Qadiriyah. Al-
Jailani dikenal juga sebagai orang yang memberikan spirit keagamaan
bagi banyak umat. Karena itu, banyak ulama yang menjuluki 'Muhyidin'
(penghidup agama) di depan namanya.
Mardiono Nilai PPP Telah Jadi Partai yang Matang di Usia Ke-50
K A R T U M E R A H
J A T E N G J A T I M
U M U M
J A B O T A B E K I N P I C T U R E
In Picture: Polisi Berhasil Ungkap Kasus Cairan Liquid
Vape Narkotika
Narkotika berbentuk cairan liquid vape dibuat industri rumahan di kawasan Kembangan
4 PHO
Penyebab Meninggalnya Nur Riska, Mahasiswa UNY yang Berjuang Turunkan Uang
Kuliah
Kerusuhan TKA dan TKI di Morowali Utara, Bupati: Ada Provokator dari Luar
Ketika Nabi Muhammad Mencegah Istrinya yang Membicarakan Fisik Orang Lain
Mengapa Sahabat Nabi Muhammad Curiga Pada Orang yang Tinggalkan Shalat Subuh dan
Isya?
6 Sahabat yang Namanya Diganti Rasulullah SAW, Termasuk Hasan dan Husain
MUSLIMAH
Jika Istri Wanita Karier, Lantas Bagaimana Suami Bersikap? Ini Tuntunan Fikih Islam
KISAH
Kisah Nyata Allah Melindungi Hamba-Nya dari KDRT Ribuan Tahun Lalu
Kepala Ayahnya Dipenggal, Ali Zainal Abidin Membalas dengan Cara ini
Kisah Bangsawan Bertobat dan Namanya Disebut sejak Ratusan Tahun Lalu
Musafir yang Jamak atau Qashar Shalat Dilarang Makmum Warga Mukim Menurut Mazhab
Syafii
Mengapa Kaum Sesat Bisa Kalahkan Orang yang Beriman? Ini Penjelasan Ulama
Perbedaan Ulama Seputar Kadar Haramnya Khamar dalam Kajian Fikih Klasik
4 Tahapan Pelarangan Khamar dan Fakta Bahwa Tak Ada yang Diharamkan Melebihinya
Tanda Kiamat Besar dari Matahari Terbit di Ufuk Barat hingga Api Aden, Mana Lebih
Dahulu?
REPUBLIKA TV
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani merupakan tokoh sufi paling masyhur di Indonesia. Peringatan
haul waliyullah ini pun selalu dirayakan setiap tahun oleh umat islam di Indonesia.
Tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya tarekat qadiriyah ini lebih dikenal di
masyarakat lewat cerita-cerita keramahannya dibandingkan ajaran spritualnya.
Terlepas dari pro kontra keramahannya atas cerita-cerita (manaqib). Tentangnya sering
dibacakam dalam majelis yang dikenal di masyarakat dengan sebutan manaqiban.
Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir Ibn Abi Shalih Abdullah Janki Dusat Al-Jailani. Al-
Jailani merupakan penisbatan pada Jil daerah di belakang Tabaristan.
Karena ditempat itulah beliau di lahirkan. Selain jil tempat ini disebut juga dikenal dengan
jailan dan iklan. Syekh Abdul Qadir al-jailani dilahirkan pasa tahun 371 Hijriah.
Sebagaimana yang sudah tertera pada hampir semua buku biografi tentang dirinya ini.
Bila dirunut ke atas dari nasabnya beliau masih keturunan dari Ali bin Abi Thalib. Beliau
tumbuh sebagai anak yatim. Menghabiskan fase pertama hidup nya bersama ibunya. Dalam
usia 8 tahun ia sudah meninggalkan jalan menuju ke Baghdad pada tahun 488 Hijriah/1095
Masehi.
Definisi tasawuf menurut Syekh Abdullah Qadir Jailani adalah beriman kepada Allah swt.
Dan berperilaku baik kepada setiap makhluk hidup. Mengutip buku putih Syekh Abdull
Qadir Al-Jailani tulisan Said bin Mushfir Al-Qathani.
Namanya pun sangat dikenal oleh banyak masyarakat salah satunya di Indonesia. Baik oleh
masyarakat awam maupun di kalangan para santri-santri dan para ulama.
Ini bukanlah suatu hal yang mengherankan mengingat Syekh Abdul Qadir Jailani adalah
seorang pendiri tarekat qadiriyah. Beliau sangat dijuluki sebagai pemimpin para wali atau
Sulthan Al-Auliya dan pemuka para sufi imam Al-Ashfiya.
Sehingga Jailani muda banyak menghimpun ilmu dari sang kakeknya sendiri. Keseriusan
untuk menuntut ilmu mendorongnya untuk merantau ke Baghdad yang saat itu menjadi pusat
peradaban dan pengetahuan islam.
Kala itu usianya baru menginjak 18 tahun. Beliau tercatat pernah belajar dari banyak ulama
besar pada zamannya.
Di antaranya yaitu Ali bin Aqil Al Hambali, Abu Zakariya bin Ali At Tibrisi dan Muhammad
bin Hassan Ali Baqilani. Sedangkan salah seorang pembimbingnya dalam tasawuf adalah Ad-
Dabbas.
Al-Jailani sering berpuasa dan tidak mau memintan minta makanan meskipun ia sedang
kelaparan. Beliau juga hanya memakai jubah dari bulu domba dan menapaki jalanan Irak
tanpa alas kaki.
Di kemudian hari Al-Jailani menjadi tokoh ahli fiqih dan ahli sufi yang sangat disegani. Al-
Jailani dipenuhi dengan orang-orang Islam dari kalangan Kristen dan Yahudi, mantan
perampok, pembunuh dan para penjahat lainnya.
Disebutkan beliau telah mengislamkan lebih dari 5000 orang Yahudi dan Nasrani sertakan
menyadarkan lebih dari 100.000 penjahat.
Ini semua dimungkinkan karena kepribadian Al-Jailani yang tawadhu (rendah hati). Beliau
akrab dengan para fakir miskin, tetangga, dan sangat memperhatikan anak-anak dan orang
tua. Ini merupakan praktik dari ajaran tasawuf yang beliau hayati.
Suatu ketika Abu Saad Al-Mukhtari membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang
bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada syekh Abdul
Qadir Al-Jailani.
Banyak orang yang bersimpati kepada beliau. Lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga itu
tidak kuat menampungnya maka diadakan perluasan.
Recommended Read
5 Amalan yang Dilakukan pada Malam Lailatul Qadar
10 Doa Meminta Keturunan dalam Islam
Amalan yang Dilakukan pada Malam Nuzulul Qur’an
5 Jenis Riba dalam Islam dan Dalil Pelarangannya
4 Cara Meminta Maaf yang Baik Dalam Islam dan Keutamaannya
© 2023 DalamIslam.com
Semua Konten bersifat informasi tidak untuk menggantikan pendapat ahli agama.
Biografi Syekh Nawawi Al-Bantani –
Pendidikan dan Perjuangan
√ Islamic Base
Ayah beliau Syekh Umar Al-Bantani merupakan sosok ulama yang masih punya
hubungan nasab dengan Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
Cirebon. Hingga sampai kepada Rasulullah SAW.
Pada usia delapan tahun bersama kedua adiknya Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi
berguru kepada KH. Sahal. Salah seorang ulama terkenal di Banten pada saat itu.
Dengan melihat realita begitu zalimnya gelora jihad pun berkobar. Sebagai intelektual
yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran
Syekh Nawawi kemudian berdakwah keliling Banten mengobarkan perlawanan
terhadap penjajah sampai pemerintah Belanda membatasi geraknya, seperti dilarang
berkhutbah di masjid-masjid.
Bahkan belakang beliau dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang ketika
itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajah Belanda (1825-1830 Masehi).
Hingga akhirnya beliau kembali ke Mekah setelah ada tekanan pengusiran dari
Belanda.
Tepat ketika puncak terjadi perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830
Masehi. Begitu sampai di Mekah beliau segera kembali memperdalam ilmu agama
kepada guru-gurunya.
Syekh Nawawi mulai masyhur ketika menetap di Syi’ib Ali Mekah. Beliau mengajar
di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan tetapi semakin lama
jumlahnya kian semakin banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia.
Hingga jadilah Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai ulama yang dikenal piawai dalam
ilmu agama. Terutama tentang tauhid, fiqih, dan tasawwuf. Nama Syekh Nawawi Al-
Bantani semakin masyhur ketika dia ditunjuk sebagai imam Masjid Haram.
Beliau menggantikan Syaikh Achmad Khatib atau Syekh Ahmad Khatib Al-
Minangkabawi. Tidak hanya di kota Mekah dan Madinah hingga Hindustan namanya
begitu masyhur.
Makam beliau bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu
Bakar Ash-Siddiq. Meski wafat di Jazirah Arab, namun hingga kini setiap tahunnya
selalu diadakan haul atau peringatan wafatnya Syekh Nawawi Al-Bantani di tanah air,
yang tepatnya di pondok pesantren An-Nawawi selalu ramai dihadiri para santri
Nusantara, bahkan juga Mancanegara.
Jasad yang tetap utuh telah menjadikan kebijakan pemerintah Arab Saudi bahwa
orang yang telah di kubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si
mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya.
Selanjutnya semua tulang itu di kuburan ditempat lain di luar kota. Dan lubang kubur
yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih
berganti.
Kebijakan tersebut dijalankan tanpa pandangan bulu hingga menimpa pula pada
makam Syekh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia 1 tahun, datanglah petugas
dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya.
Tetapi yang terjadi adalah hal yang tidak lazim. Para petugas kuburan itu tidak
menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jasad
yang masih utuh.
Tidak kurang satu pun, seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan
kain kafan penutup jasad Syekh Nawawi Al-Bantani tidak sobek sama sekali, bahkan
tidak lapuk.