Anda di halaman 1dari 37

Sosok 

Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jailani 1077


M/470 H, Pencetus Tarekat Qadiriyah

Biografi,  Tokoh  -  Enol Writer


Selasa, 16 Agu 2022

Biografi Syekh Abdul Qadir Al-Jailani 1077 M/470 H, Pecetus Tarekat Qadiriyah

Surau.co – Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memang sudah sangat familiar di telinga
para umat muslim di seluruh penjuru duni, khususnya di Nusantara ini.

Abdul Qadir al-Jailani tidak hanya dikenal sebagai ulama yang masyhur dalam
satu bidang keilmuan saja, bahkan para tokoh dan juga sejarawan sepakat
bahwa al-Jailani merupakan ulam sufi yang pengaruhnya terhadap
perkembangan keilmuan begitu sangat terasa hingga saat ini.
Hal itu kemudian menjadi sangat wajar ketika banyak orang yang kemudian
penasaran dengan sosok dan kepridian al-Jailani, disamping kepintarannya, Ia
juga sangat terkenal dengan nuansa kehidupannya yang sederhana.

Oleh karena itu, berikut akan kami ulas seputar riwayat hidupnya dan juga
lingkungan yang menyebabkan al-Jalani begitu sangat masyhur di kalanagan
masyarakat muslim di berbagai belahan dunia.

Daftar Isi

 Riwayat Hidup al-Jailani


 Al-Jailani Wafat
 Riwayat pendidikan
 Guru-Guru Syekh Abdul Qadir Jailani
 Murid-murid Al Jailani
 Karya-karya Al-Jailani
 Tentang Tafsir Syekh Abdul Qadir Jailani

Riwayat Hidup al-Jailani


Syekh Abdul Qadir Al-Jailani merupakan syekh pertama dalam tarekat Qadiryah
yang hidup pada masa Daulah Abbasiyah ke IV atau Bani Saljuk.

Nama lengkap Syekh Abdul Qadir Jailani sebagaimana tercatatat dalam kitab


Tafir al-Jailani 2009, Juz I, adalah Syekh Abu Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir
al Jailani r.a bin Abi Shalih as Sayyid Musa bin Junki Dausit bin as Sayyid Abdullah
al Jili Ibnu as Sayyid Yahya az Zahid bin as Sayyid Muhammad bin as Sayyid
dawud bin as Sayyid musa bin as Sayyid Abdullah bin as Sayyid Musa al Juni.

Ia lahir di Jaelan, sebelah selatan laut kaspia Iran, pada tahun 1077 M/470 H.
Sedangkan dalam literatur lain disebutkan Ia lahir di Banq yang termasuk
wilayah Jailan.

Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang kepastian tanggal lahir al-Jailani.
Namun demikian, mayoritas ahli sejarah menyebut bahwa Syekh Abdul Qadir al-
Jailani lahir di tahun 470 H atau 471 H. sebagian yang lain menyebutkan bahwa
Ia lahir pada tahun 491 H.

Akan tetapi dari sekian pendapat itu, yang diyakini paling shahih adalah
pendapat Ibn al-Jauzi, yang menyebut bahwa Syekh Abdul Qadir al-Jailani lahr
pada 1 Ramadhan 471 H. 
Para ahli sejarah beranggapan bahwa ibn al-Jauzi adalah ulama yang semasa
dengan al-Jailani. Selain disebut Syekh, Wali dan sebutan lain dalam tarekat, al-
Jailani juga disebut sebagai Sayyid.

Hal itu lantaran dari pihak ibunya, Ia ada keturunan Sayyidina Husain (cucu Nabi
Muhammad SAW), sedangkan dari pihak ayah masih keturunan sayyidina Hasan
(cucu Nabi Muhammad SAW).

Dengan begitu, Syekh Abdul Qadir al-Jailani dapat dibilang lahir ditengah-tengah
keluarga yang hidup sederhana dan sholih. Diriwayatkan juga bahwa, kakek dari
ibunya bernama Abdullah Saumi, yang merupakan seorang Sufi pada masa itu.

Kehidupan keluarga al-Jailani dapat dibilang tergolong miskin, sebab masa


kecilnya Ia habiskan dengan bekerja keras di bidang pertanian. Tanah yang
mereka miliki di Jailan hampir tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka.

Beberapa orang di Jailan memiliki ternak dan syekh al-Jailani menggembalakan


mereka dengan mengambil ternak untuk digembalakan dan pada saat yang
sama untuk membajak sawah.

Secara aliran, mayoritas penduduk Jailan menganut aliran Hanbali. Orang-orang


Jailan sangat terkesan dengan citra Ahmad ibn Hambal dan para pengikutnya,
yang merupakan pendukung kuat matahari. Mazhab Hambali banyak dianut
oleh masyarakat Bagdad, dan kebetulan memang pada waktu itu merupakan
kediaman dari Ahmad bin Hanbal.

Di sisi lain, Baghdad juga merupakan pusat ilmu pengetahuan dan budaya di
bawah dinasti Abbasiyah yang berkuasa, jadi, al-Jailani sangat ingin belajar di
Baghdad.

Dalam dunia kajian tasawuf, al-Jailani adalah sosok yang familiar, bahkan bisa
dikatakan sebagai kiblat bagi para pecinta kajian tasawuf. Hal ini mungkin
karena anggapan bahwa al-Jailani adalah pendiri tarekat sufi pertama yang
kemudian dikenal dengan tarekat Qadariah.

Setelah menimba ilmu agama, di kampung halamannya (Jaelan), pada tahun


1095 M, ia terpaksa merantau ke Bagdad, kota yang saat itu menjadi pusat
peradaban dan pengetahuan Islam. Di sana, Dia bermaksud untuk mencari dan
memperoleh ilmu sebanyak-banyaknya.  

Ketika berusia 18 tahun, al-Jailani juga memutuskan untuk pergi ke Baghdad


untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang agamanya. Ada
sebuah riwayat menyebutkan bahwa perjalanan al-Jailani ke Baghdad. Sebelum
pergi, ibunya, yang memiliki 80 dinar warisan dari ayahnya, ingin
memberikannya sebagai aset cadangan ke Baghdad. Namun al-Jailani hanya
mengambil setengahnya, sisanya dikembalikan kepada ibunya. Uang itu
kemudian disimpan dalam tas yang dijahit di bawah ketiak al-Jailani agar tidak
terlihat oleh pencuri atau perampok.

Di Bagdad, Abdul Qadir al-Jailani menjumpai para ulama, belajar dengan mereka
dan berteman dengan mereka, dimana ia berhasil menguasai ilmu lahir dan
batin. Ini adalah ilmu alam yang dipahami oleh para sufi. Kemudian, ia menjadi
sosok yang disegani sebagai ahli Fiqih dan dihormati sebagai seorang sufi. Salah
satu mentornya dalam tasawuf adalah ad-Dabbas.

Setelah belajar dengan para ulama besar dan para sufi, ia menjelajahi gurun
Sahara Irak selama 25 tahun, melintasi rumput berduri dan tanah kering
bebatuan miring. Petualangan ini merupakan jawaban atas derita melihat
kehancuran moral sebagian orang pada saat itu, serta kesempurnaan spiritual
mereka.

Selama pengembaraan spiritualnya itu, Ia berusaha menghindari pertemuan


dengan manusia lain. Ia hanya mengenakan pakaian sederhana berupa jubbah
dari bulu domba serta tutup kepala dari sesobek kain tanpa alas kaki.

Selama pengembaraannya, ia hanya makan buah segar dari rerumputan muda


sungai dan sisa sayuran yang sudah dibuang. Dia hanya minum secukupnya,
sementara tidurnya sangat singkat sehingga dia sering terjaga.  

Bahkan di usia tua, kesederhanaannya tetap terjaga. Upaya mensucikan jiwa


juga termasuk merendahkan diri sepenuhnya dari segala hal yang meragukan
dan bahkan mengurangi makanan dan minuman halal.  

Dengan bekerja sangat keras, ia menerima perlindungan Tuhan. Suatu ketika


dalam perjalanan ketika dia tidak makan atau minum selama berhari-hari, tiba-
tiba seorang pria datang dan memberinya sekantong dirham. Meski uangnya
cukup untuk jalan-jalan beberapa hari, namun al-Jailani hanya membeli roti
untuk mengisi perut saja.  

Aktivitas hidupnya yang disibukkan dengan upaya spiritualnya, memikatnya dan


hampir melupakan sunnah Rasul untuk menikah. Hingga pada tahun 521 H, di
usianya yang ke-51 tahun, ia pun belum pernah memikirkan pernikahannya.  
Karen menikah baginya hanya akan menjadi penghalang dalam usaha
spiritualnya. Meski begitu, ia tetap tidak meninggalkan sunnah Nabi. Pada usia
lanjut, ia menikah dan memiliki empat istri yang salehah.

Dari keempat istri itu, ia mempunyai empat puluh Sembilan anak, dua puluh
putra dan selebihnya putri. Diantara empat puluh Sembilan dari putranya itu,
ada empat yang termasyhur yakni;

 Syekh Abdul Wahab putra tertua, adalah seorang alim besar, penerus dan
pengelola madrasah almarhum ayahnya, Ia juga seorang pemimpin sebuah
kantor Negara terkenal.
 Syekh Isa, seorang guru hadist dan hakim besar, Ia dikenal juga sebagai
penyair, bermukim di Mesir hingga akhir hayatnya
 Syekh Abdul Razaq, seorang alim dan ahli hadist yang mewarisi
kecendrungan ayahnya yang manshur di Bagdhad.
 Syekh Musa yang hijrah ke Damaskus hingga akhir hayatnya.

 Biografi Ibnu Rusyd 510 H/126 M, Filosof Muslim Ternama Dari Cordoba

Al-Jailani Wafat
Setiap manusia tentu akan kembali kepadanya, karena yang abadi hanyalah Dia,
begitu juga dengan Al-Jailani yang menghembuskan nafas terakhirnya pada
malam Sabtu, tanggal 10 Rabiul al-Tsani 561 H, bertepatan dengan 13 Februari
1166 M, pada usianya yang ke- 91 tahun. Selama hidupnya, Al-Jailani tidak
pernah menderita sakit keras kecuali menjelang wafatnya.

Wafatnya Al-Jailani tentu membawa kesedihan bagi segenap umat manusia dan
juga pengikutnya, namun demikian, meski jasadnya telah tiada, namun Ia
mewariskan pemikiran-pemikirannya dalam berbagai kitab. Keturunan dan
muridnya kemudian mendirikan suatu tarekat yang dikenal dengan tarekat
Qadiriyah, tarekat yang kini memiliki pengikut dan pengaruh besar di dunia
Islam termasuk Indonesia.

Riwayat pendidikan
Selama belajar, al-Jailani tidak diketahui secara pasti tetapi dapat diketahui
melalui sedikit sejarah tentangnya. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya
dalam pengasingan di padang pasir atau tepi sungai, bertelanjang kaki, tidur di
gubuk yang hampir runtuh, sehingga al-Jailani cenderung dijuluki al-Majnun
(orang gila).

Ada riwayat yang menceritakan bagaimana dia disebut gila, Al-Jailani berkata:
“….. aku pergi ke gurun, lalu berteriak dan menutup wajahku. Orang-orang Abbar
mendengarku. Mereka takut, lalu datang dan mengetahuiku. Mereka berkata, “
Abdul Qadir gila! Kau telah membuat kami ketakutan.” Lalu aku menjawab “ beban
yang banyak akan segera diberikan kepadaku. Seandainya diberikan kepada gunung
pasti akan hancur. Jika beban itu semakin berat, kuletakkan pinggangku ke tanah,
lalu aku membaca: sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” Lalu
kuangkat kepalaku dan sesungguhnya beban itu hilang dariku”.

Sebagian penulis biografi menyatakan krisis moralitas yang terjadi di Baghdad


kala itu telah mengguncang Al Jailani. Inilah yang mendorongnya menyendri di
pinggiran kota Baghdad di sebuah menara yang dikenal dengan Burj al-Gharib
(menara orang asing) di daerah al-Mada‟in dan direruntuhan istana Kisra selama
beberapa tahun.

Guru-Guru Syekh Abdul Qadir Jailani


Setelah kepribadian dan jiwanya kuat, Ia kembali ke Baghdad untuk mendalami
fikih, hadist, adab, ulumul Qur‟an serta tasawuf. Adapun guru-guru dari Syekh
Abdul Qadir Al Jailani di antaranya:

1. Dalam ilmu hadist Ia belajar kepada:

 Abu Ghalib Muhammad ibn al Hasan al-Baqilani.


 Abu Bakar Ahmad ibn Muzhaffar.
 Abu al Qasim Ali ibn Bayan al-Razaq,.
 Abu Muhammad Ja‟far ibn Ahmad al-Siraj.
 Abu Sa‟d Muhammad ibn al-Khusyaisyi.
 Abu Thalib ibn Yusuf, Abul Ghanim Muhammad bin Muhammad bin Alin bin
Maimun al-Farisi.
 Abu Qasim Ali bin Ahmad bin Banan al-Karkhi
 Abu al-Barakat Hibabatullah Ibnul Mubarak
 Abdul Izz Muhammad bin Mukhtar,
 Abu Nashr Muhammad, Abu Ghalib Ahmad, Abu Abdillah Yahya, Abu al
Hasan bin al-Mubarakbin Thuyur,
 Abu Manshur Abdurrahman al-Qanzaz,
 Abu al-Barakat Thalhah al-Aquli, dan lain-lain.

2. Dalam bidang tasawuf, Al Jailani belajar kepada:

 Abu Muhammad Ja‟far ibn Ahmad al-Siraj,


 Syaikh Hammad ibn Muslim al-Dibbas
 al-Qadi Abu Sa‟d al-Mubaraq ibn Ali al-Muharrami.
3. Dalam ilmu fiqih Ia pernah berguru kepada:

 Syaikh Abu al-Wafa Ali bin Aqil bin Muhammad bin Aqil bin Abdullah al
Baghdadi al-Zari d
 Syaikh Abu al- Khatab bin Ahmad bin Hasan bin Hasan al-Iraqi al-
Kalwazani.19

4. Dalam ilmu sastra dan bahasa Ia belajar kepada Abu Zakariya Yahya bin Ali at-
Tabrizi.

Murid-murid Al Jailani
Al-Jailani dikenal sebagai sosok seorang guru besar yang masyhur. Ia mengajar
begitu banyak orang-orang pintar maupun awam. Setiap tahun lulusan dari
madrasah dan ribat al-Jailani mencapai 3.000 orang murid dan pengikut. Dan
dalam 33 tahun menjadi pengajar, Ia telah melahirkan ratusan ribu orang murid.
Di antara para ulama yang pernah menjadi muridnya adalah :

 Abdul Ghani bin Abdul Wahin al-Muqaddasi ( penyusun kitab Umdatul


Ahkam fi kalami Khairil Anam).
 Al-Qadi Abu Mahasin Umar bin Ali bin Hadar al-Qurasyi, Abu Muhammad
Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qadamah al- Muqaddasi (penulis
al-Mughni).
 Imam al-Qudwah al-Syaikh Abud Amru Usman bin Marzuq bin Hamid bin
Salamh al-Quraisyi.
 Syaikh Abu Fath Nasr al-Muna.
 Syaikh Abu Muhammad bin Utsman al-Baqqal.
 Imam Abu Hafash Umar bin Nasr bin Ali al-Gazzal.
 Syaikh Muhammad bin al-Kizan.

Karya-karya Al-Jailani
 Al-Gunyah li Thalibi Thariq al-Haqiqi „Azza wa Jalla
 Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faid ar-Rahmani
 Yawakit al-Hikam
 Ar-Rasail
 Tafsir al-Jailani
 Sirr al-Asrar fi Ma Yahtaj ilayh al-Abrar
 Futuh al-Ghaib
 Jalla al-Khatir
 Asrar al-Asrar
 Ash-Shalawat wa al-Aurad
 Al-Amr al-Muhkam
 Ushul as-Saba
 Mukhtashar Ulumuddin
 Ushul ad-Din
 Al-mawahib ar-Rahmaniyya wa al-Futuh ar-Rabbaniyya fi Maratib al-Akhlaq as-
Saniya wa al-Maqamat al-Irfaniyya
 Al-Fuyudat ar-Rabbaniyyah fi al-Aurad al-Qadiriyyah
 Bahjah al-Asrar
 Aurad Syaikh Abdul Qadir
 Malfuzdat
 Khamsata Asyara Maktuban
 Ad-Diwan dan lain-lain

Tentang Tafsir Syekh Abdul Qadir Jailani


Penemuan karya Syekh Abdul Qadir Al Jailani oleh cucunya yang ke-25, Dr.
Muhammad Fadhil, mencengangkan dunia akademis sekaligus praktisi tarekat.
Naskah ini telah hilang selama 800 tahun  dan hanya ditemukan utuh di Vatikan.
Naskah lengkap 30 juz ini tersimpan rapi di perpustakaan.

Tidak ada yang meramalkan bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menulis buku
tafsir Al-Qur’an 30 juz, yang memodifikasi ayat-ayat Al-Qur’an. Seolah-olah
sedang mempelajari lautan tasawuf dari kalimat ke kalimat. Dan Alhamdulillah,
Tafsir al-Jailani dalam bahasa Arab diterbitkan oleh Markaz al-Jailanii Turki.  

Tafsir al-Jailani, karena penciptanya sangat menyukai tasawuf, maka tafsir yang
dibawakannya sangat kental dengan tasawuf. Untuk lebih memahami tafsir al-
Jailani, kita akan membahas secara singkat ciri-ciri Tafsir al-Jailani.  

Render ini berjudul “Tafsir Al Jailani” dilihat dari sampul demo ini. Ini
menegaskan bahwa interpretasi ini dikaitkan dengan Sheikh Abdul Qadir al-
Jailani.  

Akan tetapi, dalam pengantar kitab tafsir, penerbit menyatakan bahwa nama asli
kitab tersebut adalah “al-Fawatih al-Illahiyyah wa al-Mafatih al-Ghaibiyyah al-
Muwaddihah lil al-Kalim al-Qur’ aniyyah wa al-Hikam al-Furqaniyyah.”  

Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1998 oleh markaz al-Jilani li al-
Buhuts al-Ilmiyyah wa Tab’a wa al-Nasyr Istanbul Turki.  Diterbitkan, manuskrip
penjelasan al-Jailani telah melalui penelitian yang cermat dan penyuntingan
yang melelahkan.  

Muhammad Fadhil Al Jailani, sebagai editor, telah mengunjungi banyak


perpustakaan terkenal di dunia.Seperti tercantum dalam muqaddimah, Fadhil Al
Jailani memimpin ekspedisi penelitian ke 50 perpustakaan resmi dan swasta di
20 negara.  

Perpustakaan Vatikan yang megah di Italia juga dikunjungi. Saat berkunjung ke


Vatikan, pustakawan menanyakan kebutuhan Fadhil. Muhammad Fadhil
menjawab bahwa dia ingin menemukan manuskrip al-Jailani. Pustakawan itu
menjawab “ya, al-Jailani, filosof Islam”. Di direktori perpustakaan, Fadhil mencari
dokumen terkait Al Jailani.  

Menariknya, ia menyebut gelar “Filsuf Islam” dan “Syekh al-Islam wa al-


Muslimin”. Kedua gelar ini tidak ditemukan Fadhil di tiga benua, kecuali hanya di
Vatikan. Informasi dari Perpustakaan Vatikan juga menyebutkan bahwa al-Jailani
mahir dalam 13 ilmu.

Itu dia sederet keahlian dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani, namun yang perlu
digarisbawahi semua keilmuan dan keahlian yang diperoleh olehnya, semata
karena do’a dan juga proses yang panjang. Wallahua’lam!

Abdul Qadir Jailani Riwayat Hidup Abdul Qadir Jailani Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Ulama Sufi
Penulis: EnolEditor: Nurul Hidayat

Baca Juga

Riwayat Hidup Abu Ayyub Al Anshari (w. 674 M), Sahabat yang Ditangisi Nabi Karena
Kebaikannya

Riwayat Hidup Thalhah bin Ubaidillah (595 M), Sahabat Nabi yang Dijuluki “Syahid yang Hidup”
Biografi Abu Darda’ (Wafat 32 H), Sahabat Nabi yang Zuhud

Riwayat Hidup Umair bin Wahab (W. sekitar 584 – 644), dan Perjalanannya dalam Memeluk Islam

Riwayat Hidup Qais bin Sa’ad bin Ubadah (w. 59 H), Sahabat Nabi yang Dijuluki Sebagai Ajudan
yang Pemberani

Biografi Khalid Bin Walid (592 M), Sahabat Nabi yang Ahli Dalam Dunia Militer

Riwayat Hidup Abu Ayyub Al Anshari (w. 674 M), Sahabat yang Ditangisi Nabi Karena
Kebaikannya
Riwayat Hidup Thalhah bin Ubaidillah (595 M), Sahabat Nabi yang Dijuluki “Syahid yang Hidup”

Biografi Abu Darda’ (Wafat 32 H), Sahabat Nabi yang Zuhud

Riwayat Hidup Umair bin Wahab (W. sekitar 584 – 644), dan Perjalanannya dalam Memeluk Islam

Riwayat Hidup Qais bin Sa’ad bin Ubadah (w. 59 H), Sahabat Nabi yang Dijuluki Sebagai Ajudan
yang Pemberani
Biografi Khalid Bin Walid (592 M), Sahabat Nabi yang Ahli Dalam Dunia Militer
Mengenal Syekh Abdul Qadir Al Jailani
Sabtu 26 Sep 2020 15:00 WIB
Rep: Syahruddin El Fikri/ Red: Muhammad Hafil

Mengenal Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Foto: Sheikh Abdul Qadir Jailani
Foto: IST

Syekh Abdul Qadir Al Jailani dikenal mujahid dan mujaddid


pelopor sufisme thariqati

Republika.co.id, Jakarta -- Dalam lembaran sejarah Islam, setiap abad


kita akan menemukan tokoh besar yang mendapatkan status
mujaddid. Ini sesuai dengan hadis Rasul yang menyatakan bahwa
setiap 100 tahun, Allah akan mengirimkan pembaru di kalangan umat
Islam (Sunan Abu Daud, jilid II: 424).

Jika mujaddid Islam pada abad ke-11 M/5 H adalah Imam al-Ghazali
dan mendapat julukan hujjatul Islam karena keberhasilannya
menggabungkan syariat dan tarekat secara teoritis, mutiara sejarah
abad ke-12 M/6 H diduduki oleh seorang ulama yang berhasil
memadukan antara syariat dan sufisme secara praktis-aplikatif. Karena
itu, ia mendapat julukan quthubul auliya' serta ghautsul a'dzam, orang
suci terbesar dalam Islam. Dia adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Jika nama al-Ghazali dikenal dalam studi-studi tasawuf secara akademik
melalui kitab-kitab teori sufinya, nama al-Jailani lebih membumi karena
ajaran amaliahnya. Sehingga, dalam masyarakat Muslim, namanya
sangat populer, dijadikan sarana wushuliyyah, serta selalu disebut
dalam setiap acara-acara keagamaan, di samping manakib-nya yang
juga banyak dibaca tentang riwayat hidup sang tokoh.

Sebagian besar umat Islam Indonesia pernah mendengar nama tokoh


ini. Demikian pula para pengkaji tasawuf di Barat dan Timur yang
sangat menaruh hormat kepadanya karena keberhasilannya
membumikan tasawuf bagi masyarakat Muslim hingga saat ini.

Nama lengkapnya adalah Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul


Qadir ibn Abi Shalih Musa Zangi Dausat al-Jailani. Syekh Abdul Qadir
dilahirkan di Desa Nif atau Naif, termasuk pada distrik Jailan (disebut
juga dengan Jilan, Kailan, Kilan, atau al-Jil), Kurdistan Selatan, terletak
150 kilometer sebelah timur laut Kota Baghdad, di selatan Laut Kaspia,
Iran. Wilayah ini dahulunya masuk ke bagian wilayah Thabarishtan,
sekarang sudah memisahkan diri, dan masuk menjadi suatu provinsi
dari Republik Islam Iran.

Ia dilahirkan pada waktu fajar, Senin, 1 Ramadhan 470 H, bertepatan


dengan tahun 1077 M dan wafat di Baghdad pada Sabtu, 11 Rabiuts-
Tsani 561 H/1166 M.

Kebanyakan biografi (dikenal sebagai manakib) tokoh sufi terpopuler


ini penuh dengan fiksi, tanpa mendasarkan pada fakta-fakta sejarah.
Padahal, ulama ini merupakan tokoh sejarah yang cukup besar dalam
wacana pemikiran Islam, terutama sejarah tasawuf. Sehingga, para
ulama banyak mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Qadir
merupakan mujtahid abad ke-14.

Menurut Walter Braune dalam bukunya Die 'Futuh al-Ghaib' des Abdul
Qadir (Berlin & Leipzig, 1933), ia adalah wali yang paling terkenal di
dunia Islam. Sedangkan, penulis Muslim Jerman, Mehmed Ali Aini (Un
Grand Saint del Islam: Abd al-Kadir Guilani, Paris, 1967), menyebut al-
Jailani sebagai orang suci terbesar di dunia Islam.

Ia lahir sebagai anak yatim (di mana ayahnya telah wafat sewaktu
beliau masih dalam kandungan enam bulan) di tengah keluarga yang
hidup sederhana dan saleh. Ayahnya, al-Imam Sayyid Abi Shalih Musa
Zangi Dausat, adalah ulama fuqaha ternama, Mazhab Hambali, dan
garis silsilahnya berujung pada Hasan bin Ali bin Abi Thalib, menantu
Rasulullah SAW.

Sedangkan, ibunya adalah Ummul Khair Fathimah, putri Sayyid


Abdullah Sauma'i, seorang sufi terkemuka waktu itu. Dari jalur ini,
silsilahnya akan sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib. Jika silsilah
ini diteruskan, akan sampai kepada Nabi Ibrahim melalui kakek Nabi
SAW, Abdul Muthalib. Ia termasuk keturunan Rasulullah dari jalur Siti
Fatimah binti Muhammad SAW. Karena itu, ia diberi gelar pula dengan
nama Sayyid.

Keistimewaan Syekh Abdul Qadir al-Jailani sudah tampak ketika


dilahirkan. Konon, ketika mengandung, ibunya sudah berusia 60 tahun.
Sebuah usia yang sangat rawan untuk melahirkan. Bahkan, ketika
dilahirkan yang bertepatan dengan bulan Ramadhan, Syekh Abdul
Qadir al-Jailani tidak mau menyusu sejak terbit fajar hingga Maghrib.

Namun, kebesaran Syekh Abdul Qadir al-Jailani bukan semata-mata


karena faktor nasab dan karamahnya. Ia termasuk pemuda yang
cerdas, pendiam, berbudi pekerti luhur, jujur, dan berbakti kepada
orang tua.

Selain itu, kemasyhuran namanya karena kepandaiannya dalam


menguasai berbagai ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang agama.
Ia menguasai ilmu fikih dan ushul fikih. Kendati menguasasi Mazhab
Hanafi, ia pernah menjadi mufti Mazhab Syafi'i di Baghdad.

Di samping itu, ia juga dikenal sangat alim dan wara. Hal ini berkaitan
dengan ajaran sufi yang dipelajarinya. Ia suka tirakat, melakukan
riyadhah dan mujahadah melawan hawa nafsu.
Selain penguasaannya dalam bidang ilmu fikih, Syekh Abdul Qadir al-
Jailani juga dikenal sebagai peletak dasar ajaran tarekat Qadiriyah. Al-
Jailani dikenal juga sebagai orang yang memberikan spirit keagamaan
bagi banyak umat. Karena itu, banyak ulama yang menjuluki 'Muhyidin'
(penghidup agama) di depan namanya.

 syekh abdul qadir al jailani

Kejujuran Syekh Abdul Qadir Al Jailani


 

Ribuan Massa Hadiri Haul Syekh Abdul Qadir Jailani


 

Nasib Bangsa Tanpa Negara

Sekjen Nasdem: Reshuffle Hak Absolut Presiden


Bawaslu: Pasang Spanduk Boleh, Sosialisasi di Masjid Tidak Boleh

Mardiono Nilai PPP Telah Jadi Partai yang Matang di Usia Ke-50

Megawati Kesal Pidatonya Dipotong, dan Di-bully

K A R T U M E R A H

J A T E N G J A T I M

Status Kawah Sileri Dieng Jadi Waspada, Aktivitas Wisata


Dibatasi
Kawah Sileri diimbau untuk tidak dikunjungi sejauh radius 1.000 meter.

U M U M

Ini Kata Kemenkes Soal Kabar Tunggakan Insentif Nakes yang


Tangani Covid-19
Kemenkes yakini kabar tunggakan insentif nakes berasal dari APBD

J A B O T A B E K I N P I C T U R E
In Picture: Polisi Berhasil Ungkap Kasus Cairan Liquid
Vape Narkotika
Narkotika berbentuk cairan liquid vape dibuat industri rumahan di kawasan Kembangan

 4 PHO

Tertunduk Lesu, Kuat Maruf di Tuntut 8 Tahun


Penjara
Polisi Berhasil Ungkap Kasus Cairan Liquid
Vape Narkotika
Jaksa Tuntut Ricky Rizal Delapan Tahun Penjara

Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto Juarai


Malaysia Open 2023
Melihat Observatorium Bosscha Berumur Satu Abad

Polisi Berhasil Ungkap Kasus Cairan Liquid


Vape Narkotika
 
 
 
Ketua Umum KSPSI: Kerusuhan Morowali Utara Akibat Adanya Ketidakadilan Pekerja
Lokal
Senin , 16 Jan 2023, 06:28 WIB

Penyebab Meninggalnya Nur Riska, Mahasiswa UNY yang Berjuang Turunkan Uang
Kuliah
 

Hadits Nabi tentang Azab Allah buat Suami Penipu Istri


 

Kerusuhan TKA dan TKI di Morowali Utara, Bupati: Ada Provokator dari Luar
 

Disebut Cocok Dijodohkan dengan Anies, Yenny Wahid Buka Suara


 
 
NABI MUHAMMAD

Ketika Nabi Muhammad Mencegah Istrinya yang Membicarakan Fisik Orang Lain
 

Peringatan Nabi Muhammad Jika Membenarkan Kebohongan Pemimpin


 

Pesan Nabi Muhammad Bagi yang Sering Ketinggalan Shalat Subuh


 

Mengapa Sahabat Nabi Muhammad Curiga Pada Orang yang Tinggalkan Shalat Subuh dan
Isya?
 


6 Sahabat yang Namanya Diganti Rasulullah SAW, Termasuk Hasan dan Husain  
 
MUSLIMAH

Jangan Pernah Pukul Anak Sebelum Memahami Empat Hal ini


 

Apakah Memukul Anak Istri Dibolehkan dalam Islam? Ini Penjelasannya


 

Bentengi Anak dengan Ilmu Tauhid


 

Psikolog Ungkap Pemicu KDRT


 

Jika Istri Wanita Karier, Lantas Bagaimana Suami Bersikap? Ini Tuntunan Fikih Islam
KISAH

Kisah Nyata Allah Melindungi Hamba-Nya dari KDRT Ribuan Tahun Lalu
 

Bagaimana Mungkin Maryam Ibunda Nabi Isa alaihimassalam Bisa Goyang Pohon


Kurma?
 

Kepala Ayahnya Dipenggal, Ali Zainal Abidin Membalas dengan Cara ini
 

Kisah Bangsawan Bertobat dan Namanya Disebut sejak Ratusan Tahun Lalu
 

Prof KH Aboebakar Atjeh, Sang Ensiklopedia Berjalan


 
FATWA


Musafir yang Jamak atau Qashar Shalat Dilarang Makmum Warga Mukim Menurut Mazhab
Syafii
 

Mengapa Kaum Sesat Bisa Kalahkan Orang yang Beriman? Ini Penjelasan Ulama 
 

Pasangan Terjerat Zina, Bolehkah Menikah?


 

Talkin untuk Anak Kecil yang Meninggal, Benarkah Dianjurkan?


 

Pemimpin Berambisi Ingin Terus Berkuasa, Bagaimana Hukumnya?


MOZAIK

Perbedaan Ulama Seputar Kadar Haramnya Khamar dalam Kajian Fikih Klasik
 

Makna Islam Secara Istilah dan Bahasa


 

4 Tahapan Pelarangan Khamar dan Fakta Bahwa Tak Ada yang Diharamkan Melebihinya    
 

Terjebak dalam Majelis Ghibah, Apa yang Harus Dilakukan?


 

Tanda Kiamat Besar dari Matahari Terbit di Ufuk Barat hingga Api Aden, Mana Lebih
Dahulu?
 
REPUBLIKA TV

Ma’ruf Amin Ingin Aspirasi Kiai dapat Menjadi Inspirasi


Senin , 16 Jan 2023, 15:00 WIB

DPR Harapkan Pemerintah Negosiasi Biaya Haji Kembali dengan Saudi


 

Biografi Syekh Abdul Qadir Jailani – Profil


dan Karyanya
√ Islamic Base
Redaksi Dalamislam
Syekh Abdul Qadir Jailani

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani merupakan tokoh sufi paling masyhur di Indonesia. Peringatan
haul waliyullah ini pun selalu dirayakan setiap tahun oleh umat islam di Indonesia.

Tokoh yang diyakini sebagai cikal bakal berdirinya tarekat qadiriyah ini lebih dikenal di
masyarakat lewat cerita-cerita keramahannya dibandingkan ajaran spritualnya.

Terlepas dari pro kontra keramahannya atas cerita-cerita (manaqib). Tentangnya sering
dibacakam dalam majelis yang dikenal di masyarakat dengan sebutan manaqiban.

Nama lengkapnya adalah Abdul Qadir Ibn Abi Shalih Abdullah Janki Dusat Al-Jailani. Al-
Jailani merupakan penisbatan pada Jil daerah di belakang Tabaristan.

Karena ditempat itulah beliau di lahirkan. Selain jil tempat ini disebut juga dikenal dengan
jailan dan iklan. Syekh Abdul Qadir al-jailani dilahirkan pasa tahun 371 Hijriah.
Sebagaimana yang sudah tertera pada hampir semua buku biografi tentang dirinya ini.

Bila dirunut ke atas dari nasabnya beliau masih keturunan dari Ali bin Abi Thalib. Beliau
tumbuh sebagai anak yatim. Menghabiskan fase pertama hidup nya bersama ibunya. Dalam
usia 8 tahun ia sudah meninggalkan jalan menuju ke Baghdad pada tahun 488 Hijriah/1095
Masehi.

Definisi tasawuf menurut Syekh Abdullah Qadir Jailani adalah beriman kepada Allah swt.
Dan berperilaku baik kepada setiap makhluk hidup. Mengutip buku putih Syekh Abdull
Qadir Al-Jailani tulisan Said bin Mushfir Al-Qathani.

Al Jailani secara rinci memaknai tasawuf sebagai:

“Bertakwa kepada Allah, menaati-Nya, menerapkan syari’at secara lahir, menyelamatkan


hati, mengayakan hati, membaguskan wajah, melakukan dakwah, mencegah penganiayaan,
sabar menerima penganiayaan dan kefakiran, menjaga kehormatan para guru, bersikap baik
dengan saudara, menasehati orang kecil dan besar, meninggalkan permusuhan, bersikap
lembut, melaksanakan keutamaan, menghindari dari menyimpan (harta benda), menghindari
persahabatan dengan orang yang tidak setingkat, dan tolong menolong dalam urusan agama
dan dunia”

Kelahiran dan Wafatnya Syekh Abdul Qadir Jailani


Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 h. Wafat pada tahun 748 H di Kairo.
Syekh Abdul Qadir Jailani merupakan salah satu tokoh spiritual musik yang mempunyai
pengaruh yang sangat besar.

Namanya pun sangat dikenal oleh banyak masyarakat salah satunya di Indonesia. Baik oleh
masyarakat awam maupun di kalangan para santri-santri dan para ulama.

Ini bukanlah suatu hal yang mengherankan mengingat Syekh Abdul Qadir Jailani adalah
seorang pendiri tarekat qadiriyah. Beliau sangat dijuluki sebagai pemimpin para wali atau
Sulthan Al-Auliya dan pemuka para sufi imam Al-Ashfiya.

Profil Syekh Abdul Qadir Jailani


Beliau tumbuh besar di lingkungan keluarga yang sangat sederhana. Kakeknya beliau yang
bernama Abdulah, istrinya merupakan seorang sufi.

Sehingga Jailani muda banyak menghimpun ilmu dari sang kakeknya sendiri. Keseriusan
untuk menuntut ilmu mendorongnya untuk merantau ke Baghdad yang saat itu menjadi pusat
peradaban dan pengetahuan islam.

Kala itu usianya baru menginjak 18 tahun. Beliau tercatat pernah belajar dari banyak ulama
besar pada zamannya.

Di antaranya yaitu Ali bin Aqil Al Hambali, Abu Zakariya bin Ali At Tibrisi dan Muhammad
bin Hassan Ali Baqilani. Sedangkan salah seorang pembimbingnya dalam tasawuf adalah Ad-
Dabbas.

Di masa-masa belajar beliau gemar mujahaddah, yakni berjuang sungguh-sungguh melawan


hawa nafsu. Dan menghindari perbuatan yang benar-benar dilarang oleh Allah SWT.

Al-Jailani sering berpuasa dan tidak mau memintan minta makanan meskipun ia sedang
kelaparan. Beliau juga hanya memakai jubah dari bulu domba dan menapaki jalanan Irak
tanpa alas kaki.

Di kemudian hari Al-Jailani menjadi tokoh ahli fiqih dan ahli sufi yang sangat disegani. Al-
Jailani dipenuhi dengan orang-orang Islam dari kalangan Kristen dan Yahudi, mantan
perampok, pembunuh dan para penjahat lainnya.

Disebutkan beliau telah mengislamkan lebih dari 5000 orang Yahudi dan Nasrani sertakan
menyadarkan lebih dari 100.000 penjahat.
Ini semua dimungkinkan karena kepribadian Al-Jailani yang tawadhu (rendah hati). Beliau
akrab dengan para fakir miskin, tetangga, dan sangat memperhatikan anak-anak dan orang
tua. Ini merupakan praktik dari ajaran tasawuf yang beliau hayati.

Ketahui pula beberapa biografi ulama-ulam besar lainnya seperti :

 Biografi Imam Al-Ghazali


 Biografi Imam Bukhari
 Biografi Hamzah bin Abdul Muththalib saudara sepersusuan Rasulullah
 Biografi Zaid bin Tsabit sang penulis wahyu bagi Rasulullah
 Biografi Zaid bin Haritsah pemeluk islam pertama dari kalangan budak

Masa Muda Syekh Abdul Qadir Jailani


Beliau meninggalkan tanah kelahiran dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda.
Di Bagdad belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil. Beliau belajar sehingga
mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama.

Suatu ketika Abu Saad Al-Mukhtari membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang
bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada syekh Abdul
Qadir Al-Jailani.

Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil


memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang
bertaubat demi mendengar nasehat beliau.

Banyak orang yang bersimpati kepada beliau. Lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga itu
tidak kuat menampungnya maka diadakan perluasan.

Murid Syekh Abdul Qadir Jailani


Murid -murid beliau banyak yang menjadi ulama terkenal. Seperti Al-Hafidz Abdul Ghani
yang menyusun khitab Umdatul Akham Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syekh Qudamah
penyusun kitab Fiqih terkenal Al-Mughni.

Karya-Karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani


1. Al-Gunyah li Thalibi Thariq al-Haqiqi ‘Azza wa Jalla.
2. Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faid ar-Rahmani.
3. Yawaqit al-Hikam.
4. Ar-Rasail.
5. Tafsir al-Jailani.
6. Sirr al-Asrar fi Ma Yahtaj ilayh al-Abrar.
7. Futuh al-Ghaib.
8. Jalla al-Khatir.
9. Asrar al-Asrar.
10. Ash-Shalawat wa al-Aurad.
11. Al-Amr al-Muhkam.
12. Ushul as-Saba.
13. Mukhtashar Ulumuddin.
14. Ushul ad-DinAl-mawahib ar-Rahmaniyyah wa al-Futuh ar-Rabbaniyyah fi Maratib al-
Akhlaq as-Saniya wa al-Maqamat al-Irfaniyyah.
15. Al-Fuyudat ar-Rabbaniyyah fi al-Aurad al-Qadiriyyah.
16. Bahjah al-Asrar.
17. Aurad Syaikh Abdul Qadir.
18. Malfuzdat.
19. Khamsata Asyara Maktuban.
20. Ad-Diwan dan lain-lain.

 biografi, syekh abdul qadir jailani, ulama

←Sejarah Pesantren di Indonesia dan Tradisinya→Biografi Syekh Nawawi Al-Bantani –


Pendidikan dan Perjuangan

Recommended Read
 5 Amalan yang Dilakukan pada Malam Lailatul Qadar
 10 Doa Meminta Keturunan dalam Islam
 Amalan yang Dilakukan pada Malam Nuzulul Qur’an
 5 Jenis Riba dalam Islam dan Dalil Pelarangannya
 4 Cara Meminta Maaf yang Baik Dalam Islam dan Keutamaannya

© 2023 DalamIslam.com
 

Semua Konten bersifat informasi tidak untuk menggantikan pendapat ahli agama.
Biografi Syekh Nawawi Al-Bantani –
Pendidikan dan Perjuangan
√ Islamic Base

Syekh Nawawi Al-Bantani

Kelahiran Syekh Nawawi al-Bantani


Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar bin Arabi Al-Jawi Al-Batani atau
yang biasa disapa dengan panggilan Syekh Imam Nawawi Al-Bantani ini dilahirkan di
Tanara, Serang, Banten. Beliau lahir pada tahun 1230 H/1813M.

Ayah beliau Syekh Umar Al-Bantani merupakan sosok ulama yang masih punya
hubungan nasab dengan Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati
Cirebon. Hingga sampai kepada Rasulullah SAW.

Pendidikan Syekh Nawawi al-Bantani


Sejak berusia lima tahun Syekh Nawawi Al-Bantani sudah mulai belajar ilmu agama
islam langsung dari ayahnya. Bersama keluarga dan saudara-saudara kandungnya
Syekh Nawawi mempelajari tentang pengetahuan dasar Arab, fiqih, tauhid, al-qur’an
dan tafsiran.

Pada usia delapan tahun bersama kedua adiknya Tamim dan Ahmad, Syekh Nawawi
berguru kepada KH. Sahal. Salah seorang ulama terkenal di Banten pada saat itu.

Kemudian melanjutkan kegiatan menimba ilmu kepada Syekh Baing Yusuf


Purwakarta. Di usianya yang belum genap lima belas tahun Syekh Nawawi telah
mengajar banyak orang, sampai kemudian beliau mencari tempat di pinggir pantai
agar lebih leluasa mengajar murid-murid yang kian hari makin bertambah banyak.
Baru setelah usianya mencapai lima belas tahun, Syekh Nawawi menunaikan haji.
Beliau kemudian berguru kepada sejumlah ulama masyhur di Mekah pada saat itu.

baca pula biografi tokoh-tokoh hebat berikut ini:

1. Biografi Syekh Abdul Qodir Jailani


2. Biografi Imam Al Ghazali
3. Biografi Imam Bukhori
4. Biografi Abu Darda
5. Biografi Ammar bin Yasir

Gelar Kehormatan Syekh Nawawi al-Bantani


Di antara gelar kehormatan yang disematkan kepada Syekh Nawawi Al-Bantani
adalah sebagai berikut:

1. Al-Sayyid Al-‘Ulama Al-Hijaz (tokoh ulama Hijaz) atau Sayyidul Hijaz


(penjaga Hijaz)
2. Nawawi At-Tsani (Nawawi kedua). Orang pertama yang memberi gelar ini
pada Syekh Nawawi adalah Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathani
3. Al-Imam wa al-Fahm al-Mudaqqiq (tokoh dan pakar dengan pemahaman yang
sangat mendalam)
4. A’yan ‘Ulama al-Qarn ar-Ram ‘Asyar Li al-Hijrah (tokoh ulama abad 14
Hijriyah)
5. Imam ‘Ulama Al-Haramain (Imam Ulama Dua Kota Suci)
6. Doktor Ketuhanan (orang pertama yang memberikan gelar ini pada Syekh
Nawawi adalah Christiaan Snouck Hurgronje)
7. Asy-Syaikh al-Fakih (disematkan oleh kalangan pesantren)
8. Bapak Kitab Kuning Indonesia (disematkan oleh para Ulama Indonesia).

Perjuangan Syekh Nawawi al-Bantani


Setelah tiga tahun bermukim di Mekah pada tahun 1828 Masehi, Syekh Nawawi
akhirnya kembali pulang ke Banten. Sampai di tanah air beliau menyaksikan masih
banyak praktik-praktik ketidakadilan kesewenang-wenangan dan penindasan yang
dilakukan Hindia Belanda terhadap rakyat.

Dengan melihat realita begitu zalimnya gelora jihad pun berkobar. Sebagai intelektual
yang memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran
Syekh Nawawi kemudian berdakwah keliling Banten mengobarkan perlawanan
terhadap penjajah sampai pemerintah Belanda membatasi geraknya, seperti dilarang
berkhutbah di masjid-masjid.

Bahkan belakang beliau dituduh sebagai pengikut Pangeran Diponegoro yang ketika
itu sedang mengobarkan perlawanan terhadap penjajah Belanda (1825-1830 Masehi).
Hingga akhirnya beliau kembali ke Mekah setelah ada tekanan pengusiran dari
Belanda.

Tepat ketika puncak terjadi perlawanan Pangeran Diponegoro pada tahun 1830
Masehi. Begitu sampai di Mekah beliau segera kembali memperdalam ilmu agama
kepada guru-gurunya.

Syekh Nawawi mulai masyhur ketika menetap di Syi’ib Ali Mekah. Beliau mengajar
di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma puluhan tetapi semakin lama
jumlahnya kian semakin banyak. Mereka datang dari berbagai penjuru dunia.

Hingga jadilah Syekh Nawawi Al-Bantani sebagai ulama yang dikenal piawai dalam
ilmu agama. Terutama tentang tauhid, fiqih, dan tasawwuf. Nama Syekh Nawawi Al-
Bantani semakin masyhur ketika dia ditunjuk sebagai imam Masjid Haram.

Beliau menggantikan Syaikh Achmad Khatib atau Syekh Ahmad Khatib Al-
Minangkabawi. Tidak hanya di kota Mekah dan Madinah hingga Hindustan namanya
begitu masyhur.

Shalat di Dalam Mulut Ular Besar


Suatu hari ketika perjalanan Syekh Nawawi istirahat di sebuah tempat untuk adzan
kemudian beliau ingin shalat. Setelah ia adzan ternyata tidak ada seorang pun yang
datang, akhirnya ia qamat lalu melaksanakan shalat sendirian.

Usai shalat Syekh Nawawi kembali melanjutkan perjalanannya. Tetapi ketika


menengok ke belakang ternyata seekor ular raksasa yang mulutnya sedang menganga.
Ternyata ia shalat di dalam mulut ular yang sangat besar itu.

Wafat Syekh Nawawi Al-Bantani


Syekh Nawawi Al-Bantani wafat di Mekah pada tanggal 25 Syawal 1314 Hijriah atau
1897 Masehi. Makamnya terletak di Jannatul Mu’alla, Mekah.

Makam beliau bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu
Bakar Ash-Siddiq. Meski wafat di Jazirah Arab, namun hingga kini setiap tahunnya
selalu diadakan haul atau peringatan wafatnya Syekh Nawawi Al-Bantani di tanah air,
yang tepatnya di pondok pesantren An-Nawawi selalu ramai dihadiri para santri
Nusantara, bahkan juga Mancanegara.

Jasad yang tetap utuh telah menjadikan kebijakan pemerintah Arab Saudi bahwa
orang yang telah di kubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si
mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya.
Selanjutnya semua tulang itu di kuburan ditempat lain di luar kota. Dan lubang kubur
yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih
berganti.

Kebijakan tersebut dijalankan tanpa pandangan bulu hingga menimpa pula pada
makam Syekh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia 1 tahun, datanglah petugas
dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya.

Tetapi yang terjadi adalah hal yang tidak lazim. Para petugas kuburan itu tidak
menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jasad
yang masih utuh.

Tidak kurang satu pun, seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan
kain kafan penutup jasad Syekh Nawawi Al-Bantani tidak sobek sama sekali, bahkan
tidak lapuk.

 Tags Biografi, Syekh Nawawi Al Bantani, ulama

Anda mungkin juga menyukai