Anda di halaman 1dari 8

RINGKASAN

“PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA UNTUK MEMBANTU


MENINGKATKAN DIAGNOSA KEBIDANAN”

DISUSUN OLEH:

NAMA : RIRIN WULANDARI


KELAS : 1A KEBIDANAN
NIM : PO7224222 2122

DOSEN PENGAMPU: DEWI MEY LESTARI, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TANJUNGPINANG
TA 2023/2024
A. Konsep Dasar Pemeriksaan Laboratorium Sederhana Untuk Membantu
Meningkatkan Diagnosa Kebidanan

Pemeriksaan laboratorium sadalah suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga


kesehatan yang umum dan dikerjakan pada pemeriksaan penunjang untuk mendukung
suatu diagnosa. (Baety N.2012). Pemeriksaan laboratorium selama kehamilan merupakan
salah satu komponen penting dalam pemeriksaan antenatal dan identifikasi risiko
komplikasi kehamilan.

Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium Untuk Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas


bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu hamil, bersalin, dan nifas
serta membantu meningkatkan kualitas hidup anak dengan pemeriksaan laboratorium
yang tepat dan terarah. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk ibu hamil,
bersalin, dan nifas meliputi:

a) Pemeriksaan rutin
Merupakan jenis pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk ibu hamil,
bersalin dan nifas yang meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
b) Pemeriksaan rutin pada daerah/situasi tertentu
Merupakan pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan atau ditawarkan
untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas yang meliputi pemeriksaan anti HIV, malaria,
dan/atau pemeriksaan lain tergantung pada kondisi daerah/situasi tertentu tersebut.
c) Pemeriksaan rutin atas indikasi penyakit.
Merupakan pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan untuk ibu hamil,
bersalin dan nifas jika ditemukan indikasi penyakit tertentu. (Depkes.2013)
B. Tujuan Dan Indikasi Pemeriksaan Laboratotium
1) Pemeriksaan HB dan Golongan Darah

Pemeriksaan HB dan Golongan Darah ini merupakan salah satu komponen dari
pemeriksaan laboratorium sederhana pada ibu hamil. Pemeriksaan laboratorium HB
bertujuan untuk mendeteksi adanya anemia gravidarum. Jika menderita anemia, sel-
sel Anda tidak mendapatkan semua oksigen yang mereka butuhkan. Tes hemoglobin
juga sering dilakukan dengan tes lain, seperti:
 Hematokrit, yang mengukur persentase sel darah merah dalam darah
 Hitung darah lengkap, yang mengukur jumlah dan jenis sel dalam darah
Anda mungkin menjalani tes hemoglobin karena beberapa alasan:
1. Untuk memeriksa kesehatan secara keseluruhan. Dokter mungkin menguji
hemoglobin sebagai bagian dari hitung darah lengkap selama pemeriksaan
medis rutin untuk memantau kesehatan umum dan untuk menyaring
berbagai gangguan, seperti anemia.
2. Untuk mendiagnosis suatu kondisi medis. Dokter mungkin menyarankan tes
hemoglobin jika mengalami lemas, kelelahan, sesak napas, atau pusing.
Tanda dan gejala ini mungkin menunjukkan anemia atau polisitemia vera.
Tes hemoglobin dapat membantu mendiagnosis kondisi ini atau kondisi
medis lainnya.
3. Untuk memantau kondisi medis. Jika Anda telah didiagnosis dengan
anemia atau polisitemia vera, dokter mungkin menggunakan tes
hemoglobin untuk memantau kondisi dan memandu pengobatan
Pemeriksaan golongan darah ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status
golongan darah ibu, sehingga apabila diperlukan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri, atau diperlukan untuk rujukan, maka donor
hidup atau pun donor pasif dari bank darah sudah bisa dipersiapkan.
Sehingga penatalaksanaan yang sifatnya membutuhkan donor darah, sudah
dapat dipersiapkan atau dikaji kemungkinannya sejak dini. Pemeriksaan
kadar hemoglobin pada trimester dua dilakukan atas indikasi.

Pemeriksaan HB pada ibu hamil bertujuan untuk mengetahui apakah ibu hamil anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
tumbuh kembang janin. Pemeriksaan golongan darah ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah sewaktu-
waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
Pemeriksaan golongan daraah sebaiknya dilakukan sejak kunjungan antenatal pertama.
Pemeriksaan hemoglobin (HB) artinya jumlah hemoglobin darah yang diukur dalam gram per
desiliter g/dl atau gram/100 ml. Nilai normal HB pada ibu hamil adalah 12,5-15,5 gr/dl. Secara
fisiologis HB pada kehamilan turun hingga 2 gram sampai usia kehamilan sekitar 30 minggu
(penurunan paling rendah pada usia 30-32 minggu) kemudian meningkat sedikit sampai
kehamilan cukup bulan. Penurunan HB pada ibu hamil merupakan hal yang normal, dan ini
merefleksikan peningkatan massa plasma yang melebihi dari peningkatan massa sel darah. Hal
ini disebut hemokonsentrasi atau hemodilusi. Puncak hemodilusi adalah umur kehamilan 32
minggu, sehingga terjadi penurunan HB fisiologis. Golongan darah ibu harus diketahui untuk
berjaga-jaga apabila terjadi kejadian yang mengharuskan ibu mendapatkan tranfusi darah
darurat, atau antisipasi keperluan tranfusi darah apabila seksio sesaria atau sebagai antisipasi

2.) Pemeriksaan Protein Urine

Pemeriksaan protein dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui komplikasi


adanya preklampsia pada ibu hamil yang sering kali menyebabkan masalah dalam
kehamilan maupun persalinan dan terkadang menyebabkan kesakitan dan kematian
ibu dan bayi bila tidak segera diantisipasi. Pemeriksaan protein urine adalah
pemeriksaan protein dengan menggunakan asam asetat 5%, dan apabila setelah
dipanaskan urine menjadi keruh berarti ada protein dalam urine.

Pemeriksaan Protein urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester kedua dan
ketiga, atas indikasi. Pemeriksaan protein urin juga harus segera dilakukan apabila
ditemukan salah satu tanda trias preeklampsi, yaitu hipertensi atau udem. Pre
eklampsi merupakan hipertensi yang didiagnosis berdasarkan protein urin, jika protein
urin 1+, dan tekanan darah 140/90 mmHg, maka interpretasinya adalah preeklampsi
ringan. Apabila hipertensi dengan tekanan darah sistol >160 mmHg, tekanan darah
diastol >110 mmHg dan protein urin 2+ atau 3+ (merupakan protein setara>0,3
gram/L atau 0,3 gram/24 jam pada pemeriksaan dipstik, menunjukkan keadaan
preeklampsi berat. Hipertensi

menyebabkan vasospasme arteriol aferen yang menurunkan aliran darah ginjal,


menimbulkan udema sel endotelial kapiler glomerulus, sehingga memungkinkan
protein plasma terutama dalam bentuk albumin, tersaring masuk ke dalam urin,
menyebabkan terjadinya protein urin.

3.) Pemeriksaan Glukosa

Pemeriksaan Glukosa urin ibu hamil bertujuan untuk mengetahui status DM pada
ibu, sehingga apabila diperlukan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri,
kolaborasi atau diperlukan untuk rujukan maka bisa dipersiapkan sejak dini.
Pemeriksaan glukosa pada ibu hamil, mendeteksi adanya penyakit pesenyerta DM pada
ibu hamil, melalui pemeriksaan laboratorium sederhana.

Ibu hamil yang dicurigai menderita DM, misalnya mempunyai riwayat keluarga
DM, pertumbuhan janin cenderung lebih besar dari usia kehamilan, progress
pertumbuhan janin sangat cepat, maka lakukan Pemeriksaan glukosa urin. DM
merupakan kondisi medis yang paling sering terjadi pada kehamilan dan terjadi kira-
kira 4/1000 kehamilan. DM merupakan penyakit penyerta yang memperburuk keadaan
kehamilan. DM menggambarkan gangguan metabolik dengan berbagai etiologi yang
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein normal. Keadaan ini
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan ekskresi
glukosa melalui urin (glukosuria) yang terjadi akibat gangguan sekresi insulin dan atau
aktivitas insulin. Risiko terjadinya malformasi atau kecacatan meningkat secara
signifikan pada ibu hamil dengan DM pada trimester I, dan risiko bayi besar
(makrosomia), sindrom distress pernafasn meningkat pada ibu hamil DM trimester

IIIII. Sehingga ibu hamil dengan DM meningkatkan risiko terjadinya komplikasi


persalinan. Pertumbuhan janin harus diobservasi dengan cermat. Kehamilan juga
memperburuk keadaan DM, serta meningkatkan potensi hipertensi pada ibu hamil.
Interpretasi adanya DM pada ibu hamil, jika hasil pemeriksaan glukosa urin dengan
visual atau dipstik menunjukkan ≥1+. Pada keadaan ibu hamil dengan preeklampsi dan
DM harus dilakukan penatalaksanaan yang tepat, lakukan deteksi dampak atau
komplikasi kehamilan. Apabila ditemukan kelainan yang ditemukan dari pemeriksaan
penunjang/pemeriksaan laboratorium, maka harus ditangani sesuai dengan standar dan
kewenangan bidan.

Jenis-jenis Pemeriksaan Glukosa Urin

a) Cara Benedict

Cara untuk menentukan hasil reduksi urin yang sebelumnya ditambahkan reagen
benedi ct sesuai prosedur untuk menentukan kadar glukosa dalam urine semi
kuantitatif, apabila hasil (-) warnanya tetap biru jernih atau sedikit kehijauan, (1+)
warnanya hijau ke kuning-kuningan dan keruh, positif (2+) warnanya kuning keruh,
positif (3+) warnanya jingga atau warna lumpur keruh, positif (4+) warnanya merah
keruh (Gandasoebrata, 2013).

b) Cara carik celup

Carik celup berupa strip yang dilekati kertas berisi dua macam enzim yakni glukosa-
oksidase dan peroxidasa bersama dengan semacam zat seperti o- tolidine yang berubah
warna jika dioxidasi. Apabila ditemukan glukosa maka enzim tersebut menghasilkan
asam glukonat dan hidrogen peroksida, karena pengaruh peroxidasa hydrogen peroxida
yang mengalihkan oxigen kepada o- tolidine yang berubah warna menjadi biru. Lebih
banyak glukosa warna biru yang dihasilkan lebih tua (Gandasoebrata, 2013).

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Glukosa Urin

1. Faktor internal

a) Pengaruh obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun cara lain akan menyebabkan
terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut sehingga menyebabkan enzim yang
dikandung dalam otot tersebut masuk kedalam darah dan diekskresikan oleh ginjal
kemudian dikeluarkan melalu urin.

b) Alkohol

Konsumsi alkohol dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa, laktat,


asam urat, dan terjadinya asidosis metabolik dalam waktu 2-4 jam setelah
mengkonsumsi alkohol
c) Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa di dalam darah.

d) Aktifitas fisik

Aktifitas fisik yang berat sebelum uji laboratorium dapat menyebabkan perubahan
kadar glukosa karena berkeringat dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan
(Aziz, 2016).

Faktor Eksternal

a. Suhu ruang

b. Waktu penundaan

c. Volume urin yang diperiksa

d. Jumlah Pengawet
DAFTAR PUSTAKA

Samsuria, K S. Dkk. 2012. Akurasi Pemeriksaan Carik Celup Pada Urinalisis Proteinuria Dan
Glukosuria Dibandingkan Dengan Metode Standar. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan. Program Studi
Pendidikan Dokter.
Nurmalasari, Yayuk. 2011. Fungsi dan Manfaat Pemeriksaan Laboratorium. Bandung. Setyawati, T.
(2014). Medika tadulako , Jurnal Ilmiah Kedokteran , Vol . 1 No . 2. Jurnal Ilmiah
Kedokteran, 1(2), 36–44.
Notoatmodjo.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Cetakan kedua. Jakarta. Kusmiyati, Yuni.
Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Fitramaya. 2010

Anda mungkin juga menyukai